Upload
felie916230
View
115
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi pengolahan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini wajar
karena semakin hari kehidupan manusia semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak
waktu untuk melakukan pengolahan bahan makanan yang hanya mengandalkan bahan mentah
dan juga dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia padahal pada saat yang
sama, luas lahan penghasil bahan pangan makin menyempit. Dalam keadaaan demikian, produk
cepat saji (instant) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfaatnya bagi
masyarakat
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan
gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara, baik negara maju maupun
berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi
untuk masyarakatnya. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan
pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan
dikonsumsi. Dari tanaman kelapa pun, juga dapat diolah produk pangan awetan berupa
desiccated coconut / kelapa parut kering yang dapat dinikmati masyarakat secara instan. . Hal
tersebut menyebabkan dibutuhkannya teknologi-teknologi pengolahan pangan yang mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk makanan salah satunya adalah teknologi
pengeringan bahan makanan.
Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material. Dalam
pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering
dengan bahan makanan yang dikeringkan. Material tersebut biasanya dikontakkan dengan udara
kering yang kemudian terjadi perpindahan massa air dari material ke udara pengering.
Pengeringan makanan memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah sebagai sarana
pengawetan makanan. Mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan makanan tidak dapat
berkembang dan bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar air yang rendah. Selain itu,
banyak enzim yang mengakibatkan perubahan kimia pada makanan tidak dapat berfungsi tanpa
kehadiran air. Tujuan kedua adalah untuk meminimalkan biaya distribusi bahan makanan
karena makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat yang lebih rendah dan ukuran yang
lebih kecil.
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 1
BAB II
ISI
Tanaman kelapa telah sejak ratusan tahun di kenal di seluruh kepulauan Nusantara. Kelapa
merupakan salah satu penghasil bahan makanan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa 75% dari minyak nabati dan 8% dari
konsumsi protein bersumber dari kelapa. Selain itu tanaman kelapa merupakan tanaman serba
guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan
menghasilkan keuntungan (Palungkun, 1992). Oleh karena itu kelapa mempunyai arti yang
sangat penting bagi kehidupan dan perekonomian di Indonesia.
Kelapa yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Cocos nucifera adalah salah satu
pohon tropis yang masuk kedalam suku aren-arenan. Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari
pesisir samudera hindia, hingga kini penyebarannya sudah menyebar ke seluruh pantai tropika
dunia. Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang bisa hidup hingga puluhan tahun
lamanya, tanaman yang banyak tumbuh diarea pantai ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah
dengan curah hujan 1300-2300 mm/ tahun atau bahkan lebih, daerah dengan ketinggian 600 m
diatas permukaan air laut, serta daerah dengan intensitas sinar matahari yang cukup. Beberapa
kultivar yang terkenal antara lain: kelapa hijau, kelapa gading serta kelapa nias. Tingginya 5-30
meter dengan daun yang menyirip genap. Kelapa dapat tumbuh pada berbagai kondisi lahan,
tanah, dan iklim, sehingga penyebarannya cukup luas. Pusat produksi kelapa saat ini telah
bergeser dari jawa dan bali ke sumatera termasuk ke propinsi Bengkulu.
Klasifikasi ilmiah tanaman kelapa :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Upafamili : Arecoideae
Bangsa : Cocoeae
Genus : Cocos
Spesies : C. nucifera
Nama binomial : Cocos nucifera (Tata Gunawan, 2011)
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 2
Penyortasian
Buah Kelapa
Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri yang menghasilkan produk pangan
dan non-pangan, mulai dari produk primer yang masih menampakkan ciri-ciri kelapa. Dengan
demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra ataupun diminum segar saja, salah satu
contohnya dengan mengolah daging kelapa menjadi produk desiccated coconut.
Sebutan desiccated coconut mungkin agak asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Padahal produk yang nama lokalnya kelapa parut kering ini telah diproduksi dan diekspor oleh
beberapa pengusaha Indonesia sejak tahun 60-an. Desiccated Coconut merupakan produk
olahan dari daging buah kelapa yang telah tua, diolah dengan alat ataupun teknologi sederhana
dan salah satu inovasi produk olahan dalam pemanfaatan potensi tanaman kelapa yang selama
ini terabaikan dan hanya dimanfaatkan dalam kondisi segar atau dengan proses pengolahan
yang lebih rumit, tidak efektif dan tidak efisien.
Kelapa parut kering atau desiccated coconut adalah daging buah kelapa yang dihaluskan,
dikeringkan, dan diproses secara higienis untuk bahan baku pembuatan makanan. Kelapa parut
kering ini berwarna putih, memiliki rasa dan bau khas kelapa. Karakteristik kimia dan fisik
kelapa parut kering adalah lemak 65-71%, asam lemak bebas 0,15-0,30%, bakteri Salmonella
negatif, warna putih, dan kadar air 2,5-3,5%. Desiccated coconut mengandung sebagian besar
minyak dan protein, dan diproduksi dalam 4 standard mutu yaitu :sangat halus, halus, sedang
dan kasar, dan dalam berbagai bentuk potongan termasuk "threads", "strips", "chips", slices"
dan "shreds". (Palungkun, 1992)
Kelapa parut kering pada umumnya dibuat melalui serangkaian tahapan proses, dimana
setiap tahapannya akan memberikan konstribusi terhadap mutu produk akhir dari kelapa parut
kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan kelapa parut kering
adalah timbulnya warna dan bau yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah,
sedangkan warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau
tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering tersebut siap
digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan secara cermat pada setiap tahapan proses pembuatan
kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra proses), proses sampai pasca proses,
sehingga didapat teknologi proses pembuatan kelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat
yang lebih baik (bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi.
Adapun proses pengolahan kelapa parut kering sebagai berikut :
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 3
Pemisahan kulit daging buah
Pemisahan daging buah
Pemotongan
Pencucian
Sterilisasi
Penghancuran
Pengeringan
Pengklasifikasian mutu
Pengemasan
Penyimpanan
Kelapa parut kering
Diagram 1. Diagram alir pengolahan
kelapa parut kering (sumber ; Palungkun, 1992)
Seleksi awal : sebelum di olah di pabrik kelapa yang digunakan harus di seleksi terlebih
dahulu. Yang masih muda atau yang sudah berkecambah di singkirkan. Buah kelapa muda
kadar minyaknya rendah maka jika diolah menjadi kelapa parut kering mka hasilnya
bermutu rendah. Sedangkan kelapa yang sudah berkecambah juga akan menghasilkan warna
yang kurang baik dan berdaya simpan rendah. (Palungkun, 1992)
Pemisahan daging buah : pemisahan daging buah dari tempurung dengan menggunakan
kapak kecil. Saat proses pemisahan ini daging buah kelapa tidak boleh pecah agar proses
pengupasan testanya mudah. (Palungkun, 1992)
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 4
Pemisahan kulit daging buah : pelepasan kulit daging buah menggunakan pisau khusus yang
mirip dengan alat pengupas kentang. Dengan proses ini sebanyak 12-15% daging buah akan
terikut bersama kulit daging buah. (Palungkun, 1992)
Pemotongan dan pencucian : setelah terpisah dari kulitnya buah kelapa dibelah dan di cuci
bersih. (Palungkun, 1992)
Sterilisasi : potongan-potongan kelapa yang telah bersih dipanaskan dengan uap pada suhu
70-80°C selama 8-10 menit. (Palungkun, 1992)
Penghancuran : penghancuran daging buah kelapa dilakukan dengan memasukkan potongan
buah ke dalam mesin penghancur khusus. Mesin ini akan menghasilkan potongan-potongan
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Untuk membuat potongan yang sangat halus (fancy
cuts) digunakan mesin thread mill atau grater mchine (mesin pemarut). (Palungkun, 1992)
Pengeringan :
Salah satu tahapan proses yang harus diperhatikan secara cermat adalah proses
pengeringan kelapa parut tersebut karena produk yang dihasilkan harus benar-benar kering
agar tidak ada mikroorganisme yang dapat tumbuh yang daoat menyebankan umur
simpannya pendek dan gampang rusak. Pada dasarnya pengeringan merupakan cara untuk
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari
sumber alami (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut
dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Winarno,dkk.
