Upload
tole
View
316
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penjelasan
Citation preview
TUGAS PORTOFOLIO
ANALISIS KESESUAIAN RESEP
DI SUSUN OLEH:
RESTU AYUNING KUMALA
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
TAHUN AJARAN 2012-2013
RESEP I
Pemerintahan Kabupaten Malang
RSUD “ KANJURUHAN “ Kepanjen
Jl. Panji 100 Telp (0341)395041
Dr. Kristin tgl, 26/12/2012
R/ Salbutamol 1,5mg
Aminophyllin ½ tab
Methyl prednisolon 2mg
Interhistin ½ tab
Ranitidin ½ tab
Mf caps dtd no xxx
S 3dd I
Pro : Tn. Mochtar
Alamat : Pakisaji
I. SKRINING RESEP
a. Analisa kelengkapan resep:
Nama Dokter
Praktek Dokter
Tanggal resep
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Paraf dokter
b. Analisa Kesesuaian dosis
Analisa jumlah obat :
- Salbutamol 1,5mg x 30 = 11 tab
4mg
- Aminophyllin ½ x 30 = 15 tab
- Methylprednisolon 2mgx 30 = 15 tab
4mg
- Interhistin ½ x 30 = 15 tab
- Ranitidin ½ x 30 = 15 tab
Kesimpulan:
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker yang membuat/ menyerahkan obat kepada pasien, yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi, dokter hewan. Dalam resep sudah sesuai dengan poin di atas maka resep tersebut telah sesuai/ sah / memenuhi aturan penulisan resep yang benar, terdapat nama dokter, tempat prktek dokter, nama dan alamat pasien, umur pasien. Pasien di anggap dewasa jika dalam resep terdapat awalan nama Tn dan Ny.
Analisa dosis Lazim, dosis terapi dan dosis maksimal obat
a. Salbutamol
DL : 0-2 tahun = 100mcg / kg = 4x sehari
2-6 tahun = 1-2mg = 3-4x sehari
6-12 tahun = 2mg = 3-4x sehari
(Formula dari BNF)
DR : 1 x p = 1,5 mg
1 hari = 1,5mg x 3 = 4,5 mg
DM : -
Dosis tersebut adalah ½ dari formula
b. Aminophyllin
DL : 1 x p =100mg – 200mg
1 hari = 300mg-600mg
(Formula FI III )
DR/ : 1 x p= ½ tab x 200mg = 100 mg
1 hari = 100mg x 3 = 300mg
Kesimpulan :
Perhitungan pengambilan obat yaitiu jika jumlah dalam satuan mg dilakukan dengan cara jumlah yang tertera di masing-masing obat (sabutamol 1,5mg) dikalikan dengan jumlah pembuatan kapsul yang diminta oleh dokter (dtd n0 xxx) kemudian dibagi dengan sediaan yang ada d apotek. Tetapi jika jumlah langsung kepada ½ tab, maka hanya tinggal dikalikan oleh jumlah pembuatan kapsul yang diminta oleh doketr (dtd no xxx).
DM : 1 x p = 500mg
1 hari = 1,5g (1500mg)
(Formula FI III)
1 x p = 100mg x 100% = 20 %
500mg
1 hari = 300mg x 100% = 20%
1500mg
Dosis tersebut adalah sesuai
c. Methylprednisolon
DL : 4 – 4 mg perhari
(Formula ISO )
DR : 1 x p = 2mg
1 hari = 2mg x 3 = 6mg
DM : -
Dosis tersebut adalah sesuai
d. Interhistin
DL : > 10 tahun = 2-6 tab = 1 hari
5 – 10 tahun = 2 – 4 tab = 1 hari
2 – 5 tahun = 1 – 3 tab = 1 hari
(Formula ISO)
DR/DT : 1 x p = ½ tab x 50mg = 25 mg
1 hari = 25mg x 3 = 75mg
DM : -
Dosis tersebut adalah ½ dari formula
e. Ranitidin
DL : > 12 tahun = 150mg = 2x sehari atau 300mg selama
4-8 minggu
3-12 tahun = 2-4 mg/kg (max 150mg) = 2x sehari,
selama 4-8 minggu
(Formula BNF)
DR : 1 x p = ½ tab x 150mg = 75mg
1 hari = 75 mg x 3 = 225mg
DM = -
Dosis tersebut adalah ½ dari formula
Kesimpulan :
Dosis yang diberikan dokter pada salbutamol, interhistin, ranitidine di atas hanya ½ dari DL yang ada pada tiap formula (BNF dan ISO). Pemilihan dosis di atas mungkin dipengaruhi juga pada keadaan fisik pasien yang mungkin kurus. Ranitidin diberikan untuk mengatasai efek samping dari Aminophyllin.
II. URAIAN MASING-MASING OBAT BERDASARKAN
FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK.
a. Salbutamol
(Formula farmakologi dan terapi Ed. V, Obat-obat penting, interaksi obat,
martindale )
Farmakodinamika
Melalui aktivitas reseptor B2 menimbulkan relaksasi otot
polos pada saluran pernafasan, Salbutamol merelaksasikan
semua otot polos dari trakea sampai ujung bronkiolus dan
melindungi terhadap semua penyebab
bronkokontruksi.salbutamol berdaya bronkodilatasi baik,
salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap stabilitasi
mastcell, maka sangat efektif mencegah atau meniadakan
serangan asma.
(Formula Farmakologi dan terapi ed. V dan Obat-obat
penting)
Farmakokinetika :
Kelas terapi : Agonis selektif reseptor B2
(Formula farmakologi dan terapi ed V)
ESO : Jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri
Kepala, pusing-pusing, mual dan tremor
tangan.pada overdose dapat terjadi
stimulasi reseptor B1 dengan efek
kardiovaskuler.
Interaksi : Aminophyllin meningkatkan efek
Salbutamol
(Formula interaksi obat)
Kontra indikasi: Dikontraindikasikan kepada pasien
dengan penyakit jantung atau diabetes yang bergantung
pada insulin.
Absorbsi : Diabsorbsi disaluran cerna.
Biotransformasi : mengalami metabolism tingkat I pada
dan kemungkinan lain pada dinding usus tetapi tidak
dimetabolisme di paru.
T ½ : Plasma dari salbutamol berkisar 4-6 jam (Formula
martindale)
Ekskresi : Di ekskresi di urin sebagai metabolis dan
obat utuh tidah berubah, sebagian kecil diekresikan di
feces.
Kesimpulan:
Salbutamol termasuk golongan selektif reseptor B2, mempunyai aktivitas kerja melalui aktivitas reseptor B2 menimbulkan relaksasi otot polos pada saluran pernapasan, salbutamol merelaksasi semua otot polos mulai dari trakea sampai ujung bronkiolus .salbutamol ini jika diberikan bersama aminophyllin, maka aminophyllin tersebuta akan meningkatkan efek salbutamol, sehingga salbutamol menjadi lebih baik sebagai bronkodilatasi.
b. Aminophyllin
(Formula farmakologi dan terapi Ed. V , obat-obat penting,interaksi obat)
Farmakodinamika
Merupakan campuran dari teophyllin dan etilen diamin.
Teophyllin secara langsung melemaskan otot polos bronkus
dan pembuluh darah pylomer, jadi bekerja sebagai
bronkodilatasi dan pelemas otot polos. Turunan
trimethyxantin mekanisme kerjanya memungkinkan di
sebabkan penghambatan enzim kokodiesterose, sehingga
meningkatkan siklus-siklus AMP intrasol. secara invitro
teophyllin terbukti secara sinergis dengan antagonis beta
dan sekarang adany efek invivo.
(Formula Farmakologi dan terapi ed V)
Farmakokinetik
Kelas terapi :Trimethylxantin (Antagonis reseptor
adenosine)
ESO : Secara oral sering mengakibatkan
gangguan lambung (mual,muntah), pada overdose terjadi
efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor dan konvulsi) serta
gangguan pernafasan, juga efek kardiovaskuler .
Interaksi obat : jika doberikan bersama dengan salbutamol,
akan meningkatkan efek salbutamol.
