44
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika telah mengalami perubahan yang lambat tapi pasti, faktor-faktor pendorong dari perubahan ini, baik dalam hal isi maupun cara mengajar matematika, dapat ditelusuri dari berbagai sumber, termasuk dari hasil-hasil penelitian. NCTM ( Van De Walle, 2008: hal.1 ) mengemukakan “ Didalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup. Semua siswa harus memiliki kesempatan dan dukungan yang diperlukan untuk belajar matematika secara mendalam dan dengan pemahaman. Tidak ada pertentangan antara kesetaraan dan keunggulan.” Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita, terutama untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Menurut NCTM ( Van De Walle, 2008 : 1 ) dikatakan bahwa belajar matematika dapat dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada berpikir dan pemahaman matematika. Oleh karena itu, kita harus menghindari pola pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional secara konstan. NCTM ( Van De Walle, 2008 : 2 ) mengeluarkan Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah ( Principles and Standards for School Mathematics ) yang merupakan enam prinsip dasar untuk mencapai pendidikan matematika yang berkualitas tinggi, yakni Kesetaraan, Kurikulum, Pengajaran, Pembelajaran, Penilaian, dan teknologi. 1. Prinsip Kesetaraan Keunggulan dalam pendidikan matematika membutuhkan kesetaraan harapan yang tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua siswa. 2. Prinsip Kurikulum Kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas, kurikulum harus koheren, difokuskan pada matematika yang penting, dan berkaitan dengan baik antar tingkat kelas. 3. Prinsip Pengajaran Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik. 4. Prinsip Pembelajaran Para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. 5. Prinsip Penilaian

Tugas proposal penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Tugas proposal penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan matematika telah mengalami perubahan yang lambat tapi pasti,

faktor-faktor pendorong dari perubahan ini, baik dalam hal isi maupun cara mengajar

matematika, dapat ditelusuri dari berbagai sumber, termasuk dari hasil-hasil

penelitian. NCTM ( Van De Walle, 2008: hal.1 ) mengemukakan “ Didalam dunia

yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan

memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa

depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan

yang produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup. Semua

siswa harus memiliki kesempatan dan dukungan yang diperlukan untuk belajar

matematika secara mendalam dan dengan pemahaman. Tidak ada pertentangan antara

kesetaraan dan keunggulan.” Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika

merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita, terutama untuk

meningkatkan kualitas hidup kita.

Menurut NCTM ( Van De Walle, 2008 : 1 ) dikatakan bahwa belajar

matematika dapat dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada berpikir dan

pemahaman matematika. Oleh karena itu, kita harus menghindari pola pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran konvensional secara konstan.

NCTM ( Van De Walle, 2008 : 2 ) mengeluarkan Prinsip-prinsip dan Standar

Matematika Sekolah ( Principles and Standards for School Mathematics ) yang

merupakan enam prinsip dasar untuk mencapai pendidikan matematika yang

berkualitas tinggi, yakni Kesetaraan, Kurikulum, Pengajaran, Pembelajaran,

Penilaian, dan teknologi.

1. Prinsip Kesetaraan

Keunggulan dalam pendidikan matematika membutuhkan kesetaraan harapan

yang tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua siswa.

2. Prinsip Kurikulum

Kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas, kurikulum harus koheren,

difokuskan pada matematika yang penting, dan berkaitan dengan baik antar

tingkat kelas.

3. Prinsip Pengajaran

Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang

siswa ketahui dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan dan

mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik.

4. Prinsip Pembelajaran

Para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

5. Prinsip Penilaian

Page 2: Tugas proposal penelitian

2

Penilaian harus mendukung pembelajaran matematika yang penting dan memberi

informasi yang berguna bagi guru dan siswa.

6. Prinsip Teknologi

Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika, teknologi

mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar

siswa.

Atas dasar tersebut , semua siswa harus mempunyai kesempatan dan dukungan

yang cukup untuk belajar matematika, karena pengetahuan yang mereka peroleh

hampir seluruhnya tergantung pada pengalaman guru mengajar di dalam kelas setiap

harinya.

Mathematical Sciences Education Board ( Van De Walle, 2008 : 12 )

mengemukakan “ Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu

tentang pola dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi

membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan.

Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika, bukan

pada pengamatan sebagai standar kebenarannya, meskipun menggunakan

pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan

kebenaran.”

Matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan. Definisi ini mengungkapkan

bahwa matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan

urutan yang logis. Menemukan dan mengungkap keteraturan atau urutan ini dan

kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.

Menurut Sumarmo ( Asep, 2012 : 1 ) dikatakan bahwa pendidikan matematika

pada hakikatnya memiliki dua arah pengembangan, yaitu pengembangan untuk

memenuhi kebutuhan masa kini dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pada

masa yang akan dating.

Pemahaman konsep dan ide matematika diperlukan untuk menyelesaikan

masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, dan hal ini merupakan kebutuhan

masa kini. Sedangkan pembelajaran matematika yang dapat memberikan kemampuan

penalaran secara logis, sistematis, kritis, dan cermat, menambahkan rasa percaya diri

dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika merupakan kebutuhan

matematika pada masa yang akan datang.

Dalam buku Departemen Pendidikan Nasional ( Asep, 2012, 1 ) dituliskan

bahwa materi matematika dan pemahaman konsep serta penalaran matematika

mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dan tidak dapat dipisahkan. Materi

matematika dapat dipahami melalui penalaran, penalaran dipahami dan dilatih melalui

belajar matematika, untuk itulah maka mata pelajaran matematika wajib diajarkan

sejak pendidikan dasar sampai dengan tingkat menengah atas. Ini dimaksudkan agar

dapat membekali peserta didik menghadapi masalah kehidupannya sehari-hari secara

benar dan sistematis.

Dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar matematika Sekolah Menengah

Pertama ( SMP ) / Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) kurikulum 2013 dijelaskan bahwa

salah satu kompetensi yang harus dimiliki peserta didik :

Page 3: Tugas proposal penelitian

3

1. Memahami pengetahuan ( factual, konseptual, dan procedural ) berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena

dan kejadian tampak mata.

2. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan, mengurai,

merangkai memodifikasi, dan membuat ) dan ranah abstrak ( menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang ) sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan anak masih kurang/rendah yang

terlihat dari masih diperlukannya peningkatan kemampuan peserta didik dalam

matematika. Masalah matematika merupakan yang sulit tersebut menyebabkan

pemahaman matematik peserta didik relative kurang. Terbukti dari penelitian yang

dilakukan oleh Priatna ( Supranti, 2013 : 3 ) menunjukkan bahwa kemampuan

penalaran dan pemahaman matematis siswa SMP Negeri di Bandung masih belum

memuaskan masing-masing 49% dan 50% dari skor ideal.

NCTM ( dalam Van De Walle, 14 ) menjelaskan bahwa yang paling mendasar

dalam matematika dapat dipahami atau masuk akal :

1. Setiap hari siswa harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika masuk akal.

2. Para siswa harus percaya bahwa mereka mampu memahami matematika.

3. Para guru harus menghentikan cara mengajar dengan memberitahukan segalanya

kepada siswa dan harus mulai memberi kesempatan kepada siswa untuk

memahami matematika yang sedang mereka pelajari.

4. Akhirnya, para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa.

Setiap ide yang disampaikan di dalam ruangan kelas dapat dipahami dan harus

dipahami secara lengkap oleh setiap siswa, tidak ada pengecualian. Jangan sampai ada

siswa yang tidak memahami setiap bagian dari matematika. Semua anak mampu

belajar bidang matematika yang kita inginkan, dan mereka dapat mempelajarinya

sampai benar-benar paham.

Pemahaman dan Penalaran Matematika, menurut Baroody ( Asep , 2012, 4 ) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan

pemahaman dan keterampilan bernalarnya dalam melakukan pendugaan – pendugaan

berdasarkan pengalamannya sendiri, maka siswa akan lebih mudah memahami

konsep.

