tugas PMB 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

spesifik heat

Citation preview

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    TUGAS 1 PENGOLAHAN MINYAK BUMI

    ASTM FOR SPESIFIC HEAT

    disusun oleh:

    I Putu Putra Jaya P. (1006759271)

    Nahida Rani (1106013555)

    Nadhira Zulfakhri ()

    Wahyu Riansyah(1006679945)

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    DEPOK

    2014

  • 1 Pengolahan Minyak Bumi

    1. Pengertian Kalor Spesifik

    Kalor spesifik atau Spesific Heat merupakan salah satu sifat termal dari benda. Definisi

    dari kalor spesifik yaitu sejumlah kalor yang dibutuhkan untuk temperature dari suatu

    massa benda sebanyak satu derajat. Besarnya kalor spesifik dari suatu benda akan menjadi

    sifat termal yang penting untuk diketahui karena berkaitan erat dengan proses pemanasan

    ataupun pendinginan dari benda tersebut.

    Pada pengolahan minyak bumi, seperti kita ketahui proses pemisahan atau fraksinasi

    minyak bumi menggunakan distilasi. Proses distilasi merupakan proses pemisahan suatu

    campuran berdasarkan perbedaan titik didih senyawa. Desain proses distilasi didasarkan

    titik didih senyawa sehingga dibutuhkan sejumlah panas untuk dapat menguapkan

    campuran yang akan diproses lebih lanjut.

    Dalam perancangan distilasi diperlukan perhitungan besarnya panas yang dibutuhkan

    untuk mengetahui kebutuhan utilitas pensuplai panas unit distilasi tersebut. Perhitungan

    besarnya panas memerlukan data kalor spesifik dari minyak bumi sehingga kalor spesifik

    minyak bumi merupakan salah satu sifat termal yang sangat penting untuk diketahui.

    Penelitian dan pengukuran kalor spesifik untuk berbagai macam senyawa hidrokarbon

    telah banyak dilakukan dan pada umumnya data yang dihasilkan memenuhi persamaan 1

    berikut ini.

    = 1/(0.388 + 0.00045) (1)

    C adalah kalor jenis pada suhu t0F dan d pada persamaan di atas adalah specific gravity

    pada suhu 60 F.

    Dalam tugas PMB kali ini, ASTM yang digunakan sebagai referensi untuk mengukur

    kalor spesifik adalah ASTM D 2766. Alasan penggunaan ASTM ini adalah tidak ada

    ASTM yang secara spesifik digunakan untuk mengukur kalor spesifik dari minyak bumi.

    Selain itu, ASTM ini juga menyebutkan bahwa lingkup penggunaan standar di dalam

    ASTM D 2766 mencakup cairan dan padatan dengan kondisi tertentu dimana minyak bumi

    masih masuk dalam kondisi tersebut.

    2. Pengertian ASTM

    ASTM merupakan singkatan dari American Standard for Testing and Materials dan

    merupakan salah satu metode analisa yang telah dibakukan dengan standard operasional

    tertentu dengan tujuan untuk mengetes sifat fisik maupun kimia dari suatu material.

    Pembuatan ASTM bermula dari adanya kesepakatan para insinyur di Amerika satu abad

    yang silam untuk menyamakan persepsi tentang kualitas baja yang digunakan pada rel

  • 2 Pengolahan Minyak Bumi

    kereta api. ASTM dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengetes sebuah material

    disetiap negara. Di Indonesia sendiri salah satu turunan peraturan yang diinspirasi oleh

    adanya ASTM dikenal dengan SNI.

    3. ASTM D 2766

    ASTM D 2766 merupakan salah satu cara pengukuran untuk mengetahui besarnya kalor

    spesifik dari cairan dan juga padatan. Berikut ini merupakan rangkuman dari ASTM

    tersebut.

    3.1 Cakupan ASTM D 2766

    Dalam setiap ASTM di awal selalu disebutkan cakupan pengukuran yang diatur oleh

    ASTM tersebut. Biasanya pada bagian ini dijelaskan kondisi material seperti apa yang

    dapat dites atau diukur sifatnya dengan menggunakan ASTM tersebut. Selain itu, kondisi

    pengukuran yang sesuai dengan ASTM juga disebutkan pada bagian ini.

