Upload
deva
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tujuan Ekonomi Islam
Citation preview
Tujuan Ekonomi Islam
Setiap perjuangan mempunyai tujuan. Demikian juga Negara juga mempunyai tujuan.
Terutama dibidang perekonomian, menurut cita-cita dan konsepsi politik masing-masing.
Demikian juga Islam, agama yang berisikan semua ajaran dan aturan untuk mencapai
kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat, untuk mendapatkan kemakmuran material
dan spiritual. Dengan demikian Islam sebagai agama samawi yang merupakan agama
terakhir, adalah diperuntukkan untuk memberikan ajaran dan aturan serta semua tatanan
masyarakat, yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup baik material maupun
spiritual, kemakmuran ekonomi, kesejahteraan politik dan ketinggian budaya, ilmu dan kultur
sesuai dengan ajaran Al-Quran dan sunnah Rasul, yang tercantum didalam firman Allah:
�ٌة� آَي �اِن� َت َّن َج� َع�ن �ِم�ين� َي ِم�اٍل� َو�ِش� �وا �ُل ُك ِم�ن ِق� �ْز �ِّر ��ْم �ُك ِّب ِّر� َوا �ُر� ُك �َو�اِش �ُه� َل �َد�ٌة� �ُل ِّب �ٌة� �َب َط�ي َو�ِّر�ٌّب* َغ�ُف�وِّر�
��َق�َد َل �اِن� ُك � �ٍإ َب �َس� َل ِف�ي ��ِه�ْم �َّن ُك �ِم�َس
Artinya: “makanlah oleh kamu dari rezeki yang di anugerahkan Tuhanmu, dan
bersyukurlah kepadanya. Negerimu adalah negeri yang baik dan didalam pengampunan
Tuhan”. (QS. As-Saba :15)
Ayat diatas mengandung pengertian, masyarakat (negerinya) dimana diatur dan
dikelola dengan baik, menjauhi kemaksiatan, kebatilan dan kemungkaran, yang adil dan
beradab agar mendapat rahmat dan perlindungan Allah.
Firman Allah :
�ُه� �اُت �َب َن �ْذ�ِن� �ٍإ ِّب �ُه� ِّب ِّر� ِذ�ي َو�اَل �َث� َب َخ� � َال ُج� �ْخ�ُر� َي �َال ِإ �ُك�َد?ا َن �َك� �ِذ�َل ُك ُف� ��َص�ُر َن �اِت� اآلَي � �َق�و�ٍم َل َوِن� �ُر� ُك ��ْش َي
�َد� �ُل �َب َو�اَل �ُب� اَلَّطي ُج� �ْخ�ُر� َي
Artinya: “dan negeri yang baik (yang mendapat rahmatNya) tanam-tanaman yang
tumbuh subur dengan izin Allah”. (QS Al-A’raf : 58)
Firman Allah:
� َق�وا َو�اُت �ا َّن ��ْح �ُف�َت َل �ِه�ْم �ي َع�ُل �اِت� ُك �ُر� ِّب ِم�ن� ِم�اء اَلَس ِّر�ِض�� َو�اَأل �ُك�ن َو�َل � �وا �ِذِّب ُك �اُه�ْم ِذ�َن َخ�
� ِف�َأ �ِم�ا ِّب � �وا �اَن ُك �وِن� َب �َس� �ُك َي
��و َو�َل ِن� َأ �ُه�َل� َأ ى �َق�ُر� اَل � �وا آِم�َّن
Artinya : “jikalau sekiranya warga negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kami
akan melimpahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat) maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan-perbuatannya”. (QS Al-A’raf : 96)
Firman Allah :
�ا ْد�َن ِّر�� َأ �ِن َأ Sِه�ُل�َك� َن �ٌة? َي �َق�ُر �ا َن �ِم�ُر
� َأ ِف�يِه�ا �ُر� ِم�َت � َق�وا ِف�ُف�َس� ِف�يِه�ا ِف�ْح�َّق �ِه�ا �ي َع�ُل �َق�و�ٍل� اَل �اُه�ا َن �ِف�َد�ِمُر ا �َد�ِم�يُر? ُت
�ْذ�ا َو�ِإ
Artinya: “dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang yang hidup mewah di negeri mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri
maka sepantasnya berlaku ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-
hancurnya”. (QS Bani Israil : 16)
Jika suatu negeri diatur dengan baik, penguasa dan masyarakat selalu berbuat baik
(ma’ruf), menjauhi kemungkaran, kemaksiatan, bersifat kasih-mengasihi sesama manusia,
maka Allah menjamin negeri tersebut, akan menjadi negeri makmur dan sejahtera didalam
lindunganNya. Tetapi sebaliknya, jika negeri itu diatur secara tidak benar, banyak korupsi
dan kolusi, banyak kemaksiatan, terjadi penindasan dan kekejaman terhadap warganya, maka
lambat atau cepat negeri tersebut akan mengalami malapetaka karena dimurkai Allah.
Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashid asy-syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui
suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Inilah kebahagiaan hakiki
yang diinginkan oleh setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang sering kali pada
akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan.
Beberapa pemikiran tokoh Islam mengenai tujuan dari ekonomi Islam dapat
dijabarkan dalam uraian sebagai berikut. Dr. Muhammad Rawasi Qal’aji dalam bukunya
yang berjudul “Mabahis Fil Iqtishad” Al-Islamiyah menyatakan bahwa tujuan ekonomi Islam
pada dasarnya dapat dijabarkan dalam 3 hal, yakni:
1. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi dalam Negara
Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang bersifat fundamental, sebab dengan
pertumbuhan ekonomi negara dapat melakukan pembangunan. Salah satu langkah yang dapat
dilakukan dalam rangka menumbuhkan pertumbuhan ekonomi dalam Negara adalah dengan
jalan mendatangkan investasi.
2. Mewujudkan kesejahteran manusia
Terpenuhinya kebutuhan pokok manusia dalam pandangan Islam sama pentingnya
dengan kesejahteraan manusia sebagai upaya peningkatan spiritual. Oleh sebab itu, konsep
kesejahteraan dalam Islam bukan hanya berorientasi pada terpenuhinya kebutuhan material-
duniawi melainkan juga berorientasi pada terpenuhinya kesejahteraan spiritual-ukhrowi.
3. Mewujudkan sistem distribusi kekayaan yang adil
Dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang sudah menjadi ketentuan bahwa setiap
manusia memiliki kemampuan dan kecakapan yang berbeda-beda. Namun demikian
perbedaan tersebut tidaklah dibenarkan menjadi sebuah alat untuk mengekspliotasi kelompok
lain. Dalam hal ini kehadiran ekonomi Islam bertujuan membangun mekanisme distribusi
kekayaan yang adil ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Islam sangat
melarang praktek penimbunan (ikhtikar) dan monopoli sumber daya alam di sekolompok
masyarakat.
Menurut As-Shatibi tujuan utama syariat Islam adalah mencapai kesejahteraan
manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-maslahah-an, yaitu keimanan (ad
dien), ilmu (al-‘ilm), kehidupan (an-nafs), harta (al-maal) dan kelangsungan keturunan (an-
nasl). Kelima maslahah tersebut pada dasarnya merupakan sarana yang sangat dibutuhkan
bagi kelangsungan kehidupan yang baik dan terhormat. Jika salah satu dari lima kebutuhan
ini tidak tecukupi, niscaya manusia tidak akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
Upaya pencapaian maslahah dan keadilan harus dilakukan dengan dasar akhlak Islam
sehingga tidak mempruncing konflik sosial. Maslahah dapat dicapai hanya jika manusia
hidup dalam keseimbangan (equiulibrium), sebab keseimbangan merupakan sunnatullah.
Kehidupan yang seimbang merupakan salah satu esensi ajaran Islam sehingga umat Islam
pun disebut umat pertengahan (umatan wasathan). Ekonomi Islam bertujuan untuk
menciptakan kehidupan yang seimbang ini, di mana antara lain mencakup keseimbangan fisik
dengan mental, material dan spiritual, individu dengan sosial, masa kini dengan masa depan,
serta dunia dengan akhirat.keseimbangan fisik dengan mental atau material dengan spiritual
akan menciptakan kesejahteraan holistic bagi manusia. Pembangunan ekonomi yang terlalu
mementingkan aspek material dan dan mengabaikan aspek spiritual hanya akan melahirkan
kebahagiaan yang semu, bahkan justru menimbulkan petaka.
Pembangunan yang hanya mengutamakan kepentingan individu tanpa memerhatikan
dimensi sosial akan memunculkan ketidak harmonisan yang akhirnya dapat mengganggu
proses pembangunan itu sendiri. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial sehingga
keseimbangan diantara keduanya merupakan aspek penting dalam menciptakan harmoni
kehidupan. Keseimbangan masa kini dengan masa depan merupakan elemen penting bagi
keberlanjutan pembangunan di masa depan. Sumber daya ekonomi tidak boleh dihabiskan
oleh generasi sekarang, tetapi harus juga dapat dinikmati oleh seluruh generasi. Sumber daya
ekonomi harus digunakan secara efisien dan dikelola dengan hati-hati sehingga manfaatnya
dapat dinikmati banyak orang di sepanjang waktu. Akhirnya, tujuan mewujudkan
keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin terciptanya kesejahteran yang kekal dan
abadi.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada
tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:
1) keselamatan keyakinan agama ( al din)
2) kesalamatan jiwa (al nafs)
3) keselamatan akal (al aql)
4) keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
5) keselamatan harta benda (al mal)