23
TUTORIAL KASUS EPILEPSI Pembimbing: dr. Fajar Mansuri Sp.S, M.Sc Disusun oleh : Orisativa Kokasih Anugerahaning Salsabila Choirur Rizqi KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019

TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

TUTORIAL KASUS

EPILEPSI

Pembimbing:

dr. Fajar Mansuri Sp.S, M.Sc

Disusun oleh :

Orisativa Kokasih

Anugerahaning Salsabila

Choirur Rizqi

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF

RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019

Page 2: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nomor RM : 06-61-xx

Nama : An. MA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 5 tahun 6 bulan

Alamat : Magelang, Jawa Tengah

Pekerjaan : -

Tgl Pemeriksaan : 5 September 2019

Data Dasar

Dilakukan alloanamnesis pada ibu pasien yang dilakukan pada tanggal 5

September 2019 pukul 12.00 WIB di poliklinik RSA UGM.

Keluhan Utama:

Kejang berulang

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pada usia 1 tahun, pasien dikatakan mengalami kejang yang pertama, kejang

didahului oleh demam sebelumnya yang berlangsung selama +- 3 jam. Tiba-tiba

tubuh pasien dikatakan menjadi kaku, mulutnya mengatup-ngatup, tidak sadar. Kejang

berdurasi 10 menit. Setelah sadar baru pasien dibawa ke IGD RS di Magelang. Suhu

demam 39 derajat. Pasien dipulangkan dan diberi obat diazepam apabila pasien

demam lagi. Pasien kontrol ke poli dan diberi obat asam valproat 2x1.

Pada usia 2 tahun, pasien kejang kembali, dikatakan pasien tidak minum obat

selama 3 hari. Demam (+), kejang kaku seluruh tubuh, durasi +-10 menit.

Pada usia 3 tahun, pasien kejang kembali. Demam (+). Durasi 10’, kejang

kaku seluruh tubuh, tidak sadar. Setelah sadar pasien menangis.

Pasien mengkonsumsi asam valproat rutin 2x1 dosis 3 mg, risperidone, vit B1

dan dibekali diazepam oral yang diminum apabila pasien demam.

Riwayat Penyakit Dahulu:

1. Riwayat kejang (+) disertai demam pada usia 1th, 2th, dan 3th

Page 3: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

2. GDD, CMV, Microcephaly, Autisme, Hirschsprung disease

3. Riwayat alergi, penyakit jantung bawaan, asma, katarak disangkal

4. Riwayat operasi (+) colostomy dan pull-through anorectal

Riwayat Penyakit Keluarga:

1. Ibu pasien dan tante pasien memiliki riwayat step.

2. Riwayat hipertensi, DM, jantung, stroke, keganasan pada keluarga disangkal.

Silsilah Keluarga

Riwayat Asuhan Antenatal

1. Ibu pasien hamil pada usia 25 tahun dengan G1P0A0 (kehamilan pertama)

2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin

3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat

4. Selama kehamilan pasien tidak memiliki hipertensi maupun DM, tidak

mengalami mual muntah, demam maupun cacar air.

5. Ibu mendapat vaksinasi tetanus sebelum kehamilan.

Kesimpulan : riwayat ANC baik

Riwayat Natal Care

1. Bayi laki-laki lahir spontan, per vaginam di bidan, usia kehamilan aterm.

2. Bayi menangis spontan setelah lahir, bergerak aktif.

3. BB lahir berat normal

Kesimpulan : bayi cukup bulan, berat bayi lahir normal

Page 4: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

Riwayat Postnatal

1. Setelah persalinan, bayi mendapatkan injeksi vit K, salep mata antibiotic,

menyusu dini, dan imunisasi hep B.

2. Ikterik (-), demam (-)

3. BAB (-) dan BAK (+) pada 24 jam pertama.

Kesimpulan : riwayat postnatal belum BAB dalam 24 jam pertama.

