28
Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Jamak Jenis Keputusan Sebagaimana telah diketahui bahwa jenis keputusan dibedakan menjadi 3 jenis (Hartono, 1999), yaitu: 1. Keputusan Terstruktur (Structured Decision) Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat rutin. Prosedur untuk pengambilan keputusan sangat jelas.Keputusan ini terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Keputusan pemesanan barang dan keputusan penagihan piutang merupakan contoh darikeputusan terstruktur. 2. Keputusan Semi Terstruktur (Semistructured Decision) Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat yaitusebagian keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harusdilakukan oleh pengambil keputusan. Pengevaluasian kredit, penjadwalan produksimerupakan contoh dari keputusan semi terstruktur. 3. Keputusan Tidak Terstruktur (Unstructured Decision) Keputusan tidak terstruktur adalah keputusan yang penangannya sulit danrumit, karena tidak terjadi berulang- ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan inimenuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan iniumumnya terjadi pada manajemen tingkat atas. Pengembangan teknologi baru,keputusan untuk bergabung

Tugas SPK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas SPK

Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Jamak

Jenis Keputusan

Sebagaimana telah diketahui bahwa jenis keputusan dibedakan menjadi 3 jenis

(Hartono, 1999), yaitu:

1. Keputusan Terstruktur (Structured Decision)

Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan

bersifat rutin. Prosedur untuk pengambilan keputusan sangat jelas.Keputusan ini

terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Keputusan pemesanan barang

dan keputusan penagihan piutang merupakan contoh darikeputusan terstruktur.

2. Keputusan Semi Terstruktur (Semistructured Decision)

Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat yaitusebagian

keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harusdilakukan oleh

pengambil keputusan. Pengevaluasian kredit, penjadwalan produksimerupakan

contoh dari keputusan semi terstruktur.

3. Keputusan Tidak Terstruktur (Unstructured Decision)

Keputusan tidak terstruktur adalah keputusan yang penangannya sulit danrumit, karena

tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan inimenuntut

pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan iniumumnya

terjadi pada manajemen tingkat atas. Pengembangan teknologi baru,keputusan untuk

bergabung dengan perusahaan lain merupakan contoh darikeputusan tidak terstruktur

Suatu pengambilan keputusan hanya memiliki satu tujuan yang rasional, seperti

memaksimalkan keuntungan (Profit Maximazation) atau kepuasan bagi orang banyak.

Namun demikian, situasi keputusan dengan tujuan tunggal dalam banyak kasus

bukanlah situasi yang dipertahankan. Yang dimaksud dengan keputusan (decision)

adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan.

Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting

diantara keduanya. Dalam pengambilan keputusan bertujuan tunggal, pengambilan

keputusan memfokuskan dirinya pada satu tujuan dan berusaha memaksimalkan nilai

hasil keputusannya. Akan tetapi, dalam pengambilan keputusan dengan tujuan jamak,

pengambilan keputusan dihadapkan pada berbagai keputusan yang memiliki tujuan

Page 2: Tugas SPK

yang sering kali bersifat antagonis satu sama lain. Suatu keputusan dapat dilakukan

dalam sehari-hari seperti pada pengambilan keputusan membeli rumah yang bukan

Cuma didasarkan pada harga dan angsuran yang lebih murah, tetapi juga melibatkan

lokasi, desain, akses transportasi, keamanan lingkungan, daerah sanitasi lingkungan, dan

daerah lingkungan sekitar hal ini yang dapat menjadi pertimbangan dalam hal

pembelian sebuah rumah.

Seandainya keseluruhan faktor seandainya keseluruhan faktor yang

dipertimbangkan tersebut koheren satu lain, keputusan yang diambil tidaklah akan

sesulit jika berbagai faktor yang dipertimbangkan itu bertabrakan satu sama lainnya.