Kontra indi : Obat ini dikontraindikasikan pada individu
yang menunjukan hipersensitivitas terhadap komponen
obat termasuk etilendiamin, pada individu dengan penyakit
tukak peptic dan individu yang mempunyai riwayat
penyakit kejang.
Absorbsi : Obat ini cepat diabsorbsi apabila tablet
dalam keadaan tidak bersalut, abssorbi dalam bentuk garam
yang mudah larut tidak lebih baik.
Biotransformasi: Obat ini didistribusikan keseluruh tubuh
melewati plasma dan masuk ke ASI , volume distribusi
antara 400 dan 600 ml/kg
T ½ : Pada orang dewasa 8-9 jam, pada anak
muda kira-kira 3,5 jam.
Ekskresi : Melalui metabolisme dalam hati, sebagian
besar di ekkresi bersama urine dalam bentuk metilurat.
c. Methylprednisolon(Formula farmakologi dan terapi Ed . V, Obat-obat penting)
Farmakodinamika Suatu glukokotiroid yang mempunyai efek anti inflamasi kuat, bekerja dengan menduduki reseptor spesifik dalam sitoplasma sel yang responsive. diperantarai sebagai inhibisi, produksi sitokiri dengan cara melemaskan otot polos saluran nafas tapi menurunkan reaktivitas bronkus . Kelompok steroid ini lalu berikatan dengan DNA yang kemudian mempengaruhi sintesis berbagai protein.
Farmakokinetik Kelas terapi : Kortikosteroid 6- a ESO : jika pemberian jangka lama dihentikan
secara tiba-tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam,malgia, atralgia dan malaise, jika pemberian secara terus-menerus dalam jangka lama akan mengakibatkan gangguan cairan dan
Kesimpulan:
Aminophyllin termasuk dalam golongan trimethylxantin, mempunyai mekanisme kerja langsung melemaskan otot polos bronkus dan pembuluh darah pylomer, adanya aminophyllin adalah untuk meningktkan efek dari salbutamol.
elektrolit,hiperglikemia,mudah mendapat infeksi terutama tuberculosis
Interaksi obat : - Kontra indi : Hampir tidak ada kontraindikasi
kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal besar bila dperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relative dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.
Biotrasformasi : Terjadi didalam dan diluat hati, metabolitnya merupakan senyawa inaktif/ berpotensi rendah.
T ½ : t ½ biologic 12-36 jam.
d. Interhistin(Formula DOI, Martindale Obat-obat penting)
Farmakodinamika Suatu antihistamin yang umum digunakan untuk pengobatan reaksi-reaksi alergi, dibandingkan dengan antihistamin lainya,mebidrolin mempunyai suatu keunggulan yaitu tidak berkhasiat sebagai sedative/ hipnotis sehingga dapat diberikan siang hari tanpa mengurangi aktivitas dan kondisi psikis maupun fisik dari penderita
Farmakokinetika
Kelas terapi : Antihistamin golongan lain non sedative ESO : Mual, muntah, mulut erring, penglihatan
kabur.
Kesimpulan:
Termasuk dalam kelas terapi kortikosteroid 6-a yang mempunyai mekanisme kerja anti inflamasi yang luas,diperantarai sebagai inhibisi, produksi sitokiri dengan cara melemaskan otot polos saluran nafas tapi menurunkan reaktivitas bronkus.
Interaksi : - Kontra indi : Hipertropiprostat, glaucoma dan serangan
asma. T ½ : 4- 6 jam.
e. Rantidin(Formula Farmakologi dan terapi Ed. V, Obat-obat peting)
Farmakodinamika Mekanisme kerja ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidine sekresi asam lambung di hambat. Ranitidine dapat menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik stimulasi vagus/ gastrin. Ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.
Farmakokinetika
Kelas terapi : Antagonis reseptor H2 (AH2) ESO : Efek samping pada obat ini umumnya rendah dan
berhubungan dengan penghambatan terhadap reseptor H2, efek lain adalah nyeri kepala, pusing, malise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit,prurius, kehilangan libido dan impoten.
