27
1 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Infeksi candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrust yang di laporkan oleh FRANCOIS VALLEIX (1836). LAN GERBACH (1839). Menemukan jamur penyebab thrust, kemudian BERHOUT (1923) member nama organisme tersebut sebagai candida 1 Kandidiasis adalah infeksi dengan manifestasi klinis yang bervariasi, bersifat akut atau subakut yang di sebabkan oleh candida albicans atau kadang-kadang spesies candida yang lain. Kandidiasis vulvovaginitis merupakan infeksi mukosa vagina atau vulva (epitel yang tidak berkeratin) yang di sebabkan oleh jamur spesies candida yang dapat bersifat akut, subakut dan kronis yang di dapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan keluhan berupa duh tubuh pada vagina 2 Setelah prosentase wanita dengan HIV positif bertambah sejak 1980an, maka Kandidosis vulvovaginalis ( Kandidiasis vulvovaginalis, Kandida vulvovaginitis, KVV) dilaporkan semakin meningkat. Tanpa data yang mendukung, KVV rekurens (KVVR) adalah KVV yang diderita > 4 kali dalam setahun merupakan penyakit yang berhubungan dengan HIV/AIDS KVVR merupakan keluhan yang ada sebelum Kandidosis oral (KO). Disimpulkan infeksi Kandida pada mukosa pada wanita HIV posistif punya

tugas kulkel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas kulkel

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Infeksi candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrust yang di

laporkan oleh FRANCOIS VALLEIX (1836). LAN GERBACH (1839). Menemukan

jamur penyebab thrust, kemudian BERHOUT (1923) member nama organisme tersebut

sebagai candida 1

Kandidiasis adalah infeksi dengan manifestasi klinis yang bervariasi, bersifat akut

atau subakut yang di sebabkan oleh candida albicans atau kadang-kadang spesies candida

yang lain. Kandidiasis vulvovaginitis merupakan infeksi mukosa vagina atau vulva (epitel

yang tidak berkeratin) yang di sebabkan oleh jamur spesies candida yang dapat bersifat

akut, subakut dan kronis yang di dapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering

menimbulkan keluhan berupa duh tubuh pada vagina 2

Setelah prosentase wanita dengan HIV positif bertambah sejak 1980an, maka

Kandidosis vulvovaginalis ( Kandidiasis vulvovaginalis, Kandida vulvovaginitis, KVV)

dilaporkan semakin meningkat. Tanpa data yang mendukung, KVV rekurens (KVVR)

adalah KVV yang diderita > 4 kali dalam setahun merupakan penyakit yang berhubungan

dengan HIV/AIDS KVVR merupakan keluhan yang ada sebelum Kandidosis oral (KO).

Disimpulkan infeksi Kandida pada mukosa pada wanita HIV posistif punya pola tertentu,

yaitu pertama KVV kemudian KO dan akhirnya Kandidosis esophagus. 11

I.IITUJUAN

1. Untuk memahami dan mengerti tentang Candidiasis Vulvovaginitis

2. Untuk memahami dan mengerti pengobatan Candidiasis Vuvovaginitis

3. Untuk menambah wawasan tentang Candidiasis Vulvovaginits

Page 2: tugas kulkel

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.IDEFINISI

Kandidosis vulvovaginitis atau disebut juga kandidiasis vulvovaginitis adalah

infeksi vagina dan atau vulva yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies

Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans (81%) atau kadang kadang T. Glabrata

(16%), spesies lain (C.tropicalis, C.stellatoidea, C.pseudotropicalis, C.krusei) sangat

jarang, hanya berkisar 3%. Candida albicans dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,

bronki, atau paru kadang-kadang dapat menyebabkan septikema, endokarditis, atau

meningitis 1,2,8,

II.II ETIOLOGI

Penyebab tersering ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut,

selaput mukosa vagina dan feses orang normal. Candida tumbuh sebagai mikroorganisme

komensal pada 40-80% manusia sehat berupa blastospora bentuk oval tanpa kapsul, dan

bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan

dapat tunbuh dalam biakan atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif atau budding. 1