Apabila menghendaki keputusan yang dekat dari sisi lokasi, tentu saja harganya akan

sangat mahal. Sebaliknya jika menginginkan sebuah rumah berharga murah, maka

lokasi yang didapat akan semakin jauh dari pusat kota. Sehingga didapat sebuah

kesimpulan dalam pengambilan keutusan yang terdiri dari pemilihan perumahan kota A

dengan jarak yang terdekat dengan kota namun harganya lebih mahal atau memilih

perumahan kota B dengan posisi yang jarak menuju kota sangat jauh dengan akses

transportasi yang sukar, namun harganya lebih murah. Persoalan pengambilan

keputusan dengan tujuan jamak (Multiple Attribute Decision Making) menjadi lebih

mudah apabila pengambilan keputusan mampu untuk membuat peringkat kepentingan

dari berbagai relevan, dan menyatukannya secara integral. Kualitas dari sebuah

keputusan juga berkaitan dengan sebuah sistem informasi yang dapat menyangkut

secara terperinci segala sesuatu yang dianggap menjadi kebutuhan bagi masing-masing

masyarakat. Dari sebuah sistem informasi didapat sebuah kualitas informasi ditentukan

oleh beberapa hal, yaitu :

1. Relevan (Relevancy), dalam hal ini informasi yang diterima harus

memberikan manfaat bagi pemakainya. Kadar relevancy informasi antara

orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung kepada kebutuhan

masing-masing pengguna informasi tersebut. How is the message used for

problem solving (decision masking)? 

2. Akurat (Accurate), yaitu berarti informasi harus bebas dari kesalahan-

kesalahan. Selain itu informasi yang didapatkan tidak boleh bias atau

menyesatkan bagi penggunanya, serta harus dapat mencerminkan dengan

jelas maksud dari informasi tersebut. Ketidak akuratan data terjadi karena

Page 3: Tugas SPK

sumber dari informasi tersebut mengalami gangguan dalam penyampaiannya

baik hal itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sehingga menyebabkan

data asli tersebut berubah atau rusak.

Secara garis besarnya, keakuratan dari sistem informasi yang digunakan sebagai

suatu pengambilan keputusan didapat dari sebuah komponen, yang terdiri dari :

a) Completeness ; Are necessary message items present ? Hal ini dapat berarti

bahwa informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan

yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya

akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan

secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk

mengontrol atau memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi

tersebut.

b) Correctness ; Are message items correct ?  maksudnya bahwa informasi yang

diterima kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Kebenaran dari informasi

tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan.

c) Security ; Did the message reach all or only the intended systems users? 

Informasi yang diterima harus terjamin keamanan datanya.

d) Time Lines (Tepat waktu); Informasi yang dibutuhkan oleh si pemakai tidak

dalam hal penyampaiannya tidak boleh terlambat (usang) karena informasi yang

usang maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai yang baik dan kualitasnya

pun menjadi buruk sehingga tidak berguna lagi. Jika informasi tersebut

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka akan berakibat fatal

sehingga salah dalam pengambilan keputusan tersebut. Kondisi tersebut

mengakibatkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk

mendapatkan, mengolah serta mengirimnya memerlukan teknologi terbaru.

e) Economy (Ekonomis); What level of resources is needed to move information

through the problem-solving cycle ?. Kualitas dari Informasi yang digunakan

dalam pengambilan keputusan juga  bergantung pada nilai ekonomi yang

terdapat didalamnya.

f) Efficiency (Efisien); What level of resources is required for each unit of

information output ?

Page 4: Tugas SPK

g) Reliability (Dapat dipercaya); Informasi yang didapatkan oleh pemakai harus

dapat dipercaya, hal ini menentukan terhadap kualitas informasi serta dalam hal

pengambilan keputusan setiap tingkatan manajemen.

Sebagian besar pendekatan MADM dilakukan melalui dua langkah (Kusumadewi,

2006), yaitu: pertama, melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap

terhadap semua tujuan pada setiap alternatif, kedua,melakukan perangkingan alternatif-

alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa,masalah MADM adalah mengevaluasi m

alternatif Ai (i=1 , 2, …., m) terhadapsekumpulan atribut atau kriteria C j (j=1, 2, …, n),

di mana setiap atribut saling tidak bergantung satu sama lainya. Matriks keputusan

setiap alternatif terhadap setiapatribut, X, diberikan sebagai:

Di mana xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j. Nilai bobot

yang menunjukan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan sebagai,w:

w = {w1, w2, ..., wn}

Rating kinerja (X), dan nilai bobot (w) merupakan nilai utama yangmerepresentasikan

preferensi absolut dari pengambil keputusan. Masalah MADM

diakhiri dengan proses perankingan untuk mendapatkan alternatif terbaik yangdiperoleh

berdasarkan nilai keseluruhan preferensi yang diberikan (Kusumadewi,2006)

Penentuan Atribut

Analisis keputusan atribut berganda sangat bergantung pada proses penentuan atribut

oleh pembuat keputusan karena dengan atribut tersebut pembuatkeputusan akan

mengevaluasi pencapaian tujuan keputusan. Dalam melakukan pengayan ide atribut ada

