39
DOSEN PEMBIMBING : SEPAREN, S.Pd, M.H UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELOMPOK : IV (EMPAT) ANGGOTA KELOMPOK : 1. MITA FRESANDI 2. NOVALIANA 3. NURHAYATI SIHOMBING 4. NURUL HASANAH 5. PUTRI DZULHIJJAH 6. PUTRI QORI UTAMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING : SEPAREN, S.Pd, M.H

UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ANGGOTA KELOMPOK :

1. MITA FRESANDI2. NOVALIANA3. NURHAYATI SIHOMBING4. NURUL HASANAH5. PUTRI DZULHIJJAH6. PUTRI QORI UTAMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU

2012

Page 2: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

Pancasila ini dengan tidak ada halangan suatu apapun. Makalah ini berjudul UUD

NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

Makalah ini akan membahas tentang Undang-undang dasar 1945 dan

Perubahannya. Penyusunan makalah ini berdasarkan tugas dari dosen mata kuliah

Pendidikan Pancasila.

Oleh karena itu penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Separen,S.Pd,M.H selaku dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah

berpatisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengharapkan makalah

ini bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis .

Dengan demikian kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk di masa yang akan datang.

PEKANBARU, APRIL 2012

PENULIS

Page 3: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

DAFTAR ISI

Halaman judul

KATA PENGANTAR……………….………………………………………...….i

DAFTAR ISI………………………..………………………………………….…ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………….………………..………………………….........1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………...........................2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan………………………………………............2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945……………………...…3

2.2 Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945 ………………………………….5

2.3 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945………………………….7

2.4 Lembaga-lembaga Negara berdasarkan UUD

1945………………………..10

2.5 Hubungan antara lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945….…..13

2.6 Gerak pelaksanaan UUD 1945……………………………………………..17

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………iii

Page 4: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang

UUD 1945, banyak melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap

UUD 1945 tersebut. Amandemen tersebut tidak dimaksudkan untuk

mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan suatu prosedur

penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD

1945 itu sendiri. Amandemen dilakukan dengan melakukan berbagai

perubahan pada pasal-pasal maupun memberikan tambahan-tambahan.

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 didasarkan pada suatu

kenyataan sejarah selama orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap

pasal-pasal UUD memiliki sifat “multi interpretable” atau dengan kata lain

mengandung banyak arti, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi

kekuasaan terutama kepada presiden. Karena latar belakang inilah maka masa

orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan

bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.

Hal yang mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak

adanya sistem kekuasaan dengan “checks and balances” terutama terhadap

kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses reformasi

terhadap UUD 1945 merupakan suatu keharusan, karena dapat mengantarkan

bangsa Indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap

kenegaraan.

Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak

tahun 1999. Amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan

dan perubahan terhadap 9 pasal UUD 1945. Kemudian amandemen kedua

dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001

dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002 yang disahkan pada

tanggal 10 Agustus 2002.

Page 5: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam

kehidupan ketatanegaraan yang diharapkan membawa ke arah perbaikan

tingkat kehidupan rakyat. UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan

dengan melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi rakyat dalam mengambil

keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan Negara yang

lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dirumuskan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945?

2. Bagaimana isi Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945 dan hubungan

keduanya?

3. Bagaimana Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 hasil

amandemen 2002?

4. Bagaimana Lembaga-lembaga Negara berdasarkan UUD 1945?

5. Bagaimana hubungan antara lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD

1945?

6. Bagaimana gerak pelaksanaan UUD 1945?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945

2. Untuk mengetahui isi Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 serta

hubungan keduanya

3. Untuk mengetahui Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

4. Untuk mengetahui Lembaga-lembaga Negara berdasarkan UUD 1945

5. Untuk mengetahui hubungan antara lembaga-lembaga Negara berdasarkan

UUD 1945

6. Untuk mengetahui gerak pelaksanaan UUD 1945

Page 6: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dan Sifat UUD 1945

Sebelum terjadinya amandemen atas UUD 1945, yang dimaksud dengan

UUD 1945 ialah keseluruhan naskah yang terdiri dari 3 bagian yaitu :

a. Bagian Pembukaan, terdiri dari 4 alinea

b. Bagian Batang Tubuh, terdiri dari 6 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan

Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan

c. Bagian penjelasan, yang meliputi Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal

demi pasal

Pada waktu UUD 1945 disahkan oleh PPKI dalam sidangnya tanggal 18

Agustus 1945 baru meliputi Pembukaan dan Batang tubuh saja, sedangkan

Penjelasannya belum termasuk didalamnya. Setelah naskah resminya dimuat

dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia tanggal 15 Februari 1946,

Penjelasan dimaksud telah menjadi bagian daripadanya, sehingga pengertian

UUD 1945 meliputi Pembukaan, Batang tubuh dan Penjelasan.