    Untuk ASTM D 2766, disebutkan bahwa pengukuran kalor spesifik benda yang dapat

    dilakukan dengan standar ini mencakup baik benda berbentuk cairan maupun padatan

    dengan catatan bahwa material tersebut memiliki kondisi sebagai berikut:

    Tekanan uap material tersebut tidak melebihi 13.3 kPa (100 torr).

    Tidak mengalami perubahan fasa pada rentang suhu saat pengetesan berlangsung.

    Sebenarnya ada kondisi lainnya yang dijelaskan pada bagian ini yaitu It is applicable

    to liquids and solids that are chemically compatible with stainless steel. Namun kelompok

    kami agak kurang mengerti apa yang dimaksud oleh kalimat tersebut. Mungkin yang

    dimaksud adalah cairan maupun padatan yang diukur tidak mengalami reaksi kimia dengan

    material stainless steel.

    Untuk material yang memiliki tekanan uap di atas 100 torr maka nilai kalor jenisnya

    dapat ditentukan bila tekanan uap material tersebut dapat diketahui pada rentang suhu

    pengukuran.

    3.2 Terminologi

    Pada bagian ini dijelaskan mengenai definisi dari sifat yang akan diukur pada ASTM

    tersebut beserta pengertian simbol-simbol yang digunakan. Menurut ASTM ini, kalor

    spesifik diartikan sebagai rasio sejumlah kalor yang dibutuhkan oleh sejumlah massa dari

    suatu materi tertentu untuk menaikkan suhu dengan kalor yang dibutuhkan untuk

  • 3 Pengolahan Minyak Bumi

    menaikkan suhu dari sejumlah air dengan massa yang sama dengan asumsi tidak adanya

    perubahan fasa pada kedua pengukuran tersebut baik untuk material ataupun air. Untuk

    simbol dan konversi yang ditampilkan pada ASTM D 2766 dapat dilihat pada bagian

    lampiran.

    3.3 Ringkasan Metode Pengukuran

    1. Perubahan entalpi, diukur ketika tempat sampel yang kosong dipindahkan dari

    daerah hot zone yang temperaturnya konstan ke kalorimetrik adiabatik yang

    mempunyai suhu awal tertentu (). Pengukuran dilakukan dengan memilih range

    temperatur tertentu dari daerah hot zone tersebut.

    2. Selain perubahan entalpi , dilakukan juga pengukuran perubahan entalpi lainnya

    yaitu . diukur ketika tempat sampel yang berisi dengan sampel dipindahkan

    dari daerah hot zone yang temperaturnya konstan ke kalorimetrik adibatik yang

    mempunyai suhu awal tertentu. Pengukuran dilakukan dengan memilih range

    temperatur tertentu dari daerah hot zone tersebut.

    3. Perubahan entalpi net-nya per massa dari sampel digambarkan sebagai fungsi

    perpangkatan dari perbedaan temperatur antara hot zone dengan temperatur awal

    kalorimeter atau . Turunan pertama dari fungsi perpangkatan terhadap kemudian

    mensubstitusi suhu hot zone yang sesuai akan menghasilkan kalor spesifik yang

    merupakan fungsi suhu.

    3.4 Penggunaan Kalor Spesifik

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sifat termal dari kalor spesifik sering sekali

    digunakan dalam perhitungan untuk menghitung besarnya kalor yang dibutuhkan pada

    proses pemanasan ataupun pendinginan misalnya pada proses distilasi minyak bumi. Pada

    ASTM ini dijelaskan juga bahwa sifat kalor spesifik juga dapat menentukan bagaimana

    suatu material mengalami perubahan terhadap adanya thermal stress.

    3.5 Alat-alat Pengukuran

    Pada bagian ini dijelaskan alat apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran

    beserta spesifikasi mendetail dari peralatan tersebut. Spesifikasi mendetail dapat dilihat

    pada bagian catatan kaki yang ada pada ASTM.

