14
Lahirnya Agama Hindu di Indonesia Masuknya Agama Hindu ke Indonesia merupakan masa yang sangat panjang. Agama yang merupakan Agama yang muncul di daratan India, masuk ke Indonesia melalui bebe Menurut sejarah, Masuknya Agama Hindu ke Indonesia tidak lepas dari aktivitas daga pedagang India dan pedagang di nusantara. Tetapi jika kita hanya menganut satu te akan bisa mempelajari lebih jauh tentang sejarah masuknya agama Hindu di Indonesia Di bawah ini akan di jelaskan secara luas tentang masuknya Agama Hindu ke In menurut beberapa versi. A. MASUKNYA AGAMA HINDU KE INDONESIA MENURUT CATATAN SEARAH Menurut catatan sejarah, masuknya Agama Hindu ke Indonesia diperkirakan seki abad keI!. Ini ditandai dengan berdirinya kerajaraan "utai dan Tarumaneg Hindu. "ehadiran Agama Hindu ke Indonesia menandai berakhirnya #aman prasejarah di $iriciri peralihan #aman pra sejarah adalah dengan di kenalnya tulisan. Hal ini d beberapa prasasti yang ditemukan yang berasal dari "erajaan Tarumanegara tulisan %allawa, tulisan asli India. Ini membuktikan bahwa, agama Hindu masuk ke I mengakhiri masa prasejarah di Indonesia, memasuki masa sejarah. &. !EM"A#A AGAMA HINDU MASUK KE INDONESIA &anyak teori yang mengemukakan bagaimana Agama Hindu masuk ke Indoenesia. Te teori tentang pembawa masuknya agama Hindu ke Indonesia adalah' Teori "rahmana Teori &rahmana di kemukakan oleh !an (eur. !an (eur berpendapat bahwa Agama di bawa oleh para &rahmana atau para pendeta ke Indonesia ia berpendapat seperti i &rahmana lah yang mengetahui kitab weda. )elain itu, kaum &hrahmana yang bertanggu dalam penyebaran agama Hindu, termasuk ke Indonesia. Teori Ksa$ria Teori ke satria ini dikemukan oleh Majundar, Moekrji dan *ehru. Mereka menga bahwa Agama Hindu di bawa oleh para prajurit India yang ingin menakluk menyebarkan agama hindu. Tetapi melihat eksistensi kerajaan di Indonesia, kerajaan yang di bawah kekuasaan India, walaupun pengaruh India dalam ke Indonesia sangat kuat, karena bangsa Indonesia waktu itu menganut Agama Hindu. Teori #aisya Teori +aisya di kemukakan oleh "rom . Menurut "rom, Agama Hindu masuk ke Ind di bawa oleh para pedagang atau golongan waisya, &uktinya banyak pedagang dari Ind berdagang di indonesia lalu mereka menyebarkan agama hindu di Indonesia.

