6
TUGAS PENGENDALIAN TERPADU HAMA & PENYEKIT TANAMAN Nama : ANGGI KRIS HADIANTO NIM : H 1106015 Copyright © 2002 Harian KOMPAS, Jumat, 21 September 2007 Pertanian “Waspadai Wereng Batang Coklat” Ciamis, Kompas - Perubahan cuaca yang tidak menentu membuat suhu udara menjadi lembab. Kondisi itu mengakibatkan munculnya organisme pengganggu tanaman atau OPT, seperti wereng batang coklat yang bisa merusak tanaman padi. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Endang Supardi, Kamis (20/9), mengatakan, cuaca yang lembab sangat kondusif bagi berkembangnya OPT. "Cuaca yang kadang panas kadang dingin memungkinkan OPT, seperti wereng batang coklat (WBC), ulat grayak, dan penggerek batang, untuk masuk. Di Ciamis tiga OPT inilah yang dominan menyerang pertanaman," kata Endang. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, dalam lima bulan terakhir WBC telah menyerang sawah seluas 108 hektar dengan intensitas 18 persen. Sementara penggerek batang menyerang 150 hektar sawah dengan intensitas 10 persen, dan ulat grayak menyerang 99 hektar sawah dengan intensitas 26 persen. Petani di Ciamis selama 15 tahun ini terlena dengan tidak ditemukannya kasus serangan hama WBC di daerah itu. Kini WBC menyerang Cilacap, lalu bermigrasi ke daerah perbatasan, seperti Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar. Daerah yang terserang WBC di Kabupaten Ciamis, di

TUGAS_2_PHT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS_2_PHT

TUGASPENGENDALIAN TERPADU HAMA & PENYEKIT TANAMAN

Nama: ANGGI KRIS HADIANTONIM : H 1106015

Copyright © 2002 Harian KOMPAS, Jumat, 21 September 2007 Pertanian

“Waspadai Wereng Batang Coklat”

Ciamis, Kompas - Perubahan cuaca yang tidak menentu membuat suhu udara menjadi lembab. Kondisi itu mengakibatkan munculnya organisme pengganggu tanaman atau OPT, seperti wereng batang coklat yang bisa merusak tanaman padi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Endang Supardi, Kamis (20/9), mengatakan, cuaca yang lembab sangat kondusif bagi berkembangnya OPT. "Cuaca yang kadang panas kadang dingin memungkinkan OPT, seperti wereng batang coklat (WBC), ulat grayak, dan penggerek batang, untuk masuk. Di Ciamis tiga OPT inilah yang dominan menyerang pertanaman," kata Endang.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, dalam lima bulan terakhir WBC telah menyerang sawah seluas 108 hektar dengan intensitas 18 persen. Sementara penggerek batang menyerang 150 hektar sawah dengan intensitas 10 persen, dan ulat grayak menyerang 99 hektar sawah dengan intensitas 26 persen.

Petani di Ciamis selama 15 tahun ini terlena dengan tidak ditemukannya kasus serangan hama WBC di daerah itu. Kini WBC menyerang Cilacap, lalu bermigrasi ke daerah perbatasan, seperti Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar.

Daerah yang terserang WBC di Kabupaten Ciamis, di antaranya Kecamatan Lakbok, Kalipucang, dan Rancah. Kecamatan tersebut merupakan daerah perbatasan dengan Kota Banjar dan Cilacap.

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Banjar Sarjono mengatakan, serangan WBC tidak lebih dari 10 hektar pada hamparan 142 hektar di Kecamatan Langensari. Kecamatan ini merupakan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Cepat ditanggulangi

Menurut Endang, di Ciamis serangan OPT telah ditanggulangi secara cepat oleh dinas dan petani. Pemerintah daerah pun telah memberikan

Page 2: TUGAS_2_PHT

stimulan racun pembasmi hama.

"Kalau populasi OPT sudah banyak, kita tidak bisa lagi membasmi dengan pestisida nabati karena khawatir tidak terbasmi semua sehingga populasinya menyebar. Sementara pada daerah kronis endemis, pestisida sudah digunakan pada tanaman di persemaian," kata Endang.

Sebagai antisipasi, Endang tetap menganjurkan petani agar tidak memaksa menanam padi jika air tidak mencukupi. Penanaman dapat diganti dengan palawija. Selain untuk menghindari gagalnya panen, langkah ini juga bisa memutus mata rantai pertumbuhan OPT.

Upaya lain yang bisa dilakukan petani ialah membakar jerami. Meski cara ini pada kondisi normal tidak dianjurkan, hal ini terpaksa dikerjakan untuk mengantisipasi penyebaran OPT. (adh)

1) Kasus hama di Lapang

Kasus hama yang diambil pada tugas ini adalah kasus serangan wereng batang

cokelat di beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Tengah.