Riwayat Perkembangan

1. Personal sosial : terlambat

2. Motorik halus : terlambat

3. Motorik kasar : baik

4. Bicara : terlambat

Kesimpulan : GDD

Vaksinasi

Anamnesis Sistem

a. Saraf : kejang berulang

b. Muskuloskeletal : tidak ada keluhan

c. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan

d. Gastrointestinal : tidak ada keluhan

e. Pernapasan : tidak ada keluhan

f. Integumen : tidak ada keluhan

g. Endokrin : tidak ada keluhan

h. Status Psikologis : tidak ada keluhan

Page 5: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

B. Resume Anamnesis

Anak laki-laki, usia 5 tahun 6 bulan, dengan riwayat 3 kali kejang yang

berjarak 1 tahun mulai dari usia 1 tahun. Kejang didahului demam, kaku seluruh

tubuh, tidak sadar, setelah kejang pasien menangis kuat. Pasien saat ini

mengkonsumsi asam valproat rutin 3 mg 2x1, diazepam profilaksis 0,3mg/kgBB bila

demam, dan vit B1 1X1. Pasien memiliki riw. Hirschsprung dg operasi colostomy,

pullthrough anorectal, CMV, dan GDD.

C. DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis Klinis : Tonik Seizure

Diagnosis Topik : hippocampus dd lobus temporal

Diagnosis Etiologi : Kejang demam dd epilepsi dd

Diagnosis Penyerta : Autisme, GDD, CMV

D. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 September 2019 pukul 12.00 WIB

E.1 Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran: E4V5M6

c. Tanda vital

• Nadi : 115x/min

• Laju pernapasan : 28x/min

• Suhu : 36,6o C

• NPS : 0

E.2 Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Normosefali

b. Mata : CA -/- SI -/- RC +/+ RK +/+

- OS : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+)

- OD : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+)

c. Leher : Lnn Tidak Teraba

d. Thorax : Paru : Simetris, Nyeri Tekan (-) Rh (-) Wz (-)

e. Jantung : Ictus Cordis Teraba, Cardiomegali (-) , S1 S2 Reg

Page 6: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

f. Abdomen : Bising Usus (+) Normal

g. Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, nadi kuat, wpk < 2 detik