TUGAS SEJARAH.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Lahirnya Agama Hindu di IndonesiaMasuknya Agama Hindu ke Indonesia merupakan masa yang sangat panjang. Agama Hindu yang merupakan Agama yang muncul di daratan India, masuk ke Indonesia melalui beberapa cara. Menurut sejarah, Masuknya Agama Hindu ke Indonesia tidak lepas dari aktivitas dagang antara pedagang India dan pedagang di nusantara. Tetapi jika kita hanya menganut satu teori ini, kita tidak akan bisa mempelajari lebih jauh tentang sejarah masuknya agama Hindu di Indonesia.Di bawah ini akan di jelaskan secara luas tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia menurut beberapa versi.A. MASUKNYA AGAMA HINDU KE INDONESIA MENURUT CATATAN SEJARAHMenurut catatan sejarah, masuknya Agama Hindu ke Indonesia diperkirakan sekitar awal abad ke-IV. Ini ditandai dengan berdirinya kerajaraan Kutai dan Tarumanegara yang bercorak Hindu. Kehadiran Agama Hindu ke Indonesia menandai berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia. Ciri-ciri peralihan zaman pra sejarah adalah dengan di kenalnya tulisan. Hal ini di buktikan dari beberapa prasasti yang ditemukan yang berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang menggunakan tulisan Pallawa, tulisan asli India. Ini membuktikan bahwa, agama Hindu masuk ke Indonesia dan mengakhiri masa prasejarah di Indonesia, memasuki masa sejarah.B. PEMBAWA AGAMA HINDU MASUK KE INDONESIABanyak teori yang mengemukakan bagaimana Agama Hindu masuk ke Indoenesia. Teori-teori tentang pembawa masuknya agama Hindu ke Indonesia adalah:Teori BrahmanaTeori Brahmana di kemukakan oleh Van Leur. Van Leur berpendapat bahwa Agama Hindu di bawa oleh para Brahmana atau para pendeta ke Indonesia ia berpendapat seperti itu karena para Brahmana lah yang mengetahui kitab weda. Selain itu, kaum Bhrahmana yang bertanggungjawab dalam penyebaran agama Hindu, termasuk ke Indonesia.Teori KsatriaTeori ke satria ini dikemukan oleh Majundar, Moekrji dan Nehru. Mereka mengatakan bahwa Agama Hindu di bawa oleh para prajurit India yang ingin menaklukan Indonesia lalu menyebarkan agama hindu. Tetapi melihat eksistensi kerajaan di Indonesia, tidak ada satupun kerajaan yang di bawah kekuasaan India, walaupun pengaruh India dalam kerajaan Hindu di Indonesia sangat kuat, karena bangsa Indonesia waktu itu menganut Agama Hindu.Teori WaisyaTeori Waisya di kemukakan oleh Krom . Menurut Krom, Agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh para pedagang atau golongan waisya, Buktinya banyak pedagang dari India yang berdagang di indonesia lalu mereka menyebarkan agama hindu di Indonesia. Teori ini memang kuat, karena sejak zaman dahulu, bangsa-bangsa di nusantara di kenal sebagai pedangang dan pelaut ulung. Sehingga interaksi antara pedagang di nusantara dengan pedang India sangat memungkinkan.Teori SudraTeori lainnya mengatakan bahwa Agama Hindu di bawa oleh para budak atau golongan sudra, mereka menyebarkan agama hindu karena ingin merubah nasib mereka. Orang-orang Sudra yang merupakan golongan terbawah dalam strata kasta Hindu masuk ke Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tapi, teori ini tidak terlalu kuat, karena secara rasional, pengaruh kaum Sudra untuk menyebarkan Agama Hindu tidak terlalu besar dalam mempengaruhi masyarakat di NusantaraTeori Arus BalikTeori arus balik ini menyatakan bahwa bangsa di Nusantara belajar agama hindu di India lalu menyebarkan kembali di Indonesia. Teori ini kuat, tetapi menurut catatan sejarah, orang-orang di nusantara baru belajar Agama Hindu ke India (pusat Agama Hindu) setelah beberapa kerajaan di Nusantara menganut Agama Hindu. Ini di buktikan dari sejarah kerajaan Sriwijaya, yang mengirim beberapa orang untuk belajar Agama Hindu di India.

C. PERSEBARAN AGAMA HINDU DI INDONESIAAgama Hindu di Bali

Persembahan di Pura Hindu Bali.Agama Hindu Dharma di Bali adalah agama yang sangat terjalin dengan seni dan ritual, dan lebih tidak ketat diatur oleh kitab suci, hukum, dan keyakinan seperti agama Islam. Agama Hindu Bali tidak memiliki penekanan tradisional agama Hindu pada siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, melainkan berkaitan dengan banyak sekali "hyang", sukma leluhur. Seperti halnya kebatinan, dewa-dewi ini dianggap mampu melahirkan kebaikan atau merugikan. Masyarakat Hindu di Bali sangat menekankan ritual-ritual perdamaian yang dramatis dan estetis terhadap para "hyang". Ritual-ritual ini dilakukan di situs-situs candi dan pura yang tersebar di seluruh desa dan di pedesaan.Tempat bersembahyang atau kuil di agama Hindu Bali disebut Pura, dan tidak seperti mandir gaya Hindustan yang menjulang tinggi dengan ruang interior, kuil Bali dirancang sebagai tempat bersembahyang di udara terbuka dalam dinding tertutup, dihubungkan dengan serangkaian gerbang yang dihiasi secara rumit untuk mencapai bagian ruang terbukanya. Masing-masing kuil ini memiliki keanggotaan yang kurang lebih tetap; dimana setiap orang Bali adalah bagian dari sebuah kuil berdasarkan keturunan, tempat tinggal, atau wahyu mistis. Beberapa kuil juga terdapat dalam rumah keluarga (juga disebut "banjar" di Bali), yang lain terletak di sawah, dan yang lain terletak di lokasi geografis yang terkenal (tebing pantai, gunung, dsb).Ritualisasi tindakan mengendalikan diri (atau ketiadaan) adalah corak penting dari ekspresi keagamaan di kalangan masyarakat Hindu Bali, yang karena alasan ini telah menjadi terkenal karena perilaku anggun dan sopan mereka. Misalnya salah satu upacara penting di sebuah kuil Hindu di desa memiliki penampilan spesial sendratari (seni drama-tari), pertempuran antara mitos karakter Rangda sang penyihir (mewakili adharma, seperti ketiadaan keteraturan) dan Barong sang pelindung (umumnya seperti singa, mewakili dharma), di mana para pemain mengalami kerasukan dan mencoba menusuk diri dengan senjata tajam (umumnya keris). Drama-tari ini umumnya tampak selesai tanpa akhir, tidak ada pihak yang menang, karena tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan keseimbangan.Ritual siklus kehidupan juga merupakan alasan penting bagi ekspresi keagamaan dan tampilan artistik di warga Hindu Bali. Upacara saat pubertas, pernikahan, dan , terutama kremasi pada saat kematian memberikan kesempatan bagi warga Hindu Bali untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka tentang masyarakat, status, dan alam baka. (Industri pariwisata tidak hanya telah mendukung adanya upacara kremasi yang spektakuler di kalangan warga Bali yang sederhana, tetapi juga telah menciptakan permintaan yang lebih besar untuk upacara tersebut.)Seorang pendeta Hindu tidak berafiliasi dengan kuil Hindu manapun, tapi bertindak sebagai pemimpin spiritual dan penasehat setiap keluarga di berbagai desa yang tersebar di pulau Bali. Pendeta Hindu ini dikonsultasi disaat upacara yang memerlukan air suci dilakukan. Pada kesempatan lain, juru sembuh atau pengobat tradisional dapat disewa.Agama Hindu Bali juga meliputi keyakinan agama Tabuh Rah, sabung ayam bersifat keagamaan di mana ayam jago digunakan dalam adat keagamaan dengan memungkinkannya bertarung melawan ayam jago lain dalam sebuah upacara sabung ayam keagamaan Hindu Bali, sebuah bentuk persembahan hewan. Pertumpahan darah dalam Tabuh Rah diperlukan sebagai pemurnian untuk menenangkan roh-roh jahat bhuta dan kala, dan dan untuk memohon hasil panen yang baik. Ritual sabung ayam ini biasanya berlangsung di luar kuil Hindu dan juga mengikuti ritual yang kuno dan kompleks sebagaimana tercantum dalam naskah lontar Hindu suci. Agama Hindu di Jawa