2) Penentuan kerusakan

Kerusakan akibat serangan wereng batang cokelat adalah daun menguning

seperti terbakar, tanaman layu pertumbuhan tanaman terhambat atau menjadi

kerdil. Namun, gejala awal yang tampak dan khas akibat serangan wereng

batang cokelat berupa penguningan daun pada luasan tertentu yang tampak

sebagai bagian luasan area persawahan seperti terbakar. Wereng batang

cokelat diketahui mengisap cairan pada pangkal batang padi, sehingga

menyebabkan suplai air dan nutrisi dari akar tidak dapat mencapai bagian atas

tanaman atau tidak dapat mencukupi kebutuhan tanaman. Akibatnya, tanaman

menjadi kerdil dan layu. Selain itu, diketahui wereng batang cokelat

menyebarkan virus kerdil rumput, sehingga serangan wereng ini perlu

diwaspadai dan segera dikendalikan.

3) Penentuan luas area serangan

Beberapa kabupaten di propinsi Jawa Barat yang terserang wereng batang

cokelat adalah kabupaten Ciamis yang tersebar dibeberapa desa/kelurahan.

Secara kuantitatif luas serangan mencapai 108 hektar dengan intensitas

Page 3: TUGAS_2_PHT

kerusakan 18%. Oleh karena luas serangan telah diketahui, maka dalam

pengambilan sampel digunakan luasan 1 petak sawah sebagai unit sampel

pada tiap desa yang terserang.

4) Penentuan pola per petak sampel

Pola pengambilan sampel per petak sampel (yaitu 1 ha pada tiap unit

sampel) secara diagonal atau pola ‘X’ karena dinilai pola ini representatif

untuk pola sebaran hama wereng yang umumnya membentuk sebaran

random mengelompok (pola serangan berawal seperti membentuk

lingkaran yang mula-mula berluasan kecil kemudian meluas, lingkaran

yang meluas saling bertemu (Pracaya, 2005)).

Dasar penentuan pola per petak sampel dengan pola ‘X’ tersebut juga

karena pada umumnya areal persawahan merupakan areal yang terbuka,

cenderung homogen dan mendapat sinar matahari penuh, sehingga tidak

terdapat vegetasi lain yang berfungsi sebagai naungan. Dengan demikian,

dapat diasumsikan setiap areal persawahan pada masing-masing petak

sampel mempunyai kondisi ekologi yang sama untuk perkembangan

tanaman maupun sebagai habitat hama (kondisi kelembaban, pengairan,

suhu dan pencahayaan sama).

5) Penyusunan program sampling

Sampel yang digunakan adalah rumpun padi. Hal ini didasarkan pada pola

pertumbuhan padi yang umumnya mempunyai banyak anakan sehingga

membentu rumpun. Selain itu, wereng cokelat menyerang batang padi

pada tiap rumpun padi, dan pada setiap rumpun terkadang dijumpai

beberapa individu wereng yang melakukan aktivitas makan maupun

sebagai tempat peletakan telur.

Jumlah sampel tiap petak diambil sebanyak 10 sampel berdasarkan pola

pengambilan sampel yang sudah ditetapkan (pola ‘X’).

Unit sampel diambil secara acak berlapis atau stratified random sampling,

karena dirasa pola ini merupakan pola sampling yang terbaik untuk

pengamatan populasi hama. Hal ini disebabkan variasi data populasi hama

dan kerusakannya dan tingkat populasi dipengaruhi oleh faktor biotik dan

Page 4: TUGAS_2_PHT

abiotik daerah/habitat setempat (Untung, 2001). Pola acak berlapis

dilakukan dengan membagi wilayah pengamatan berdasarkan umur

fisiologis atau tingkat perkembangan tanaman, yaitu pada pertanaman padi

pada fase vegetatif dan padi pada stadium generatif (sebelum panen).

Pola stratified random sampling digunakan karena didasarkan pada

perilaku hama werwng cokelat yang diketahui menyerang pada fase

vegetatif dan generatif tanaman padi, bahkan pada persemaian.

6) Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan metode mutlak karena hama ini

terlihat pada pang batang padi. Dengan menggunakan metode ini dapat

dihasilkan angka pendugaan populasi dalam bentuk jumlah individu wereng

per rumpun padi. Dengan angka kepadatan populasi yang telah diperoleh

tersebut maka dapat langsung ditentukan pendugaan populasi pada setiap

wilayah pengamatan. Selain itu, wereng yang menyerang pertanaman padi

adalah pada stadium larva, sehingga umumnya larva tersebut menetap pada

habitatnya dan lebih mudah diamati karena mobilitasnya terbatas.