Upload
akbar-nur-bani-rusmana
View
22
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PRINSIP MIKROBIOLOGI PANGAN
NAMA : Akbar Nur Bani Rusmna
NIM : 081710101055
Kapang Monascus purpureus sudah digunakan sebagai bumbu masakan oriental sejak
berabad silam. Kapang ini menjadi sumber berbagai senyawa penting, seperti pigmen biotek,
toksin dan penghambat enzim. Kapang Monascus purpureus ini dapat berfungsi sebagai pewarna
alami dan penghambat aktivitas biologi. Terdapat 14 senyawa monacolin yang terdapat dalam
kapang merah ini, antara lain Monacolin K,J,L,M,X dan bentuk asam hidroksinya. Angkak atau
beras merah merupakan produk olahan dari beras yang difermentasikan oleh kapang Monascus
purpureus. Manfaat dari angkak adalah sebagai pengawet atau pewarna makanan yang alami
serta sebagai bahan alami yang terbukti efektif untuk mereduksi kadar kolesterol dalam darah.
Berkat berbagai senyawa itu angkak dapat dipakai untuk obat memperbaiki peredaran darah
sampai meredakan sakit lambung, mengobati memar, gangguan pencernaan dan mulas pada bayi.
Angkak merupakan salah satu pewarna alami yang diperoleh dari cendawan. Cendawan
yang berperan adalah jenis Monascus sp. dan biasanya adalah Monascus purpureus. Cendawan
ini biasa dikulturkan dalam butir beras dan dibiarkan mengkolonisasi beras. Dari hasil
pertumbuhannya, mampu dihasilkan pigmen warna merah dan beberapa metabolit lain yang
berguna bagi manusia.
Pengolahan bahan pangan berupa bahan mentah yang diikuti fermentasi telah menjadi
budaya di berbagai belahan dunia, khususnya di Asia. Salah satu bahan pangan tradisional yang
diolah dengan fermentasi adalah keju, tape, tape ketan, arak beras, anggur, dan lain sebagainya.
Pengolahan bahan pangan dengan fermentasi mampu meningkatkan daya simpan, daya cerna,
dan penerimaan manusia terhadap makanan tersebut. Kultur Monascus sp. dapat ditumbuhkan
pada media cair. Aktivitas produksi pigmen dapat diketahui dengan menumbuhkan Monascus sp.
pada media cair dengan substrat yang berbeda. Selain itu, aktivitas pewarnaan pigmen dari
angkak dapat diujikan pada tape singkong untuk mengetahui pengaruh pigmen pada penampakan
tape dan pertumbuhan ragi dalam fermentasi tape.
Kapang berbeda dengan bakteri dan khamir. Kapang adalah multiseluler yang bersifat
aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic
kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang
terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Berdasarkan hasil pengerjaan isolasi yang telah dilakukan diketahui ada jamur--jamnur
Monnscus yang berada dalarn keadaan tunggal, tanpa kehadiran mikroba lain, yang turnbuh
dengan baik pada beberapa spesirnen binatang yang diawetkan di dalarn alkohol 70%.
Siklus Hidup kapang Kebanyakan kapang adalah multiselluler
Makanan diabsorpsi dari bagian kapang yang disebut miselium
Masing-masing filamen disebut hifa dg dinding Khitin
Dalam hifa terdapat aliran sitoplasma
Reproduksi
Asexual melalui spora yang dihasilkan sporangia
sexual melalui pembentukan gamet dlm gametangia dan dihasilkan spora
Jenis – Jenis Jamur Konsumsi (Edible Mushroom)
1. Jamur Kancing atau Champignon (Agaricus bisporus)
Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia,
sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing (Agaricus bisporus)
atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan
berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table
mushroom, white mushroom, common mushroom atau cultivated mushroom. Di Perancis disebut
sebagai champignon de Paris.
Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam
berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing
memiliki aroma unik, sebagian orang ada yang menyebutnya sedikit manis atau seperti “daging”.
Jamur kancing segar bebas lemak, bebas sodium, serta kaya vitamin dan mineral, seperti
vitamin B dan potasium. Jamur kancing juga rendah kalori, 5 buah jamur ukuran sedang sama
dengan 20 kalori.
2. Jamur Tiram (Pleurotus sp.)
Tiongkok merupakan produsen jamur tiram yang utama. Sekitar 25% dari total produksi
jamur dunia berupa jamur tiram. Jamur tiram/shimeji dikenal pula dengan nama populer Oyster
Mushroom dan nama ilmiah Pleurotus ostreatus.Tangkai tudungnya menyerupai cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.
Ada beberapa jenis jamur tiram yaitu jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur
tiram kelabu, dan jamur tiram coklat. Jamur tiram yang dikenal paling enak dan paling disukai
masyarakat sehingga paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah
yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah
melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang.
Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipelihara dengan media
tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.