Selanjutnya, Tim MKPBM ( dalam Rizky, 2012, 4 ) “ Pada dasarnya

pembelajaran matematika diharapkan diakhiri dengan sebuah pemahaman siswa yang

komprehensif dan holistic tentang materi yang disajikan”. Dalam pembelajaran

matematika pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman terhadap suatu konsep

matematika dimana siswa harus mengetahui terhadap konsep tersebut setelah proses

pembelajaran berlangsung.

Peran guru adalah memberi semangat kepada siswa untuk melakukan

penyelidikan, memberi kepercayaan dan memberi harapan. Dalam situasi seperti ini

siswa diajak untuk mengerjakan matematika. Soal-soal diberikan kepada siswa dan

Page 4: Tugas proposal penelitian

4

siswa bekerja menyelesaikan soal. Tujuannya adalah siswa secara aktif memahami

soal, menguji ide-idenya, membuat dugaan, memberi alasan dan menjelaskan hasil

kerjanya. Para siswa bekerja secara berkelompok, berpasangan atau secara individu,

tetapi mereka selalu berbagi ide dan berdiskusi. Para siswa mempertahankan hasil

kerjanya dan menguji kebenaran hasil kerjanya dengan menggunakan alasan-

alasannya.

Schifter dan Fosnot ( dalam Van De Walle : 23 ) mengemukakan: “Jika

pembuatan jaringan konseptual yang memuat setiap peta realitas individu, termasuk

pemahaman matematikanya, merupakan hasil dari kegiatan yang konstruktif dan

interpreatif, maka bagaimanapun jelas dan sabarnya para guru menjelaskan kepada

siswanya, mereka tidak akan dapat memahami siswanya.”

Back house dkk ( Van De Walle ,2008 : 26 ) mengemukakan “pemahaman dapat

didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide

yang telah ada, tingkat Pemahaman bervariasi. Pemahaman tergantung pada ide yang

sesuai yang telah dimiliki dan tergantung pada pembuatan hubungan baru antara ide”

Van de walle ( 2008, 26 ) mengemukakan:

Salah satu cara untuk memikirkan tentang pemahaman individu adalah bahwa

pemahaman itu berada di atas garis kontinyu ( merupakan rangkaian kesatuan ).

Puncak pemahaman berisi hubungan yang sangat banyak. Ide yang dipahami

dihubungkan dengan banyak ide yang lain oleh jaringan konsep dan prosedur

yang bermakna. Hiebert dan Carpenter ( Van De walle , 2008 : 26 ) menamakan

jaringan ide yang saling terhubung. Dua titik ujung dari garis pemahaman yang

kontinyu diberi nama oleh Richard Skemp ( Van de Walle , 2008 : 26 ) dengan

pemahaman relasional ( relational understanding ), yang merupakan jaringan ide

yang kaya, pemahaman instrumental ( instrumental understanding ), yakni ide-ide

yang terpisah dari mak na.

Prinsip pembelajaran membuatnya sangat jelas bahwa belajar dengan pemahaman

adalah penting dan mungkin dilakukan. Yakni, setiap anak dapat dan harus belajar

matematika dengan pemahaman. Tidak mungkin untuk memperkirakan macam-

macam persoalan yang akan dihadapi anak dimasa yang akan datang. Prinsip

pembelajaran menyatakan bahwa pemahaman adalah satu-satunya cara untuk

menjamin bahwa anak-anak akan dapat mengatasi persoalan yang akan dihadapi.

Sehubungan dengan pandangan diatas, salah satu system pembelajaran yang

cocok untuk saat ini yaitu dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif

Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw berpusat pada siswa yang

dikelompokkan, tujuannya agar siswa bisa berdiskusi bersama kelompoknya untuk

memecahkan suatu permasalahan, sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan

motivator.

Van De Walle ( 2008 : 27 ) mengemukakan :

Page 5: Tugas proposal penelitian

5

Untuk mengajar pemahaman relasional memerlukan banyak usaha. Konsep dan

hubungan berkembang sepanjang waktu, bukan hanya dalam satu hari. Tugas-

tugas harus dipilih. Bahan-bahan pelajaran harus dibuat untuk terjadinya kerja

kelompok dan interaksi semua siswa. Keuntungan – keuntungan penting yang

diperoleh dari pemahaman relasional membuat usaha yang dilakukan tidak hanya

bermanfaat tapi juga penting. Berikut ini adalah keuntungan-keuntungan tersebut :

1. Memberi penghargaan

2. Meningkatkan ingatan

3. Sedikit mengingat

4. Membantu mempelajari konsep dan cara baru

5. Meningkatkan kemampuan pemecahan soal

6. Membangun sendiri pemahaman

7. Memperbaiki sikap dan rasa percaya diri

Supaya permasalahan ini tidak meluas, penelitian ini dibatasi pada materi bangun

datar dengan kompetensi dasar 4.3 Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (

selisih ) dan komplemen, 4.4 Menyajikan himpunan dengan dengan diagram Venn

dan 4.5 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Penelitian ini

dilaksanakan di kelas VII SMP Pasundan Banjar semester genap 2013/2014.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Pemahaman Matematik Peserta Didik ( Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII

SMP Pasundan Kota Banjar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh positif penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw terhadap pemahaman matematik peserta didik?

2. Bagaimana sikap peserta didik terhadap penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw ?

C. Definisi Operasional

Definisi operasional yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen empat sampai

lima orang menurut Arend ( dalam Akhmad Sayuti , 2007 : 6 ). Materi

pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk LKPD. Setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu,

dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim yang lain.Tipe

Page 6: Tugas proposal penelitian

6

Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang biasa dikenal dengan

adanya kelompok asal dan kelompok ahli.

Robert Slavin ( dalam Chan Kam Wing, 2004 : 93 ) mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai

berikut :

a. Reading

b. Expert group discussion

c. Home group reporting

d. Testing

e. Group recognition

2. Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung ( direct instruction )adalah model pembelajaran yang

erat hubungannya dengan ceramah dan resitasi, walaupun tidak sama.

Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya

keterlibatan peserta didik. Secara garis besar, langkah-langkah model

pembelajaran langsung sebagai berikut :

a. Fase Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Peran guru yaitu

menjelaskan tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan

siswa.

b. Fase Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. Peran guru yaitu

Mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

c. Fase membimbing pelatihan. Peran guru yaitu guru memberikan latihan

terbimbing.

d. Fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Peran guru yaitu

mengecek kemampuan siswa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas

dengan baik dan memberikan umpan balik.

e. Fase memberikan latihan dan penerapan konsep. Peran guru yaitu

mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang telah

dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

3. Pemahaman Matematik Peserta Didik

Pemahaman matematik adalah tingkat pengetahuan peserta didik tentang konsep-

konsep algoritma dan kemahiran peserta didik menggunakan konsep-konsep

algoritma dan kemahiran peserta didik menggunakan strategi penyelesaian

terhadap soal atau masalah yang disajikan. Secara umum pemahaman matematik

diperoleh meliputi mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur,

prinsip dan idea matematik.

Pemahaman matematik yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemahaman

menurut pollatsek terdiri dari pemahaman komputasional dan pemahaman

fungsional. Pemahaman komputasional yaitu menerapkan rumus dalam

perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik.

Pemahaman fungsional yaitu mengaitkan suatu konsep dengan konsep atau

prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya.

Page 7: Tugas proposal penelitian

7

4. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman

Matematik Peserta Didik

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dikatakan berpengaruh

positif terhadap pemahaman matematik jika pemahaman matematik peserta didik

melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik daripada Model

Pembelajaran Langsung.

