Upload
rietz-wiguna
View
904
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TEORITIKA ETIKA BISNIS
Dibuat Oleh :
HARITS WIGUNA – 13210146
4EA21
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Dosen : Debita Octaviani
Program Study Ekonomi Manajemen
Jurusan Manajemen
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
TEORITIKA ETIKA BISNIS
PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (ta etha) yang berarti “adat istiadat” atau
“kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,
baik pada diri seseorang maupun masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika
berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang di anut dan di wariskan dari satu orang ke orang lain..
1. Teori Pengertian Etika Bisnis
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)”
atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan
sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima
masyarakat sebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah
suatu masalah selalu berubah. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi
pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan
dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang
berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau
mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini,
reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah
competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting
diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Etika bisnis memiliki arti yang berbeda di setiap negara (Bertens, 2000), yaitu:
1. Bahasa Belanda à bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2. Bahasa Jerman à Unternehmensethik (etika usaha).
3. Bahasa Inggrisà corporate ethics (etika korporasi).
Analisis Arti Etika dibedakan menjadi 2 jenis (Bertens, 2000), yaitu:
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
NORMAUMUM
terbagi menjadi 3 yaitu:
norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral.
Norma Sopan Santun, atau disebut juga norma etiket, adalah norma yang
mengatur pola perilaku dan sikap lahiriyah manusia, misalnya menyangkut sikap
dan perilaku seperti bertamu, makan dan minum, berpakaian, dsb.
Norma Hukum, adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma ini lebih tegas dan
pasti, karena ditunjang dan dijamin oleh hukuman atau sanksi bagi pelanggarnya.
Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma ini menyangkut tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku
sejauh ia dilihat sebagai manusia. Norma moral lalu menjadi tolak ukur yang
dipakai oleh masyarakat untuk menentukan baik buruknya tindakan dan perilaku
manusia.
-Teori Etika Dentologi
Dentologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu,
etika dentologi menekankan kewajiban manusia untuk bersikap secara baik. Suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik
dar tindakkan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada
dirinya sendiri. Dengan kata lain tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas
dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.
-EtikaTelelogi
Etika Telelogi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
dicapai dengantindakan itu, atau berdasrkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang
baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna.
2. Bisnis Sebuah Profesi Etis
- Etika Terapan
Secara umum Etika dibagi menjadi:
1. Etika Umum
Berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi
manusia untuk bertindak secara etis, bgmn manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
2. Etika Khusus
Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
- Etika Profesi
Pengertian Profesi: Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan
sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang
tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Prinsip - Prinsip Etika Profesi:
• Prinsip Keadilan
Prinsip ini terutama menuntut orang yg profesional agar dlm menjalankan
profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya
orang-orang yang dilayani dalam rangka profesinya.
• Prinsip Otonomi
Prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar
mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Karena
hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak
boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi
tersebut.
Batas-batas prinsip otonomi:
• Tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas
kemajuan profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat.
• Kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi kaum profesional,
pemerintah tetap menjaga dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar
pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan kepentingan umum.
- Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur
Sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai
pekerjaan kotor, kedati kata profesi, profesional dan profesionalisme sering begitu
diobral dalam kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun dipihak lain tidak dapat
disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan juga perusahaan yang sangat
menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi. Mereka tidak
hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan yang tinggi tapi punya komitmen moral
yang mendalam. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa bisnis pun dapat menjadi
sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya bahkan menjadi sebuah profesi
luhur.
- Pandangan Praktis-Realistis
Asumsi Adam Smith :
Dlm masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana setiap orang tidak
bisa lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan bisa memenuhi semua kebutuhan
hidupnya sendiri.
Semua orang tanpa terkecuali mempunyai kecenderungan dasar untuk membuat
kondisi hidupnya menjadi lebih baik.
- Pandangan Ideal
Disebut pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih merupakan suatu
hal yang ideal mengenai dunia bisnis. Sebagai pandangan yang ideal pandangan ini
baru dianut oleh segelintir orang yang dipengaruhi oleh idealisme ttt berdasarkan nilai
ttt yg dianutnya.
Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu kegiatan diantara manusia
yang menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dasar pemikirannya adalah pertukaran timbal balik secara fair di antara pihak-
pihak yang terlibat. Maka yang mau ditegakkan dalam bisnis yang menyangkut
pandangan ini adalah keadilan komutatif, khususnya keadilan tukar atau pertukaran
dagang yang fair.
Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang memproduksi
lebih banyak barang ttt sementara ia sendiri membutuhkan barang lain yang tidak bisa
dibuatnya sendiri.
Menurut Matsushita (pendiri perusahan Matsushita Inc di Jepang), tujuan bisnis
sebenarnya bukanlah mencari keuntungan melainkan untuk melayani kebutuhan
masyarakat. Sedangkan keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan
masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Artinya, krn masyarakat merasa
kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik mereka akan menyukai produk perusahaan
tersebut yang memang dibutuhkannya tapi sekaligus juga puas dengan produk
tersebut.
II. BISNIS DAN ETIKA
Sebagian orang berpendapat kalau bisnis dan etika tidak punya kaitan sama sekali. bisnis
jika terlalu banyak mementingkan etika akan semakin jauh tertinggal dengan kompetitor.
pernyataan ini jelas sangat salah. bayangkan saja bila satu perusahaan melakukan banyak
cara yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyrakat, bahkan cenderung tidak
disukai masyarakat, hal tersebut akan berdampak turunnya citra perusahaan di mata
masyarakat sebagai konsumen.
1. Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Bisnis sebagai dua
hal yang terpisah satu sama lain. Ini merupakan ungkapan De George disebut sebagai
Mitos Bisnis Amoral. Bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Mitos Bisnis
Amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika
tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan
moralitas. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda. Bisnis hanya bisa
dinilai dengan kategori dan norma – norma bisnis dan bukan dengan kategori dan
norma – norma etika. Bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk
mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya. Bisnis adalah bagaimana memproduksi,
mengedarkan, menjual dan membeli barang dengan memperoleh keuntungan.
- Bisnis adalah sebuah persaingan (yang mengutamakan keuntungan pribadi).
Bisnis berorientasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin
tanpa mengindahkan etika dan moralitas.
- Bisnis jelas berbeda dari aturan sosial dan moral pada umumnya. Bisnis tidak
bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial sebagaiman yang kita temukan
dalam kehidupan sosial pada umumnya. Bisnis dijalankan secara pantas atau
tidak pantas menurut kaidah – kaidah moral.
- Bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang
tidak menguntungkan di tengah persaingan bisnis yang ketat.
Namun, bisnis amoral sesungguhnya tidak sepenuhnya benar. Bisnis yang tulen, yang
bervisi masa depan dalam jangka panjang, akan sulit menerima kebenaran mitos
tersebut.
2. Keutamaannya Etika Bisnis
a. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya.
b. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja;
c. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan
dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan
baik dan etis.
d. Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang
harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan.
3. Sasaran Dan Lingkup Etika Bisnis
a. Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
b. Etika Bisnis untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak dan kewajiban mereka
tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis siapapun juga.
c. Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu usaha bisnis.
4. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
a. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
- Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
- Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding.
- Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung- jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau
nama baik perusahaan.
5. Prinsip Utama Etika Bisnis
Prinsip utama etika bisnis adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip moral
menjadi orang baik itu banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum, Artinya,
yang memenuhi prinsip moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam dunia bisnis,
ada beberapa prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik.
Pertama, Kejujuran adalah landasan dari kepercayaan, kepercayaan adalah landasan
dari bisnis yang sehat. Salah satu figure yang jelas adalah Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pedagang yang maju karena menjunjung tinggi kejujuran. Memang ada
kalanya ketidakjujuran menghasilkan keuntungan, namun hanya sesaat, tidak bisa
terus-menerus, maka kejujuran dan kepercayaan adalah yang utama.
