Upload
hera-julia-garamina
View
100
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sjghdgcysgfsdgufhsuidgcfuhzkjdchzujhcuzxghucgyusgcyugsdyugfsdgfhusdhfuisgifjvishcufshfujdNSJKASJJKSAkslnkdn
Citation preview
Laporan Tutorial
Blok Obsper
Skenario 2
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Abdul Rois Romdhon1218011001
Alexander Dicky K. N. 1218011008
Christopher A. M.1218011029
Eko Doni Irawan1218011043
Gabriella Berta Risma1218011055
Hera Julia Garamina1218011070
Indhraswari Dyah W. 1218011081
Ivani Ridwan 1218011085
Janis Rivandi 1218011086
Martin Paskal G. 1218011103
Singgih Suhan Nanto1218011145
Talytha Alethea 121801115
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan diskusi tutorial ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok Obsper. Kepada para dosen
yang teribat dalam mata kuliah blok ini, kami mengucapkan terima kasih atas segala
pengarahan yang telah diberikan sehingga dapat menyusun laporan ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik
dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas
segala kekurangan tersebut. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan, guna kesempurnaan laporan ini dan perbaikan bagi
kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan untuk kita semua.
Wassalammu’alaikum wr.wb
Bandar Lampung, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
SKENARIO..................................................................................................................
STEP 1..........................................................................................................................
STEP 2..........................................................................................................................
STEP 3..........................................................................................................................
STEP 4..........................................................................................................................
STEP 5..........................................................................................................................
STEP 6..........................................................................................................................
STEP 7..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
HASIL TUTORIAL SKENARIO 2
BLOK OBSPER
Skenario 2
Bad Obstetric history (BOH)
Ny. H, 26 tahun, G3P1A1 hamil cukup bulan sedang di observasi di ruang bersalin di
RS tempat anda bekerja sejak pukul 10 pagi. Ia mengeluhkan rasa kencang-kencang
sejak malam hari dan sekarang menjadi lebih sering dan kuat.
Problem:
a. Apa yang menyebabkan Ny. H mengeluhkan rasa kencang diperutnya?
b. Tanda apakah gejala tersebut?
Data lainnya:
Riwayat kehamilan pertama:
terjadi abnormal pada usia kehamilan 18 minggu sehingga harus di
kuretase.
Riwayat kehamilan kedua:
terjadi gawat janin sebelum akhirnya janin meninggal setelah dilahirkan
karena tekanan darah tinggi yang diderita sejak awal kehamilan, kedua
kakinya bengkak dan sempat mengalami kejang di akhir kehamilannya.
Problem:
a. Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kehamilan pertama Ny. H?
b. Bagaimana mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan pada kehamilan kedua
Ny. H?
c. Pemeriksaan fisik apa yang selanjutnya anda lakukan?
d. Pemeriksaan laboratorium apa yang perlu dilakukan berdasarkan riwayat
kehamilan sebelumnya?
Vital sign: TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,80C RR: 20x/menit.
Hasil pemeriksaan dalam: janin tunggal presentasi kepala, pembukaan 4 cm, penurunan
4/5(Hodge I), kontraksi: 2x dalam 10 menit lamanya 30 detik, DJJ: 130x/menit,
selaput ketuban utuh dan tidak ada molase tulang kepala.
Problem:
a. Apa yang anda lakukan selanjutnya?
b. Hal penting apa yang anda lakukan untuk menilai kemajuan persalinan? (patograf
diperlihatkan )
Pada pukul 16.00 dilakukan pemeriksaan terakhir dan tidak lama kemudian, keluar air-air
dan Ny. H mengatakan bahwa ia merasa ada dorongan kuat seperti hendak BAB dan
ingin segera meneran. Setelah dilakukan periksa dalam, didapatkan pembukaan telah
lengkap, kepala bayi terletak didasar panggul. Sekitar 30 menit kemudian lahir seorang
bayi perempuan berat 3100 gram, panjang badan 48 cm dan menangis spontan.
Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III, plasenta lahir lengkap 5 menit setelah bayi
lahir, perdarahan 300cc.
Problem:
a. Bagaimana mekanisme terjadinya persalinan?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses persalinan?
c. Hal apa saja yang harus anda waspadai ketika menolong persalinan ?
STEP 3
1. Apa yang menyebabkan Ny. H mengeluhkan rasa kencang diperutnya?
Kontraksi Palsu Kontraksi Asli
Bagaimana rasanya? Mulas tanpa rasa nyeri, dimulai
dari bagian atas rahim dan
turun ke bawah.
Rasa mulas disertai nyeri di
bagian pinggang sampai ke
perut bagian bawah.
Kapan muncul? Di trimester kedua (kurang lebih
di atas 20 minggu), dan
kadang-kadang muncul di awal
kehamilan. Bisa juga terjadi
pada kehamilan 37-40 minggu.
Bila usia kehamilan sudah
cukup bulan, yaitu sekitar 27-
40 minggu.
Berapa lama? Biasanya terjadi 1-2
kali sehari, dan tidak
bertambah sering
seiring bertambahnya
waktu.
Bila kita mengubah
posisi, biasanya
kontraksi akan hilang.
Makin lama kontraksi
makin sering
(awalnya setiap 10
menit sekali), dan
biasanya makin kuat,
disertai sensasi ada
sesuatu akan keluar
dan vagina.
Kontraksi tidak
hilang, walau Anda
berubah posisi.
Apa yang dilakukan? Ini kondisi normal. Bila
Anda merasa tak
nyaman, berushalan
relaks dengan berbaring
atau berjalan di sekitar
rumah.
Bila kontraksi makin
sering/kuat dan
berlangsung selama
beberapa jam atau hari,
atau bila keluar
darah/cairan lain dari
vagina, segera ke
Segera ke rumah sakit bila
kontraksi terjadi setiap 5
menit. Apalagi, bila disertai
tanda lain seperti:
Keluar lendir agak
kental dan bercampur
sedikit darah dari
vagina.
Kantung ketuban
pecah diikuti
keluarnya air ketuban.
Nyeri dan pegal di
daerah panggul,
dokter. Bisa jadi ini
bukan kontraksi palsu,
tapi pertanda persalinan
premature. Kondisi ini
bisa terjadi pada
kondisi kehamilan
kembar, atau ibu ada
infeksi (keputihan, sakit
gigi atau demam).
kemudian menjalar k
epangkal paha dan
perut bagian bawah.
Leher rahim (perut
bagian bawah) terasa
panas dan sakit.
2. Tanda apakah gejala tersebut?
Kontraksi pada ibu hamil merupakan tanda akan melahirkan berjalannya secara teratur dan
konsisten dan kontraksi akan bertambah banyak dalam 15 menit maka ini juga tanda
segera datangnya proses melahirkan. Kontraksi khas akan melahirkan ini terasa makin
sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, disertai dengan mulas atau nyeri
seperti halnya kram perut seperti rasa kencang.
Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak
kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Hal ini juga harus
dibedakan dengan kontraksi palsu (his palsu) dalam istilah medisnya dikenal dengan
kontraksi Braxton Hicks. Ini pula yang beberapa hari yang lalu membuat istri harus
menginap di Rumah Sakit 1 hari karena mengira ini adalah tanda kontraksi akan bersalin.
3. Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kehamilan pertama Ny. H?
Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,
sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam
kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin
seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi
yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada
rahim.
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan menurut jenis
abortus yang dialami, antara lain :
1. Abortus Komplet
Tidak memerlukan penanganan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia
ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Abortus Inkomplet
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan
transfusi darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien
dianjurkan untuk rawat inap.
3. Abortus Insipiens
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu
yang disertai dengan perdarahan.
4. Abortus Iminens
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena
cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke
rahim. Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah.
5. Missed Abortion
Dilakukan kuretase. Cuma kudu hati hati karena terkadang plasenta melekat erat
pada rahim.
Terbukanya jalan lahir akibat abortus dan akibat dari tindakan kuretase tentu tidak
terlepas dari komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi yaitu infeksi,
perforasi/robekan/lubang pada dinding rahim. Tapi bila dikerjakan sesuai prosedur dan
pasien cepat tanggap akan keluhan yang diderita maka kemungkinan terjadinya
komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.
4. Pemeriksaan fisik apa yang selanjutnya anda lakukan?
1. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum klien, status nutrisi, warna dan
tekstur kulit dan pigmentasi.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pernafasan : normal dewasa 16-20 x/menit
Nadi : normal 60-90 x/menit
Mengukur suhu
Mengukur tekanan darah
3. Lakukan pemeriksaan kepala dan wajah
Lakukan inspeksi dan palpasi kepala dan kulit kepala untuk melihat
kesimetrisan, warna rambut, adakah pembengkakan, kelembaban, lesi, edema
Lakukan inspeksi wajah
Lakukan pemeriksaan mata
Lakukan inspeksi pada hidung
Periksa mulut dan kerongkongan
Lakukan inspeksi telinga
4. Periksa leher
Periksa kelenjar thyroid : lihat besar dan bentuknya, palpasi dengan jari,
pasien diminta menelan, bila ada masa saat menelan : thyroid membesar
Palpasi leher untuk merasakan adanya pembesaran kelenjar limfe, tentukan
ukuran, bentuk, mobilitas, dan konsistensi
5. Periksa dada
Lihat dan palpasi payudara : bentuk, kesimetrisan, benjolan bentuk putting
Inspeksi dan palpasi daerah ketiak : adanya benjolan / pembesaran kelenjar
getah bening
6. Periksa abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, apakah membusung / datar, striae, warna,
ketebalan lemak
Auskultasi perut di 4 kuadran, dengar peristaltik usus. Normal : 5-35 kali
Palpasi (bila ada yang sakit, lakukan bagian tersebut di akhir pemeriksaan)
Perkusi abdomen : massa padat atau cair akan menimbulkan suara pekak
7. Lakukan pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi : ada edema (tekan daerah tibia / dorsalis pedis bila ada cekungan di
bekas tekanan : edema + ), varises, kesimetrisan, kelainan)
Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah tendon muskulus
kuadriser femoris di bawah patella
8. Periksa punggung pasien
Inspeksi apakah ada kelainan pada spina, bagaimana bentuk bujur sangkar
michelis
9. Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus
Inspeksi vulva : adakah cairan pervaginaan ( secret ), amati warna dan bau
Palpasi adakah pembengkakan, benjolan mulai dari klitoris, uretra, kelenjar
skene, kelenjar bartholini
Lakukan pemeriksaan anus bersamaan pemeriksaan genetalia, lihat adakah
kelainan, misalnya hemorrhoid ( pelebaran vena ) di anus dan perineum, lihat
kebersihannya
5. Pemeriksaan laboratorium apa yang perlu dilakukan berdasarkan riwayat kehamilan
sebelumnya?
a. HEMATOLOGI : tes darah lengkap (Hb, Leuko, Ery, Ht, Trombo, Diff, LED)
+Ferritin
b.URINALISA : Urine lengkap
c. DIABETES : TTGO (puasa 10-12 jam), puasa <2jam oral 75gram
6. Apa yang anda lakukan selanjutnya?
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan
penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
1. DJJ
2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine
Partograf harus digunakan :
a. untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll )
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu
selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran )
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit
yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
a. Hal penting apa yang anda lakukan untuk menilai kemajuan persalinan? (patograf
diperlihatkan)
7. Bagaimana mekanisme terjadinya persalinan?
Proses melahirkan normal merupakan proses alami yang luar biasa dalam sebuah
kelahiran seorang bayi. Untuk ibu yang tengah mengandung anak pertamanya,
pastinya mendambakan bisa melahirkan secara normal tanpa perlu adanya
jahitan-jahitan. Selain itu apabila seorang ibu bisa melahirkan dengan normal
maka proses penyembuhan pasca melahirkan juga akan lebih cepat.
Jadi selama proses melahirkan secara normal, biasanya kepala seorang bayi akan
menghadap ke bawah. Bayi tersebut siap keluar dengan kepalanya terlebih
dahulu. Dalam beberapa kasus, ada juga kepala bayi yang tidak menghadap ke
bawah atau yang biasa kita kenal dengan sebutan sungsang. Akan tetapi seiring
berkembangnya jaman hal ini sudah jarang terjadi sebab posisi bayi bisa
dipantau melalui USG.
Tahapan – Tahapan Proses Melahirkan Normal
- Tahap pertama
Dalam tahap ini ibu akan mengalami kontraksi rahim yang jaraknya semakin dekat
atau setiap 5 menit sekali. Setelah itu bagian awal rahim akan semakin membesar
atau yang diukur dengan istilah bukaan. Jadi totalnya ada 10 bukaan, yang mana
bukaan pertama berarti mulut rahim terbuka 1 cm. Sementara untuk bukaan 10
berarti sudah terbuka 10 cm dan persalinan tersebut bisa dilakukan setelah bukaan
ke 10.
- Tahap kedua
Tahap kedua ini terjadinya kontraksi akan semakin kuat dan semakin sering.
umumnya kepala bayi semakin mendekat ke awal saluran dan menyebabkan
ketuban pecah sehingga airnya keluar. Kadang air tersebut belum pecah sebelum
ibu tiba di rumah sakit atau bahkan terkadang ketuban tersebut harus dipecah oleh
dokter.
Setelah itu ujung kepala sang bayi akan muncul dan sedikit menyembul keluar. Pada
saat itu mata bayi pun akan mulai berkedip serta mulutnya bergerak layaknya
sedang menyusui. Biasanya bayi keluar dengan kepala menghadap ke punggung
sang Ibu. Setelah kepalanya keluar maka kepala tersebut berputar arah dan
kemudian disusul dengan keluarnya bahu hingga kakinya. Demikian ini
merupakan kontraksi terakhir dan sang bayi akan keluar sepenuhnya. Setelah itu
tali pusar dipotong tanpa merasakan sakit.