Candida merupakan organism yang di morfik (dua kutub) di mana organism ini

dapat ditemukan pada manusia pada fase fenotip yang berbeda. Kandida tumbuh sebagai

blostospora bentuk oval tanpa kapsul, dan berproduksi sebagai pembentukan tunas, hifa

yang pipih, memanjang tidak bercabang dapat tumbuh dalam biakan atau in vivo sebagai

tanda penyakit yang aktif 2

II.III EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, pada beberapa Negara candidiasis

vulvovaginitis tetap merupakan terbanyak di antara infeksi vagina terutama di daerah iklim

subtropics dan iklim tropis. Kandidiasis vulvovaginitis umumnya lebih banyak pada

perempuan dengan status sosial ekonomi rendah dan masa kehamilan 1,2,8,10

Page 3: tugas kulkel

3

II.IV PATOFISIOLOGI

Candida terdapat 2 bentuk yaitu bentuk sel (spora) dan bentuk miselia (hifa) .

koloni jamur tumbuh secara aktif menjadi miselia dan umumnya ditemukan dalam keadaan

patogenik. Jika kondisi memungkinkan, proses penyakit di duga di mulai dari perlekatan

sel candida pada epitel vagina dan selanjutnya menjadi bentuk miselia .Candida albicans

dapat memproduksi enzim protease yang bekerja optimal pada pH normal vagina.hal ini

dapat mendukung pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan beberapa factor yang

dapat merusak epitel vagina sehingga menyebabkan vaginitis.mekanisme lain termasuk

alergi terhadap jamur. 2

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina.

Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya.

Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan

ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida

sp. juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin– yang mampu menghambat ak-

tivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp.

memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada

pejamu.11

II.IV.I Interaksi Imunologi

Koloni Candida akan meningkatkan beban antigenik yang selanjutnya

menimbulkan peralihan dari tipe Th1 menjadi Th2. Transformasi yang dominan ke

Th2 justru menghambat proteksi dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas segera

(tipe 1). Lebih lanjut, reaksi proteksi lokal imunitas selular pada mukosa vagina

dapat berkurang atau hilang bersamaan dengan meningkatnya reaksi alergi.12

Interleukin(IL)-1 memicu Th1 untuk memproduksi IL-2. IL-2 akan

merangsang pembentukan Th1 lebih banyak. Th1 memproduksi IFN-gamma yang

berfungsi menghambat pembentukan germ tube. Reaksi hipersensitivitas tipe 1

berhubungan dengan reaktivitas Th2, yang menghasilkan IL-4 dan meningkatkan

produski IgE melalui sel B serta lepasnya PGE2. PGE2 selanjutnya menghambat

proliferasi dan produksi dari IL-2. Maka dari itu, adanya PGE2 akan menghambat

kemampuan proteksi mukosa vagina terhadap Candida. Selain itu, PGE2 juga

Page 4: tugas kulkel

4

menghambat aktivitas makrofag. Dengan kata lain, PGE2 merupakan down

regulatory biological response modifier.12

Sekitar 71% sekret vagina penderita kandidiasis vulvovagina rekurens

(KVVR) dapat ditemukan IgE dan PGE2 sehingga reaksi hipersensitivitas tipe I

memberikan respons yang akan merangsang terbentuknya IgE dan meningkatkan

virulensi jamur melalui pembentukan germ tube atau melalui supresi pertahanan

lokal pejamu. Di samping itu, reaksi hipersensitivitas tipe I menimbulkan tanda dan

gejala kandidosis vaginal seperti kemerahan, gatal, terbakar dan bengkak.12

Dalam dinding sel Candida terdapat bahan polidispersi yang mempunyai

berat molekul tinggi yang menginduksi proliferasi limfosit, produksi IL-2 dan IFN-

gama, serta membangkitkan perlawanan sitotoksik sel NK. MP65 yang terdapat di

dalam dinding sel C. albicans merupakan antigen yang imunodominan untuk res-

pons imunitas selular pada manusia normal dan mampu menstimulir produksi IL-

1b, IFN-g, serta IL-6. 2,12

II.IV.II Kandidiasis Vulvovaginaitis Rekurens

Sekitar 30–40% dari pasien KVV akan mengalami infeksi ulang untuk

kedua kalinya dan kurang lebih 5% KVV akan menjadi kandidosis vulvovagina

rekurens (KVVR).Definisi KVVR adalah 4 atau lebih episode infeksi kandidiasis

selama 12 bulan/1 tahun. KVVR merupakan bentuk dari KVV komplikasi.

KVVR, menurut Sobel & Fidel, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Kelompok dengan jumlah mikroorganisme yang banyak (KOH+, kultur

kuantitatif tinggi) yang didominasi oleh bentuk hifa, disertai tanda dan

gejala yang khas, baik pada daerah vagina maupun vulva.

b. Kelompok yang jumlah organismenya cukup banyak (KOH +), tetapi gejala

dan tanda terbatas pada daerah vagina saja.

c. Kelompok dengan jumlah mikroorganisme sedikit, tetapi gejala dan tanda

cukup jelas.Perbedaan ketiga kelompok diatas juga terletak pada respon

imunitas selularnya.

