Upload
vonyyusmarina
View
45
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesadaran dan fungsi luhur
Citation preview
TUGAS SKILLAB
UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN LOWER MOTOR NEURON
(LMN)
Oleh:
KELOMPOK F
Rizky Ratnawati (112010101010)
Meytrisna Ajeng Z (112010101014)
Annisa Kinanti Asti (112010101016)
Vina Nadiyah Hajjah ` (112010101018)
Eny Nurmaida (112010101019)
Devani Bagus Aprinda (112010101020)
Natiti Putri Ariani (112010101031)
Vony Safitri Y (112010101039)
Fauziyah Damayanti (112010101040)
Fajrina Mufliha (112010101054)
Febrina Sylva (112010101058)
Hilwa Alfi Fauziyah (112010101063)
Robitha Kartika Sari (112010101081)
Sharfina (112010101082)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
UMN DAN LMN
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks
motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam
sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan
membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot.
Gangguan fungsi UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat
kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN menimbulkan
kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang
refleks otot rangka (hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan
kaku (rigid), ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka
(hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang.
Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini
tiba di medula spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron
LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka
akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan
kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks.
Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea medula spinalis. Refleks adalah
jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang
terjadi baik dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks terjadi
melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung refleks.
Fungsi medula spinalis
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
Lengkung refleks
1. Reseptor: penerima rangsang
2. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (ke
pusat refleks)
3. Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia grisea),
tempat terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi
pemindahan /penerusan impuls)
4. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel
efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf
/penggerak)
5. Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks. Dapat
berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel kelenja
Perbedaan antara tipe LMN dan UMN
Ciri – ciri klinik pada lesi di UMN dan LMN adalah :
UMN : kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak
ada atropi otot, reflek hiperaktif dan abnormal.
LMN : kehilangan kontrol volunter, penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot,
atropi otot, tidak ada atau penurunan reflek.
Jenis – jenis kelemahan anggota gerak
*Plegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali.
*Paresis adalah kekuatan otot yang berkurang.
1.Hemiplegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali pada separuh tubuh.
2.Hemiparesis adalah kekuatan otot yang berkurang pada separuh tubuh.
3.Monoplegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali pada satu anggota tubuh.
4.Monoparesis adalah kekuatan otot yang berkurang pada satu anggota tubuh.
5. Paraplegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali pada kedua anggota bawah.
6. Paraparesis adalah kekuatan otot yang berkurang pada kedua anggota bawah.
7. Tetraplegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali pada keempat anggota tubuh.
8. Tetraparesis adalah kekuatan otot yang berkurang pada keempat anggota tubuh.
Beda kelumpuhan Upper motor neuron (U.M.N) dan kelumpuhan Lower motor neuron
(L.M.N) adalah ; pada kelumpuhan (U.M.N) terdapat kelumpuhan yang spastik (kaku),
sedangkan pada kelumpuhan L.M.N terdapat kelumpuhan yang flaksid (lemas).
ANAMNESIS PENYAKIT SARAF
Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan atau
kelainan di bawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Nyeri kepala:
a. Apakah menderita sakit kepala?
b. Bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus-menerus?
c. Dimana lokasinya?
d. Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering?
e. Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari?
2. Muntah:
a. Apakah disertai rasa mual atau tidak?
b. Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, seolah-olah isi perut dikeluarkan
(proyektil)?
3. Vertigo:
a. Pernahkah Anda merasakan seolah sekeliling Anda bergerak, berputar atau
Anda merasa diri Anda yang bergerak atau berputar?
b. Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap?
c. Apakah ada disertai rasa mual atau muntah?
d. Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)?
4. Gangguan penglihatan (visus):
a. Apakah ketajaman penglihatan Anda menurun pada satu atau kedua mata?
b. Apakah Anda melihat dobel (diplopia)?
5. Pendengaran:
a. Apakah ada perubahan bunyi pada pendengaran Anda?
b. Adakah tinitus (bunyi berdenging/ berdesis pada telinga)?
6. Saraf otak lainnya:
a. Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi, lakrimasi, dan
perasaan di wajah?
b. Adakah kelemahan pada otot wajah?
c. Apakah bicara jadi cadel atau pelo (disartria)?
d. Apakah suara Anda berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi
mengecil/ hilang (afonia)?
e. Apakah sulit menelan (disfagia)?