Pura Luhur Poten, Kuil Hindu Jawa suku Tengger di kaki Gunung Bromo, Kaldera Tengger, Jawa Timur.Baik Pulau Jawa dan Sumatra telah tunduk pada pengaruh budaya yang besar dari sub benua India selama milenium pertama dan kedua era Masehi. Bukti-bukti paling awal dari pengaruh Hindu di Jawa dapat ditemukan dalam prasasti abad ke-4 Tarumanagara yang tersebar di seluruh Jakarta modern dan Bogor. Pada abad ke-6 dan abad ke-7 banyak kerajaan maritim muncul di Sumatera dan Jawa yang menguasai perairan di Selat Malaka dan berkembang dengan meningkatnya perdagangan laut antara Tiongkok dan Hindustan dan selewatnya. Selama periode ini, cendekiawan-cendekiawan dari Hindustan dan Tiongkok mengunjungi kerajaan-kerajaan maritim tersebut untuk menerjemahkan teks-teks sastra dan agama.Dari abad ke-4 sampai abad ke-15 kerajaan Hindu bangkit dan jatuh di Jawa: Tarumanagara, Kalingga, Medang, Kerajaan Kediri, Kerajaan Sunda, Singhasari dan Majapahit. Era ini dikenal sebagai Era Klasik Jawa, di mana sastra, seni dan arsitektur Hindu-Buddha berkembang dan menjadi masuk ke dalam budaya lokal Nusantara di bawah perlindungan keraton Hindu Jawa. Selama periode ini, banyak kuil Hindu Jawa dibangun, termasuk Candi Prambanan abad ke-9 di dekat Kota Yogyakarta, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia.Di antara kerajaan-kerajaan Hindu Jawa, yang paling dianggap penting adalah Majapahit, yang merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan Hindu terakhir yang signifikan dalam sejarah Indonesia. Majapahit berpusat di Jawa Timur, memerintah sebagian besar dari apa yang sekarang merupakan Indonesia modern dari sana. Sisa-sisa kerajaan Majapahit bergeser ke Bali pada abad ke-16 setelah dihancurkan oleh negara-negara Islam di wilayah pesisir Jawa.[7]Hindu Jawa telah memiliki dampak yang signifikan dan meninggalkan jejak yang jelas dalam seni dan budaya suku Jawa. Pertunjukan wayang serta tarian Wayang Wong dan tarian klasik Jawa lainnya yang berasal dari epos Hindu Ramayana dan Mahabharata. Meskipun mayoritas orang Jawa sekarang mengidentifikasikan diri sebagai Muslim, bentuk seni Hindu Jawa tersebut masih bertahan. Hindu Jawa telah bertahan dalam berbagai tingkat dan bentuk di Jawa; dalam beberapa tahun terakhir, konversi ke agama Hindu telah meningkat, terutama di daerah yang mengelilingi sebuah situs besar agama Hindu Jawa, seperti wilayah Klaten di dekat Candi Prambanan. Kelompok etnis suku adat tertentu, seperti suku Tengger dan suku Osing, juga terkait dengan tradisi keagamaan Hindu Jawa.

