TUGAS MAKALAH HKI

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS MAKALAHTUGAS MAKALAHHAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUALoleh:ABDUL HARIS0505000031FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA2008BAB 1PENDAHULUANHukum mengatur beberapa macam kekayaan yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum. Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik, yaitu :Benda bergerakBenda tidak bergerakBenda tidak berwujudHak atas kekayaan intelektual termasuk dalam bagian hak atas benda tidak berwujud (tidak mempunyai bentuk tertentu). Oleh karena itu, kekayaan intelektual tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Melalui kemampuan sumber daya manusialah kekayaan intelektual dihasilkan. Kekayaan intelektual yang dihasilkan tersebut dilindungi hukum sebagai hak milik, sama halnya dengan kekayaan benda bergerak dan benda tidak bergerak yang sudah lama diketahui.Kekayaan intelektual adalah pengakuan hukum yang memberikan pemegang hak atas kekayaan intelektual untuk mengatur penggunaan gagasan-gagasan dan ekspresi yang diciptakannya untuk jangka waktu tertentu. Istilah kekayaan intelektual mencerminkan bahwa hal tersebut merupakan hasil pikiran atau intelektualitas dan bahwa hak kekayaan intelektual dapat dilindungi oleh hukum sebagaimana bentuk hak milik lainnya.Aspek hukum merupakan aspek terpenting dalam upaya perlindungan bagi karya intelektual. Hukum diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat yang akhirnya bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan hak atas kekayaan intelektual. BAB 2PEMBAHASANKonsep Hak atas Kekayaan IntelektualHak atas kekayaan intelektual adalah konsepsi yang sederhana dan logis sebab pada intinya mengatur tentang penghargaan atas karya orang lain yang berguna bagi masyarakat luas. Ini merupakan titik awal dari pengembangan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan invensi, kreasi, desain dan lain-lain bentuk karya intelektual. Hak atas kekayaan intelektual bersifat privat. Namun hak atas kekayaan intelektual hanya akan bermakna jika diwujudkan dalam bentuk produk di pasaran, digunakan dalam siklus permintaan dan penawaran, dan karena itu memainkan suatu peranan dalam bidang ekonomi. A. Zen Umar Purba, Peta Mutakhir Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, hlm. 1.Pengertian lain mengenai hak atas kekayaan intelektual adalah hak eksklusif Hak eksklusif adalah hak monopoli untuk memperbanyak karya cipta dalam jangka waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri atau dilisensikan. yang diberikan pemerintahan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan kepada penemu atau pencipta atau pendesain baik seseorang maupun sekelompok orang atas hasil karya cipta dan karya yang dihasilkannya. Secara sederhana hak atas kekayaan intelektual mencakup hak cipta dan hak kekayaan industri. Namun jika dilihat lebih rinci hak atas kekayaan intelektual merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda immateriil atau intangible property).Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual sehingga wajar dan adil bahwa orang lain yang akan menggunakan ciptaan orang lain untuk meminta izin dari pencipta terlebih dahulu. Meskipun demikian karena setiap kekayaan memiliki fungsi sosial, maka tetap ada pembatasan-pembatasan dalam pemberian hak atas kekayaan intelektual. Permasalahan hak atas kekayaan intelektual menyentuh berbagai aspek. Oleh karena itu dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang melindungi hak atas kekayaan intelektual tersebut.Pembidangan Hak atas Kekayaan IntelektualHak atas kekayaan intelektual dibagi menjadi beberapa pembidangan, yaitu:Hak Cipta (copyright)Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.Indonesia, Undang-undang tentang hak cipta, UU No. 19 Tahun 2002, ps. 1 angka 1. Hak cipta timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan (bukan ide tetapi perwujudan atau bentuk nyata dari ide), orisinil, bukan public domain, dan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.Hak cipta mengandung hak moral yaitu hak melekat pada pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun termasuk apabila hak cipta atau hak terkait dialihkan (contohnya lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang diakui menjadi ciptaan saya) dan juga mengandung hak ekonomi yaitu hak mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan (hak ekomoni berhubungan dengan bisnis atau nilai ekonomis. contohnya: vcd dan dvd bajakan).Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan tidak berwujud, dapat dialihkan seluruhnya atau sebagian bila dialihkan harus tertulis (bisa di notaris atau di bawah tangan), tidak dapat disita kecuali jika diperoleh secara melawan hukum. Dalam hak cipta, ciptaan tidak wajib didaftarkan karena pendaftaran hanya alat bukti bila ada pihak lain ingin mengakui hasil ciptaannya di kemudian hari.Hak Kekayaan Industri (industrial property right)Paten (patent)Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Indonesia, Undang-undang tentang paten, UU No. 14 Tahun 2001, ps. 1 angka 1. Paten hanya diberikan untuk invensi yang baru (novelty) dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri. Paten memberikan perlindungan terhadap pencipta atas penemuannya. Perlindungan tersebut diberikan untuk jangka waktu yang terbatas, jangka waktu paten adalah selama 20 tahun sedangkan paten sederhana selama 10 tahun dan tidak dapat diperpanjang.Merek (trade mark)Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Indonesia, Undang-undang tentang merek, UU No. 15 Tahun 2001, ps. 1 angka 1. Merek membantu konsumen untuk mengidentifikasi dalam membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan karakter dan kualitasnya.Rahasia Dagang (trade secret)Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Indonesia, Undang-undang tentang rahasia dagang, UU No. 30 Tahun 2000, ps. 1 angka 1. Pemilik rahasia dagang mempunyai hak menggunakan sendiri, memberikan lisensi atau melarang pihak lain menggunakan atau mengungkap untuk kepentingan komersial. Rahasia dagang dan jenis-jenis informasi rahasia lainnya yang memiliki nilai komersil harus dilindungi dari pelanggaran atau kegiatan lainnya yang membuka rahasia praktek komersial. Namun langkah-langkah yang rasional harus ditempuh sebelumnya untuk melindungi informasi yang bersifat rahasia tersebut. Pengujian terhadap data yang diserahkan kepada pemerintah sebagai langkah memperoleh persetujuan untuk memasarkan produk yang memiliki komposisi baru juga harus dilindungi dari kecurangan perdagangan. Misalnya metode produksi, metode pengolahan, dan metode penjualan.Desain Industri (industrial design)Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Indonesia, Undang-undang tentang desain industry, UU No. 31 Tahun 2000, ps. 1 angka 1. Hak pendesain adalah hak eksklusif melaksanakan sendiri, melarang orang lain yang tidak berhak (membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan) memberikan persetujuan pihak lain melaksanakan, kecuali pendidikan dan penelitian. Agar terlindungi oleh hukum nasional, desain industri harus terlihat kasat mata. Hal ini berarti desain industri pada prinsipnya merupakan suatu aspek estetis yang alami dan tidak melindungi fitur teknis atas benda yang diaplikasikan.Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of integrated circuit)Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Indonesia, Undang-undang tentang desain tata letak sirkui terpadu, UU No. 32 Tahun 2000, ps. 1 angka 1.Desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam satu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pemuatan sirkuit terpadu. Indonesia, Undang-undang tentang desain tata letak sirkuit terpadu, UU No. 32 Tahun 2000, ps. 1 angka 2.Hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah hak eksekutif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada pendesain (seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain tata letak sirkuit terpadu) atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hal tersebut. Indonesia, Undang-undang