Page 5: tugas kulkel

5

Pada kelompok pertama, respon selular lokal berkurang (reaktivitas Th1 berku-

rang), sedangkan reaksi hipersensitivitas tipe 1 meningkat (reaktivitas Th2 me-

ningkat). Sementara itu, pada kelompok kedua, reaktivitas Th1 menurun, tetapi

reaktivitas Th2 tidak ada atau hanya sedikit. Kelompok terakhir, respon selular be-

rupa Th0 (T helper naïf) yang merupakan bentuk awal respon sebelum berubah

menjadi Th1 atau Th2. 7

II.V FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa faktor predisposisi terjadinya KVV diantaranya adalah kehamilan

(trimester ketiga), kontrasepsi, diabetes melitus, antibiotik (terutama spektrum luas seperti

tetrasiklin, ampisilin, dan sefalosporin oral), menggunakan pakaian ketat dan terbuat dari

nilon.2

Selama kehamilan, vagina menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi

Candida sehingga prevalensi kolonisasi vagina dan vaginitis simtomatik meningkat,

khusunya trimester ketiga. Diduga estrogen meningkatkan perlekatan Candida pada sel

epitel vagina dan secara langsung meningkatkan virulensi ragi.2

Timbulnya kandidiasis sering terjadi selama pemakaian antibiotik oral sistemik

khususnya spektrum lebar seperti tetrasiklin, ampisilin, dan sefalosporin karena flora

bakteri vagina normal yang bersifat protektif seperti Lactobacillus juga tereliminasi.2

Page 6: tugas kulkel

6

Pakaian ketat ditambah dengan celana dalam nilon meningkatkan kelembaban dan

suhu di daerah perineal sehingga mempermudah tumbuh kembang jamur. C.albicans dapat

tumbuh pada variasi pH yang luas. Pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5, suhu

28-37 ºC.

Kandidosis vulvovaginitis banyak menyerang wanita dalam masa subur,

kebanyakan dengan faktor resiko yang menyebabkan perubahan dari pembawa

asimtomatik menjadi simtomatik. Faktor-faktor tersebut adalah :2

Faktor endogen, yang meliputi :

1. Perubahan fisiologik :

a Kehamilan

b Kegemukan

c Debilitas

d Premenstrual

e Keadaan imunodepresi

f Iatrogenik   

g Diabetes Mellitus

2. Medikasi :

a Penggunaan obat antibiotik dan kortikosteroid jangka lama.

b Alat-alat kontrasepsi (IUD, kondom, diafragma, spons) dan kotrasepsi oral.

Faktor eksogen, yang meliputi :

a Iklim, panas, kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.

b Keadaan higenitas.

c Pemakaian pakaian yang berbahan panas, tidak menyerap keringat, terlalu

ketat seperti bahan nylon.2

II.VI GEJALA KLINIS

1. Gatal dan rasa panas pada vulva dan vagina,

2. keluar cairan tebal dan putih seperti susu

3. plak putih melekat pada vulva, vagina atau serviks

Page 7: tugas kulkel

7

4. Disuria dan dispareunia sering pada satu minggu pada menstruasi dan

kehamilan 3

Candidiasis vulvovaginitis biasanya sering terdapat pada pasien diabetes melitus karena

kadar gula darah dan urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen

dalam epitel vagina.Keluhan utama:

1. gatal di daerah vulva.

2. Pada yang berat terdapat pula rasa panas ,

3. nyeri sesudah miksi dan dispaneuria,10,1

Pada pemeriksaan ringan terdapat:

1. hyperemia pada labia minor,

2. introitis vagina dan vagina terutama sepertiga bagian bawah,

3. sering pula terdapat kelainan yang khas ialah bercak-bercak putih

kekuningan.

Pada kelainan yang berat juga terdapat:

1. edema pada labium minora

2. ulkus ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vagina. 10

Flor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan . tanda yang khas adalah di

sertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan, gumpalan

tersebut berasal dari masa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina terdiri atas

nekrotik, sel-sel epitel dan jamur 1

II.VII DIAGNOSIS

Tidak ada gejala dan tanda klinis yang spesifik untuk menegakkan diagnosis KVV.