3. Jamur Merang (Volvariella volvaceae)
Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa jamur merang. Jamur merang
(Volvariella volvacea, sinonim: Volvaria volvacea, Agaricus volvaceus,Amanita
virgata atau Vaginata virgata) atau kulat jeramoe dalam bahasa Aceh merupakan salah satu
spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang
beriklim tropis atau subtropis. Jamur ini telah lama dibudidayakan sebagai bahan pangan karena
spesies ini termasuk golongan jamur yang paling enak rasanya dan mempunyai tekstur yang
baik.
4. Jamur Shiitake (Lentinus edodes)
Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.
Sekitar 10% dari total produksi jamur dunia berupa jamur shiitake.
Shiitake disebut juga ‘Chinese Black Mushroom’. Jamur jenis ini sudah dikenal sebagai
jamur konsumsi sejak 2000 tahun yang silam di dataran Asia. Produksi jamur Shiitake secara
industri massal pertama kali dilakukan di Jepang pada tahun 1940an. Namun budidaya secara
traditional sudah dimulai sejak 900 tahunan yang silam di Cina.
5. Jamur Kuping
Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa, terdiri dari jamur kuping putih
(Tremella fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur kuping merah
(Auricularia auricula-judae)
Jamur Kuping merupakan jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum
jamur Shiitake di Cina. Di Indonesia jamur Kuping sangat lumrah dikenal di kalangan
masyarakat menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat tradisional masih sering
mengambil jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh pada batang-batang yang sudah lapuk.
Jamur Kuping terutama jenis jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) saat ini sudah banyak
dibudidayakan secara modern dalam log-log serbuk kayu.
6. Jamur Enokitake (Flammulina velutipes)
Dikenal juga sebagai jamur musim dingin (winter mushroom). Di wilayah dunia beriklim
sejuk, jamur ini tumbuh di alam bebas pada suhu udara rendah mulai musim gugur hingga awal
musim semi. Jamur ini juga diketahui tumbuh di bawah salju. Jamur Enokitake biasanya tumbuh
di permukaan batang pohon Celtis sinensis (bahasa Jepang: Enoki) yang sudah melapuk,
sehingga disebut Enokitake (jamur Enoki).
Jamur Enokitake hasil budidaya bisa dipanen sepanjang tahun. Tubuh buah Enokitake
hasil budidaya terlihat beda dari Enokitake yang tumbuh di alam bebas. Jamur hasil budidaya
dilindungi dari sinar matahari sehingga berwarna putih, sedangkan jamur di alam bebas berwarna
coklat hampir merah jambu.
Jenisjenis jamur non edible
1. Jamur ling-zhi (Ganoderma Applannatum)
Merupakan jenis jamur yang tidak enak di makan namun mempuynai
khasiat untuk ramuan obat. Di Indonesia di kenal jamur ling-zhi ( bahasa China
berarti pohon kehidupan) atau jamur REISHI (bahasa Jepang berarti jamur
spiritual, yang mendatangkan keberuntungan.
Peranan Enzim
Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua
enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut
substrat, sedangkan hasilnya disebut produk.
1. Peran enzim dalam metabolisme
Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk
hidup untuk menjaga kelangsungan hidup. Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul
besar menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari
molekul yang lebih kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain
respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan, dan protein sintesis. Dengan mengikuti
ketentuan bahwa suatu reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan adanya asupan
energi dari luar (umumnya pemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada
di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian panas dari luar. Sebagai contoh
adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius
dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh
fisiologis manusia, sekitar 37° C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis
menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab
enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang
semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara
menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi
bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan
dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu, enzim menimbulkan
pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme.
Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi
laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim
di dalam tubuh.
2. Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis
Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit
tertentu. Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan
adalah sebagai berikut:
Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah
ke glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu
protein serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai
seratus kali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus
hepatitis, peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit
mononucleosis infeksiosa, sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah
terjadi pada keadaan alkoholisme.
Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat
ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
3. Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan
Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim
untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia
untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim
sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara dan bersifat
menetap. Contoh keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara adalah defisiensi
enzim-enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzim-enzim pencernaan sangat
beragam, beberapa di antaranya adalah protease dan peptidase yang mengubah
protein menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak,
karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadi glukosa serta
nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi nukleotida. Adapun defisiensi enzim
yang bersifat menetap menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut
sebagai kelainan genetic mengingat enzim merupakan protein yang ditentukan oleh
gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah hemofilia. Hemofilia
adalah suatu keadaan di mana penderita mengalami kesulitan penggumpalan darah
(cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim terkait penggumpalan
darah. Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor, sebagian besar adalah protease
dalam bentuk proenzim, yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada
penderita hemofilia, terdapat gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic
Factor), faktor IX, dan faktor XI. Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang
mengkode faktor IX. Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzim-enzim
protease yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah.
Peranan Bahan Aditif
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa,
penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.
Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat
aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.
Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman
atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet
dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet
makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam,
misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain
itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan
untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh
negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan. Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk
yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu
ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.