5
LIFE SKILL EDUCATION for CHARACTER BUILDING BACKGROUND Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini dihadapkan pada rendahnya tingkat pendidikan penduduk, tingginya tingkat pengangguran, dan tingginya angka kemiskinan, serta tumbuh dan berkembangnya masalah kesehatan seperti penggunaan obat- obat terlarang, kesehatan sex dan HIV/AIDS merajalela baik pada orang dewasa maupun anak-anak dibawah usia 15 tahun. Kondisi ini menjadi penyebab rendahnya produktivitas, penghasilan, daya saing, mutu dan martabat kehidupan individu dan komunitas masyarakat. Sehingga diperlukan upaya nasional yang melibatkan seluruh elemen penyelenggara negara, dan masyarakat untuk mengembangkan dan melembagakan berbagai upaya pendidikan yang dapat memuliakan kehidupan manusia. Pendidikan tersebut harus dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap, daya proteksi terhadap masalah-masalah kesehatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah, menjalankan suatu profesi, berwirausaha, atau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta dapat hidup layak dengan sehat. Pelayanan pendidikan yang dapat memberikan kecakapan untuk berinteraksi dalam dinamika kehidupan saat ini yang sarat dengan perubahan, dan kecakapan untuk memasuki masa depan, perlu terus ditumbuhkembangkan. Pendidikan harus berakar di masyarakat, memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat, dan dimanfaatkan untuk memajukan kehidupan masyarakat di masa depan. Sehingga diperlukan terobosan untuk mempercepat terjadinya reformasi pendidikan dari pendidikan yang verbalistik berorientasi subject matter semata, menuju pada pendidikan yang lebih bermakna dan terbuka berorientasi life skills, sehingga life skills merupakan “Roh” atau “Spirit” untuk pengembangan infrastruktur pendidikan lainnya. Kebijakan ini sejalan dengan kesepakatan Dakar. Kesepakatan Dakkar yang terkait langsung dengan pembentukan kecakapan Hidup (Life skills) adalah, pertama, Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada

tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

LIFE SKILL EDUCATION for CHARACTER BUILDING

BACKGROUND

Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini dihadapkan pada rendahnya tingkat pendidikan penduduk, tingginya tingkat pengangguran, dan tingginya angka kemiskinan, serta tumbuh dan berkembangnya masalah kesehatan seperti penggunaan obat-obat terlarang, kesehatan sex dan HIV/AIDS merajalela baik pada orang dewasa maupun anak-anak dibawah usia 15 tahun. Kondisi ini menjadi penyebab rendahnya produktivitas, penghasilan, daya saing, mutu dan martabat kehidupan individu dan komunitas masyarakat. Sehingga diperlukan upaya nasional yang melibatkan seluruh elemen penyelenggara negara, dan masyarakat untuk mengembangkan dan melembagakan berbagai upaya pendidikan yang dapat memuliakan kehidupan manusia. Pendidikan tersebut harus dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap, daya proteksi terhadap masalah-masalah kesehatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah, menjalankan suatu profesi, berwirausaha, atau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta dapat hidup layak dengan sehat.

Pelayanan pendidikan yang dapat memberikan kecakapan untuk berinteraksi dalam dinamika kehidupan saat ini yang sarat dengan perubahan, dan kecakapan untuk memasuki masa depan, perlu terus ditumbuhkembangkan. Pendidikan harus berakar di masyarakat, memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat, dan dimanfaatkan untuk memajukan kehidupan masyarakat di masa depan. Sehingga diperlukan terobosan untuk mempercepat terjadinya reformasi pendidikan dari pendidikan yang verbalistik berorientasi subject matter semata, menuju pada pendidikan yang lebih bermakna dan terbuka berorientasi life skills, sehingga life skills merupakan “Roh” atau “Spirit” untuk pengembangan infrastruktur pendidikan lainnya. Kebijakan ini sejalan dengan kesepakatan Dakar.

Kesepakatan Dakkar yang terkait langsung dengan pembentukan kecakapan Hidup (Life skills) adalah, pertama, Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan keterampilan hidup yang sesuai. Kedua, Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-

Page 2: tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan keterampilan hidup yang penting termasuk kecakapan hidup sehat dan bermental sehat.

Berdasarkan pada tuntutan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas, kesepakatan Dakkar yang menjadi kesepakatan dunia dalam peningkatan dan pengembangan sumberdaya manusia di negara-negara berkembang yang disponsori PBB, dan memperhatikan sejumlah pakar life skills di dunia, maka pengertian dan makna life skills yang sesuai bagi Indonesia adalah kecakapan hidup, yang berarti kecakapan atau kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan hidup dan kehidupan sehari-hari secara efektif, dan mampu berperan dalam hidupnya dimasa akan datang.

Dalam pendidikan yang berorientasi life skills, semua tuntutan tersebut terintegrasi dalam kecakapan Generik (Psycho Social) meliputi kecakapan sosial dan personal, antara lain berprilaku hidup sehat, kecakapan bekerjasama, kecakapan berkomunikasi, kecakapan berpikir secara kritis, dan memiliki nilai-nilai dan Sikap (Value and Attitude) antara lain terdiri dari disiplin, bertanggung jawab, respect terhadap orang lain. Kecakapan Spesifik antara lain terdiri dari kecakapan akademik dan Vokasional, sehingga life skills diharapkan mampu membentuk peserta didik dengan berbagai keterampilan dan sikap dasar yang erat hubungannya dengan pengembangan pribadi yang peduli pada kesehatan baik fisik, mental maupun sosial serta entrepreneurship. Untuk itu life skillss perlu diberikan sedini mungkin, sehingga sikap dan tindakan ataupun perilaku hidup sehat menjadi bagian dari kehidupan sehari hari, maka pendidikan berorientasi life skillss harus diberikan secara bertahap dan sistematis – yaitu dimulai dari peserta didik pada jenjang pendidikan terendah sampai yang tertinggi, baik pada jalur pendidikan formal maupun non formal.