Gejala yang sering terjadi adalah gatal (pruritus) dan duh vagina. Karakteristik duh vagina

seperti keju lunak berwarna putih susu, mungkin bergumpal, dan tidak berbau. Rasa nyeri

pada vagina, iritasi dan sensasi terbakar pada vulva, dispareuni, serta disuria juga dapat di-

keluhkan. 3

Page 8: tugas kulkel

8

Pada inspeksi, dapat dilihat labia dan vulva eritem dan membengkak disertai lesi

pustulopapular di sekret di bagian tepi. Melalui spekulum, serviks terlihat normal

sedangkan epitel vagina tampak eritem disertai duh keputihan dan terdapat lesi satelit.

Infeksi dapat menjalar ke daerah inguinal dan perianal.

Balanopostitis terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi.

Gejalanya berupa kemerahan, gatal, dan sensasi terbakar pada penis. Gejala pada pria

tersebut biasanya bersifat sembuh sendiri (self-limiting).

II.VIII PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan mikroskopik Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan

sediaan basah KOH 10% dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form):

blastospora dan pseudohifa (seperti sosis panjang tersambung). Dengan

pewarnaan Gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat Gram positif dan

blastospora.

2. Kultur fungal positif Jarang dilakukan, tetapi berguna dalam mengidentifikasi

penyebab kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren.

3. pengecatan gram

4. Histopatologi

5. Glucose darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus 2,3,1

II.IX DIAGNOSIS BANDINGa. Penyebab vaginitis lainnya seperti:

Vaginosis bakterial

Trikomoniasis

b. Infeksi servisitis

c. Vaginitis alergi

d. Liken planus 2,3,11

II.X KOMPLIKASI

a. Kandidiasis Vulvovaginitis Rekuren: Bila terjadi serangan berulang selama 4

kali atau lebih selama setahun

b. Infeksi sekunder

c. Candida id reaction

Page 9: tugas kulkel

9

II.XI PENATALAKSANAAN

Terapi kandidiasis vulvovaginitis

Nystatin suppositoria vagina, 1 tablet(100.000 LU)/malam selama 12 hari

indikasi obat topical

1. Pada wanita hamil / sudah menikah

2. KVV akut (ringan - sedang)

Tablet oral indikasi

1. Wanita belum menikah

2. KVV berat / KVVR perlu jangka lama 10 – 14 hari

Tablet ketoconazole (200 mg) sehari 2 kali 1 tablet selama 5 hari

Kapasul intrakonazole (100mg)

Sehari 2 kali 1 kapsul selama 2 -3 hari

Sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 hari setiap 8 jam

Profilaksis pada KVVR

Sesudah KVVR di obati sembuh teruskan tablet ketokonazole 100 mg ½ tablet

per hari selama 6 bulan, ini yang terbaik selama gajala tidak yampak dalam 3 -6

bulan pengobatan profilaksis dapat di hentikan 1,2,3

II.XI.I KVV pada HIV

KVV/ KVVR pada pasien infeksi HIV termasuk KVV sulit (complicated) Sukar

diobati karena beberapa kemungkinan :

Status kekebalan yang menurun

Absorbsi obat yang kurang baik/ jelek oleh karena akhlorhidria dan

sekresi asam

lambung yang berkurang akibat infeksi HIV

Meningkatnya resistensi Candida (pada KVV jarang terjadi)

Interaksi obat anti jamur oral dengan banyak obat-obat lain, oleh karena

obat

golongan azol menghambat enzim CYP 3A4. 3,11

Page 10: tugas kulkel

10

kandidiasis mukosa biasanya memberikan respon yang cepat terhadap

pengobatan walaupun mempunyai kecenderungan untuk relas bila pengobatan di

hentikan. Kandidiasis oral sering efektif dengan pengobatan:

1. Flukonazole 200 mg tiap minggu hingga gejala klinis menghilang

2. Nistatin 400.000 U atau klotrimazole troches 6 x /hari

3. Ketokonazole 2x200 mg / hari selama 5 – 6 hari

4. Amphoterisin B 0,3 – 0,6 mg/kg BB/hari selama 5 – 7 hari 3,11

Terapi KVV untuk penderita HIV menurut Sunarso Suyoso

KVV akut/ tidak sulit (uncomplicated) : pasien HIV positif

Topikal :

Klotrimazol tablet vagina

1 tablet (100 mg)/ malam selama 6 hari atau, 2 tablet (@ 100 mg)/

malam selama 3 hari atau 1 tablet (500 mg) dosis tunggal (1 kali) pada

malam hari

Mikonazol 2% krim vagina sekali/ malam selama 7 hari

Butokonazol nitrat 2% krim vagina dosis tunggal. Dapat diulang

pada hari ke 4-5 bila diperlukan

Oral :

Flukonazol (150 mg) dosis sekali

Itrakonazol (100 mg) 3 dd 200 mg selang 8 jam saat makan

KVVR/ sulit (complicated) : pasien AIDS (CD4 < 200 sel/ ml Sama seperti KVV

akut, tapi perlu jangka lama 10-14 hari untuk obat topical

Obat oral :

Flukonazol (200 mg) 2 kali selang 3 hari setelah dosis pertama

KVV non-albicans :

Itrakonazole 2 dd 1 kapsul (100 mg) selama 7-14 hari

KVV non-albicans yang resisten atau kambuh-kambuh

Asam borak 600 mg dalam kapsul gelatin dimasukkan vagina 1 kali/ hari

selama 1 bulan – iritasi.

Tablet vagina nystatin 2 kali/ hari selama 1 bulan

Page 11: tugas kulkel

11

Solusio gentian violet 1% dioleskan seminggu sekali selama 4-6 minggu –

iritasi dan lebih efektif

Flusitosin 14 kapsul 500 mg dicampur dalam 45 gram krim hidrofilik

Aplikator vagina 6,4 gram diisi krim dan dimasukkan kedalam vagina

setiap hari selama 1-2 minggu

Amphoterisin vagina supositoria sehari sekali selama 2-4 minggu

II.XI.II TERAPI PROTOKOL

Semua pasien menerima 200 mg flukonazol oral sebagai dosis induksi

selama 3 hari selama minggu pertama pengobatan. Pasien telah diperiksa dan

dievaluasi setelah 10-14 hari, dan bukti gejala resolusi (Sobel skor <4) dan negatif

dari tes Savvycheck membuat mereka memenuhi syarat untuk melanjutkan dengan

terapi pemeliharaan 200 mg flukonazol mengikuti protokol terapi ditunjukkan pada

Tabel 1 .

Table 1Therapeutic protocol with fluconazole 200 mg + special probiotic.

Fluconazole 200 mg: 1 tbl as an induction dose for 3 alternate

days during the first treatment week (total 3 tbls)

Probiotic: 1 tbl 3 times a

day for 1 week

Fluconazole 200 mg: 1 tbl a week for 4 weeks

Fluconazole 200 mg: 1 tbl after 10 days

Fluconazole 200 mg: 1 tbl after 15 daysProbiotic: 1 tbl 2 times a

day for 8 weeks

Fluconazole 200 mg: 1 tbl after 20 days

Fluconazole 200 mg: 1 tbl after 30 days then STOPArticles from ISRN Obstetrics and Gynecology are provided here courtesy of

Hindawi Publishing Corporation 7

Dalam kasus kandidiasis vulvovaginal berulang (Sobel skor ≥ 4) protokol

telah dipersonalisasi menangguhkan interval tumbuh dari dosis flukonazol,

mengulangi fase induksi (flukonazol 200 mg dosis 3 kali dalam 1 minggu) dan

restart dengan protokol asli di kemudian hari.7

Bersama dengan terapi antimycotic sistemik, persiapan probiotik, dengan

Beta Glucan dan Echinacea purpurea, telah dikaitkan. Pembuatan probiotik telah

Page 12: tugas kulkel

12

diproduksi dengan hak paten "cepat-lambat pembubaran" internasional yang

memberikan sebuah gastroprotection efisien dan kedatangan aman dari kuantitas

tinggi pilihan tertentu milkenzymes dalam "reservoir" usus. Pasien diberi 3 tablet

sehari selama minggu pertama dan 2 tablet sehari selama 2 bulan berikutnya. 7

Pasien dievaluasi setelah 2 dan 6 bulan dari akhir protokol pemeliharaan.

Hasil klinis diklasifikasikan dan dicatat sebagai berikut:

1. "Optimal responden": semua wanita yang menyelesaikan program terapi

dan tidak pernah mengalami kekambuhan baru selama masa tindak lanjut;

2. "Optimal responden": pasien yang mengalami hingga 2 episode

kekambuhan Vulvovaginal syntomatologic selama pemeliharaan atau tindak

lanjut periode;