7. Fungsi luhur
a. Bagaimana dengan memori? Apakah jadi pelupa?
b. Apakah menjadi sukar mengemukakan isi pikiran (disfasia, afasia motorik)
atau memahami pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)?
c. Bagaimana dengan kemampuan membaca (aleksia). Apakah menjadi sulit
membaca, dan memahami yang Anda baca?
d. Bagaimana dengan kemampuan menulis, apakah kemampuan menulis
berubah, tulisan berubah?
8. Kesadaran:
a. Pernahkah Anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa yang
terjadi di sekitar Anda?
b. Pernahkah Anda mendadak merasa lemah dan seperti mau pinsan (sinkop)?
9. Motorik:
a. Apakah ada bagian tubuh Anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan,
kaki, lengan, tungkai)? Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap, atau
berkurang?
b. Apakah gerakan Anda menjadi tidak cekatan?
c. Apakah gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan yang abnormal dan
tidak dapat anda kendalikan (khorea, tremor, tik)?
10. Sensibilitas:
a. Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau
ekstremitas?
b. Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar? Dimana
tempatnya? Apakah menjalar?
11. Saraf otonom:
a. Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu seks
(libido) Anda? Adakah retensio atau inkontinensia urin atau alvi?
Di samping data yang bersifat saraf ini, perlu pula dijajaki adanya keluhan lain,
yang bukan merupakan keluhan saraf dalam arti kata sempit, namun mungkin ada
sangkut pautnya dengan kelainan saraf yang sedang diderita. Misalnya, kelainan
jantung, paru, tekanan darah tinggi, dan penyakit diabetes.
Selain itu, keadaan sosial ekonomi, dan pekerjaan perlu ditelusuri, demikian
juga keadaan keluarga, dan penyakit yang bersifat herediter.
KELUMPUHAN UMN
Kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) umumnya melanda sebelah tubuh sehingga
dinamakan hemiparesis, hemiplegia atau hemiparalisis. Istilah paralisis atau plegia merujuk
pada kehilangan total kontraktilitas otot. Sedangkan kehilangan kontraktilitas yang tidak total
disebut paresis. Hemiplegia adalah kelumpuhan pada salah satu lengan dan kaki pada sisi
yang sama. Di batang otak, daerah susunan piramidal dilintasi oleh akar saraf otak ke-3, ke-6,
ke-7, dan ke-12, sehingga lesi yang merusak kawasan piramidal batang otak sesisi
mengakibatkan hemiplegia yang melibatkan saraf otak secara khas dan dinamakan
hemiplegia alternans. Sebagai contoh pada pupil yang melebar unilateral dan tidak bereaksi,
menunjukkan adanya tekanan pada saraf ke-3.
Lesi pada satu sisi atau hemilesi yang sering terjadi di otak jarang dijumpai pada medula
spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di medula spinalis umumnya berupa
tetraplegia atau paraplegia. Lesi pada korda spinalis dapat komplit atau inkomplit. Lesi
komplit, mempengaruhi semua bagian dari korda pada satu tingkat tertentu, sehingga
mengakibatkan:
paralisis UMN bilateral dari bagian tubuh di bawah tingkat lesi
kehilangan modalitas sensasi bilateral di bawah tingkat lesi
kehilangan fungsi kandung kemih, pencernaan, dan seksual secara total.
Yang lebih sering terjadi adalah lesi inkomplit, yang dapat terjadi dalam 2 kondisi:
1. Lesi mempengaruhi seluruh bagian korda dalam satu tingkat, tetapi tidak menghentikan
secara total fungsi traktus asendens dan desendens. Pada kasus ini, terdapat:
a. kelumpuhan bilateral di bawah tingkat lesi
b. gangguan fungsi sensorik, tetapi bukan kerusakan total
c. gangguan fungsi kandung kemih, pencernaan, dan seksual
2. Lesi lebih mempengaruhi bagian tertentu dari korda pada tingkat tertentu, misalnya di
salah satu sisi (sindrom Brown-Séqard), posterior, atau anterolateral.
Gambar 1. Macam-macam lesi inkomplit pada korda
Kelumpuhan UMN dapat dibagi dalam:
1. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks motorik primer.
2. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula interna.
3. Hemiplegia alternans akibat hemilesi di batang otak, yang dapat dikategorikan dalam:
a. Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon
b. Sindrom hemiplegia alternans di pons
c. Sindrom hemiplegia alternans di medula spinalis
4. Tetraplegia/kuadriplegia dan paraplegia akibat lesi di medula spinalis di atas tingkat
konus.
Hemiparesis
Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika tanda UMN
merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda spinalis servikal atau otak.
Nyeri leher atau pada daerah dermatom servikal dapat menjadi bukti tempat lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral atau pendarahan.
Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien sebelumnya, dan progresi menjadi
derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut merupakan
indikasi telah terjadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala serebral, dapat diduga terjadi
myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresi secara lambat
(beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu pula dengan sklerosis
multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda kortikospinal bilateral daripada
hemiplegia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau minggu, dapat
dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa. Selain tumor otak,
kemungkinan lain termasuk malformasi arteriovenosus, abses otak, atau infeksi lainnya.
Kelainan otak metabolik biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental,
tetapi merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya
merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher, dan penyebabnya dapat ditemukan dengan
melihat gejala klinis dan dengan CT atau MRI.
Tabel 1. Kemungkinan tempat lesi penyebab hemiparesis
Pemeriksaan
Jenis awitan. Awitan yang mendadak merujuk pada gangguan vaskular, seperti stroke, atau
akibat racun tertentu atau gangguan metabolik. Awitan subakut, dalam beberapa hari sampai
minggu, biasanya berhubungan dengan proses neoplastik, infektif, atau inflamasi.
Kelumpuhan yang timbul secara perlahan dalam beberapa bulan atau tahun biasa memiliki
dasar herediter, degeneratif, endokrinologik, atau neoplastik.
Perjalanan. Peningkatan progresif defisit neuron motorik dari awitannya merujuk pada
aktivitas yang berlanjut dari proses yang menyebabkan kelumpuhan. Progresi episodik
merujuk pada penyebab vaskular atau inflamasi. Progresi secara stabil lebih merujuk pada
kelainan neoplastik atau kondisi degeneratif. Fluktuasi cepat dari gejala dalam periode yang
cepat merupakan karakteristik myasthenia gravis.
Gejala yang berhubungan. Distribusi kelumpuhan dan keberadaan gejala yang berhubungan
dapat mengindikasikan tempat terjadinya lesi. Contohnya, kelumpuhan pada tangan dan kaki
kanan dapat disebabkan oleh lesi dari korteks motorik kontralateral atau traktus kortikospinal
di atas segmen servikal 5 korda spinalis. Kelumpuhan muka bagian kanan mengindikasikan
lesi berada di atas tingkat nukleus nervus fasialis (N. VII) pada batang otak, dan adanya
aphasia atau gangguan lapang pandang mengindikasikan lesi pada hemisfer serebral.
Rekam medis. Kepentingan rekam medis tergantung dari keluhan pasien sekarang dan
penyakit sebelumnya. Misalnya, pada pasien dengan karsinoma paru, kelumpuhan tungkai
dapat merupakan metastasis atau komplikasi nonmetastatik dari kanker. Kelumpuhan kaki
pada pasien diabetes dapat merupakan komplikasi yang mempengaruhi saraf atau pleksus
perifer.
Pemeriksaan sistem motorik
Keadaan otot. Wasting, atau atrofi, menunjukkan bahwa kelumpuhan diakibatkan oleh lesi
pada lower motor neuron (LMN) atau pada otot itu sendiri. Distribusi dari otot yang atrofi
juga dapat menunjukkan tempat terjadinya lesi. Lesi UMN biasanya tidak disertai dengan
atrofi otot, tetapi dapat terjadi pada disuse yang berkepanjangan. Adanya fasikulasi
mengindikasikan bahwa kelumpuhan disebabkan oleh lesi LMN.
Tonus otot. Tonus dapat diartikan sebagai hambatan otot terhadap gerak pasif dari sendi.
Tonus otot dinilai dengan menginspeksi posisi ekstremitas pada posisi istirahat, palpasi otot
perut, dan dengan menentukan hambatan otot terhadap pergerakan pasif. Tonus otot dapat
dikategorikan sebagai hipertonus, hipotonus, atau paratonus.
Kekuatan otot. Untuk menilai kekuatan otot, pasien diminta menahan tekanan yang
diberikan oleh pemeriksa. Beberapa kekuatan otot individual dinilai secara bergantian dan
kekuatan otot kedua sisi dibandingkan agar kelemahan ringan pada salah satu sisi dapat
dideteksi. Kekuatan otot dinilai dalam derajat 0-5.
Tabel 2. Derajat kekuatan otot
Derajat Kekuatan Otot
5 Kekuatan normal
4 Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan
3 Pergerakan aktif terhadap gravitasi tetapi tidak terhadap
tekanan
2 Pergerakan aktif tetapi tidak dapat melawan gravitasi
1 Hanya terdapat kedutan (flicker)
0 Tidak ada kontraksi
Refleks tendon. Perubahan pada refleks tendon dapat menyertai gangguan fungsi motorik
atau sensorik. Ketika refleks diuji, kedua tungkai pada kedua sisi harus berada di posisi yang
sama dan refleks ditimbulkan dengan cara yang sama. Refleks dinilai dari 0 (tidak ada), 1
(response trace), 2 (lower half dari jangkauan normal), 3 (upper half dari jangkauan normal),
4 (lebih kuat, dengan atau tanpa klonus).