1980)
Sebelum mengalami proses pengeringan daging buah kelapa berkadar air di atas 50%.
Pengeringan untuk ukuran fancy cuts (sangat halus) kadar air diturunkan hingga 3,5%
sedangkan untuk butiran kadar air diturunkan hingga 2,5% (Palungkun,1992). Untuk proses
pengeringan dalam pembuatan kelapa parut kering ini digunakan pengering (alat pengering)
buatan yang menggunakan bahan bakar sebagai sumber panas yaitu Cabinet Dryers.
Cabinet dryer merupakan alat pengering yang menggunakan udara panas dalam ruang
tertutup (chamber). Cabinet dryer yang digunakan untuk pengeringan kelapa parut ini
adalah cabinet dryer dengan tipe tray dryer yaitu bentuknya persegi dan dalamnya berisi
rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. (Napitupulu, 2011).
Alat ini pada dasarnya dapat digunakan untuk berbagai komoditas hasil pertanian seperti
biji-bijian maupun dalam bentuk bahan pangan setengah jadi misalnya singkong parut pada
pembuatan tepung singkong. (Anonim1, 2011)
Komponen cabinet dryer adalah tray, heater dan fan. Tray disesuaikan dengan kapasitas
jumlah, berat dan ukuran produk pangan. Tray berfungsi sebagai wadah bahan dalam proses
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 5
pengeringan, yang disusun bertingkat. Sedangkan boiler berfungsi sebagai pemanas udara
atau pengering udara dan penghembus udara kering yang akan digunakan dalam
pengeringan. Boiler memiliki medium pemanas berupa steam. Kualitas steam yang
digunakan adalah 90%, agar dapat mengeringkan udara secara optimal yang dapat
memenuhi kebutuhan panas udara kering dalam pengeringan. Suhu steam yang digunakan
adalah 120˚C. (Severn, 1954)
Udara panas atau udara pengering di alirkan masuk kedalam cabinet melalui parutan
kelapa yang akan dikeringkan yang dikeluarkan dari pengering melalui celah di bagian atas.
Parutan kelapa tersebut disusun dalam pengering dengan cara diletakkan di atas rak-rak
(tray). Uap air yang keluar dari potongan kelapa mengalir bersama udara ke atas melalui
pintu pengeluaran. Kelembapan di dalam dryer dapat diatur dengan mengatur celah pada
pintu ini. (Jiunkpe, 2006). Kelemahan cabinet dryer ini adalah kurangnya pengontrolan
aliran udara yang bergerak sehingga bila aliran udara terlalu kencang, menyebabkan aliran
turbulen dalam chamber, yang menghambat pengeringan produk bahan pangan. Namun
kelebihannya adalah harga murah karena membutuhkan daya yang tidak terlalu tinggi.
(Fellows, 1990)
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 6
Dalam perhitungan neraca panas, dibutuhkan data-data yaitu panas spesifik, panas latent,
RH(%) dan suhu sehingga diperoleh hubungan antara RH(%) udara dengan kadar air
dalambahan pangan pada grafik psychrometric charts . Hubungan tersebut menentukan
berapa panas masuk dan keluar yang setimbang. Selain itu, juga menentukan panas yang
hilang dalam proses pengeringan. Selain neraca panas, juga dibutuhkan neraca massa untuk
mengetahui keseimbangan antara berapa produk yang masuk dengan berapa yang keluar
serta berapa uap air yang dilepaskan dalam proses. Ini berpengaruh juga pada perubahan
fraksi air dalam bahan pangan. (Singh, 2001)
Contoh perhitungan :
Diketahui : KA awal bahan : 55% (asumsi)
w1 : 0,55/0,45 = 1,22 Kg H2O/Kg padatan
KA akhir bahan : 3,5% (Palungkun, 1992)
w2 : 0,035/0,965 = 0,0363 Kg H2O/Kg padatan
Udara masuk : 90°C (asumsi), RH = 1% (asumsi)
Udara keluar : 30°C, RH = 70% (asumsi)
Suhu produk keluar = 25°C (asumsi)
Ditanya : Hitung jumlah udara yang diperlukan untuk mengeringkan 1 kg produk
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 7
Jawab :
Dari Phychometric chart didapatkan data :
W1 = 0,0186 kg H2O/Kg udara kering (30°C, RH = 70%)
W2 = 0,0044 kg H2O/Kg udara kering (90°C, RH = 10%)
(ma/mp)W2 + w1 = (ma/mp)W1 + w2
(ma/mp)(0,0044 kg H2O/Kg udara kering) + 1,22 Kg H2O/Kg padatan = (ma/mp)(0,0186
kg H2O/Kg udara kering) + 0,0363 Kg H2O/Kg padatan
0,0142(ma/mp) = 1,1837
ma/mp = 83,36 kg udara/kg padatan
Jadi, udara yang dibutuhkan untuk mengeringkan 1 kg produk parutan kelapa adalah 83,36
kg udara/kg padatan.
