5
BAB I PEDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembinanaan jaringan jalan di Indonesia mempunyai ciri-ciri, yaitu pada segi efisiensi merupakan pendayagunaan semaksimal mungkin dari sumber daya yang ada dan yang terbatas. Penentuan tebal perkerasan jalan yang akan di uraikan dalam buku ini merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan yang dibutuhkan untuk satu jalan interprestasi, evaluasi, dan kesimpulan – kesimpulan yang dikembangkan dari hasil penetapan itu, harus juga memperhitungkan penerapan secara ekonomis sesuai dengan kondisi ekonomi setempa, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya agar konstruksi jalan yang direncankan itu adalah yang optimal. 1.2 UMUR RENCANA Umur rencana perkerasaan jalan ditentukan atas dasar petimbang – pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lntas serta nilai ekonomis jalan yang bersangkutan ( dapat ditentukan Antara lain dengan menggunakan metode BC ratio, internal rate of return, kombinasi dari methode tersebut atau dengan cara – cara lain ) yang tidak lepas dari pola pengembangan wilayah, dalam hal ini pelaksanaan bertahap hendaknya agar umur rencana dapat dicapai. 1.3 LALU LINTAS Lalu lintas harus dianalissa berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dari komposisi beban sumbu berdasarkan data terakhir ( 2 tahun terakhir ) dari pos – pos resmi setempat. Kemungkinan pengembangan lalu lintas sesuai dengan kondisi dan potensi – potensi sosial ekonomi daerah yang bersangkutan,

tugas geometri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

all

Citation preview

BABI

PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Pembinanaan jaringan jalan di Indonesia mempunyai ciri-ciri, yaitu pada segi efisiensi merupakan pendayagunaan semaksimal mungkin dari sumber daya yang ada dan yang terbatas. Penentuan tebal perkerasan jalan yang akan di uraikan dalam buku ini merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan yang dibutuhkan untuk satu jalan interprestasi, evaluasi, dan kesimpulan kesimpulan yang dikembangkan dari hasil penetapan itu, harus juga memperhitungkan penerapan secara ekonomis sesuai dengan kondisi ekonomi setempa, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya agar konstruksi jalan yang direncankan itu adalah yang optimal.

1.2 UMUR RENCANAUmur rencana perkerasaan jalan ditentukan atas dasar petimbang pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lntas serta nilai ekonomis jalan yang bersangkutan ( dapat ditentukan Antara lain dengan menggunakan metode BC ratio, internal rate of return, kombinasi dari methode tersebut atau dengan cara cara lain ) yang tidak lepas dari pola pengembangan wilayah, dalam hal ini pelaksanaan bertahap hendaknya agar umur rencana dapat dicapai.

1.3 LALU LINTASLalu lintas harus dianalissa berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dari komposisi beban sumbu berdasarkan data terakhir ( 2 tahun terakhir ) dari pos pos resmi setempat. Kemungkinan pengembangan lalu lintas sesuai dengan kondisi dan potensi potensi sosial ekonomi daerah yang bersangkutan, serta daerah daerah lain yang berpengaruh terhadap jalan yang di rencanakan, agar pendungaan atas tingkat perkembangan lalu lintas (i) serta sifat sifat khususnya dapat di pertanggung jawabkan.

1.4 KONSTRUKSI JALAN Konstruksi jalan terdiri dari tanah dan perkerasan jalan. Penetapan besaran rencana tanah dasar dan material material yang akan menjadi bagian dari konstruksi perkerasan, harus didasarkan atas penilaian hasil survei dan penyelidikan hasil laboraturium oleh seorang ahli. Bagian perkerasan jalan pada umumnya meliputi :

A. Tanah dasar (sub grade )B. Lapisan pondasi bawah ( sub base course )C. Lapisan pondasi atas ( base course)D. Lapisan penutup (surface course )

