Upload
ashad-teknik-geofisika
View
226
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
muhamadiyah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam
penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan
penelitian secara mendalam.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen, komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum
terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.
Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum maka
makalah ini mengambil tema "Hakikat Kurikulum dan Landasan Pengembangan
kurikulum Serta Strategi Pembelajaran"
Kurikulum dan pembelajaran 1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa hakikat Kurikulum.?
2. Apa LadasanPengembangan kurikulum.?
3. Bagaimana Strategi Pembelajaran.?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahi Hakikat Kurikulum.
2. Mengetahui Apa-Apa Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum.
3. Mengetahui Bagaimana Strategi Dalam pembelajaran.
D. Manfaat
1. Dapat Mengetahi Hakikat Kurikulum.
2. Dapat Mengetahui Apa-Apa Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum.
3. Dapat Mengetahui Bagaimana Strategi Dalam pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKEKAT KURIKULUM
1. Pengertian kurikulum
Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini
bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah
‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’
dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan
makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah
‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan
pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggris
sebagai jurusan pengkajian yang diikuti di sekolah dalam. (Kliebard, 1982) dalam
(Marsudi, 2014:2)
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP 2006:5).
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa
Kurikulum adalah suatu pedoman yang terencana dan terorganisir dimana didalamnya
tercakup tujuan, pembelajar, pebelajar,sarana dan prasarana, alat/bahan, evaluasi
Kurikulum dan pembelajaran 3
untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada pebelajar dibawah tanggung jawab
sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Kurikulum sebagai sistem
Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan,
informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada
sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum
itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan,
sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
3. Strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada
hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh
dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan
mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus
dalam pengajaran. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan,
yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu
mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak
Kurikulum dan pembelajaran 4
akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang
baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran,
penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
4. Evaluasi kurikulum
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen
kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu
sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.
Jenis-jenis penilaian meliputi :
a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program).
B. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu
kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran 5
Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan kurikulum
tersebut, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan sosiologis.
1. Asas filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang
tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan
menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, an
cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang
demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainan
dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum
tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara,
terutama dalam nenentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus
dicapai melalui pendidikan formal.
2. Asas psikologis
1) Psikologi anak
Sekolah didirikan untuk kepentinagn anak, yakni menciptakan situasi-
situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensinya.
Selama berabad-abad anak lebih dipandang sebagai orang dewasa kecil. Baru
setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah
untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan abad ke-20, anak kian mendapat
perhatian sebagai salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah
aliran yang disebut progresif. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat dan
Kurikulum dan pembelajaran 6
perkembangan anak disebut “Child Centered Curriculum”. Kurikulum ini
merupakan reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa
menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini menarik perhatian para
pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menempatkan
anak sebagai salah satu pokok pemikiran.
2) Psikologi belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi perilakunya. Anak-anak dapat belajar,
dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat
menerima norma-norma, dan dapat menguasai sejumlah keterampilan.
Persoalannya, bagaimana anak itu belajar? Kalau kita memahami dengan baik,
bagaimana proses belajar anak itu berlangsung, serta dalam keadaan yang
bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat
direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang lebih efektif.
Pertanyaan tersebut melahirnya berbagai teori belajar, yang antara satu
teori dengan teori lainnya berbeda-beda bahkan bertentangan. Masing-masing teori
itu memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, kendati hampir umumnya teori itu tidak
dapat secara lengkap memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar
itu.
c. Asas sosiologis
Kurikulum dan pembelajaran 7
Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia lainnya. Ia hidup dalam suatu
masyarakat . Disitu ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa
kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus
menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat
tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakan dalam
perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak nilai yang berlainan. Tiap anak
akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan
dalam kurikulum, di samping peruba han yang terjadi di masyarakat akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam pengembangan
kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Betapa pun pentingnya asas
ini, tetapi penerapannya dalam pengembangan kurikulum harus dijaga agar tidak
mendomi-nasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau”
Society Centered Curriculum”.
a. Peran Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum memiliki berbagai peran berikut.
1. Peran konservatif
Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum berperan sebagai
salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan suatu bangsa. Tanpa
Kurikulum dan pembelajaran 8
kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa sirna dalam sekejap karena tidak
ada institusi yang melestarikannya. Dengan mencantumkannya dalam kurikulum,
kebudayaan suatu bangsa diharapkan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya
sehingga anak cucu bangsa tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek
moyangnya.
2. Peran kritis dan evaluatif
Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Maksudnya, kurikulum
dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi keberadaan kebudayaan nenek
moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan
tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur kebudayaan yang kurang baik,
misalnya, maka generasi berikutnya dapat memilah-milah mana unsure kebudayaan
yang dapat diterapkan dan dilestarikan, dan mana unsur kebudayaan yang dapat
diabaikan karena kurang sesuai dengan perkembangan jaman.
3. Peran kreatif
Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya, kurikulum harus
mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan
kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih
sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.
b. Proses Perubahan dan Pengembangan kurikulum
1. Makna perubahan kurikulum
Kurikulum dan pembelajaran 9
Bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti
apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen
yang digunakan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum
apat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan
bagaimana proses mencapainya. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar
tetap relevan dengan perkembangan jaman.
Selanjutnya, kurikulum pun dapat ditafsir-kan sebagai kenyataan yang terjadi
di dalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya,
serinci-rincinya, karena interaksi di dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan
dan kreatif yang tak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Dalam konteks seperti ini,
guru memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi pengembang kurikulum bagi
kelas yang diasuhnya. Akhirnya, kurikulum pun dapat dipandang sebagai cetusan
jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi
dalam perilaku anak-didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan
kepribadian guru.
Kurikulum yang formal relatif lebih terbatas daripada kurikulum yang riil.
Kurikulum riil bukan sekadar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami
anak di dalam dan di luar kelas, termasuk ruang olah raga, warung sekolah, tempat
bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya. Pendek kata, kurikulum riil
berkaitan dengan keseluruhan kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah
kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih pelik, sebab menyangkut banyak
Kurikulum dan pembelajaran 10
variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di
dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik, orang tua, dan
masyarakat yang berkepen-tingan dengan pendidikan sekolah. Ini berarti perubahan
kurikulum adalah perubahan sosial atau curriculum change is a social change.
2. Perubahan dan pengembangan
Perubahan tak selalu sama dengan pengembangan, akan tetapi pengembangan
selalu mengandung perubahan. Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau mutu.
Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin
membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-
mula tak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat
dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun demikian,
pada umumnya niat perubahan dimaksudkan untuk menerjadikan perbaikan.
Pengembangan selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembanngan diadakan
untuk meningkatkan nilai. Untuk melakukannya didasarkan atas kriteria tertentu.
Perbedaan kriteria akan memberi perbedaan pendapat tentang baik-buruknya
perubahan itu.
Dalam bidang kurikulum kita melihat betapa banyaknya ide dan usaha
pengembangan kurikulum yang dicetuskan oleh berbagai tokoh pendidikan. Macam-
macam kurikulum telah diciptakan dan banyak di antaranya telah dijalankan. Apa
yang mula-mula diharapkan, akhirnya ternyata menimbulkan masalah lain, sehingga
kurikulum itu ditinggalkan atau diubah. Ada masanya pelajaran yang bersifat
akademis yang diutamakan. Kemudian, tampil anak sebagai pusat kurikulum.
Kurikulum dan pembelajaran 11
Sesudah itu, pengembangan kurikulum berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Tetapi, di lain waktu, timbul lagi perhatian baru terhadap pengetahuan akademis.
Namun demikian, dalam sejarah pendidikan, tak pernah sesuatu kembali
dalam bentuk aslinya. Biasanya yang lama itu timbul dalam bentuk yang agak lain,
pada taraf yang lebih tinggi. Misalnya, bila dalam pelajaran akademis diutamakan
hafalan fakta dan informasi, kemudian prinsip-prinsip utama pun menjadi
dipentingkan. Pada suatu ketika kurikuium sepenuhnya dipusatkan pada anak, tetapi
kemudian disadari pula bahwa anak tak dapat hidup terlepas dari masyarakat.
Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat diutamakan hanya satu aspek saja, akan
tetapi semua aspek: anak,masyarakat, maupun pengetahuan, secara berimbang.
3. Bagaimana terjadinya perubahan
Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase. Fase pertama,
inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan
sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai. Kedua, fase legitimasi, yaitu
ketika orang mulai menerima suatu perubahan. Ketiga, fase kongruensi, sewaktu
orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya selaras dengan
pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima
dan pencetus perubahan.
Kesamaan pendapat dapat dibangun dengan menggunakan berbagai cara.
Diantaranya melalui pemberian motivasi, janji kenaikan gaji atau
pangkat,memperoleh kredit, serta bersikap ramah, akrab, sabar, pengertian, serta
mengajak berpatisipasi dan mengemukakan perubahan sebagai masalah yang
Kurikulum dan pembelajaran 12
dipecahkan bersama. Upaya lain yang juga dapat dilakukan misalnya melalui paksaan
keras atau halus dengan menggu-nakan otoritas atau indoktrinasi.
Namun demikian, perubahan akan lebih berhasil, apabila dari pihak guru
merasa memerlukan perubahan itu, sehingga timbul hasrat untuk memperbaiki diri
demi kepentingan bersama. Perubahan yang terjadi atas paksaan dari pihak atasan,
biasanya tidak dapat bertahan lama. Perubahan itu akan cepat luntur dan hanya diikuti
secara formal dan lahiriah belaka. Menjadikan perubahan sebagai masalah,
melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah, pengumpulan data,
menguji alternatif, dan selanjutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan,
dianggap akan lebih mantap dan meresap daiam hati guru. Akan tetapi, cara ini
biasanya memerlukan waktu yang tak sebentar dan tenaga yang cukup banyak. Belum
lagi, munculnya keinginan agar penerapan perubahan itu seragama pada semua
sekolah. Akibatnya, perubahan itu sering dijalankan secara otoriter, indoktrinatif,
serta mengabaikan kemam-puan guru untuk berpikir sendiri dan menempatkan
mereka hanya sebagai penerima perubahan saja. Cara ini efisien, namun dalam jangka
panjang tidak efektif. Bila ada perubahan atau pengembanngan baru, biasanya hal-hal
positif yang sudah lama ditinggalkan akan sirna tanpa bekas.
c. Isi Pengembangan Kurikulum
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan isi dalam
pengem-bangan kurikulum. Pertama, isi kurikulum didefinisikan sebagai bahan atau
materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi faktual, tetapi
Kurikulum dan pembelajaran 13
juga mencakup pengetahuan, keterampilan, konsep, sikap, dan nilai. Beberapa ahli
yakin bahwa beberapa isi mempunyai nilai intrinsik yang dapat dipelajari demi
kepentingannya sendiri. Namun, pendapat lain menyatakan bahwa isi memiliki nilai
jika hal itu dapat digunakan. Pendapat lain mengatakan bahwa semua isi memiliki
nilai instrumental yakni alat-alat sederhana yang oleh orang yang lain menjadi
pelajaran-pelajaran yang lebih bernilai.
Kedua, dalam proses belajar mengajar ada dua elemen kurikulum yang
berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Isi menjadi signifikan jika
ditransmisikan ke pembelajar dalam beberapa hal dan jalan, dan itulah yang disebut
dengan metode atau pengalaman belajar mengajar. Hubungan antara isi dan metode
sangat dekat. Ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen-elemen kurikulum,
masingmasing dapat dinilai dengan kriteria yang berbeda. Kita harus memilih satu
criteria meski akan lebih memuaskan jika dipilih semua, namun itu bukan pola
pembelajaran yang efektif. Ha1 yang sama juga berlaku dalam pemilihan metode.
Metode yang efektif tetapi tidak disertai kemahiran meramu dan menyajikan isi tidak
akan menghasilkan manfaat optimal dalam proses belajar.
