22
Nama : Mesyia Sari NIM : J111 11 126 Kelompok : IV MODUL I PERUBAHAN RONGGA MULUT LANSIA A. Lansia Usia lanjut adalah tahap akhir dalam siklus hidup manusia yang pasti dialami oleh setiap individu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun keatas. Departemen Sosial Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia; 2006. Usia yang dijadikan patokan untuk usia lanjut berbeda- beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut: 1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu : a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun. c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gero

Citation preview

Page 1: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Nama : Mesyia Sari

NIM : J111 11 126

Kelompok : IV

MODUL I

PERUBAHAN RONGGA MULUT LANSIA

A. Lansia

Usia lanjut adalah tahap akhir dalam siklus hidup manusia yang pasti dialami oleh

setiap individu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 pasal

1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia enam puluh tahun keatas.

Departemen Sosial Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia; 2006.

Usia yang dijadikan patokan untuk usia lanjut berbeda-beda, umumnya berkisar

antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai

berikut:

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

2. Menurut Hurlock (1979) :

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advenced old age (usia > 70 tahun )

3. Menurut Burnsie (1979) :

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia >90 tahun)

Page 2: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

4. Menurut Bee (1996) :

a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

b. Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)

d. Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

5. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun.

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi usia 25-60/65 tahun.

c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas:

Young old (usia 70-75 tahun)

Old (usia 75-90 tahun)

Very old (usia >80 tahun)

6. Menurut sumber lain :

a. Elderly (usia 60-65 tahun)

b. Junior old age (usia > 65-75 tahun)

c. Formal old age (usia > 75-90 tahun)

d. Longevity old age (usia > 90-120 tahun)

Padila. Buku keperawatan gerontik. Yogyakarta. Nuha Medika. 2013. Hal. 4-6.

B. Teori Penuaan

Menurut Constantinides (1994), menua (= menjadi tua= aging) adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untu memperbaiki

diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita.

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap

infeksi dan aan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dans truktural yang disebut

sebagai “penyakit degenaratif” (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus, dan

kanker) yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal

yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastasis kanker, dsb.)

Tim Penulis Fakultas Kedoteran UI. Geriatri ed. ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p. 3

Page 3: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Teori-Teori Penuaan:

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan , yaitu teori biologi, teori

psikologis, teori sosial dan teori spritual.

1. Teori Biologi

a. Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin

(terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).

Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori

akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel

otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada lansia yang mengakibatkan

terganggunya fungsi sel itu sendiri.

Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear)

yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh

menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan

jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi,

penyakit dan kekurangan gizi.

b. Immunology slow theory

Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

c. Teori stress

Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jarigan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh

lebih terpakai.

d. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan

regenerasi

Page 4: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

e. Teori rantai silang

Pada teori ini diungkapka bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini

menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan

usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan

mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi

karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat

menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai

yang ada ditunjang dnegan status sosialnya.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan

kognitif, memori, dan belajar pada suai lanjut menyebabkan mereka sulit untuk

dipahami dan berinteraksi.

3. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi

sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori

aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuty theory), teori

perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification

theory)

a. Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi

tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954),

Homans (1961), dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi

berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain,

Simons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas

dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar.

Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:

- Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya

masing-masing

- Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang meemrlukan biaya dan

waktu

Page 5: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

- Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus

mengeluarkan biaya

- Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan menegah terjadinya

kerugian

- Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

b. Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama

kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita

lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secar

perlahan menarik diri dari pergualan di sekitarnya. Proses penuaan

mengakibatkan interaksi sosial lania mulai menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas.

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:

- Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada asa pensiun.

Sedangkan wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang,

misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk

belajar dan menikah

- Lansia pada masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena

lansia dapat meraskan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum

muda memperoleh kerja yang lebih luas

- Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi

sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima

oleh lansia dan masyarakat.

c. Teori aktivitas.

Teori aktivitas dikembangkan oleh palmore (1965) dan lemon et al. (1972) yang

mengatakan bahwa penuaan yang sukses bergantug dari bagaimana seorang

lansia merasakan kepuasan dalam melakukan kegiatan aktivitas serta

mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang

dilakukan. Dari saru sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain sisi

dapat dikembangkan, misalnya, peran baru alnsia sebagai relawan, kakek atau

nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasanga

hidupnya.

Page 6: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Pokok-pokok teori aktivitas antara lain :

- Moral dan kepuasan yang berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan

sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

- Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

- Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan kebijakan

terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia unuk berinteraksi

sepenuhya di masyarakat.

d. Teori kesinambungan.

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada

suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini

dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak

berubah meskipun ia telah menjadi lansia. Pada teori kesinambungan merupakan

pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan

seseorang terhadap status kehidupannya.

Pokok-pokok teori kesinambungan antara lain :

- Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam

proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu, lansia

harus memilih peran apa yang harus diperhatikan atau dihilangkan

- Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

- Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk

beradaptasi.

e. Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia

pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahai teori

Freud,Buhler, Jung, dan Erickson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisis

serta perubahan psikososial anak dan balita. Erickson (1930), membagi

kehidupan menjadi delapan fase :

- Lansia yang menerima apa adannya.

- Lansia yang takut mati.

- Lansia yang merasakan hidup penuh arti.

- Lansia yang menyesali diri.

- Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan.

- Lansia yang kehidupannya berhasil.

Page 7: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

- Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri.

- Lansia yang perlu menentukan integritas diri melawan keputusasaan.

Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan

(developmental tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, antara

lain :

- Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis.

- Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

- Menemukan makna kehidupan.

- Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

- Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.

- Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.

- Menerima dirinya sebagai seorang lansia.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan

suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan

tersebut yang dapat bernilai positif atau negatif. Akan tetapi, teori ini tidak

menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya

diterapkan oleh lansia tersebut.

Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut :

- Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

- Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang

baru, yaitu pensiun dan/atau menduda/menjanda.

- Lansia yang harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir

di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat

pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

f. Teori sratifiksi usia

Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang

menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban,

dan hak mereka berdasarkan usia.

Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur

dan prosesnya.

Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah peran dan harapan

menurut penggolongn usia; bagaimanakah penilaian strata oleh strata itu

sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan

Page 8: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan pada

pengalaman dan kebijakan lansia.

Proses mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah menyesuaikan

kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara mengatur

transisi peran secara berurutan dan terus-menerus.

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut.

- Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat.

- Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok.

- Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan dilakukan

bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia

secara kelompok dan bersifat makro. Seetiap kelompok dapat ditinjau dari sudut

pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.

Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia

secara perorangan, menginggat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis

serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

4. Teori spiritual

Komponen spritiual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan

individu dengan alam semesa dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

James fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembanngan kepercayaan

(Wong, et .al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spritiual

adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan

dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah

suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubu ggan aktif antara seseorang dengan

orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.

Fowler meyaki bahwa kepercayaan antara oran dan lingkunan terjadi karena

adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler jiga berpendapat bahwa

perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta

dan keadilan.

Page 9: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta. Salemba Medika.2012. hal.46- 55

C. Kelainan Gigi dan Mulut pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada jaringan rongga mulut lansia adalah penurunan

mekanisme adaptasi dan potensi regenerasi jaringan. Rahang, jaringan penyangga gigi,

mukosa rongga mulut, lidah, kalenjar saliva, dan bahkan jaringan gigi mengalami

perubahan. Reaksi terhadap stress dan proses penyembuhan berubah pada lansia,

jaringan lunak mukosa mulut kehilangan toleransi terhadap iritasi, kemampuan adaptasi

terutama kemampuan perbaikan. Mukosa kehilangan elsatisitas menjadi lebih rapuh dan

mudah terluka, hal ini perlu dipertimbangkan didalam rencana perawata gigi pada lansia.