Hindu di tempat lain di NusantaraDi antara masyarakat non-Bali yang dianggap termasuk pemeluk Hindu oleh pemerintah Indonesia, misalnya adalah para penganut agama suku Dayak, Kaharingan di Kalimantan Tengah, di mana statistik pemerintah mencatat pemeluk Hindu Kaharingan sejumlah 15,8% dari total populasi pada 1995. Secara nasional, di awal 1990-an pemeluk Hindu di Indonesia hanya mewakili sekitar 2% dari populasi.Banyak orang dari suku Manusela dan suku Nuaulu dari Pulau Seram memeluk kepercayaan Naurus, sinkretisme agama Hindu dengan unsur-unsur animisme dan Kristen Protestan. Demikian pula, suku Toraja di Tana Toraja, Sulawesi telah mengidentifikasikan agama animisme mereka sebagai Hindu.Suku Batak di Sumatera telah mengidentifikasikan tradisi animisme Parmalim mereka dengan Hindu .Warga Tamil di Sumatera dan India di Jakarta mempraktekkan bentuk Hindu mereka sendiri, yang mirip dengan Hindu India. Orang India merayakan hari raya Hindu yang lebih umum ditemukan di India, seperti Deepawali.Kepercayaan Bodha suku Sasak di Pulau Lombok adalah non-Muslim; agama mereka merupakan perpaduan Hindu dan Buddha dengan animisme, kepercayaan ini dianggap termasuk ke dalam agama Buddha oleh pemerintah Indonesia.

D. PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA

Tonggak perkembangan agama Hindu di Indonesia dimulai sejak permulaan abad Masehi sekitar tahun 400 masehi. Mulai abad inilah Indonesia memasuki zaman sejarah dan mengenal sistem kerajaan yang beragama Hindu. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kerajaan Hindu di Kalimantan TimurPada tahun 400 masehi merupakan tonggak perkembangan agama Hindu dengan didapatkan prasasti batu dalam bentuk Yupa di tepi sungai Mahakam di Kalimantan Timur yang menyebutkan nama Kerajaan Kutai. Yupa adalah batu tertulis berbentuk tiang yang digunakan dalam upacara agama.Di Kutai ditemukan tujuh buah yupa. Salah satunya menyebutkan nama Raja Kudungga yang berputra Aswawarman. Aswawarman berputra tiga orang yang tertua bernama Mulawarman. Mulawarman disebut sebagai raja yang bijaksana, kuat dan berkuasa pada masa itu, serta mengadakan yadnya. Para Brahmana mendirikan yupa untuk peringatan yadnya ini.Pada Yupa yang lain juga disebutkan raja Mulawarman telah menghadiahkan 8.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di lapangan Waprakeswara.

b. Kerajaan Hindu di Jawa BaratPerkembangan agama Hindu di Jawa Barat diperkirakan terjadi sekitar abad ke lima masehi, ditandai dengan kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Selain itu ditandai juga dengan penemuan tujuh buah prasasti batu atau Saila Prasasti, diantaranya: Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasirawi, Prasasti Tugu, srta Prasati Lebak yang ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, berbentuk syair yang memberikan keterangan tentang kerajaan Tarumanegara.Prasasti Ciaruteun menyebutkan bahwa Purnawarman adalah raja yang gagah berani bagaikan Dewa Wisnu. Dalam Prasasti Tugu menyebutkan bahwa Raja Purnawarman dalam pemerintahannya yang ke 22 menggali sungai Gomati yang panjangnya 12 km dalam waktu 21 hari dan memberikan hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana.

c. Kerajaan Hindu di Jawa TengahKerajaan di Jawa Tengah telah ada sekitar tahun 650 masehi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya prasasti Tuk Mas di lereng Gunug Merbabu menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta berangka tahun 650 masehi. Prasasti ini menyebutkan pujian pada Sungai Gangga dan berisi atribut Dewa Tri Murti berupa Tri Sula, Kendi, Kapak, Cakra, dan Bunga Teratai. Dengan demikian pemujaan Dewa Tri Murti telah muncul di Jawa Tengah sejak pertengahan abad ke-7 masehi.Selain itu ditemukan juga prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh raja Sanjaya yang memuat tiga bait pemujaan kepada Dewa Siwa, satu bait untuk Dewa Brahma dan satu bait untuk Dewa Wisnu. Selain itu adanya Candi Prambanan yang merupakan Candi Hindu terbesar di Jawa Tengah merupakan peninggalan kerajaan ini.