3. "Miskin responden": pasien yang mengalami 3 atau lebih episode

kandidiasis vulvovaginal selama pemeliharaan atau tindak lanjut periode. 7

II.XI.III PENGOBATAN KVV PADA KEHAMILAN

Insiden KVV Simptomatik maupun asimptomatik meningkat pada

masa kehamilan. Sebaiknya diberikan pengobatan antimikosis topical

dari pada sistemik. Kebanyakan obat antimikosis topical terbukti efektif

untuk pengobatan KVV selama masa kehamilan, dengan resiko

penyerapan yang minimal (3-10%) pada bulan-bulan pertama masa

kehamilan. Wanita hamil dapat diyakinkan tentang keamanan obat

topical selama trisemester kedua dan ketiga pada masa kehamilan. Dapat

direkomendasikan pemberiaan dosis tunggal klotrimazol maupun

derivate midazol yang lain ,misalnya mikonazole nitrat 2% vagina krim,

butokonazol atau terkonazole(belum ada di Indonesia) yang umum nya

di berikan selama 7 hari. Sejak terjadi perubahan hormonal pada mukosa

vagina pada masa kehamilan angka kekambuhan setelah pemberiaan

obat antimikosis menjadi lebih tinggi dan pennganannya menjadi lebih

sulit. Oleh karena dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan region

genital sebelum persalinan untuk meyakinkan bahwa jalan lahir tersebut

telah lahir dari jamur 2,8

II.XII PENCEGAHAN

Page 13: tugas kulkel

13

1. Memaksimalkan terapi Antiretroviral (ARV) pada pasien HIV Efektifnya terapi

ARV mencegah kekambuhan dan usahakan memaksimalkan terapi ARV sebelum

memulai obat profilaksis

2. Profilaksis jangka lama tidak dianjurkan, karena efektifnya pengobatan fase akut

dan adanya obat ARV, rendahnya kematian, rendahnya insiden penyakit invasif,

meningkatnya resisten, interaksi dengan banyak obat, dan tingginya biaya

profilaksis. Profilaksis selama hidup diberikan pada pasien Kandidiasis esofagus

yang telah selesai pengobatannya atau pengobatan jangka lama dengan flukonazol

bila CD4 tetap rendah, KVVR berat dalam intensitas atau frekuensinya.

3. Kontrol ke dokter 11

II.XIIIPROGNOSIS

Prognosis pada umumnya baik, terutam factor presdiposisi dapat di minimalkan,

KVV tanpa komplikasi mempunyai prognosis baik karena pada umumnya infeksi ringan

hingga sedang dan mengenai penderita yang imnunokompeten. Pada KVV yang

komplikasi sering terjadi komplikasi yang berulang, di perlukan pengobatan yang tepat dan

pengobatan yang profilaksis serta mengoreksi fakto presdiposisi penyebab terjadinya

infeksi. 2

Prognosis juga tergantung dari beberapa factor misalnya lokasi infeksi, derajat

dantipe imunosupresan, kecepatan dan ketepatan penegakan diagnosis serta member terapi

yang tepat. Makin lama pemberian obat anti jamur, maka angka kesakitan dan kematian

makin tinggi 2

Page 14: tugas kulkel

14

BAB III

PEMBAHASAN

Kandidiasis adalah infeksi dengan manifestasi klinis yang bervariasi, bersifat akut

atau subakut yang di sebabkan oleh candida albicans atau kadang-kadang spesies candida

yang lain. Kandidiasis vulvovaginitis merupakan infeksi mukosa vagina atau vulva (epitel

yang tidak berkeratin) yang di sebabkan oleh jamur spesies candida yang dapat bersifat

akut, subakut dan kronis yang di dapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering

menimbulkan keluhan berupa duh tubuh pada vagina 2

Penyebab terbanyak KVV adalah spesies candida albicans (80 – 90%) sedangkan

penyebab terbanyak kedua adalah Torulopis glabrata ( 10%) sedangkan 3% lainnya adalah

candida lainnya seperti candida tropicalis, candida pseudotropicalis, candida

kruseitropicalis dan candida stellatoidea 1,2,8,14

Hasil penelitian menunjukkan tingkat prevalensi tinggi (62,2%) dari Vulvovaginal

kandidiasis pada wanita hamil menghadiri klinik antenatal selama periode sepuluh . bulan

di komunitas pedesaan. Sekitar 70% memiliki klinis gejala VVC dan setinggi 62,2%

adalah mikrobiologis menurut Nikolov et al, (2006). prevalensi 88,3% dengan mikroskop

menurut Klufio et al, (1995). melaporkan infeksi 57% mikrobiologis. Itu tingginya sesuai

dengan fakta bahwa Candida albicans adalah keduanya penjajah paling sering dan

bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus vulvovaginitis 8,10

Karena keampuhan dan profil risiko rendah, nistatin tetap pengobatan pertama baris

untuk infeksi Candida di pertama kehamilan trimester . Meskipun lainnya ampuh

antimycotic agen telah dikembangkan selama bertahun-tahun, terapi nilai nistatin perlu