Page 5: Tugas SPK

dua cara yang dapat ditempuh pembuat keputusan yaitumenggunakan panel ahli dan

melakukan surveyliteratur (Keneyet al ., 1976). Atribut yang digunakan harus mewakili

tujuan yang ingin dicapai.Proses pencarian hinga sub-subatribut yang lebih kecil terus

dilakukanhingga diperoleh atribut yang nyata. Hal-hal yang harus dimiliki oleh atribut

(Pardee, 1969) sebagai berikut:

a. Atribut harus lengkap, atribut telah mewakili semua hal yang relevan terhadap

keputusan akhir.

b. Atribut saling terpisah satu dengan yang lain, atribut tidak harus bergantung pada

atribut lain sehingga dapat dilakukan proses trade-off pada langkahs elanjutnya dan

menghindari double-counting.c.

Atribut dibatasi pada hal yang penting (signifikan) bagi kinerja. Atribut diawalioleh

tujuan utama yang abstrak dan ditingkat paling bawah (akhir) atribut akansangat jelas,

tidak saling bertentangan dan logis.

Pembobotan Atribut

Atribut tidak selalu memiliki tingkat kepentingan yang sama. Dengan pemberian

pembobotan yang berbeda, pembuat keputusan dapat menuangkan pertimbangan nilai

kepentingan yang berbeda di antara atribut keputusan. Bobot juga akan membimbing

seorang manajer proyek atau manajer program untuk mengupayakan hal terbaik dalam

pencapaian target yang memiliki bobot terbesar karena besarnya bobot juga

mengambarkan tingkat tangung jawab yang lebih besar terhadap atribut tersebut.

Contoh penilaian dan pembobotan dalam Malcom Baldrige Award (dari Departemen

Perindustrian Amerika Serikat pada industri yangada di negaranya) (Basyaib, 2006):

Page 6: Tugas SPK

Pengambilan keputusan dengan atribut jamak sebagai pemilihan berbagai

alternatif yang disifati dengan adanya berbagai atribut lainnya yang saling bersangkut

paut dengan inti persoalan yang ada. Dalam memasukkan tujuan jamak ke persoalan

tersebut sebagai persyaratan pengambilan keputusan, persoalan yang akan dihadapi

adalah dalam hal sulitnya mengkompromikan berbagai atribut yang digunakan karena

dampak perbedaan ukuran satuan (Measurement Unit) dari berbagai atribut yang

digunakan.

Hal lain yang secara intuitif bisa langsung dirasakan sebagai kesukaran dalam

sebuah pengambilan keputusan semacam inilah yang mengalami kesulitan dalam

menentukan berbagai atribut yang relevan untuk digunakan saat memilih berbagai

alternatif yang tersedia. Menentukan sebuah atribut yang penting dalam

mempertimbangkan sebuah keputusan yang meyangkut dalam ketepatan penentuan.

Terdapat beberapa jenis sistem pengambilan keputusan, yaitu :

a) Keputusan tak terprogram : tidak terprogram, tidak ada metode pasti

untuk menangani masalah.

b) Keputusan terprogram : bersifat berulang dan rutin, sedemikian sehingga

suatu produsen

Berdasarkan model dari sebuah sistem pengambilan keputusan terdiri dari :

a) Model matematika

b) Database

Page 7: Tugas SPK

c) Perangkat lunak

Super Goal

Pengusulan Super Goal (sasaran super) sebagai atribut acuan dalam masalah

pengambilan keputusan dengan tujuan jamak menurut Pardee (1969). Sasaran super

merupakan atribut yang normatif, bersifat lengkap, dan menyeluruh. Sasaran super

diisyaratkan bersifat mutually exclusive yang dapat diterjemahkan secara koheren dan

logis ke dalam atribut-atribut yang lebih rendah tanpa terjadi konflik, serta maksimum

berjumlah tujuh hal. Dapat ditampilkan seperti gambar di bawah ini bentuk sasaran

super yang terjadi dalam pengambilan keputusan

Page 8: Tugas SPK

Penyebab dari pembatasan super goal ke dalam tujuh item tersebut adalah karena dalam

pengambilan keputusan beratribut jamak, pengambilan keputusan harus menemukan

priorias utama di antara item-item atribut yang melalui cara pembandingan

berpasangan. Manusia dalam melakukan pembandingan hanya sanggup bersikap

konsisten dalam membandingkan sesuatu apabila jumlah yang dibandingkan tidak

melebih dari tujuh item yang telah disebutkan diatas atau dengan keinginan tersendiri

dalam menemukan ketujuh item tersebut.