Interaksi obat : - Kontra indi : Hipersensitiv terhadap ranitidine
Kesimpulan:
Termasuk dalam kelas terapi antihistamin golongan lain non sedative, antihistamin yang umum digunakan untuk pengobatan reaksi-reaksi alergi, mempunyai efek samping mual, muntah, mulut kering.
Biotranformasi : Ranitidin menjalani metabolism lintas pertama dihati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral.
T ½ : Pada orang dewasa 1,7 - 3 jaam dan memanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal, pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidine juga memanjang meskipun tidak sebesar pada pasiem gagal ginjal.
Ekskresi : Ranitidin dan metabolitnya diekskresi melalui ginjal, sisanya melalui tinja.
Kesimpulan:
Ranitidin termasuk dalam kelas terapi antagonis reseptor H2 (AH2) mempunyai mekanisme kerja menghambat reseptor H2 secara selektif dan ireversibel. Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidine sekresi asam lambung dihambat,ranitidine dapat menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik stimulasi vagus/gastrin.
Pemberian ranitidine dalam resep tersebut yang hanya ½ dari DL formula dimaksudkan untuk mengurangi efek samping yang diakibatkan oleh aminophyllin.
KESIMPULAN KESELURUHAN RESEP:
Aminophyllin dan methyl prednisolon dalam resep berfungsi sebagai bronkodilator, salbutamol sebagai relaksasi otot polos dari trakea sampai ujung bronkiolus dan melindungi terhadap semua penyebab bronkokontruksi yang efeknya diperkuat oleh aminophyllin. Efek samping yang ditimbulkan dari amonophyllin dan salbutamol adalah gangguan lambung (mual,muntah) sehingga diberikan ranitidine yang dapat menghambat sekresi asam lambung, sedangkan pemberian interhistin sebagai antihistamin.
III. PROSES PERACIKAN
Cara pembuatan :1. Siapkan mortir dan stamper2. Ambil salbutamol 11 tab.3. Ambil Aminophyllin 15 tab.4. 2 + 3 masuk mortar gerus ad hancur dan halus, sisihkan5. Ambil methylprednisolon 15 tab6. Ambil interhistin 15 tab7. 5 + 6 masuk mortar gerus ad hancur dan halus.8. 7 + 4 gerus ad homogen, sisihkan9. Ambil ranitidine 15 tab, masuk mortir10. 9 gerus ad hancur dan halus11. 10 ayak ad kulit ranitidine terpisah12. 11 + 8 gerus ad homogeny.13. 12 bagi menjadi dalam 30 bungkus.14. 13 masukan dalam kapsul15. 14 masuk wadah16. 15 beri etiket putih.
IV. ETIKET
Etiket putih
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
KABUPATEN-MALANG
JALAN PANJI 100, TELP(0341)395041
Tanggal : 26/12/2012
Tn. Mochtar
3 X SEHARI I tab/ / bungkus
Sebelum/sesudah makan
kapsul
RESEP II
APOTEK BAMUDA FARMA
JL. SULTAN AGUNG 28 KEPANJEN
TELP : 0341 391672
APOTEKER : Dra. Supini, Apt
Dr : Harsono hugeng tangaal : 12/6/2013
Nama pasien : Tn Budi Tanggal: 18/6/2013
No :38764 umur : -
APOGRHAP
R/ Dilantin 100mg
Hexymer 2mg
Mf pulv da in cap no LX
S 2 dd I cap
ITER :3X
Det orig + iter 1x
R/ Xanax 0,5mg No XXX
S O – O – 1
Det
Resep asli pcc
Copy resep
I. SKRINING RESEP
a. Analisa kelengkapan resep:
Nama Dokter
Praktek Dokter
Tanggal resep
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Paraf Apoteker
Kesimpulan : Resep tersebut dikatakan sah karena sudah
memenuhi persyaratan dalam copy resep tersebut
karena sudah tercancum seperti nama dokter,
tanggal resep, nama pasien, alamat pasien, umur
pasien dan paraf apoteker.
