Upload
prikaaristyaharmaji
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas
METODE GEOLOGI LAPANGAN
PERALATAN GEOLOGI DAN PROSEDUR PENGUKURAN
O
L
EH
Nama : Prika Aristia Harmaji
NIM : 471 413 034
TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
1. Peralatan Geologi dan Fungsinya
1) Palu Geologi dan Pahat
Setiap ahli geologi lapangan memerlukan paling tidak satu palu geologi yang
akan digunakannya untuk memecahkan batuan. Secara umum, palu geologi yang
beratnya kurang dari 0,7 kg kurang bermanfaat karena palu seperti itu hanya dapat
dipakai untuk memecahkan batuan yang sangat lunak. Palu yang dapat dipandang sebagai
palu geologi terbaik untuk penelitian lapangan adalah palu yang beratnya 0,9 1,2 kg.
Jenis palu geologi yang paling banyak digunakan oleh para ahli geologi Eropa
adalah palu yang salah satu ujungnya berbentuk bujur sangkar, sedangkan ujung yang
lain berbentuk pahat. Para ahli geologi yang berasosiasi dengan dunia per-tambangan
umumnya lebih menyukai tipe palu geologi yang salah satu ujungnya runcing. Ujung
palu yang runcing itu dapat dimasukkan ke dalam rekahan yang ada dalam batuan
sehingga memudahkan proses pengambilan sampel batuan yang relatif lepas. Ujung palu
yang runcing juga dapat digunakan untuk menggali tanah dalam rangka mencari float.
Kedua tipe palu tersebut di atas diberi gagang kayu, fiberglass, atau dari bahan
campuran karet. Jika memiliki palu yang gagangnya terbuat dari kayu, belilah sebuah
gagang cadangan dan pasak besi untuk menempelkan kepala palu.
Para ahli geologi yang meneliti batuan beku dan batuan metamorf lebih menyukai
palu yang relative berat. Palu geologi yang beratnya sekitar 1,8 kg memang tersedia di
pasaran. Walau demikian, palu gada ("club" hammer) dapat digunakan untuk tujuan
tersebut dan harganya jauh lebih murah disbanding palu geologi yang berat. Palu ini akan
dapat digunakan dengan lebih efektif apabila gagangnya cukup gagang.
Sekedar kegiatan memukul-mukul batuan bukan merupakan cara terbaik untuk
mengumpulkan sampel batuan atau fosil. Untuk tujuan tersebut kadang-kadang
diperlukan alat lain, yakni pahat. Ukuran ujung pahat bermacam-macam. Ukuran pahat
yang sebaiknya kita bawa ke lapangan sangat tergantung pada tujuan pemakaiannya.
Pahat berukuran kecil—dengan lebar mata pahat sekitar 0,5 cm—mungkin ideal untuk
digunakan sebagai alat pengambil sampel fosil berukuran kecil dari serpih. Untuk
memecahkan sebuah batuan yang relatif keras, diperlukan sebuah pahat yang ukurannya
lebih besar—dengan lebar mata pahat sekitar 2–2,5 cm. Dalam kaitannya dengan hal ini,
para ahli geologi agaknya dapat mencontoh kebiasaan para ahli pertambangan; mereka
umumnya memandang linggis ("moil") lebih efektif untuk keperluan lapangan. Linggis
itu berupa sebatang besi yang panjangnya 25–30 cm dan diameter 2,5 cm.
Satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang ahli geologi adalah
menggunakan sebuah palu sebagai pahat, kemudian memukulnya dengan palu geologi
lain. Palu geologi tidak sama dengan pahat. Mata palu geologi yang tumpul dibuat
sedemikian rupa sehingga sangat keras dan kuat. Ujung pahat tidak seperti itu. Bila ujung
palu geologi tersebut dipukul oleh palu lain, maka kemungkinan besar akan memercikkan
api, bahkan potongan logam. Percikan api atau potongan logam itu sangat berbahaya bagi
mata atau wajah.
Sebagian ahli geologi membawa palu dalam kantong khusus yang dibuat untuk
tujuan tersebut. Dengan adanya kantong tersebut, kedua tangannya akan bebas untuk
digunakan mendaki, merajahkan sesuatu pada peta, atau menulis. Kantong palu secara
khusus diperlukan apabila kita bekerja di lubang pertambangan karena pada tempat
seperti itu kita harus sering naik turun tangga. Kantong palu dapat dengan relatif mudah
dibeli di banyak tempat, atau dibuat sendiri dari kulit keras.