dipertanyakan. terakhir investigasi menunjukkan kerentanan yang sebanding atau lebih

tinggi dari Candida spesies untuk nistatin topikal dibandingkan dengan clotrimazole,

itraconazole, flukonazol, miconazole atau terbinafine .Sementara resistance azoles seperti

flukonazol dan econazole memainkan peran yang meningkat dalam pengobatan kandida

vulvovaginitis ini tampaknya tidak menjadi kasus untuk nistatin. Nistatin tetap menjadi

efisien, aman dan ekonomi pilihan dalam pengobatan infeksi VVC 6,8

Page 15: tugas kulkel

15

C. albicans merupakan terdapat di saluran vagina. Pertumbuhan berlebih dapat

menyebabkan pruritus yang parah, panas, dan debit. Labia ada eritematosa, lembab, dan

dimaserasi, dan leher rahim hyperemic, bengkak, dan terkikis, menunjukkan vesikel kecil

pada permukaannya. Para keputihan biasanya tidak sebesar-besarnya dan bervariasi dari

berair, untuk tebal dan putih atau curdlike. 4,14

Jenis infeksi dapat berkembang selama kehamilan, dalam diabetes, atau sekunder

terhadap terapi dengan broadspectrum antibiotics. Kandidiasis vulvovaginal berulang juga

telah diasosiasikan diciptakan dengan pengobatan jangka panjang tamoxifen. candida

balanitis mungkin ada dalam pasangan seksual tidak disunat. 4,10

Diagnosa dibentuk oleh gejala klinis dan findings, serta sebagai demonstrasi dari

jamur mikroskopis dengan KOH pemeriksaan dan budaya. Oral fuconazole, 150 mg sekali,

mudah dan efektif. Pada beberapa pasien dengan faktor predisposisi, kursus yang lebih

lama fuconazole, 100-200 mg / hari, atau itrakonazol, 200 mg / hari selama 5-10 hari,

mungkin diperlukan. Pilihan topikal termasuk miconazole, nistatin, clotrimazole, dan

terconazole. Probiotik, antibakteri candida juga telah menganjurkan. Candida glabrata

vaginitis mungkin refrakter terhadap obat azol dan dapat diffcult untuk memberantas.

Topikal asam borat, amfotericin B, dan fucytosine mungkin dapat membantu dalam

pengaturan ini 4,7,11,

Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR) yaitu penderita yang terkena gejala

simpatomatik KVV empat kali atau lebih dalam satu tahun

Kandida balnitis/kandida balanoposthitis: erosi merah superfisialis dan pustule

berdinding tipis di atas glans penis dan sulkus koronarium (balanitis) dan juga pada

preputium penis yang tidak di sirkumsisi (balanoposthitis) 3

C.albicans merupakan penghuni umum dari saluran vagina. Pertumbuhan berlebih

dapat menyebabkan pruritus yang parah, panas, dan debit. Labia mungkin eritematosa,

lembab, dan dimaserasi, dan leher rahim hyperemic, bengkak, dan terkikis, menunjukkan

vesikel kecil

pada permukaannya. keputihan biasanya tidak terlalu banyak dan bervariasi dari berair,

tebal dan putih atau curdlike 4

Page 16: tugas kulkel

16

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kandidiasis vaginitis merupakan satu dari penyakit jamur terbanyak setelah

vaginitis bakterial. Diperkirakan 75% wanita didunia ini pernah mendrita kandidiasis

vagina selama hidupnya minimal sekali.

Kandidiasis vagina disebabkan oleh kandida albikan.Faktor predisposisi dari

kandidiasis vaginitis adalah kehamilan, imunosupresi, gangguan metabolik, pengobatan

antibiotika dan kontrasepsi oral.

Kandidiasis vaginitis mempunyai gejala utama adalah gatal pada vagina, vulva

seperti terbakar, disuri, dispareunia, adanya cairan vagina yang kental seperti keju.Untuk

menegakan diagnosis kandidiasis vaginitis perlu dilakukan pemeriksaan mikioskopis untuk

mencari adanya kandida albikan.penanganan kandidiasis vaginitis yang penting adalah

mengoreksi faktor lokal dan sistemik untuk mencegah rekurensi penyakit.