- Tahap ketiga
Dalam tahap ini proses melahirkan diiringi dengan keluarnya plasenta. Umumnya
plasenta ini akan keluar 15 menit setelah sang bayi keluar.
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses persalinan?
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. POWER
His yang sempurna bila terdapat :
a. Kontraksi yang simetris
b. Kontraksi aling kuat ataua danya dominasi di fundus uteri
c. Sesudah itu terjadi relaksasi
Pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat, disebut amplitudo atau intensitas his
yang mempunyai deua bagian :
1. Bagian pertama peningkatan tekanan yang agak cepat
2. Bagian kedua penurunan tekanan yang agak lamban
Aktrivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Pada seluruh trimester kehamilan dapat
dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5 mmHg yang tidak teratur. His
sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan lebih sering. Sesudah 36 minggu
aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai persalinan mulai. Jika persalinan mulai,
yakni pada permulaan kala I, frekuensi dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo his meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his
menjadi 2 sampai 4 kali tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat dari hanya 20 detik
pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau ada permulaan kala
II. His yang sempurna dan efekltif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi,
sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai
amplitudo 40 sampai 60 mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka wantu
antara kontraksi 2 sampai 4 menit. Jika amplitudo dan his terlalu tinggi, maka dapat
mengurangi pertukaran O2 . terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat janin yang
secara klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung detak jantung janin
ataupun dengan pemeriksaan kardiotokografi.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim,
besar janin, berat badan ibu, dan lain-lain. Namun, dilaporkan tidak adanya
perbedaan hasil pengukuran tekanan intrauteruskala II antara wanita obese dan tidak
obese.
Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang sudah optimum itu dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu melakukan kontraksi diagfragma dan
otot-otot dinding abdomen yang akan lebih efisien jika badan ibu dalam keadaan
fleksi dan glotis tertutup. Dagu ibu di dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan
menarik pahanya dekat pada lutut. Dengan demikian, kapala/bokong janin didorong
membuka diagfragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan his tetap ada
untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Pada kala III atau kala uri yang berlangsung 2 sampai 6 menit, amplitudo his masih
tinggi kurang lebih 60 sampai 80 mmHg, tetapi frekuensinya berkurang. Hal ini
disebut aktivitas uterus menurun. Sesudah 24 jam pascapersalinan intensitas dan
frekuensi his menurun. Di tingkat sel mekanisme kontraksi ada dua, yaitu :
1. Akut , diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca2+) ke dalam sel yang dimulai
dengan depolarisasi membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel
memicu satu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan hubungan (cross-
bridges) antara filamen aktin dan miosin sehingga sel berkontraksi.
2. Kronik, diakibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkripsi gen yang
menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Associated-
proteins)
Kontraksi uterus umumnya tidak seberapa sakit, tetapi kadang-kadang dapat
mengganggu sekali. Juga pada waktu menyusui, ibu merasakan his yang kadang-
kadang mengganggu akibat refleks pengeluaran oksitosin. Oksitosin membuat uterus
berkontraksi di samping membuat otot polos di sekitar alveola berkontraksi pula,
sehingga air susu ibu dapat ke luar.perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh
iskemia dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan
melalui saraf sensorik di pleksus hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit dipinggang
sering terasa pada kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi
sehingga serabut sensorik turut terangsang. Pada kala II perasaan sakit disebabkan
oleh peregangan vagijna, jaringan-jaringan dalam panggul, dan perineum. Sakit ini
dirasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar ke paha sebelah dalam.
Tenaga Meneran (kekuatan sekunder)
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah, tenaga yang mendorong janin
keluar selain his terutama di sebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air besar, tetapi jauh lebih kuat
lagi. Waktu kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu refleks yang
mengakibatkan pasien menekan diafragmanya ke bawah, mengkontraksikan otot-otot
perutnya, dan menutup glottisnya. Tenaga meneran ini hanya dapat berhasil kalau
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni
bersifat mendorong keluar. Ibu ingin meneran, usaha mendorong ke bawah dibantu
dengan usaha volunter yang sama dengan yang di lakukan saat buang air besar
(meneran). Otot-otot diafgrama dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong janin
keluar melalui jalan lahir. Hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan
intraabdominal. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah
kekuatan untuk mendorong janin keluar.
Kekuatan sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks
lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong janin keluar dari uterus dan
vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan valsava manuver (meneran) terlalu
dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu lelah dan
menimbulkan trauma serviks.
Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya. Tenaga mngejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta
lepas dari dinding rahim.
B. PASSAGE (JALAN LAHIR)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras: tulang-tulang panggul
2. Bagian lunak: uterus, otot dasar panggul dan perineum
Anatomi Panggul
Selama proses persalinan janin harus beradaptasi melewati tulang-tulang pelvis.
Penolong persalinan harus memahami cirri-ciri dari struktur pelvis untuk dapat
menggambarkan mekanisme persalinan dan lebih mudah memahami masalah-
masalah yang dapat timbul selama proses tersebut.
Tulang-tulang pelvis terdiri dari empat jenis tulang yaitu: sacrum, koksigius, dan dua
tulang koksa. Tulang koksa tersusun dari tiga tulang yang bergabung – pubis,
ischium dan ilium. Terdapat empat sendi, simfisis pubis di anterior, sakro koksigius,
dan dua sakro iliaka di posterior. Simfisis pubis dan sendi sakro koksigius
merupakan sendi simfisis kartilaginosa yang dikelilingi oleh ligament yang kuat di
bagian anterior dn posterior dan terpengaruh oleh reaksin selama kehamilan. Sendi
sakro iliaka adalah sendi synovial yang disangga oleh ligament sakro iliaka,
iliolimbar, lumbosakrum lateral, sakrotuberus, dan sakrospinosus.
Pelvis dibagi menjadi pelvis palsu dan pelvis sejati. Pelvis palsu terletak di atas arcus
dan garis pectineal, terdiri atas sebagian Krista iliaka dan fungsinya selama
persalinan tidak terlalu penting. Tetapi bagian ini berfungsi untuk menyangga
perkembangan janin dan uterus selama kehamilan. Pelvis sejati merupakan jalan
yang harus dilewati oleh janin selama proses persalinan. Panggul sejati dibagi
menjadi tiga bidang yaitu pintu atas panggul, panggul tengah atau rongga panggul,
dan pintu bawah panggul.
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil. Bentuknya adalah bulat
oval. Batas-batasnya ialah: promontorium, sayap sacrum, linea terminalis, ramus
superior ossis pubis dan pinggir atas pubis. Biasanya tiga ukuran ditentukan dari
P.A.P:
a. Ukuran muka belakang (diameter antero posterior), conjugate vera
Dari promontorium ke pinggir atas simfisis, terkenal dengan nama conjugate
vera, ukurannya 11 cm.
Ukuran ini adalah ukuran yang terpenting dari panggul. Sebetulnya conjugate
vera bukan ukuran yang terpendek antara promontorium dan simfisis. Ukuran
yang terpendek adalah conjugate obstertica, yaitu dari promontorium ke
simfisis beberapa millimeter di bawah pinggir atas simfisis.
Pada wanita hidup conjugate vera tak dapat diukur dengan langsung,
tapi dapat diperhitungkan dari conjugate diagonalis (dari promontorium ke
pinggir bawah simfisis).
Conjugate diagonalis ini dapat diukur dengan jari yang melakukan
pemeriksaan dalam.
Jika panggul sempit, conjugate vera dapat diperhitungkan dengan mengurang
conjugate diagonalis dengan 1,5 – 2 cm (CV= CD – 1,5). Pada panggul
normal jari tak cukup panjang untuk mencari prmontorium.
b. Ukuran melintang (diameter transversa)
Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea terminalis diambil tegak
lurus pada conjugate vera (Indonesia 12,5 cm, Eropa 13,5 cm).
c. Kedua ukuran serong (diameter obliqua)
Dari artikilatio sakroiliaka ke tuberkulum pubikum dari belahan panggul yang
bertentangan (13 cm)
2) Bidan Luas Panggul
Bidan luas panggul adalah bidang dengan ukuran-ukuran terbesar. Bidang ini
terbntang antara pertengahan simfisis, pertengahan asetabulum, dan pertemuan
antara ruas sakral II dan III.
Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukurang melintang 12,5 cm. Karena tidak ada
ukuran yang kecil, bidang ini tidak menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
3) Bidan Sempit Panggul (bidang tengah panggul)
Bidan Sempit Panggul ialah bidang dengan ukuran-ukuran yang terkecil. Bidang ini
terdapat setinggi pinggir bawah simfisis, kedua spina ischiadika dan memotong
sacrum kurang lebih 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm, dan diameter sagialis
posterior ialah dari sacrum ke pertengahan antara spina ischiadika 5 cm.
Bidan ini paling sulit penilaiannya dalam ilmu kebidanan, karena ukuran-ukurannya
paling kecil, lagi pula sulit mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul
biasanya disertai kesempitan bidan sempit panggul.
4) Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan satu bidang, tetapi terdiri dari dua segituga dengan
dasar yang sama, yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri
dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah os sacrum, sisinya adalah
ligamentum sakrotuberosum kiri dan kanan. Segituga depan dibatasi oleh arcus
pubis.
Pada pintu bawah panggul biasanya ditemukan tiga ukuran:
a. Ukuran muka belakang, yaitu dari pinggir bawah simfisis ke ujung sacrum
(11,5 cm)
b. Ukuran melintang ialah ukuran antara tuberischiadikum kiri dan kanan
sebelah dalam (10 cm)
c. Diameter sagitalis posterior, yaitu dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran
melintang (7,5 cm)
Jenis-jenis Panggul
1. Ginekoid
Bentuk ini adalah yang khas bagi wanita.
Diameter sagitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter
sagitalis anterior.
Batas samping segmen posterior membuat dan segmen anterior juga
membulat dan luas.
Diameter transversa kira-kira sama panjangnya dengan diameter antero
posterior hingga bentuk pintu atas panggul mendekati bentuk lingkaran (bulat).
Dinding samping panggul lurus, spina ischiadica tidak menonjol, diameter
interspinalis 10 cm atau lebih.
Incissura ischiadica mayor bulat.
Sacrum sejajar dengan simfisis konkavitas yang normal.
Arcus pubis luas.
Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan.
2. Android
Diameter sagitalis posterior lebih pendeh dari diameter sagitalis anterior.
Batas samping segmen posterior tidak membulat dan membentuk sudut yang
runcing dengan pinggir samping segmen anterior.
Segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga.
Dinding samping panggul konvergen, spina ischiadica menonjol, arcus pubis
sempit.
Incissura ischiadica sempit dan dalam.
Sacrum letaknya ke depan, hingga diameter antero posterior pada pintu atas
panggul maupun pintu bawah panggul.
Bentuk sacrum lurus, kurang melengkung, sedangkan ujungnya menonjol ke
depan.
Jenis ini ditemukan pada 15% perempuan.
3. Anthropoid
Diameter antero posterior dari pintu atas panggul lebih besar dari diameter
transversa hingga bentuk pintu atas panggul menonjol ke depan.
Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
Incissura ischiadica mayor luas.
Dinding samping konvergen, sacrum letaknya agak ke belakang hingga
ukuran antero posterior besar pada semua bidang panggul.
Sacrum biasanya mempunyai 6 ruas hingga panggul anthropoid lebih dalam
hingga panggul-panggul lain.
Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4. Platipeloid
Bentuk ini sebenarnya panggul ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada muka belakang.
Jenis ini ditemukan pada lebih dari 5% perempuan.
Bagian Lunak Jalan Lahir
Pada kala pengeluaran (Kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
memebentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan kurang lebih 38
minggu, serviks lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti telah
dikemukakan, istmus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat
janin berkembang. Umumnya serviks disebut menajdi matang apabila teraba sebagai
bibir dan ini terjadi pada usia kehamilan 34 minggu. Pada pada primigravida hal ini
ditemukan bila hampir aterm. Disamping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-
jaringan ikat, dan lighamen-ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat
urogenotalis perlu diketahui oleh karen semuanya memperngaruhi jalan lahir dan
lahirnmya kepala atau bokong pada partus. Otot-otot yang menahan dasar panggul di
bagian luar adalah muskulus sfingter ani eksternus, muskulus bulbo kavernosus yang
melingkari vagina, dan muskulus prinei transversus super fisialis. Di bagian tengah
ditemukan otot-otot yang melingkari uretra (muskulus sfingter uretrae), otot-otot
yang melingkari vaghina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus ilio
koksigeus, muskulus iskio koksigeus, muskulus pernei transversus profundus, dan
muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling
kuat, disebut diafragma pelvis, terutama muskulus levator ani yang berfungsi
menahan dasar panggul. Ia menutup hampir seluruh bagian pintu bawah panggul.
Letak muskulus levator ini sedemikian rupa sehingga bagian depan muskulus
berbentuk segitiga, disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam
trigonum ini berada uretra, vagina dan rektum.
Muskulus levator ani mempunyai peranan yang penting dalam mekanisme putar paksi
dalam janin. Kemiringan dan kelentingan (elastisitas dan otot ini membantu
memudahkan putaran paksi pada janin). Pada otot yang kurang miring (lebih
mendatar dan kurang melenting (misalnya pada multipara yang elastisitas otot
berkurang)), putaran paksi dalam lebih sulit.
Selain faktor otot putaran paksi dalam juga ditentukan oelh ukuran panggul dan
mobilitas leher janin. Tumor atau lilitan tali pusat di leher janin juga mempersulit
putaran paksi dalam.