Kedua, Taat kepada hukum dan aturan di suatu negara. Ini perlu dipenuhi, salah
satunya adalah membayar pajak.
Ketiga, Bersedia untuk berbagi. Meski ada persaingan, tidak berarti harus saling
menuduh. Menang dalam bisnis, bukan berarti membunuh lawan. Menang untuk
mendapatkan sesuatu. Memang kalau sudah saling membunuh, lingkungannya lain.
Kompetisi yang sehat contohnya adalah olahraga. Kalau kalah, kalau diikuti
sebenarnya adalah sama-sama mendapatkan kemenangan dalam kompetisi yang sehat.
Keempat, Menjaga lingkungan hidup. Jika pebisnis peduli pada bisnisnya, maka
mereka harus peduli pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Sebab itu
menyangkut generasi yang akan datang.
Terakhir adalah CSR (Tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat) untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat sekelilingnya.
6. Etos Kerja
Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis
yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Inti etos
ini adalah pembudayaan atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip
moral tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang juga
membedakannya dari perusahaan yang lain.
Etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja yang diyakini seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku
kerja. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal, seperti:
1. Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik
waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin
2. Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat
penting guna efesien dan efektivitas bekerja.
3. Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
4. Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga
bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
5. Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak
mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
7. Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
8. Pendekatan – Pendekatan Stackholder
a. Kelompok primer
Yaitu pemilik modal, saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur
dan pesaing atau rekanan.
b. Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok social, media massa,
kelompok pendukung, dan masyarakat.
III.ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Etika Ulititarianisme adalah tentang bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan
sosial politik, ekonomi dan legal secara moral. Dalam etika utilitarianisme, manfaat dan
kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisi keuntungan dan
kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan.
1. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
a. Manfaat
b. Manfaat terbesar
c. Manfaat terbesar bagi orang sebanyak mungkin
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a. Rasionalitas
b. Sangat menghargai kebebasan pelaku moral
c. Universalitas
3. Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian.
a. Etika Utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan,
kebijaksanaan atau untuk bertindak.
b. Etika Utikitarianisme digunakan sebagai standar penilaian bagi tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan.
4. Analisa keuntungan dan kerugian
a. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan
pada keuntungan dan kerugian perusahaan.
b. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang.
c. Analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang.
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
b.Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
c. Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang.
d. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentanga, maka akan
ada kesulitan dalam menentukan prioritas diantara ketiganya.
f. Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan mayoritas.
1. Analisa Keuntungan Dan Kerugian
a. Keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar bahwa
ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan
kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok
primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan
bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu
perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor,
konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini
berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas
sebagai pendekatan stakeholder.
b. Seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam
kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat
perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan
kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi,
dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas
dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihak
terkait yang berkepentingan.
c. Bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang.
Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan
tindakan bisnis tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka
panjang merugikan atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu
bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan
adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam
membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah :
- Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan bisnis sebanyak-
banyaknya. Semua alternatif kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama
dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-
kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak
merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan.
- Semua alternatif pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan
dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral.
- Neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu
dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada
akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang
dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial,
melainkan juga baik dan etis.
2. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
b. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan niali suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya.
c. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang.
d. Variable yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
f. Etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan mayoritas.
REFERENSI
http://bembyagus.blogspot.com/2012/04/pengertian-etika-dan-bisnis-
http://afriwansinaga.blogspot.com/2012/11/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html
http://www.google.com/url?marteen.dosen.narotama.ac.id
%09Menuju+Bisnis+Sebagai+Profesi+Luhur&source=bl&ots=dlGnrdr6Po&sig=TMEtdXV0
mryLnknXUZd0RYectq8&hl=en&sa=X&ei=FYZnUpqJE4qRrAfy7IGICQ&redir_esc=y#v=
onepage&q=-%09Menuju%20Bisnis%20Sebagai%20Profesi%20Luhur&f=false
http://caeciliaajah.wordpress.com/2012/11/07/prinsip-etika-bisnis/