Good SitesEcon Impact (less cost)

capital costlabor

transport

Utilities

Tax

operat cost

Funct Impact (higher productivity)Labor

Utility

Transport

Public Accept(better commun rel)

Attitude of local ATZ

Atitude of local GOV

Qual of Life(better living condit)

Housing

Climate & terrain

Health care

Crime

Page 9: Tugas SPK

Pembandingan Atribut

Ranking Atribut

Pembandingan atribut dilakukan dalam rangka memberikan nilai atau bobot

(weight) diantara atribut-atribut yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara

natural atau secara logisnya, apabila tidak terdapat preferensi diantara atribut-atribut

yang tercantum maka bobot dari setiap atribut adalah In

dimana n adalah jumlah atribut.

Namun dalam pengambilan keputusan seorang manajer sering kali memiliki

kepentingan yang berbeda relatif terhadap atribut-atribut yang digunakan. Sebagai

contoh dalam persoalan penentuan lokasi pendirian sebuah pabrik, mungkin manajer

memandang bahwa “Public acceptance” (penerimaan masyarakat) adalah sebagai

prioritas utama yang harus dijunjung sebagai persyaratan dalam membangun sebuah

pabrik, sedangkan sementara manajer lain memandang bahwa “economic impact”

adalah hal yang harus dipertimbangkan pertama kali. Sehingga dalam keputusan dari

tiap manajer selalu berbeda dalam sistem pengambilan keputusannya dengan segala

pertimbangan dan pemilihan suatu lokasi.

Ranking atribut merupakan metode paling sederhana dalam menentukan

prioritas antar atribut. Metode ini dimulai dengan membandingkan preferensi dua

atribut, misalkan X1> X2 , X3> X2 , X 3> X1. Penggunaan simbol p diperuntukkan bagi

semua X i> X j. Sementara itu, penggunaan simbol-simbol x penggunaannya selain dari

simbol tersebut. Menurut Yoon dan Hwang (1995) menyarankan ∑C untuk

menyatakan frekuensi bagi setiap atribut yang dinyatakan lebih disukai dibandingkan

dengan yang lainnya. Ranking diantara atribut kemudian dapat diurutkan berdasarkan

∑C sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

X1 X2 X3 X4 X5 ∑C Ranking

X1 - P P P P 4 1

X2 X - X P X 1 4

X3 X P - P X 2 2

X4 X X X - X 0 5

X5 X P P P - 3 3

Tabel 1. Ranking Atribut

Page 10: Tugas SPK

Pembobotan Atribut

Menurut Seaver dan Edward (1981) menyarankan ranking atas atribut bisa

dillihat secara subjektif, namun terpenting adalah bagaimana memberikan sebuah bobot

atau nilai pada atribut-atribut tersebut. Secara menyeluruh terdapat dua cara endekatan

yang disarankan. Pertama adalah metode-metode kebalikan rank (rank reciprocal

method) dan yang kedua adalah bobot penjumlahan rank (rank sum weight method).

Dalam sebuah metode kebalikan rank, formula yang digunakan adalah

W j=

1r j

∑ 1rk

Dimana W j= adalah bobot dari atribut j dan r j adalah rank dari atribut j. Sementara itu.

Metode kebalikan rank menggunakan formula sebagai berikut.

W j=(n−r j+1)

∑ (¿ n−r k+1)¿

Dimana n adalah jumlah atribut. Untuk lebih jelasnya, bobot dari atribut X1 s . d X 5 yang

dapat dilihat pada tabel 2

Atribut Rank 1/r W j1 (n−r j+1) W j

X1 1 1,0 0,44 5 0,33

X2 4 0,3 0,11 2 0,13

X3 3 0,3 0,15 3 0,20

X4 5 0,2 0,09 1 0,07

X5 2 0,5 0,22 4 0,27

2,3 15

Tabel 2. Pembobotan Atribut

Yang terpenting dari sistem pembobotan atribut adalah dengan menggunakan

salah satu dari dua metode yang telah disebutkan. Dari dua metode tersebut adalah

bahwa dasar pembuatan ranking dilakukan dengan menggunakan cara subjektif atau

cara ranking atribut, dimana kedua cara tersebut hanya mampu membedakan preferensi

Page 11: Tugas SPK

satu atribut dibandingkan dengan atribut lainnya, namun tidak mampu membedakan

seberapa besar preferensi satu atribut dibandingkan dengan atribut lainnya. Menurut

Thomas Saaty (1980) merumuskan sebuah metode yang mampu membedakan, baik

dengan preferensi relatif dari sebuah atribut maupun jarak preferensi atribut tersebut

dibandingkan dengan atribut lainnya.