5. Sikap Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Sikap peserta didik terhadap Model Pembelajaran Koopeartif Tipe Jigsaw adalah

kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka yang bersifat positif (

favorable ) atau negative ( unfavorable ) terhadap proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Komponen sikap yang akan diteliti yaitu : afektif, kognitif dan

konatif. Indikator kognitif adalah representasi apa yang dipercayai oleh peserta

didik pemilik sikap pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw , indikator

afektif adalah perasaan yang menyangkut aspek emosional peserta didik terhadap

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan indikator konatif adalah aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh peserta

didik saat pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui

1. Pengaruh positif penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap

pemahaman matematik peserta didik.

2. Sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan memberikan suatu proses

pembelajaran yang bermakna karena dengan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

2. Peserta didik mendapatkan pengalaman baru dalam mempelajari matematika serta

dapat memberikan motivasi belajar matematika.

3. Bagi guru, dapat memberikan suatu alternative pembelajaran matematik dalam

upaya memberikan inovasi dalam pembelajaran matematik di masa yang akan

datang, dan memberikan informasi bagi guru mengenai pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4. Bagi peneliti, pengalaman dan temuan-temuan yang inovatif dalam penelitian ini

diharapkan mampu digunakan untuk penelitian berikutnya demi peningkatan

kualitas pendidikan.

Page 8: Tugas proposal penelitian

8

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut,

1. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

matematika lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari kemampuan pemahaman matematik siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Page 9: Tugas proposal penelitian

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar

Agus ( 2011 : 2 ) mengemukakan beberapa definisi belajar menurut pakar

pendidikan sebagai berikut :

1. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku

3. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

4. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction. ( Dengan kata lain, bahwa belajar adalah

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu).

5. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. ( Belajar adalah

perubahan performance sebagai hasil dari latihan

6. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of

past experience. ( Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman).

b. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Agus ( 2011 : 4 ) yaitu :

Pertama, Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri :

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya

Page 10: Tugas proposal penelitian

10

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

6. Permanen atau tetap, sebagai dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any

relatively permanent change in a organism’s behavioral repertoire that

occurs as a result of experience

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan

dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,

konstruktif, dan organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William

Burton ( dalam Agus, 2011 : 5 ) mengemukakan bahwa A good learning

situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified

around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied

and propocative environtment.

c. Hasil belajar

Agus ( 2011 : 5 ) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne ( Agus, 2011 : 5 ) , hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis – sintesis fakta – konsep dan

Page 11: Tugas proposal penelitian

11

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom ( Agus, 2011 : 6 ) , hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (

pengetahuan, ingatan ), comprehension ( pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh ), application ( menerapkan ), analysis ( menguraikan,

menentukan hubungan ), synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru ), dan evaluation ( menilai ). Domain afektif

adalah receiving ( sikap menerima ), responding ( memberikan respons ),

valuing ( nilai ), organization ( organisasi ), characterization ( karakterisasi ).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized.

Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social,

manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren ( Agus, 2011 : 7 )

hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

d. Pengertian Matematika

Menurut Tim MKPBM ( 2001 : 17 ), istilah mathematics ( Inggris ),

mathematic ( Jerman ), mathematique ( Perancis ), matematico ( Itali ),

matematiceski ( Rusia ), atau mathematic / wiskunde ( Belanda ) berasal dari

perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

mathematike, yang berarti “ relating learning”. Perkataan itu mempunyai akar

kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu ( knowledge, science ).

Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya

yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar ( berpikir ).

Page 12: Tugas proposal penelitian

12

Jadi berdasarkan etimologis, Elea Tinggih ( Tim MKPBM, 2001 : 18 )

mengemukakan perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang

diperoleh dengan bernalar”. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain

diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih

menekankan aktivitas dalam dunia rasio ( penalaran ), sedangkan dalam ilmu

lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran.

Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran, menurut Ruseffendi ( Tim MKPBM, 2001 :

18 ). Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam

dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia

kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, di olah secara analisis

dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah

pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.

Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat

dipahami orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat, maka

digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati bersama secara

global ( universal ) yang dikenal dengan bahasa matematika.

Pengertian matematika menurut beberapa ahli ( dalam Tim MKPBM,

2001 : 18 ), yaitu :

1. James dan James ( 1976 ) dalam kamus matematikanya mengatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah

sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Sebagai

contoh, adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul

karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan

penalaran yang terbagi ,menjadi empat wawasan yang luas, yaitu

aritmetika, aljabar, geometri dan analisis dengan aritmetika mencakup

teori bilangan dan statistika. Namun ada pula kelompok lain yang

berpandangan bahwa ilmu computer dan statistika bukan bagian dari

matematika. Kelompok matematikawan ini berpendapat bahwa

matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri.

Ilmu adalah untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan

Page 13: Tugas proposal penelitian

13

untuk kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika,

bukan urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu

tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak,

ketat dan sebagainya.

2. Johnson dan Rising ( 1972 ) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan

symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada

bunyi.

3. Reys, dkk ( 1984 ) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah

telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu

seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

4. Kline ( 1973 ) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu

bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya

sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia

dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam.

B. Pemahaman matematika

Schifter dan Fosnot ( dalam Van De Walle, 2008 : 23 ) mengemukakan “ Jika

pembuatan jaringan konseptual yang memuat setiap peta realitas individu,

termasuk pemahaman matematikanya, merupakan hasil dari kegiatan yang

konstruktif dan interpretative, maka bagaimanapun jelas dan sabarnya para guru

menjelaskan kepada siswanya, mereka tidak akan dapat memahami siswanya”.

Para pendidik matematika sepakat bahwa para siswa harus memahami

matematika, menurut Hilbert & Carpenter ( Dalam Van De Walle, 2008 : 23 ).

Teori yang paling luas diterima, yang dikenal dengan teori konstruktivisme,

menyarankan bahwa anak-anak harus aktif dalam mengembangkan

pemahamannya. Teori konstruktivisme member kita wawasan tentang bagaimana

anak-anak belajar matematika dan membimbing kita untuk menggunakan strategi

pengajaran yang dimulai dengan memperhatikan kondisi anak-anak dan bukannya

memperhatikan kita sendiri.

Van De Walle ( 2008 : 23 ) menjelaskan :

Page 14: Tugas proposal penelitian

14

Teori konstruktivisme berakar kuat dari psikologi kognitif dan teori-teori dari

Piaget yang berkembang sekitar tahun 1960. Konstruktivisme menolak bahwa

anak-anak adalah lembaran putih yang kosong. Anak-anak tidak menyerap

ide-ide yang diberikan gurunya, tetapi mereka adalah creator pengetahuannya.

Prinsip dasar dari konstruktivisme adalah : Anak-anak mengkonstruksi sendiri

pengetahuan mereka. Faktanya, bukan hanya anak, tetapi semua orang, sepanjang

waktu mengkonstruksi atau member arti terhadap sesuatu yang mereka rasakan

atau pikirkan. Saat kita membaca kata-kata ini, kita sedang member arti

terhadapnya. Kita sedang mengkonstruksi suatu ide.

Untuk mengkonstruksi atau membangun sesuatu dalam dunia nyata diperlukan

alat-alat, bahan, dan usaha. Begitu pula dengan bagaimana kita

mengkonstruksikan suatu ide. Alat-alat yang diperlukan untuk membangun

pemahaman adalah ide-ide yang telah ada, yakni pengetahuan yang telah kita

miliki. Material yang kita gunakan adalah apa yang kita lihat, dengar, atau sentuh

di sekitar kita. Kadang-kadang sebagian material adalah pemikiran atau ide kita

sendiri. Usaha yang harus dilakukan adalah berfikir secara aktif dan reflektif. Jika

otak tidak aktif berfikir maka tidak ada sesuatu yang terjadi.

Diagram pada gambar 2.1 adalah metafora untuk pengkonstruksian ide.