Kurikulum dan pembelajaran 14
C. STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan
dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikansebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particulareducational goal
(J. R. David, 1976:34). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal
ini adalah tujuan pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenang kan
suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang
kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberha silan dalam mencapai
Kurikulum dan pembelajaran 15
tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan
keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam
mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akantim basket akan menentukan strategi
yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga
seorang guru yang mengharapkahasil baik dalam proses pembelajaran juga akan
menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Kemp (1995:22). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa dalam
(Hamza, 2006:13).
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang
instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidakada 3 jenis
strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
(a) strategipengorganisasian pembelajaran,
(b) strategi penyampaian pembelajaran, dan
(c) strategi pengelolaan pembelajaran.
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi
isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk
membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsipyang berkaitan
Kurikulum dan pembelajaran 16
dalam (Sanjaya, 2006:18).
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metodeuntuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau
prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata
urusan,membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.
Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada
penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan
isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan
diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn
rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan
ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode
Kurikulum dan pembelajaran 17
yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel
strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
dan motivasi.
B. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan,
teknik atau taktik dalam pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian
suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digu nakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998)
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
Kurikulum dan pembelajaran 18
siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar
metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang
melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya,
berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak
tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah
siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama
menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti
mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan
ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah
dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi apembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan
Kurikulum dan pembelajaran 19
bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran.
Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki
taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetap kan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan
berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur,
metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Strategi dapat diartikan seba gai suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan
dengan belajar mengajar, strategi bias diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha
meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut.
1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus
dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat yang memerlukannya.
2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai
sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai
akhir.
Kurikulum dan pembelajaran 20
4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan
untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut
bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2)
memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh
para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-
norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga
dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai
hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan
sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara
jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh pe serta didik. Perubahan perilaku
dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan
belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi
Kurikulum dan pembelajaran 21
dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti
kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha
atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya
penyim pangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan
suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua
orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang
tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan
melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep,
dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau
adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang
dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pe-
ngertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda
dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara
pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk
memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan
Kurikulum dan pembelajaran 22
mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya
sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh
mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu pro gram baru bisa
diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan
dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus
dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat
dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat
dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di
sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga,
keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara
dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bias dipisahkan.
D. Jenis-jenis strategi pembelajaran
Seperti telah dikemukakan di muka, metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam
Kurikulum dan pembelajaran 23
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yangsangat penting. Keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan
metode pembelajaran, karena suatustrategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat
dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan
oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa
pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa.
Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada
guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada
belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.
Kurikulum dan pembelajaran 24
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar
memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahamipengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998:50). Karena itu, diskusi bukanlah
debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman
untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru
yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses
pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan
metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara
spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya
memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas
sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu
secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan
Kurikulum dan pembelajaran 25
perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bias dihindari.
D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Gladiresik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.
Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4)
meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6)
melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7)
menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap
toleransi.
E. Metode Tugas dan Resitasi
Kurikulum dan pembelajaran 26
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih
luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada
tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di
laboratorium.
F. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya
guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru.
Kurikulum dan pembelajaran 27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum,
pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan
kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai jantungnya
pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk
merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik..
2. Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan
kondisi masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang
diyakini, kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep – konsep ilmu
yang mutakhir. Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarat, berbangsa dan bernegara.
3. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu
kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran 28
Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan
kurikulum tersebut, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan
B. Saran
Diharapkan pengembangan kurikulum tidak hanya berdasarkan pada
pendidikan semata, namun harus memperhatikann kebutuhan, siswa dan sarana
dan prasarana yang memadai, oleh karena itu keberhasilan pendidikan merupakan
tanggung jawab guru siswa dan orang tua siswa serta masyarakat. Selain itu juga
bahwa pengembangan kurikulum merupakan sumber dari landasan bagi
pendidikan dan pengajaran disekolah atau di perguruan tinggi, karena kurikulum
sebagai alat merealisasikan sistem pendidikan
Kurikulum dan pembelajaran 29