b. Analisa keseuaian dosis
Analisa jumlah obat
- Dilantin : 100mg x 30 = 3000mg = 3g
(Sediaan dalam bentuk serbuk)
- Hexymer : 2mg x 30 = 30 tablet
2 mg
Kesimpulan : Perhitungan pengambilan bahan dilakukan dengan
cara dosis yang tertera pada resep (2mg) dikalikan
dengan jumlah obat yang diminta(dtd 30)
kemudian dibagi sediaan yang tersedia.Jika dalam
sediaan yang tersedia dalam bentuk serbuk maka
dosis yang tertera pada resep dikalikan jumlah
yang diminta (dalam satuan mg, g)
Analisa dosis lazim, dosis terapi dan dosis maksimal
a. Dilantin
DL : 1 x p = 100mg
1 hari = 300mg
(Formula FI III)
DR : 1 x p = 100 mg
1 hari = 100mg x 2 = 200 mg
DM : 1 x p = 400mg
1 hari = 800mg
(Formula FI III)
1 x p = 100mg x 100% = 25%
400mg
1 hari = 200mg x 100% = 25%
800mg
Dosis tersebut adalah sesuai
b. Hexymer
DL : 1 mg – 2 mg = 2-2 x sehari, selama 3-5 hari
(Formula ISO)
DR : 1 x p : 2mg
1 hari : 2mg x 2 = 4 mg
DM : -
Kesimpulan : Pemberian dosis Dilantin pada resep tersebut
adalah sesuai dengan DL yang tertera dan tidak
melebihi dosis maksimum. Dalam Hexymer dosis
yang diberikan juga sudah sesuai dengan DL yang
ada.
II. URAIAN MASING-MASING OBAT BERDASARKAN
FARAMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK
A. Dilantin
Farmakodinamika : Phenitoin berefek antikonvulsi tanpa
menyebabkan depresi umum SSP. Sifat anti
konvulsi phenitoin berdasarkan pada
penghambatan perjalanan rangsang dari focus di
bagian dalam otak. Efek stabilitas membrane sel
oleh phenitoin juga terlihat pada saraf tepid an
membrane sel lainya yang juga mudah terpacu,
phenitoin mempengaruhi berbagai sistem fisiologi.
Farmakokinetik
- Kelas terapi : Anti epilepsy
- Efek samping : Sering timbul hiperpalsia gusi (tumbuh berlebih)
obstipansi, efek lainya menyebabkan pusing, mual
dan bertambahnya rambut/ bulu badan, wanita
hamil tidak mengkonsumsi pheniton karena
bersifat teratogenik.
- Interaksi : Phenitoin – hexymer
Efek hexymer dapat berkurang. Hexymer
diberikan untuk mengendalikan tremor dan gejala
lainya pada penyakit Parkinson, akibatnya kondisi
yang ditangani tak dapat dikendalikan dengan baik.
- Kontra indi : Phenitoin dikontraindikasiakan pada pasien yang
hipersensitiv terhadap penitoin atau hidantoin lain.
- Absorbsi : Phenitoin yang diberikan peroral berlangsung
lambat, seskali tidak lengkap 10% dari dosis awal.
- T ½ : Rata- rata 22 jam (sangat variable)
- Ekskresi : Di
- ekskresi bersama tinja dalam bentuk utuh.
B. Hexymer
Farmakodinamika : Berefek sentral, dibandingkan dengan potensi
atropine, trihexypenidil memperlihatkan potensi
antispasmodic setengahnya, efek midriatikum
sepertiganya, efek terhadap kelenjar ludah dan
vagus sepersepuluhnya dan dosis besar
menyebabkan perangsan obat.
Farmakokinetika
- Kelas terapi : Antikolinergik (antiparkinson)
- Efek samping : Antiparkinson kelompok antikolinergik ini
menimbulkan efek samping sentral dan perifer:
a. Efek sentral : Gangguan neurologic yaitu:
ataksia, disatria,hipertemia, gangguan mental,
oikiran kacau, amnesia, delusi, halusinansi,
somnolen dan koma.
b. Efek perifer : serupa atropine dapat
menyebabkan kebutaan akibat komplikasi
glaucoma sudut tertutup.
