48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen, komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen- komponen kurikulum yang lain. Kurikulum dan pembelajaran 1

Tugas kurikulum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

muhamadiyah

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang

strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu

pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam

penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan

penelitian secara mendalam.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen, komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat

diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari

buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum

terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.

Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum maka

makalah ini mengambil tema "Hakikat Kurikulum dan Landasan Pengembangan

kurikulum Serta Strategi Pembelajaran"

Kurikulum dan pembelajaran 1

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa hakikat Kurikulum.?

2. Apa LadasanPengembangan kurikulum.?

3. Bagaimana Strategi Pembelajaran.?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Mengetahi Hakikat Kurikulum.

2. Mengetahui Apa-Apa Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum.

3. Mengetahui Bagaimana Strategi Dalam pembelajaran.

D. Manfaat

1. Dapat Mengetahi Hakikat Kurikulum.

2. Dapat Mengetahui Apa-Apa Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum.

3. Dapat Mengetahui Bagaimana Strategi Dalam pembelajaran.

Kurikulum dan pembelajaran 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT KURIKULUM

1. Pengertian kurikulum

Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini

bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah

‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’

dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan

makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah

‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan

pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggris

sebagai jurusan pengkajian yang diikuti di sekolah dalam. (Kliebard, 1982) dalam

(Marsudi, 2014:2)

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP 2006:5).

Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa

Kurikulum adalah suatu pedoman yang terencana dan terorganisir dimana didalamnya

tercakup tujuan, pembelajar, pebelajar,sarana dan prasarana, alat/bahan, evaluasi

Kurikulum dan pembelajaran 3

untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada pebelajar dibawah tanggung jawab

sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Kurikulum sebagai sistem

Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan,

informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi

sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan.

Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada

sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai

tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum

itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan,

sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

3. Strategi pelaksanaan kurikulum

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang

digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya

terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada

hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh

dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan

mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus

dalam pengajaran. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana

kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan,

yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu

mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak

Kurikulum dan pembelajaran 4

akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang

baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran,

penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

4. Evaluasi kurikulum

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.

Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan

yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik

dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen

kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang

penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu

sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,

pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Jenis-jenis penilaian meliputi :

a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)

b) Penilaian proses pembelajaran (Program)

c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program).

B. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor yang

harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu

kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Kurikulum dan pembelajaran 5

Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan kurikulum

tersebut, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan sosiologis.

1. Asas filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang

ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang

tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan

menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, an

cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang

demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainan

dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum

tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara,

terutama dalam nenentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus

dicapai melalui pendidikan formal.

2. Asas psikologis

1) Psikologi anak

Sekolah didirikan untuk kepentinagn anak, yakni menciptakan situasi-

situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensinya.

Selama berabad-abad anak lebih dipandang sebagai orang dewasa kecil. Baru

setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah

untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan abad ke-20, anak kian mendapat

perhatian sebagai salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah

aliran yang disebut progresif. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat dan

Kurikulum dan pembelajaran 6

perkembangan anak disebut “Child Centered Curriculum”. Kurikulum ini

merupakan reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa

menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini menarik perhatian para

pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menempatkan

anak sebagai salah satu pokok pemikiran.

2) Psikologi belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa

anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi perilakunya. Anak-anak dapat belajar,

dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat

menerima norma-norma, dan dapat menguasai sejumlah keterampilan.

Persoalannya, bagaimana anak itu belajar? Kalau kita memahami dengan baik,

bagaimana proses belajar anak itu berlangsung, serta dalam keadaan yang

bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat

direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang lebih efektif.

Pertanyaan tersebut melahirnya berbagai teori belajar, yang antara satu

teori dengan teori lainnya berbeda-beda bahkan bertentangan. Masing-masing teori

itu memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, kendati hampir umumnya teori itu tidak

dapat secara lengkap memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar

itu.

c. Asas sosiologis

Kurikulum dan pembelajaran 7

Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia lainnya. Ia hidup dalam suatu

masyarakat . Disitu ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilaksanakannya

dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa

kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus

menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat

tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakan dalam

perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak nilai yang berlainan. Tiap anak

akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan

dalam kurikulum, di samping peruba han yang terjadi di masyarakat akibat

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam pengembangan

kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Betapa pun pentingnya asas

ini, tetapi penerapannya dalam pengembangan kurikulum harus dijaga agar tidak

mendomi-nasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau”

Society Centered Curriculum”.

a. Peran Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum memiliki berbagai peran berikut.