Terakhir, perlu dicamkan bahwa manfaat palu geologi adalah untuk memecahkan
batuan. Praktek pemecahan batuan telah dibahas secara khusus dalam Health and Safety
at Work Act yang dikeluarkan oleh pemerintah Britania. Dalam salah satu klausulnya
dinyatakan bahwa kegiatan itu hendaknya dilakukan dengan menggunakan kacamata
pengaman (safety goggles).
2) Kompas
Hingga dewasa ini mungkin belum ada satupun kompas yang dapat dipandang
sebagai kompas geologi ideal. Para ahli geologi Amerika umumnya membawa kompas
Brunton; para ahli geologi Perancis biasa memakai kompas Chaix-Universelle;
sedangkan para ahli geologi Swiss biasa menggunakan kompas Meridian. Dewasa ini
banyak ahli geologi yang menggunakan kompas Silva buatan Swedia. Kompas Silva
dilengkapi dengan sistem damping yang baik. Selain itu, kompas Silva juga harga-nya
jauh lebih murah dibanding kompas geologi lain. Kompas silva model 15TD.CL, yang
dilengkapi dengan sebuah klinometer, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para
ahli geologi. Salah satu kelebihan kompas ini Adela bahwa arah yang ditunjukkan oleh
kompas itu dapat langsung dirajahkan pada peta dengan menggunakan sisi kompas itu
sendiri sebagai sebuah busur derajat. Sebagaimana kompas Brunton, kompas Silva
kurang ideal untuk membidik objek yang jauh.
Kompas "Clar" juga dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para ahli
geologi. Meskipun memiliki beberapa kelebihan tersendiri, namun kompas itu terlalu
mahal untuk saku seorang mahasiswa. Kelemahan dari kebanyakan kompas, dengan
pengecualian untuk kompas Brunton dan kompas Meridian, adalah tidak dilengkapi
dengan fasilitas sipat datar (hand-levelling) yang memungkinkan dilakukannya
pengukuran sudut vertikal pada jarak yang relatif jauh. Padahal, dalam pekerjaan geologi,
kita seringkali melakukan pengukuran seperti itu.
Dengan pengecualian untuk kompas Silva, semua kompas geologi ditawarkan
dengan harga yang mahal. Salah satu jalan keluar yang dapat dipilih adalah membeli
sebuah kompas prisma (prismatic compass) yang relatif murah, kemudian membeli pula
sebuah klinometer secara terpisah
3) Loupe
Setiap ahli geologi hendaknya memiliki sebuah lup serta harus membiasakan
dirinya untuk sering membawa lup. Lup yang agaknya paling sesuai dengan kebutuhan
penelitian geologi adalah lup dengan perbesaran 7X hingga 10X. Meskipun dewasa ini
banyak ditawarkan lup-lup yang relatif murah, namun kita perlu selalu berusaha untuk
mendapatkan lup berkualitas tinggi. Lup seperti itu akan memberikan keseragaman
bayangan di setiap sudut pandang dan biasanya cukup awet. Agar tetap awet, kita
sebaiknya mengikat lup itu dengan sebuah tali panjang. Tali itu kemudian dilingkarkan di
leher kita.
Kita sebaiknya memiliki lebih dari satu buah lup. Simpan lup cadangan itu di
pangkalan kerja lapangan. Tidak ada hal yang lebih menyedihkan daripada menemukan
kenyataan bahwa satu-satunya alat yang menghubungkan kita dengan dunia batuan hilang
di lapangan dan kita tidak memiliki alat lain yang dapat menggantikan kedudukannya.
4) Pita Ukur
Setiap pergi ke lapangan kita perlu selalu membawa pita ukur gulung. Pita ukur
yang biasa dipakai memiliki panjang sekitar 3 meter. Dengan adanya pita ukur itu, kita
dapat mengukur banyak hal, mulai dari besar butir partikel penyusun batuan hingga
ketebalan lapisan batuan. Selain itu, pita ukur juga dapat digunakan sebagai pembanding
dalam foto singkapan, foto suatu bagian batuan, atau foto fosil yang berukuran relatif
besar.
Para ahli geologi juga kadang-kadang menggunakan pita ukur yang panjangnya
30 meter. Meskipun pita ukur yang panjang seperti itu tidak diperlukan setiap hari,
namun kita perlu selalu membawanya ke lapangan. Pada saat tidak diperlukan, pita ukur
itu dapat disimpan di pangkalan kerja lapangan.