Pikirkan gambar sebagai bagian kecil dari kognitif kita. Titik-titik biru

menyatakan ide-ide yang telah ada. Garis-garis penghubung ide-ide mewakili

hubungan logis kita yang berkembang di antara ide-ide tersebut. Titik merah

adalah ide yang muncul, yakni ide yang kita konstruksi. Apa saja ide-ide ( titik-

titik ) yang digunakan dalam pengkonstruksian perlu dikaitkan dengan ide-ide

baru karena ide-ide baru tersebutlah yang memberi arti terhadap ide-ide yang ada.

Jika sebuah ide penting yang relevan yang akan memperbaiki arti ide baru tidak

ada di dalam pikiran anak atau tidak dilibatkan, maka hubungan penting terhadap

ide baru tidak akan muncul. Jelas bahwa dari masing-masing anak banyaknya

hubungan antara ide baru dan ide-ide yang telah ada akan bervariasi. Anak yang

satu dengan lainnya akan menggunakan ide yang berbeda untuk member arti

terhadap ide baru yang sama. Yang penting adalah bahwa pengkonstruksian

sebuah ide hamper pasti akan berbeda bagi setiap anak, meskipun dalam suasana

atau kelas yang sama.

Baroody dkk ( Van De Walle, 2008 : 23 ) “mengkonstruksi pengetahuan

adalah suatu usaha yang sangat aktif oleh pelajar. Untuk mengkonstruksi atau

Page 15: Tugas proposal penelitian

15

memahami ide baru diperlukan pemikiran yang aktif tentang ide tersebut.

“Bagaimana ide ini sesuai dengan yang sudah kita tahu?”

“Bagaimana saya dapat memahami ide ini dengan pemahaman terakhir saya

tentang ide tersebut ?” Ide-ide matematika tidak dapat ditungkan kepada pelajar

yang pasif. Anak harus berfikir aktif untuk dapat belajar. Didalam kelas anak-

anak, harus didorong untuk bergulat dengan ide baru, maupun ide temannya.

Mengkonstruksi pengetahuan memerlukan pemikiran reflektif, yakni secara aktif

memikirkan suatu ide. Berfikir reflektif berarti mengubah melalui ide-ide yang

ada untuk mencari ide-ide yang kiranya paling berguna untuk member arti

terhadap ide baru.

Jaringan yang terintegrasi, atau skema kognitif, merupakan hasil dari

mengkonstruksi pengetahuan dan merupakan alat yang dengannya pengetahuan

baru dapat dikonstruksi. Jika proses belajar terjadi maka jaringan tersusun,

bertambah atau termodifikasi. Jika terjadi pemikiran yang aktif dan reflektif maka

Kita menggunakan ide-ide yang kita miliki ( titik biru ) untuk

mengkonstruksi ide baru ( titik merah ), yakni mengembangkan hubungan

anta ride. Semakin banyak ide yang digunakan dan semakin banyak

hubungan yang dibuat berarti semakin baik kita memahami.

Gambar 2.1

Page 16: Tugas proposal penelitian

16

skema secara kontinyu termodifikasi atau berubah sehingga ide menjadi lebih

sesuai dengan yang diketahui.

Prinsip-prinsip umum teori konstruktivisme kebanyakan didasarkan pada

proses asimilasi dan akomodasi dari Piaget. Asimilasi merujuk pada penggunaan

skema yang ada untuk member arti terhadap pengalaman. Akomodasi adalah

proses mengubah cara yang ada dalam memandang sesuatu atau ide yang

berlawanan atau tidak sesuai dengan skema yang ada. Melalui berfikir reflektif

orang dapat memodifikasi skema yang ada untuk mengakomodasi ide-ide ini,

menurut Fosnot ( dalam Van De Walle, 2008 : 24 )

Menurut Back house dkk. ( dalam Van De walle, 2008 : 26 ) “ Pemahaman

dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide

dengan ide yang telah ada. Tingkat pemahaman bervariasi. Pemahaman

tergantung pad aide yang sesuai yang telah dimiliki dan tergantung pada

pembuatan hubungan baru antara ide”.

Selanjutnya Van De Walle ( 2008 : 26 ) mengemukakan salah satu cara untuk

memikirkan tentang pemahaman individu adalah bahwa pemahaman itu berada di

atas garis kontinyu ( merupakan rangkaian kesatuan ). Puncak pemahaman berisi

hubungan yang sangat banyak. Ide yang di pahami dihubungkan dengan banyak

ide yang lain oleh jaringan konsep dan prosedur yang bermakna. Hiebert dan

carpenter ( dalam Van De Walle, 2008 : 26 ) menamakan jaringan ide yang saling

terhubung. Dua titik ujung dari garis pemahaman yang kontinyu diberi nama oleh

Richard Skemp ( dalam Van De Walle, 2008 : 26 ) dengan pemahaman relasional

( relational understanding ), yang merupakan jaringan ide yang kaya, dan

pemahaman instrumental ( instrumental understanding ), yakni ide-ide yang

terpisah tanpa makna. Perhatikan gambar berikut, bahwa pengetahuan yang

dipelajari dengan hafalan terpisah di ujung garis pemahaman dan merupakan

pemahaman instrumental yang dipelajari tanpa makna.

Page 17: Tugas proposal penelitian

17

Keuntungan pemahaman relasional ( Van De Walle, 2008 : 27 ), yaitu :

1. Memberi penghargaan

Hamper semua orang, dan juga anak, menyukai belajar. Hal ini benar jika

informasi yang diberikan berkaitan dengan ide-ide yang telah mereka

miliki. Pengetahuan baru masuk akal, sesuai dan terasa baik. Anak-anak

yang belajar dengan menghafal harus dimotivasi dengan bantuan dari luar:

untuk menghadapi tes, untuk menyenangkan orang tua, untuk menghindari

kegagalan, atau untuk menerima penghargaan. Belajar menghafal tidak

disukai.

2. Meningkatkan Ingatan

Mengingat adalah proses mendapatkan kembali informasi. Apabila

matematika dipelajari secara relasional, maka sedikit kemungkinan

informasi yang diperoleh akan berkurang atau menjadi hilang; informasi

yang berkaitan akan tersimpan lebih lama daripada informasi yang tidak

berkaitan. Mendapatkan kembali informasi juga lebih mudah. Informasi

yang berkaitan member jaringan yang utuh tentang ide-ide sehingga

mudah mendapatkannya kembali. Jika apa yang kita perlukan lupa,

gambaran ide-ide yang berkaitan biasanya akan membantu kita

Pemahaman

Relasional Pemahaman

instrumental

Rangkaian

kesatuan dari

pemahaman

Pemahaman adalah ukuran kualitas dan kuantitas hubungan ide baru dengan ide-ide

yang ada. Semakin banyak jumlah hubungan dalam jaringan ide berarti semakin

baik pemahamannya.

Gambar 2.2

Page 18: Tugas proposal penelitian

18

menemukan kembali apa yang kita inginkan. Menemukan kembali

informasi yang tidak berkitan ibarat mencari jarum di atas rumput kering.

3. Sedikit mengingat

Pendekatan tradisional cenderung membagi-bagi matematika ke dalam

keterampilan-keterampilan yang terpisah, konsep, aturan, dan symbol-

simbol yang sering menyulitkan guru dan siswa. Para ahli konstruktivisme

membahas tentang mengajarkan “ide-ide besar” menurut Brooks &

Brooks, Hiebert, dan Schifter & Fosnot ( dalam Van De Walle, 2008 : 28 ).

Ide-ide besar sebenarnya hanyalah jaringan yang besar dari konsep-konsep

yang berhubungan. Seingkali jaringan tersebut dibuat sedemikian baik

sehingga semua bagian informasi disimpan dan ditemukan kembali

sebagai satu kesatuan dan bukannya sebagai potongan-potongan yang

terpisah. Sebagai contoh, penegtahuan tentang nilai tempat memuat aturan

tentang menyamakan tempat decimal, mengurutkan bilangan decimal,

memindahkan tanda koma ke kanan atau ke kiri dalam pengubahan dari

decimal ke persen atau sebaliknya, membulatkan dan menaksir, ide-ide

lainnya.