E3. Neurobehaviour

Status Psikiatri

a. Tingkah Laku : hiperaktif

b. Perasaan Hati : normotimik

c. Orientasi : O/W/T/S sulit dinilai

d. Kecerdasan : sulit dinilai

e. Daya Ingat : sulit dinilai

Status Neurobehaviour

a. Sikap tubuh : Simetris

b. Gerakan Abnormal : Tidak ada

c. Cara berjalan : normal

d. Ekstremitas : dalam batas normal

E4. Status Neurologis

Saraf Kranialis Kanan Kiri

N. I Olfaktorius

Daya penghidu normal normal

N. II Optikus

Daya penglihatan normal normal

Lapang penglihatan normal normal

Melihat Warna normal normal

N. III Okulomotorius

Ptosis tidak ada tidak ada

Gerak mata ke medial normal normal

Gerak mata ke atas normal normal

Gerak mata ke bawah normal normal

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil bulat bulat

Reflek cahaya langsung normal normal

Reflek cahaya konsensual normal normal

N. IV Trochlearis

Gerak mata ke lateral bawah normal normal

Page 7: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

N. V Trigeminus

Mengigit normal normal

Membuka mulut normal normal

Sensibilitas muka atas normal normal

Sensibilitas muka tengah normal normal

Sensibilitas muka bawah normal normal

N. VI Abdusen

Gerak mata ke lateral normal normal

N. VII Fasialis

Kerutan kulit dahi normal normal

Kedipan mata normal normal

Lipatan naso labial normal normal

Sudut mulut normal Normal

Mengerutkan dahi normal Normal

Mengerutkan alis normal Normal

Menutup mata normal Normal

Meringis normal Normal

Menggembungkan pipi normal Normal

N. VIII Akustikus

Mendengar suara berbisik normal Normal

N. IX Glosofaringeus

Arkus faring normal normal

N. X Vagus

Denyut nadi / menit 88x/menit 88xmenit

Bersuara normal normal

Menelan normal normal

N. XI Aksesorius

Memalingkan ke depan normal normal

Sikap bahu normal normal

Mengangkat bahu normal normal

N. XII Hipoglossus

Sikap lidah normal

Page 8: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

Artikulasi normal

Menjulurkan lidah normal

Kekuatan lidah normal normal

Trofi otot lidah normal normal

E.5 Fungsi Motorik

E.6 Refleks Fisiologis

Refleks Biceps +2 +2

Refleks Triceps +2 +2

Refleks Patella +2 +2

Refleks Achilles +2 +2

E.7 Refleks Patologis

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Mendel Bachterew - -

Rosollimo - -

Gonda - -

Hofman Trommer - -

Page 9: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

E.8 Fungsi Sensorik

Kanan Kanan

Rasa nyeri sdn sdn

Rasa raba sdn sdn

Rasa suhu sdn sdn

Propioseptif sdn sdn

E.9 Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : negatif

Kernig sign : negatif

Brudzinski I : negatif

Brudzinski II : negatif

Brudzinski III : negatif

Brudzinski IV : negatif

E. Diagnosis Akhir

a. Diagnosis Klinis : Generalized tonic seizure

b. Diagnosis Topik : Hippocampus dd lobus temporal

c. Diagnosis Etiologi : Epilepsi

d. Diagnosis Lainya : GDD, CMV, riw. Hirschsprung disease

F. Tatalaksana

- Asam valproat 3 mg 2x1

- Diazepam profilaksis 0,3mg/kBB bila demam

- Vit B1 1X1

G. Prognosis

1. Death : Dubia ad bonam

2. Disease : Dubia ad malam

3. Dissability : Dubia ad malam

4. Discomfort : Dubia ad malam

5. Dissatisfaction : Dubia ad malam

6. Distutition : Dubia ad bonam

Page 10: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

PEMBAHASAN

DEFINISI KONSEPTUAL EPILEPSI

International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 2005 mendefinisikan

epilepsi sebagai suatu penyakit gangguan otak, yang dicirikan dengan kecenderungan abadi

untuk menghasilkan serangan epilepsi, dan dengan keadaan neurobiologis, kognitif,

psikologis, dan konsekuensi sosial dari keadaan ini. Definisi epilepsi membutuhkan

kemunculan setidaknya satu kali bangkitan epilepsi.

DEFINISI PRAKTIS EPILEPSI

Pada tahun 2014, Fisher merumuskan suatu definisi praktis dari epilepsy yang

diterima oleh ILAE.

1. Setidaknya 2 bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) yang muncul dengan jarak

>24 jam.

2. Satu bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan untuk terjadi

bangkitan serupa kedepannya (setidaknya 60%) setelah 2 bangkitan tanpa

provokasi, yang timbul 10 tahun setelahnya.

3. Diagnosis epilepsy syndrome

Epilepsi dikatakan “selesai” pada individual yang memiliki sindrom epilepsi

bergantung umur namun saat ini sudah melebihi kriteria umurnya atau yang telah bebas

bangkitan selama 10 tahun terakhir, dengan tanpa obat 5 tahun terakhir.

Page 11: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

TERMINOLOGI TERKAIT BANGKITAN, KEJANG, DAN EPILEPSI

a. Bangkitan / seizure : gangguan aktivitas listrik pada otak

b. Kejang / convulsion : kontraksi otot yang tidak dapat dikendalikan, merupakan salah

satu manifestasi bangkitan

c. Sindrom epilepsi : kumpulan gejala klinis yang konsisten muncul secara bersamaan,

dengan tipe bangkitan yang sama, usia awitan, temuan EEG, faktor pencetus, genetik,

prognosis dan respon terhadap OAE. Contoh sindrom epilepsy adalah GEFS +, West

syndrome, Dravet syndrome.