Rasio Pemberian Bobot

Menurut Saaty, dalam sebuah rasio pemberian bobot (weighting) dengan

menggunakan skala 1-7 dengan penjabaran dengan penjabaran : 1 (dua atribut sama

penting); 3 (atribut pertama sedikit lebih penting), 5 atribut pertama jauh lebih penting);

dan 7 (atribtu pertama secara ekstrem lebih penting). Denganc cara ini, pengambil

keputusan tidak saja mampu membedaka ranking preferensi sebuah atribut, namun juga

jarak preferensi kedua atribut yang dibandingkan. Skala tengah (2,4,6) masih

dimungkinkan untuk diaplikasikan dalam metode Saaty.

Thomas L. Saaty adalah seorang profesor pionir Operation Research dan

penyusun textbook pertama dalam Mathematical Methods of Operational Research dan

sistem antrian. Ia adalah profesor dari Pittsburg University, Amerika Serikat kelahiran

Irak. Saaty adalah satu dari sedikit expert dalam metode pengambilan keputusan

(Decision Making).

Lahirnya AHP diawali pada tahun 1960. Thomas L Saaty ditunjuk memimpin

“research project for arms control and disarmament agency” di Departemen Pertahanan

Amerika mengenai masalah mis-komunikasi antara ilmuwan dan pengacara dalam

mengambil keputusan tentang nilai persenjataan Amerika Serikat dan posisi AS di

dunia. Thomas L Saaty merasa ada kebutuhan simple way dalam pembuatan keputusan.

Maka lahirlah AHP.

Thomas L. Saaty adalah seorang profesor pionir Operation Research dan

penyusun textbook pertama dalam Mathematical Methods of Operational Research dan

sistem antrian. Ia adalah profesor dari Pittsburg University, Amerika Serikat kelahiran

Irak. Saaty adalah satu dari sedikit expert dalam metode pengambilan keputusan

(Decision Making).

Lahirnya AHP diawali pada tahun 1960. Thomas L Saaty ditunjuk memimpin

“research project for arms control and disarmament agency” di Departemen Pertahanan

Page 12: Tugas SPK

Amerika mengenai masalah mis-komunikasi antara ilmuwan dan pengacara dalam

mengambil keputusan tentang nilai persenjataan Amerika Serikat dan posisi AS di

dunia. Thomas L Saaty merasa ada kebutuhan simple way dalam pembuatan keputusan.

Maka lahirlah AHP.

Penilaian yang diberikan dalam penggunaan metode AHP ini memberikan kita

keluwuesan dalam menilai, yaitu AHP menunjukkan pertimbangan dan nilai-nilai

pribadi secara logis (Saaty, 1993:23). Metode Saaty (Analisis Hirarki Proses) yang

digunakan dalam studi ini dikarenakan metode ini mempunyai keuntungan antara lain

(Saaty, 1993:27) :

1. Mekanisme pendekatan, yaitu suatu konsep operasional guna menyelesaikan

studi proyek ini secara terarah dan sesuai dengan kerangka acuan kerja.

Termasuk dalam pola dan konsep operasional tersebut adalah cara yang

digunakan dalam menggali dan menemukan permasalahan yang ada.

Selanjutnya setiap data dan fakta yang masuk dianalisis dengan metode

standar dan berbagai pemanfaatan ilmiah lainnya, serta standar perencanaan

tata ruang yang berlaku. Metode ini adalah suatu cara praktis untuk

menangani secara kualitatif bermacam hubungan fungsional dalam suatu

jaringan yang kompleks.

2. Mempunyai kemampuan memadukan perencanaan ke depan (yang

diproyeksikan) dan perencanaan ke belakang (yang diinginkan) dengan cara

yang interaktif, yang mencerminkan pertimbangan dari semua staf

manajerial yang berkepentingan.

