6
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D). Pungsi lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny- ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada: 1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan 2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

tugas sgd kejang demam.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas sgd kejang demam.docx

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi

dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain

misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III,

rekomendasi D).

Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis

karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya

kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh

karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E).

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak

khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang

demam fokal.

Page 2: tugas sgd kejang demam.docx

Pencitraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau

magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas

indikasi seperti:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2. Paresis nervus VI

3. Papiledema

Referensi :

Pusponegoro, Hardiono. Putro, Dwi. Ismael, Sofyan. 2006. Konsensus Penatalaksaan Kejang

Demam. Cetakan Kedua. Badan Penerbit IDAI.

Page 3: tugas sgd kejang demam.docx

DIAGNOSIS BANDING

Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan

apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar sususan saraf pusat (otak).

Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, dan

lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan

organik di otak.

Meningitis

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan

dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan

otak dan medula spinalis yang superfisial.

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan

punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot

ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala

tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig’s

dan Brudzinky positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa

yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,

pilek,

mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal

dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang

terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih

keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran

seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan

Ensefalitis

Ensefalitis adalah suatu peradangan akut dari jaringan parenkim otak yang disebabkan

oleh infeksi dari berbagai macam mikroorganisme dan ditandai dengan gejala-gejala umum

dan manifestasi neurologis.

Manifestasi klinis umumnya diawali dengan suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia. Kesadaran dengan cepat menurun. Anak besar, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh

Page 4: tugas sgd kejang demam.docx

nyeri kepala. Muntah sering ditemukan. Pada bayi, terdapat jeritan dan perasaan tak enak pada perut. Kejang-kejang dapat bersifat umum atau fokal atau hanya twitching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam.

Gejala serebrum yang beraneka ragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalnya paresis atau paralisis, afasia dan sebagainya. Gejala batang otak meliputi perubahan refleks pupil, defisit saraf kranial dan perubahan pola pernafasan. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.

Epilepsi

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi,

dengan gejala tunggal yang khas, yakni kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik

neuron otak secara berlebihan dan paroksimal. Epilepsi ditetapkan sebagai kejang epileptik

berulang (dua atau lebih), yang tidak dipicu oleh penyebab yang akut.

Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa yang berlebihan

dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara, dengan atau tanpa perubahan

kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan

disebabkan oleh suatu penyakit otak akut. Lepasnya muatan listrik yang berlebihan ini dapat

terjadi di berbagai bagian pada otak dan menimbulkan gejala seperti berkurangnya perhatian

dan kehilangan ingatan jangka pendek, halusinasi sensoris, atau kejangnya seluruh tubuh

Referensi :

Dahlan, A. Aminullah, A. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI.