Upload
agungbudianto
View
576
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ZOONOSIS VETERINER
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberculosis (TBC) adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan sering
menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia. Sehingga
selama ini kasus tuberculosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus
tuberculosis paru.
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita
batuk, sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru-paru dan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit
tuberculosis pada manusia melalui kotorannya.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan kedaruratan global
penyakit TBC karena pada sebagian besar Negara di dunia, penyakit TBC tidak
terkendali, terutama penderita menular (TBC positif). Demikian pula di Indonesia,
TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
china di dunia.
Penyakit ini mungkin menjadi sangat mudah untuk diatasi manakala
jumlah penderitanya terdata dengan baik. Pada kenyataannya, angka prevalensi
penyakit tuberkulosis paru ini menyerupai fenomena gunung es (iceberg
phenomenon), yaitu kasus yang muncul dipermukaan atau terdata lebih sedikit
dibandingkan kasus yang sebenarnya ada. Oleh karena itu usaha preventif dan
kuratif terhadap penyakit ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.
[ Penyakit Tuberculosis 1
ZOONOSIS VETERINER
B. TUJUAN
1. Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang penyebab dari
penyakit tuberculosis
2. Untuk mengetahui cara-cara pencegahan dari penyakit tuberculosis yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
3. Untuk menambah pengetahuan pada masyarakat tentang dampak yang
terjadi akibat penyakit tuberculosis.
C. MANFAAT
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dari tuberculosis dan
mengetahui cara-cara pencegahan dan penanggulangannya, serta diharapkan dapat
menurunkan terjadinya penyakit dan angka kematian penyakit TBC dengan cara
memutuskan rantai penularan sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
[ Penyakit Tuberculosis 2
ZOONOSIS VETERINER
BAB II
PENDAHULUAN
A. ETIOLOGI TUBERCULOSIS
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri dari genus Mycobacterium
(Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium avium) yang
menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat, sistem
limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan kulit.
Penyakit ini diketahui dapat menyerang semua bangsa burung, mamalia, primata,
termasuk manusia. Selain Mycobacterium tuberculosis (tipe human), dikenal juga
spesies Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium avium. Mycobacterium bovis
dan Mycobacterium avium jarang terjadi pada orangutan. Hanya terdapat sekitar
10% laporan kasus TBC pada primata yang disebabkan oleh Mycobacterium
bovis. TBC tipe Human yang paling banyak ditemukan pada primata dan manusia
(Sari 2004).
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24
Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri
penyebab penyakit tuberkulosa (TBC). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun
dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil yang
merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok
[ Penyakit Tuberculosis 3
ZOONOSIS VETERINER
yang panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung
membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan.
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram
positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna
basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi
iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam.
Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari
pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan
bergerombol. Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora
serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid
kira-kira setinggi 60%. Pada dinding sel Mycobacteria, lemak berhubungan
dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati
pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar
matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat
bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat
bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat
hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2
tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara
lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini
dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur
dalam 2-10 menit.
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun
dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini
dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant. Pada sifat dormant ini
apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang,
kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali. Mycobacterium tuberculosis
[ Penyakit Tuberculosis 4
ZOONOSIS VETERINER
merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus TBC biasanya mereka
ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria mendapat energi
dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas biokimianya tidak
khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena
sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga
penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena
pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis
dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak
dengan baik pada suhu 22-23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang
tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab.
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya
melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses
respirasi dan terhisap masuk saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri
Mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru-paru manusia. Droplet yang
terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di dalam paru-paru.
Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya
mengandung kuman TB hidup (BTA (+). Infeksi kuman ini paling sering
disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara
berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari
penderita saat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung
kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di saluran
napas. Bakteri aktif mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati
banyak manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat
hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan
berterbangan di udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat
hidup.
[ Penyakit Tuberculosis 5
ZOONOSIS VETERINER
Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh
dengan orang namun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat-tempat ramai
yaitu sarana perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada asrama,
penjara, bahkan dari dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya.
Habitat asli dari bakteri ini adalah manusia, dan hanya menjadikan lingkungan
sebagai perantara.
B. EPIDEMI dan EKOLOGI
1. Tuberculosis Pada Manusia
Pembicaraan tentang Tuberkulosis pada manusia yang berasal dari hewan
tidak dapat dipisahkan dari tuberkulosis lain yang ditularkan dari manusia ke
manusia yaitu M. tuberculosis. Di sebagian negara berkembang, penyakit ini
merupakan penyakit penting yang menimbulkan problem kesehatan masyarakat.
Tuberkulosis dapat menyerang setiap tubuh manusia pada hampir semua jenis
jaringan. Tuberkulosis paru merupakan bagian terbesar kasus dan yang paling
penting dipandang dari sudut epidemiologi. Penyakit ini biasanya bersifat kronis,
beragam bentuknya dan kadang asimptomatis. Dapat menjadi parah dengan tiba-
tiba pada setiap tahapnya, tetapi meskipun begitu, pada beberapa kasus dapat
sembuh sendiri.
Aktifitas dari tuberkulosis paru ditentukan dengan jumlah bakteri yang
ditemukan di sputum, perubahan patologis dapat ditemukan dengan radiografi dan
efek dari gejala klinis. Secara rontgenologis abnormalitas yang tampak adalah
infiltrasi, kavitasi dan fibrosis. Gejala klinis yang tampak adalah batuk, kelemahan
umum, demam, kehilangan berat badan, keringat dimalam hari, nyeri dada dan
hemoptisis. Tanda-tanda klinis ini dapat juga tidak muncul sampai tahap lanjut
penyakit.
Untuk diagnosis banding keadaan-keadaan berikut ini harus
dipertimbangkan seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas, pneumonia,
bronkitis kronis, bronkietaksis, penyakit sistik, karsinoma, tumor jinak
bronkopulmoner, actinomikosis. Beberapa tipe pneumonicosis, dan juga abses
[ Penyakit Tuberculosis 6
ZOONOSIS VETERINER
paru-paru metastase tumor dan sarkodiosis. Diagnosis juga dapat diteguhkan
dengan mudah bila didasarkan kepada pemeriksaan sputum, radiografi,
pemeriksaan fisik penderita dan sejarah penyakit.
Tuberkulosis ekstra pulmonal pada ginjal, hati dan limpa, tulang
meninges, testes, ovarium dan organ lain seperti persendian, usus dan larinks
biasanya diakibatkan oleh invasi lesi eksudatif ke dalam aliran darah.
Tuberkulosis ekstrapulmonal lebih jarang terjadi daripada bentuk pulmonal.
Meningitis tuberkulosis dapat timbul sebagai akibat komplikasi dari tuberkulosis
primer yang kronis, terutama pada bayi dan anak-anak. Infeksi dengan M. bovis
biasanya mengakibatkan lesi lokal, terutama dikulit, tangan dan tuberkulosis
primer di kelenjar pertahanan tubuh (limfoglandula). Hasil ulasan ilmiah terbaru
menunjukkan bahwa penularan melalui droplets ternyata lebih sering daripada
yang diduga sebelumnya.
Prevalensi tuberkulosis manusia yang berasal dari tuberkulosis sapi telah
berkurang di negara-negara yang mengharuskan pasteurisasi susu dan dinegara-
negara dimana pengendalian dan pemberantasan tuberkulosis pada sapi telah
dijalankan dengan baik. Kepekaan manusia terhadap bakteri tuberkulosis sapi
sama besar terhadap bakteri tuberkulosis manusia dan bila lesi telah terbentuk di
suatu organ, bentuk maupun jalannya penykit tidak dapat dibedakan lagi, apakah
M. bovis atau M. tuberculosis yang dapat diisolasikan, termasuk juga sifat-sifat
dan kerusakan lesi setelah autopsi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk yang paling sering dijumpai
pada infeksi oleh M. bovis adalah bentuk ekstra pulmonal dan anak-anak
merupakan individu yang paling sering terserang. Alasan timbulnya bentuk ekstra
pulmonal pada infeksi M. bovis adalah bentuk ekstra pulmonal dan anak-anak
merupakan individu yang paling sering terserang. Alasan timbulnya bentuk
ekstrapulmonal pada infeksi M. bovis pada manusia bukan karena besar afinitas
kuman tersebut ke organ lain, tetapi karena umumnya ditularkan melalui susu atau
produk susu mentah. Tuberkulosis ekstrapulmonal yang ditimbulkan oleh M.