Proses pengeringan ini sangat perlu diperhatikan sebab mikroorganisme yang
mengakibatkan kerusakan makanan tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada
lingkungan dengan kadar air yang rendah maka dari itu produk yang dihasilkan harus benar-
benar kering. Selain itu, banyak enzim yang mengakibatkan perubahan kimia pada makanan
tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran air. Dan juga untuk meminimalkan biaya distribusi
bahan makanan karena makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat yang lebih
rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Proses selanjutnya adalah Klasifikasi mutu : proses selanjutnya adalah memisahkan hasil
olahan menurut ukurannya sehingga diperoleh beberapa kelas kualitas antara lain sangat
halus (extrafine), halus (fine), sedang, dan kasar. (Palungkun, 1992)
Pengemasan : setelah di klasifikasi selanjutnya dikemas dengan kemasan polyethylene.
(Palungkun, 1992)
Penyimpanan : kelapa parut yang kering yang sudah dikemas disimpan dalam ruangan yang
bersih, kering, berventilasi udara baik, dan tidak kena matahari langsung. Jika kondisi
penyimpanan baik, kelapa parut kering tahan disimpan tanpa bau tengik, perubahan warna,
atu berjamur. (Palungkun, 1992)
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 8
BAB IIIKESIMPULAN
Proses pengeringan merupakan salah satu proses yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
kelapa parut kering karena sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Proses pengeringan ini sangat perlu diperhatikan karena :
- Mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan makanan tidak dapat berkembang dan
bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar air yang rendah.
- banyak enzim yang mengakibatkan perubahan kimia pada makanan tidak dapat
berfungsi tanpa kehadiran air.
- Untuk meminimalkan biaya distribusi bahan makanan karena makanan yang telah
dikeringkan akan memiliki berat yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Alat pengering yang dapat digunakan untuk pengolahan kelapa parut kering ini adalah
cabinet dryer.
Kelemahan cabinet dryer ini adalah kurangnya pengontrolan aliran udara yang bergerak
sehingga bila aliran udara terlalu kencang, menyebabkan aliran turbulen dalam chamber,
yang menghambat pengeringan produk bahan pangan.
Kelebihan cabinet dryer adalah harga murah karena membutuhkan daya yang tidak terlalu
tinggi.
Banyaknya udara yang diperlukan untuk pengeringkan 1 kg kelapa parut dalam cabinet
dryer adalah sebesar 83,36 kg udara/kg padatan
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2011.http://projas.polinela.ac.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=57&Itemid=72. (Diakses : 23 Maret 2013)
Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. New York : Ellis
Horwood.
Winarno, FG, Fardiaz D, S Tandian. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka
Gunawan, Tata. 2011. Klasifikasi serta manfaat kelapa bagi manusia. http://tanamanobat-
herbal.blogspot.com/2013/01/klasifikasi-serta-manfaatkelapa.html. (Diakses : 15 Februari
2013).
Jiunkpe.2006. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
submit.x=2&submit.y=10&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fmesn%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-24401073-4585-ikan-
chapter3.pdf. (Diakses : 21 Maret 2014)
Palungkun, Rony. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Penebar Swadaya
Severn, W. 1954. Steam, Air andGas Powder. New York: John Willey and Sons, Inc.
Singh, Paul. 2001. Introduction to Food Enginering. New Jersey: Academic Press.
Tugas Keteknikan Pangan II - Pengeringan Pada Pembuatan Kelapa Parut Kering 10