Adapun yang dimaksud dengan undang-undang dasar menurut UUD 1945

adalah hukum dasar tertulis. Sebagai hukum, UUD itu mengikat, baik bagi

pemerintah, setiap lembaga Negara dan lembaga masyarakat serta mengikat

bagi setiap warga Negara Indonesia dimanapun berada, terlebih bagi setiap

penduduk yang ada di wilayah Republik Indonesia. Selain itu, undang-undang

dasar juga berisikan norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan

yang harus dilaksanakan dan ditaati.

Undang-undang dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar dan

sebagai hukum dasar, maka undang-undang dasar itu sendiri merupakan

sumber hokum. Oleh karena itu setiap produk hokum seperti undang-undang,

peraturan atau keputusan pemerintah, termasuk kebijkasanaan pemerintah

harus berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi, yang

pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD

1945.

Page 7: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Sebagai hukum dasar tertulis, undang-undang dasar dalam kerangka tata

aturan atau tata tingkatan norma hukum yang berlkau menempati kedudukan

yang tinggi, yang mempunyai fungsi sebagai alat pengontrol bagi norma

hukum yang kedudukannya lebih rendah, apakah telah sesuai atau tidak

dengan ketentuan undang-undang dasar.

Selain daripada undang-undang dasar sebagai hukum dasar tertulis, masih

ada hokum lainnya yang tidak tertulis, yaitu yang dalam penjelasan UUD

1945 menyatakan sebagai “aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara

dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis”, yang dikenal

dengan sebutan Convensi. Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktik

penyelenggaraan Negara

2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar

3. Diterima oleh seluruh rakyat

4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar

yang tidak terdapat dalam undang-undang dasar

Dalam praktik ketatanegaraan Republik Indonesia pengertian Undang-

undang dasar sama dengan pengertian Konstitusi. Hal ini terbukti dengan

sebutan istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Serikat.

Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 Bersifat

singkat dan supel. Sifat singkat UUD 1945 tidak berarti bahwa UUD tidak

lengkap atau mengabaikan kepastian hokum, karena aturan-aturan pokok atau

untuk penyelenggaraannnya lebih lanjut dapat dapat diserahkan kepada aturan-

aturan yang kedudukannya lebih rendah. Sifatnya yang supel dimaksudkan

bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa masyarakat itu harus terus

berkembang, dinamis. Sifat aturan yang tertulis itu bersifat mengikat, oleh

karena itu makin supel sifatnya aturan itu makin baik.

Page 8: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

2.2 Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 alinea menjadi sumber motivasi

dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber

dari cita hukum dan ciri moral yang ingin ditegakkan, baik dalam lingkungan

nasional maupun dalam hubungannya dengan pergaulan bangsa-bangsa

Indonesia.

Tiap-tiap alinea dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat

dalam, serta mengandung nilai-nilai universal dan lestari. Dikatakan

mengandung nilai universal, karena mengandung nilai yang dijunjung tinggi

oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh muka bumi, sedangkan dikatakan nilai

lestari, karena mampu menampung dinamika masyarakat, dan akan tetap

menjadi landasan perjuangan bangsa dan Negara, selama bangsa Indonesia

tetap setia kepada Negara proklamasi 17 Agustus 1945.

