Upload
meison
View
74
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Kedua Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Citation preview
1
TUGAS MATA KULIAH PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN
ILMU
Disusun oleh :
Meison Satrio
NIM 43113120430
Program Studi Manajemen
Program Perkuliahan Kelas Karyawan
Universitas Mercu Buana
Jakarta
2014
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan H idayahNya , maka saya dapa t
menye lesa ikan maka lah ten tang PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU. Maka lah in i ada lah merupakan sa lah sa tu
tugas mata ku l iah Pancas i la
Saya se laku penu l i s menyadar i bahwa da lam penyusunan
maka lah in i bukan lah ha l yang mudah . Banyak kesu l i tan yang
saya hadap i da lam penye lesa iaannya , te tap i be rka t b imb ingan
dosen dan teman teman, saya dapa t menye lesa ikan maka lah in i
dengan ba ik . Da lam kesempatan in i saya mengucapkan te r ima
kas ih yang sebesar besarnya kepada Ibu Frans isca Kadar i sman,
SH se laku dosen mata ku l iah Pancas i la .
Saya menyada r i bahwa Maka lah in i be lum sempurna , un tuk
i tu saya se laku penu l i s mohon maaf apab i la te rdapa t penu l i s
be rharap semoga maka lah in i dapa t be rmanfaa t bag i semua p ihak
yang membacanya .
3
DAFTAR ISI
K AT A PENG ANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
D AFT AR IS I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i
B AB I PEND AHULU AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Be lakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B . Perumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C . Tujuan Penul isan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B AB I I PEMB AH AS AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
A. Tujuan Hidup Manusia Menurut Pandangan Islam ....... 2
B. Arti Sukses Menurut Islam ............................................... 12
C. Metode Atau Langkah Meraih Kesuksesan .................... 14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 40
A. KESIMPULAN .................................................................... 40
B. SARAN ............................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Melakukan kajian- kajian tentang perkembangan pemikiran tentang
peranan pancasila dalam berbangsah dan bernegara bukanlah hal yang yang
mudah. Tanpa adanya pendekatan Partisipant observasion dan dengan
adanya pancasila sebagai dasar Negara di jadikan yang di jadikan pedoman
hidup bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara.
Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas
berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata
berbeda makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui
merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu.
Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di
sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan
derajat manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh
manusia, baik itu suatu teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang
penggagasnya. Itulah sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini
semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah
berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu
membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu
bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun
ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,
logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari
mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut
5
mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian
eksperimen, baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.
Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas
(reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan (context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat
di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery).
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
sertaprerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu
dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Filsafat Pancasila dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan di
Indonesia?
2. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu ?
3. Apakah Peran Pancasila Dalam Pendidikan di indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Filsafat Pancasila dan Perkembangan Iilmu Pengetahuan.
2. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.
3. Untuk Mengetahui Peran Pancasila Dalam Pendidikan di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT PANCASILA DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji oleh para
ahli dan juga diuji oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang mencoba merongrong
kemerdekaan dan keutuhan Republik Indonesia. Secara empiris dan
kenegaraan, Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya hingga pada saat ini.
Pengujian secara kognitif telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai
6
pendekatan. Notonegoro dengan analisis teori causal, Driarkara dengan
pendekatan antroplogi metafisik, Eka Darmaputra dengan etika, Suwarno dengan
pendekatan historis, filosofis dan sosio-yuridis, Gunawan Setiardja dengan
analisis yuridis ideologis (Dimyati, 2006) dan bayak para ahli dan kalangan
akademisi membuktikan Pancasila sebagai filsafat
Berbagai pendekatan yag dilakukan oleh para ahli untuk membukikan
filsafat pancasila diterima sebagai metode epistomologis Pancasila. Prinsip
epistomologis Pancasila dapat dikemukakan dalam proposisi epistemis sebagai
berikut :
1. Aku tahu bahwa aku tidak tahu
Bahwa ada semesta adalah fisiokismis, biotik, psikis, dan human akibat
ketidaktahuanku, aku diperlakukan sebagai dia pemberlakuan sebagai dia
tidak sesuai dengan martabat manusia.