- Interaksi : Antikolinergik( jika absorspi lambat dosis),
antidepresan trisiklik,fenitoin dan benzodizepin
menurunkan efek levodopa.
- Konta indi : Hipersensitiv terhadap THD atau komponen lain
dalam sediaan glaucoma sudut tetutup, obstruksi
duodenal/pyloric.peptik ulcer,obstruksi saluran
urin.
- T ½ : 10 dan 12 jam
C. Xanax (Alprazolam)
Farmakodinamika : Merupanakan potensi inhibisi neuron dengan
GABA sebagai mediatornya. Efek
farmakodinamika lebih luas daripada efek
meprobamat dan barbiturate, obat ini tidak saja
bekerja sentral, tetapi juga perifer pada susunan
saraf kolinergik.
Farmakokinetika
- Kelas terapi : Anti depresan (antiasientas)
- Efek samping : Pada pengguaan dosis terapi jarang timbul kantuk,
tetapi pada takar lajak menimbulkan depresi SSP,
efek yang ditimbulkan berupa kantuk dan ataksia
merupakan kelanjutan efek farmakodinamik obat-
obat ini.
- Interaksi : TDH – aprazolam = efek THD dapt berkurang.
THD untuk Parkinson sehingga kondisi yang
diobati tidak terkendali dengan baik.
- Kontraindi : Pada pasien gangguan pernafasan, obat ini dapat
memperberat gejala sesak napas.
- T ½ : Waktu paruh panjang sampai 24 jam.
- Ekskresi : Melalui ginjal lambat, setelah pemberian satu
dosis obat ini masih ditemukan dalam urin selama
beberapa hari.
III. PROSES PERCIKAN
CP:
1. Siapkan mortar dan stamper.
2. Siapkan 30 kapsul.,sisihkan
3. Ambil heymer 30 tablet,masuk mortar,gerus ad hancur dan halus.
4. Timbang Dilantin 3g, masuk mortir
5. 3+4 gerus ad homogen
6. 5 bagidalam 30 perkamen
7. 6 masukan kedalam kapsul pada masing-masing perkamen.
8. 7 masuk wadah
9. 8 beri etiket putih
IV. ETIKET
- Etiket cp 1:
APOTEK BAMUDA FARMA
JL.SULTAN AGUNG 28 KEPANJEN
APOTEKER : Dra. Supini sik: 5827
No : 002 tanggal: 18/6/13
Tn. Budi
2 x Sehari 1 tab / kapsul
/ bungkus
Sebelum/sesudah makan
COPY RESEP
APOTEK BAMUDA FARMA
JL. SULTAN AGUNG 28 KEPANJEN
TELP : 0341 391672
APOTEKER : Dra. Supini, Apt
Dr : Harsono hugeng tangaal : 12/6/2013
Nama pasien : Tn Budi Tanggal: 18/6/2013
No :38764 umur : -
APOGRHAP
R/ Dilantin 100mg
Hexymer 2mg
Mf pulv da in cap no LX
S 2 dd I cap
ITER:3x
Det orig + iter 1x + det 30
R/ Xanax 0,5mg No XXX
S O – O – 1
Det
Resep asli pcc
Copy resep
RESEP III
Membuat sediaan bedak purol
R/ Standart bedak purol (FMS hal 108)
SARI HUSADA KLINIK 24 JAM
JL. TRUNOJOYO N0 110 Kepanjen
Telp(0341)396512 fax : 0341390002
Dr. Nora tgl 20/6/2013
R/ Acid salicyl 2g
Bals. Peru 2g
Adeps lanae 4g
Magnesium Oxyd 10gZinc Oxyd 10g
Talk venet ad 100g
Mf pulvis
S ue
Pro : Orida
Alamat: Kepanjen
Umur :18tahun
I. SKRINING RESEP
c. Analisa kelengkapan resep:
Nama Dokter (ada)
Praktek Dokter (ada)
Tanggal resep (ada)
Nama pasien (ada)
Alamat pasien (ada)
Paraf dokter (ada)
Umur pasien (ada)
d. Analisa Kesesuaian dosis
Analisis jumlah obat
(Dalam resep dokter meminta 20g bedak purol dari resep standart )
- Acid salicyl : 2 x 20 = 0,4g (400mg)
100
- Bals. Peru : 2 x 20 = 0,4g (400mg)
100
- Adeps lanae : 4 x 20 = 0,8g (800mg)
Kesimpulan:
Resep diatas sudah sah , karena sudah terdapat semua komponen persyaratan dalam penulisan resep, yaitu nama dokter, alamat praktek dokter, no. telp dokter,paraf dokter,nama dan alamat pasien, umur pasien
100
- Mg. Oxyd : 10 x20 = 2g
100
- Zno : 10 x20 = 2g
100
- Talc : 20 – (400mg+400mg+800mg+2000mg+2000mg)
: 20.000 – 5600 = 14.400mg (14,4g)
Penelitian dosis lazim, dosis terapi, dosis maksimal
Dalam resep tidak dihitung dosis lazim,dosis terapi dan dosis
maksimal, karena pada pemakaian topikal toksis sistemik yang
ditimbulkan sangat kecil.