tentang desain tata letak sirkuit terpadu, UU No. 32 Tahun 2000, ps. 1 angka 6.Indikasi Geografis (geographical indication)Indikasi geografis dilindungi sebagai tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Indonesia, Undang-undang tentang merek, UU No. 15 Tahun 2001, ps. 56 ayat (1). Indikasi geografis dimasukkan ke dalam sistem hak atas kekayaan intelektual karena peran kontrol dari produser (terkait dengan kualitas dan reputasi produk), memerlukan standarisasi produk, peran inspection authorities menjadi relevan (pada tingkat kontrol eksternal), sistem indikasi geografis berkaitan dengan sifat atau ciri atau asal sumber atau proses pembuatan.Perlindungan Varietas Tanaman (protection of new varieties of plants)Alasan atau latar belakang perlindungan varietas tanaman yaitu menciptakan keseimbangan antara penemu dan pengguna jenis tanaman baru, menarik investasi dari perusahaan, dan kebutuhan pangan yang banyak akibat bertambahnya jumlah penduduk padahal lahan terbatas (jika panen meningkat maka dapat dicapai keseimbangan antara lahan dan produksi pangan). Indonesia, Undang-undang tentang perlindungan varietas tanaman, UU No. 29 Tahun 2000. Lama perlindungannya untuk beberapa jenis tanaman baru adalah 20 tahun sedangkan untuk pohon atau pinus adalah 25 tahun (waktu penen lebih lama). Kemudian mengenai hak-hak yang dimiliki adalah memproduksi atau mengembangkan tanaman yang bersangkutan, menyiapkan tanaman untuk dikembangbiakkan, menawarkan tanaman untuk dijual, serta melakukan ekspor impor tanaman.Tujuan Perlindungan Hak atas Kekayaan IntelektualTujuan ideal yaitu melindungi hak milik seseorang. Dasar filosofinya berupa ajaran moral jangan mengambil apa yang bukan milikmu.Tujuan pragmatis yaitu memberikan rangsangan untuk berkreasi dengan memberikan imbalan ekonomis (economic rewards). Dasar teorinya adalah untuk kreatifitas akan berkembang jika kepada orang-orang yang kreatif diberikan imbalan ekonomi.Alasan/Rasio Perlindungan Hak atas Kekayaan IntelektualMoral argument: everyone has the right to the protection of the moral and material interest resulting form any scientific, literary, or artistic production of which he (or she) is the author. United Nations, The universal declaration of human right, Art. 27 section (2). Nama pencipta dicantumkan dalam ciptaan dan melarang orang lain mengubah ciptaan merupakan suatu hak moral yang menjadi salah satu alasan atau rasio perlindungan hak atas kekayaan intelektual. Pencipta secara adil berhak mendapatkan kompensasi atas sumbangannya kepada masyarakat berupa ciptaannya. Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak untuk menikmati secara moral dan ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual setiap orang atau beberapa orang yang menghasilkannya.Selain itu hak atas kekayaan intelektual juga didasari oleh pemikiran dan kesadaran bahwa perlindungan yang wajar terhadap hak atas kekayaan intelektual dapat menjadi pendorong bagi setiap orang untuk terus berupaya keras menghasilkan karya intelektual lainnya. Dengan semakin terjaminnya perlindungan hak atas kekayaan intelektual maka semakin banyak orang yang akan menghasilkan karya intelektual.Sumber Hukum Kekayaan IntelektualHak atas kekayaan intelektual sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Sejak jaman pemerintahan hindia belanda, Indonesia telah mempunyai undang-undang tentang hak atas kekayaan intelektual yaitu Octrooiwet (Undang-undang Paten) Stb. No. 33 yis S 11-33, S 22-54, Auterswet (Undang-undang Hak Pengarang) Stb. 1912 No. 600 serta Reglement Industriele Eigendom (Reglemen Milik Perindustrian) yang dimuat dalam S. 1912 No. 545 jo. S. 1913 No. 214, yang mulai berlaku sejak tahun 1913. Peraturan-peraturan tersebut berlaku di Indonesia berdasarkan prinsip konkordansi.Setelah 16 tahun Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1961 barulah Indonesia mempunyai peraturan perundang-undangan hak kekayaan intelektual dalam hukum positif pertama kalinya dengan diundangkannya UU Merek pada tahun 1961, disusul dengan UU Hak Cipta