Dalam diafragma pelvis berjalan nervus udendus yang masuk ke rongga panggul
melalui kanalis alcock, terletak anatar spina ischiadica dan tuber iskii. Pada
persalianan sering dialkukan anestesia blok udendus, sehingga rasa sakit dapat
dihilangkan pada ekstraksi cunam, ekstarksi vakum, jahitan ruptur perinei dan
sebagainya.
Arteri dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria
dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan vena hemoroidalis superior dan
vena hemoroidalis superior.
Station
Station adalah hubungan antara bagian terendah dari bagain bawah janin dengan garis
bayangan yang ditarik antara dua spina ischiadika pada panggul perempuan. Baigan
terendah dari janin yang setinggal spina ischiadiak disebut station 0. Station diukur
dengan cara ke atas atau ke bawah dari spina ischiadika dan bagian atasnya adalah -
1, -2, -3, -4, -5, dan bagian bawah adalah +1, +2, +3, +4, +5. Station -5 berarti kepala
belum masuk PAP dan +5 berarti kepala tampak di pintu vagina. Pada janin term,
ketika oksiput pada tingkan spina ischiadika, diameter biparietal telah turun ke
bidang bawah tingkat pintu atas panggul. Derajat penurunan ini disebut engagement.
Engagement dapat diketahu melalui pemeriksaan abdomen ketika pemeriksa melihat
bahwa kepala janin telah mesuk ke dalam pelvis dan tidak lagi bergerak, tetapi ini
hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan vagina. Engagement dapat terjadi
sampai dua minggu sebelum persalinan pada wanita nulipara dan tidak terjadi sampai
persalinan aktif pada wanita multipara.
Dilatasi Serviks
Jika dibandingkan dengan corpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan
daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi,
struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks
mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan meleberkan saluran
serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin
terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban
yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin
berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Proses pendataran dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong cairan
amnion di depan kepala.
Friedman dalam risalahnya tentang persalinan menyatakan bahwa, “cirri-ciri klinis
kontraksi uterus yaitu, frekuensi, intensitas, dan durasi, tidak dapat diandalkan
sebagai ukuran kemajuan persalinan dan sebagai index normalitas persalinan. Selain
dilatasi serviks dan turunnya janin, tidak ada ciri klinis pada ibu melahirkan yang
tampaknya bermanfaat untuk menilai kemajuan persalinan”. Pola dilatasi serviks
yang terjadi selama berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva
sigmoid. Seperti diperlihatkan pada gambar, dua fase dilatasi serviks adalah fase
laten dan fase aktif. Fase aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal, dan fase deselarasi.
Lamanya fase laten lebih bervariasi terhadap perubahan oleh faktor-faktor luar dan oleh
sedasi (pemanjangan fase laten). Lamanya fase laten kecil hubungannya dengan
proses persalinan berikutnya, sementara ciri-ciri pada akselerasi biasanya
mempunyai nilai prediktif yang lebih besar terhadap hasil akhir persalinan tersebut.
Friedman menganggap fase dilatasi maksimal sebagai alat ukur yang bagus terhadap
efisiensi mesin ini secara keseluruhan, sedangkan fase deselarasi lebih mecermikan
hubungan-hubungan fetopelvic. Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif
persalinan dihasilkan oleh retaksi serviks di sekeliling bagian terbawah janin. Setelah
dilatasi lengkap, kala II persalinan mulai; sesudah itu, hanya progresifitas turunnya
bagian terbawah janin merupakan satu-satunya alat ukur yang tersedian untuk
menilai kemajuan persalinan.
Pendataran Serviks (Effacement)
Pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm
menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Serabut-
serabut otot setinggi os. Serviks internum ditarik ke atas atau dipendekkan menuju
segmen bawah uterus, sementara kondisi os. Eksternum untuk sementara tetap tidak
berubah. Pinggiran os. Internum ditarik ke atas beberapa cm sampai menjadi bagian
(baik secara anatomi maupun fungsional) dari segmen bawah uterus. Pemendekkan
dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukkan terowongan yang mengubah
seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan
mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil aktivitas dari
miometrium yang meningkat, sepanjang persiapan uterus untuk persalinan,
pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai sebelum
persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika
saluran serviks memendek.
c. passenger
1. Letak Adalah hubungan antara sumbu panjang janin dan sumbu panjang ibu. Kadang
kala, , yang tidak stabilLetak terbagi menjadi 3:
a. Letak longitudinal. Yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu bisa
berupa letak kepala atau letak sungsang. Letak kepala dibagi menjadi 2:
1) letak fleksi. Yaitu letak belakang kepala.
2) Letak defeksi, terdiri dari letak puncak kepala, letak dahi dan
letak muka.
Letak sunsang terbagi menjadi 2:
1) Letak bokong sempurna (complete breech)
2) Letak bokong (frank breech)
3) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
b. Letak lintang (transverse lie). Letak memanjang terjadi pada lebih dari
99% perselaninan Aterm.
c. Letak oblik. sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45
derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu berubah
menjadi letak memanjang atau melintang selama proses persalinan.
2. Sikap janin adalah postur khas janin yag ditentukan dengan melihat hubungan bagian-
bagian janin tehadap satu sama lain dan efeknya pada kolumna vertebralis janin. Pada
bulan- bulan terakhir kehamilan janin membentuk postur khas yang disebut sebagai sikap
atau habitus. Biasanya janin memebentuk suatu massa ovoid yang secara kasar
menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya janin menjadi melipat
atau membungkuk sehingga punggungnya menjadi sangat konveks; kepala mengalami
fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada; paha fleksi didepan
abdomen; tungkai bawah tertekuk pada lutut; dan punggung kaki bersandar pada
permukaan anterior tungkai bawah. Pada Semua presentais kepala, lengan biasanya saling
menyilag didada atau terletak disamping, dan tali pusat terletak diruang antara kedua
lengan dengan ekskerimas bawah. Postur ini khas terjadi akibat cara pertumbuhan janin
dan akomodasinya terhadap rongga uterus.
3. Presentasi adalah bagian terbawah janin, bagian tubuh janin yang berada paling Depan
didalam jalan lahir atau berada paling dekat dengannya. Bagian terbawah janin dapat
diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang, bagian terbawah
janin adalh kepala janin atau bokong, masing –masing membentuk presentasi kepala atau
bokong. Jika janin terletakmpada sumbu panjang melintang, bahu merupakan bagian
terbwahnya.
a. Presentasi kepala. (Hubungan kepala dengan tubuh janin). bila kepala
fleksi sempurna sehingga dagu berada ditoraks presentasi dipertimbangkan
sebagai verteks atau oksipital. Sesungguhnya verteks terletak tepat didepan
ubun-ubun kecil dan onsisiput tepat dibelakangnya.
1) Presentasi wajah. Jauh lebih jarang, leher janin dapatmengalami
hiperektensi sehingga oksiput dan punggung saling menempel dan wajah
menjadi bagian terdepan jalan lahir.
2) Presentasi sinsiput dan dahi. Kepala janin dapat mengalami suatu posisi
diantara kedua keadan ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial
dengan bagian presentasi yaitu fontanel anterior (ubun- ubun beasr/
bregma). – persentasi sinsiput, atau mengalami ekstensi parsial dengan
dahi sebagai bagian terbawah disebut presentasi dahi. Ketika persalian
maju presantasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi
presentasi verteks atau muka karena masing-masing akan mengalami fleksi
atau ekstensi.
3) Presentasi bokong, bila janin presentasi bokong. Terdapat tiga konfigurasi
umum yang dapat terjadi.
a) Apabila paha berada dlam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di
depan badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank breech)
b) Jika paha fleksi diabdomen dan tu gkai bwaha terletak diatas oaha
keadan ini disebut presentasi bokong sempurna (complete breech)
c) bila salah satu atau kedua kaki atau satu atau kedua lutut merupaka
bagian terbawah hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna
(incomplete breech) atau presentasi bokong kaki (footling breech).
4. Posisi adalah titik yang dipilih secara acak pada janin untuk setiap presentasi, yang
dihubungkan dengan sisi kiri atau kanan panggul ibu. Posisi janin untuk indikator, atau
menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sbeeblah kanan, kiri, dean, atau belakang
terhadap sumbu ibu (materal- pelvis). Ada lima variasi dari penunujk arah atua indikator
pada bagian terbawah janin:
a) Letak belakang kepala (LBK)
- Indikator: ubun-ubun kecil
- Variasi posisi:
ubun-ubun kecil kiri depan (LOA)
ubun-ubun kecil kiri belakang (LOP)
ubun-ubun kecil melintang kiri (LOT)
ubun-ubun kecil kanan depan (ROA)
ubun-ubun kecil kanan belakang (ROP)
ubun-ubun kecil melintang kanan (ROT)
b) posisi dahi
- indikator: teraba dahi dan ubun-ubun besar (sinsiput)
- Variasi Posisi :
Ubun-ubun besar kiri depan (LSA)
Ubun-ubun besar kiri belakang (LSP)
Ubun-ubun besar melintang kiri (LST)
Ubun-ubun besar kanan depan (RSA)
Ubun-ubun besar kanan belakang (RSP)
Ubun-ubun besar melintang kanan (RST)
c) Posisi muka
- Indikator: dagu (meto)
- Variasi posisi :
Dagu kiri depan (LMA)
Dagu kiri belakang (LMP)
Dagu melintang kiri (LMT)
Dagu kanan depan (RMA)
Dagu kanan belakang (RMP)
Dagu melintang kanan (RMT)
d) Posisi bokong
- Indikator : Sakrum
- Variasi posisi :
Sakrum Kiri depan (LSA)
Sakrum kanan depan (RSA)
Sakrum kanan belakang (RSP)
Sakrum melintang kanan (RST)
Pelepasan plasenta
Normalnya pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan
organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa cm
diatas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak dibawah batas
ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai
dengan pengurangan bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat
mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang mengecil ini, organ ini
memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa
menkuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan decidua yang paling
lemah lapisan spongiosa, atau decidua spongiosa mengalah, dan pemisahan terjadi di
tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran
tempat implantasi dibawahnya.
Ekstrusi plasenta
Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang diberikan kepadanya
oleh dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen
bawah uterus atau bagian atas vagina.
Moulage
Adalah perubahan bentuk kepala dalam usaha menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul ialah dengan bersgesernya tulang tengkorak yang satu dibawah tulang
tengkorak yang lain. moulage merupakan perubahan bentuk kepala janin akibat gaya
kompresi eksternal. Beberapa moulage timbul sebelum persalinan, kemungkinan
berkaitan dengan kontraksi braxton hicks. Suatu mekanisme pengunci
dipersambungan korona dan lamdoidea mencegah tumpang tindih tulang parietalis.
Moulage dikaitkan dengan pemendekan diameter suboksipitobregmatika dan
pemanjangan diameter mentovertikal. Perubahan-perubahan ini memainkan peranan
penting pada panggul sempit atau presentasi ansinklitik. Pada keadaan ini, derajat
moulege yang dialami kepala dapat membuat perbedaan antara pelahiran pervaginam
spontan atau sectio sesaria.moulege kepala berat sebagai penyebab trauma serebri
karena banyaknya faktor yang saling berkaitan misalnya persalinan memanjang
dengan sepsis janin dan asidosis, tidaklah mungkin untuk mengukur efek moulage
dengan dugaan sekuele neurologis pada neonatus atau janin.
D. PSIKOLOGIS
Rangsangan diterima oleh ibu melalui penglihatan dan pendengaran maupun perabaan
tentang proses persalinannya kemudian karena ibu menganggap hal tersebut sebagai
stresor maka akan dikirimkan ke otak melalui saraf bahwa hal tersebut merupakan
keadaan yang berbahaya sehingga otak menstimulasi sel-sel kromafin medulla
adrenal menghasilkan katekolamin. Kadar katekolamin serum maternal yang tinggi
mempunyai efek inhibisi langsung pada kontraktilitas miometrium.
Adapun dari kerja hormon ganda seperti pada glukokortikoid yang dihasilkan di korteks
adrenal selain bekerja untuk metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga pada
respon stres psikis yang berdampak pada fisik, salah satunya meningkatkan denyut
nadi, sekresi keringat, frekuensi pernafasan maka karena metabolisme meningkat
yang ditandai oleh hal tersebut energi ibu untuk mengedan terbuang ditambah pada
saat terjadi kontraksi otot-otot rahim akan menubah protein G pada otot untuk
digunakan sebagai energi kontraksi.
E. PENOLONG
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal neonatal. Dengan pengetahuan dan
kompetensi yang baik, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan
asuhan tidak terjadi. Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan.
9. Hal apa saja yang harus anda waspadai ketika menolong persalinan ?
Kondisi Persalinan Yang Harus Diwaspadai
1. KETUBAN PECAH DINI (KPD) Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput
berisi cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.