Bovis berupa adenitas leher, infeksi alat urogenital, tuberkulosis tulang dan sendi.
[ Penyakit Tuberculosis 7
ZOONOSIS VETERINER
Masa penularan ini amat panjang, penyebaran penyakit dapat terjadi
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Meskipun beberapa literatur
menyebutkan bahwa mungkin terjadi penularan M. bovis dari orang ke orang,
tetapi pada kenyataanya penyakit yang ditimbulkan oleh M. bovis pada manusia
tidak akan menyebar seperti penyebaran M. tuberkulosis di antara manusia. Bila
transmisi penyebab penyakit melalui pangan telah dapat dicegah, maka kasus
tuberkulosis oleh M. bovis pada manusia biasanya terjadi karena mata
pencaharian/okupasi penderitanya. Selain pada tuberkulosis kulit dan alat
urogenital, tuberkulosis ekstrapulmonal biasanya tidak menyebar ke penderita
lain.
a. Uji Konfromasi
Uji diagnostik klinis maupun tuberkulinasi menggunakan beragam
antigen yang dimurnikan tidak dapat membedakan infeksi yang
disebabkan oleh M. tuberculosis ataupun M. bovis pada manusia.
b. Pengobatan dan Prognosis
Program nasional pemberantasan tuberkulosis minimal adalah
bahwa setiap kasus yang telah diidentifikasikan harus menerima
pengobatan antituberkulosis, baik diberikan di rumah sakit, secara
ambulatoir ataupun di rumah masing-masing. Setiap pasien harus
diperiksa sputumnya untuk menemukan bakteri tuberkulosis,
[ Penyakit Tuberculosis 8
ZOONOSIS VETERINER
rontgenografi dada penderita (bila dimungkinkan) dan kultur harus dibuat
untuk pengujian . Pengobatan harus diteruskan tanpa henti sampai ke
bulan keenam setelah sputum negatif dari bakteri.
c. Faktor yang mempengaruhi Kemunculan
Faktor yang paling penting adalah jumlah sapi yang terinfeksi oleh
penyakit ini. Jumlah orang yang terpapar dengan hewan yang terinfeksi
tuberkulosis manusia. Bila penyakit ini menyebar luas ke masyarakat,
infeksi dengan M. tuberculosis akan mencegah superinfeksi dengan
bakteri M. bovis, karena infeksi dengan yang pertama akan memberikan
sedikit imunitas dari superinfeksi. Hal yang sama terjadi pada vaksinasi
dengan BCG (bacillus calmette-guerin). Pada hampir semua sapi yang
tertular, gejala klinis tidak jelas dan hanya uji-uji yang dilakukan oleh
dokter hewan dapat mendeteksi adanya carrier. Kekebalan alamiah
terhadap tuberkulosis terdapat pada anjing dan kucing, tetapi hewan-
hewan yang dipelihara di kebun binatang (terutama kera) memiliki
resistensi alamiah atau dapatan yang rendah sehingga timbulnya penyakit
menular pada kawanan ini, biasanya terjadi lebih awal dari pada kawanan
lainya.
Tuberculosis yang berasal dari hewan merupakan suatu resiko mata
pencaharian sehingga pekerja di bidang pertanian dan mereka yang bekerja
di perdagangan daging dan di industri susu lebih sering terkena penyakit
ini daripada pekerja dibidang lain. Dengan sendirinya tingkat sosio
ekonomi akan sangat mempengaruhi kemungkinan infeksi dan tertular
penyakit. Kemiskinan akan menyebabkan malnutrisi dengan konsekuensi
kehilangan bobot badan. Penyebaran infeksi tuberkulosis yang berasal dari
sapi umumnya tinggi di negara-negara yang hewanya dikandangkan pada
musim dingin. Masyarakatnya mempunyai kebiasaan untuk minum susu
tanpa didihkan terlebih dahulu dan mempunyai kebiasaan untuk menjaga
hewanya dikandang.
