Upload
ratih-puspita-w
View
291
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Responsi Ulkus Kornea
Citation preview
TUGAS RESPONSI OD ULKUS KORNEA + HIPOPION
Nama : Ratih Puspita Wulandari(112011101060)
Pembimbing : dr. Bagas Kumoro, Sp.M
1. Macam-macam hiperemi pada mata
Diagnosis banding mata merah
2. Stadium defisiensi vitamin A
Terdapat dua kelainan defisiensi vitamin A yaotu niktalopia (buta senja) dan atrofi
serta keratinisasi jaringan epitel dan mukosa. Pada keratinisasi didapatkan xerosis
konjungtiva, bercak Bitot, xerosis kornea, tukak kornea dan berakhir dengan
keratomalasia.
Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia, seperti klasifikasi
Ten Doeschate, yaitu:
X0 : hemeralopia
X1 : hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan Bitot
X2 : xerosis kornea
X3 : keratomalasia
X4 : stafiloma, ftisis bulbi
Dimana kelainan pada : - X0 sampai X2 masih reversibel
- X3 sampai X4 ireversibel
Klasifikasi The International vitamin A Consultative Group di Haiti, yang merupakan
klasifikasi WHO yaitu:
X1-A : xerosis konjungtiva
X1-B : bercak Bitot dengan xerosis konjungtiva
X2 : xerosis kornea
X3 : xerosis dengan tukak kornea
X3-B : keratomalasia
Catatan XN: butan senja, night blindless
XF: fundus xeroftalmia
XS: parut (scar) xeroftalmia
3. Golongan sefalosporin
Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:
a. Sefalosporin generasi pertama
Seflosporin generasi pertama termasuk di dalamnya sefadroxil, sefazolin,
sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefadrin. Obta-obat ini sangat aktif terhadap
kokus gram positif seperti pneumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.
b. Sefalosporin generasi kedua
Anggota dari sefalosporin generasi kedua yaitu sefaklor, sefamandol, sefanisid,
sefuroxim, loracarbef, dan seforanid. Secara umum, obat generadi kedua memiliki
spektrum antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi
kedua memiliki spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif.
c. Sefalosporin generasi ketiga
Obat-obatan sefalosporin generasi ketiga adalah sefeperazone, sefotaxime,
seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten, moxalactam, dll. Obat
generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram
negatif dan dapat menembus sawar darah otak.
d. Sefalosporin generasi keempat
Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan memiliki
spektruk yang laus. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus dan neisseria dan
dapat dengan mudah menembus CSS.
4. Gx glaukoma akut
Keluhan dan gejala klinis timbul sebgaai akibat dari peningktana TIO yang mendadak
dan sangat tinggi.
Keluhan : nyeri peroikuler, penglihatan sangat menurun, melihat warna pelangi
di sekitar sumber cahaya (halo), mual dan muntah.
Gambaran klinis: hiperemia limbal dan konjungtiva, edema kornea, BMD dangkal
disertai flare and cells, TIO sangat tinggi, papil saraf optik (PSO) hiperemia, dan
sudut BMD tertutup.
5. Fungsi atropin sulfat?
Atropin (0,5-2 %) merupakan siklopegik kuat dan midriatik. Efek maksimal dicapai
setelah 30-40 menit. Bila telah terjadi kelumpuhan otot akmodasi maka akan normal
kembali 2 minggu setelah obat dihentikan. Atropin memberikan efek samping seperti
nadi cepat, demam, merah, dan mulut kering.
Obat siklopegia bekerja melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil,
selain juga mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi.
Sedangkan secara umum midriatika tetes mata bekerja pada otot iris dan berfungsi
melebarkan pupil sehingga memudahkan melakukan pemeriksaan fundus okuli.
Selain itu berperan pada peradangan intraokuler sebagai penekan peradangan dan
melepaskan sinekia.
6. Natamicin golongan apa?
Natamicin merupakan obat antijamur yang efektif untuk kandida, fusarium aspergilllus,
Penicilium dan Cephalosporium.
7. Uji antibiotik
Uji resisten adalah suatu pengujian untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap
antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak terkendali telah menyebabkan terjadinya
efek samping yang sangat mebahayakan yaitu menyebabkan bakter-bakteri tertentu
menjadi tahan atau resisten terhadap antibiotik. Untuk mengetahui bakteri-bakteri
yang telah resisten terhadap antibiotik, maka dilakukan uji resistensi. Bakteri
ditumbuhkan pada medium lempeng agar, kemudian bahan Antibiotik dipaparkan
dengan menempatkannya di atas kertas berbentuk cakram (paper disk) dan diletakan
di atas lempeng agar tersebut. Media kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada
suhu 37˚ C. Ketahanan bakteri terhadap antibiotik dilihat berdasarkan daerah hambat
(zona halau) yang terbentuk di sekeliling paper disk antibiotik tersebut. Adapun
interpretasi terhadap daerah hambat (zona halau) tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Daerah hambat dengan diameter lebih dari 30 mm menunjukan bahwa bakteri
tersebut Peka terhadap antibiotik
2. Daerah hambant dengan diameter antara 20 – 30 mm menunjukan bahwa bakteri
tersebut Agak Resisten terhadap antibiotik
3. Daerah hambat dengan diameter kurang dari 20 mm menunjukan bahwa bakteri
tersebut Resisten terhadap antibiotik.
Tujuan diadakannya uji potensi antibiotik ini sebagai standar untuk mengatasi
keraguantentang kemungkinan hilangnya kativitas (potensi) antibiotik terhadap
efek daya hambatnya pada mikroba (Singgih, 2007).Metode umum dalam uji
potensi antibiotik antara lain :
a. Metode lempeng (silinder/kertas cakram)Metode ini didasarkan pada
difusi antibiotik darisilinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar
padat dalam cawan petri ataulempeng yang berisi biakan mikroba uji pada
jumlah tertentu. Sediaan antibiotikamenghambat pertumbuhan mikroba
yang ada pada lempeng agar (Singgih, 2007).
b. Metode turbidimetriHambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan
serbasamaantibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba
dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik metode turbidimetri dilakukan
pada sampel yang sulit larut dalam air,contohnya : gramisidin.
8. Tujuan pengecatan gram
Pewarnaan gram adalah jenis teknik pewarnaan differensia, karena dengan memakai
teknik pewarnaan ini terhadap brbagai bakteri maka hampir semua jenis bakteri dapat
digolongkan kepada kelompok bakteri gram positif dan kelompok gram negatif. Dasar
perbedaan itu terjadi oleh karena adanya perbedaan kandungan bahan yang terdapat
pada dinding (cell wall) bakteri.
Cara kerja:
- Dengan memakai kapas alkohol dibersihkan kaca objek secukupnya
- Ambil ose yang ujung berbentuk lingran, kemudian pijarkan dengan lampu
spiritus. Kemudian dinginkan sebentar pada suhu kamar.
- Celupkan ujung ose tersebut ke dalam cairan bahan pemeriksaan dan oleskan
secara merata di atas kaca objek.
- Fiksasi olesan bahan pemeiksaan dengan memanaskan di atas lampu spiritus
sampai kering.
- Letakkan kaca objek yang telah mengandung bahan pemeriksaan tersebut di atas
standarnya, kemudian genangi dengan Gentian violet secara merata, biarkan
selama 5 menit
- Buang genangan zar gentian violet lalu cuci dengan air keran aliran kecil.
Genangi larutan lugol selama 1 menit.
- Buang genangan larutan lugol pada kaca objek, celupkan kedalam larutan alkohol
sampai tidak ada lagi zat warna mengalir dari kaca objek tersebut
- Cuci sisa alkohol dengan pada kaca objek dengan air keran aliran kecil, kemudian
genangi bahan pada kaca objek dengan larutan safranin selama 1 menit
- Buang zat warna safranin pada kaca objek dengan air keran aliran kecil
- Keringkan objek glass dengan kertas saring, kemudian amati dibawah mikroskop
Interpretasi hasil :
Gram (+) : ditemukan kuman berwarna ungu, biasanya kuman coccus, kecuali
Neisseria
Gram (-) : ditemukan kuman berwarna merah, biasnaya kuman batang, kecuali
Clostridium, Corynebacterium dan Bacillus.
9. Gambaran hifa
ulkus karena jamur didapatkan gambaran:
- disekitar infiltrt insuk didapatkan infiltrat satelit
- Elemen jamur ditemukan di BMD (hyfa)
10. Bebat pada ulkus kornea
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotika, dan mengurangi reaksi radang. Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:
- Tidak boleh dibebat karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator
- Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
- Debridemen sangat membantu penyembuhan
- Antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberikan lokal kecuali pada kasus
yang berat