3. Merupakan cara baru untuk menganalisa suatu permasalahan dengan

kemampuan antara lain:

Memadukan data yang sudah ada dengan pertimbangan subyektif tentang

faktor-faktor tak wujud

Memasukkan pertimbangan beberapa orang dalam memecahkan

konfliks.

Melakukan analisis sensitivitas dan revisi biaya murah

Menggunakan prioritas marginal maupun prioritas rata-rata untuk

membimbing pengalokasian

Page 13: Tugas SPK

Meningkatkan kemampuan manajemen untuk melakukan pertimbangan

secara eksplisit.

4. Suatu teknik yang melengkapi berbagai teknik lain, prioritas

(meminimaumkan resiko) untuk memilih proyek atau aktivitas.

5. Suatu pengganti tunggal untuk aneka ragam skema untuk memproyeksikan

masa depan dan melindungi terhadap resiko dan ketidakpastian.

AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian

masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan.

Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami dan menilai interaksi dari suatu sistem

secara keseluruhan. Proses tersebut dilakukan pula pada studi ini, dimana diidentifikasi

dahulu kriteria-kriteria yang merupakan faktor penilai dalam penentuan pemilihan

lokasi kawasan pusat pemerintahan, kemudian memberikan bobot. Dalam pemberian

bobot tersebut ada preferensi antar-atribut yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Adapun preferensi antar-atribut ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Preferensi antar-atribut metode Saaty

x1 x3 x3

x1 1 1/3 ½

x2 3 1 3

x3 2 1/3 1

Pada metode Saaty, pengambil keputusan cukup member nilai preferensi antar-

atribut sebanyak (n2 – n)/2 + n sel (cell).

Pada contoh ini, pengambil keputusan cukup member nilai preferensi sebanyak

(9 – n)/2 + 3 sel, yaitu sebanyak 6 sel. Sel lain berisi nilai inverse sel bayangannya.

Sebagai contoh, sel (1,2) berisi interval sel bayangannya, yaitu sel (2,1). Dengan

demikian, nilai sel (1,2) adalah 1/3. Sel (3,2) bernilai 1/3 sehingga sel (2,3) bernilai 3.

Setelah nilai preferensi setiap setiap atribut ditentukan selanjutnya adalah memperoleh

bobot atribut dengan menghitung rata-rata geometris setiap baris sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Page 14: Tugas SPK

=

Tabel 5.4. Prosedur perhitungan bobot Saaty

Rata-rata Geometrik Bobot

X1 (1 x 1/3 x ½)1/3 = 0,5503 0,1571

X2 (3 x 1 x 3)1/3 = 2.0801 0,5936

X3 (2 x 1/3 x 1)1/3 = 0,8736 0,2439

Jumlah = 3,5040

Bobot setiap atribut dihitung dengan membagi niali rata-rata geometris atribut

tertentu terhadap jumlah rata-rata geometris keseluruhan atribut. Sebagai contoh, bobot

atribut X1 adalah 0,5503/3,5040 = 0,1571.

Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif dilakukan dengan maksud mampu memilih alternatif terbaik

dari sejumlah alternatif yang tersedia baik untuk umur alternatif yang sama maupun

umur yang berbeda dengan metode yang tepat. Tujuan dalam memilih alternatif adalah

untuk mendapatkan keuntungan ekonomis yang optimal.

Dalam menyiapkan alternatif, ada beberapa persyaratan yaitu antara lain :

Alternatif harus bersifat exhausive (lengkap).

Alternatif harus bersifat mutual exclusive (tidak boleh muncul dlm 2

alternatif)

A.Dengan metode net present value (NPV)

1. Jika Umur masing-masing alternatif sama 

Menghitung NPV dari masing-masing alternatif dengan formula

Bandingkan NPV masing-masing alternatif 

Keputusan NPV terbesar merupakan alternatif terbaik.

2.Jika Umur masing-masing Alternatif tidak sama 

Dilakukan proses penyamaan umur alternatif ini dapat dilakukan dengan 3

metode, yaitu:

Metode penyamaan umur dengan angka kelipatan persekutuan terkecil

(KPK).