pada tahun 1982 dan UU Paten pada tahun 1989. UU Merek pertama Indonesia lahir pada tahun 1961 dengan diundangkannya UU Merek Dagang dan Merek Perniagaan, pada tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku tanggal 11 Nopember 1961, yang dikenal juga dengan nomenklatur UU Nomor 21 tahun 1961. Dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 21 tahun 1961, maka Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial 1912; S.1912545 jo. S.1913214) tersebut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaharuan hukum merek di Indonesia, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 19 tahun 1992 yang mencabut dan menggantikan UU Nomor 21 tahun 1961. Selanjutnya pada tahun 1997, terjadi lagi penyempurnaan terhadap UU Nomor 19 tahun 1992, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 14 tahun 1997. Dan terakhir pada tahun 2001, UU Nomor 19 tahun 1992 jo. UU Nomor 14 tahun 1997 tersebut, diubah dan disempurnakan serta diganti dengan yaitu dengan lahirnya UU Nomor 15 tahun 2001.UU Hak Cipta pertama Indonesia pasca kemerdekaan baru ada pada tahun 1982, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 6 tahun 1982. Kemudian pada tahun 1987, UU Nomor 6 tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 7 tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 1997, UU Nomor 12 tahun 1997 jo. UU Nomor 7 tahun 1987 tersebut diperbahurui dan disempurnakan dengan UU Nomor 12 tahun 1997 . Dan terakhir pada tahun 2001, UU Nomor 12 tahun 1997 jis. UU Nomor 7 tahun 1987, UU Nomor 6 tahun 1982 tersebut, diubah dan disempurnakan serta diganti dengan UU Nomor 19 tahun 2002 .UU Paten Indonesia pertama baru ada pada tahun 1989 dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 6 tahun 1989. Kemudian pada tahun 1997, UU Nomor 6 tahun 1989 tersebut diperbaharui dengan UU Nomor 13 tahun 1997. Dan terakhir pada tahun 2001, UU Nomor 13 tahun 1997 jo. UU Nomor 6 tahun 1989 tersebut, diubah dan disempurnakan serta diganti dengan UU Nomor 14 tahun 2001.Dengan demikian sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 1999, yang berarti selama 54 tahun sejak Indonesia merdeka, bidang hak kekayaan intelektual yang telah mendapat perlindungan dan pengaturan dalam tata hukum Indonesia baru 3 (tiga) bidang hak kekayaan intelektual, yaitu merek, hak cipta dan paten. Sedangkan 4 (empat) bidang hak kekayaan intelektual lainnya variertas tanaman, rahasia dagang, desain industri, serta desain tata letak sirkuit terpadu, baru mendapat pengaturan dalam hukum positif Indonesia baru pada tahun 2000, dengan diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman, UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.Selain itu, beberapa ketentuan yang menjadi sumber hukum kekayaan intelektual adalah UU Nomor 7 tahun 1994 tentang ratifikasi WTO/TRIPs, Keppres Nomor 15 tahun 1997 tentang ratifikasi paris convention, Keppres Nomor 16 tahun 1997 tentang ratifikasi PCT, Keppres Nomor 17 tahun 1997 tentang ratifikasi trade work law treaty, Keppres Nomor 18 tahun 1997 tentang ratifikasi berne convention, Keppres Nomor 19 tahun 1997 tentang ratifikasi WPO copy right treaty.Pengaruh Konvensi Internasional Terhadap Hak Kekayaan Intelektual IndonesiaDalam pembentukan sistem perlindungan hak atas kekayaan intelektual, Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kovensi internasional sebagai konsekuensi Indonesia anggota peserta dalam tata pergaulan internasional, baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh internasional terhadap Indonesia dalam bidang hak atas kekayaan intelektual dapat berupa pengaruh internasional melalui ratifikasi perjanjian internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang senantiasa mempersyaratkan adanya perlindungan hak atas kekayaan intelektual atas dan terhadap produknya baik berupa barang maupun jasa melalui transaksi perdagangan internasional ataupun investasi langsung (foreign direct investment) terhadap dan dengan negara tujuan atau mitra usaha (host countries). Amerika serikat mengadakan kesepakatan