1. Peran konservatif

Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum berperan sebagai

salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan suatu bangsa. Tanpa

Kurikulum dan pembelajaran 8

kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa sirna dalam sekejap karena tidak

ada institusi yang melestarikannya. Dengan mencantumkannya dalam kurikulum,

kebudayaan suatu bangsa diharapkan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya

sehingga anak cucu bangsa tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek

moyangnya.

2. Peran kritis dan evaluatif

Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Maksudnya, kurikulum

dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi keberadaan kebudayaan nenek

moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan

tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur kebudayaan yang kurang baik,

misalnya, maka generasi berikutnya dapat memilah-milah mana unsure kebudayaan

yang dapat diterapkan dan dilestarikan, dan mana unsur kebudayaan yang dapat

diabaikan karena kurang sesuai dengan perkembangan jaman.

3. Peran kreatif

Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya, kurikulum harus

mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan

kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih

sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.

b. Proses Perubahan dan Pengembangan kurikulum

1. Makna perubahan kurikulum

Kurikulum dan pembelajaran 9

Bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti

apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen

yang digunakan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum

apat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan

bagaimana proses mencapainya. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang

hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar

tetap relevan dengan perkembangan jaman.

Selanjutnya, kurikulum pun dapat ditafsir-kan sebagai kenyataan yang terjadi

di dalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya,

serinci-rincinya, karena interaksi di dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan

dan kreatif yang tak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Dalam konteks seperti ini,

guru memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi pengembang kurikulum bagi

kelas yang diasuhnya. Akhirnya, kurikulum pun dapat dipandang sebagai cetusan

jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi

dalam perilaku anak-didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan

kepribadian guru.

Kurikulum yang formal relatif lebih terbatas daripada kurikulum yang riil.

Kurikulum riil bukan sekadar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami

anak di dalam dan di luar kelas, termasuk ruang olah raga, warung sekolah, tempat

bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya. Pendek kata, kurikulum riil

berkaitan dengan keseluruhan kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah

kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih pelik, sebab menyangkut banyak

Kurikulum dan pembelajaran 10

variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di

dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik, orang tua, dan

masyarakat yang berkepen-tingan dengan pendidikan sekolah. Ini berarti perubahan

kurikulum adalah perubahan sosial atau curriculum change is a social change.

2. Perubahan dan pengembangan

Perubahan tak selalu sama dengan pengembangan, akan tetapi pengembangan

selalu mengandung perubahan. Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau mutu.

Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin

membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-

mula tak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat

dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun demikian,

pada umumnya niat perubahan dimaksudkan untuk menerjadikan perbaikan.

Pengembangan selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembanngan diadakan

untuk meningkatkan nilai. Untuk melakukannya didasarkan atas kriteria tertentu.

Perbedaan kriteria akan memberi perbedaan pendapat tentang baik-buruknya

perubahan itu.

Dalam bidang kurikulum kita melihat betapa banyaknya ide dan usaha

pengembangan kurikulum yang dicetuskan oleh berbagai tokoh pendidikan. Macam-

macam kurikulum telah diciptakan dan banyak di antaranya telah dijalankan. Apa

yang mula-mula diharapkan, akhirnya ternyata menimbulkan masalah lain, sehingga

kurikulum itu ditinggalkan atau diubah. Ada masanya pelajaran yang bersifat

akademis yang diutamakan. Kemudian, tampil anak sebagai pusat kurikulum.

Kurikulum dan pembelajaran 11

Sesudah itu, pengembangan kurikulum berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Tetapi, di lain waktu, timbul lagi perhatian baru terhadap pengetahuan akademis.

Namun demikian, dalam sejarah pendidikan, tak pernah sesuatu kembali

dalam bentuk aslinya. Biasanya yang lama itu timbul dalam bentuk yang agak lain,

pada taraf yang lebih tinggi. Misalnya, bila dalam pelajaran akademis diutamakan

hafalan fakta dan informasi, kemudian prinsip-prinsip utama pun menjadi

dipentingkan. Pada suatu ketika kurikuium sepenuhnya dipusatkan pada anak, tetapi

kemudian disadari pula bahwa anak tak dapat hidup terlepas dari masyarakat.

Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat diutamakan hanya satu aspek saja, akan

tetapi semua aspek: anak,masyarakat, maupun pengetahuan, secara berimbang.

3. Bagaimana terjadinya perubahan

Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase. Fase pertama,

inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan

sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai. Kedua, fase legitimasi, yaitu

ketika orang mulai menerima suatu perubahan. Ketiga, fase kongruensi, sewaktu

orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya selaras dengan

pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima

dan pencetus perubahan.