Lokalisasi Lesi UMN
1. Lesi intrakranial parasagittal menghasilkan defisit UMN yang secara khas mempengaruhi
kedua kaki dan dapat meluas ke tangan.
2. Lesi terisolir pada korteks serebral dapat menghasilkan defisit neuron motorik fokal,
misalnya tangan kontralateral. Kelumpuhan dapat terbatas di kaki kontralateral pada
pasien dengan oklusi a. serebri anterior atau di wajah dan lengan kontralateral jika a.
serebri media juga terlibat. Lesi kortikal atau subkortikal yang lebih ekstensif akan
menghasilkan kelemahan atau kelumpuhan di wajah, lengan, dan kaki kontralateral
disertai dengan aphasia, defek lapang pandang, atau gangguan sensorik.
3. Lesi pada tingkat kapsula interna , dimana serat desendens dari korteks serebral banyak
mengumpul, biasa berakibat pada hemiparesis parah dengan melibatkan tungkai dan
wajah kontralateral.
4. Lesi batang otak biasanya berakibat pada defisit motorik bilateral, dengan disertai
gangguan sensorik dan nervus kranial, dan disekuilibrium.
KELUMPUHAN PADA LMN
Definisi Kelumpuhan yang terjadi pada susunan saraf tepi dari sumsum tulang
belakang sampai jari atau otot ditandai dengan kehilangan kontrol
volunter, penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot, atropi otot, tidak ada
atau penurunan reflek.
Anamnesis a. Menanyakan bagaimana sifat nyeri yang dirasakan pada bagian kepala
belakang.
b. Menanyakan kapan pasien berobat ke dokter gigi.
c. Menanyakan gejala lain yang menyertai.
d. Menanyakan apakah gejala tersebut pernah dirasakan sebelumnya.
e. Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya.
f. Menanyakan riwayat penakit keluarga.
g. Menanyakan apakah pasien sudah minum obat sebelumnya.
Pemeriksaan
-Fisis
neurologis
a. Pemeriksaan fungsi kesadaran
b. Pemeriksaan fungsi kortikal luhur
c. Pemeriksaan tanda rangsang menings
d. Pemeriksaan fungsi koordinasi
e. Pemeriksaan fungsi sensorik : sensasi taktil dan nyeri superfisial
f. Pemeriksaan fungsi motorik : bentuk otot, kekuatan otot, dan tonus
otot
g. Pemeriksaan refleks fifiologis : refleks bisep, trisep, brachioradialis,
patella
dan achilles
h. Pemeriksaan refleks patologis : Babinski, Hoffmann-Tromne,
Oppenheim,
Gordon, Chatdot, Skifer.
i. Pemeriksaan nervus kranialis : Nervus kranialis I-nervus kranialis
XII
-Penunjang a. Pungsi Lumbal
b. EMG dan ENG
c. EEG
d. TCD
e. SSEP
f. BAEP
g. PET
Penyakit Sindroma Guillain Barre (SGB)
adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks
spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis, yang
biasanya timbul setelah suatu infeksi.