Jaga pita ukur agar awet. Gulung pita ukur apabila berada dalam keadaan bersih,
karena setiap kotoran yang menempel pada pita ukur dapat menyebabkan rusaknya
graduasi pita ukur. Sewaktu kita melakukan proses pengukuran terus-menerus, dan jika
pita ukur itu berdebu atau kotor, gulung di luar (jangan dimasukkan ke dalam kotak pita
ukur). Jika proses pengukuran telah selesai dilaksanakan atau jika kita hanya
menggunakannya sekali-sekali, masukkan kembali pita ukur itu ke dalam kotaknya.
Lakukan penggulungan dengan cara menempatkan ibu jari dan telunjuk pada sisi-sisi pita
ukur sedemikian rupa sehingga pita ukur itu berada dalam keadaan bersih sewaktu masuk
ke dalam kotaknya. Setelah selesai digunakan pada satu hari kerja, cuci dan keringkan
pita ukur sebelum disimpan kembali di tempatnya.
5) Tempat Peta
Tempat peta (map case) merupakan alat kerja lapangan yang penting artinya,
terutama jika pekerjaan tersebut dilaksanakan di musim hujan atau di saat banyak embun.
Pada hari yang cerah sekalipun, tempat peta dapat melindungi harta karun kita dari
sengatan sinar matahari dan tangan yang berpeluh.
Tempat peta hendaknya dibuat dari bahan yang cukup keras sehingga dapat
berperan sebagai meja pada saat kita merajah-kan sesuatu di atas peta .Tempat peta juga
harus dapat melindungi peta. Terakhir, tempat peta harus mudah ditutup dan dibuka.
Kalau susah ditutup dan dibuka, tempat peta dapat menjadi sumber kemalasan kita dalam
merajahkan sesuatu di atas peta.
Tempat peta yang paling ideal mungkin adalah tempat peta buatan sendiri
(gambar 2-3). Tempat tersebut akan lebih terasa berguna apabila dilengkapi dengan
tempat penyimpanan pinsil dan karet penghapus.
6) Buku Catatan
Jangan terlalu irit untuk menggunakan buku catatan lapangan. Buku itu
hendaknya dibuat dari kertas tahan air yang ber-kualitas tinggi, diberi sampul yang keras,
serta dilem atau dijahit dengan kuat. Buku itu harus tahan banting dan dapat tetap
digunakan dalam cuaca buruk. Semua syarat tersebut di atas diajukan semata-mata
dengan harapan kita tidak akan pernah menyesal memilikinya. Tidak ada hal yang lebih
menjengkelkan daripada menemukan beberapa lembar catatan lapangan yang kita buat
selama berminggu-minggu terbang terbawa angin.Loose-leaf books secara khusus mudah
mengalami hal-hal seperti itu. Sampul yang keras diperlukan agar memudahkan kita
dapat menuliskan atau menggambarkan sesuatu dalam buku tersebut.
Buku catatan hendaknya cukup kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku
baju atau saku celana. Di lain pihak, buku catatan juga hendaknya cukup besar sehingga
tidak menimbulkan kesulitan untuk mengisinya. Ukuran yang baik adalah sekitar 12 x 20
cm.
Cobalah untuk membeli buku catatan yang lembarannya diberi kotak-kotak kecil
karena lembaran seperti itu memudahkan kita dalam membuat sketsa lapangan. Ukuran
sisi setiap kotak itu adalah sekitar 0,5 cm.
Selain itu, ada baiknya apabila kita juga melengkapi buku catatan dengan sebuah
pita karet. Adanya pita karet itu akan menyebabkan lembaran-lembarannya tetap
mendatar sewaktu kita bekerja di bawah hembusan angin. Selain itu, adanya karet
tersebut dapat menjadi tanda dimana kita menuliskan catatan terakhir.
7) HCL
Selama melakukan pekerjaan lapangan kita harus selalu membawa sebotol asam
dalam ransel. Botol asam itu hendaknya berisi asam klorida (HCl) 10% dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak. Untuk penelitian satu hari, termasuk di daerah yang disusun
oleh batugamping, kita biasanya hanya memerlukan asam sebanyak 5 ml. Untuk menguji
keberadaan material karbonatan dalam suatu batuan, kita hanya memerlukan satu tetes
asam tersebut.
Botol asam sebaiknya dibuat dari plastik dan tutupnya diberi pipet, baik pipet
yang masuk ke dalam maupun ke luar. Botol seperti itu memiliki kelebihan tersendiri,
yakni hanya mengeluarkan satu tetes asam setiap kali ditekan, tidak pecah, dan tidak
bocor. Simpan selalu asam cadangan di pangkalan kerja.