Masalah dalam resep atau OTT (Obat tak tercampurkan)
Dalam resep terdapat Asam salisilat dan Zno, mereka adalah zat
yang tak tercampurkan, apabila dicampur akan membentuk masa
semen sub salisilat. (Formula buku Obat Tak Tercampurkan o/ J.H
Soenarto)
Kesimpulan:
Perhitungan pengambilan bahan obat yaitu dengan cara, resep diatas dokter meminta membuat sediaan 20g, maka bahan obat dalam resep standart(acid salycil 2g) dibagi jumlah sediaan pada resep standart (ad 100g)kemudian dikalian dengan jumlah yang diminta oleh dokter (20g). Kemudian untuk menghitung jumlah basis sediaan (talk venet)maka dilakukan dengan cara jumlah yang diminta oleh dokter (20g) dikurangi dari hasil masing-masing zat aktiv (acid salicyl, balsm. Peru, adeps lanae,
Penyelesaian masalah atau POTT(Penyelesaian obat tak tercampurkan)
Penyelesaian masalah yaitu dengan cara masing-masing zat asam
salisilat dan Zno disekat dengan talk venet.(Formula buku Obat
Tak Tercampurkan o/ J.H. Soenarto)
II. URAIAN MASING-MASING BAHAN OBAT
A. Acid salicyl
(Formula FI III dan Catatan Sinonim)
Khasiat : Keratolitikum, antifungi
Pemerian : Hablur putih biasanya berbentuk jarum halus, rasa agak manis
tajam dan stabil di udara, bentuk sinresis, warna putih,dan tidak
berbau.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)
Sinonim : Acidum salicylicum, asam salisilat, asam ortho oksi benzoate.
B. Balsamum Peruvianum
(Formula FI III dan Catatan Sinonim)
Khasiat : Antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka
luar agar tidak membusuk)
Pemerian : Cairan kental, lengket, tidak berserat, voklat tua, dlam lapisan
tipis berwarna coklat, transparan kemerhan, bau aromatic khas
menyerupai vanillin.
Kelarutan : Larum dalam etanol 95% dalam 1 bagian.
Sinonim : Balsam peru, perubalsem, minyak menyan.
Kesimpulan:
Asam salisilat digunakan sebagai antifungi dan cara pengerjaanny yaitu dengan dilarutkan alkhohol 95%, karena asam salisilat mudah larut dalam alkhohol 95%.
Kesimpulan:
Balsam peru digunakan sebagai antiseptic luka, cara pengerjaan balsam peru yaitu dilarutkan dalam etanol 95% dan dikerjakan terakhir.
C. Adeps Lanae
(Formula FI III Dan Catatan sinonim)
Khasiat : Sebagai bahan pengisi
Pemerian : Zat seperti lemak, liat lengket, kuning ,uda atau kuning pucat,
agak tembus cahaya, bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)
Mudah larut dalam eter atau kloroform.dilarutkan dengan aceton
Sinonim : Adeps lanae anhydricus,Gemuk domba,lanolin anhydricum,lemak
bulu domba, minyak domba, wolvet.