MACAM-MACAM KELAINAN PADA SARAF KRANIAL
Nervus Kelainan
N. I (N.OLFAKTORIUS) - Anosmia : hilangnya rasa penghidu
- Parosmia : penghiduan tdk sesuai bausebenarnya
- Kakosmia/halusinasi olfaktorikbau busuk, misal : uncinate fit
N.II (N.OPTIKUS) - Anopia/anopsia = buta
- Hemianopia = medan penglihatan hilang sesisi dapat homonim
ataupun heteronim
- Kuadranopia
- Buta kortikal = tidak menyadari adanya defek penglihatan
- Refleks cahaya negatif, menurun, midriasis
Nn. III,IV,VI
(OKULOMOTORIUS,
TROKLEARIS,
ABDUSENS)
- Strabismus : kedudukan bola mata menyimpang ke nasal
(s.konvergen) karena gangguan N.VI atau temporal (s.divergen)
krn ggn N.III= ditemukan diplopia serta kelumpuhan otot
bola mata
- Dibedakan dari strabismus konkomitans :
tidak ada diplopia, tdk ada kelumpuhan otot bola mata
• Oftalmoplegia= kelumpuhan gerakan bola mata disebut
oftalmoplegia eksternus; kelumpuhan pd m.konstriktor pupil
oft.internus
• Ptosis karena kelumpuhan otot levator palpebra = kelopak mata
atas tidak dpt diangkat sehingga tampak menutupi kornea (ggn
N.III)
• Midriasis (ggn N.III)
• Nistagmus = gerakan bola mata bolak-balik secara involunter
• Deviasi konyugat : kedua bola mata melirik ke salah satu sisi
• Sindroma Weber : paralisis otot yang dipersarafi N.III ipsilateral
disertai hemiplegia kontralateral
• Sindroma Benedikt : ggn N.III ipsilateral disertai ataksia dan
tremor ekstermitas atas kontralateral
• Sindroma Foville : paralisis gerakan bola mata ke arah ipsilateral
lesi (N.VI),disertai lesi Nn.V,VII,VIII ipsilateral, sindroma Horner
ipsilateral (tdk selalu komplit)
• Sindroma Raymond-Cestan : ggn Nn.VI, VII LMN ipsilateral
disertai hemiplegi kontralateral disebut juga hemiplegia alternans
N.VI
N.V (N.TRIGEMINUS) • Neuralgia trigeminus nyeri neuralgia bersifat tajam, seperti
ditusuk-tusuk atau dibor atau seperti kulit disayat atau terbakar
- Neuralgia trigeminus ideopatik dirasakan terutama pd area N.V 2
dan V 3, bersifat paroksismal dan serangan2, pertama 30 menit,
disusul bbrp detik – satu menit
Biasanya pd umur > 45 th, terutama wanita
- Neuralgia trigeminus simtomatik: terutama kawasan N.V 1 atau
infraorbitalis,nyeri tdk bersifat serangan2, terus –menerus dengan
puncak nyeri yg hilang timbul,disertai hipestesi wajah atau
kelumpuhan saraf otak, ggn otonom (Horner), tidak ada
kecenderungan umur atau jeniskelamin
- Neuralgia trigeminus postherpetikum :Infeksi H.zooster pd
ganglion Gasseri yg mbtk cabang oftalmik.
• Neuralgia nasalis atau sindroma Charlin : neuralgia terasa pd
kawasan N.Nasosiliaris sudut nasoorbital
• Neuralgia trigeminus akibat infiltrasi tumor nasofarings
• Sindroma Wallenberg :hemihipestesia alternans, ataksia
ipsilateral, vertigo, Horner,disfagia
• Sindroma Gradenigo : Nyeri pada kawasan N.V 1 dan paralisis
N.VI ipsilateral infeksi supuratif pd
mastoid menjalar ke os petrosus
• Paralisis otot yg dipersarafi N.V : dagu menyimpang ke sisi
lumpuh pd saat buka mulut
• Refleks kornea negatif
N.VII (N.FASIALIS) - Lesi supranuklear
- Lesi LMN :
Bell’s palsy : mata tdk dpt menutup karena kelumpuhan otot
orbikularis okuli, dahi tdk bisa terangkat karena kelumpuhan otot
frontalis, sudut mulut tertarik ke sisi kontralateral lesi karena
kelumpuhan otot orbikularis oris ipsilateral kausa lain
- Tik fasialis = spasmus klonik
N.VIII
(AKUSTIKUS/VESTIBU
LOKOKHLEARIS)
- Tuli saraf
- Tinitus
- Gangguan keseimbangan
- Nistagmus
- Vertigo
- Halusinasi pendengaran
N.IX
( N.GLOSOFARINGEUS
)
- Disfagia
- Gangguan pengecapan 1/3 pot.lidah(hipogeusia dan ageusia
- Ggn refleks batuk/muntah
- Neuralgia glosofarings
N. X (N. VAGUS) - Sindroma Wallenberg (sindroma medula lateralis)
- Sindroma Vernet (ggn Nn.IX,X,XI)
- Paralisis farings : disfagia,ggn refleks
batuk
- Paralsis larings : disfonia
N.XI (N.ASESORIUS) - Sindroma Vernet akibat trombosis vena jugularis interna
- Kepala menunduk ke depan
- letak bahu lebih rendah ipsilateral
- Kepala berputar ke arah kontralateral
lesi
N. XII (N,
HIPOGLOSUS)
– Lesi UMN deviasi lidah kesisi yg sakit (kontralateral lesi)
sering ditemukan pd strok bersama dgn kelumpuhan wajah tipe
UMN, bicara pelo (disartria)
– Lesi LMN parese lidah ipsilateral, atropi lidah,garis tengah
menjadi cekung