4. Membantu Mempelajari Konsep dan Cara baru

Sebuah ide yang secara lengkap dipahami di dalam matematika lebih

mudah diperluas untuk memahami ide baru. Konsep bilangan dan

hubungan membantu dalam menguasai fakta-fakta dasar, pengetahuan

tentang pecahan dan nilai tempat secara bersama-sama membuat lebih

mudah mempelajari decimal, dan konsep decimal secara langsung

meningkatkan pemahaman konsep persen dan aturannya. Tanpa ini semua

dan hubungan-hubungan yang lain anak-anak perlu belajar setiap potong

informasi baru yang mereka jumpai sebagai ide yang terpisah dan tidak

terkait.

5. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Soal

Penyelesaian soal baru memerlukan transfer ide-ide yang dipelajari dalam

konteks ke situasi yang baru. Bila konsep-konsep disimpan ke dalam

jaringan yang kaya, kemampuan pentransferan ditingkatkan secara

signifikan dan juga pemecahan soal menurut Schoenfeld ( dalam Van De

Walle, 2008 : 28 ). Data NAEP dari tahun 1990 sampai 2003

mengindikasikan adanya pertumbuhan yang signifikan tentang banyaknya

Page 19: Tugas proposal penelitian

19

siswa yang berada pada atau di atas batas tingkat kecakapan dalam

matematika di Amerika Serikat, khususnya antara tahun 2000 dan 20003

menurut Klootsterman & Loster dan NCTM ( dalam Van De Walle, 2008 :

28 ). Peningkatan ini mungkin mencerminkan penekanan yang terus

meningkat terhadap pemahaman sebagaimana terlihat di sekolah-sekolah

pada periode tersebut.

6. Membangun Sendiri Pemahaman

Hiebert & Carpenter ( dalam Van De Walle, 2008 : 28 ) mengemukakan “

Penemuan-penemuan pada pemahaman dapat menghasilkan pemahaman

baru, sebagaimana bola salju. Semakin besar jaringan dan menjadi lebih

terstruktur, semakin besar kemungkinan untuk penemuan”. Skemp ( Van

De Walle, 2008 : 28 ) mencatat bahwa jika memperoleh pengetahuan

merupakan hal yang menyenangkan, maka orang-orang yang telah

mempunyai pengetahuan memperoleh pengetahuan kemungkinan besar

akan menemukan sendiri ide-ide baru, khususnya ketika menghadapi

situasi pemecahan soal.

7. Memperbaiki Sikap dan Rasa Percaya Diri

Pemahaman relasional mempunyai pengaruh afektif dan kognitif. Bila ide-

ide dipahami dengan baik dan dimengerti, pelajar juga telah

mengembangkan konsep diri yang positif, yakni kecakapannya untuk

belajar dan memahami matematika. Ada perasaan “ Saya dapat

mengerjakan! Saya paham!” Tidak ada alasan untuk takut atau kagum

terhadap pengetahuan yang dipelajari. Di sisi lain dari rangkaian kesatuan

pemahaman, pemahaman instrumental mempunyai potensi untuk

menghasilkan keingintahuan terhadap matematika.

Menurut Standar NCTM ( dalam Van De Walle , 2008 : 29 ), “Prinsip

pembelajaran membuatnya sangat jelas bahwa belajar dengan pemahaman adalah

penting dan mungkin dilakukan. Yakni, setiap anak dapat dan harus belajar

matematika dengan pemahaman. Tidak mungkin untuk memperkirakan macam-

macam persoalan yang akan dihadapi anak dimasa yang akan dating. Prinsip

pembelajaran menyatakan bahwa pemahaman adalah satu-satunya cara untuk

menjamin bahwa anak-anak akan dapat mengatasi persoalan yang akan dihadapi”.

Page 20: Tugas proposal penelitian

20

C. Konsep dan prosedur

Hiebert & Lindquist ( dalam Van De Walle, 2008 : 29 ) mengemukakan “Selama

suatu selang waktu pendidik matematika membedakan dua macam pengetahuan

matematika, yakni : pengetahuan konsep dan pengetahuan prosedur”.

1. Pengetahuan Konsep

Menurut Hiebert & Lefevre ( dalam Van De Walle, 2008 : 29 ), “Pengetahuan

konsep adalah pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide.

Dalam metafora dengan titik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1,

pengetahuan konsep adalah sebuah kumpulan titik yang menyatu dan

hubungan-hubungan diantaranya. Pengetahuan konsep lebih dari sekedar ide

tunggal. Sebagaimana Hiebert dan Carpenter ( dalam Van De Walle, 2008 : 29

) secara ringkas menyatakan, pengetahuan konsep adalah pengetahuan yang

dipahami”.

2. Pengetahuan Prosedur

Pengetahuan prosedur tentang matematika adalah pengetahuan tentang aturan

atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika.

3. Interaksi Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan Prosedural

Hiebert ( dalam Van De Walle, 2008 : 29 ) mengemukakan :

Pengetahuan prosedur tentang matematika mempunyai peran yang

sangat penting baik dalam belajar maupun mengerjakan matematika. Prosedur

yang berupa algoritma membantu kita mengerjakan tugas rutin dengan mudah,

dan dengan demikian memberi kebebasan kepada otak kita untuk

berkonsentrasi pada tugas-tugas yang lebih penting. Penggunaan symbol

merupakan cara yang berguna untuk menyampaikan ide-ide matematika

kepada orang lain. Tetapi keterampilan dalam penggunaan prosedur tidak akan

membantu mengembangkan pengetahuan konsep yang terkait dengan prosedur

tersebut.

Pada umumnya disepakati bahwa aturan yang bersifat procedural seharusnya

jangan diajarkan tanpa disertai konsep, meskipun pada kenyataannya sangat

sering dilakukan. Prosedur-prosedur tanpa dasar konsep ini hanyalah

merupakan aturan tanpa alasan yang akan membawa kepada kesalahan dan

ketidaksukaan terhadap matematika. Semua prosedur matematika dapat dan

harus dikaitkan dengan ide-ide konseptual yang menjelaskan mengapa

prosedur tersebut berlaku.

Page 21: Tugas proposal penelitian

21

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran

Mills ( dalam Agus, 2011 : 45 ) berpendapat bahwa model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends

( dalam Agus, 2011 : 46 ), model pembelajaran mengacu pada pendekatan

yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Merujuk pemikiran Joyce ( dalam Agus, 2011 : 46 ), fungsi model

adalah “each model guides us as we design instruction to help students

achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat

membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara

berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

b. Model pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Mohammad Jauhar ( 2011 : 52 )

adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Page 22: Tugas proposal penelitian

22

Diagram pembelajaran kooperatif menurut Borich ( dalam Katranci,

2012 : 2 ) adalah sebagai berikut :

Unsure-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, menurut Lungdren

( dalam Mohammad Jauhar, 2011 : 53 ) adalah sebagai berikut :

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama. “

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta

didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri

sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan

yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para

anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

Pembelajaran

Kooperatif

Pembentukan Nilai dan

Sikap

Menyediakan Model

Untuk berperilaku sosial

Meningkatkan titik

alternative Pandangan

Membantu untuk

mengembangkan

kepribadian yang

harmonis dan stabil

Mengembangkan perilaku

seperti beripikir kritis,

pemecahan masalah dan

penalaran

Hasil

Meningkatkan

Keterampilan

Pembelajaran Kooperatif

Lebih tinggi

kehormatan diri

Peningkatan

Keberhasilan

Gambar 2.3.