Beberapa obat anti jamur sangat efektif untuk mengurangi gejala kandidiasis, tapi

bila tidak diikuti dengan koreksi terhadap faktor predisposisi maka sering terjadi rekurensi

SARAN- SARAN

Dokter diharapkan untuk menguasai Teori dan skill Candidiasis Vulvovagintis

terlebih dahulu sebelum melakukan pengobatan penyakit tersebut

Diharapkan seorang dokter lebih teliti dalam mendiagnosa pasien

Page 17: tugas kulkel

17

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah Mochtar, Aisyah Siti, Ilmu penyakit kulit dan kelamin.Jakarta :Universitas

Indonesia: 2009.

2. Murtiastutik Dwi dkk. Buku ajar infeksi menular seksual.Surabaya:universitas

airlangga:2007. p (56-64)

3. Team penyusun PDT, Pedoman diagnosis dan terapi ilmu penyakit kulit dan

kelamin, Surabaya: Rumah sakit umum dr soetomo,2005.

4. William D.james, Timothy G.Berger, Dirk M. Elston. Andrew disease of the skin

clinical dermatology,British:2006.

5. Claudia Ana CC, Ruffo Freita J, Reis Cleomenes, Prevalence of vulvovaginitis and

bacterial vaginosis in patients with koilocytosis.Brazil:2008

www.scielo.br/pdf/spmj/v126n6/08.pdf  (30 juni 2012 jam 15.00 WIB)

6. Dressen G, Kusche W, Neumeisster C,U Schwantes.Diagnosis of Vulvovaginal

Candidiasis and Effectiveness of Combined Topical Treatment with Nystatin:

Results of a Non-Interventional Study in 973 Patients.Gemany:2012

http://benthamscience.com/open/towhj/articles/V006/19TOWHJ.pdf (30 juni 2012

jam 15.00 WIB)

7. Maurina F,Graziottin A,R Felis.The Recurrent Vulvovaginal Candidiasis :

Proposalof a Personalized Therapeutic Protocol.Milan:2011

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3153925/ (30 juni 2012 jam 15.00

WIB)

8. Akah PA,Nnamani CE,Nnamani PO.Prevalence and treatment outcome of

vulvovaginal candidiasis in pregnancy in a rural ommunity in Enugu State,

Nigeria.Universitas of Nigeria:2010

http://interesjournals.org/JMMS/Pdf/2010/November/Akah%20et%20al.pdf (30

juni 2012 jam 15.00 WIB)

9. Jombo GTA,Opajobi SO,Banwat EB.Symptomatic vulvovaginal candidiasis and

genital colonization by Candida species in Nigeria.Makurdi.Benue State

University:2010

http://www.academicjournals.org/jphe/PDF/pdf2010/September/Jombo%20et

%20al.pdf (30 juni 2012 jam 15.00 WIB)

Page 18: tugas kulkel

18

10. Malazy OT,Shariat Mamak,Heshmat Ramin.Vulvovaginal candidiasis and its

related factors in diabetic woman.Tehran.University of Tehran:2006

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1028455908600108 (30 juni

2012 jam 15.00 WIB)

11. Suyoso Sunarso.Kandidiasis vulvovaginalis pada HIV/AIDS dari biologi molekuler

sampai terapi.Surabaya.RSUD dr.Soetomo:2009 www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=kandidosis%20vulvovaginalis%20pada%20hiv%2Faids

%20%20dari%20biologi%20molekuler%20sampai%20terapi%2Bsunarso

%20suyoso%20&source=web&cd=1&ved=0CDUQFjAA&url=http%3A%2F

%2Frsudrsoetomo.jatimprov.go.id%2Fid%2Findex.php%3Foption

%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid%3D81%26Itemid

%3D118&ei=Wp3rT7jFI4efiAf0z4XfBQ&usg=AFQjCNEpfuwSOIP8AY_ApkZc

G453dKRGbg&cad=rja (30 juni 2012 jam 15.00 WIB)

12. Leblond A,M,Billaud S,N,Pilon Francoise.Efficient Diagnosis of Vulvovaginal

Candidiasis by Use of a New Rapid Immunochromatography Test.Lille:2009

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19794036 (30 juni 2012 jam 15.00 WIB)

13. Antonopoulou Stravoula,Aoun Michel,Alexopoulos Evangelos C.Fenticonazole

Activity Measured by the Methods of the European Committee on Antimicrobial

Susceptibility Testing and Vulvovaginitis Candida CLSI against 260 Isolates from

Two European Regions and Annotations on the Prevalent

Genotypes.Athens.University of Athens:2009

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2681495/ (30 juni 2012 jam 15.00

WIB)

14. Wolff Klaus, A Lowell, Stephen I Goldsmith Katz, Paller Amy s Gilchrest,

Leffell David J. Fitz Patricks, dermatology in general medicine.New York:2008.

(1822-1830)