14
Penyisihan Nitrogen dan Fosfor dalam Tertier Treatment Pengolahan Limbah Cair Industri Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dan secara buatan. Secara Alami Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang. Secara buatan. Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan). Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter

Tugas Presen Tpbi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

presentasi

Citation preview

Penyisihan Nitrogen dan Fosfor dalam Tertier TreatmentPengolahan Limbah Cair Industri Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dan secara buatan.Secara AlamiPengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.Secara buatan.Pengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan).

Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter.

Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor. Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah. Selain itu aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge.

Tertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen. Dalam pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alami atau secara buatan, perlu dilakukan berbagai cara pengendalian antara lain menggunakan teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri, pengolahan limbah cair, teknologi peroses produksi, daur ulang, resure, recovery dan juga penghematan bahan baku dan energy.

Jadi disini kami akan membahas tentang Penyisihan Nitrogen dan Fosfor dalam Tertier TreatmentTertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen. Dalam pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alami atau secara buatan, perlu dilakukan berbagai cara pengendalian antara lain menggunakan teknologi pengolahan limbah cair, teknologi peroses produksi, daur ulang, resure, recovery dan juga penghematan bahan baku dan energy. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.NitrogenNitrogen dalam air limbah umumnya terdapat dalam bentuk organik yang kemudian oleh bakteri akan dirubah menjadi amonia. Kondisi aerobik akan mengubah amonia menjadi nitrat dan nitrit.SulfatSulfat dapat diubah menjadi sulfit dan hidrogen sulfida (H2S) oleh bakteri pada kondisi anaerob. H2S bersifat racun dan berbau busuk. H2S dalam kondisi aerob teroksidasi secara bakteriologis menjadi asam sulfat. Gas H2S yang tercampur dengan gas air limbah (CH2 a CO2) mempunyai sifat korosifPhospatTingginya kandungan phosphat akan merangsang pertumbuhan tumbuhanair yang berakibat 02 yang terlarut dalam air sungai berkurang. Senyawa ini umumnya berasal dari sisa deterjen.