bilateral dan multilateral dengan negara-negara tujuan atau mitra usaha (host countries) berdasarkan Pasal 301 Undang-undang Perdagangan Amerika Serikat tahun 1974 beserta rangkaian ketentuan peraturan perundang-undangan Amerika Serikat yang umum dan lazim dikenal dengan tindakan Amerika Serikat Super 301 dan Special 301. Berdasarkan Pasal 301 Undang-undang Perdagangan Amerika Serikat tersebut Amerika Serikat diperkenankan untuk membalas serangan (retailiation) negara-negara yang tidak menyesuaikan undang-undang dan praktek-praktek serta kebijakan-kebijakan Amerika Serikat dalam bidang perdagangan yang mensyaratkan perlindungan hak atas kekayaan intelektual, perlindungan lingkungan dan perlindungan ketenagakerjaan. Dapat dikatakan bahwa upaya-upaya Amerika Serikat mencoba melindungi hak atas kekayaan intelektualnya di luar negeri adalah kerangka multilateral, organisasi-organisasi dan kesepakatan-kesepakatan seperti Konvensi Hak atas Kekayaan Intelektual Universal, Konvensi Paris dan Organisasi Kekayaan Intelektual Internasional (WIPO). Meskipun Amerika Serikat mengakui bahwa kesepakatan-kesepakatan multilateral tentang kekayaan intelektual tidak efektif, karena standar-standar perlindungan kekayaan intelektual yang berlaku dan diterapkan negara tujuan atau mitra dagang (host countries) biasanya dibawah standar-standar Amerika Serikat, hal tersebut tetap menjadi upaya-upaya Amerika Serikat yang mencoba melindungi hak atas kekayaan intelektualnya di luar negeri dengan menggunakan ukuran-ukuran unilateral dan bilateral yang diatur Pasal 301 Undang-undang Perdagangan tahun 1974 dan rangkaian ketentuan peraturan perundang-undangannya Super 301 dan Special 301 dari Undang-undang Daya Saing dan Perdagangan Omnibus 1988 yang diterapkan melalui dan oleh USTR, guna melarang pembajakan audiotape, perangkat lunak komputer dan barang-barang konsumen yang merupakan peniruan dan pelanggaran-pelanggaran kekayaan intelektual lainnya di luar negeri.Reformasi hukum bidang hak atas kekayaan intelektual di Indonesia terutama disebabkan adanya kewajiban internasional Negara Indonesia berkaitan dengan Konvensi Pembentukan WTO (World Trade Organization). Konvensi tersebut mewajibkan seluruh negara anggotanya untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan nasionalnya dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam konvensi tersebut, khususnya Annex 1 b Konvensi tersebut, yaitu Perjanjian TRIPs (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights). Konvensi tersebut telah memberikan batas waktu bagi negara-negara anggotanya untuk melakukan penyesuaian hukum nasionalnya di bidang hak atas kekayaan intelektual dengan ketentuan-ketentuan dalam TRIPs, yaitu 1 (satu) tahun bagi negara maju dan 4 (empat) tahun bagi negara berkembang. Sodargo Gautama dan Rizawanto Winata, Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) peraturan baru desain industry, hlm. 3. Sebagai salah satu negara berkembang maka Indonesia harus menyesuaikan hukum nasionalnya di bidang hak atas kekayaan intelektual paling lambat pada bulan Januari tahun 2000.Tekanan dari pihak luar lainnya juga turut melatarbelakangi terjadinya reformasi hukum bidang hak atas kekayaan intelektual ini. Menurut laporan tahunan Special 301, yang dikeluarkan United States Trade Representative (USTR), pada tahun 1999 Indonesia saat itu merupakan satu-satunya negara Asean yang masih masuk dalam Priority Watch List versi USTR untuk kasus-kasus pelanggaran hak atas kekayaan intelektual. Lembaga perwakilan ini bertugas menelaah catatan-catatan pelanggaran hak atas kekayaan intelektual dari negara-negara mitra dagang AS.Pada tahun 2000 peringkat Indonesia membaik dengan masuk kategori Watch List dikarenakan pada tahun 2000 pemerintah Indonesia telah mengajukan rancangan Undang-undang tentang Desain Industri, Rahasia Dagang dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu serta mengajukan rancangan Undang-undang revisi terhadap Undang-undang Paten dan Merek. Akan tetapi peringkat ini tidak lama bertahan, oleh karena pada