d. Kerajaan Hindu di Jawa TimurPerkembangan Agama Hindu di Jawa Timur ditandai dengan ditemukannya Prasasti Dinoyo dekat kota Malang yang berangka tahun 682 saka atau 760 masehi. Prasasti ini menerangkan bahwa pada tahun 670 masehi di Jawa Timur terdapat Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya Dewa Simha yang menganut agama Hindu dengan pemujaan utama Dewa Siwa. Disamping itu disebutkan pula pembuatan arca Maha Rsi Agastya yang diakui sebagai tokoh yang membawa agama Hindu dari India Selatan ke Indonesia.Selanjutnya muncullah Dinasti Isanawamsa. Cikal bakalnya adalah Empu Sindok yang memerintah pada tahun 929-974 M.Kemudian muncul Raja Dharmawangsa Teguh yang dalam pemerintahannya sangat memperhatikan perkembangan karya-karya sastra. Raja Dharmawangsa Teguh yang memprakarsai penulisan kembali karya-karya Bhagawan Byasa dalam bahasa Jawa (Mangjawaken Byasa Mantra), yaitu Mahabharata dan karya Bhagawan Walmiki, yaitu Ramayana.Setelah Raja Dharmawangsa Teguh digantikan oleh Raja Airlangga. Kehidupan dan kemakmuran rakyatnya sangat diperhatikan oleh raja Airlangga. Oleh karena itu Raja Airlangga diarcakan sebagai Wisnu mengendarai Garuda. Setelah Airlangga muncul kerajaan Kediri. Banyak karya sastra yang lahir pada masa ini, seperti karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yaitu Kekawin Bharatayudha.Setelah Kerajaan Kediri muncul Kerajaan Singasari pada tahun 1222 M sebagai pendirinya adalah Ken Arok. Dalam pemerintahannya beliau didampingi oleh Purahita (Pendeta kerajaan). Banyak bangunan suci Hindu yang didirikan pada masa ini, seperti Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Sejak tahun 1293 M Agama Hindu di Jawa Timur dibina oleh Kerajaan Majapahit. Puncak perkembangan Agama Hindu terjadi pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada. Kekuasaan kerajaan Majapahit meliputi seluruh nusantara. Pada jaman ini banyak karya besar yang muncul sepeerti karya Empu Tantular (Sutasoma), Empu Prapanca (Kekawin Arjuna Wiwaha). Disamping itu kitab-kitab hukum Hindu juga dikeluarkan dan banyak didirikan bangunan-bangunan suci. Diantaranya adalah Candi Penataran di Blitar merupakan bangunan suci Hindu di Jawa Timur.

e. Kerajaan Hindu di BaliPrasasti Blanjong adalah peninggalan sejarah Kerajaan Hindu di Bali. Prasasti Blanjong berisi tulisan berbahasa Bali Kuno dan Bahasa Sansekerta. Sebelum ditemukannya Prasasti Blanjong ada beberapa prasasti yang berasal dari Bali tetapi tidak terdapat tahun pembuatannya. Disamping itu juga ditemukan cap-cap kecil yang disimpan dalam stupa yang terbuat dari tanah liat. Cap-cap kecil ini bertuliskan mantra Budha yang disebut Ye Te Mantra. Mantra sejenis juga ditemukan di Jawa Tengah, yaitu pada pintu masuk Candi Kalasan yang berasal dari abad ke-8 M.Pada prasasti kuno di Bali didapatkan keterangan bahwa pada abad ke-8 M terdapat suatu kerajaan yang pusat pemerintahannya di Singhamandawa. Akan tetapi tidak disebutkan raja yang memerintah. Setelah ditemukannya prasasti Blanjong, menjelaskan tentang nama raja Bali yang bergelar Warmadewa, yaitu Sri Kesari Warmadewa. Sejak saat itulah raja-raja Bali bergelar Warmadewa. Pada tahun 905 saka muncul seorang raja perempuan (ratu) bernama Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi. Setelah pemerintahan Sriwijaya Mahadewi muncul nama raja Udayana Warmadewa. Beliau didampingi oleh permaisurinya yang bernama Sri Gunapriya Dharmapatni (Mahendradata). Anak wungsu Raja Udayana yaitu Marakata kemudian menggantikan ayahnya sebagai Raja Bali.Setelah itu muncul nama Anak Wungsu sebagai pengganti pemerintah di Bali. Beliau banyak mengeluarkan prasasti yang berangka tahun 944 saka. Prasasti ini memuat sapata (kata-kata sumpah) yang menyebut nama-nama Dewa Hindu. Diantaranya menyebutkan bahwa rakyat Bali percaya dengan dewa-dewa dan Maha Rsi seperti Maha Rsi Agastya.Selanjutnya yang memerintah kerajaan Bali adalah Raja Bedahulu. Beliau adalah Raja Bali yang terakhir memerintah Bali tahun 1259 saka dengan gelar Sri Astasura Rata Bumi Banten. Setelah enam tahun pemerintahannya pada tahun 1265 saka, Gajah Mada dapat menaklukannya. Sejak Bali dikuasai oleh Majapahit, kerajaan Bali dipimpin oleh raja Sri Kresna Kepakisan. Pusat pemerintahan yang awalnya di Samprangan lalu dipindahkan ke Gelgel.Selanjutnya pada pemerintahan Dalem Waturenggong, Bali mengalami masa keemasan. Agama Hindu berkembang dengan pesat karena aspek keagamaan ditata kembali oleh Dang Hyang Nirartha sebagai Purahita pendamping Raja Dalem Waturenggong. Peninggalan Hindu terbesar adalah Pura Besakih yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu diseluruh dunia.