Perubahan pada jaringan yang terjadi meliputi:

1. Perubahan pada gigi dan jaringan penyangga

Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, dan brwarna lebih

gelap. Permukaan oklusal gigi menjadi datar akibat pergeseran gigi selama proses

mastikasi. Kemungkinan menurunnya prevalensi karies pada mahkota gigi usia

lanjut karena daerah rentan karies telah dilakukan restorasi dan sebagian gigi telah

tanggal (Shafer, 1983).

Terjadi atropi pada gingiva dan processus alveolaris menyebabkan akar gigi

terbuka sering menimbulkan rasa sakit akibat rangsangan termal di rongga mulut.

tulang mengalami osteoporosis diduga akibat gangguan hormonal dan nutrisi. Pada

tulang alveolar terjadi resorbsi matriks tulang yang dipercepat oleh tanggalnya gigi,

penyakit periodontal dan gigi tiruan yang tidak baik. Terdapat resorbsi alveolar crest

terutama pada rahang yang tidak bergigi atau setelah pencabutan gigi.

Kemunduran jaringan penyangga gigi ini dapat menyebabkan gigi goyang dan

tanggal.

2. Perubahan pada intermaxillary space

Perubahan bentuk dentofasial adalah hal biasa pada lansia. Dagu menjadi maju

kedepan, keriput meluas dari sudut bibir dan sudut mandibula. Hal ini dapat dicegah

dengan restorasi gigi yang baik, penggantian gigi yang hilang dan kontrol gigi tiruan

secara periodik. Hilangnya intermaxillary space yang disebabkan karena

penggunaan gigi geligi yang berlebihan,dan kegagalan didalam melakukan restorasi

Page 10: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

jaringan gigi yang hilang dapat menyebabkan sindroma rasa sakit pada TMJ,

nuralgia pada lidah dan kepala.

3. Perubahan pada efisiensi alat kunyah

Dengan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan

bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal dapat

mencapai 300 punds per square inch enjadi 50 pounds per square inch. Pada lansia

saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah

sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum. Defesiensi ini dapat dikompensasi

dengan pengunyahan yang lama atau cara penyajian maknaan disesuaikan dengan

kemampuan kunyah. Penggunaan gigi tiruan dibandingkan dengan gigi asli sangat

beda, membutuhkan waktu kunyah lebih lama.

4. Perubahan pada mukosa mulut dan lidah

Terjadi atropi pada bibir, mukosa mulut, dan lidah. Mukosa nampak tipis dan

mengkilat seperti malam (wax)dan hilangnya lapisan yang menutupi dari sel

berkeratin, menyebabkan rentan iritasi kimia, mekanik, dan bakteri. Mukosa mulut

pada lansia lemah dan mudah terluka oleh makanan kasar atau gigi ituran yang

longgar. Epitel mudah terkelupas dan jaringan ikat dibawahnya sembuh lambat.

Atropi dari jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga menyulitkan

pembuatan gigi tiruan yang baik.

Saliva memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut

dan kapasitas saliva berubah pada lansia. Aliran saliva menurun menyebabkan

mukosa mulut kering dan hal ini mengakibatkan sensasi terbakar dan mengurangi

retensi gigi tiruan. Hal ini lebih disebabkan oleh karena efek penyakit kronik dan

terapi obat-obatan pada daripada proses penuaan itu sendiri. (MacEntee, 2004).

Terjadi atropi papila lidah dan bahian dorsal lidah serta kehilangan tonus otot

lidah. Dimensi lidah biasanya membesar akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah

bersentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan , dan berbicara. (Haryanto,

1986)

Tim Penulis Fakultas Kedoteran UI. Geriatri ed. ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p. 695-7

Page 11: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

D. Etiologi Penyakit Pada Pasien Lansia

Sebab penyakit pada orang lanjut usia ini pada umumnya lebih bersifat endogen

daripada eksogen. Hal ini umpamanya disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai

alat tubuh karena proses menjadi tua. Sel-sel parenkim bnayak diganti dengan sel-sel

penyagga (jaringan fibrotik), produksi hormon yang menurun, produksi enzim menurun

dan sebagainya.