Pengolahan air limbah pada tahap secondary atau tertiary treatment dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan pengolahan air limbah secara konvensional, pengolahan konvensional dengan constructed wetland, dan pengolahan air limbah dengan memanfaatkan alga. Setelah dilakukan perbandingan dari ketiga metode tersebut, pengolahan dengan memanfaatkan alga adalah yang paling efektif. High Rate Algal Pond (HRAP) merupakan salah satu teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan mikroalga (Kryder, 2007). Limbah perkotaan, limbah industri, maupun limbah agricultural dapat diolah dengan menggunakan teknologi ini HRAP adalah teknologi pengolahan air limbah yang merupakan modifikasi dari waste stabilization pond. HRAP memiliki kedalaman yang lebih dangkal dan membutuhkan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan waste stabilization pond. HRAP memiliki kedalaman antara 0,2-1 m dengan dilengkapi pengaduk agar tercipta suatu aliran, serta untuk mengoptimalisasi aktivitas alga, kecepatan aliran pada HRAP yang diharapkan berkisar 0,15-0,3 m/detik. Mikroalga efisien untuk menghilangkan nutrien, seperti nitrogen dan fosfat, serta logam-logam toksik yang terkandung dalam air. Banyak penelitian yang telah menguji keefektifan alga dalam menurunkan Nutrient HRAP dapat menurunkan 80% konsentrasi NO3 pada piggery wastewater dengan konsentrasi awal NO3 sebesar 788 mg/L. Di New Zealand menunjukkan bahwa HRAP mampu menurunkan ammonia sebesar 87% dengan konsentrasi influen sebesar 24,29,5 mg/L. Pada penelitian di Rabat, Morocco, HRAP mampu menurunkan kandungan ammonia dan fosfat pada air limbah sebesar 69% dan 52% dengan konsentrasi 2 awal 39 mg/L dan 12,56 mg/L, serta COD sebesar 695 mg/L. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pada HRAP yang dijalankan secara kontinyu dengan HRT 4 hari dapat menurunkan konsentrasi terhadap total nitrogen sebesar 89,4% dari konsentrasi awal sebesar 26,5 mg/L pada air limbah buatan yang didesain sama dengan air limbah perkotaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardhanareswari pada HRAP dengan sistem batch dapat menurunkan konsentrasi nitrogen sebesar 81,65%, dari konsentrasi awal 53,3mg/L dan fosfat sebesar 66,75% dari konsentrasi awal 13,3 mg/L. Karena HRAP efektif untuk pengolahan air limbah, maka perlu dilakukan pengujian terhadap parameter-parameter yang mempengaruhi kinerja HRAP secara optimal. Salah satu yang mempengaruhi kinerja HRAP adalah konsentrasi biomassa alga yang dapat dinyatakan dengan konsentrasi klorofil a. Hal ini dibuktikan apabila terjadi kenaikan konsentrasi klorofil a maka akan terjadi penurunan konsentrasi nutrien, seperti N-Ammonium, N-Nitrat, dan Fosfat. Hal ini menunjukkan bahwa alga melakukan uptake terhadap nutrien tersebut. Sehingga semakin besar konsentrasi klorofil a maka akan semakin baik pula pengolahan air limbah dengan sistem HRAP, khususnya untuk penurunan nutrien. Pertumbuhan alga dapat diketahui dengan melihat koefisien biokinetiknya. Pertumbuhan yang baik atau optimum ditandai dengan nilai biokinetik yang tinggi. Nilai koefisien biokinetik yang tinggi ini akan memberi manfaat yang baik dalam pengolahan air limbah secara biologis. Nilai koefisien biokinetik dapat berupa , maks, Y, Ks, k, dan kd. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi nutrien yang ditambahkan, pH, dan salinitas. Variasi konsentrasi nutrien dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi nutrien yang dapat mempengaruhi pertumbuhan alga secara optimum. Hal ini mengacu pada peristiwa eutrofikasi yang terjadi di badan air. Eutrofikasi merupakan kondisi dimana terjadi pertumbuhan alga secara besar-besaran. Peristiwa ini selalu mengutamakan konsentrasi nutrien (N dan P) 3 yang tinggi sebagai penyebab utama. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pengkayaan nutrien dalam reaktor sehingga dapat diketahui pada konsentrasi berapa, nutrien dapat memberikan laju pertumbuhan alga secara maksimum. pH merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang mempengaruhi pertumbuhan populasi alga. Nilai pH yang optimum untuk pertumbuhan alga tergantung jenis spesiesnya. Pada spesies Dunaliella bardawil dapat tumbuh pada rentang pH 4-9 dan memiliki konsentrasi pigmen terbesar pada pH 4; 6; dan 7,5. Sedangkan Chlorella ellipsoidea dapat tumbuh pada rentang pH 4-10. Spesies alga biru-hijau merupakan spesies alga yang paling dominan di badan air. Spesies ini menyukai kondisi basa, yaitu pada rentang pH antara 7,7-9,4. Namun secara umum pH yang optimum untuk pertumbuhan alga adalah 8. Selain pH, salinitas juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan alga. Namun hal ini juga tergantung pada jenis alga tersebut. Ketahanan alga laut terhadap salinitas berbeda dengan alga air tawar. Pada salinitas tinggi dengan kandungan nutrien yang tinggi pula, pertumbuhan sel alga Botryococcus sp menurun. Penelitian lain yang dilakukan untuk mengetahui efek salinitas terhadap freshwater alga yang ada di wilayah tropis menunjukkan bahwa pengaruh salinitas tergantung pada spesies alga tersebut. Pada spesies Calothrix scopulorum pertumbuhan optimum terjadi pada salinitas 1 dan 3,5, sedangkan Nostoc entophyte pada salinitas 1-3,55. Penelitian Ruangsomboon yang mevariasikan konsentrasi nitrogen, fosfat, dan salinitas menunjukkan bahwa pada konsentrasi nitrogen 86 mg/L, fosfat 444 mg/L, dan salinitas 5 psu (practical salinity unit) memiliki konsentrasi biomassa alga lebih besar jika dibandingkan pada salinitas 0 ppt. Pada penelitian ini menyerupai penelitian tersebut, namun selain mengetahui bagaimana laju pertumbuhan alga dengan melihat konsentrasi biomassa alga, pada akhir penelitian ini juga akan diketahui koefisien biokinetik pertumbuhan alga tersebut, yaitu Y, , maks dan Ks. 4 Pada penelitian ini, konsentrasi senyawa organik sebagai yang digunakan adalah 108,64 mg/L. Nilai COD diperoleh dari tahap analisis awal. Setelah nilai COD diketahui, kemudian dilakukan perhitungan terhadap konsentrasi nutrien yang ditambahakan. Konsentrasi nitrogen dan fosfat yang digunakan, yaitu 8,3; 24,67; 41,01 mg/L dan 0,35; 0,98; 1,6 mg/L. Sedangkan variasi pH yang digunakan adalah 4,5; 6; dan 9. Variasi ini berdasarkan studi literatur. Variasi salinitas berdasarkan hasil pengukuran di Boezem Morokrembangan, Boezem Kalidami, dan saluran drainase di Jalan Arief Rahman Hakim saat musim hujan, yaitu 0,8 dan 1,5 ppt. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah konsentrasi klorofil a, MLVSS, TKN, N-Ammonium, N-Nitrat, N-Nitrit, Fosfat, DO, suhu, pH, dan salinitas. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1.Bagaimana pengaruh pengkayaan nutrien, pH, dan salinitas terhadap laju pertumbuhan alga? 2.Bagaimana laju pertumbuhan alga tersebut dengan melihat koefisien biokinetiknya, yaitu , maks, Y, dan Ks ? Tujuan: 1.Mengkaji pengaruh pengkayaan nutrien, pH, dan salinitas terhadap laju pertumbuhan alga. 2.Mengkaji laju pertumbuhan alga tersebut dengan menentukan koefisien biokinetiknya, yaitu , maks, Y, dan Ks. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah: Kultur alga yang digunakan berasal dari saluran drainase di Jalan Arief Rahman Hakim. 3.Media tumbuh yang digunakan adalah media tumbuh mikroalga Bolds Basal Medium dengan karakteristik sesuai dengan variasi yang digunakan. 4.Metode yang digunakan adalah batch5.Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium di Jurusan Teknik Lingkungan ITS dengan menggunakan pencahayaan alami. 6.Variabel yang digunakan adalah konsentrasi nutrien yang ditambahkan, pH, dan salinitas. Terdapat 3 variasi konsentrasi nitrogen dan fosfat yang digunakan, yaitu 8,3; 24,67; 41,01 mg/L dan 0,35; 0,98; 1,6 mg/L, dengan nilai COD tetap, yaitu 108,64 mg/L yang diperoleh pada tahap analisis awal. Variasi pH yang digunakan adalah 4,5; 6; dan 9. Variasi salinitas yang digunakan berdasarkan hasil pengukuran di Boezem Morokrembangan, Boezem Kalidami, dan saluran di Jalan Arief Rahman Hakim saat musim hujan, yaitu 0,8 dan 1,5 ppt. 6.Parameter yang diuji adalah konsentrasi klorofil a, MLVSS, TKN, N-Ammonium, N-Nitrat, N-Nitrit, Fosfat, suhu, DO, pH, dan salinitas. 7.Terdapat 21 reaktor yang dilakukan yang dibagi menjadi tiga waktu penelitian, dengan durasi tiap waktu penelitian selama 14 hari atau 2 minggu. 8.Sampling dilakukan sekali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00. 1.5Manfaat Manfaat penelitian ini adalah dapat memperoleh informasi tentang koefisien biokinetik pertumbuhan alga yang dapat digunakan untuk perkembangan sistem High Rate Algal Pond (HRAP)