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan

dan dijelmakan dalam Batang tubuh UUD 1945, yaitu dalam bentuk pasal-

pasalnya. Pokok-pokok pikiran dimaksud terdiri atas 4 pokok pikiran, yaitu:

Pokok pikiran pertama : persatuan

Pokok pikiran kedua : keadilan social

Pokok pikiran ketiga : kerakyatan

Pokok pikiran keempat : ketuhanan yang maha esa dan kemanusiaan

yang adil dan beradab

Dengan demikian keempat pokok pikiran ini tidak lain daripada pancaran

dasar falsafah Negara pancasila, walaupun apabila kita perhatikan susunan

daripada pokok-pokok pikiran tersebut tidak mencerminkan suattu susunan

yang beraturan/sistematis seperti halnya yang terdapat pada susunan pancasila

pada alinea keempat pembukaan UUD 1945 yang dimulai dengan sila

Ketuhanan yang Maha Esa dan bukan sila Persatuan Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 3 Pasal aturan

peralihan dan 2 pasal aturan tambahan yang merupakan perwujudan dari

pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945,

Page 9: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

didalamnya memuat materi yang pada dasarnya dapat dibedakan dalam 2

bagian, yaitu :

1. Yang berisikan pengaturan materi tentang bentuk Negara dan system

pemerintahan termasuk didalamnya pengaturan tentang kedudukan,

tugas, wewenang dan saling berhubungan antara lembaga Negara yang

satu dengan yang lainnya.

2. Yang berisikan materi mengenai hubungan Negara dengan warga

Negara dan penduduknya serta konsepsi Negara diberbagai bidang :

politik,ekonomi, social-budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain.

Isi Batang tubuh UUD 1945 hasil amandemen 2002 antara lain berkaitan

dengan:

1. Bentuk dan kedaulatan (Bab I)

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (Bab II)

3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Bab III)

4. Dewan Pertimbangan Agung (Bab IV “dihapus”)

5. Kementerian Negara (Bab V)

6. Pemerintahan Daerah (Bab VI)

7. Dewan Perwakilan Rakyat (Bab VII)

8. Dewan Perwakilan Daerah (Bab VIIA)

9. Pemilihan Umum (Bab VIIB)

10. Hal keuangan (Bab VIII)

11. Badan Pemeriksa Keuangan (Bab VIIIA)

12. Kekuasaan Kehakiman (Bab IX)

13. Wilayah Negara (Bab IXA)

14. Warga Negara dan Penduduk (Bab X)

15. Hak Asasi Manusia (Bab XA)

16. Agama (Bab XI)

17. Pertahanan dan Keamanan Negara (Bab XII)

18. Pendidikan dan Kebudayaan (Bab XIII)

19. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial (Bab XIV)

Page 10: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

20. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu kebangsaan (Bab XV)

21. Perubahan Undang-undang Dasar 1945 (Bab XVI)

Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang

tak dapat dipisahkan, yakni sebagai rangkaian kesatuan nilai dan norma yang

terpadu. Hal ini dikarenakan didalam pembukaan tersebut mengandung pokok-

pokok pikiran yang tidak lain daripada nilai-nilai dasar Negara pancasila yang

diciptakan dalam Batang tubuh UUD 1945(dalam bentuk pasal-pasalnya).

Dengan demikian terjadi penjabaran atas nilai dasar kedalam/ menjadi norma

dasar.

2.3 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan UUD 1945, dikenal adanya 7

buah kunci pokok system pemerintahan Negara, yaitu :

1. Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hokum ( Rechtsstaat)

“Negara Indonesia berdasarkan atas hokum (Rechtsstaat), tidak

berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.

Ini mengandung arti bahwa Negara, termasuk di dalamnya pemerintah dan

lembaga-lembaga Negara yang lain, dalam melaksanakan tindakan apa

pun harus dilandasi oleh hokum atau harus dapat dipertanggungjawabkan

secara hokum. Tekanan pada hokum (recht) diharapkan sebagai lawan dari

kekuasaan (macht).

Negara hokum yang dimaksud UUD 1945 ialah “ Negara yang

melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tupah darah Indonesia “

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.

2. Sistem Konstitusional

“ Pemerintah berdasar atas system konstitusi (hukum dasar) tidak

bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas)”.

System ini member ketegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan

dibatasi oleh ketentuan-ketentua konstitusi-konstitusi, dan dengan

Page 11: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

sendirinya juga oleh ketentuan-ketentuan hokum lain yang merupakan

produk konstitusioanal, seperti GBHN, UU dan sebagainya. Dengan

demikian system ini memperkuat berlakunya system Negara hukum diatas.

3. Kekuasaan Negara yang tertinggi ditangan majelis permusyawaratan

rakyat.

Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, MPR mempunyai tugaas dan

wewenang yang sangat menentukan jalannya Negara dan bangsa, yaitu

berupa :

a. Menetapkan UUD

b. Menetapkan GBHN

c. Mengangkat presiden dan wakil presiden

Dengan kewenangan yang demikian, maka kekuasaan MPR luas

sekali, dan hal ini logis, karena MPR memegang kedaulatan rakyat.

Sebagai badan yang merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat maka

segala keputusan yang diambil MPR harus mencerminkan keinginan dan

aspirasi seluruh rakyat.

4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah

majelis.

“ dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, presiden ialah

penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan

pemerintan Negara, kekuasaan ddan tanggung jawab adalah di tangan

presiden.

Sistem ini logis, karena presiden diangkat oleh Majelis. Selainn

diangkat, presiden juga dipercaya dan diberi tugas unttuk melaksanakan

kebijaksanaan rakyat yang berupa GBHN maupun ketetapan-ketetapan

lainnya oleh majelis. Karena itu sebagai mandataris majelis, presiden

dalam menjalankan pemerintahan yang dipercayakan kepadanya

bertanggung jawab kepada dewan, artinya kedudukan presiden tergantung

dari dewan.

Page 12: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

5. Presiden tidak bertanggung jawab pada DPR.

“disampingnya presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden

harus dapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk

UUD dan untuk menetapkan anggaran pendapatan belanja Negara. Oleh

karena itu, presiden harus bejerja bersama-sama dengan dewan, akan tetapi

presiden tidak bertanggung jawab kepada dewan, artinya kedudukan

presiden tidak bergantung kepada dewan”.

Menurut sitem pemerintahan ini presiden tidak dapat membubarkan

DPR seperti pada system parlemen, demikian pula DPR juga tidak dapat

menjatuhkan presiden, karena presiden tidak bertanggung jawab kepada

presiden.

6. Menteri Negara ialah membantu presiden, menteri Negara tidak

bertanggung jawab pada DPR.

“presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Negara.

Menteri-menteri itu tidak bertanggung jawab kepada DPR. Kedudukannya

tidak tergantung dari dewan, akan tetapi tergantung dari pada presiden.

Mereka ialah pembantu presiden”

Dalam statusnya yang demikian, maka tidak dapat dikatakan bahwa

mentri-mentri Negara itu ialah pegawai tinggi biasa, oleh karena dengan

petunjuk dan persetujuan presiden, menteri-menteri inilah yang pada

kenyataannya menjalankan kekuasaan pemerintah dibidangnya masing-

masing. Inilah yang disebut presidensial.

7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas

“ Meskipun kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia

bukan dictator, artinya kekuasaan tidak terbatas. Diatas telah ditegaskan

bahwa ia bertanggung jawab kepada MPR. Keculai ia harus

memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR”

Page 13: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Kunci sitem ini ialah kekuasaan presiden tidak terbatas. Hal iini juga

sudah ditegaskan dalam kunci sitem yang kedua, yaitu sitem pemerintahan

konstitusional, bukan bersifat absolute, dengan meninjukkan fungsi atau

peran DPR dan fungi atau peranan para mentri sebagai pembantu presiden,

yang dapat mebncegah kemungkinan kekuasaan pemerintah ditangan

presiden kearah kekuasaan mutlak atau absolutisme.

2.4 Lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945

Untuk memahami kelembagaan Negara perlu diuraikan materi yang

tertuang dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945, yang pada umunya

mencakup pokok-pokok ketentuan tentang kedudukan, tugas dan wewenang,

hubungan kerja dan cara kerja dari lembaga Negara yang bersangkutan.

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Dalam pasal 2 UUD 1945 disebutkan bahwa MPR terdiri atas anggota-

anggota DPR dan DPD. Keanggotaan MPR menurut UUD 1945 hasil

amandemen 2002 menunjukkan bahwa seluruh anggota MPR sepenuhnya

merupakan hasil dari pemilihan umum. Adapun menurut UUD 1945

sebelum diamandemen anggota MPR ditambah dengan utusan golongan.