Page 23: Tugas proposal penelitian

23

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Bagan Sintaks / Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Peran Guru

1. Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Menyajikan Informasi Menyajikan infromasi kepada siswa

dengan jalan cara demonstrasi atau lewat

bahan bacaan

3. Mengorganisasi siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara

membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien

4. Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Membimbing kelompok dalam belajar,

yaitu pada saat mereka mengerjakan tugas

5. Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari kelompok atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Memberikan Penghargaan Memberi penghargaan kepada individu

ataupun kelompok yang mendapatkan hasil

yang baik. Misalnya dengan memberi

hadiah.

Tabel 2.1

Page 24: Tugas proposal penelitian

24

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( dalam Mohammad

Jauhar, 2011 : 54 ), yaitu :

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan social,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang

model ini telah menunjukkan bahwa model struktur pengahargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping

mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran

kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah

maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif member

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan koopertif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan social, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak

anak muda masih kurang memiliki keterampilan social.

Elemen – elemen pembelajaran kooperatif menurut Johnson dan Smith dan

Anita Lie ( dalam Mohammad Jauhar, 2011 : 55 ), yaitu :

1. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

Page 25: Tugas proposal penelitian

25

harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai

tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah

anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat

anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan.

Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.

Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh

bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa

bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa

berhasil.

Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa

mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk

dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap

anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya,

nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, dia akan

menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian,

setiap siswa akan mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan

nilai kelompok. Selain itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan

merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga

memberikan sumbangan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsure ini merupakan akibat langsung dari unsure yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan

yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah

persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat

persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing

anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar

tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik

Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi

menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca

satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan

tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam

Page 26: Tugas proposal penelitian

26

satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak

menghambat yang lainnya.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil

pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari

satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar

daripada jumlah hasil masing-masing anggota.

Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota

kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan social-

ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan

menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota

kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi

merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota

kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima

satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4. Komunikasi antar anggota

Unsure ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam

kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak

setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

mengutarakan pendapat mereka.

Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai

cara-cara berlomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya

menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan

orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitive dan kurang

bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya

mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam

ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan “Pendapat Anda

Page 27: Tugas proposal penelitian

27

itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan Anda,” akan lebih

bijaksana daripada, “pendapat Anda itu aneh dan tidak masuk akal.”

Contoh lain, tanggapan “Hm…menarik sekali kamu bisa member

jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda….” Akan lebih menghargai

oaring lain daripada vonis seperti, “Jawabanmu itu salah. Harusnya

begini.” Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga

merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung

menjadi komuniktor yang handal dalam sekejap. Namun, proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental

emosional para siswa.

5. Evaluasi

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini

tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan

selang beberapa waktu setelah beberapa kali pemebelajar terlibat dalam

kegiatan pemebelajaran kooperatif.

c. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Menurut Slavin ( dalam Chan Kam-wing , 2004 : 94 ) Elemen Jigsaw II,

teridiri dari : Pengelompokkan kemampuan yang beragam, pertanggung

jawaban individu, hadiah kelompok, dan kesempatan yang sama untuk sukses.

Langkah-langkah Jigsaw II menurut Slavin yang merupakan adaptasi dari

teknik Jigsaw Elliot Aronson, adalah (1) membaca, (2) diskusi kelompok ahli,

(3) pelaporan kelompok rumah, (4) pengujian, dan (5) pengakuan kelompok.

1. Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang hitungan ( 4

sampai 5 siswa ), setiap kelompok diberi materi/soal-soal tertentu untuk

dipelajari/dikerjakan.

2. Ketua kelompok membagi materi/tugas guru agar menjadi topic-topik

kecil ( sub-sub soal ) untuk dipelajari/dikerjakan oleh masing-masing

anggota kelompok ( misalnya, setiap siswa dalam satu kelompok mendapat

1 soal yang berbeda ).

Page 28: Tugas proposal penelitian

28

3. Anggota kelompok yang mempelajari sub-sub bab atau soal yang sama

bertema untuk mendiskusikan sub bab ( atau soal ) tersebut sampai

mengerti benar isi dari sub bab tersebut atau cara menyelesaikan tersebut.

4. Kemudian siswa itu kembali ke kelompok asalnya bergantian mengajar

temannya dalam satu kelompoknya. ( Suyitno Amin, 2006. Petunjuk

Praktik Penelitian Tindakan Kelas )

Kelompok Asal

Gambar 2.4

Kelompok Ahli

Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Tahap Pembagian Tugas :

a. Tiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda

b. Tiap siswa dalam kelompok bagian materi yang ditugaskan

c. Pembagian tugas berdasarkan kelompok sebagaimana yang tampak pada

gambar berikut ini.

+

+ = x

+ =

x

+ =

x

+ =

x

+ +

+ +

= =

= =

x x

x x

Page 29: Tugas proposal penelitian

29

Kelompok A

Kelompok B

Kelompok C

Kelompok D

Kelompok E

Kelompok F

Topik : 1

Sub Topik : 1, 2, 3, 4

Tahap Kegiatan Kelompok

a. Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian

materi/ sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli

) untuk mendiskusikan bagian materi/ sub-bab mereka

b. Kelompok ahli yang anggota-anggotanya terdiri atas A1, B1, C1, D1, E1,

dan F1 akan membahas tentang sub topic ke-1 . sementara itu, kelompok

ahli yang anggota-anggotanya terdiri atas A2, B2, C2, D2, E2, dam F2

membahas sub- topic ke 2 dan seterusnya. Agar lebih jelas, perhatikanlah

bagan di bawah ini.

A1,A2,A3,A4

B1,B2,B3,B4

C1,C2,C3,C4

D1,D2,D3,D4

E1,E2,E3,E4

F1,F2,F3,F4

Kelompok

Asal

Gambar 2.5

Page 30: Tugas proposal penelitian

30

Membahas Sub-topik 1

Membahas Sub-topik 2

Membahas Sub-topik 3

Membahas Sub-topik 4

Diskusi kelompok ahli

Selanjutnya, perhatikanlah gambar di bawah ini !

Gambar 2.7

Setelah selesai diskusi kelompok ahli usai, setiap anggota dari kelompok ahli

tersebut kembali ke kelompok asalnya. Lalu, mereka berperan sebagai tutor

A1,B1,C1,D1,E1,F1

A2,B2,C2,D2,E2,F2

A3,B3,C3,D3,E3,F3

A4,B4,C4,D4,E4,F4

Kelompok

Asal A

Kelompok

Asal B

Kelompok

Asal C

Kelompok

Asal D

Kelompok

Asal E

Kelompok

Asal F

Kelompok

ahli 1

Kelompok

ahli 2

Kelompok

ahli 3

Kelompok

ahli 4

Gambar 2.6

Page 31: Tugas proposal penelitian

31

sebaya yang secara bergantian mengajarkan materi-materi yang telah mereka

kuasai kepada para anggota kelompok asal.

Kegiatan Tutor Sebaya

( Kembali ke kelompok Asal )

Seusai berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal, sebagian

siswa, dengan cara diundi melakukan presentasi/penyajian hasil diskusi

kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi

mengenai materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Tahap pelaksnaan tes individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara kelompok, siswa diberi tes

dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah

dicapainya. Siswa bekerja sendiri dalam tes, tidak diperkenankan bekerja

sama.

Tahap perhitungan skor perkembangan individu

A1, A2, A3, A4

B1, B2, B3, B4

C1, C2, C3, C4

D1, D2, D3, D4

E1, E2, E3, E4

F1, F2, F3, F4

Gambar 2.8

Page 32: Tugas proposal penelitian

32

Tahap ini dilakukan di luar jam pelajaran. Dalam tahap ini diperlukan

adanya skor awal siswa ( skor yang akan dijadikan acuan pada penentuan

kemampuan akademis). Skor awal ini dapat berupa nilai yang diperoleh dari

pemberian tes terlebih dahulu, misalnya berupa tes pemahaman ( materi yang

sudah dipelajari sebelumnya ).