Lahirnya Agama Buddha di Indonesia

A. AWAL PENGARUH INDIA

Berita-berita pertama tentang Indonesia.Bahan-bahan sejarah selama 15 abad sejak awal Masehi mengenai Indonesia sangatlah terbatas. Untuk memahami hal-hal yang terjadi pada waktu itu, maka kita perlu memakai beberapa sumber-sumber sebagai berikut: 1. Berita yang dibuat oleh para peziarah China, seperti Fa-Hien dan I-Tsing, mereka beragama Buddha. disamping buku-buku sejarah yang dibuat oleh tiap-tiap dinasti, berkenaan dengan yang terakhir ini, para sarjana mengalami kesulitan, karena berkenaan dengan nama Indonesia yang ditulis dalam bahasa China dan tidak disebut di mana letak satu Negeri atau Kerajaan yang disebut.

2. Bahan-bahan yang terdapat di Indonesia adalah: a. piagam-piagam terdapat pada logam atau batu, terdapat di mana-mana yang terpendam oleh tanah. Piagamditulis dalam daun lontar yang saat ini sudah sebagian besar hancur dan hilang. Isi daripiagam adalah mengenai pemberian hadia dan penetapan perintah raja untuk daerah yangdibebaskan pajak atau medapat tugas kewajiban. piagam yang banyak ditemukan berwujudteratai yang dipahat dari batu dan diletakkan di dearah yang mana merupakan hadiah darikerajaan, serta diakhir piagam disebut nama dewa atau danyang, yang disucikan. misalnyaterdapat pada piagam di Muara Kaman (Kaltim).b. Uraian pendek yang terdapat pada candi-candi yang memiliki isi yang tidak sama dengan yang tertulis pada piagam-piagam.c.Buku-buku sastra yang sengaja ditulis sebagai sejarah, misalnya Babad Tanah Jawi, Cerita Parahyangan dan Sejarah Melayu. Buku-buku Jawa Kuno yang sebagai sejarah misalnya: 1.Nagarakertagama digubah oleh Prapanca, berbentuk syair, diperkirakan ditulis setahun setelah meninggalnya Maha Patih Gajah Mada (1364), kitab ini ditemukan di Puri Cakranegara (Lombok) oleh Belanda yang sedang perang (1894). 2. Pararaton, ditulis setelah Majapahit runtuh dan berisi uraian tentang raja-raja sebelum raja Majapahit.

B. KEDATANGAN AGAMA BUDDHA DI INDONESIA

Masuknya Agama Buddha pertama kali di Indonesia, belum jelas dan gelap, walaupun nama pulau Jawa sebagai Labadiu telah dikenal oleh Ptolemi, seorang ahli ilmu bumi di Iskandariah pada tahun 130 M. pada abad pertama masehi sudah dikenal Javadwipa yang meliputi Jawa dan Sumatera sekarang. Suvarnadwipa adalah nama untuk pulau Sumatra. Dapat disimpulkan bahwa sebelum abad kedua Masehi, sudah terdapat hubungan antara India dan kepulauan Nusantara.Kedatangan Fa-Hien pada tahun 414 M ke pulau Jawa dalam perjalanannya pulang ke China, setelah ia berkunjung ke India selama 6 tahun telah membuka tabir kegelapan mengenai kehidupan beragama di pulau Jawa. Ia tinggal 5 bulan di pulau Jawa dan dalam catatannya mengatakan bahwa banyak terdapat penganut agama brahmana yang jauh berlainan dengan kehidupan di India, akan tetapi agama Buddha sedikit dan tidak tertarik untuk dicatat.Atas usaha Bhikkhu Gunawarman pada tahun 423 M, agama Buddha berkembang di Jawa. Gunawarman adalah putera Raja dari Khasmir (India), ia melepaskan kehidupan perumah tangga dan menjadi Bhikkhu dan belajar ke Sri Lanka dan ke She-Po (Jawa), dan berhasil mengembangkan agama Buddha di tanah Jawa.Sedangkan di Sumatera keadaan agama Buddha masih gelap pada awalnya. Setelah kedatangan I-Tsing pada tahun 671 M dan 688-695 M mulai tersingkap. Ia datang ke Sribhoja, ibukota kerajaan Sribhoja adalah di dekat Palembang. ia mengatakan bahwa raja-raja dan penguasa adalah beragama Buddha dan di sana sebagai pusat terpenting di mana Dhamma dipelajari oleh 1.000 Bhikkhu sama halnya yang dipelajari di India.Ini merupakan petunjuk bahwa agama Buddha telah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke 8 M yang dikembangkan oleh Dharmaduta-dharmaduta dari Mazhab Sarvastivada, yang diduga dari India Utara (Khasmir), tetapi hal itu juga telah menunjukkan agama Buddha Mahayana telah berkembang di Melayu, sewaktu I-Tsing datang ke Sumatera.Mahayana pertama kali masuk ke Sumatera dan disusul ke Pulau Jawa dan Kamboja (Kmer). Sriwijaya adalah penganut agama Buddha Mahayana dan beliau mengembangkan pada daerah yang mereka kuasai. Pada tahun 759 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya hingga ke Muangthai selatan yang sekarang disebut Suratani dan Pattani.Catatan sejarah dari Tibet menyatakan bahwa Sriwijaya pada abad ke II merupakan pusat kegiatan agama Buddha yang terkemuka. Atissa yang sangat terkenal dan pembangunan kembali agama Buddha di Tibet, dikatakan pernah datang dari India ke Sumatera dan menetap dari tahun 1011-1023 belajar dibawah bimbingan Bhikkhu Dharmakirti, beliau adalah Bhikkhu yang terkemuka di Sumatera. Menurut Biograpi Atissa yang ditulis di Tibet menyatakan bahwa Sumatera adalah sebagai pusat utama agama Buddha dan Dharmakirti adalah sarjana yang terbesar di zaman itu.Kedatangan para Dharmaduta ke Indonesia adalah mendorong orang-orang untuk pergi ke India dan mengunjungi tempat-tempat suci dan pusat-pusat pendidikan agama Buddha seperti Universitas Nalanda di Bihar yang didirikan oleh Dinasti Gupta (320-606). orang orang yang datang dari Kerajaan Sriwijaya dan tinggal dan bermukim sehingga dibuatkan vihara khusus , setelah mereka kembali ke Indonesia mereka mendirikan candi-candi dengan bentuk dan ukiran yang bercorak Indonesia. Mengenai perguruan agama Buddha di Nalanda berdasarkan berita-berita yang dibuat oleh Bhiksu Huan-Tsang yang berkunjung ke India pada tahun 629-645, dikatakan pada abad ke 7 M Nalanda telah berkembang pesat dibawah bimbingan Silabadra, tidak saja diberikan pelajaran agama Buddha selain diajarkan kita-kitab Weda, filsafat Hindu, logika, tata bahasa dan pengobatan. Siswa yang belajar di sana mencapai 10.000 orang dan dibebaskan biaya, Nalanda hancur akibat serbuan bangsa Hun dan masuknya agama Islam ke India.C. KERAJAAN-KERAJAAN AGAMA BUDDHA.