Dalam rangka ini juga produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh seorang tua akan

mundur. Maka dari itu faktor penyebab infeksi (eksogen) akan lebih mudah hinggap. Di

negara-negara maju karena fato rinfeksi ini secara keseluruhan telah jarang ditemui ,

penyakit infeksi pada penderita lanjut usia pun jarang sekali dijumpai. Di negara-negara

sedang berkembang justru masih banyak penyakit infeksi pada golongan anak-anak dan

lanjut usia.

Selain daripada itu etiologi pennyakit pada lanjut usia ini seringkali tersembunyi

(occult), sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Seringkali untuk menegakkan

diagnosis kita memerlukan observasi penderita agak alama sambil mengamati dengan

cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya, yang juga memang seringkali tidak

nyata. Dalam hali ini alloanamnesis dari pihak keluarga perlu digali secara sadar.

Seringkali sebab penyakit tadi juga bersifat ganda (multiple) dan kumulatif, terlepas

satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbunya.

Tim Penulis Fakultas Kedoteran UI. Geriatri ed. ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p. 47-8

E. Hubungan Infeksi Rongga Mulut dengan Penyakit Sistemik pada Lansia

Upaya pencegahan dan perawatan penyakit rongga mulut 50 tahun terakhir ini

memberikan peningkatan jumlah gigi asli yang ada pada rongga mulut dan lama

bertahannya. Namun banyak gigi yang sudah dilakukan penambalan rawan pecah dan

merupakan faktor risiko terjadinya penyait periodontal (periodontitis), yaitu suatu

penyakit infeksi kronis biasanya tanpa keluhan yang dapat menjadi sumber infeksi dan

inflamasi ynag menambah beban penyakit dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sisa

fragmen akar gigi yang asih tertinggal atau sisa daerah infeksi yang ada, merupakan

sumber infeksi yang tersembunyi pada lansia yang terlewatkan pada peeriksaan,

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan radiologis walaupun lansia tanpa gigi

(edentolous). (Burket, 1971)

Page 12: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

Konsep infeksi fokal yang didefinisikan sebagai penyebaran bakteri atau hasil

produknya dapat menyebabkan sejumlah peyakit sistemik mulai dibicarakan lagi. Sesuai

data yang disampaikan dari hasil penelitian di Finlandia tahun 1980, infeksi gigi

ditemukan secara statistik berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke (Meurman,

2006). Penelitian-penelitian lain menunjukkan adanya hubungan antara infeksi

periodontal dengan penyakit-penyakit kronis seperti atherosklerosis, pneumonia,

rheumatoid arthritis, osteoporosis bahkan dapat menyebabkan kematian pada lansia.

Penyakit periodontal kronik merupakan infeksi kronik yang menonnjol diantara penyakit

infeksi pada manusia. (Rautema dkk., 2007)

Tim Penulis Fakultas Kedoteran UI. Geriatri ed. ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p. 704

F. Pelayanan Kesehatan untuk Pasien Lansia

Mengingat sifat penyakit dan perubahan fungsi organ karena proses menua pada usia

lanjut yang sangat khusus tersebut, maka dalam ilmu geriatri terdapat beberapa tatacara

yang merupakan keharusan untuk dilakukan agar upaya kesehatan bagi usia lanjut

tersebut dapat dilaksanakan secara optimal. Tatacara tersebut adalah yang disebut

sebagai asesmen geriatri yang bekerja secara tim. Asesmen geriatri adalah suatu proses

diagnostik multidisiplin (banyak disiplin ilmu kesehatan) yang biasanya dilaksanakan

secara interdisipliner (dengan satu tujuan) oleh seorang dokter/geriatris dan atau suatu

tim interdisiplin geriatrik untuk menentukan masalah dan kapabilitas medis, psikososial

dan fungsional guna merencanakan terapi menyeluruh serta pemantauan kesehatan yang

berkesinambungan bagi seorang penderita usia lanjut

Prinsip pelayanan kesehatan usia lanjut yang menyeluruh yang diinginkan untuk

dilaksanakan di Indonesia dapat dibagi atas 3 bentuk, yaitu :

1. Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis rumah sakit (hospital based geriatric

services), karena pada dasarnya RS merupakan pusat/tempat rujukan dari pelayanan

kesehatan dasar usia lanjut. Oleh karenanya pelayanan di rumah sakit ini seyogyanya

menyelenggarakan/ menyediakan semua jenis upaya pelayanan kesehatan, mulai dari

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dengan sarana dan sumberdaya manusia

yang lengkap. Tentu saja tergantung dari kelas rumah sakit, berbagai pelayanan

tersebut bisa dilaksanakan tergantung dari kemampuan serta dana yang tersedia.

Page 13: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

2. Pelayanan kesehatan usia lanjut oleh masyarakat berbasis rumah sakit (hospital based

community geriatric services), di mana pusat-pusat pelayanan kesehatan usia lanjut di

RS bertindak sebagai konsultan terhadap pelayanan usia lanjut di masyarakat, dan

dengan penuh tanggung jawab mengikuti keadaan usia lanjut yang sebelumnya

dirawat atau mendapat pelayanan di RS tersebut. Termasuk dalam upaya kesehatan

usia lanjut ini adalah pelayanan di luar rumah sakit, berupa pembinaan oleh institusi

yang lebih tinggi terhadap institusi yang lebih rendah di wilayah kerjanya dalam

kegiatan rujukan timbal balik

3. Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis masyarakat (community based geriatric

services), yaitu pelayanan dari masyarakat untuk masyarakat, sehingga masyarakat

sendiri diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan usia lanjut, tentu saja setelah diberi

tambahan pengetahuan secukupnya. Ketiga sistem pelayanan kesehatan usia lanjut

tersebut di atas haruslah berkesinambungan serta saling mendukung, sehingga pada

akhirnya setiap orang usia lanjut dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan jenis

dan derajat penyakit yang dideritanya.

Pranarka K. 2006. Penerapan geriatrik kedokteran menuju usia lanjut yang sehat. J Universa Medicina. Semarang; 25(4): p. 193

G. Pencegahan Penyakit pada Lansia

Strategi pencegahan berdasarkan upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier yang

diterapkan secara individual pada usia lanjut merupakan hl yang sangat penting.

1. Pencegahan Primer

Upaya ini merupakan pencegahan yang sesungguhnya, karena merupakan

pencegahan agar penyakit tidak terjadi. Secara umum upaya pencegahan primer ini

tidak banyak berbeda dengan upaya yang dilakukan sebelum memasuki usia lanjut.

Perbedaan hanya terletak pada jenis dan intensitas pelaksanaannya. Dalam kategori

ini termasuk tindakan-tindakan sebagai berikut:

a. Menghentikan merokok

b. Latihan/olahraga teratur

c. Imunisasi/suntikan pencegahan infeksi

d. Penapisan dan pengobatan faktor risiko penyakit

Page 14: Tugas Mandiri Modul 1 Gero

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya deteksi dini penyakit sehingga memberi

kesempatan untuk kesembuhan yang lebih besar dari progresivitas lebih lanjut.

Upaya ini tentunya memerlukan keterampilan diagnosis yang memadai bagi

penderita lansia yang gejala dan perjalanan penyakitnya tidak serupa dnegan populasi

golongan umur lain, oleh karena itu semua dokter, baik dokter umum maupun

spesialis harus mengenali tata cara diagnosis yang disebut assesment geriatric, bagi

penyakit-penyakit usia lanjut.

3. Pencegahan tersier

Denga pencegahan tersier dimaksudkan upaya deteksi penyakit dan atau disabilitas

yang sudah terjadi pada penderita yang belum/tidak mendapatkan pengobatan atau

dukungan yang memadai. Upaya tersebut diharapkan mengurangi resiko atau

percepatan memburuknya penyakit, kekambuhan atau kompliasi dari penyakit

tersebut (Williamson, 1985).

Tim Penulis Fakultas Kedoteran UI. Geriatri ed. ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p. 96-9