Adapun kewenangan MPR berubah bukan lagi sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi Negara melainkan terbatas pada 3 hal, yaitu:

a. ayat (1); MPR mengubah dan menetapkan UUD 1945

b. ayat (2); MPR melantik presiden dan wakil presiden

c. ayat (3); MPR dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil

presiden dalam masa jabatannya menurut UUD yang menurut

istilah hokum tatanegara disebut impeachment

2. Dewan Perwakilan Rakyat

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19 samapai dengan pasal 22

UUD 1945. Susunan DPR ditetapkan dalam Undang-undang dan DPR

bersidang sedikitnya sekali dalam setahun(pasal 19). Mengingat

keanggotaan DPR merangkap keanggotaan MPR, maka kedudukan

Page 14: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

dewan ini adalah kuat dan oleh karena itu tidak dapat dibubarkan oleh

presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan

Negara.

DPR memiliki kekuasaan membentuk UUD (pasal 20 ayat 1), hal

ini berbeda dengan UUD 1945 amandemen 2002. Dimana DPR

Nampak lebih pasif karena sesuai UUD 1945 sebelum amandemen

pasal 20 “DPR dapat menyetujui rancangan UU yang diusulkan

pemerintah” dan Pasal 21 berhak mengajukan rancangan UU

disaamping itu.

Adapun menurut UUD 1945 amandemen 2002 selain DPR

memiliki kekuasaan membentuk UU, DPR juga mempunyai hak

inisiatif yaitu hak untuk mengajukan rancangan UU (pasal 21 ayat 1)

selain itu DPR juga memiliki hak interpelasi, hak angket dan

menyatakan pendapat (pasal 20A ayat 2). Selain hak tesebut setiap

anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan,

menyampaikan usul, pendapat serta hak imunitas(pasal 20A ayat 3).

DPR juga mempunyai fungsi yang diatur dalam UUD 1945 sesuai

pasal 20A ayat 1 yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi

pengawasan.

3. Dewan Perwakilan Daerah

Anggota DPD dipilih melalui pemilihan umum(pasal 22C ayat 1).

Anggota DPD dari setiap provinsi, jumlahnya sama an jumlah seluruh

anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR(Pasal

22C ayat 2). DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan Undang-Undang

yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukkan dan pemekaran serta penggabungan daerah,

pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya serta berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Page 15: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

4. Badan Pemeriksa Keuangan

Pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara

diadakan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan

mandiri. Fungsi BPK diera reformasi ialah memberantas KKN.

5. Kekuasaan Kehakiman

Menurut pasal 24 UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman adalah

merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan , ayat 1. Kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan

peradilan yang berada dibawahnya dalam lindungan peradilan umum,

lingkunga peradilan agama. Lingkungan peradilan militer, lingkungan

peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi,

ayat2. Mahkamah agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi

menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang, dan

mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang

pasal 24 ayat 1. Hakim agung harus memiliki integritas dan

kepribadian yang tidak tercela, adil, professional. Dan berpengalaman

dibidang hukum,ayat 2.

2.5 Hubungan antara lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945

1. Hubungan antara MPR dan Presiden

Majelis permusyawaratan rakyat sebagi pemegang kekuasaaan tinggi

sebagai wakil rakyat sesuai dengan UUD 1945 (pasal 1 ayat 2), disamping

DPR dan presiden. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa

baik presiden maupun MPR dipilih lamngsung oleh rakyat, pasal 2 ayat 1 dan

pasal 6A ayat 1. Berbeda dengan kekuasaan MPR menurut UUD 1945

sebelum dilakukan amandemen 2002, yang memiliki kekuasaan tertinggi dan

mengangkat serta memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden.

Page 16: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Sesuai dengan ketentuan UUD1945 hasil amandemen 2002, maka

presiden dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatanya baik karena

permintaan sendiri atau karena tidak dapat melakukan kewajibannya maupun

diberhentikan oleh MPR. Pemberhentian presiden oleh MPR sebelum masa

jabatan berakhir, hanya mungkin dilakukan jikalau presiden sungguh-

sungguh telah melanggar hokum berupa penghianatan terhadap Negara,

korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela

maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden

dan/atau wakil presiden (pasal 7A).

Namun demikian perlu dipahami bahwa oleh karena presiden tidak

diangkat oleh MPR, maka presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR,

melainkan kepada rakyat Indonesia sesuai ketentuan UUD.