  • 4 Pengolahan Minyak Bumi

    1. Drop-Method-of-Mixtures-Calorimeter

    Sesuai dengan nama alat ini, sampel yang akan diukur kalornya dimasukkan dari

    bagian atas dari peralatan. Terdiri dari bagian utama yaitu bagian untuk memasukkan

    container sampel, pengontrol suhu, tube furnace, dan kalorimeter adibatik. Kalorimeter

    dijaga dari kondisi mendapat kalor selain dari sampel sehingga kalorimeter dijaga agar

    seminimum mungkin mendapatkan panas radiasi dari bagian tube furnace. Bagian-bagian

    dari peralatan ini secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Alat Pengukur Kalor Spesifik (ASTM D2766)

    2. Sample Container

    Terbuat dari bahan stainless steel dengan adanya insulasi menggunakan bahan

    polytetrafluoroethylene yang tahan hingga suhu 533K. Sample container ditunjukkan pada

    Gambar 2.

  • 5 Pengolahan Minyak Bumi

    Gambar 2. Sample container (ASTM D2766)

    3. Pengukur tegangan

    Menggunakan pengukur tegangan (voltmeter) yang dapat mengukur hingga 1V

    dengan keakuratan hingga 10-6 V. Bisa juga menggunakan alat potensiometer yang

    memiliki sensitifitas hingga 1V atau digital multimeter dengan sensitifitas dan skala yang

    sama serta memiliki paling tidak 6 digit angka yang dapat ditunjukkan pada alat multimeter

    tersebut. Selain alat pengukur tegangan seperti voltmeter dan multimeter ternyata pengukur

    temperatur digital juga dapat digunakan karena tujuan adanya pengukur tegangan juga

    untuk mengkonversinya menjadi pengukuran suhu. Skema pengukur tegangan dan

    peralatan kalorimeter ditunjukkan pada Gambar 3.

    Gambar 3. Diagram Alat Pengukuran Kalor Spesifik dan Pengontrolnya (ASTM D2766)

    4. Resistor, dengan keakuratan 1-

    5. Resistor, dengan keakuratan 100-

  • 6 Pengolahan Minyak Bumi

    6. Resistor, dengan keakuratan 10.000-

    7. Amplifier

    Amplifier digunakan untuk mengatur tegangan saat pengukuran. Spesifikasi lebih

    lanjut dapat mengacu kepada ASTM D2766.

    8. Strip Chart Recorder

    9. Binding posts

    10. Rotary Switch

    11. Thermistor Bridge

    12. Thermistor

    13. Thermocouple

    14. Power Supply

    15. Standard Cell

    3.6 Prosedur Pengukuran

    Mengisi tempat sampel dengan sejumlah sampel. Sampel yang dimasukkan terlebih

    dahulu ditimbang massa. Dalam menimbang massa sampel, menurut ASTM ini

    perlu dilakukan koreksi terhadap air-buoyancy. Kami kurang mengerti apa yang

    dimaksud dengan air-buoyancy, tapi kemungkinan koreksi ini digunakan karena

    adanya sejumlah massa udara yang berada terikut di dalam tempat sampel. Prosedur

    koreksi nilai massa sampel tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada ASTM D 1217.

    Untuk menentukan nilai , lakukan pemanasan terhadap tempat sampel dengan

    menggunakan tube furnace hingga suhunya konstan. Suhu yang konstan dari tempat

    sampel dapat diamati dengan menggunakan termokopel. Setelah suhu dari tempat

    sampel konstan maka dilakukan serangkaian kalibrasi terhadap kalorimeter dengan

    cara mengatur suhu dari kalorimeter. Suhu kalorimeter saat kalibrasi dijaga agar

    dibawah suhu awalan pengukuran yang diinginkan. Suhu awalan dari kalorimeter

    diatur dengan menggunakan peralatan elektronik (thermometer bridge). Beberapa

    hal pada prosedur ini kurang kami mengerti. Namun intinya adalah ketika suhu

    kalorimeter mencapai suhu awalan yang diinginkan ditandai dengan thermometer

    bridge yang menunjukkan angka mendekati 0. Setelah suhu awalan kalorimeter

    tercapai (Tf) maka tube furnace dijauhkan dari kalorimeter sehingga tempat sampel

    terjatuh ke dalam kalorimeter. Tempat sampel yang panas tadi akan memberikan

    panasnya ke dalam kalorimeter sehingga suhu kalorimeter perlahan akan naik.