Kesamaan pendapat dapat dibangun dengan menggunakan berbagai cara.

Diantaranya melalui pemberian motivasi, janji kenaikan gaji atau

pangkat,memperoleh kredit, serta bersikap ramah, akrab, sabar, pengertian, serta

mengajak berpatisipasi dan mengemukakan perubahan sebagai masalah yang

Kurikulum dan pembelajaran 12

dipecahkan bersama. Upaya lain yang juga dapat dilakukan misalnya melalui paksaan

keras atau halus dengan menggu-nakan otoritas atau indoktrinasi.

Namun demikian, perubahan akan lebih berhasil, apabila dari pihak guru

merasa memerlukan perubahan itu, sehingga timbul hasrat untuk memperbaiki diri

demi kepentingan bersama. Perubahan yang terjadi atas paksaan dari pihak atasan,

biasanya tidak dapat bertahan lama. Perubahan itu akan cepat luntur dan hanya diikuti

secara formal dan lahiriah belaka. Menjadikan perubahan sebagai masalah,

melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah, pengumpulan data,

menguji alternatif, dan selanjutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan,

dianggap akan lebih mantap dan meresap daiam hati guru. Akan tetapi, cara ini

biasanya memerlukan waktu yang tak sebentar dan tenaga yang cukup banyak. Belum

lagi, munculnya keinginan agar penerapan perubahan itu seragama pada semua

sekolah. Akibatnya, perubahan itu sering dijalankan secara otoriter, indoktrinatif,

serta mengabaikan kemam-puan guru untuk berpikir sendiri dan menempatkan

mereka hanya sebagai penerima perubahan saja. Cara ini efisien, namun dalam jangka

panjang tidak efektif. Bila ada perubahan atau pengembanngan baru, biasanya hal-hal

positif yang sudah lama ditinggalkan akan sirna tanpa bekas.

c. Isi Pengembangan Kurikulum

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan isi dalam

pengem-bangan kurikulum. Pertama, isi kurikulum didefinisikan sebagai bahan atau

materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi faktual, tetapi

Kurikulum dan pembelajaran 13

juga mencakup pengetahuan, keterampilan, konsep, sikap, dan nilai. Beberapa ahli

yakin bahwa beberapa isi mempunyai nilai intrinsik yang dapat dipelajari demi

kepentingannya sendiri. Namun, pendapat lain menyatakan bahwa isi memiliki nilai

jika hal itu dapat digunakan. Pendapat lain mengatakan bahwa semua isi memiliki

nilai instrumental yakni alat-alat sederhana yang oleh orang yang lain menjadi

pelajaran-pelajaran yang lebih bernilai.

Kedua, dalam proses belajar mengajar ada dua elemen kurikulum yang

berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Isi menjadi signifikan jika

ditransmisikan ke pembelajar dalam beberapa hal dan jalan, dan itulah yang disebut

dengan metode atau pengalaman belajar mengajar. Hubungan antara isi dan metode

sangat dekat. Ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen-elemen kurikulum,

masingmasing dapat dinilai dengan kriteria yang berbeda. Kita harus memilih satu

criteria meski akan lebih memuaskan jika dipilih semua, namun itu bukan pola

pembelajaran yang efektif. Ha1 yang sama juga berlaku dalam pemilihan metode.

Metode yang efektif tetapi tidak disertai kemahiran meramu dan menyajikan isi tidak

akan menghasilkan manfaat optimal dalam proses belajar.

Kurikulum dan pembelajaran 14

C. STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang

harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan

dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan

kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di

sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus

memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi

pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan

dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikansebagai a

plan, method, or series of activities designed to achieves a particulareducational goal

(J. R. David, 1976:34). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian

kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau

kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal

ini adalah tujuan pembelajaran.

Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang

diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenang kan

suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang

kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberha silan dalam mencapai

Kurikulum dan pembelajaran 15

tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan

keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam

mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akantim basket akan menentukan strategi

yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga

seorang guru yang mengharapkahasil baik dalam proses pembelajaran juga akan

menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan

efisien. Kemp (1995:22). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa

strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa dalam

(Hamza, 2006:13).

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang

instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidakada 3 jenis

strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:

(a) strategipengorganisasian pembelajaran,

(b) strategi penyampaian pembelajaran, dan

(c) strategi pengelolaan pembelajaran.

1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi

isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk

membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsipyang berkaitan

Kurikulum dan pembelajaran 16

dalam (Sanjaya, 2006:18).

Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metodeuntuk

pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau

prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi

pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.

Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata

urusan,membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.

Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada

penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan

isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan

diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn

rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan

ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.

Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran

adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan

informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk

kerja.

3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode

Kurikulum dan pembelajaran 17

yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel

metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan

tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan

selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel

strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,

dan motivasi.

B. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran

Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan,

teknik atau taktik dalam pembelajaran.

1. Metode

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi

menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian

suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.

2. Pendekatan (Approach)

Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digu nakan

dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998)

misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang

berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada

Kurikulum dan pembelajaran 18

siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru

menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran

deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta

strategi pembelajaran induktif.

3. Teknik

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar

metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang

melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya,

berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak

tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah

siswa yang terbatas.

4. Taktik

Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode

tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama

menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti

mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan

ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah

dipahami.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi apembelajaran

yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan

Kurikulum dan pembelajaran 19

bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran.

Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang

dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki

taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran

Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetap kan

spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan

berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur,

metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Strategi dapat diartikan seba gai suatu garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan

dengan belajar mengajar, strategi bias diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan

guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha

meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut.

1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus

dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi

masyarakat yang memerlukannya.

2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai

sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai

akhir.

Kurikulum dan pembelajaran 20

4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan

untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut

bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan

kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2)

memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan

hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh

para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-

norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga

dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar

mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem

instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat

penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai

hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan

sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara

jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh pe serta didik. Perubahan perilaku

dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan

belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi

Kurikulum dan pembelajaran 21

dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti

kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha

atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya

penyim pangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat

dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu

persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan

suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua

orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang

tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan

melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara

pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep,

dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau

adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang

dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pe-

ngertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda

dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara

pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk

memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk

memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan

Kurikulum dan pembelajaran 22

mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya

sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan

menggunakan teknik penyajian yang sama.

Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru

mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh

mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu pro gram baru bisa

diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam

kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan

dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus

dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat

dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat

dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di

sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga,

keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.

Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara

dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bias dipisahkan.

D. Jenis-jenis strategi pembelajaran

Seperti telah dikemukakan di muka, metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan

untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam

Kurikulum dan pembelajaran 23

rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yangsangat penting. Keberhasilan

implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan

metode pembelajaran, karena suatustrategi pembelajaran hanya mungkin dapat

diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan

untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran.

A. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini

senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat

dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan

oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa

pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa.

Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran

tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar

manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada

guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada

belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

B. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa

untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.

Kurikulum dan pembelajaran 24

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan

dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,

baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara

lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar

memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih

konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk

mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

C. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada

suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahamipengetahuan siswa,

serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998:50). Karena itu, diskusi bukanlah

debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman

untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru

yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses

pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan

metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara

spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya

memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas

sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu

secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan

Kurikulum dan pembelajaran 25

perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bias dihindari.

D. Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat

seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang

konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode

mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara

langsung pada objek yang sebenarnya. Gladiresik merupakan salah satu contoh

simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai

latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.

Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu

peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.

Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik

bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman

tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4)

meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6)

melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7)

menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap

toleransi.

E. Metode Tugas dan Resitasi

Kurikulum dan pembelajaran 26

Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih

luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara

individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di

perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada

tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di

laboratorium.

F. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi

dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya

guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara

langsung antara guru.

Kurikulum dan pembelajaran 27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum,

pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan

kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai jantungnya

pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk

merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik..

2. Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan

kondisi masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang

diyakini, kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep – konsep ilmu

yang mutakhir. Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarat, berbangsa dan bernegara.

3. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor yang

harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu

kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Kurikulum dan pembelajaran 28

Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan

kurikulum tersebut, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan

B. Saran

Diharapkan pengembangan kurikulum tidak hanya berdasarkan pada

pendidikan semata, namun harus memperhatikann kebutuhan, siswa dan sarana

dan prasarana yang memadai, oleh karena itu keberhasilan pendidikan merupakan

tanggung jawab guru siswa dan orang tua siswa serta masyarakat. Selain itu juga

bahwa pengembangan kurikulum merupakan sumber dari landasan bagi

pendidikan dan pengajaran disekolah atau di perguruan tinggi, karena kurikulum

sebagai alat merealisasikan sistem pendidikan

Kurikulum dan pembelajaran 29