2. Hubungan antara MPR dan DPR

MPR terdiri atas anggota-anggota DPR, dan anggota-anggota DPD yang

dipilih melalui pemilu. Dengan demikian maka seluruh anggota MPR

menurut UUD 1945 di pilih melalui pemilu.oleh karena anggota DPR

seluruhnya merangkap anggota MPR, maka MPR menggunakan DPR sebagai

tangan kanannya dalam melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang

dilakukan oleh presiden sabagaimana ditetapkan oleh MPR.

Dalam hal ini DPR menggunakan hak-hak tertentu yang dimilikinya

seperti hak angket, hak amandemen, hak interpelasi, hak budget, hak Tanya

inisiatif, pasal 20A.

3. Hubungan antara DPR dan Presiden

Sebagai sesama lembaga dan sesame anggota badan legislatif maka DPR

dan presiden bersama-sama mempunyai tugas antara lain:

a. Membuat UU (pasal 5 ayat 1), 20 dan 21.

b. Menetapkan UU tentang anggaran (pendapatan dan belanja negara)

pasal 23 ayat 1.

Page 17: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Membuat UU berarti menentukan kebujakan politik yang diselenggarakan

oleh presiden atau pemerintah.

Bentuk kerjasama antara DPR dan presiden tidak boleh mengingkari

patner legislatifnya. Presiden harus memperhatikan, mendengarkan,

berkonsultasi dalam banyak hal, memberikan keterangna-keterangan serta

laporan-laporan kepada DPR dan meminta pendapatnya untuk pengawasan

tersebut maka DPR mempunyai beberapa wewenang.

Dengan adanya wewenang DPR tersebut, maka sepanjang tahun terjdi

musyawarah yang diatur antara pemerintah dan DPR, dan DPR mempunyai

kesempatan untuk mengemukakan pendapat rakyat secara kritis terhadap

kebijaksanaan dan politik pemerintahan.

4. Hubungan antara DPR dengan Menteri-menteri

Hubungan kerjasama antara Presiden dengan DPR juga harus dilaksanakan

dalam hal DPR menyatakan keberatannya terhadap kebijaksanaan menteri-

menteri. Dalam hal ini sudah sewajarnya Presiden menteri yang bersangkutan

tanpa membubarkan kabinet.

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa menteri-menteri diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden pasal 17 ayat (2), sedangkan dalam

penjelasannya dikemukakan bahwa menteri-menteri itu tidak bertanggung

jawab kepada DPR, artinya kedudukannya tidak tergantung kepada Dewan,

akan tetapi tergantung kepada Presiden. Dalam pasal tentang kementerian

negara (pasal17) diterangkan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab

kepada DPR (Sistem Kabinet Presidensial).

Seperti juga halnya dengan presiden, menteri-menteri tidak dapat

dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR, akan tetapi sebagai

konsekuensinya yang logis dari tugas dan kedudukannya, ditambah pula

ketentuan yang mengatakan bahwa Presiden harus memperhatikan sungguh-

sungguh suara DPR. Oleh karena itu menteri-menteripun juga tidak terlepas

Page 18: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

dari keberatan-keberatan DPR, yang berakibat diberhentikannya menteri oleh

Presiden.

Jika Presiden bersitegang tidak mau mendengarkan suara DPR yang telah

diberikannya dengan tulus ikhlas, maka sebagai jalan keluar MPR harus

segera memberikan keputusannya, dan terhadap MPR itu Presiden secara

imperatif harus melaksanakannya, terutama berdasar pasal 3 ayat (3).

5. Hubungan antara presiden dengan menteri-menteri

Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal

17 ayat 2) dan menteri-menteri itu formal tidak bertanggung jawab kepada

DPR, akan tetapi tergantung kepada presiden. Mereka adalah pembantu

presiden(pasal 17 ayat 1). Meskipun kedudukan para menteri Negara

tergantung kepada presiden, mereka bukan pegawai tinggi biasa, oleh karena

itu menteri-menterilah yang terutama menjalankan pemerintahan dalam

prakteknya. Sebagai pemimpin departemen (pasal 17 ayat 3), menteri

mengetahui seluk beluk mengenai lingkungan pekerjaannya.