1.4.1. Tanah DasarKekuatan dan keawetan konstruksi jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan dan daya dukung tanah, yang pada umumnya dipakai adalah CBR, dalam hal ini digunakan nomogram penetapan tebal perkerasan, maka harga CBR tersebut dapat di kolerasi terhadap daya dukung tanah berdasarkan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium tidak dapat mencakup secara detaile ( tempat demi tempat ). Sifat sifat daya dukung tanah dasar sepanjang suatu bagian jalan, koreksi koreksi. Sifat semacam ini di berikan pada gambar rencana atau dalam spesifikasi pelaksaanan. Pada umumnya persoalan yang menyangkut tanah adalah sebagai berikut :A. Perubahan bentuk ( deformasi permanent ) dari macam tanah akibat beban lalu lintas.B. Sifat mengembangkan dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.C. Daya dukung tanah ( DDT ) yang tidak merata dan sukar ditentukan secar pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukan tanah tertentu.D. Lendutan lendutan selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari ancaman tanah tertentu.E. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkan, yaitu pada tanah yang berbutir kasar (granular soil ) yang tidak di dapat secara baik pada saat pelaksanaan. Untuk sepadat mungkin mencegah timbulnya persoalan diatas muka tanah dasar harus dikerjakan sesuai dengan peraturan pelaksanaan pembangunan jalan raya Edisi Terakhir 1.4.2. Lapisan pondasi bawah ( Sub base course )Fungsi lapisan pondasi bawah tanah :A. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda.B. Mencapai efesien penggunan material yang relatif murah agar lapisan lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya ( penghematan biaya konstruksi )C. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasiD. Sebagai lapisan agar pelaksanaan dapat bejalan lancer. Hal ini berhubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah terhadap roda roda alat besar atau karena kondisi lapangan yang harus memaksakan segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam macam type tanah setempat (CBR 20%, PI 10%) yang relative lebih baik dari tanah dasar digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran campuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar didapat bantuan yang relatif efesien terhadap kestabilan kosntruksi perkerasan.

1.4.3. Lapisan permukaan ( surface course ) Fungsi lapisan permukaan Antara lain adalah :A. Sebagai bahan perkersaan untuk menahan beban roda.B. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi beban jala dari kerusakan akibat cuaca.C. Sebagi lapisan aus ( wearing course ), bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sam dengan untuk lapisan pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat terhadap kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan Tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas . pemilihan bahan untuk lapisan permukaan perlu dipertimbangan kegunaanya, umur rencana serta petahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar besarnya yang dikeluarkan.

1.5 PENGGUNAAN PEDOMAN1.5.1. pembatasan penggunanPenentuan tebal perkerasan yang denga cara yang diuraikan dalam buku ini hanya berlaku untuk kosntruksi perkersaan yang menggunakan material berbutir ( granular material, batu pecah ) dan tidak berlaku untuk konstruksi perkerasan yang menggunakan batuan batuan besar ( cara teleford ). Cara cara penetapan tebal perkerasaan jalan , selain dari yang disebut dalam pendoman ini dapat pula digunakan aspal, cukup dapat dipertanggung jawabkan terutama harus berdasarkan pada interpensi hasil hasil tersebut yang telah dilakukan para ahli. Penetapan perkerasaan jaan disusun berdasarkan pada ineterpensi hasil test dari luar negeri, terutama dari AASHTO ROAD TEST dimana sejauh mungkin disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Perubahan dan penambahan penambahan serta pengembangan pedoman ini senantiasa selalu diharapkan terutama dari hasil penyelidikan di tanah sendiri. Sehingga pada masa medatang pedomana ini akan menjadi lebih sempurna.

1.5.2. penggunaanPenentuan tebal perkerasan yang dengan cara yang diuraikan dalam buku ini dapat digunakan baik untuk perencanaan perkersaan jalan baru ( New Constraction/ Full Deoth Pavement ) , perkuatan perkersaan jalan baru (