2. Aku tahu bahwa aku harus tahu
Akibat ketidaktahuanku, maka aku diperlakukan sebagai kamu,
pemberlakuan aku sebagai kamu sesuai dengan martabat manusia sebab
adaku sebagai manusia adalah ada bersama dengan sesama manusia
berdasarkan cinta kasih.
3. Aku tahu bahwa ada aku bersama dengan ada kamu
Akibat ada aku bersama kamu, maka kerinduanku adalah sama dengan
kerinduanmu, kerinduanku sama dengan kerinduanmu adalah kerinduan
akan harmoni
4. Aku tahu bahwa kerinduan akan harmni adalah kerinduan abadi, kerinduan
abadi adalah kerinduan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
5. Aku tahu bahwa kerinduan akan harmoni
Mengaruskan aku memberlakukan kamu dengan cinta kasih, kerinduan akan
harmoni tidak terjadi dalam hubungan aku dia atau mereka, hubungan aku
dia adalah hubungan aku dengan bukan manusia, oleh karenanya
6. Aku tahu bahwa Bhinneka Tunggal Ika
Adalah tuntunan menuju kerinduan akan harmoni.
Proposisi epistomologis Pancasila di atas merupakan landasan keilmuan di
Indonesia secaara ontologis, kosmologis, maupun ekologis.
Secara historis, epistomologis Pancasila terbentuk dari akulturasi
budaya yang telah berlangsung ratusan abad. Akulturasi budaya ini meliputi juga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di nusantara. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang seiring sejalan dengan masuknya
agama Hinddu-Buddha, Islam hingga bangsa Eropa. Atau secara garis besar,
perkembangan iptek di nusantara banyak dipengaruhi dari India, Timur Tengah,
7
Cina, Jepang dan Eropa, selain dari nusantara sendiri. Dalam akulturasi ini, alih
iptek memerlukan landasan epistomologis sebagai sesuatu yang dilakukan oleh
pebelajar iptek. Penentuan objek materi ilmu dalam kerangka sudut pandang
pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa akan menentukan pemberlakuan
metode penelitian, teknik penelitian, dan analisa keilmuan tentang objek.
Proses akulturasi setiap individu warga kebudayaan Indonesia
berhadapan dengan perangkat item-traits-traits complex-cultural
activities dunia. Hal ini menunjukkan tingkat keterpelajaran individu teruji untuk
memilih atau tidak memilih salah satu perangkat item-traits-traits complex-
cultural activitiesdunia. Proses akulturasi ini melibatkan kegiatan
pendidikan. Kegiatan pendidikan akan tunduk pada hukum-hukum keilmuan
pendidikan dan juga melibatkan ilmu-ilmu bantu yang memiliki prinsip dan teori
sendiri.
Pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa sebagai awal epistemologi
Pancasila telah dihadapkan pada berbagai cabang ranting dan tangkai ilmu
empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis. Ketiga ilmu
tersebut telah sedemikian maju dan berkembang secara pesat. Epistemologi
Pancasila menerima strategi trikon dan menggunakan pendekatan pencerdasan
kehidupan bangsa sebagai awal pengembangan epistemologi Pancasila dalam
menghadapi kemajuan ilmu- ilmu empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan
ilmu-ilmu kritis. Selain itu, epistemologi Pancasila juga menerima strategi
akulturasi dalam pengembangan ilmu dengan menggunakan paradigma baru.
Terkait paradigma baru tersebut adalah terterimanya empat gaya pemikiran dan
penyikapan dalam melakukan ilmu pengetahuan. Gaya pemikiran dan
pengerjaan ilmu pengetahuan merupakan langkah awal pengerjaan atau
pemberlakuan obyek materi ilmu. Uji kritis tentang paradigma-paradigma
penelitian masih harus dilakukan oleh setiap peneliti ilmuwan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai keahlian.
Manusia mencari kebenaran lewat filsafat dan penyelidikan secara
ilmiah. Pencarian kebenaran pada hakekatnya berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rokhani (hasrat ingin tahu), karena manusia senantiasa (a priori)
mencari kebenaran demi tuntutan dan tujuan rokhaninya. Secara hierarikis
kebenaran dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Kebenaran, pengetahuan indera, melalui pengalaman pancaindra
2. Kebenaran ilmiah, sebagai tingkat lanjut dari pengamatan pengalaman
(dengan metode apapun)
3. Kebenaran filsafat sebagai puncak dan prestasi pemikiran murni manusia
untuk menembus tapal batas fisika dan metafisika
8
4. Kebenaran religious sebegai kebenaran mutlak fundamental yang hakiki
merupakan puncak dan batas tertinggi jangkauan akal budi kepribadian
manusia. Kebenaran religious berwatak supranatural dan supra rasional.
(Teliti karya Laboratorium Pancasila 1986 dalam Syam, 2006).
Keempat tingkat kebenaran ini menunjukkan dimensi kesemstaan, alam,
budaya, agama dan Tuhan sebagai dunia kepribadian martabat manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan kemampuan pribadi
manusia unggul berkat potensi yang dikembangkannya. Manusia harus dapat
mendayagunakan iptek dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia,
mengembangkan dan melestarikan peradaban, merupakan tanggung jawab
moral manusia(Syam, 2006).
Proses pengembanga iptek secara normatif dan teoritis ilmiah adalah
lewat kelembagaan pendidikan formal. Kelembagaan pendidikan merupakan
tempat untuk proses belajar dan proses penelitian pengembangan iptek.
Kelembagaan pendidikan harus melakukan rekonstruksi sistem pengetahuan
dalam kebudayaan Indonesia. Pengembangan iptek merupakan tujuan bangsa
Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai bangsa yang besar, tiap warga
negara terutama para ilmuwan dan cendikiawan harus memilki budaya
mengembangkan dan menciptakan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi kemaslahatan umat manusia.
B. PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU
Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah
berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu
membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu
bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun
ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,
logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari
mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut
mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian
eksperimen, baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.
Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan
reliabilitas (reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-
kaidah keilmuan (context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai
masyarakat di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery).
9
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
sertaprerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu
dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu
dan kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak
dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa
ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka
perlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.
2. Pilar epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan,
sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses,
sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman
epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita : (a) sarana legitimasi
bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu (b) memberi kerangka
acuan metodologis pengembangan ilmu (c) mengembangkan ketrampilan
proses (d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
3. Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,
religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
10
Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan
ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan
(Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan ilmu secara imperative
mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat integratif
dan prerequisite. Berikut ilustrasinya dalam bagan 1.
Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
1. Prinsip-prinsip berpikir ilmiah
a) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor
subjektif (misal : perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .
b) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan
dan otorita.
c) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten,
implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap
pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis.
d) Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas
dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis,
hermeneutik, intuitif).
e) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan
langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki
target dan arah tujuan yang jelas.
2. Masalah nilai dalam IPTEK
a) Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini
adalah keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi
satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan
yang dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada
kebhinekaannya. Seperti pada awal perkembangan ilmu pengetahuan
berada dalam kesatuan filsafat.
Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru
bertentangan dengan inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri, yaitu
11
keinginan manusia untuk mengadakan kesatuan di dalam
keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin akan
kemungkinannya maka timbullah ilmu pengetahuan. Secara metodis dan
sistematis manusia mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami
hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa
ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya. Namun dalam
perkembangannya ilmu pengetahuan berkembang ke arah
keserbamajemukan ilmu.
b) Mengapa timbul spesialisasi?
Mengapa spesialisasi ilmu semakin meluas? Misalnya dalam ilmu
kedokteran dan ilmu alam. Makin meluasnya spesialisasi ilmu dikarenakan
ilmu dalam perjalanannya selalu mengembangkan macam metode, objek
dan tujuan. Perbedaan metode dan pengembangannya itu perlu demi
kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam ilmu alam dipakai
memajukan ilmu psikologi. Kalau psikologi mau maju dan berkembang
harus mengembangkan metode, objek dan tujuannya sendiri. Contoh ilmu
yang berdekatan, biokimia dan kimia umum keduanya memakai hukum
yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang sarjana biokimia perlu
pengetahuan susunan bekerjanya organisme-organisme yang tidak dituntut
oleh seorang ahli kimia organik. Hal ini agar supaya biokimia semakin maju
dan mendalam, meskipun tidak diingkari antara keduanya masih
mempunyai dasar-dasar yang sama.
Spesialisasi ilmu memang harus ada di dalam satu cabang ilmu,
namun kesatuan dasar azas-azas universal harus diingat dalam rangka
spesialisasi. Spesialisasi ilmu membawa persoalan banyak bagi ilmuwan
sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi
manfaat bagi manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan manusia.
Spesialisasi di samping tuntutan kemajuan ilmu juga dapat meringankan
beban manusia untuk menguasai ilmu dan mencukupi kebutuhan hidup
manusia. Seseorang tidak mungkin menjadi generalis, yaitu menguasai
dan memahami semua ilmu pengetahuan yang ada (Sutardjo, 1982).
c) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi
12
Spesialisasi mengandung segi-segi positif, namun juga dapat
menimbulkan segi negatif. Segi positif ilmuwan dapat lebih fokus dan
intensif dalam melakukan kajian dan pengembangan ilmunya. Segi negatif,
orang yang mempelajari ilmu spesialis merasa terasing dari pengetahuan
lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif membawa dampak
ilmuwan tidak mau bekerjasama dan menghargai ilmu lain. Seorang
spesialis bisa berada dalam bahaya mencabut ilmu pengetahuannya dari
rumpun keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, kemudian menganggap
ilmunya otonom dan paling lengkap. Para spesialis dengan otonomi
keilmuannya sehingga tidak tahu lagi dari mana asal usulnya, sumbangan
apa yang harus diberikan bagi manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan
sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain demi kemajuan
dan kesempurnaan ilmu spesialis yang dipelajari atau dikuasai.
Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi itu hanya mengenai
ilmu pengetahuan tidak sangat berbahaya. Namun bila hal itu terjadi pada
manusianya, maka akibatnya bisa mengerikan kalau manusia sampai
terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya karena terbelenggu oleh
ilmunya yang sempit. Dalam praktikpraktik ilmu spesialis kurang
memberikan orientasi yang luas terhadap kenyataan dunia ini, apakah
dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan, ekologi dll.
Persoalan tersebut bukan berarti tidak terpecahkan, ada kemungkinan
merelativisir jika ada kerjasama ilmuilmu pengetahuan dan terutama di
antara ilmuwannya. Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan tiap-tiap
ilmu pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiaptiap ilmu
dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia.
Keharusan kerjasama ilmu sesuai dengan sifat social manusia dan
segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu akan membuat para ilmuwan
memiliki cakrawala pandang yang luas dalam menganalisis dan melihat
sesuatu. Banyak segi akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan akhir
apalagi bila keputusan itu menyangkut manusia sendiri.
d) Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
Tema ini membawa kita ke arah pemikiran: (a) apakah ada kaitan
antara moral atau etika dengan ilmu pengetahuan, (b) saat mana dalam
13
pengembangan ilmu memerlukan pertimbangan moral/etik? Akhir-akhir ini
banyak disoroti segi etis dari penerapan ilmu dan wujudnya yang paling
nyata pada jaman ini adalah teknologi, maka pertanyaan yang muncul
adalah mengapa kita mau mengaitkan soal etika dengan ilmu
pengetahuan? Mengapa ilmu pengetahuan yang makin diperkembangkan
perlu sapa menyapa dengan etika? Apakah ada ketegangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan moral?
Untuk menjelaskan permasalahan tersebut ada tiga tahap yang perlu
ditempuh.
Pertama, kita melihat kompleksitas permasalahan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kaitannya dengan manusia.
Kedua,membicarakan dimensi etis serta kriteria etis yang diambil.
Ketiga, berusaha menyoroti beberapa pertimbangan sebagai semacam
usulan jalan keluar dari permasalahan yang muncul.
e) Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kalau perkembangan ilmu pengetahuan sungguhsungguh menepati
janji awalnya 200 tahun yang lalu, pasti orang tidak akan begitu
mempermasalahkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Bila
penerapan ilmu benar-benar merupakan sarana pembebasan manusia dari
keterbelakangan yang dialami sekitar 1800-1900-an dengan menyediakan
ketrampilan know how yang memungkinkan manusia dapat mencari nafkah
sendiri tanpa bergantung pada pemilik modal, maka pendapat bahwa ilmu
pengetahuan harus dikembangkan atas dasar patokan-patokan ilmu
pengetahuan itu sendiri (secara murni) tidak akan mendapat kritikan tajam
seperti pada abad ini. Namun dewasa ini menjadi nyata adanya
keterbatasan ilmu pengetahuan itu menghadapi masalahmasalah yang
menyangkut hidup serta pribadi manusia. Misalnya, menghadapi soal
transplantasi jantung, pencangkokan genetis, problem mati hidupnya
seseorang, ilmu pengetahuan menghadapi keterbatasannya. Ia butuh
kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin ilmunya sendiri. Kompleksitas
permasalahan dalam pengembangan ilmu dan teknologi kini menjadi
pemikiran serius, terutama persoalan keterbatasan ilmu dan teknologi dan
14
akibatakibatnyabagi manusia. Mengapa orang kemudian berbicara soal etika
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi?
f) Akibat teknologi pada perilaku manusia
Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomen
penerapan kontrol tingkah laku (behavior control). Behaviour
control merupakan kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan
tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some
one to do ones bidding). Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku
manusia ini mengakibatkan munculnya masalahmasalah etis seperti berikut.
1. Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan kemampuan
perilaku seseorang diubah dengan operasi dan manipulasi syaraf otak
melalui psychosurgerys infuse kimiawi, obat bius tertentu. Electrical
stimulation mampu merangsang secara baru bagian-bagian penting,
sehingga kelakuan bias diatur dan disusun. Kalau begitu kebebasan
bertindak manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahan.
2. Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang kelakuan
manusia, memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui iklan
atau media lain.
3. Pemahaman njlimet tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis, rayuan
untuk menghirup kebutuhan baru sehingga bisa mendapat untung lebih
banyak, menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk mengatur
kelakuan manusia.
4. Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang
dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri. Konflik muncul
justru karena si pengatur memperbudak orang yang dikendalikan,
kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut kehendak si
pengontrol.
5. Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan oleh Schumacher. Bagi
Schumacher eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi
manusia justru karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia
adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat kemanusiaannya. Pemakaian
teknologi modern condong mengasingkan manusia dari eksistensinya
sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam
15
bekerja. Pekerjaan tangan dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga
mesin, hilanglah kepuasan dan kreativitas manusia (T. Yacob, 1993).
g) Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi
dikembangkan secara konkrit, unsur-unsur mana yang tidak boleh dilanggar
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar
masyarakat itu tetap manusiawi.
1. Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk menjamin
penghormatan terhadap manusia. Individu individu perlu dilindungi dari
pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.
2. Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang
mutlak. Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi
kekuatan ekonomi maupun politik. Jika kita ingin memanusiawikan
pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia mendesentralisasikan
monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi.
Pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan
yang sama menggunakan hak-haknya.
3. Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak
menguras/mengeksploitasi sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa
memperhatikan akibat-akibatnya pada seluruh masyarakat. Ekologi
mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan
benda yang lain di alam ini.
4. Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga
manusia dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem
administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai
pribadi tapi lebih dari sudut kegunaannya atau hanya dilihat sejauh ada
manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi berdasar
hubungan sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai
manusia dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu dan teknologi mau
manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai pribadi tidak boleh kalah
16
oleh mesin. Hal ini penting karena sistem teknokrasi cenderung
dehumanisasi ( T. Yacob, 1993).
3. Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu
pengetahuan dan Teknologi
Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara
pada kehidupan manusia maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-
cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan
teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan
manusia.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita
meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai
menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah
pengembangan ilmu. Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai
mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi
ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari
kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau an unfinished journey.
Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan
produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau
analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis,
mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-
sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut
memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan
suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural. Ilustrasinya dapat
dilihat pada bagan 2 berikut ini.
4. Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara
rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai
bagiannya dan bukan pusatnya.
17
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya
semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu.
3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme
dalam sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan
sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting
untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak
mengganggu integrasi.
4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu
pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus
demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari
kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.
5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga
keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan
keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu
tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan
landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila.
Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan
kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.
Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada
penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian
ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak
dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri,
khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat
mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
C. PERAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
18
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis
dinamis, didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh
karena itu pengembangan pendidikan haruslah berorientasi kepada dua tujuan,
yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa intelektual akan tidak
berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang dapat
menggunakan kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan
orang lain. Selain itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana
untuk membelajarkan peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun
watak dan peradapan manusia yang bermartabat. Ialah manusia manusia
yang beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha kemanusiaan,
menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan
kebersamaan dan keberagaman, membamgun kedisiplinan dan kemandirian,
sesuai dengan nilai nilai pancasila. Oleh karena itu proses dan isi
pembelajaran hendaknya dirancang secara cermat sesuai dengan tujuan
pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi bagi proses
pembelajaran yang berkualitas.
Sedangkan untuk saat ini pendidikan di Indonesia selama ini
dianggap terlalu mahal dan menguntungkan pihak atau masyarakat yang
mampu atau masyarakat yang mempunyai kekayaan lebih sehingga mereka
mampu menyekolahkan putra putrinya bahkan sampai ke luar negeri sekalipun
untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai, sebaliknya dengan
warga miskin atau warga kurang mampu banyak yang kesulitan untuk
menyekolahkan anaknya minimal memenuhi target pemerintah untuk program
wajib belajar 9 tahun sampai lulus SMP atau lulus sekolah menengah tingkat
pertama, para orang tua ini bahkan terpaksa menyuruh anaknya untuk bekerja
dan putus sekolah untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Kemudian pemerintah melakukan gebrakan melalui Menteri Pendidikan
Nasional Professor Bambang Sudibyo dengan cara mencanangkan program
sekolah gratis wajib belajar 9 tahun sampai lulus SMP khusus siswa yang
sekolah di SD/SMP negeri kecuali sekolah yang sudah bertaraf internasional
agar para anak-anak penerus bangsa ini tidak bodoh dan buta huruf dan juga
agar pendidikan di Indonesia menjadi bertambah maju. Sehingga pelaksanaan
wajib belajar 9 tahun dilaksanakan diberbagai penjuru kota di Negara ini.
19
Setelah semua masyarakat sepakat dengan konsep tentang wajar, maka tugas
kita bisa bersama-sama untuk memajukan pendidikan. Pendidikan bukan hanya
tanggungjawab guru atau sekolah, melainkan seluruh warga Negara terutama
orang tua.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung
jawab bersama. Bagaimana agar program sekolah gratis bisa efektif dan tepat
sasaran untuk anak-anak miskin dan kurang mampu agar mau mengikuti
program sekolah gratis dan bagaimana bentuk atau cara-cara jitu pemerintah
dan pihak sekolah agar orang tua murid mau melepas anak mereka untuk
bersekolah kembali. Setiap program yang dicanangkan oleh pemerintahan
tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Negara ini, sudah pasti
yaitu pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sehingga
proses pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pancasila.
Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia yang sesuai dengan
Peranan Nilai-nilai Pancasila Pemerintah menyelenggarakan Program Wajib
Belajar 9 Tahun adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Peranan sila pertama sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam
ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian,
biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama.Dalam pendidikan agama
akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai
dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa.
Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga
yang sudah berkeluarga itu mengharuskan anak-anak untuk bersekolah,
karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi
masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini
dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu
keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti
dalam kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa
pendidikan itu sangat penting bagi suatu bangsa maka pemerintahan
melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Hal tersebut tidak lepas dari sumber daya manusianya yang berkualitas.
Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai sarana dalam
20
mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Peran dari bidang
pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta
menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan
kemampuan dan pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi
terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup dalam zaman yang selalu
berubah.Sistem pendidikan nasional harus dapat memberi pendidikan dasar
bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar masing-masing
memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar,
yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta
menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara
untuk dapat berperanserta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban
pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat, dan memperkuat persatuan dan kesatuan serta
upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini harus dapat
diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal
31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran".
Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap
manapun dalam perjalanan hidupnya --pendidikan seumur hidup--,
meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus-
menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang diperolehnya untuk
kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting,
karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia.
Hal ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa
yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan
21
adanya program pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun dapat
memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.
Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana
melaksanakan kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor
yang seharusnya. Manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat
dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun.
Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan memaksakan
kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
3. Sila Persatuan Indonesia
Negara Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. Dibutuhkan
sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi
semakin berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar sesama
warga negara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana
untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu
diterapkan dilingkungan pendidikan.
Sila Persatuan Indonesia harus dijadikan sebagai dasar persatuan
dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan
pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan
Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar
di galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).
Diwajibkan setiap warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada
jenjang pendidikan dasar yaitu dari tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) /
Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah menengah pertama (SMP)
atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa.
Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai
prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya
manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan
kunci keberhasilan suatu Negara.
22
Mendiknas menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak
Indonesia, tanpa kecuali. Berdasarkan sila keempat Pancasila : Kerakyatan
Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan :
Semua kebijakasanaan pemerintah harus berdasarkan kebutuhan
rakyat. Semua kebijaksanaan yang pemerintah buat harus berdasarkan
kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil rakyat di parlemen).Salah satu
kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang telah
diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar
di tengah-tengah masyarakat luas.
Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan program bersama
antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat.
Upaya-upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui
gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal
formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami
pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk
mensukseskan program nasional tersebut.
Oleh karena itu Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak
Bangsa Indonesia untuk menjadi generasi penerus bangsa yang
berpendidikan dan diharapkan jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa
diminimalisir dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan
Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh
karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap
meningkatkan partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut
serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat
baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua
terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan semakin tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal
terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, agar anak-anak
23
mereka menjadi anak-anak yang mampu bersaing dengan lingkungan yang
ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi menjadi hambatan bagi para
orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran
serta pemerintah sangat diperlukan.
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pendidikan di
Indonesia adalah dengan mengadakan program wajib belajar 9 tahun (
WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di
Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan bantuan-bantuan bagi
dalam bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya Operasional
Siswa ).
Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia bisa
mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
a. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan .
b. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya .
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional .
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah .
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program
WAJAR 9 tahun ini, semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5
Pancasila dalam mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pendidikan secara
layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa nila-nilai yang
terkandung dalam pancasila sangat berpengaruh dalam perkembangan
pendidikan diindonesia. Karena nilai-nilai tersebut mengatur progam wajib
belajar yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola
pikir pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan. Peranan
pancasila di dalam berbangsa dan bernegara sangatlah penting bagi
masyarakat kususnya Indonesia. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir
semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama
dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu
yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu
Negara.
Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan
peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, oang lain ataupun
Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang
lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih
awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik
Negara kita di dunia internasional.
B. Saran
Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia
untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan
jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi
untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9
Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program
25
itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan partisipasinya dalam Program
Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta
dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan
generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya.
Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.balairungpress.com
2. http://14april92.blogspot.com
3. http://endangsriyani.blogspot.com
4. http://anislestarihasim.blogspot.com