Ilmu konservatif dahulu, jika terjadi KPD selalu dilakukan tindakan untuk segera
melahirkan bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi maupun
ibunya. Tetapi pendekatan lama ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena resiko
terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan
dalam. 1 kali pemeriksaan dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter dalam
memastikan pecahnya selaput ketuban, memperkirakan pembukaan serviks (leher
rahim) dan mengambil contoh cairan ketubah dari vagina. Jika hasil analisa cairan
ketuban menunjukkan bahwa paru-paru bayi sudah cukup matang, maka
dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi
dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda sampai paru-
paru bayi matang. Pada 50% kasus, persalinan bisa ditunda hanya dengan
melakukan tirah baring dan mendapatkan cairan infus; beberapa kasus lainnya
memerlukan obat yang bisa mencegah kontraksi rahim (misalnya magnesium
sulfat yang diberikan melalui infus, suntikan atau tablet terbutalin dan kadang
diberikan ritodrin melalui infus). Ibu dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah
baring, tetapi masih diperbolehkan ke kamar mandi. Suhu tubuh dan denyut
nadinya diukur 2 kali/hari. Peningkatan suhu tubuh bisa merupakan pertanda
terjadinya infeksi. Jika terjadi infeksi, dilakukan induksi persalinan dan bayi
dilahirkan. Jika cakran ketuban tidak keluar lagi dan kontraksi berhenti, ibu
diperbolehkan pulang ke rumah, tetapi tetap menjalani tirah baring dan
memeriksakan dirinya 1 kali/minggu.
2. PERSALINAN PREMATUR Persalinan Prematur adalah persalinan yang
terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi
pada saat usia kehamilan mencapai 37-42 minggu. Persalinan prematur bisa
merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan
tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban, Sebagian besar kasus
persalinan prematur penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Persalinan
prematur bisa menyebabkan kelahiran prematur. Jika dilahirkan terlalu dini,
serorang bayi bisa mengalami kelainan. Bisa terjadi penyakit yang serius atau
kematian karena bayi belum siap untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, dokter
akan mencoba menghentikan persalinan prematur. Pada beberapa kasus, jika
diketahui akan terjadi persalinan prematur, kelahiran bayi bisa dicegah atau
ditunda. Penundaan ini akan memberikan tambahan waktu bagi bayi untuk
tumbuh dan berkembang. Bahkan beberapa haripun bisa menghasilkan bayi yang
lebih sehat. Jika perdarahan sulit dihentikan atau jika selaput ketuban telah pecah,
maka sulit untuk menghentikan persalinan prematur. Jika tidak terjadi perdarahan
dan selaput ketuban masih ututh, biasanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring
dan cairan diberikan melalui infus. Tetapi jikapembukaan telah mencapai lebih
dari 5 cm, biasanya kontraksi terus terjadi sampai bayi akhirnya lahir. Magnesium
sulfat melalui infus bisa menghentikan kontraksi pada 80% kasus, tetapi memiliki
efek samping seperti denyut jantung yang cepat pada ibu, bayi atau keduanya.
Bisa juga diberikan suntikan terbutalin. Setelah persalinan prematur berhasil
dihentikan, diberikan kortikosteroid (misalnya betametason) untuk membantu
membukan paru-paru bayi dan mengurangi resiko gangguan pernafasan pada bayi
setelah dia dilahirkan nanti (sindroma gawat pernafasan pada bayi baru lahir).
3. KEHAMILAN POSTMATUR Kehamilan Postmatur adalah persalinan yang
berlangsung sampai lebih dari 42 minggu. Postmaturitas adalah suatu sindroma
dimana plasenta mulai berhenti berfungsi secara normal pada kehamilan post-
matur dan hal ini membahayakan janin. Menentukan apakah kehamilan telah
lewat dari 42 minggu tidak selalu mudah, karena saat terjadinya pembuhan tidak
selalu dapat ditentukan secara pasti. Kadang saat pembuahan tidak dapat
ditentukan karena siklus menstruasi yang tidak teratur. Pada awal kehamilan bisa
dilakukan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan usia kehamilan.
Pemeriksaan USG berikutnya dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 32
minggu (antara 18-22 minggu) untuk mengukur diameter kepala janin; hal ini bisa
membantu memastikan usia kehamilan. Jika kehamilan berlangsung sampai lebih
dari 42 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui tanda-tanda postmaturitas pada ibu dan janin, yaitu penciutan
rahim dan berkurangnya gerakan janin. Pemeriksaan bisa dimulai pada usia
kehamilan 41 minggu, untuk menilai gerakan dan denyut jangung janin serta
jumlah cairan ketuban (yang menurun secara drastis pada kehamilan post-matur).
Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa dilakukan amniosentesis
(pengambilan dan analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari postmaturitas
adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium (tinja
fetus yang pertama); hal ini menunjukkan keadaan gawat janin. Selama hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda postmaturitas, maka kehamilan post-
matur masih mungkin dilanjutkan. Tetapi jika hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya tanda-tanda postmaturitas, maka segera dilakukan induksi persalinan dan
bayi dilahirkan. Jika serviks belum dapat dilalui oleh janin, maka dilakukan
operasi sesar. Kebanyakan kehamilan yang sedikit melewati usia kehamilan 41-42
minggu, tidak memiliki masalah apapun. Namun, jika lebih dari waktu itu, maka
berbagai masalah dapat terjadi karena plasenta seringkali tidak dapat terus
menyediakan nutrisi yang cukup untuk janin. Kondisi ini disebut post-matur.
Berbagai masalah yang dapat terjadi akibat kehamilan lewat waktu, antara lain
persalinan yang sulit, kebutuhan untuk dilakukan operasi cesar, dan keluarnya
mekonium (kotoran bayi yang pertama) sebelum dilahirkan. Mekonium terkadang
dapat terhirup oleh bayi sebelum atau saat persalinan, sehingga membuat bayi
kesulitan untuk bernafas segera setelah dilahirkan. Pada janin yang post-matur,
jaringan lunak (seperti otot) dapat habis. Janin atau bayi baru lahir juga dapat
kekurangan oksigen, atau meninggal. Namun, untuk menentukan apakah usia
kehamilan telah lewat dari 42 minggu tidak selalu mudah, karena saat terjadinya
pembuhan tidak selalu dapat ditentukan secara pasti. Kadang saat pembuahan
tidak dapat ditentukan karena siklus menstruasi yang tidak teratur. Untuk itu, pada
awal kehamilan bisa dilakukan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan
usia kehamilan. Pemeriksaan USG selanjutnya dilakukan sebelum usia kehamilan
mencapai 32 minggu (antara 18-22 minggu). Diameter kepala janin dapat diukur
untuk membantu memastikan usia kehamilan. Biasanya pada usia kehamilan 41
minggu dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk mengevaluasi gerakan dan detak
jantung janin, serta jumlah cairan ketuban, yang bisa sangat berkurang pada
kehamilan lewat waktu. Pemeriksaan ultrasonografi dan alat pemantau jantung
janin lainnya juga dapat digunakan untuk melihat kondisi janin dalam kandungan.
Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa dilakukan amniosentesis
(pengambilan dan analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari postmaturitas
adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium;
menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
4. KEMAJUAN DALAM PERSALINAN TIDAK MAJU Setiap jam seharusnya
serviks membukan minimal selebar 1 cm dan kepala janin seharusnya turun ke
dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal tersebut tidak terjadi,
mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan perlu dilakukan
persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar. Jika jalan lahir cukup lebar
tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin melalui infus untuk
merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat. Jika setelah pemberian oksitosin
persalinan tidak juga maju, maka dilakukan operasi sesar.
5. DENYUT JANTUNG JANIN ABNORMAL Selama persalinan, denyut jantung
janin dimonitor setiap 15 menit dengan stetoskop janin (fetoskop) atau dimonitor
terus dengan pemantau denyut jantung elektronik. Pemantauan denyut jantung
janin merupakan cara yang paling mudah untuk mengetahui adanya gawat janin.
Jika terdengar denyut jantung yang abnormal, dilakukan tindakan korektif, seperti
memberikan oksigen kepada ibu, menambah jumlah cairan infus dan meminta ibu
untuk berbaring miring ke kiri. Jika tindakan tersebut tidak berhasil memperbaiki
denyut jantung yang abnormal, maka dilakukan persalinan forseps atau operasi
sesar.
6. KELAINAN POSISI JANIN Posisi janin di dalam rahim adalah arah yang
dihadapi oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang
terendah. Kombinasi yang paling sering ditemukan dan paling aman adalah
menghadap ke punggung ibu dengan letak kepala, dimana leher tertekuk ke
depan, dagu menempel di dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin tidak
berada dalam posisi atau letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan
mungkin persalinan tidak dapat dilakukan melalui vagina.
7. JANIN KEMBAR Kehamilan kembar bisa diketahui pada pemeriksaan USG
atau dengan pemantau elektronik (dimana akan terdengar 2 denyut jantung yang
berbeda). Kembar menyebabkan rahim sangat teregang dan rahim yang sangat
teregang cenderung unuk mulai mengalami kontraksi sebelum kehamilan
mencapai usia yang matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secara
prematur dan kecil. Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan, sehingga
persalinan bisa menjadi sulit. Kontraksi rahim setelah lahirnya bayi pertama
cenderung menyebabkan terlepasnya plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi
kedua cenderung mengalami masalah selama persalinan dan memiliki resiko
mengalami kelainan dan kematian yang lebih tinggi. Kadang setelah persalinan,
rahim yang terlalu teregang tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga ibu
bisa mengalami perdarahan.
8. DISTOSIA BAHU Distosia Bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi,
dimana pada letak kepala, salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan
dan tertahan di dalam jalan lahir. Segera dilakukan berbagai tindakan untuk
membebaskan bahu sehingga bayi bisa dilahirkan melalui vagina. Jika tindakan
tersebut gagal, kadang bayi dapat didorong kembali ke dalam vagina dan
dilahirkan melalui operasi sesar.
9. PROLAPSUS KORDA UMBILIKALIS Prolapsus Korda Umbilikalis adalah
suatu keadaan dimana korda umbilikal (tali pusar) mendahului bayi, yaitu keluar
dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar
akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi terhenti. Prolapsus korda umbilikalis
bisa terjadi secara nyata atau tersembunyi. Pada prolapsus yang nyata, selaput
ketuban telah pecah dan tali pusar menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun
ke jalan lahir. Prolapsus yang nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak
bokong (tetapi bisa juga terjadi pada letak kepala), terutama jika selaput telah
pecah sebelum waktunya atau jika janin belum turun ke panggul ibu. Untuk
mencegah terjadinya cedera pada janin akibat terhentinya aliran darah ke janin,
maka segera dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar. Pada prolapsus
tersembunyi, selaput ketuban tetap ututh dan tali pusar berada di depan janin atau
terperangkap di depan bahu janin. Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut
jantung janin yang abnormal. Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara
merubah posisi ibu atau mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan
pada tali pusar. Kadang perlu dilakukan operasi sesar.
10. PERDARAHAN RAHIM Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan
merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah
sebanyak 0,5 liter. Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim
terbuka. Kontraksi rahim membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai
mereka mengalami pemulihan lengkap. Jika setelah proses persalinan rahim tidak
berkontraksi atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg
rahim tidak dapat berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak.
Robekan pada vagina atau serviks juga bisa menyebabkan perdarahan hebat.
STEP 5
1. Fisiologi persalinan dan mekanisme persalinan?
2. Gawat janin?
3. Abortus?
4. Komplikasi hipertensi?
5. Tenaga lain selain his?
6. Perdarahan post partum?
7. Ketuban pecah dini(KPD)?
STEEP 6
SELF-STUDY
STEP 7
1. Fisiologi dan mekanisme persalinan
1. Pengertian
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan janin dalam
kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma, saat hamil akan
terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis. Organ reproduksi
interna wanita adalah alat pembuahan atau kandungan bagian dalam yang meliputi
ovarium, tuba falopi, uterus, dan vagina. Organ reproduksi eksterna wanita adalah
alat pembuahan atau kandungan bagian luar yang meliputi mons veneris, labia
mayor, labia minor, klitoris, introitus vagina, introitus uretra, kelenjar bartholini dan
anus. Payudara/mamae/susu adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas
otot dada.
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan
pembuahan sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan terjadi perubahan fisik
dan hormon yang sangat berubah drastik.
2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi
pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan
pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm :
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang
kompleks.
1. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium
berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit
kedua, menjadi spermatid, akhirnya menjadi spermatozoa. Pada setiap hubungan
seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta spermatozoa tiap
milliliter. Bentuk spermatozoa seperti cabang yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor
(panjang sekitar 10x kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak). Sebagian
kematian dan hanya beberapa ratus yang mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang
masuk ke dalam genetalia wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu
untuk mengadakan konsepsi.
1. Fertilisasi/ konsepsi
Fertilisasi atau konsepsi adalah pertemuan antara spermatozoa dengan ovum untuk
membentuk zigot. Proses konsepsi / fertilisasi berlansung sebagi berikut :
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate, yang
mengandung persediaan nutrisi
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang
dibentuk vitelus
3) Dalam perjalanan korona radiate makin berkurang dalam zona pelucida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona pellucid
4) Konsepsi terjadi pada pars ampuylaris tuba, tempat yang paling luas dan dindingnya
penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum yang mempunyai waktu
terlama di dalam ampula tuba
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 24 jam
6) Spermatozoa dilimpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan
sendiri. Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan sebagian dari
lipoprotein sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan
perjalanan menuju tuba. Spermatozoa hidup selama 3 hari di dalam genetalia interna.
Spermatozoa mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona
radioata dan zona pelucida dengan proses enzimatik (hialurodinase). Melalui stomata
spermatozoa memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum,
ekornya terlepas dan tertinggal di luar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa
bertemu dan membentuk zigot.
1. Nidasi
Nidasi adalah masuknya dan tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Bagian-bagian nidasi meliputi :
1) Pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa membentuk zigot
2) Dalam beberapa jam zigot membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya.
3) Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan ke uterus
4) Hasil pembelahan sel memenuhio seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya
100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadium morula
5) Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar
morula yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas
6) Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu mengeluarkan hormone korionik
gonadotropin yang mempertahankan korpus luteum gravidarum
7) Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang mengandung
cairan yang disebut blastula
8) Perkembangan dan pertumbuhan terus berjalan, blastula dengan vili korialis yang
dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi
9) Sementara itu, fase sekresi endometrium telah makin gembur dan makin banyak
mengandung glikogen yang disebut desidua
10) Sel trofoblas yang meliputi “primer vili korialis” melakukan destruksi enzimatik
dan proteotik, sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium
11) Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi
12) Proses nidasi tersebut terjadi pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi
13) Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan
yang disebut tanda Hartman.
3. PERKEMBANGAN JANIN
1. Minggu ke-1
Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun belum
terjadi, sebab tanggal perkiraan kelahiran si kecil dihitung berdasarkan hari pertama
haid terakhir anda. Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan
informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah
memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi unik berupa 46
jeniskromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui
ibu) dan oksigen. Sel- sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti
lingkaran sinar yg mengelilingi matahariSel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma
dan memulai proses pembuahan 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan
akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur.
Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya hanya 1 sel
saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir
masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak henti-
hentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung telur.
1. Minggu ke-2
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah
dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam
lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula.
Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari
yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada
endometrium ( Sri Maulani, 2008 ).
1. Minggu ke-3
Sampai usia kehamilan 3 minggu, Anda mungkin belum sadar jika sedang mengandung.
Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim
disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
1. Minggu ke-4
Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic
Gonadotropin – HCG), sehingga apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya
positif. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan
otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke
jantung).
1. Minggu ke-5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan
yang paling atas yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang
seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung,
buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling
dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing.
1. Minggu ke-6
Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga
bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Meski Anda belum bisa
mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini. Sistem pencernaan dan
pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi
lengan kaki pun mulai tampak.
1. Minggu ke-7
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira-kira
sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan
tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu
pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
1. Minggu ke-8
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi Anda. Jika Anda
bisa melihat , ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula
telinga. Brochi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai
bercabang. Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku. Semua ini terjadi hanya
dalam 6 minggu setelah pembuahan bayi sudah mulai terbentuk diantaranya
pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan
berada dibawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk
walaupun belum sempurna
1. Minggu ke-9
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki
dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun Anda tak merasakannya.
Dengan Doppler, Anda bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya
sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.
1. Minggu ke-10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak
meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia
mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram.
1. Minggu ke-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya
mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki
dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan
kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya
dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.
1. Minggu ke-12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang
mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat
meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat.
Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan
seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan
tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
1. Minggu ke-13
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen , nutrisi
dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata
yang sedang berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram.
Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga
semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
1. Minggu ke-14
Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Lehernya
semakin panjang dan kuat. Lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh dan
melindungi kulit mulai tumbuh pada minggu ini. Kelenjar prostat bayi laki-laki
berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Detak jantung
bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.
1. Minggu ke-15
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi Anda
perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi
masih sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini,
beratnya 49 gram dan panjang 113 mm. Bayi sudah mampu menggenggam
tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih tertutup.
1. Minggu ke-16
Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Bayi telah
mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Dalam proses
pembentukan ini system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan
berfungsi. Janin mulai bergerak. Tetapi tak perlu kuatir jika anda tak merasakannya.
Semakin banyak kalsium yang disimpan dalam tulang bayi seiring dengan
perkembangan kerangka. Bayi Anda berukuran 116 mm dan beratnya 80 gram.
1. Minggu ke-17
Dengan panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak
cokelat mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir. Tahukah
saat dilahirkan, berat lemak mencapai tiga perempat dari total berat badannya.
Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai
terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
1. Minggu ke-18
Mulailah bersenandung sebab janin sudah bisa mendengar pada minggu ini. Ia pun bisa
terkejut bila mendengar suara keras. Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui
adanya cahaya jika Anda menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya
sudah 14 cm dan beratnya 140 gram. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk
melalui dinding rahim ibu. Hormon Estrogen dan Progesteron semakin meningkat.
1. Minggu ke-19
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari
luka. Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat
gerakan sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir
16 cm.
1. Minggu ke-20
Setengah perjalanan telah dilalui. Kini, beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya
14-16 cm. Dibawah lapisan vernix, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis,
epidermis dan subcutaneous. kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan
paru-paru dan system pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
1. Minggu ke-21
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan
gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus besar.
Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.
1. Minggu ke-22
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu,
wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh
semakin proporsional.
1. Minggu ke-23
Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga
tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia
memiliki kebiasaaan “berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki,
lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 gram. Tangan dan kaki bayi
telah terbentuk dengan sempurna, jari juga terbentuk sempurna.
1. Minggu ke-24
Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta.
Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan
yang menjaga kantung udara tetap mengembang. Kulit bayi mulai menebal. dan
mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan
cegukan. Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat.
Saluran darah di paru-paru
1. Minggu ke-25
Bayi cegukan, ibu merasakannya ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia menghirup
bayi sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk
dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin
membaik karena di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi.
Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm.
1. Minggu ke-26
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk.
Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah
berfungsi, bunda dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba
untuk memberi cahaya lebih disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan
anggukan kepala si kecil. Berat badan bayi sudah mencapai 750-780gram, sedangkan
tingginya 35-38 cm.
1. Minggu ke-27
Minggu pertama trimester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih
harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan
air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram
dengan tinggi badan 36-38 cm.
1. Minggu ke-28
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin berkembang
dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh.
Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas
karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip
bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke
bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si
kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
1. Minggu ke-29
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga
membuat kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui). Sensitifitas
dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya,
rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur
suhu badan dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang
manusia, berat badannya 1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.
1. Minggu ke-30
Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang sekitar 1400
gram dan panjangnya 27 cm. Karena ia semakin besar, gerakannya semakin terasa.
Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah
mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya. Saat ini waktu yang terbaik
bagi bunda untuk menyenteri perut dan menggerak-gerakan senter tersebut maka
mata bayi sudah bisa mengikuti ke arah mana senter tersebut bersinar.cairan ketuban
(amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini si kecil pun sudah mulai
memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510-1550 gram, dengan tinggi 39-40 cm.
1. Minggu ke-31
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml
sehari di dalam air ketuban. Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada
fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak
akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada tubuh bayi sudah
mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat penting
seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan perkembangan fisiknya, pada
fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan sangat pesat dengan
menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi akan bergerak.
Berat badan bayi 1550-1560 gram dengan tinggi 41-43 cm.
1. Minggu ke-32
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan
rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai
rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat
1800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim
sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada minggu ini. Kulit bayi semakin merah,
kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran telah terbentuk dengan
sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan
sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai
bisa bermimpi.
1. Minggu ke-33
Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak bayi
semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa
berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan.
Walaupun tulang-tulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum
benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun
nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi sudah mulai
turun dari perut menuju skrotum. Berat badan bayi 1800-1900 gram, dengan tinggi
badan sekitar 43-45 cm.
1. Minggu ke-34
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila
mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda
sedang mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang
berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus
berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui. Berat Badan bayi
2000-2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
1. Minggu ke-35
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai
memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk
memberikan kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin membesar dan sudah
mulai memenuhi rahim bunda. Apabila bayi bunda laki-laki maka di bulan ini
testisnya telah sempurna. Berat badan bayi 2300-2350 gram, dengan tinggi badan
sekitar 45-47 cm.
1. Minggu ke-36
Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan lemak sudah
mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja
dengan baik dan livernya pun telah memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi
sudah bekerja baik bahkan sudah siap bertemu dengan mama dan papa. Berat badan
bayi 2400-2450 gram, dengan tinggi badan 47-48 cm.
1. Minggu ke-37
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi
merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk
dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada
saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang
belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di
dalam air. Berat badan bayi di minggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm.
1. Minggu ke-38-40
Minggu ke-38 hingga minggu ke-40 : Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap
dilahirkan.
4. PERIODE KEHAMILAN MENURUT USIA
1. Trimester pertama (0 – 12 minggu)
Gejala pada trimester I umumnya adalah sering mual dan muntah, payudara membesar,
sering buang air kecil, sering cepat lelah. Emosi tidak stabil, lebih sering cepat
marah, penurunan libido seksual.
1. Trimester kedua (13 -28 minggu)
Pada trimester II, terjadi penambahan berat badan yang sangat signifikan karena nafsu
makan yang meningkat tajam, payudara yang semakin besar diikuti dengan perut
bagian bawah yang terlihat semakin membesar. Bayi kadang – kadang terasa
bergerak, denyut jantung meningkat, kaki, tumit, betis kadang membengkak. Gatal
pada permukaan kulit di bagian perut. Kadang disertai dengan sakit pinggang dan
gangguan pada pembuangan air besar/sembelit. Emosi menjadi lebih stabil dan
seluruh perhatian tertuju pada sang bayi yang akan lahir.
1. Trimester ketiga (29-40 minggu)
Pada trimester III, bayi mulai menendang – nendang, payudara semakin besar dan
kencang, puting susu semakin hitam dan membesar, kadang – kadang terjadi
kontraksi ringan dan suhu tubuh dapat meningkat. Cairan vagina meningkat dan
kental. Emosi mulai tidak stabil, perasaan gembira disertai cemas menunggu
kelahiran sang bayi.
5. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA IBU HAMIL
Salah satu perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. 1. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
1) Terjadi pertambahan ukuran sel-sel otot uterus
2) Terjadi lightening pada akhir-akhir kehamilan
3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron :
Hipertrofi dan dilatasi otot
Penumpukan jaringan fibrosa dan elastik untuk menambah kekuatan dinding
uterus
Penambahan jumlah dan ukuran pembuluh darah vena
Dinding uterus semakin lama semakin menipis
Uterus kehilangan kekakuan dan menjadi lunak dan tipis bersamaan dengan
bertambahnya umur kehamilan
1. Serviks
1) Terjadi perlunakan
2) Mengeluarkan sekret mukus endoserviks karena pengaruh progesteron untuk
perlindungan terhadap infeksi
3) Estrogen meningkatkan vaskularitas sehingga timbul tanda chadwick
4) Prostaglandin dilepaskan dari jaringan untuk perlunakan serviks
5) Effacement atau pemendekan terjadi pada primigravida pada 2 minggu terakhir
1. Vagina
1) Jaringan otot mengalami hypertrofi
2) Terjadi peningkatan vaskularisasi
3) Peningkatan pengeluaran pervaginam
1. Vulva
1) Vaskularisasi meningkat
2) Warna menjadi lebih gelap
1. Ovarium dan tuba falopi
1) ovulasi berhenti selama kehamilan
2) pematangan folikel baru ditangguhkan dan hanya satu korpus luteum yang
ditemukan dalam ovarium
3) tuba fallopii mengalami hipertrofi
4) epitel mukosa menjadi gepeng
1. 2. Payudara
1. Pada 3-4 minggu ada sensasi rasa nyeri, duktus dan alveoli membesar
2. Pada 6 minggu ukuran payudara bertambah besar
3. Pada 8 minggu mulai tampak 12-13 nodul kecil disekitar areola,
merupakan kelenjar sebasea yang terdapat pada nipple (puting susu) yang
mengalami perubahan, serta menghasilkan sebum (kelenjar keringat yang ada
di puting) yang menjaga agar mammae tetap lembut dan kenyal
4. Pada 12 minggu puting susu membesar dan melunak, areola meluas,
terjadi pigmentasi (berwarna lebih gelap) dengan diameter awal 4 cm,
diameter maksimal 7 cm
5. Pada 16 minggu terdapat pengeluaran kolostrum
Perubahan mammae selama kehamilan
Umur Kehamilan
(minggu)
Perubahan
3-4 minggu
6 minggu
8 minggu
8 minggu
12 minggu
16 minggu
Rasa penuh pada payudara
Terjadi pembesaran dan sedikit nyeri
Pelebaran pembuluh darah vena disekitar mammae
Kelenjar montgomery mulai tampak
Penggelapan disekitar areola dan putting
Colostrum sudah mulai dikeluarkan
1. 3. Perubahan Sistem Pencernaan
1. Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan uterus
2. Penurunan tonus dan motilitas saluran gastro intestinal menyebabkan
waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama
3. Penyerapan makanan meningkat
4. Terjadi konstipasi yang dapat meningkatkan terjadinya haemoroid
5. Adanya refluks sekret-sekret asam ke esofagus menyebabkan terjadinya
pirosis (nyeri ulu hati)
6. Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah (hiperemi)
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1. Terdapat peningkatan mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal
dan sendi pubis karena pengaruh hormonal
2. Perubahan postur menyebabkan rasa tidak nyaman di punggung
bagian bawah
3. Peningkatan volume darah, bersamaan dengan distensi pada vena
dan tekanan uterus menyebabkan oedema pada kaki, vulva dan saluran
anal, sehingga beresiko terjadi varises vena dan sering hemoroid
1. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan
berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul
pada saat melewati jalan lahir
a. Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk periode
inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin
pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode inpartu dalam
keadaan floating (melayang di atas PAP)
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah janin
telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :
a) Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat
antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang sama
rendah.
b) Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati
promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi
asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium
dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang)
dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-
ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.
b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan,
sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada
nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
c. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil
(UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto
oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter
anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang
akan melewati jalan lahir.
d. Putaran Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang (sakrum).
Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir.
e. Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior
f. Putaran paksi luar atau Restitusi
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk
menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut
putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan
tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri)
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
3. Gawat Janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia.Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi
istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric
tentang obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio
secarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ).
Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering
dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan
hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan .
Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanyaoleh hipoksia dan asidosis,
tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau
asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak
berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik
perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit,
denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium ysng kental pada awal
persalinan.