Penilaian kelompok berdasarkan skor perkembangan individu,

sedangkan skor perkembangan tersebut tidak didasarkan pada skor mutlak

siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor

sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada

kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk

kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor awal mereka.

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih pemerolehan

skor awal dengan skor tes individu ( tes akhir/quiz ). Berdasarkan skor awal

setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan

terhadap skor maksimal bagi kelompoknya. Selanjutnya pemberian skor

perkembangan individu tersaji pada Tabel di bawah ini.

Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Individu ( Quiz ) Nilai Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin ( > 10 ) di

bawah skor awal

2. 10 poin hingga 1 poin ( 10 – 1 )

di bawah skor awal

3. Skor awal sampai 10 poin ( = 10

) di atasnya

4. Lebih dari 10 poin ( > 10 ) di atas

skor awal

5

10

20

30

Tabel 2.2

Tahap Pengahargaan Kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan pengahrgaan kepada

kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.

Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes

Page 33: Tugas proposal penelitian

33

individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan

cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut

kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata

tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh, ditetapkan

tiga peringkat penghargaan kelompok, yaitu :

a. Kelompok dengan rata-rata skor 15, diberi pengaharagaan sebagai

kelompok Good team

b. Kelompok dengan rata-rata skor 20, diberi penghargaan sebagai

kelompok Great team

c. Kelompok dengan rata-rata skor 25, diberi penghargaan sebagai

kelompok Super Team.

Jika x menyatakan rata-rata skor kelompok maka x 15.

Dari klasifikasi pengahargaan tersebut, terlihat bahwa Super Team

akan diberikan kepada kelompok yang meraih nilai tertinggi.

Penghargaan tersebut diberikan guru pada pertemuan berikutnya ( di

awal pertemuan ), penghargaan dalam bentuk sertifikat, buku atau alat-

alat tulis lainnya yang disajikan pihak sekolah. Uraian rinci mengenai

perhitungan skor kelompok didasarkan pada nilai tiap skor

perkembangan individu, tersaji pada Tabel di bawah ini.

Perhitungan Skor Kelompok

Nama

Kel

Nama

Siswa/

Peringkat

Skor

Awal

Skor

( Quiz )

Nilai

Perkembangan

Individu

Skor

Kelompok

Pengahargaan

Kelompok

A A-1/1

A-2/16

A-3/17

A-4/32

87

73

65

49

83

75

67

55

10

20

20

20

70/4 = 17,5

Good Team

B B-1/2 83 84 20

Page 34: Tugas proposal penelitian

34

B-2/15

B-3/18

B-4/31

71

63

52

74

66

65

20

20

30

90/4 = 22,4 Great Team

C C-1/3

C-2/17

C-3/19

C-4/33

82

70

62

47

89

81

70

60

20

30

20

30

100/4 = 25

Super Team

Tabel 2.3

Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga

dalam satu satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar

2 – 3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika

kelompok diantara anggota kelompok tersebut dalam kelompok

tersebut. Diakhir tatap muka guru memberikan kesimpulan terhadap

materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat

kesamaan pemahaman pada semua siswa.

E. Model pembelajaran langsung

Menurut Agus (2011 : 46 ), “Pembelajaran langsung atau direct instruction

dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan

whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar di mana guru

terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan

mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.”

Pembelajaran langsung ( direct instruction ) banyak diilhami oleh teori belajar

social yang juga sering disebut belajar melalui observasi. Dasar pembelajaran

langsung ini yaitu adalah teori pemodelan tingkah laku oleh Arends ( Mohammad

Jauhar, 2011 : 45 ). Selain itu juga tokoh John Dolard dan Neal Miller serta Albert

Bandura ( Mohammad Jauhar, 2011 : 45 ) yang mengatakan bahwa sebagian besar

manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku

orang lain.

Mohammad Jauhar ( 2011 : 45 ), mengmukakan :

Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung yakni siswa belajar

dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku

gurunya. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam

Page 35: Tugas proposal penelitian

35

model pembelajaran langsung adalah menghindari menyampaikan

pengetahuan yang terlalu kompleks.

Bagan Sintaks / Fase-fase Pembelajaran Langsung

Fase-fase Perilaku Guru

1. Establishing Set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

informasi latar belakang pelajaran,

mempersiapkan peserta didik untuk

belajar.

2. Demonstrating

Mendemonstrasikan pengetahuan

atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang

benar , menyajikan informasi tahap

demi tahap

3. Guided Practice

Membimbing pelatihan

Merencanakan dan member pelatihan

awal

4. Feed back

Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik

Mengecek apakah peserta didik telah

berhasil melakukan tugas dengan baik,

member umpan balik

5. Extended Practice

Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan

perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Daniel Muijs dan David Reynold ( dalam Agus, 2011 : 51) , kelima fase

pembelajaran langsung dapat dikembangkan sebagai berikut :

1. Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas dan

memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan

dan menarik perhatian peserta didik pada poin-poin yang membutuhkan

perhatian khusus.

2. Instructing. Guru member informasi dan menstrukturisasikannya dengan baik.

Page 36: Tugas proposal penelitian

36

3. Demonstrating. Guru menunjukkan, mendeskripsikan, dan membuat model

dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat.

4. Explaining and illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan akurat

dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode sebelumnya.

5. Questioning and discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh peserta

didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama jawaban peserta

didik dan merespons secara konstruktif untuk mengembangkan belajar peserta

didik. Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup. Guru

memastikan bahwa peserta didik dengan semua kemampuan yang dimilikinya

terlibat dan memberikan kontribusi di dalam diskusi. Guru memberikan waktu

kepada peserta didik untuk memikirkan jawabannya sebelum peserta didik

menjawab.

6. Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan menguatkan dan

mengembangkan apa yang sudah diajarkan melalui berbagai macam kegiatan

di kelas. Guru dapat pula member tugas-tugas yang difokuskan dengan baik

untuk dikerjakan di rumah. Guru meminta peserta didik bersama pasangan

atau kelompoknya melakukan refleksi atau membahas sebuah proses. Guru

member kesempatan kepada peserta didik memperluas ide-ide dan

penalarannya, membandingkannya dan kemudian menyempurnakan metoda

dan cara yang mereka gunakan. Guru meminta peserta didik memikirkan

berbagai macam cara untuk mendekati sebuah masalah. Guru meminta mereka

menggeneralisasikan atau memberi contoh-contoh yang cocok untuk dijadikan

pernyataan umum.

7. Evaluating pupil’s responses. Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja

peserta didik.

8. Summarizing. Guru merangkum apa yang telah diajarkan dan apa yang sudah

dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran. Guru

mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman. Guru mengidentifikasi dan

mengoreksi kesalahpahaman. Guru mengundang peserta didik

mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan menarik poin-poin serta ide-ide

kunci.

Page 37: Tugas proposal penelitian

37

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan oleh

Sayuti, Akhmad ( 2007 ) terhadap siswa kelas VIII SMP 4 Kudus dengan judul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP 4 Kudus Tahun

Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok Teorema Pythagoras Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II hasil belajar siswa kelas VIII B SMP 4 Kudus Tahun Pelajaran

2006/2007 pada materi pokok teorema Pythagoras dapat ditingkatkan.

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan oleh

Dewi, Supranti Lidia Permitasari ( 2013 ) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 7

Banjarsari dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik

Peserta Didik Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman matematik peserta

didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari

peningkatan pemahaman matematik peserta didik melalui penggunaan

pembelajaran langsung.

Page 38: Tugas proposal penelitian

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kualitatif

dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang

sikap peserta didik secara umum terhadap pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pemahaman matematik selama

penelitian.

Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gamabaran

tentang kemampuan pemahaman matematik peserta didik. Desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah “Posttest-only Control Design” ( Sugiyono, 2012 ). Desain

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Keterangan : R = Random ( acak )

O2 = Posttest / pemberian tes akhir

O4 = Posttest / pemberian tes akhir

X = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Sedangkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah :

1. Secara acak dipilih dua kelas sampel dari subjek sampel yang tersedia, selanjutnya

sampel yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

control.

2. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, kelompok eksperimen

perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sedangkan kelompok control diberikan perlakuan dengan

model pembelajaran langsung.

3. Kemudian kepada setiap kelompok diberikan posttest/tes akhir untuk mengetahui

pemahaman matematik peserta didik.

4. Menggunakan t-test, untuk mengetahui perbedaan kelompok eksperimen dan

kelompok control terhadap perlakuan yang diberikan.

B. Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah peserta didik SMP Pasundan Kota Banjar.

Teknik pengambilan sampel ( Teknik Sampling ) yang digunakan adalah probability

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

R X O2

R O4

Page 39: Tugas proposal penelitian

39

setiap unsur ( anggota ) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik

sampling yang lebih khusus yaitu Simple Random Sampling, dikatakan Simple (

sederhana ) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi itu. Cara ini dilakukan karena

populasi dianggap homogen.

Gambar 3.2.

Adapun sampel yang diambil adalah peserta didik kelas VII.

C. Waktu dan Tahap Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu tahap persiapan

komponen-komponen pembelajaran, tahap pembelajaran ( pembelajaran, posttest ),

tahap pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan hasil penelitian. Waktu

untuk penelitian yaitu Januari 2014. Terdiri dari observasi sekolah, pengenalan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pembelajaran, posttest.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu tes pemahaman

matematik dan angket tentang sikap peserta didik. Setiap jenis instrument, tes

pemahaman matematik dan angket peserta didik terlebih dahulu diujicobakan diluar

kelas subjek penelitian.

Keseluruhan instrument dalam penelitian ini yaitu tes pemahaman matematik dan

angket sikap peserta didik terlebih dahulu di uji validitas, reliabilitas, indeks

kesukaran dan daya pembedanya. Perhitungannya menggunakan Anates versi 4.0.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Data yang berkaitan dengan pemahaman matematik peserta didik dikumpulkan

dengan melalui tes hasil belajar ( posttest )

2. Data yang berkaitan dengan sikap peserta didik dalam belajar matematika sebagai

akibat pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dikumpulkan melalui skala sikap.

Populasi

homogen

relative

homogen

Sampel

yang

represent

atif

Diambil secara

random

Page 40: Tugas proposal penelitian

40

F. Teknik Pengolahan Data

Menurut Martadiputra ( 2013 : 3 ), bahwa pengolahan dan penganalisisan data

meliputi :

1. Statistic deskriptif, yaitu menghitung besaran-besaran statistic seperti : rata-rata,

median, modus, simpangan baku ( standar deviasi ) untuk pemahaman matematik

peserta didik, dan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap

pemahaman matematik peserta didik. Kemudian menyajikan besaran-besaran

tersebut dalam bentuk table. Selain itu, pada statistika deskriptif dilakukan juga

penyajian data tentang karakteristik-karakteristik yang dimiliki subjek penelitian (

siswa kelas VII ) seperti banyaknya siswa, jenis kelamin, asal sekolah, dan lain-

lain dalam bentuk diagram, seperti : diagram lingkaran ( pie ), histogram, stem

and leaf, atau boxplot.

2. Statistic Inferensial, yaitu berisi uraian tentang rancangan pengujian hipotesis,

yaitu ;

1. Merumuskan hipotesis penelitian menjadi hipotesis statistic, sehingga muncul

hipotesis nol H0 dan hipotesis alternative H1.

2. Menguji asumsi-asumsi yang disyaratkan sebelum menggunakan suatu rumus

statistic uji.

3. Meghitung nilai statistic uji.

4. Mencari nilai statistic table.

5. Membandingkan nilai statistic uji dengan statistic table atau membandingkan

nilai sig. ( p-value ) dengan taraf signifikansi yang diambil untuk menguji

apakah hipotesis nol H0 diterima atau ditolak pada taraf signifikansi

tertentu.

6. Pengambilan kesimpulan.

G. Teknik Analisis Data

Martadiputra ( 2013 : 3 ) mengemukakan teknik analisis data menggunakan SPSS,

yaitu :

1. Uji Normalitas, dilakukan untuk pengolahan data selanjutnya apakah

menggunakan kaidah statistic parametric atau statistic nonparametric. Dalam

program SPSS ada dua buah teknik pengujian normalitas, yaitu : uji Kolmogorov-

Smirnov dan uji Shapiro-Wilk.

Hipotesis :

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria Uji :

Tolak H0 jika nilai Sig. ( p-value ) < ( biasanya = 0,05 ), untuk kondisi

lainnya H0 diterima.

2. Uji Homogenitas Varians, dilakukan untuk pengolahan data selanjutnya apakah

digunakan uji t atau t’ ; apakah digunakan ANOVA atau tidak.

Page 41: Tugas proposal penelitian

41

Dalam program SPSS, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji

Levene.

Hipotesis :

H0 : Kedua data bervariansi homogen

H1 : Kedua data tidak bervariansi homogen

Kriteria uji :

Tolak H0 jika nilai Sig. ( p-value ) < ( biasanya = 0,05 ), untuk kondisi

lainnya H0 diterima.

Page 42: Tugas proposal penelitian

42

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.

Studi Kepustakaan

Penyusunan Rancangan

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw

Penyusunan Rancangan

Pembelajaran Langsung

Penyusunan, uji coba, Analisis,

perbaikan dan pengesahan instrumen

Penentuan Subjek

Pelaksanaan

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw

Pelaksanaan

Pembelajaran Langsung

Posttest

Analisis Data

Kesimpulan

Pembuatan Proposal

Penelitian

Pengisian Skala Sikap

Gambar 3.3. Alur penelitian

Page 43: Tugas proposal penelitian

43

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.A. ( 2012 ). “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika

Siswa Mts Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

Tesis pada Program Pasca Sarjana ( PPS ) Universitas Pasundan ( UNPAS )

Bandung : Tidak dipublikasikan.

Dewi, Supranti L.P ( 2013 ). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Peserta

Didik Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Skripsi

UNSIL Tasikmalaya : Tidak dipublikasikan.

Huda, Rizky M. ( 2012 ). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay Two Stray Terhadap Pemahaman Matematik Peserta Didik. Skripsi UNSIL

Tasikmalaya : Tidak dipublikasikan.

Jauhar, M. ( 2011 ). Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka

Kam-wing, Chan ( 2004 ). Using ‘Jigsaw II’ in Teacher Education Programmes. Hongkong

Teachers’ Centre Journal, Vol 3, 91-97. [ 23 Juni 2013 ]

Katranci, Yasemin dan Sara Sengul ( 2012 ) Teaching the Subject “Sets” with the

‘Dissociation and Re-Association’ ( Jigsaw ). International Online Journal of

Sciences ( iojes) , Tersedia : http://www.iojes.net. [ 23 Juni 2013 ]

Martadiputra, Bambang A.P ( 2013 ). “Pelatihan Pengolahan Data Statistika Menggunakan

SPSS Untuk Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pasundan Bandung”.

Makalah. Jawa Barat, Bandung. Tidak dipublikasikan.

Sayuti, Akhmad. ( 2007 ). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP 4

Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok Teorema Pythagoras

Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II. Skripsi

UNNES Semarang : Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. ( 2012 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suprijono, Agus. ( 2011 ). Cooperative Learning : Teori & Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Tran, Van Dat ( 2012 ). The effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a

Vietnamese Higher Education Classrom. [online] Tersedia :

http://www.sciedu.ca/ijhe [ 23 Juni 2013]

Tim MKPBM. ( 2001 ). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI. Bandung :

JICA

Van De Walle, John ( 2008 ). Pengembangan Pengajaran Sekolah Dasar Dan Menengah

Matematika Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Page 44: Tugas proposal penelitian

44