EPIDEMIOLOGI

Insidensi epilepsi sekitar 50 kasus baru per tahun per 100.000 populasi. Sekitar 1%

populasi mengalami epilesi, sepertiga dari populasi tersebut sudah masuk ke dalam stadium

epilepsy refrakter. 75% epilepsi muncul sejak masa kanak-kanak.

MENGIDENTIFIKASI BANGKITAN

Saat ada seseorang mengalami gejala mirip bangkitan, kita harus bedakan apakah itu

benar-benar bangkitan atau bukan bangkitan. Gejala mirip bangkitan yang bukan bangkitan

dibedakan menjadi 2 lagi yakni psikogenik dan bukan bangkitan.

Page 12: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

PENYEBAB BANGKITAN

Page 13: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

PATOFISIOLOGI BANGKITAN

Prinsip untuk suatu impuls saraf bisa bekerja dengan baik adalah adanya

keseimbangan antara aktivitas eksitasi dan inhibisi. Pada bangkitan, terdapat gangguan

keseimbangan antara aktivitas eksitasi dan inhibisi di otak, antara terjadi eksitasi yang

berlebihan atau inhibisi yang kurang. Penyebab ketidak seimbangan ini dapat dibagi menjadi

dua : genetic dan dapatan.

Secara genetic, didapatkan berbagai macam kemungkinan penyebab, misalnya :

(1) sambungan sinaptik abnormal pada dysplasia korteks, (2) abnormalitas pada reseptor

GABA yang berfungsi sebagai neurotransmitter inhibisi, (3) abnormalitas fungsi kanal ion,

yang dengan adanya depolarisasi dan repolarisasi ion yang keluar masuk itu nantinya akan

mengeluarkan neurotransmitter.

Secara dapatan, dapat disebabkan karena hal-hal seperti : (1) cidera kepala, (2)

infeksi intracranial, (3) tumor otak, (3) kejang demam yang berdurasi lama, yang nanti pada

akhirnya akan merusak secara structural sirkuit hipokampus.

Pada anak-anak rentan terjadi bangkitan, mengapa? Karena pada awal

kehidupan, sinaps eksitasi berkembang lebih dulu daripada sinaps inhibisi, dan

neurotransmitter GABA yang berfungsi sebagai neurotransmitter inhibisi, pada anak-anak

bekerja sebagai neurotransmitter eksitasi.

KLASIFIKASI KEJANG

Kejang didefinisikan sebagai kejadian sementara tanda dan / atau gejala karena

aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang abnormal di otak. Klasifikasi kejang

dimulai dengan penentuan apakah manifestasi awal kejang fokal atau digeneralisasi.

Onsetnya mungkin terlewatkan atau dikaburkan, dalam hal ini kejang tidak diketahui. Kata-

kata "fokal" dan "general" pada awal nama kejang diasumsikan berarti onset fokus atau

umum.

Klasifikasi dasar adalah versi sederhana dari kategori utama kejang. Klasifikasi

kejang dasar baru didasarkan pada 3 fitur utama.

1. Di mana kejang dimulai di otak

2. Tingkat kesadaran saat kejang

3. Fitur kejang lainnya

Page 14: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

Menentukan di mana Kejang Mulai

Langkah pertama adalah memisahkan kejang dengan bagaimana mereka mulai di

otak. Jenis onset kejang penting karena mempengaruhi pilihan pengobatan kejang,

kemungkinan untuk operasi epilepsi, pandangan, dan kemungkinan penyebab.

- Focal seizures: Sebelumnya disebut kejang parsial, ini dimulai di area atau jaringan

sel di satu sisi otak.

- Generalized seizures: Sebelumnya disebut general generalized, ini melibatkan atau

melibatkan jaringan di kedua sisi otak saat onset.

