Upload
dewimhyrna
View
24
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mengenai fonologi, sintaksis dan morfologi
Citation preview
A. Pengertian Jurnal Nasional
Jurnal Nasional adalah Portal Jurnal yang hanya memenuhi beberapa
kriteria Jurna Ilmiah. misalnya portal jurnal kampus yang tidak diedarkan
secara nasional.
Jurnal nasional adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Karya ilmiah ditulis “dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika
keilmuan”
2. Memiliki ISSN
3. Memiliki terbitan versi online
4. Dikelola secara profesional: ketepatan keberkalaan, ketersediaan
petunjuk penulisan, identitas jurnal, dll.
5. Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian
ilmiah dan atau konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu
6. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang mempunyai disiplin-
disiplin keilmuan yang relevan.
7. Diterbitkan oleh Penerbit/badan Ilmiah/Organisasi Profesi/Perguruan
Tinggi dengan unit-unitnya.
8. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan atau Bahasa
Inggris dengan abstrak dalam Bahasa Indonesia.
9. Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari minimal dua
institusi yang berbeda
10. Mempunyai dewan redaksi/editor yang terdiri dari para ahli dalam
bidangnya dan berasal dari minimal dua institusi yang berbeda
11. Jurnal nasional yang memenuhi kriteria a sampai j dan terindek oleh
DOAJ diberi nilai yang lebih tinggi dari jurnal nasional yaitu maksimal
15.
B. Junar Nasional Ditinjau Dari Aspek kebahasaan
Berdasarkan aspek kebahasaan, penulisan jurnal nasional harus
memperhatikan kaedah penulisan serta ejaanyang disempurnakan.
Ejaan merupakan keseluruhan perturan penggambaran lambang-lambang
bunyi suatu bahasa dan hubungan lambing satu dengan lambang lain baik
dalam penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini
hanya berlaku dalam bahasa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi
yang merupakan kesepakatan pemakaian bahasa tertentu. Karena bersifat
konvensional, maka sistem ejaan bahasa satu dengan bahasa lainnya akan
berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang, huruf, dan
alfabetik yang sama. Ejaan disepakati untuk komunikasi tulis agar lancar dan
mudah dipahami dan bukan untuk sebaliknya, yaitu menghambat komunikasi.
Menurut para ahli pada umumnya berpendapat bahwa, ejaan biasanya
menyangkut tiga tataran kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis.
1. Fonologi
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi, yang
secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu
ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,
fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum
fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-
bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau
tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna.
Pada tataran fonologi ejaan berkaitan dengan penentuan fonem, penentuan
lambang fonem, dan penyusunan abjadnya.
2. Morfologi
Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem. Morfologi
mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Dalam
linguistic bahasa Arab morfologi ini adalah tashrif yaitu perubahan satu
bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan
makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna yang berbeda itu
akan terlahirkan
Pada tataran morfologi ejaan berurusan dengan penulisan suatu bentukan,
yaitu penulisan kata dan unsure serapan.
a. Penulisan Kata
Menurut tata bahasa dan EYD, penulisan kata dikelompokkan menjadi 10
yaitu:
1. Kata Dasar
Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua
bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku
kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.
Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya
tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata
dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola
Wajib , yaitu:
Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang
membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-
Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya.
Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik I
kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-Vokal-
Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang, sayap,
larang, dan lain-lain.
Kata Dasar adalah kata yang belum mengalami proses morfologi
seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan sebagainya. Dalam aturan
EYD, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Misalnya :
• Ibu percaya bahwa engkau tahu.
• Kantor pajak penuh sesak.
• Buku itu sangat tebal.
• Meja itu besar
• Ruang kelas bersih
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata yang merupakan hasil proses morfologis
terhadap kata dasar.
Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Misalnya: bergelegar, menengok, dikelola,
mempermainkan
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran,
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Misalnya: diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi, dilipatgandaka, penyebarluasan,
mempertanggungjawabkan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: adipati, adibusana, antarkota, biokimia, dasawarsa,
mahasiswa, multilateral, mancanegara, purnawirawan, pascasarjana
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Misalnya: Anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-
besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, porak-
poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
4. Gabungan Kata
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Misalnya: Anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-
besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, porak-
poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
5. Kata Ganti
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau,
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:
Bolehkah kuambil jeruk ini?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu?
6. Kata Depan
Kata Depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada di
depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan
kata depan (frasa preposional). Misalnya: di kantor, di kota, dengan
memburuh, tentang peristiwa itu, pada hari Minggu, buat orang tuamu,
bagi almamater tercinta, sejak kecil.
7. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata tugas yang membatasi makna
jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel yang
menyatakan makna tunggal; (2) artikel yang menyatakan makna jamak;
dan (3) artikel yang menyatakan makna netral.
Misalnya:
Yang bermakna tunggal :
sang guru
sang suami
sang putrid
sang juara
Yang bermakna jamak :
para petani
para hakim
para pemimpin
para ilmuwan
Yang bermakna netral :
si hitam manis
si dia
si terhukum
si cantik
8. Partikel
Partikel –lah dan –kah ditulis dengan serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Apalah dayaku tanpa engkau.
Pergilahseger, sebelum jalan macet!
Apakah Bapak Wahyudi sudah pulang?
Bagaimanakah rasanya naik pesawat ruang angkasa?
Ke manakah akan kucari pengganti dirimu?
Pertikel –pun ditulis trpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang terjadi, saya tetap harus pergi.
Karena dosen berhalangan, kuliah pun dibatalkan.
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tidak percaya.
Catatan:
Kelompok yang dianggap pada berikut ini ditulis serangkai,
misalnya adapun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota
koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datangg juga.
Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu. (satu demi satu)
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter. (tiap meter)
9. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai
berikut :
- Setiap menyingkat satu kata dipakai satu tanda titik
- Bila menyingkat dua kata dipakai dua titik
- Bila menyingkat tiga kata atau lebih pada akhir singkatan
dipaki satu tanda titik
- Penulisan lambing kimia, singkatan satuan takaran, dan
mata uang tidak diikuti
b. Akronim
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata yang disingkat, ditulis seluruhnya dengan huruf
capital.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda
titik.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
10. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan
nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang,
berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas.
Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan
ayat kitab suci.
b. Bilangan
Penulisan lambing bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut.
- Bilangan Utuh
- Bilangan Pecahan
3. Sintaksis
Pada tataran sintaksis ejaan berurusan dengan pemberian tanda batas
ujaran dalam kalimat, termasuk di dalamnya adalah pemakaian huruf
kapital, huruf miring, dan penggunaan tanda baca.
Contoh :
c. Penulisan Huruf Kapital
Huruf besar dan huruf kapital dipergunakan sebagai huruf pertama
kata pada awal kalimat.
d. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring dipergunakan untuk menuliskan buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip didalam keterangan, dan untuk nama
ilmiah atau ungkapan asing.
e. Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan
yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
3. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenis dan setara. Tanda titik koma dapat
dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
4. Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) diantara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di
antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
5. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata
berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris. Dan tanda
hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
6. Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
member penjelasan di luar bangun kalimat.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
7. Tanda Tanya
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Dan Tanda tanya
dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan kebenarannya.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah. Dan Tanda
seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban,
ataupun rasa emosi yang kuat.
9. Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
10. Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
11. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,
atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
12. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim. Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap.
13. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
1. Fonologo, Sintaksis, dan Morfologi )