Page 15: Tugas SPK

Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang 

Metode penyamaan umur dengan suatu umur yg ditetapkan 

a) Menyamakan umur dengan Metode KPK

Metode ini mengasumsikan setiap alternatif akan dilakukan ”re-

investasi semu” sebanyak hasil bagi KPK dengan umur alternatif yangg

bersangkutan dikurang satu. Sehingga cash flow yang akan

diperhitungkan merupakan cash flow keseluruhan sepanjang umur KPK

tersebut.

b) Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang 

Dalam metode ini umur dipatok sama dengan umur terpanjang

dari alternatif tersedia, dan yang lainnya tetap dilakukan reinvestasi semu

sejumlah periode kekurangan dengan memperhatikan nilai buku pada

periode terpotong menjadi nilai sisa dari reinvestasi semunya.

c) Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpendek 

Umur yang diambil adalah umur terpendek, sehingga umur yang

panjang dipotong dengan memperhatikan nilai buku (BV) sebagai nilai

sisa dari alternatif terpotong

Pengambilan keputusan pada dasaranya merupakan pemilihan sebuah alternative

dari sejumlah alternaitf yang tersedia. Dalam pengambilan keputusan dengan tujuan

tunggal, seperti dalam hal pemilihan alternative dengan metode net present value

(NPV), tujuan pemilihan adalah mencari alternativ yang menghasilkan NPV paling

besar. Persoalan menjadi tidak sederhana pada saat tujuan kedua (atribut kedua)

dimasukkan kedalam persoalan ini. Misalnya, selain NPV, keputusan investasi ini harus

pula mempertimbangkan dampak social yang ditumbulkan oleh investasi yang dilakun.

Persoalan muncul apabila berbagai alternative investasi memiliki referensi dampak

social yang tidak koheren dengan referensi NPV-nya. Bagaimana jika sebuah alternative

investasi yang memberikan nilai NPV paling besar ternyata juga memberikan dampak

polusi paling besar?

2 metode pemilihan secara alternative dalam situasi keputusan dengan tujuan

jamak yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah metode pembobotan sederhana

(simple weighting mthod) dan metode eliminasi sekual (sequintal elimination method)

Page 16: Tugas SPK

Metode pembobotan sederhana

Dalam pemilihan alternatif, metode pembobotan sederhana menggunakan rumus

dibawah ini

V (A) maks = ∑ wjvj maks

Dimana V (A)maks adalah nilai maksimum dari alternative yang merupakan hasil

penjumlahan dari perkalian bobot atrbut tertentu (wj) dengan nilai setiap bobot (vj) yang

maksimum. Contohnya adalah jika pengambilan keputusan dihadapkan pada 6 alternatif

(alternative A – A6) dengan menggunakan 5 atribut T1-T5 dalam sebuah situasi

keputusan, sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Prosedur Perhitungan Metode Pembobotan Sederhana

Alternatif

Bobot

T1 T2 T3 T4 T5 Total0,4 0,3 0,1 0,15 0,05

A1 10 1/10 5 8 9 6,18

A25 1/7 5 5 5 3,54

A310 1/7 6 5 7 5,74

A47 1/5 7 7 7 4,96

A55 1/3 4 3 4 3,15

A65 1/6 5 5 6 3,60

Nilai masing-masing sel dalam Tabel 5.5 berupa nilai referensi dari NPV, nilai

biaya masing-masing alternative, jumlah tenaga kerja yang diserap masing-masing

alternatif, atau hal-hal lain sesuai dengan atribut yang digunakan, dimana nilai 0 adalah

referensi terendah (tidak prefer) dan nilai 10 adalah nilai referensi tertinggi. Missal saja,

A1-A6 memberikan NPV sebesar 10M, 5 M, 10M, 7 M, 5M, 5M. Sedangkan NPV yang

diijinakan minimal adalah 1M. Dengan demikian, nilai preferensi A1 sampai A6 dalam

hal NPV (T1) adalah (10/1, 5/1, 10/1, 7/1, 5/1, 5/1). Nilai preferensi biaya – seperti pada

kolom 3 tabel 5.5 – merupakan inverse dari biaya masing-masing terhadap biaya

maksimum yang diperbolehkan. Misalnya, biaya social dalam bentuk biaya perbaikan

lingkungan alternative A1 sampa dengan A6 adalah (1/10, 1/7, 1/7, 1/5, 1/3, 1/6). Nilai

– nilai lain untuk atribut berikutnya dapat diisi dengan menggunakan logika yang sama.

Page 17: Tugas SPK

Nilai maksimum yang diperoleh pada alternative A1 sebesar 6,18 (dan seterusnya untuk

alternatif yang lain).