2.2 Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
singkat) :
1) Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan
pemberian oksitosin.
2) Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3) Solusio plasenta.
4) Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam
waktu lama) :
1) Penyakit hipertensi
2) Diabetes melitus
3) Postmaturitas atau imaturitas
c. Kompresi (penekanan) tali pusat
1. Oligihidramnion
2.Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat
d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
2.Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
3. skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,0
2.3 Patofisiologi
Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:
1. Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena
janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang kronik, tetapi
sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per
gram berat badan sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglabin, dan kapasitas angkut oksigen pada
janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan
curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan
demikian penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer
dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan
terbentuk asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta. Bila
plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli yang
berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang
berakibat penurunan PH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama
menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik
yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik menambah asidosis
metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah
uterus atau arus darah tali pusat.
3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat
hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redidtribusi darah bila terjadi
hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran darah
yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Bradikardi mungkin merupakan
mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.
2.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat
melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah
tendangan janin/ ’kick count’ . Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat
makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan
janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini
dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini
terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau
ibu yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin.
Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu untuk
segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Tanda-tanda gawat janin:
1. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
2. Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janinUntuk mengetahui
adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauanmenggunakan
kardiotokografi
3. Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin
2.5 Pengaruh Pada Kehamilan dan Persalinan
a. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka
harus segera dikeluarkan.
b. Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan
2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum
ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)
2.5 Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang
abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit.
Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm
atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang
abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit.
Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm
atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
2.6 Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau
kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan
patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung
janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:
1. Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga
timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur
menjadi miring ke kiri atau semilateral.
2. Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus
terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini
disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi
dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
3. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan
kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat
terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh
terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
c. Gawat janin sebelum persalinan
· Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi
dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
· Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.
d. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan
pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi,
1994 : 211-213)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
1. Asfiksia
2. Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi
talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus
talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai oligohidramnion yang
lama menyebabkan terjadinya deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter μs
fasciaDeformitas ekstrimitas.
2.7 Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
1) Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen
dari obu ke janin lebih lancer.
2) Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
3) Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan
resiko hipoksis janin.
4) Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi
mekonium pada cairan amnion, lakukan hal se¬bagai berikut:
b. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan
yang sesuai.
c. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari
penyebab gawat janin:
d.
Prinsip Umum :
1) Bebaskan setiap kompresi tali pusat
2) Perbaiki aliran darah uteroplasenter
3) Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi.
Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor
etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi
aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah
uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2) Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
3) Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke
ruang intervilli.
4) Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat.
Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
5) Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan
perjalanan persalinan.
6) Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi
mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari
mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum
dengan pipa endotrakeal.
Pengertian
Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri diluar uterus, belum snggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara
400-1000gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Eastman dalam
(Mochtar,2002) Menurut Mochtar (2002) aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelumjanin dapat hidup diluar kandungan. Menurut Brunner&Suddarth(2001)
aborsi adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran produk konsepsi sebelum
janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu hidup setelah lima sampai enam bulan
masa gestasi
Epidemiologi
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita
mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama
beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap
tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan
Etiologi
Factor – factor yang menyababkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor
ibu, dan factor bapak.
Kelainan ovum
Menurut HERTIG dkk dalam Mochtar 2002 pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus
spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin
muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan
oleh kelainan ovum (50-80%).
Kelainan genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
o Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
o Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
o Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis,
mioma submukosa
o Uterus terllu cepat teregang (kehamilan danda, mola)
o Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gradivarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
o Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typoid,
pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat
disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
o Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll
o Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.
o Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes militus.
Antagonis Rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya terkejut, ketakutan, laparatomi, trauma langsung terhadap fetus : selaput
janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasis kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen, avitaminosis
Patofisiologi
Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap bendaasing mak uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan paa kehamilan 8-14
minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :
Abortus spontaneous
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.
Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan
dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan
busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis
servikalis.
Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada
abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu: menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi
menjadi dua yaitu :
Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai
tiga tim dokter ahli
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Tanda dan Gejala
Secara umum :
o Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
o Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
o Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
o Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
Pemeriksaan ginekologi :
o Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
o Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
o colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen
o Terdapat keterlambatan datang bulan
o Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
o Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim
o Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
o Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien
o Perdarahan lebih banyak
o Perut mules atau sakit lebih hebat
o Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit
o Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
o Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
o Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
o Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus
o Uterus telah mengecil
o Perdarahan sedikit
o Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion
o Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi
janin
o Buah dada mengecil kembali
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi :
1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
o Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
2.Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal
atau meningkat
o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat
dan kecil
o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
3.Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
4.Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. Tekanan darah
normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan Diagnostik
o Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
o Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
o Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
o Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
o Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
Therapy
o Therapy abortus kompletus : Hanya dengan uteronika
o Therapy abortus inkompletus :
o jika syok : dengan pemberian cairan dan tranfusi darah
o berikan obat uteronika dan antibiotik
o Therapy abortus insipiens : therapy sama dengan therapy abortus inkompletus
o Missed abortion : dilatasi, kurete, berikan obat antibiotic dan tonika
o Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)
Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens meliputi :
o Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
o Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
o Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
o Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
o Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
o Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
o Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
o Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
o Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
o Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
Penanganan abortus inkomplit :
o Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
o Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
o Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
o Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
o Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
o Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
o Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
o Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
o Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penganan abortus kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau
jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
Penanganan abortus servialis
Penganan terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
Penanganan missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu
segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti
apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat
terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan
merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
4.PREEKLAMPSIA
Pada saat ini ada 4 hipotesa yang mendasari patofisiologi dan patogenesa dari
Preeklampsia
1. Iskemia Plasenta
Peningkatan deportasi sel tropoblast yang akan menyebabkan kegagalan invasi ke arteri
sperialis dan akan menyebabkan iskemia pada plasenta.
2. Mal Adaptasi Imun
Terjadinya mal adaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel tropoblast pada
arteri spiralis. Dan terjadinya disfungsi endothel dipicu oleh pembentukan sitokin,
enzim proteolitik, dan radikal bebas.
3. Genetic Inprenting
Terjadinya preeklampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen resesif tunggal
atau gen dominan dengan penetrasi yang tidaksempurna. Penetrasi mungkin
tergantung pada genotip janin.
4. PerbandinganVery Low Density Lipoprotein(VLDL) dan Toxicity Preventing
Activity (TxPA)
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam lemak non-
esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar albumin yang rendah,
pengangkatan kelebihan asam lemak non-esterifikasi dari jaringan lemak ke dalam
hepar akan menurunkan aktivitas antitoksik albumin sampai pada titik di mana
VLDL terekspresikan. Jika kadar VLDL melebihi TxPA maka efektoksik dari
VLDL akan muncul.
Dalam perjalanannya keempat faktor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi kadang saling
berkaitan dengan titik temunya pada invasi tropoblast dan terjadinya iskemia
plasenta. pada preeklampsia ada dua tahap perubahan yang mendasari
patogenesanya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan
invasi sel tropoblast pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal
trimester kedua kehamilan sehingga arteri spiralis tidak dapat melebar dengan
sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta
sehingga terjadilah hipoksia plasenta.
Gambar 1 . Skema Patogenesis Preeklampsia (Robson S. C.,1999)1
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti
sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan
akan menyebabkan terjadinya oxidatif stress yaitu suatu keadaan di mana radikal
bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan . Oxidatif stress pada
tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat merangsang
terjadinya kerusakan pada sel endothel pembuluh darah yang disebut disfungsi
endothel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada
organ-organ penderita preeklampsia.
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak
sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan
vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan, dan angiotensin II sehingga akan
terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid
peroksidase juga akan mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi
trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi
endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat
terjadi disfungsi dan kegagalan organ seperti:
Pada ginjal: hiperuricemia, proteinuria, dan gagal ginjal.
Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru dan
oedema menyeluruh.
Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan coagulopathi.
Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati.
Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan,
pelepasan retina, dan pendarahan.
Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin,
dan solusio plasenta.
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis Preeklampsia. Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya
vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga
terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat
endotel. Selain itu Hubel mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis
akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya
akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan
sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri
memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan
mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses
oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh.
Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara
perok sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan
timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.
Menurut Manurung dan Wiknjosastro (2007) antara tahun 2003 – 2005 tercatat 9437
persalinan di RSCM. Kasus preeklampsia berat dan eklampsia secara keseluruhan
tercatat 1453 kasus (15,3 %), sebanyak 221 (2,3 %) diantaranya merupakan kasus
eklampsia. Sehingga rata-rata tiap bulan terdapat 34 pasien preeklampsia berat dan 6
pasien eklampsia.
Gejala klinis
Tabel 1. Gambaran klinis hipertensi dalam kehamilan (Manuaba 2007)
Preeklampsia Impending
eklampsiaEklampsia
Ringan Berat
Tensi > Tensi > Objektifnya : Gejala
140/90 mmHg
BB naik
melebihi batas
normal ½
kg/minggu
Proteinuria
+1
Edema ringan
160/110 mmHg
Edema
Oliguria <
500 cc/24 jam
Terdapat
dipsnea sianosis
Janin
mungkin :
IUGR, Asfiksia
Hiperaktif
refleks
Sesak-
sianosis
Gejala
subjektinya :
Gangguan
visus
Nyeri
epigastrium
Nyeri kepala.
preeklampsia
berat ditambah
dengan :
Konvulsi
Kesadaran
turun sampai
koma.
Gejala-gejala PE baru menjadi nyata pada usia kehamilan yang lanjut yaitu biasanya
pada trimester ketiga, walaupun sebenarnya kelainan yang mendasarinya melalui
mekanisme patofisiologi sudah terjadi jauh lebih dini yaitu pada usia kehamilan
antara 8 sampai 18 minggu
Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada PE ringan tidak
ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada PE berat gejala-gejalanya adalah (Angsar
MD, 2009) :
1) Tanda dan gejala
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
Proteinuria > 5 gr/24 jam
Oligouria < 400 ml/24 jam
Nyeri epigastrium
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan
pandangan kabur.
Perdarahan retina
Edema pulmonal
Koma
2) Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit
Anemia karena hemolisis
Peningkatan kadar enzim hati/ ikterus
Trombosit < 100.000/mm³
Asam urat > 6 mg/dl
Peningkatan serum kreatinin
g. Klasifikasi dan Diagnosis
Dalam pengelolaan klinis, PE dibagi sebagai berikut :
1) Diagnosis PE ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu
Hipertensi : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg.
Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam dengan menggunakan cara Esbach, atau ≥ 1 + dipstik.
Edema : edema lokal tidka dimasukkan dalam kriteria PE, kecuali edema
generalisata.
2) Ditegakkan diagnosa PE berat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini
tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
Proteinuria ≥ 5 gr/24 jam atau 4 + dipstik.
Oligouri, yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam.
Serum kreatinin meningkat.
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan
kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson).
Edema paru atau sianosis
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
Peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
Sindrom HELLP.
3) Dan disebut impending eclampsia apabila pada penderita PE berat ditemukan
gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah,
nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
4) Dan disebut eklampsia jika pada penderita PE berat dijumpai kejang menyeluruh
dan koma. Pada penderita PE yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala
atau tanda-tanda khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya
kejang. PE yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending
eclampsia atau imminent eclampsia
h. Diagnosis banding
Kejang pada eklampsia harus dibedakan dengan kejang yang disebabkan oleh penyakit
lain, misalnya perdarahan otak, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi
iatrogenik )
Eklampsia selalu didahului oleh PE. Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik.
Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan dimulainya gerakan kejang
berupa twitching dari otot-otot muka khusunya sekitar mulut, yang beberapa detik
kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh
menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola mata
menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam
posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik.
Keadaan ini berlangsung 15 – 30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan
terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula
dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi
intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Dari mulut keluar liur
berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-bercak darah. Wajah tampak
membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik
perdarahan. Kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-
angsur kejang melemah, dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma.
i. Komplikasi
Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam bentuk
kemungkinan :
Perdarahan subkapsular
Perdarahan periportal sistem dan infark liver
Edema parenkim liver
Peningkatan pengeluaran enzim liver
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan dari kemampuan
sistem otonom aliran darah sistem saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai
bentuk kelainan patologis sebagai berikut :
Edema otak karena permeabilitas kapiler bertambah
Iskemia yang menimbulkan infark serebral
Edema dan perdarahan menimbulkan nekrosis
Edema dan perdarahan pada batang otak dan retina
Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medula oblongata.
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita PE/E. Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada
PE berat dan eklampsia:
1) Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada PE.
2) Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada PE berat. Oleh karena itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar
fibrinogen secara berkala.
3) Hemolisis
Penderita dengan PE berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang
dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakkan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang
sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
4) Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5) Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat
terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda
gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6) Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-
paru.
7) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada PE/E merupakan akibat vasospasme arteriole umum.
Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada
penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
8) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler
(peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat lelah, mual, muntah,
nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas
asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi
trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat),
lisosom.
9) Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10) Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi
dan DIC(disseminated intravascular cogulation).
11) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
Pencegahan
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya PE pada perempuan
hamil yang mempunyai risiko terjadinya PE. PE adalah suatu sindroma dari proses
implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah. Pencegahan dapat
dilakukan dengan nonmedikal dan medikal.
1) Pencegahan dengan non medikal
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang
paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Restriksi garam tidak terbukti dapat
mencegah terjadinya PE. Diet suplemen yang mengandung (a) minyak ikan yang
kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan:
vitamin C, vitamin E, β-karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam
berat: zinc, magnesium, kalsium.
2) Pencegahan medikal
Pemberian kalsium: 1.500 - 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko
tinggi terjadinya PE. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium
365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah PE ialah aspirin
dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberika
antioksidan: vitamin C, vitamin E, β-karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik
3) Antenatal care (ANC)
a) Definisi
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar.
b) Tujuan ANC
Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.
Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal.
c) Kebijaksaan Program
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
o 1 kali pada trimester I
o 1 kali pada trimester II
o 2 kali pada trimester III
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
Kunjungan ANC yang saint adalah :
o Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
o Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
o Setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi kelahiran.
Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu.
d) Pelayanan Asuhan Standar Minimal “7T”
Timbang berat badan
Tekanan Darah
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TT lengkap (imunisasi)
Tablet Fe minimal 90 paper selama kehamilan
Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki
Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
e) Konsep Pemeriksaan Kehamilan
Anamnesa
Pemeriksaan
o Pemeriksaan Umum
o Pemeriksaan khusus obstetri
o Pemeriksaan penunjang
Diagnosis / kesimpulan
Diagnosis banding
Prognosis
Penatalaksanaan
Pada dasarnya penanganan penderita PE/E yang definitif adalah segera melahirkan bayi
dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam penatalaksanaannya kita harus
mempertimbangkan keadaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses
perjalanan penyakit, dan seberapa jauh keterlibatan organ. Tujuan penatalaksanaan
PE/E adalah (Roeshadi 2007):
Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, di samping itu
mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada ibu.
Mencegah terjadinya kejang/eklampsia yang akan memperburuk keadaan ibu
hamil.
Mencegah perdarahan intrakranial dan mencegah gangguan fungsi organ vital.
PREEKLAMPSIA RINGAN
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu. (Saifuddin et al. 2002)
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin.
Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia dan
eklampsia.
Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada vena cava
inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan menambah curah jnatung.
Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
Tidak perlu diberi obat-obatan.
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
- Diet biasa
- Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari.
- Tidak perlu diberi obat-obatan.
- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis, atau
gagal ginjal akut.
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
o Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat.
o Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan janin, serta
gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat;
o Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan
observasi kesehatan janin.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.
PREEKLAMPSIA BERAT
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan
suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
(Angsar MD, 2009; Saifuddin et al. 2002)
1) Sikap tehadap penyakit: pengobatan medikamentosa
Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
Pemberian obat antikejang.
- Obat anti kejang yang digunakan MgSO4, diazepam, fenitoin. Pemberian
MgSO4 sebagai antikejang lebih efektif dibanding fenitoin. Obat antikejang yang
banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat.
- Tujuan utama pemberian magnesium sulfat adalah untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kejang (Suparman & Sembiring 2004). Di samping itu juga
untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin. Cara kerja magnesium
sulfat sampai saat ini tidak seluruhnya diketahui, diduga ia bekerja sebagai N-methyl
D Aspartate (NDMA) reseptor inhibitor, untuk menghambat masuknya kalsium ke
dalam neuron pada sambungan neuro muskuler (neuro musculer junction) ataupun
pada susunan syaraf pusat. Dengan menurunnya kalsium yang masuk maka
penghantaran impuls akan menurun dan kontraksi otot yang berupa kejang dapat
dicegah (Roeshadi 2007).
- Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada PE berat dan eklampsia. Cara pemberian magnesium sulfat dapat dilihat
pada lampiran 3.
- Jika MgSO4 tidak tersedia dapat diberikan diazepam, dengan risiko tterjadinya
depresi pernapasan neonatal.
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan darah, untuk
pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah
≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan
darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
- Antihipertensi lini pertama
Nifedipin; 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24
jam.
- Antihipertensi lini kedua
Sodium nitroprusside; 0,25 µg i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 µg i.v./kg/5 menit.
Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan
pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom
HELLP.
2) Sikap terhadap kehamilannya
a) Perawatan aktif (agresif) : sambil memberi pengobatan, kehamilan diakhiri.
- Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini :
Ibu
Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
Adanya tanda-tanda impending eclampsia.
Kegagalan terapi pada perawatan konserfatif, yaitu : keadaan klinik dan laboratorik
memburuk.
Diduga terjadi solusio plasenta.
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
Janin
Adanya tanda-tanda fetal distress
Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khusunya menurunnya trombosit dengan
cepat.
Cara mengakhiri kehamilan dilakukan berdasar keadaan obstetrik pada waktu itu,
apakah sudah inpartu atau belum.
b) Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
EKLAMPSIA
Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum
sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya
penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama
yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor
imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah
trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi
trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini
akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan
mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress
oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan
trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.
Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia dan Eklampsia
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola
hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita
preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau
eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
Terminologi
Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥
140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak lagi dimasukkan
dalam kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal.
Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90
mmHg digunakan sebagai pedoman.
Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang
bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia
juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada
wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang
berhubungan dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan
komplikasi – komplikasi yang terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara
tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10
%), defisit neurologis (7 %), pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %),
cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan kematian maternal (1 %)
Gambaran Klinis Eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan
menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya
sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang
waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai
bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku
karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15
detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras,
demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot – otot wajah yang lain dan
akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam
waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang begitu hebatnya sehingga dapat
mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah
penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot – otot rahang. Fase ini dapat
berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi
semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita
bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak
ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang
berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang
berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya
koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang,
penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada
kasus – kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat
mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang,
kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama
bahkan kematian.
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai
50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat,
tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis.
Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi
maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang
sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin
output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita.
Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu
setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka hal
ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena
pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang
disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita
mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian
cairan yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau
beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila
perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia.
Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat
hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan
pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malformation.
Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan
variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan
ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada
lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan
biasanya pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat
bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri
yang luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat
herniasi uncus trans tentorial.
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita
berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai
2 minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak
terdapat kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan
dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi
masalah ini.
Diagnosis Diferensial
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang mengalami kejang selalu didiagnosis
sebagai eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial keadaan ini seperti, epilepsi,
ensefalitis, meningitis, tumor otak serta pecahnya aneurisma otak memberikan
gambaran serupa dengan eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil yang mengalami
kejang harus didiagnosis sebagai eklampsia sampai terbukti bukan
Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan
paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat
kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun
terakhir, dengan persentase 10 % - 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6%
dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya
mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre
eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu
hamil.
Manajemen
Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi eklampsia di Parkland Hospital
dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun 1984 Pritchard dkk
melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen terapi eklampsia pada 245 kasus
eklampsia. Prinsip – prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai berikut :
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderita
2. Selalu diingat mengatasi masalah – masalah Airway, Breathing, Circulation
3. Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena, selanjutnya
dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4 intramuskuler
secara loading dose didikuti MgSO4 intramuskuler secara periodik.
4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap berbahaya.
Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang mengatakan 100
mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110 mmHg.
5. Koreksi hipoksemia dan asidosis
6. Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena kecuali pada
kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan.
Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.
7. Terminasi kehamilan
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI telah membuat pedoman pengelolaan
eklampsia yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan
di Indonesia, berikut ini kami kutipkan pedoman tersebut.
A. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang - kurangnya 20
menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap
kejang dapat diberikan Sodium Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.
- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg. Dapat diberikan
nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat
diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam
atau 3 jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif.
Tekanan darah diastolik jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah
maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena harganya murah,
mudah didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml,
berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
4. Perawatan pada serangan kejang :
Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
Masukkan sudip lidah ( tong spatel ) kedalam mulut penderita.
Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup longgar guna menghindari
fraktur.
Pemberian oksigen.
Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).
5. Perawatan pada penderita koma : Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai
“Glasgow – Pittsburg Coma Scale “.
Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT = Naso Gastric
Tube : Neus Sonde Voeding ).
6. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
7. Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada indikasi.
8. Tidak ada respon terhadap penanganan konservatif pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan:
Syarat pemberian Magnesium Sulfat:
Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas 10%,
diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda – tanda intoksikasi MgSO4.
Refleks patella (+)
Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ).
Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan
diurese
B. Pengobatan Obstetrik :
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan
dan keadaan janin.
2. Terminasi kehamilan
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan metabolisme ibu,
yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
Setelah kejang terakhir.
Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3. Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah Cesar.
Perawatan Pasca Persalinan
Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana
lazimnya.
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.
Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24 - 48 jam pasca persalinan.
5. Perdarhan postpartum
Hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya
kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Normalnya,
perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi
anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam
pembuluh darah desidua (Taber, 1994).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini
juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (lubis, 2011).
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang
melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan
mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan
gangguan homeostasis. Dengan demikian secara konvensional dikatakan bahwa
perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai perdarahan pasca
persalinan dan perdarahan yang secara kasat mata mencapai
1000 ml harus segera ditangani secara serius (koto,2011).
Klasifikasi
Perdarahan postpartum dapat terbagi dua menurut kejadiannya yaitu :
Perdarahan postpartum primer (dini) adalah perdarahan yang
berlebihan selama 24 jam pertama.
Perdarahan postpartum sekunder (lanjut) adalah perdarahan yang
berlebihan setelah 24 jam pertama sampai minggu ke-6 setelah
kelahiran.
Gejala Klinik Perdarahan Postpartum
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume
total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan
tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Lubis, 2011).
Diagnosis
Karena pengertian dari Perdarahan postpartum itu kehilangan darah lebih dari 500
mL, maka di perlukan pengukuran jumlah darah yang hilang ketika persalinan.
Tetapi hal ini tidaklah akurat dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
- Tidak semua darah yang hilang terkumpul:
Beberapa mL darah ada di lantai atau alas tempat tidur
Beberapa mL darah masih berada didalam uterus tetapi diluar
pembuluh darah
- Cara lain yang mungkin secara tidak sengaja terhitung:
Urin
Cairan amnion
Cairan pembersih lainnya.
Biasanya estimasi yang dibuat itu lebih kecil volumnya dibandingkan kehilangan
darah yang sebenarnya, jadi penatalaksanaan akibat kehilangan darah yang terjadi
pada kasus perdarahan postpartum ini lebih sedikit dibandingkan pada saat
operasi bedah (Hamilton-Fairley, 2009).
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir
biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir,
biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan
palpasi uterus ; fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus
tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri dapat diketahui
dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap atau tidak kemudian
eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau plasenta
suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna untuk
mengetahui apakah ada robekan rahim. Laserasi (robekan) serviks dan vagina
dapat diketahui dengan inspekulo. Diagnosis pendarahan pasca persalinan juga
memerlukan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan Hb, COT (Clot
Observation Test), kadar fibrinogen, dan lain-lain (faisal, 2008).
2.1.5. Penyebab
Kejadian perdarahan postpartum ini di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Atonia uteri: diperkirakan 90%
2. Robekan jalan lahir: diperkirakan 7%
3. Retensio plasenta, inversion uterus, dan gangguan pembekuan darah:
diperkirakan 3% (Parisaei, et all., 2008).
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir (Taber, 2010).
Faktor Predisposisi atonia uteri sebagai berikut:
- Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan kembar,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
- Kelelahan kerena persalinan lama.
- Kehamilan grande-multipara.
- Ibu dengan keadaan yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
- Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih
aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek, perlu diperhatikan bahwa
pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah
sebanyak 500 – 1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah (Karkata, 2009).
Penanganan
a) Pemberian uterotonik agen.
- Pemberian oksitosin secara i.m., i.v. akan mencegah bnyak kasus
atonia uteri
- Derivat ergot, diberikan jika oksitosin tidak efektif mengembalikan
kontraksi uterus. Biasanya diberikan 0.2 mg methylergonovine secara
intramuskular. Perlu diperhatikan bahwa pemberian derivat ergot ini
tidak dianjurkan secara intravena karena dapat menimbulkan hipertensi
yang berbahaya khususnya terhadap kasus preeklamsi.
- Pemberian analog prostaglandin F2α (carboprost tromethamine) yang
terkadang menimbulkan efek samping berupa diare, hipertensi, mual
muntah, febris, takikardia.
b) Masase fundus uteri dan merangsang putting susu.
c) Resusitasi cairan agar tidak terjadi syok hipovolemik akibat darah
yang banyak keluar
d) Kompresi bimanual uterus
e) Kompresi aorta abdominalis.
f) Pemasangan tampon kondom dalam kavum uteri yang disambung dengan
kateter dan di fiksasi dengan karet gelang kemudian diisi cairan infuse 200
ml yang mengurangi perdarahan. Pemasangan tampon ini hanya bersifat
temporer.
g) Bedah konservatif dengan cara ligasi arteria uterina / arteria ovarika dan
operasi ransel B Lynch
h) Histerektomi supravaginal ataupun total abdominal (Karkata, 2009).
2. Retensio Plasenta
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai
retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif
kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
Disebut sebagai plasenta akreta bila plasenta sampai menembus desidua basalis
dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai
menembus perimetrium. (Karkata, 2009)
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
disebabkan :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
(lubis, 2011)
Faktor predisposisi dari plasenta akreta, yaitu:
- Plasenta previa.
- Seksio sesarea.
- Kuretase.
- Multigravida lebih dari 6 anak.
(Cunningham, 2010)
Pada pemeriksaan intrauterin, sewaktu melakukan eksplorasi manual mengangkat
plasenta yang tertahan, bidang pembelahannya tidak dapat diidentifikasi di antara
plasenta yang melekat dan dinding uterus. Pada kasus plasenta akreta parsial,
bidang pembelahan dapat ditelusuri, tetapi tidak dapat diikuti seluruhnya
sepanjang permukaan maternal plasenta ketebalan perlekatan mengelilinginya.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perdarahan yang banyak, ruptur uteri,
inversio uteri, dan infeksi uterus jika plasenta tertinggal atau in situ.