OBJECTIVE

Proses pendidikan yang beorientasi kecakapan hidup (life skills) akan lebih mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan jamak, baik secara intelektual, sosial, emosional, maupun spiritual.

Page 3: tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

Pendidikan kecakapan hidup akan mampu menghasilkan lulusan dengan kekayaan etika, estetika, moral, dan kepribadian yang diharapkan, dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, sejahtera dan produktif. Sebaliknya, pendidikan yang terlalu berorientasi akademik akan berdampak kurang menguntungkan bagi penguatan dayasaing bangsa di era global.

Pendidikan formal dan non-formal yang berorientasi pada kecakapan hidup telah memberi arti penting bagi upaya mengatasi persoalan mutu dan relevansi yang kini mendapat banyak sorotan masyarakat. Melalui PP Standar Nasional Pendidikan, berbagai acuan pengelolaan pendidikan nasional, seperti Standar Kompetensi Lulusan, substansi kecakapan hidup dalam kurikulum dan program pendidikan, serta proses pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup akan berkalan semakin efektif dan terukur.

FOCUS

Pendidikan Kecakapan hidup (Life skills education), ada beberapa aspek, pertama, Kemampuan khusus (Generik life skills) yang lebih cenderung pada psychososial education, yang memuat, Kesadaran diri sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk lingkungan, Kemampuan sosial, termasuk kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial, dan nilai-nilai sikap seperti disiplin, tanggung jawab, jujur dan santun. Kedua, Kemampuan khusus (Specific Life skills) yaitu kemampuan penguasaan Pengetahuan (Science academic) dan kemampuan penguasaan keterampilan kejuruan (Vocational), yang terkait dengan aktivitas pekerjaan dalam mempertahankan hidup dan kehidupan.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka program pendidikan harus diorientasikan atau berorientasi pada Life skills di semua jenjang pendidikan baik itu persekolahan maupun pendidikan luar sekolah secara terpadu dan berkesinambungan dengan tujuan untuk (a) mengakrabkan peserta didik dengan kehidupan nyata di lingkungannya sehari-hari, (b) menumbuhkan kesadaran tentang dirinya sebagai makhluk Tuhan, makhluk social dan lingkungan, kesadaran akan makna/nilai kehidupan,

Page 4: tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

termasuk kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat dan memiliki daya proteksi terhadap pandemic HIV / AIDS maupun penyalahgunaan narkoba (c) penanaman penguasaan keterampilan vokasional, (d) memacu kreativitas, dan (e) mengembangkan peran sosial, (f) mengembangkan nilai-nilai sikap rasa percaya diri, tanggung jawab, disiplin, memiliki etos kerja yang tinggi, dan memiliki jiwa kewirausahaan (Entrepreneurship) yang baik.(g) Menguasai science academic yang merupakan basis pengembangan teknologi

Life skills pada jenjang utama adalah Generic Life skills yang menekankan pada pengembangan kemampuan Psichososial dan pendidikan karakter, dengan maksud memberikan pondasi atau dasar-dasar yang kuat dalam rangka menghadapi peran dan kehidupan yang akan datang. Life skillss pada jenjang kedua adalah, ditekankan pada Specific Life skills dengan focus Academic Skills (Scince) dan Generic Life skills termasuk Psichososial, Vocational Skill harus diberikan sebagai bekal antisipasi memasuki dunia kerja. Life skills selanjutnya ditekankan pada penguasaan Vocational Skills dan Generic Skills termasuk Psichososial, dengan penguasaan teknologi dan sebagai antisipasi bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan, ke jenjang pendidikan professional yang lebih tinggi.

Life skills pada pendidikan luar sekolah difokuskan pada penyiapan warga belajar untuk bisa bekerja, dan usaha mandiri, bersikap dan berprilaku positif. Program pendidikan kecakapan hidup yang akan dikembangkan tersebut diarahkan untuk 1) bekerja/ memenuhi kebutuhan pasar kerja, dan (2) usaha mandiri. Bidang lapangan kerja dan lapangan usaha meliputi sektor-sektor yang peluang kerja dan peluang usahanya terbuka antara lain; pertanian, perikanan, peternakan, kelautan, kehutanan, perkebunan, bangunan, produksi, perdagangan, hotel dan restoran, pertambangan, manufaktur, pabrikasi, transportasi, jasa-jasa, dan usaha lain.

Sedangkan program pendidikan kecakapan hidup lingkup pendidikan formal lebih menekankan pada re-orientasi pendidikan dan pembelajaran dari subject matter oriented kearah life skills oriented, dari “supply driven kearah Demand driven” , dari pendidikan berbasis mata pelajaran ke arah pendidikan berbasis kompetensi dan tuntutan kebutuhan pasar kerja.

Page 5: tulisan 4. LIFE SKILL EDUCATION

Tulisan ini saya dedikasikan kepada Seluruh Orang Tua Pekerja yang menginginkan

Generasi Penerusnya menjadi lebih baik. ..Azhari .Pekerja Pembelajar. DPP SP LEM SPSI