6. Hubungan antara Mahkamah Agung dengan lembaga Negara lainnya

Dalam pasal 24 ayat 1 uud 1945 disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan lain-lain badan kehakiman

menurut susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman tersebut diatur

menetapkan hubungan antara mahkamah agung dengan lembaga-lembbaga

lainnya. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa kekuasaan

kehakiman adalah kekuasaan pemerintah ataupun kekuasaan serta kekuatan

lainnya. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam bentuk UUD

1945 tentang kedudukan para hakim, sebgai syarat mencapai suatu keputusan

yang seadil-adilnya.

7. Hubungan antara BPK dengan DPR

Page 19: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

BPK bertugas memeriksa langsung tanggung jawab tentang keuangan

Negara dan hasil pemeriksaannya itu diberitahukan kepada DPR, DPD dan

DPRD(pasal 23E ayat 2) untuk mengikuti dan menilai kebijaksanaan eonomis

financial pemerintah yang dijalankan oleh aparatur administrasi Negara yang

dipimpin oleh pemerintah.

BPK bertugas untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang

keuangan Negara dan memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja Negara. Sehubungan dengan penunaian tugasnya BPK berwenang

meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan atau

instansi pemerintah atau badan swasta, sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-undang.

2.6 Gerak pelaksanaan UUD 1945

Sejarah Awal

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun

rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari

tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan

tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni

1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9

orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah

Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan

kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka

naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan

pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia

Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah

rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa

kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di

Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17

Page 20: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan

sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada

tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan

legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November

1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang

pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan

agar dianggap lebih demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus

1950

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk

pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya

terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki

kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959

Pada periode UUDS’50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer

yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu

silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing

partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah

negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami

rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa

UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak

sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap

bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan

kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta

Page 21: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada

tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran

Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya

UUDS 1950

Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak

saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD

baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit

Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai

undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950

yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:

Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta

Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara

MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30

September Partai Komunis Indonesia

Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan

menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada

masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di

antara melalui sejumlah peraturan:

Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR

berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan

melakukan perubahan terhadapnya

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara

lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,

terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

Page 22: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang

merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto

digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur

dari NKRI.

Periode UUD 1945 Amandemen

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan

(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD

1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan

MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang

sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes"

(sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD

1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung

ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan

dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,

eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai

dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945

dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,

tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau

selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan

(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan

MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan

Pertama UUD 1945

Page 23: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan

Kedua UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan

Ketiga UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan

Keempat UUD 1945

Page 24: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sifat dari undang-undang dasar yang tertulis itu mengikat, karena makin

supel sifat aturan itu maka akan baik, dan harus dijaga agar sistem UUD 1945

tidak ketinggalan zaman. (Nurhayati S.)

Hal yang mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak

adanya sistem kekuasaan dengan “checks and balances” terutama terhadap

kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses reformasi

terhadap UUD 1945 merupakan suatu keharusan, karena dapat mengantarkan

bangsa Indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap

kenegaraan. (Putri Qori Utami)

Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002 terdiri dari

Pembukaan (4 alinea) serta Batang tubuh (16 Bab, 37 Pasal, 3 pasal aturan

peralihan dan 2 pasal aturan tambahan). (Nurul Hasanah)

Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 alinea menjadi sumber motivasi

dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber

dari cita hukum dan ciri moral yang ingin ditegakkan, baik dalam lingkungan

nasional maupun dalam hubungannya dengan pergaulan bangsa-bangsa

Indonesia. (Putri Dzulhijjah)

Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang

tak dapat dipisahkan, yakni sebagai rangkaian kesatuan nilai dan norma yang

terpadu. Hal ini dikarenakan didalam pembukaan tersebut mengandung pokok-

pokok pikiran yang tidak lain daripada nilai-nilai dasar Negara pancasila yang

diciptakan dalam Batang tubuh UUD 1945(dalam bentuk pasal-pasalnya).

Dengan demikian terjadi penjabaran atas nilai dasar kedalam/ menjadi norma

dasar. (Mita fresandi)

UUD 1945 berlaku di Indonesia dalam beberapa kurun waktu :

Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus

1950

Page 25: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959

Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966

Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998

Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999

Periode UUD 1945 Amandemen (1999, 2000, 2001, 2002)

(Novaliana)

Page 26: TUGAS KELOMPOK PANCASILA

DAFTAR PUSTAKA

Al Marsudi Subandi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma

Reformasi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Anonim. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesia

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Yogyakarta