d. Cara penularan ke manusia
[ Penyakit Tuberculosis 9
ZOONOSIS VETERINER
Susu adalah media penularan yang paling ideal ke manusia. Bakteri
penyebab tuberkulosis merupakan organisme tunggal yang teremulsikan
ke lemak dan emigrasi ke jaringan mukosa dan limfoid dipermudah karena
pada saat yang sama pangan sedang dicerna oleh tubuh penderita.
Dinegara-negara dan tempat-tempat lain didunia, anak-anak merupakan
korban utama dari M.bovis. Kenyataan ini membuktikan bahwa masih ada
praktek pemberian susu yang tidak dimasak terlebih dahulu kepada anak-
anak.
Penelitian di Denmark menyatakan bahwa kemungkinan
mendapatkan infeksi tuberkulosis paru oleh M. bovis sepuluh kali lebih
kecil daripada oleh M.tuberculosis dan lebih lagi dapat dikatakan bahwa
infeksi oleh M. bovis pada manusia tidak akan terjadi bila tidak ada infeksi
pada sapi. Sebaliknya, infeksi M. tuberculosis hampir tidak berbahaya
pada sapi. Infeksi ini hanya akan meningkatkan sensitifitas sapi terhadap
uji tuberkulin.
e. Penularan dari Anjing dan Kucing
Dari hewan kesayangan anjing dan kucinglah hewan yang perlu
diwaspadai. Kemungkinan kedua hewan kesayanagn ini sebagai penular
tetap ada, tetapi manusia lebih sering menulari daripada sebaliknya.
Hubungan yang erat antara kedua hewan ini dengan anak-anak akan
mempermudah penularan, tetapi harus juga diperhitungkan penularan,
tetapi harus juga diperhitungkan penularan melalui droplets dan debu.
Merupakan suatu kenyataan pula bahwa anjing dan kucing agak resisten
terhadap infeksi bakteri tuberculosis sehingga hewan-hewan ini jarang
sekali menjadi sumber penularan bagi manusia.
f. Penularan dari Kera
Kera yang terserang tuberkulosis merupakan ancaman yang amat
serius terhadap kesehatan masyarakat. Kera yang didapat dari hutan
umumnya bebas dari tuberculosis dibanding dengan kera yang ditangkap
disekitar permukiman manusia. Kera yang berasal dari hutan umumnya
[ Penyakit Tuberculosis 10
ZOONOSIS VETERINER
mendapatkan infeksi dari penangkap ataupun pemeliharaanya sebelum
diperdagangkan dan atau diekspor. Sekali koloni kera untuk keperluan
penelitian medis tertular, infeksi secara cepat akan menular secara cepat
diantara koloni tersebut. Umumnya telah diketahui bahwa infeksi
tuberculosis pada kera rhesus amat mematikan. Uji tuberkulin cukup dapat
diandalakan untuk endeteksi kasus primer pada kera, sedangkan untuk
kasus sekunder pemeriksaan radiologi sangat dinjurkan.
2. Tuberkulosis pada Hewan
a. Penularan Tuberkulosis dari Manusia ke Sapi
Dalam penularan Tuberkulosis manusia ke sapi, dua spesies
Mycobacterium yang terlibat yaitu M. tuberculosis dan M. bovis.
Penularan M. tuberculosis ke sapi tidak mempunyai kepentingan
epidemiologis karena spesies ini tidak menular ke sapi karena sapi amat
resisten terhadapnya. Infeksi ini pada sapi tidak akan menyebabkan
penyakit yang progresif.