  • 7 Pengolahan Minyak Bumi

    Kenaikan temperatur ini dicatat dengan menggunakan strip chart recorder dalam

    bentuk tegangan listrik. Nantinya dari tegangan listrik yang tercatat akan dikonversi

    menjadi panas yang diberikan ke dalam kalorimeter.

    Pengukuran dilanjutkan dengan menggunakan tempat sampel yang kemudian diisi

    dengan sampel. Prosedur pengambilan datanya sama dengan prosedur sebelumnya

    hanya berbeda tempat sampelnya yang telah terisi dengan sampel.

    3.7 Perhitungan

    Prosedur pertama adalah menghitung besarnya kalor yang diterima oleh kalorimeter

    dengan persamaan yang merupakan fungsi dari hambatan dan juga tegangan listrik

    (persamaan 2).

    (2)

    Disini kami kurang mengerti bagaimana cara menghitung konversi dari listrik ke

    dalam energi panas. Yang kami pahami adalah kalor disini ditentukan oleh faktor

    internal dari kalorimeter tersebut dan untuk menghitung faktor kalorimeter

    digunakan persamaan 3.

    = / (3)

    Kemudian perubahan entalpi ataupun dapat dihitung menggunakan

    persamaan 4 dan persamaan 5.

    = (4)

    = (5)

    Kemudian karena merupakan perubahan entalpi dari tempat sampel kosong

    dan merupakan perubahan entalpi dari tempat sampel yang terisi dengan

    sampel. Maka bisa dicari nilai perubahan entalpi dari sampel per satuan massa yaitu:

    = ( )/ (6)

    Langkah selanjutnya adalah membuat grafik atau hubungan antara terhadap T.

    Pengertian dari T dapat dilihat pada lampiran. Grafik tersebut merupakan fungsi:

    = + 2 (7)

    Setelah persamaan tersebut didapatkan maka turunkan persamaan 7 terhadap T

    sehingga akan didapatkan kalor spesifik benda dalam bentuk persamaan T.

    substitusi nilai Tf untuk mendapatkan hasil dari kalor spesifik.

  • 8 Pengolahan Minyak Bumi

    3.8 Kelebihan dan Kekurangan ASTM D 2766

    ASTM D 2766 yang kami gunakan adalah revisi dari tahun 1995 yang diperbarui pada

    tahun 2000. Kelebihan dari revisi ini adalah adanya prosedur untuk menghitung kalor

    spesifik dari material dengan tekanan uap yang melebihi 13.3 kPa pada rentang suhu

    pengukuran. Intinya, tekanan uap yang melebihi batas tersebut akan membuat adanya kalor

    yang digunakan untuk mengubah fasa dari material atau sampel yang akan diuji sehingga

    disini dijelaskan bagaimana koreksi terhadap sejumlah kalor tersebut.

    REFERENSI

    ASTM D 2766-95. 2000. Standard Test Method for Specific Heat of Liquids and Solids.

    Speight, James G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum 4th edition. CRC Press.

  • 9 Pengolahan Minyak Bumi

    LAMPIRAN

    Definisi Simbol

    = suhu hot zone, 0C

    = suhu awal kalorimeter, 0C

    = temperatur differential = , 0C

    1 = resistensi dari resistor standar 1

    100 = resistensi dari resistor standar 100

    10000 = resistensi dari resistor standar 10000

    1 = cmf yang melewati resistor standar 1

    100 = cmf yang melewati resistor standar 100

    10000 = cmf yang melewati resistor standar 10000

    = total kalor yang terbentuk di kalorimeter dan heater

    = total heat effect tempat sampel kosong, mV

    = total heat effect tempat sampel + sampel, mV

    = kalibrasi total heat effect tempat sampel kosong, mV

    = kalibrasi total heat effect tempat sampel + sampel, mV

    = perubahan entalpi tempat sampel kosong dari Tf ke Tc

    = perubahan entalpi tempat sampel + sampel dari Tf ke Tc

    =

    W = total massa sampel setelah kalibrasi air buoyancy