Pembobotan Sederhana Dalam Paktik

Persaingan merek sepatu nike dengan adidas memaksa nike untuk memikirkan

langkah-langkah strateis yang harus dilakukannya. Ada tiga langkah yang menjadi

alternatif pilihan, yaitu :

1. Nike memainkan peran lebih baik dalam meningkatkan kondisi kerja,

2. Nike mengembangkan lebih banyak lagi produk-produk yang inovatif dan

melestarikan lingkungan,

3. Nike mengeluarkan produk-produk untuk konsumen atau pasar yang berusia

lebih muda.

Ada empat kriteria yang relevan dalam pemilihan alternaif ini yaitu:

1. Konsumen

2. Pemegang saham

3. Rekanan bisnis dan

4. Masyarakat.

Tabel 5.6 menggambarkan situasi tempat kriteria tempat tersebut.

Tabel 5.6 Pilihan Strategis bagi Nike

Alternatif

Bobot

KonsumnPemegang

SahamRekan Masyarakat

Total

0,3 0,2 0,3 0,2

Kondisi

kerja2 4 2 8 3,6

Produk

inovatif8 5 5 8 6,5

Pasar lebih

muda8 6 7 9 7,5

Dengan melihat pada analisis tersebut, tampaknya nike harus mempertimbangkan

alernatif untuk memasuki asar yang lebih muda sebagai pilihan strategisnya. Strategi ini

Page 18: Tugas SPK

memberikan nilai lebih bagi konsumen dan masyarakat. Bagi pemegang saham,

tampaknya langkah ini juga merupakan langkah yang bisa dianggap akan meningkatkan

nilai pemegang saham (Shareholders Dare’s Value). Rekanan bisnis nike juga akan

menganggap langkah ini sebagai kesempatan yang lebih luas dari mereka untuk

menjalin bisnis bersama nike.

Metode Eleminasi Sekual

Terkadang dalam sebuah situasi keputusan, terdapat atribut tertentu yang mutlak

harus dipenuhi sehingga metode pembobotan sederhana yang mengandung konsekuensi

menerima nilai atribut yang tidak memenuhi syarat dalam proses perata-rataan tidak

bisa digunakan. Contohnya dalam persoalan pemilihan kontraktor sebuah gedung.

Sering kali, ada persaratan biaya yang tidak boleh melebihi angka tertentu dengan

pengalaman kontraktor yang minimal harus dipenuhi dalam pengerjaan pembangunan

gedung seperti itu.

Tabel 5.7 Proses Eliminasi Alternatif dalam Metode Eliminasi Sekual

Kriteria Kontraktor 1 Kontraktor 2 Kontraktor 3 Kontraktor 4

Biaya proyek

(<500 juta)350 juta 450 juta 400 juta 500 juta

Pengalaman

(> 10 tahun)20 tahun 12 tahun 15 tahun 10 tahun

Rekam kerja

keterlambatan

(< 2 bulan)

1 bulan 1 bulan 2 bulan 0,5 bulan

Kualitas (>6) 8 7 6,5 8

Metode eliminasi sekual dimulai dengan proses eliminasi alternatif yang tidak

memenuhi atribut terpenting. Kemudian, meetode ini diteruskan dengn proses eliminasi

alternative untuk atribut berikutnya, dan seterusnya. Proses ini baru berakhir etelah

tidak ada lagi alternative yang bisa dieliminasi. Dengan mencermati table 5.7, pembaca

dapat memahami bahwa kontrator 4 tereliminasi pada criteria pertma, yaitu biaya

proyek (cost of project) harus lebih rendah dari Rp500 juta. Selanjutnya, kontraktor 3

Page 19: Tugas SPK

tereliminasi pada atribut berikutnya, yaitu rekam jejak (track record)-nya untuk

keterlambatan penyelesaian proyek proyek yang tidak boleh melebihi dua bulan.

SAW ( Simple Additive Weighting)

Salah satu metode penyelesaian masalah MADM adalah denganmenggunakan

metode SAW. Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot.

Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahanterbobot dari rating kinerja

pada setiap alternatif dari semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses

normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapatdiperbandingkan dengan

semua rating alternatif yang ada (Kusumadewi, 2005).

Kelebihan Metode SAW

Kelebihan dari model SAW dibandingkan dengan model pengambilankeputusan

yang lain terletak pada kemampuannya untuk melakukan penilaiansecara lebih tepat

karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot prefensi yangsudah ditentukan, selain

itu SAW juga dapat menyeleksi alternative terbaik darisejumlah alternatif yang ada

karena adanya proses perankingan setelah menentukannilai bobot untuk setiap atribut