- Unknown onset: Jika onset kejang tidak diketahui, kejang masuk ke dalam kategori

onset yang tidak diketahui. Kemudian, tipe kejang dapat diubah jika awal kejang

seseorang menjadi jelas.

Page 15: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

- Focal to bilateral seizure: Kejang yang dimulai di satu sisi atau bagian otak dan

menyebar ke kedua sisi disebut kejang umum sekunder. Sekarang istilah umum hanya

merujuk pada awal kejang. Istilah baru untuk kejang umum sekunder akan menjadi

kejang fokal bilateral.

Penggambaran Kesadaran

Apakah seseorang sadar selama kejang adalah penting secara praktis karena itu adalah

salah satu faktor utama yang mempengaruhi keselamatan seseorang selama kejang.

Kesadaran digunakan sebagai pengganti kesadaran, karena lebih mudah untuk dievaluasi.

- Focal aware: Jika kesadaran tetap utuh, bahkan jika orang tersebut tidak dapat

berbicara atau merespons selama kejang, kejang itu akan disebut kejang sadar fokal.

Ini menggantikan istilah parsial sederhana.

- Focal impaired awareness: Jika kesadaran terganggu atau terpengaruh kapan saja

selama kejang, bahkan jika seseorang memiliki gagasan yang kabur tentang apa yang

terjadi, kejang akan disebut kesadaran gangguan fokus. Ini menggantikan istilah

kejang parsial kompleks.

- Awareness unknown: Terkadang tidak mungkin untuk mengetahui apakah seseorang

sadar atau tidak, misalnya jika seseorang hidup sendirian atau kejang hanya pada

malam hari. Dalam situasi ini, istilah kesadaran mungkin tidak digunakan atau akan

digambarkan sebagai kesadaran yang tidak diketahui.

- Generalized seizures: Ini semua diduga mempengaruhi kesadaran atau kesadaran

seseorang dengan cara tertentu. Jadi tidak ada istilah khusus yang diperlukan untuk

menggambarkan kesadaran dalam kejang umum.

Page 16: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

Menjelaskan Gejala Motorik dan Gejala Lain dalam Kejang Fokal

Banyak gejala lain dapat terjadi selama kejang. Dalam sistem dasar ini, perilaku

kejang dipisahkan menjadi kelompok-kelompok yang melibatkan gerakan.

- Focal motor seizure: Ini berarti bahwa beberapa jenis gerakan terjadi selama acara.

Misalnya gerakan berkedut, menyentak, atau kaku dari bagian tubuh atau

automatisme (gerakan otomatis seperti menjilat bibir, menggosok tangan, berjalan,

atau berlari).

- Focal non-motor seizure: Kejang jenis ini memiliki gejala lain yang terjadi pertama

kali, seperti perubahan sensasi, emosi, pemikiran, atau pengalaman.

- Mungkin juga kejang kesadaran sadar atau gangguan kesadaran untuk diklasifikasikan

sebagai onset motorik atau non motorik.

- Auras: Istilah aura, yang menggambarkan gejala-gejala yang mungkin dirasakan

seseorang pada awal kejang, tidak ada dalam klasifikasi baru. Namun orang dapat

terus menggunakan istilah ini. Penting untuk diketahui bahwa dalam kebanyakan

kasus, gejala awal ini mungkin merupakan awal kejang.

Menjelaskan Kejang Generalized Onset

Kejang yang dimulai di kedua sisi otak, disebut onset menyeluruh, bisa motorik atau

non-motorik.

- Generalized motor seizure: Istilah kejang tonik-klonik umum masih digunakan untuk

menggambarkan kejang dengan kekakuan (tonik) dan menyentak (klonik). Ini secara

longgar berhubungan dengan “grand mal.” Bentuk lain dari kejang motorik umum

dapat terjadi. Banyak istilah-istilah ini belum berubah, dan beberapa istilah baru telah

ditambahkan. (lihat gambar di bawah)

- Generalized non motor seizure : Ini terutama kejang absen, dan istilah ini sesuai

dengan istilah lama "petit mal." Kejang-kejang ini melibatkan perubahan singkat

dalam kesadaran, menatap, dan beberapa mungkin memiliki gerakan otomatis atau

berulang seperti lipmacking.

Menjelaskan Kejang Onset Tidak Diketahui

Ketika awal kejang tidak diketahui, klasifikasi ini masih memberikan cara untuk

menggambarkan apakah fitur-fiturnya motor atau non-motor.

Page 17: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

PARTIAL SEIZURE

Kejang parsial dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kejang dengan penurunan

kesadaran dan kejang tanpa gangguan penurukan kesadaran.

Kejang parsial sederhana pasien tidak mengalami penurunan kesadaran sehingga

mampu mengatakan apa terjadi. Kejang terjadi sesuai dengan daerah mana yang terkena

dampak.Pada kejang motorik, fokusnya terjadi pada korteks motorik primer, tanda:

berkedut, mulai di bagian distal ekstremitas, atau di wajah. Sensasi berkedut dapat pula

menyebar ke seluruh ekstremitas atau menjadi kejang umum. Pada kejang sensorik fokus

terjadi di girus pos sentral (korteks sensorik primer), tanda: perasaan kesemutan, sensasi

tertusuk jarum, dingin atau panas, atau mati rasa. Terkadang muncul dengan tanda-tanda

visual, atau sensasi mendengar atau mencium. Pada kejang otonom fokus terjadi pada lobus

temporal, tanda: sensasi sesuatu naik dari epigastrium ke tenggorokan, jantung berdebar,

berkeringat atau flushing.

Kejang parsial kompleks pasien mengalami gangguan kesadaran, namun kesadaran

masih ada. Pasien sedikit menyadari apa yang sedang terjadi, tetapi tidak bisa menanggapi

apa pun.. biasanya disertai dengan aura, perasaan aneh di perut naik ke atas tenggorokan dan

kepala, atau sensasi cahaya, bau, suara atau rasa.

GENERALIZED SIZURE

Kejang umum primer ditandai dengan hilangnya kesadaran total dan tidak adanya

aura. Kejang muncul secara tiba-tiba dan secara tak terduga, dan jika pasien jatuh, mereka

dapat melukai diri mereka sendiri. Kejang umum terdiri dari enam jenis kejang yang berbeda,

kejang tonik-klonik umum primer (GTCS) adalah yang paling sering terjadi.

1. Bangkitan Umum Tonik Klonik: hilang kesadaran sejak awal hingga akhir

bangkita, bisa disertai gejala otonom seperti mulut berbusa atau mengompol. Mata

melotot dan tertarik ke atas, seluruh tubuh kontraksi tonik, dapat disertai teriakan,

diikuti gerakan klonik berulang simetris di seluruh tubuh, lidah dapat tergigit.

Setelah iktal, pasien mengalami hipotonus, tertidur dan merasa lemah.

2. Bangkitan Tonik: kontraksi seluruh otot yang berlangsung terus menerus selama 2-

10 detik hingga beberapa menit disertai hilangnya kesadaan. Dapat disertai gejala

otonom seperti apnea.

Page 18: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

3. Bangkitan Klonik: gerakan kontraksi klonik yang ritmis (1-5 Hz)diseluruh tubuh

disertai hilangnya kesadaran.

4. Bangkitan Mioklonik: kontraksi involunter mendadak dan berlangsung singkat

(jerk) tanpa disertai hilangnya kesadaran. Berlangsung 10-50 milidetik.

Mioklonik dapat berlangsung fokal, segmental, multifokal, atau umum.

5. Bangkitan atonik: hilangnya tonus otot secara mendadqak. Dapat didahului

mioklonik atau tonik. Bentuk bisa berupa jatuh atau kepala menundauk.

6. Bangkitan absen tipikal: bangktan absen (petit mal) berlangsung singkat dan

mendadak. Bentuk bangkitan berupa hilang kesadaran atau pandangan kosong.

7. Bangkitan absen atipikal: gangguan kesadaran disertai perubahan tonus otot

(hipotonus atau atonia), tonik atau automatisme. Onset tidak semendadak

bangkitan absen tipikal.

TANDA DAN GEJALA

Kejang memiliki empat komponen. Tidak semua tipe kejang akan memiliki semua

tahapan ini. Ada atau tidaknya komponen ini sangat penting untuk mendiagnosis tipe kejang.

1. Fase prodromal

Fase ini dimulai beberapa jam atau bahkan berhari-hari sebelum kejang yang

sebenarnya terjadi. Gejala prodromal kejang adalah: sakit kepala, lekas marah, susah

tidur, temperamen buruk, depresi atau peningkatan aktivitas.

2. Aura

Aura terjadi beberapa detik atau beberapa menit sebelum kejang terjadi. Aura

merupakan awal mula dari kejang dan menandakan onset kejang fokal. Gejala yang

muncul tergantung pada lokasi fokal. Aura sering tidak jelas dirasakan dan tidak dapat

dilukiskan, biasanya menyebabkan ketakutan yang ekstrem. Gejala yang muncul dapat

berbentuk sensasi epigastrium yang aneh, pengalaman seperti mimpi, bau tidak enak, dll.

3. Kejang (ictus)

Kebanyakan pasien mengalami hilang kesadaran saat kejang. Sehingga pasien tidak

dapat memberikan informasi mengenai ictus tersebut. Pasien tidak memiliki memori saat

kejang, anamnesis dapat dilakukan kepada saksi mata yang melihat kejadian kejang

tersebut.

Page 19: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

4. Fase pasca-iktal

Fase ini bisa tidak terjadi, singkat atau bisa berlangsung beberapa jam bahkan berhari-

hari. Biasanya pasien tertidur nyenyak dan bangun dengan sakit kepala, kelelahan, lekas

marah, muntah, kebingungan, nyeri otot atau ataksia. Kelumpuhan transien pada bagian

tubuh, yang dikenal sebagai Todd's paresis bisa terjadi selama beberapa jam atau hari.

Perubahan bicara atau aphasia dapat terjadi saat hemisfer otak dominan terlibat.

Perubahan perilaku dan ledakan emosi dapat terjadi bahkan bisa sampai terjadi perilaku

kekerasan.

ANAMNESIS

Onset

- Pada umur berapa kejang pertama? (Jelaskan apa yang dicakup oleh istilah "kejang",

kejang absen, kejang parsial kompleks, dll.)

- Ada trauma atau penyakit tertentu sebelumnya?

- Apakah ada demam dengan kejang pertama?

- Apakah selalu ada demam dengan kejang?

Fase pra-iktal

- Apakah pasien mengetahui adanya faktor pencetus seperti rasa lapar (menunjuk ke

hipoglikemia), kurang tidur, emosi, alkohol, berkedip lampu, dll?

- Apakah ada gejala prodromal?

- Apakah ada aura? Terdiri dari apa itu?

Fase Ictal (deskripsi kejang itu sendiri)

- Apakah pasien flushing atau pucat? Apakah pandangan kabur (menunjuk ke pingsan)?

Apakah dia berteriak?

- Di mana dan bagaimana mulainya, membalikkan muka ke satu sisi, atau di satu

tangan?

- Apakah pasien kaku? Jika demikian, dengan kedua tangan dan kedua kaki, atau hanya

satu sisi?

- Apakah pasien tidak sadar? Apakah pasien jatuh?

Page 20: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

- Apakah pasien meraba-raba dengan pakaiannya, memukul bibirnya, bergumam atau

membuat suara-suara lain?

Durasi

- Berapa lama kejang berlangsung?

Fase pasca-iktal

- Seperti apa perilaku pasien setelah kejang — mengantuk, agresif, apa yang dia

lakukan?

- Apakah ada tanda fokus (mis., Todd Paralisis)?

Waktu

- Apakah selalu di siang hari, selalu ketika dia tidur, atau pada saat bangun?

Frekuensi

- Seberapa sering itu terjadi?

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Psikososial

- Minta pasien atau orang tua untuk memberi tahu masalah apa yang ingin mereka

bicarakan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Darah Rutin, GDS, elektrolit

- Lumbar Puncure (bila ada tanda dan gejala meningitis)

- Rontgen Kepala: cari tuberkuloma, CMV, toxoplasmosis, custicercosis, peningkatan

TIK.

- EEG: lihat gelombang abnormal otak

- CT Scan: lihat tumor, perdarahan, SDH, anomali vaskular, dan abnormalitas lainnya.

- MRI

Page 21: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

STATUS EPILEPTIKUS

Status epilepticus adalah kejang yang berlangsung setidaknya selama 30 menit, atau kejang

berulang yang tidak disertai kembalinya kesadaran diantara 2 kejang.

Status epileptikus adalah kondisi darurat medis dan pasien harus segera di bawa ke fasilitas

kesehatan yang menyediakan i.v. dan injeksi sehingga kejang dapat berhenti secepat mungkin

Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak (nekrosis serebral) dengan morbiditas atau

kematian yang parah. Status epileptikus biasanya terjadi pada serangan kejang pertama kali

atau pada pasien yang melakukan penghentian terapi antikonvulsan.

TATALAKSANA AWAL KEJANG

Stadium 1 (0 −10 menit)

- Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih

kejang dapat

- diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM

- Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi

- Berikan oksigen

- Periksa fungsi kardiorespirasi

Page 22: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

- Pasang infus

Stadium 2 (0 −30 menit)

- Monitor pasien

- Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptic

- Pemeriksaan emergensi laboratorium

- Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan

penyalahgunaan alcohol

- atau defisiensi nutrisi

- Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat

Stadium 3 (0 −60 menit)

- Pastikan etiologi

- Siapkan untuk rujuk ke ICU

- Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi

- Vasopressor bila diperlukan

- Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit

dan/atau bolus

- Phenobarbital 10-15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian 100 mg/menit

Stadium 4 (30 −90 menit)

- Pindah ke ICU

- Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini : - Propofol 1–2 mg/kgBB bolus,

dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol - Midazolam 0.1–0.2

mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol -

Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai

terkontrol

- Perawatan intensif dan monitor EEG

- Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan

- Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang

Page 23: TUTORIAL KASUS EPILEPSI · 2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin 3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat 4. Selama kehamilan pasien tidak

REFERENSI

https://www.epilepsy.com/article/2016/12/2017-revised-classification-seizures diakses pada 4

September 2019

PERDOSSI. 2016. Pedoman Praktik Klinik Neurologi.

Scheffer, I.E., et al., 2017. ILAE classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE

Commission for Classification and Terminology. Epilepsia. 58(4): 512–521.

Fisher, R.S., et al., 2017. Operational classification of seizure types by the International

League Against Epilepsy: Position Paper of the ILAE Commission for Classification and

Terminology. Epilepsia. 58(4): 522–530.

Fisher RS, et al. 2005. Epileptic Seizures and Epilepsy: Definitions Proposed By the

International League Against Epilepsy (ILAE) and the International Bureau for Epilepsy

(IBE). Epilepsia, 46(4):470-472

Fisher RS et al. A practical clinical definition of epilepsy, Epilepsia 2014; 55:475-482

Anderson, P. New AAN/AES guideline on first unprovoked seizure in adults. Medscape

Medical News.

Annegers JF, et al. Risk of recurrence after an initial unprovoked seizure. Epiilepsia. 1986

Jan-Feb. 27(1):43-50.

Brigo F, Nardone R, Dongiovanni LG. Value of tongue biting in the differential diagnosis

between epileptic seizures and syncope. Seizure. 2012 Oct;21(8):568-72. Epub 2012 Jul 6.