1. MATARAMPiagam tertua kira-kira tahun 732, ditemukan di desa Canggal, Keresidenan Kedu. diterangkan dalam piagam itu bahwa di dekat desa Salam, sebelah Selatan Muntilan, didirikan sebuah tempat suci yang berisi lingga. Tempat suci yang berisi lingga (salah sebuah lambang Siwa) di dekat Salam itu dapat dianggap sebagai tanda mendirikan suatu kerajaan yang disebut Mataram, karena Raja ini (Sanjaya) di dalam piagam-piagam kemudian disebut Rake Mataram. Mataram mula-mula nama daerah kecil yang diperintah oleh Raja Sanjaya yang kemudian dijadikan nama kerajaan yang didirikan Sanjaya.Pengganti Sanjaya adalah Pancapana, Rake Penangkaran adalah gelar yang lebih terkenal. Pancapana adalah penganut Buddha Mahayana, sedangkan Sanjaya adalah penganut Brahmana. Pada tahun 778 Pancapana mendirikan candi Kalasan untuk memuji Dewi Tara. lain-lain dari candi itu adalah candi Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, Sari.Dinasti raja-raja Mataram disebut Sailendra. Bukti bahwa mereka adalah dari keturunan Sailendra terdapat dalam piagam yang berhubungan dengan candi Kalasan. harus diperhatikan bahwa kira-kira pada waktu itulah agama Buddha Mahayana sudah datang ke Indonesia dan seterusnya berkembang berdampingan dengan agama Siwa yang telah datang lebih dulu. Pengganti pengganti Pancapana adalah banyak memuji dan memuja Buddha dan Siwa.

2. SRIWIJAYADi Sumatera terdapat sebuah kerajaan yang bernama Sriwijaya yang terletak dan berpusat di Palembang-Jambi pada abad ke 5 M. Kemudian meluaskan jajahannya sampai ke Bangka dan semanjung Malaya. Sebelum kerajaan Sriwijaya berkembang, terlebih dahulu adanya kerajaan Melayu yang terletak di Jambi sekarang. Akan tetapi kerajaan Sriwijaya lebih berkuasa, dan kerajaan Melayu pada saat itu tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.Apakah sebab-sebabnya dibagian Timur Sumatera dapat berdidi kerajaan-kerajaan? sejak tahun Masehi Selat Malaka menjadi lalu lintas perdagangan dari Barat hingga Timur, yaitu Arab dan India.