D. Magnesii oxyda
(Formula FI III dan Catatan Sinonim)
Khasiat : Penambah volume
Pemerian : Serbuk sangat ringan, putih, tidak berbau,relative padat.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
95%, larut dalam asam encer.
Sinonim : maknesium oksida ringan, magnesia usta, oxydum magnesicum
Levis.
.
Kesimpulan:
Adeps lanae digunakan sebagai bahan pengisi, cara pengerjaanya yaitu dilarutkan dengan aceton karena adeps lanae berbentuk lemak dan dapat menggumpal.
Kesimpulan:
Mgo digunakan sebagai penambah volum,cara pengerjaanya dikerjakan terakhir sebelum balsam peru karena berat jenis Mgo sangat kecil.
E. Zinc oxyd(Formula FI III dan Catatan Sinonim)Khasiat : Antiseptikum local (mencegah luka luar agar tidak membusuk)Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih/ putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan hidroksida.Sinonim : Kapur sepatu, flores zinci, sengoksida,Zno, kaput topi, putih seng, zinkwit.
F. Talk venet(Formula FI III dan Catatan Sinonim)Khasiat : Basis serbukPemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarutSinonim : Talcum, talk.
Kesimpulan:
Zno digunakan sebagai antiseptic, dan cara pengerjaany di ayak terlebih dahulu, kemudian ditimbang, kemudian ditambahkan sedikit talk.
Kesimpulan:
Talk disini digunakan sebagai basis dalam sediaan serbuk tabur ini.
Kesimpulan keseluruhan dari resep :
Dalam resep tersebut asam salisilat digunakan sebagai anti fungi ,keratolitik, kemudian balsam peru dan zinci oxyd digunakan sebagai antiseptic , Mgo digunakan sebagai penambah volume bedak dan adeps digunakan sebagai pengisi.
Asam salisilat dilarutkan dengan spirit fort 96%, kemudian dikeringkan dengan sedikit talk Balsam peru juga sama dengan asamsalisilat(cara pengerjaan) dimasukan terakhir Adeps lanae dilarutkan dengan aceton, kemudian dikeringkan dengan sedikit talk Zno di ayak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan sedikit talk. Talk sebagai basis bedaktabur. Mgo dikerjakan terakhir sebelum balsam peru.
III. PROSES PEMBUATAN
CP:1. Siapkan mortir dan stamper2. Setarakan timbangan3. Timbang Talk 14,4g, sisihkan4. Timbang Asam salisilat 400mg, masuk mortir5. 4 + spiritus fort 96% gerus ad tepatl arut,keringakan dengan sedikit talk sishkan6. Timbang adeps lanae 800mg,masuk mortir7. 6+ aceton gerus ad tepat larut, keringkan dengan sedikit talk8. 7+5 gerus ad homogen,sisihkan9. Ambil Zno , ayak, kemudian timbang 2g10. 9 + sedikit talk gerus ad homogen11. 10 + 8 gerus ad homogen,sisihkan12. Timbang Mgo 2g, masuk mortir13. 12 + sedikit talk, gerus ad homogeny14. 13+11 gerus ad homogeny,sisihkan15. Timbang balsam peru 400mg16. 15 + spiritus fort96 % gerus ad tepat larut, keringkan dengan sedikit talk17. 16 + 14 gerus ad homogen18. 17 + sisa talk gerus ad homogen19. 18 ayak dengan ayakan B3020. 19 masuk wadah21. 20 beri etiket biru22. Kemudian timbang hasil sediaan, hitung bobot kehilangan.
NB: Dari hasil praktikum sediaan saya tidak mengalami kehilangan bahan, hasil setelah ditimbang tetap 20g
IV. ETIKET
Waran BIRU
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
KABUPATEN-MALANG
Jl. Panji 100 Telp (0341) 395041
Tanggal, 20/6/2013
Orida
Pemakaian luar (ditaburkan)
Obat Luar