2. Prosedur tata cara pengukuran:
a. Strike/dip
1) Strike
- Meletakkan clipboard pada bidang kontak perlapisan batuan
- Menempelkan bagian east kompas dan memposisikan kompas secara
horinzontal pada bidang clipboardnya
- Memposisikan gelembung tepat di titik tengah pada nivo bulat dengan cara
mengerak-gerakkan kompas
- Menekan lift pin apabila gelembung sudah tepat pada titik tengah di nivo bulat
- Membaca data sudut strike yang ditunjuk oleh jarum kompas
2) Dip
- Meletakkan clipboard pada bidang kontak perlapisan batuan tepat sesuai
dengan peletakkan pengukuran strike sebelumnya
- Menempelkan bagian kompas dan memposisikan kompas secara tegak lurus
dengan strike pada bidang clipboardnya
- Memposisikan gelembung tepat di titik tengah pada nivo tabung dengan cara
memutar pengatur di bagian belakang kompas
- Membaca data sudut dip yang ditunjuk apabila gelembung sudah tepat berada
di tengah nivo tabung
b. Pengukuran arah (Bearing)
1) Arah visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan
diukur, misalnya sumbu memanjang fragmen breksi besar.
2) Pada posisi dalam langkah pertama, levelkan kompas (bull’s eye level dalam
keadaan horizontal), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah
harga arah bearing-nya.
c. Pengukuran slope (Kemiringan lereng)
Besarnya sudut lereng dapat diukur menggunakan kompas dengan cara membaca
klinometer. Ketelitian pembacaan sudut lereng dengan kompas Brunton adalah
seperempat derajat (15 detik).
Caranya adalah sebagai berikut :
- Buka tutup kompas hingga membentuk sudut ± 45 º. Tangan-tangan
penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90 º.
- Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk ±90 º dan pada posisi vertikal.
- Bidik titik yang dituju melalui lubang “peep sight” dan “sighting window”
dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan atur dengan
menaik turunkan kompas.
- Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat dibagian
belakang kompas, sehingga gelembung dalam nivo lonjong berada ditengah
dapat dilihat melalui cermin.
- Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.
d. Mengukur Foliasi pada batuan Metamorf
Pengukuran foliasi pada batuan metamorf, sama seperti pengukuran strike dan dip
pada struktur bidang
e. Pengukuran unsur-unsur struktur:
1) Liniasi
- Arah visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang
akan diukur.
- Menghorizontalkan kompas ( gelembung nivo mata sapi berada ditengah
nivo), kemudian harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga
arah-lintasinya.
2) Penunjaman (Plunge)
Cara mengukurnnya seprti juga dengan cara mengukur dip, namun karena
kita mengukur struktur garis maka pakai bantuan buku lapangan atau papan jalan
untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku di struktur garis dan
melakukan pengukuran di sisi buku yang lain.
3) Pengukuran Rake/Pitch pada cermin sesar.
Pertama dengan membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur
garis tersebut terdapat (garis horizontal sama dengan jurus garis dari bidang
tersebut) yang memotong struktur garis. Kemudian besar dari sudut lancip yang
dibentuk oleh garis horizontal (dengan menggunakan busur derajat).
4) Arah breksiasi
Arah visir kompas sejajar dengan unsur – unsur kelurusan struktur garis
yang akan di ukur. Misalnya arah liniasi sumbu terpanjang dari fragmen breksi
sesar. Kemudian menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada
di tengah nivo), kemudian harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah
harga arah breksiasinya.
3. Yang dimaksud dengan:
Inklinasi
Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan oleh perbedaan letak
geografi suatu daerah terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan akan hampir 0
(horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar equator, dan semakin bertambah besar
apabila mendekati kutub-kutub bumi. Dengan demikian, maka tiap tempat di atas bumi
ini akan mempunyai sudut inklinasi yang berbeda-beda. Pada dasarnya, sebelum kompas
geologi itu dapat digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus horizontal. Untuk itu
bisa digunakan beban (biasanya ada) yang dapat digeser sepanjang jarum kompas.
Deklinasi
Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara jarum kompas dan arah utara
sebenarnya (Utara geografi), sebagai akibat dari tidak berimpitnya titik utara magnit dan
titik utara geografi. Besarnya deklinasi di suatu daerah umumnya ditunjukkan pada peta
topografi daerah tersebut. Untuk menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai
menunjukkan arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser
dengan cara memutar “adjusting screw” yang terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi
yang disebutkan.