Pengolahan Tersier (Tertiary treatment)Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair/air limbah. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat dan garam-garaman.Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir (sand filter). Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cendrung tinggi sehingga tidak ekonomis.

Nitrogen Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan pertumbuhan protista dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur hara atau makanan dan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah cair terutama merupakan gabungan dari bahan-bahan berprotein dan urea. Oleh bakteri, nitrogen ini diuraikan secara cepat dan diubah menjadi ammonia, sehingga umur dari air buangan secara relatif dapat ditunjukkan dari jumlah ammonia yang ada. Phospor Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen, merupakan unsur penting untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang dikenal pula sebagai nutrient dan perangsang pertumbuhan. Phospor merupakan komponen yang menyuburkan algae dan organisme biologi lainnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas perairan.

Pengolahan tersier (tertiary treatment)Tujuan pengolahan tersier adalah untuk menghasilkan kualitas keluaran sesuai dengan standar yang ditentukan sebelum dilepas ke lingkungan (laut, sungai, danau, tanah dsb.) Pengolahan ini termasuk pemberian disinfektan, penggunaan karbon aktif, penyaringan pasir, pengubahan ion (ion exchange), ultrafiltrasi, dan pen-gendapan secara kimiawi (chemical precipitation) untuk memperoleh pembersihan polutan pada tingkat yang lebih baik. Bila disinfeksi dilakukan, biasanya disebut pengolahan akhir, atau disebut juga 15effluent polishing. Saringan pasir akan memisahkan bahan tersuspensi yang tersisa, filtrasi dengan karbon aktif akan menghilangkan bau dan racun. Dalam kuantitas yang besar pengolahan tahap akhir ini dapat dilakukan dengan lagooning, untuk mendapatkan kualitas air limbah yang lebih baik dengan memanfaatkan aktivitas mikrob aerob pada sebuah kolam besar. Pengolahan tersier termasuk penanganan lumpur yang dihasilkan. Lumpur hasil pengolahan terakhir ini kadang-kadang masih perlu diolah lagi secara aerob atau anaerob atau bahkan dibakar (inceneration) sebelum dibuang ke sanitary landfill, atau digunakan untuk reklamasi.

Tertiari Treatment .Pengolahan ini merupakan kelanjutan dari pengolahan sekunder (Secondary Treatment). Pada system ini pengolahan limbah dengan kosentrasi bahan pencemar tinggi atau limbah dengan parameter yang bervariasi banyak dengan volume yang relative banyak .Sistim operasinya dikenal dengan operasi biologi yaitu metode pengolahan dengan menghilangkan senyawa pencemar melalui aktivitas biological yang dilakukan pada peralatan unit proses biologi . Metode ini dipakai terutama untuk menghilangkan bahan organic biodegaradable dalam limbah cair. Senyawa-senyawa organic tersebut dikonversikan menjadi gas dan air yang kemudian dilepaskan di atmosfir. Zat-zat organic dengan rantai korban panjang diubah menjadi rantai ikatan karbon sederhana dan air yang berbentuk gas. Untuk menghilangkan senyawa nitrogen dalam air dipakai proses aerasi dengan menggunakan metode biologi . Unit proses dipakai pada proses biologi yaitu : kolam aerobic, aerasi, lumpur aktif, kolan oksidasi, dan saringan biologi dan kolam anaerobic (jenis bahan pencemar dan peralatan yang dipergunakan untuk menghilangkan bahan pencemar

Pengolahan Limbah Cair Industri Tertiari Treatment Pengolahan ini merupakan kelanjutan dari pengolahan sekunder (Secondary Treatment). Pada system ini pengolahan limbah dengan kosentrasi bahan pencemar tinggi atau limbah dengan parameter yang bervariasi banyak dengan volume yang relative banyak .Sistim operasinya dikenal dengan operasi biologi yaitu metode pengolahan dengan menghilangkan senyawa pencemar melalui aktivitas biological yang dilakukan pada peralatan unit proses biologi . Metode ini dipakai terutama untuk menghilangkan bahan organic biodegaradable dalam limbah cair. Senyawa-senyawa organic tersebut dikonversikan menjadi gas dan air yang kemudian dilepaskan di atmosfir. Zat-zat organic dengan rantai korban panjang diubah menjadi rantai ikatan karbon sederhana dan air yang berbentuk gas.Untuk menghilangkan senyawa nitrogen dalam air dipakai proses aerasi dengan menggunakan metode biologi . Unit proses dipakai pada proses biologi yaitu : kolam aerobic, aerasi, lumpur aktif, kolan oksidasi, dan saringan biologi dan kolam anaerobic (jenis bahan pencemar dan peralatan yang dipergunakan untuk menghilangkan bahan pencemar