Penularan Bakteri Mycobacterium 1
Penderita tuberculosis paru yang berasal dari sapi selanjutnya dapat
menularkan kembali penyakitnya ke sapi. Kejadian ini sering terjadi di
peternakan-peternakan yang telah terbebaskan dari tuberkulosis yang
kemudian terinfeksi kembali. Sumber infeksinya adalah pekerja-pekerja
penderita tuberkulosis yang disebabkan oleh M. bovis. Infeksi ke seluruh
[ Penyakit Tuberculosis 11
ZOONOSIS VETERINER
kandang oleh petani dan atau perawat hewan yang menderita tuberculosis
terbuka asal sapi (oleh M. bovis).
b. Deteksi Reservoir.
Induk semang dari M. bovis adalah sapi dan M. tuberculosis adalah
manusia. Biasanya infeksi pada spesies lain, termasuk ruminansia akan
menurun bila tuberkulosis pada sapi terberantas. Tuberkulosis pada kerbau
merupakan problem dibeberapa negara asia, seperti halnya tuberculosis
pada unta di timur tengah dan di bagian selayan bekas Uni soviet.
Kambing dan domba agak rentan terhadap penyakit ini dan seperti pada
sapi dan babi, hewan-hewan ini bertipe reaksi eksudatif, sedangkan pada
kuda dan karnivora reaksi jaringan terhadap infeksi tuberculosis adalah
tipe produktif. Tuberculosis bukanlah infeksi yang umum dijumpai pada
kuda.
3. Pengendalian
Pencegahan infeksi pada manusia oleh M. bovis dapat dilakukan
dengan pasteurisasi susu. Vaksinasi dengan BCG dan lebih berhasil bila
dilakukan pengendalian dan eradikasi tuberkulosis pada sapi. Satu-
satunya cara pendekatan yang rasional dalam mengurangi dan atau
menghilangkan sama sekali kerugian-keugian yang disebabkan oleh
infeksi tuberkulosis pada sapi dan sekaligus mencegah timbulnya kasus
pada manusia oleh M. bovis adalah dengan pembuatan program
pengendalian dan pembasmian tuberculosis pada sapi. Tindakan eradikasi
biasanya berupa uji tuberkulin secara berulang sampai seluruh kasus
tuberkulosis pada sapi ditemukan dan memisahkan penderita dari
kawanannya. Program ini ternyata berhasil di negara-negara maju karena
tersedianya dana yang cukup. Tetapi di negara-negara berkembang faktor
pendanaan untuk membiayai ganti rugi untuk peternak, merupakan
kendala terbesar untuk keberhasilan program pengendalian dan atau
eradikasi tuberculosis sapi.
[ Penyakit Tuberculosis 12
ZOONOSIS VETERINER
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tuberkulosis pada ternak disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, dibagi dalam tiga tipe yaitu : tipe human, tipe avian dan tipe bovine.
Ketiga tipe ini dibedakan dari sifat-sifat bakteri pada pupukan tingkat virulensi
pada beberapa hewan percobaan. TCepekaan hewan ataupun ternak terhadap salah
satu berbeda satu dengan lainnya. Kasus tuberkulosis pada ternak masih jarang
diiemukan dibandingkan dengan penyakit zoonosis lainnya. Penularan
tuberkulosis terutama melalui jalur pernafasan, infeksi silang antara hewan,
peralatan yang terkontaminasi melalui makanan ataupun minuman yang juga
terkontaminasi.
Pengendalian tuberkulosis pada ternak ataupun hewan secara umum perlu
dilakukan pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan berupa karantina
yang ketat, uji tuberkulin yang rutin dan penyingkiran reaktor. Tindakan
pengobatan umumnya jarang dilakukan kecuali untuk hewan langka ataupun yang
merniliki nilai lebih atau hewan penelitian. Campur tangan pemerintah dalam
dunia peternakan dan kehewanan dapat berupa peraturan, undang-undang yang
mengatur lalu lintas hewan, karantina, obat hewan, kesmavet atau dengan
peraturan-peraturan daerah yang berlaku, bertujuan untuk peningkatan nilai
ekonomi, pendapatan perkapita dan terbentuknya lapangan pekerjaan yang baru.
[ Penyakit Tuberculosis 13
ZOONOSIS VETERINER
DAFTAR PUSTAKA
Soejoedono, 2004. Zoonosis. Laboratorium Kesmavet. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mammalia). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
[ Penyakit Tuberculosis 14