MASA KEEMASAN SRIWIJAYAPada abad ke-7 dan abad ke-8 Sriwijaya mencapai masa keemasannya. Kekuasaannya meliputi bagian barat Nusantara yaitu semenanjung Malaka, Melayu, daerah pantai barat Borneo Barat. Sejak abad itupula Sriwijaya memiliki Duta di China yang berlangsung hingga 1178.Dalam abad ke 7 itu, ketika kekuasaan Sriwijaya sedang dipuncaknya, Palembang tidak hanya menjadi pusat politik, melainkan menjadi pusat agama Buddha. Catatan yang dibuat I-Tsing ia berangkat dari Canton pada tahun 671, pergi ke Palembang dulu dan tinggal selama 6 bulan untuk belajar tata bahasa, setelah itu ia pergi ke Melayu dan tinggal selama 2 bulan. Setelah ia menuntut ilmu pelajaran di Perguruan Tinggi di Nalanda selama 10 tahun, ia kembali ke Sriwijaya, terjadi pada tahun 685. Setelah ia tinggal selama 4 tahun di Sriwijaya, ia kembali ke Kanton dan menjemput empat orang pembantu untuk membantu dalam menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha di Palembang.

3. MAJAPAHITProf. Dr. Slamet Mulyana dalam Nagarakertagama dan Tafsir Sejarahnya menyebutkan, bahwa pada zaman Majapahit agama menjiwai segenap lapangan kehidupan, termasuk kebudayaan. Semua cabang kebudayaan seperti seni bangunan, seni pahat, seni sastra dan seni panggung bernafaskan keagamaan. Gajah Mada mengutamakan negara dan kemakmuran rakyat daripada keagungan keagamaan.

D. KEBANGKITAN KEMBALI AGAMA BUDDHA DI INDONESIA PADA ABAD XX.Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berkembanglah kerajaan Islam di pesisir pantai dan terus menyebar dan agama Buddha tertidur sangat panjang hingga 5 abad. Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia hanya dikenal 3 agama, yaitu Kristen Protestan, Katholik dan Islam. Sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut, sehingga agama Buddha telah dikatakan sirna dari bumi Indonesia, tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha masih tetap terasa antara ada dan tiada.Pada zaman kolonial Belanda didirikan suatu perhimpunan Theosofi oleh orang-orang Belanda terpelajar. dengan tujuan ingin mempelajari semua agama dengan demikian akan tercipta kerukunan dan inti persaudaraan yang universal, dan agama Buddha juga diperkenalakan pada mereka.Di Jakarta timbul suatu usaha untuk melestarikan ajaran Buddha, Konghucu, dan Lautse yang kemudia melahirkan Organisasi Samkauw Hwee yang mempelajari ketiga ajaran itu. pada tahun 1932 di Jakarta berdiri Internasional Buddhist Mission bagian Jawa. pada tahun 1931 telah terbit Majalah Mustika Dharma oleh Kwee Tek Hoay. Majalah ini sangat berjasa dalam membantu menyebarkan ajaran Buddha yang ada di Indonesia.Pada tanggal 4 Maret 1934 Bhikkhu Narada menginjakan kakinya di Pelabuhan Tanjung Priok. Bhikkhu Narada adalah Bhikkhu asing beraliran Theravada yang pertama kali datang ke Indonesia setelah berselang 5 abad runtuhnya kerajaan Majapahit. beliau mengunjungi Indonesia sebanyak 15 kali dan terakhir kali beliau datang Mei 1983 dalam usianya 85 tahun. Jasa beliau sangat besar untuk perkembangan agama Buddha di IndonesiaDari banyaknya orang-orang yang belajar agama Buddha dan Indonesia melahirkan putera-putera pertiwi yang menjadi Bhikkhu yaitu The Po An dari Bogor ditabiskan menjadi Bhikkhu Theravada di Birma dan beliau mendapatkan nama yaitu Ashin Jinarakkhita. Dan disusul pada tanggal 21 Mei 1959 Ong Tiang Biauw dari Tangerang ditabiskan menjadi Bhikkhu di Internasioanal Sima di Kassap dengan nama Bhikkhu Jinaputta, Samanera Jinapiya dan di tabiskan kembali di Thailand yang kita kenal adalah Bhikkhu Thitaketuko. Pada tanggal 15 November 1966 Samanera Jinagiri ditabiskan di Thailand dan berubah nama menjadi Bhikkhu Girirakhito.Agama Buddha juga melahirkan organisasi-organisasi Buddhis dan juga berkembang Perguruan Tinggi Agama Buddha serta adanya Dirjen Bimas Buddha, sehingga hal demikian agama Buddha telah berjalan menuju perbaikan dari tidurnya yang sangat panjang 5 abad setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.

Dari Lahir Sampai BerkembangnyaHindu-Buddha di Nusantara

Nama : Margareta MeganataniNo. : 21Kelas : X MIA 1

SMA N 1 WONOSARITAHUN PELAJARAN 2014/2015

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_di_Nusantarahttp://1.bp.blogspot.com/-X5SpGpP_tFI/TqUq8BmWb3I/AAAAAAAAABM/r25HDMtbUQs/s1600/300px-Map_Indonesian_religions.jpghttp://ridwanmenulis.blogspot.com/2013/09/masuknya-agama-hindu-ke-indonesia.htmlhttp://vimalasenos.blogspot.com/2014/02/masuknya-agama-buddha-ke-indonesia.html