tahun 2001 dan 2002 Indonesia kembali masuk dalam kategori Priority Watch List karena meskipun Indonesia telah memperbaiki peraturan hukum bidang hak atas kekayaan intelektual, akan tetapi penegakan hukum hak atas kekayaan intelektual terutama atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat masih dirasakan lemah.Karena itulah Indonesia segera merevisi perundang-undangan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan memastikan bahwa undang-undang tersebut dilaksanakan secara efektif. Ketidakmampuan Indonesia mematuhi kesepakatan TRIPS akan berakibat pada pengenaan sanksi-sanksi perdagangan WTO bagi Indonesia.Di Indonesia, sistem perlindungan Merek telah dimulai sejak tahun 1961, sistem perlindungan Hak Cipta dimulai sejak tahun 1982, sedangkan sistem Paten baru dimulai sejak tahun 1991. Terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Hak Cipta maupun Paten, Indonesia pada tahun 1997 dan terakhir tahun 2000 telah melakukan perubahan dan penyempurnaan atas ketiga undang-undang tersebut dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan dan persetujuan TRIPs sebagai konsekuensi Indonesia telah meratifikasi persetujuan pembentukan WTO berdasarkan GATT melalui Undang-undang Nomor 7 tahun 1994. Oleh karenanya, Indonesia terikat akan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh WTO, termasuk kesepakatan TRIPs. Sebagaimana dimaklumi, persetujuan TRIPs merupakan kesepakatan internasional yang paling komprehensif, dan merupakan suatu perpaduan yang unik dari prinsip-prinsip dasar GATT dengan ketentuan-ketentuan substantif dari kesepakatan-kesepakatan internasional bidang hak atas kekayaan intelektual, antara lain Paris Convention for the protection of industrial Property dan Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works.Pengaruh TRIPs terhadap sistem hukum hak atas kekayaan intelektual adalah bahwa hukum hak atas kekayaan intelektual Indonesia menundukkan diri pada standar-standar TRIPs yang meliputi sebagai berikut: Penambahan jangka waktu perlindungan Paten, dalam Undang-undang Paten Indonesia.Memperluas lingkup teknologi yang dapat dipatenkan, dalam Undang-undang Paten Indonesia.Mendefinisikan kembali lingkup dari Hak Paten, dalam Undang-undang Paten Indonesia.Meningkatkan perlindungan terhadap Merek terkenal, dalam Undang-undang Merek Indonesia.Mengatur mengenai penyewaan program komputer dan karya-karya audiovisual, dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia.Selain meratifikasi TRIPs, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi lima peraturan atau konvensi internasional di bidang hak atas kekayaan intelektual, yaitu :Konvensi Paris diratifikasi dengan Keppres Nomor 15 Tahun 1997.Patent Cooperation Treaty (PCT)/Traktat Kerjasama Paten diratifikasi dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1997.Trademark Law Treaty (TLT)/Perjanjian Hukum Merek Dagang dan Peraturan diratifikasi dengan Keppres Nomor 17 Tahun 1997.Konvensi Bern diratifikasi dengan Keppres Nomor 18 Tahun 1997.WIPO Copyrights Treaty (WCT) diratifikasi dengan Keppres Nomor 19 Tahun 1997.DAFTAR PUSTAKAPurba, A. Zen Umar, Peta Mutakhir Hak Kekayaan Intelaktual Indonesia, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, hlm. 1.Indonesia, Undang-undang tentang hak cipta, UU No. 19 Tahun 2002.Indonesia, Undang-undang tentang paten, UU No. 14 Tahun 2001.Indonesia, Undang-undang tentang merek, UU No. 15 Tahun 2001.Indonesia, Undang-undang tentang rahasia dagang, UU No. 30 Tahun 2000.Indonesia, Undang-undang tentang desain industri, UU No. 31 Tahun 2000.Indonesia, Undang-undang tentang desain tata letak terpadu, UU No. 32 Tahun 2000.Indonesia, Undang-undang tentang perlindungan varietas tanaman, UU No. 29 Tahun 2000.United Nations, The Universal Declaration of Human Right.Gautama, Sodargo dan Rizawanto Winata, Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) peraturan baru desain industri, hlm. 3.Pengetahuan Dasar dan Dasar Hukum Mengenai HAKI. . Diakses 22 Februari 2007.Hak Kekayaan Intelektual. . Diakses 22 Februari 2007.