Penanganan yang penting adalah pemberian cairan dan darah secara intravena untuk
memperbaiki hipovolimia yang diakibatkan kehilangan banyak darah.
Histerektomi abdominal merupakan pengobatan yang lebih disukai untuk
kebanyakan pasien segera setelah diagnosis ditegakkan. Karena pelepasan
plasenta normal tidak mungkin, berbagai upaya untuk mengeluarkan plasenta
yang lengket secara manual atau dengan kuretase dapat menyebabkan katastropik
atau rupture traumatik otot uterus yang tipis.
Jika tidak terjadi perdarahan dan pasien berkeinginan keras untuk memiliki anak lagi
maka plasenta dapat ditinggalkan in situ dengan menerima resiko infeksi uterus
dan pelvis. Tingkat mortalitas pasien yang diobati tanpa histerektomi hampir
empat kali lebih tinggi dari pasien dengan histerektomi segera (Taber,
1994).
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir umumnya terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan
persalinan yang semakin manipulative dan traumatic akan memudahkan robekan
jalan lahir, maka karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat
pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomy, robekan spontan perineum, trauma foseps, atau vakum ekstraksi,
atau karena versi ekstraksi.
Robekan yang terjadi dapat berupa :
- Ringan (lecet, laserasi),
- Luka episiotomy,
- Robekan perinieum spontan derajat ringan,
- Rupture perinea totalis (sfingter ani terputus),
- Robekan pada dinding vagina,
- Robekan pada forniks uteri,
- Robekan pada serviks,
- Ruptura uteri.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya dikarenakan ada robekan
atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi pada
vulva, vagina, dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber
perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai dengan
denyut nadi. Perdarahan karena ruptura uteri dapat diduga pada persalinan macet
atau kasep, atau uterus dengan lokus minoris resistensia dan adanya atonia uteri
dan tanda cairan bebas intraabdominal (Karkata, 2009).
Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000. Visualisasi
yang adekuat penting, dan serorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi
dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan
laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan
chromic 00 atau 000 dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan
serviks. Traksi pada jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks
laserasi kebawah. Pembuluh-pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi
untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah
pada apeks laserasi, di mana diperlukan perhatian yang vermat untuk memastikan
bahwa pembuluh-pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan
terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada luasnya perdarahan, tempat
perdarahan yang terlihat dan keinginan operator (Taber, 1994)
4. Inversi Uteri
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah inverse
uterus yang merupakan keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit (Karkata, 2009). Inversi inkompit dimana fundus uteri tidak
terbalik di luar servis. Inverse komplit merupakan seluruh uterus terbalik keluar,
menonjol melalui cincin serviks.
Factor-faktor predisposisi dari inverse uterus, yaitu:
- Tekanan fundus,
- Traksi tali pusat,
- Insersi fundus plasenta,
- Dinding uterus yang tipis atau kendor,
- Tekanan abdomen yang meningkat secara tiba-tiba dan berkaitan
dengan atonia uteri (Taber, 2010).
Inversion uteri ditandai dengan dengan:
- Syok karena kesakitan.
- Perdarahan banyak bergumpal.
- Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta
yang masih melekat.
100
- Bila baru terjadi maka prognosis masih baik, bila kejadiannya cukup
lama mengakibatkan uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
dikarenakan jepitan dari serviks yang semakin mengecil.
Tindakan yang dilakukan secara garis besar sebagai berikut.
1. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infuse untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat.
2. Pemberian tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik
sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk
ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu
plasenta sudah terlepas atau tidak.
3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat
infuse atau i.m. tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfuse darah sesuai dengan keperluannya.
5. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang
keras menyebabkan maneuver di atas tidak bias dikerjakan, maka dilakukan
laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila
uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis(Karkata, 2009)
5. Gangguan Pembekuan Darah.
Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah
mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan da tendensi mudah
terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes
atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga
hidung, dan lain-lain.
101
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang
abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,
trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin
degradation product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial
thromboplastin time).
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam
kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis.
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma
beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA
(epsilon amino caproic acid) (Karkata, 2009)
Pencegahan
Pencegahan atau antisipasi dari perdarahan postpartum dapat dilakukan secara
berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat
hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
2. Mengenal factor predisposisi perdarahan postpartum seperti multiparitas,
anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, riwayat
perdarahan postpartum sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang
bisa muncul saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan pertus lama.
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.
102
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih
dan menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan
postpartum dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya (Karkata, 2009).
6. Ketuban Pecah Dini
Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar. ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu
banyak . Sedangkan menurut Yulaikhah, 2009 ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum
ada tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim 11
disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan
penyebab terbesar persalinan prematur dengan segala akibatnya. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998). Ada juga
yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia kehamilan
belum masa aterm atau kehamilan di bawah 38–42 minggu (Sinsin, 2008).
Arti klinis ketuban pecah dini adalah :
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusatatau kompresi talipusat menjadi
besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan
tanda adanya gangguan keseimbangan feto pelvik.
3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat
memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of
membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterin dengan segala
akibatnya.
103
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin. (Widjanarko, 2009).
Insidensi
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm, dan pada
midtrimester kehamilan. Frekuensi kejadiannya yaitu 8%, 1%–3% dan kurang dari
1 %. Secara umum, insiden dari KPD terjadi sekitar 7–12 % (Chan, 2006). Menurut
EASTMAN insidensi ketuban pecah dini ini kira-kira 12 % dari semua kehamilan
(Mochtar, 1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011 insiden KPD adalah sekitar
6-9 % dari kehamilan.
Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009 meliputi:
1. Serviks inkompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapatkan
tekanan yang semakin tinggi.
2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik).
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi
kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya
tanpa menimbulkan morbidiats janin dan komplikasi ketuban pecah dini makin
meningkat.
4. Multipara, grandemultipara. Pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk
akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda-
tanda inpartu.
5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda dan sefalopelvik
disproporsi. Hidramnion atau kadang-kadang disebut polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc (Prawirohardjo,2007).
Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli dan
104
ibu yang mengalami diabetes mellitus gestasional (DMG). Ibu dengan DMG
akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan padasemua usia kehamilan
sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih(Saifuddin, 2002).Kehamilan
ganda adalah kehamilan dengan dua janinatau lebih sehingga kemungkinan
terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar (Mochtar, 1998).
6. Kelainan letak yaitu letak lintang sungsang.
7. Pendular abdomen (perut gantung).
8. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada
ibu muda.
9. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih.
10. Merokok selama kehamilan.
Mekanisme ketuban pecah dini
Mekanisme KPD menurut Manuaba, 2009 antara lain :
1. Terjadi pembukaan prematur serviks.
2.Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
a.Devaskularisasi
b.Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c.Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d.Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
Patogenesis
Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari
komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease
tertentu. Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion.
Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan III yang dihasilkan oleh sel
mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan membran fetal. Matriks
metalloproteinase (MMP) adalah kumpulan proteinase yang terlibat
Dalam remodeling tissue dan degradasi dari kolagen. MMP-2, MMP-3 dan MMP-9
ditemukan dengan konsentrasi yang tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah
dini. Aktivitas MMP ini diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix
105
metalloproteinases (TIMPs). TIMPs ini pula ditemukan rendah dalam cairan
amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan
penurunan dari inhibitor mendukung teori bahwa enzim-enzim ini mempengaruhi
kekuatan dari membran fetal. Selain itu terdapat teori yang mengatakan
meningkatnya marker-marker apoptosis di membran fetal pada ketuban pecah dini
berbanding dengan membran pada kehamilan yang normal. Banyak penelitian yang
mengatakan bahwa ketuban pecah dini terjadi karena gabungan aktivasi aktivitas
degradasi kolagen dan kematian sel yang membawa pada kelemahan dinding
membran fetal (Parry,
1998).
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala cairan seperti urin
dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah pada
vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir
(Chan, 2006). Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
1. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks.
Dilihat juga dari prolaps dari tali pusat atau ekstremitas bayi. Bau dari amnion
yang khas juga diperhatikan. Pemeriksaan inspekulo Merupakan langkah
pertama dalam mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam seperti vaginal
toucher dapat meningkatkan risiko infeksi. Cairan yang keluar dari vagina perlu
diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH-nya. Yang dinilai adalah :
2. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosisKPD.
Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien batuk untuk mempermudah
melihat pooling.
3. Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. Kertas
nitrazin akan berubah menjadi biru jika pH cairan diatas 6.0–6.5. Sekret vagina
106
ibu hamil memiliki pH 4–5, dengan kertas nitrazin tidak memberikan perubahan
warna. Tes nitrazin ini bisa memberikan hasil positif palsu bila tersamarkan
dengan cairan seperti darah, semen atau vaginitis seperti trichomoniasis.
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin masih samar dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks
posterior. Cairan di swab kemudian dikering kan di atas gelas objek 15 dan
dilihat dibawah mikroskop. Gambaran ‘ferning’ menandakan cairanamnion.
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia,gonnorhea dan group B
Streptococcus.
Pemeriksaan
1. Alfa fetoprotein (AFP). Konsentrasinya ti nggi di dalam cairanamnion tetapi
tidak di semen dan urin.
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisis.
Tes lakmus (Nitrazine test).
1.Terhadap janin
Pemeriksaan ultrasonography (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat
jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit (oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion
ditambah dengan anamnesis dari pasien bisa membantu diagnosis tetapi bukan
menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai Amniotic Fluid
Index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin. Ultrasonografi dapat
mengidentifikasikan kehamilan ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi
kantong cairan amnion pada amniosentesis dan sering digunakan dalam
mengevaluasi janin. Pemeriksaan USG berguna untuk menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini (Chan, 2006).
Komplikasi
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun pada janin yang
dikandungnya. Komplikasi tersebut antara lain: Walaupun ibu belum menunjukkan
gejala-
107
gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin
lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi
akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal (Mochtar, 1998). Pada janin
dapat terjadi infeksi bahkan sepsis. Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah
yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh
seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih (Sholeh Kasim, 2010).
Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, palagi
bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu dapat juga dijumpai infeksi puerpuralis
(nifas), pe
ritonitis dan septikemia serta dry-lab our. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
tampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian
dan morbiditas pada ibu.
Pasien yang mengalami ketuban pecah dini akan mengalami peningkatan kejadian
infeksi baik korioamnionitis, endometritis, sepsis.
Penatalaksanaan
Konservatif Rawat di rumah sakit , berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32–34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32–37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32–
37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37
minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5
mgsetiap 6 jam selama 4 kali. Aktif Kehamilan > 37 minggu,, induksi dengan
108
oksitosin. Bila gagal seksiosesarea. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik
dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5,induksi
persalinan.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut Rahmawati, 2011 yaitu :
1.Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda
infeksi intrauterin.
2.Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke rumah
sakit dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya
ketuban untuk memperkecil risiko infeksi intrauterin.
3. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian
antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis,
pematangan paru amnioinfusiepitelisasi (vit C dantrace element,masih
kontroversi),fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri
kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea atau pun partus per vaginam.
4. Dalam penetapan langkah pelaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah
konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan,
kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat
perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status/imunologik ibu dan
kemampuan finansial keluarga.
5. Untuk usia kehamilan < 37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
6.Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih, lakukan terminasi danpemberian
profilaksis Streptococcus grup B. untuk kehamilan 3-36 minggu lakukan
penatalaksanaan sama halnya dengan aterm.
7. Untuk kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis Streptococcus grup B, pemberian kortikosteroid
(belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian
antibiotik selama fase laten.
109
8. Untuk previable preterm (usia kehamilan 24- 31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis Streptococcus grup B, single-
coursekortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus), dan pemberian antibiotik
selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi).
9. Untuk non viable preterm (usia kehamilan < 24 minggu) lakukan konselingpasien
dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan. Tidak
direkomendasikan profilaksis Streptococcus grup B dan kortikosteroid. Pemberian
antibiotik tidak dianjur kan karena belum ada data untuk pemberian yang lama.
10. Rekomendasi klinik untuk KPD yaitu pemberian antibiotik karena pada periode
fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk
mencegah terjadinya risiko perdarahan intrav entrikuler, respiratory distress
syndrome, dan
necrotizing examinations). Tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi
pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak
diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk
memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal,
pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak
direkomendasikan.
11. Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason
2 x 6 mg selama 2 hari atau betametason 1 x 12 mg selama 2 hari.
12. Agentokolisis yaitu β2 agonis (terbutalin, ritodrine), kalsium antagonis
(nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat,
oksitosin antagonis (atosiban).
13. Tindakan epitelisasi masih kontroversial, walaupun vitamin C dan trace element
terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme
kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak
terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi KPD.
14. Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda korioamnionitis, terdapat
tanda-tanda tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan,
lamanya ketuban pecah dan lamanya menunda persalinan.
15. KPD dengan usia kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik
eritromisin 3 x 250 mg, amoksisilin3 x 500 mg dan kortikosteroid.
110
16. KPD dengan usia kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah > 6jam)
berikan ampisilin 2 x 1 gr IV dan penisilin G 4 x 2 juta IU, jika serviks matang
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan
sectio caesarea.
17. KPD dengan infeksi (kehamilan < 37 minggu ataupun > 37 minggu) berikan
antibiotik ampisilin 4 x 2 gr IV, gentamisin 5 mg/ kgBB, jika serviks matang lakukan
induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan sectio
caesarea.
Berikut tabel yang menjelaskan tentang skor kematangan serviks.
111
DAFTAR PUSTAKA
Norman F. Gant. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwon. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Norman F. Gant. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC