Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUTORIAL KASUS
EPILEPSI
Pembimbing:
dr. Fajar Mansuri Sp.S, M.Sc
Disusun oleh :
Orisativa Kokasih
Anugerahaning Salsabila
Choirur Rizqi
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nomor RM : 06-61-xx
Nama : An. MA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 5 tahun 6 bulan
Alamat : Magelang, Jawa Tengah
Pekerjaan : -
Tgl Pemeriksaan : 5 September 2019
Data Dasar
Dilakukan alloanamnesis pada ibu pasien yang dilakukan pada tanggal 5
September 2019 pukul 12.00 WIB di poliklinik RSA UGM.
Keluhan Utama:
Kejang berulang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada usia 1 tahun, pasien dikatakan mengalami kejang yang pertama, kejang
didahului oleh demam sebelumnya yang berlangsung selama +- 3 jam. Tiba-tiba
tubuh pasien dikatakan menjadi kaku, mulutnya mengatup-ngatup, tidak sadar. Kejang
berdurasi 10 menit. Setelah sadar baru pasien dibawa ke IGD RS di Magelang. Suhu
demam 39 derajat. Pasien dipulangkan dan diberi obat diazepam apabila pasien
demam lagi. Pasien kontrol ke poli dan diberi obat asam valproat 2x1.
Pada usia 2 tahun, pasien kejang kembali, dikatakan pasien tidak minum obat
selama 3 hari. Demam (+), kejang kaku seluruh tubuh, durasi +-10 menit.
Pada usia 3 tahun, pasien kejang kembali. Demam (+). Durasi 10’, kejang
kaku seluruh tubuh, tidak sadar. Setelah sadar pasien menangis.
Pasien mengkonsumsi asam valproat rutin 2x1 dosis 3 mg, risperidone, vit B1
dan dibekali diazepam oral yang diminum apabila pasien demam.
Riwayat Penyakit Dahulu:
1. Riwayat kejang (+) disertai demam pada usia 1th, 2th, dan 3th
2. GDD, CMV, Microcephaly, Autisme, Hirschsprung disease
3. Riwayat alergi, penyakit jantung bawaan, asma, katarak disangkal
4. Riwayat operasi (+) colostomy dan pull-through anorectal
Riwayat Penyakit Keluarga:
1. Ibu pasien dan tante pasien memiliki riwayat step.
2. Riwayat hipertensi, DM, jantung, stroke, keganasan pada keluarga disangkal.
Silsilah Keluarga
Riwayat Asuhan Antenatal
1. Ibu pasien hamil pada usia 25 tahun dengan G1P0A0 (kehamilan pertama)
2. Pemeriksaan antenatal tidak dilakukan secara rutin
3. Ibu pasien tidak rutin mengonsumsi tablet besi dan asam folat
4. Selama kehamilan pasien tidak memiliki hipertensi maupun DM, tidak
mengalami mual muntah, demam maupun cacar air.
5. Ibu mendapat vaksinasi tetanus sebelum kehamilan.
Kesimpulan : riwayat ANC baik
Riwayat Natal Care
1. Bayi laki-laki lahir spontan, per vaginam di bidan, usia kehamilan aterm.
2. Bayi menangis spontan setelah lahir, bergerak aktif.
3. BB lahir berat normal
Kesimpulan : bayi cukup bulan, berat bayi lahir normal
Riwayat Postnatal
1. Setelah persalinan, bayi mendapatkan injeksi vit K, salep mata antibiotic,
menyusu dini, dan imunisasi hep B.
2. Ikterik (-), demam (-)
3. BAB (-) dan BAK (+) pada 24 jam pertama.
Kesimpulan : riwayat postnatal belum BAB dalam 24 jam pertama.
Riwayat Perkembangan
1. Personal sosial : terlambat
2. Motorik halus : terlambat
3. Motorik kasar : baik
4. Bicara : terlambat
Kesimpulan : GDD
Vaksinasi
Anamnesis Sistem
a. Saraf : kejang berulang
b. Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
c. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
d. Gastrointestinal : tidak ada keluhan
e. Pernapasan : tidak ada keluhan
f. Integumen : tidak ada keluhan
g. Endokrin : tidak ada keluhan
h. Status Psikologis : tidak ada keluhan
B. Resume Anamnesis
Anak laki-laki, usia 5 tahun 6 bulan, dengan riwayat 3 kali kejang yang
berjarak 1 tahun mulai dari usia 1 tahun. Kejang didahului demam, kaku seluruh
tubuh, tidak sadar, setelah kejang pasien menangis kuat. Pasien saat ini
mengkonsumsi asam valproat rutin 3 mg 2x1, diazepam profilaksis 0,3mg/kgBB bila
demam, dan vit B1 1X1. Pasien memiliki riw. Hirschsprung dg operasi colostomy,
pullthrough anorectal, CMV, dan GDD.
C. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Klinis : Tonik Seizure
Diagnosis Topik : hippocampus dd lobus temporal
Diagnosis Etiologi : Kejang demam dd epilepsi dd
Diagnosis Penyerta : Autisme, GDD, CMV
D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 September 2019 pukul 12.00 WIB
E.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran: E4V5M6
c. Tanda vital
• Nadi : 115x/min
• Laju pernapasan : 28x/min
• Suhu : 36,6o C
• NPS : 0
E.2 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Normosefali
b. Mata : CA -/- SI -/- RC +/+ RK +/+
- OS : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+)
- OD : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+)
c. Leher : Lnn Tidak Teraba
d. Thorax : Paru : Simetris, Nyeri Tekan (-) Rh (-) Wz (-)
e. Jantung : Ictus Cordis Teraba, Cardiomegali (-) , S1 S2 Reg
f. Abdomen : Bising Usus (+) Normal
g. Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, nadi kuat, wpk < 2 detik
E3. Neurobehaviour
Status Psikiatri
a. Tingkah Laku : hiperaktif
b. Perasaan Hati : normotimik
c. Orientasi : O/W/T/S sulit dinilai
d. Kecerdasan : sulit dinilai
e. Daya Ingat : sulit dinilai
Status Neurobehaviour
a. Sikap tubuh : Simetris
b. Gerakan Abnormal : Tidak ada
c. Cara berjalan : normal
d. Ekstremitas : dalam batas normal
E4. Status Neurologis
Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu normal normal
N. II Optikus
Daya penglihatan normal normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial normal normal
Gerak mata ke atas normal normal
Gerak mata ke bawah normal normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung normal normal
Reflek cahaya konsensual normal normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
N. V Trigeminus
Mengigit normal normal
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal normal
Sensibilitas muka tengah normal normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral normal normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal Normal
Mengerutkan dahi normal Normal
Mengerutkan alis normal Normal
Menutup mata normal Normal
Meringis normal Normal
Menggembungkan pipi normal Normal
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal Normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 88x/menit 88xmenit
Bersuara normal normal
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal
Artikulasi normal
Menjulurkan lidah normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah normal normal
E.5 Fungsi Motorik
E.6 Refleks Fisiologis
Refleks Biceps +2 +2
Refleks Triceps +2 +2
Refleks Patella +2 +2
Refleks Achilles +2 +2
E.7 Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Mendel Bachterew - -
Rosollimo - -
Gonda - -
Hofman Trommer - -
E.8 Fungsi Sensorik
Kanan Kanan
Rasa nyeri sdn sdn
Rasa raba sdn sdn
Rasa suhu sdn sdn
Propioseptif sdn sdn
E.9 Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : negatif
Kernig sign : negatif
Brudzinski I : negatif
Brudzinski II : negatif
Brudzinski III : negatif
Brudzinski IV : negatif
E. Diagnosis Akhir
a. Diagnosis Klinis : Generalized tonic seizure
b. Diagnosis Topik : Hippocampus dd lobus temporal
c. Diagnosis Etiologi : Epilepsi
d. Diagnosis Lainya : GDD, CMV, riw. Hirschsprung disease
F. Tatalaksana
- Asam valproat 3 mg 2x1
- Diazepam profilaksis 0,3mg/kBB bila demam
- Vit B1 1X1
G. Prognosis
1. Death : Dubia ad bonam
2. Disease : Dubia ad malam
3. Dissability : Dubia ad malam
4. Discomfort : Dubia ad malam
5. Dissatisfaction : Dubia ad malam
6. Distutition : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN
DEFINISI KONSEPTUAL EPILEPSI
International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 2005 mendefinisikan
epilepsi sebagai suatu penyakit gangguan otak, yang dicirikan dengan kecenderungan abadi
untuk menghasilkan serangan epilepsi, dan dengan keadaan neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan konsekuensi sosial dari keadaan ini. Definisi epilepsi membutuhkan
kemunculan setidaknya satu kali bangkitan epilepsi.
DEFINISI PRAKTIS EPILEPSI
Pada tahun 2014, Fisher merumuskan suatu definisi praktis dari epilepsy yang
diterima oleh ILAE.
1. Setidaknya 2 bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) yang muncul dengan jarak
>24 jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan untuk terjadi
bangkitan serupa kedepannya (setidaknya 60%) setelah 2 bangkitan tanpa
provokasi, yang timbul 10 tahun setelahnya.
3. Diagnosis epilepsy syndrome
Epilepsi dikatakan “selesai” pada individual yang memiliki sindrom epilepsi
bergantung umur namun saat ini sudah melebihi kriteria umurnya atau yang telah bebas
bangkitan selama 10 tahun terakhir, dengan tanpa obat 5 tahun terakhir.
TERMINOLOGI TERKAIT BANGKITAN, KEJANG, DAN EPILEPSI
a. Bangkitan / seizure : gangguan aktivitas listrik pada otak
b. Kejang / convulsion : kontraksi otot yang tidak dapat dikendalikan, merupakan salah
satu manifestasi bangkitan
c. Sindrom epilepsi : kumpulan gejala klinis yang konsisten muncul secara bersamaan,
dengan tipe bangkitan yang sama, usia awitan, temuan EEG, faktor pencetus, genetik,
prognosis dan respon terhadap OAE. Contoh sindrom epilepsy adalah GEFS +, West
syndrome, Dravet syndrome.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi epilepsi sekitar 50 kasus baru per tahun per 100.000 populasi. Sekitar 1%
populasi mengalami epilesi, sepertiga dari populasi tersebut sudah masuk ke dalam stadium
epilepsy refrakter. 75% epilepsi muncul sejak masa kanak-kanak.
MENGIDENTIFIKASI BANGKITAN
Saat ada seseorang mengalami gejala mirip bangkitan, kita harus bedakan apakah itu
benar-benar bangkitan atau bukan bangkitan. Gejala mirip bangkitan yang bukan bangkitan
dibedakan menjadi 2 lagi yakni psikogenik dan bukan bangkitan.
PENYEBAB BANGKITAN
PATOFISIOLOGI BANGKITAN
Prinsip untuk suatu impuls saraf bisa bekerja dengan baik adalah adanya
keseimbangan antara aktivitas eksitasi dan inhibisi. Pada bangkitan, terdapat gangguan
keseimbangan antara aktivitas eksitasi dan inhibisi di otak, antara terjadi eksitasi yang
berlebihan atau inhibisi yang kurang. Penyebab ketidak seimbangan ini dapat dibagi menjadi
dua : genetic dan dapatan.
Secara genetic, didapatkan berbagai macam kemungkinan penyebab, misalnya :
(1) sambungan sinaptik abnormal pada dysplasia korteks, (2) abnormalitas pada reseptor
GABA yang berfungsi sebagai neurotransmitter inhibisi, (3) abnormalitas fungsi kanal ion,
yang dengan adanya depolarisasi dan repolarisasi ion yang keluar masuk itu nantinya akan
mengeluarkan neurotransmitter.
Secara dapatan, dapat disebabkan karena hal-hal seperti : (1) cidera kepala, (2)
infeksi intracranial, (3) tumor otak, (3) kejang demam yang berdurasi lama, yang nanti pada
akhirnya akan merusak secara structural sirkuit hipokampus.
Pada anak-anak rentan terjadi bangkitan, mengapa? Karena pada awal
kehidupan, sinaps eksitasi berkembang lebih dulu daripada sinaps inhibisi, dan
neurotransmitter GABA yang berfungsi sebagai neurotransmitter inhibisi, pada anak-anak
bekerja sebagai neurotransmitter eksitasi.
KLASIFIKASI KEJANG
Kejang didefinisikan sebagai kejadian sementara tanda dan / atau gejala karena
aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang abnormal di otak. Klasifikasi kejang
dimulai dengan penentuan apakah manifestasi awal kejang fokal atau digeneralisasi.
Onsetnya mungkin terlewatkan atau dikaburkan, dalam hal ini kejang tidak diketahui. Kata-
kata "fokal" dan "general" pada awal nama kejang diasumsikan berarti onset fokus atau
umum.
Klasifikasi dasar adalah versi sederhana dari kategori utama kejang. Klasifikasi
kejang dasar baru didasarkan pada 3 fitur utama.
1. Di mana kejang dimulai di otak
2. Tingkat kesadaran saat kejang
3. Fitur kejang lainnya
Menentukan di mana Kejang Mulai
Langkah pertama adalah memisahkan kejang dengan bagaimana mereka mulai di
otak. Jenis onset kejang penting karena mempengaruhi pilihan pengobatan kejang,
kemungkinan untuk operasi epilepsi, pandangan, dan kemungkinan penyebab.
- Focal seizures: Sebelumnya disebut kejang parsial, ini dimulai di area atau jaringan
sel di satu sisi otak.
- Generalized seizures: Sebelumnya disebut general generalized, ini melibatkan atau
melibatkan jaringan di kedua sisi otak saat onset.
- Unknown onset: Jika onset kejang tidak diketahui, kejang masuk ke dalam kategori
onset yang tidak diketahui. Kemudian, tipe kejang dapat diubah jika awal kejang
seseorang menjadi jelas.
- Focal to bilateral seizure: Kejang yang dimulai di satu sisi atau bagian otak dan
menyebar ke kedua sisi disebut kejang umum sekunder. Sekarang istilah umum hanya
merujuk pada awal kejang. Istilah baru untuk kejang umum sekunder akan menjadi
kejang fokal bilateral.
Penggambaran Kesadaran
Apakah seseorang sadar selama kejang adalah penting secara praktis karena itu adalah
salah satu faktor utama yang mempengaruhi keselamatan seseorang selama kejang.
Kesadaran digunakan sebagai pengganti kesadaran, karena lebih mudah untuk dievaluasi.
- Focal aware: Jika kesadaran tetap utuh, bahkan jika orang tersebut tidak dapat
berbicara atau merespons selama kejang, kejang itu akan disebut kejang sadar fokal.
Ini menggantikan istilah parsial sederhana.
- Focal impaired awareness: Jika kesadaran terganggu atau terpengaruh kapan saja
selama kejang, bahkan jika seseorang memiliki gagasan yang kabur tentang apa yang
terjadi, kejang akan disebut kesadaran gangguan fokus. Ini menggantikan istilah
kejang parsial kompleks.
- Awareness unknown: Terkadang tidak mungkin untuk mengetahui apakah seseorang
sadar atau tidak, misalnya jika seseorang hidup sendirian atau kejang hanya pada
malam hari. Dalam situasi ini, istilah kesadaran mungkin tidak digunakan atau akan
digambarkan sebagai kesadaran yang tidak diketahui.
- Generalized seizures: Ini semua diduga mempengaruhi kesadaran atau kesadaran
seseorang dengan cara tertentu. Jadi tidak ada istilah khusus yang diperlukan untuk
menggambarkan kesadaran dalam kejang umum.
Menjelaskan Gejala Motorik dan Gejala Lain dalam Kejang Fokal
Banyak gejala lain dapat terjadi selama kejang. Dalam sistem dasar ini, perilaku
kejang dipisahkan menjadi kelompok-kelompok yang melibatkan gerakan.
- Focal motor seizure: Ini berarti bahwa beberapa jenis gerakan terjadi selama acara.
Misalnya gerakan berkedut, menyentak, atau kaku dari bagian tubuh atau
automatisme (gerakan otomatis seperti menjilat bibir, menggosok tangan, berjalan,
atau berlari).
- Focal non-motor seizure: Kejang jenis ini memiliki gejala lain yang terjadi pertama
kali, seperti perubahan sensasi, emosi, pemikiran, atau pengalaman.
- Mungkin juga kejang kesadaran sadar atau gangguan kesadaran untuk diklasifikasikan
sebagai onset motorik atau non motorik.
- Auras: Istilah aura, yang menggambarkan gejala-gejala yang mungkin dirasakan
seseorang pada awal kejang, tidak ada dalam klasifikasi baru. Namun orang dapat
terus menggunakan istilah ini. Penting untuk diketahui bahwa dalam kebanyakan
kasus, gejala awal ini mungkin merupakan awal kejang.
Menjelaskan Kejang Generalized Onset
Kejang yang dimulai di kedua sisi otak, disebut onset menyeluruh, bisa motorik atau
non-motorik.
- Generalized motor seizure: Istilah kejang tonik-klonik umum masih digunakan untuk
menggambarkan kejang dengan kekakuan (tonik) dan menyentak (klonik). Ini secara
longgar berhubungan dengan “grand mal.” Bentuk lain dari kejang motorik umum
dapat terjadi. Banyak istilah-istilah ini belum berubah, dan beberapa istilah baru telah
ditambahkan. (lihat gambar di bawah)
- Generalized non motor seizure : Ini terutama kejang absen, dan istilah ini sesuai
dengan istilah lama "petit mal." Kejang-kejang ini melibatkan perubahan singkat
dalam kesadaran, menatap, dan beberapa mungkin memiliki gerakan otomatis atau
berulang seperti lipmacking.
Menjelaskan Kejang Onset Tidak Diketahui
Ketika awal kejang tidak diketahui, klasifikasi ini masih memberikan cara untuk
menggambarkan apakah fitur-fiturnya motor atau non-motor.
PARTIAL SEIZURE
Kejang parsial dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kejang dengan penurunan
kesadaran dan kejang tanpa gangguan penurukan kesadaran.
Kejang parsial sederhana pasien tidak mengalami penurunan kesadaran sehingga
mampu mengatakan apa terjadi. Kejang terjadi sesuai dengan daerah mana yang terkena
dampak.Pada kejang motorik, fokusnya terjadi pada korteks motorik primer, tanda:
berkedut, mulai di bagian distal ekstremitas, atau di wajah. Sensasi berkedut dapat pula
menyebar ke seluruh ekstremitas atau menjadi kejang umum. Pada kejang sensorik fokus
terjadi di girus pos sentral (korteks sensorik primer), tanda: perasaan kesemutan, sensasi
tertusuk jarum, dingin atau panas, atau mati rasa. Terkadang muncul dengan tanda-tanda
visual, atau sensasi mendengar atau mencium. Pada kejang otonom fokus terjadi pada lobus
temporal, tanda: sensasi sesuatu naik dari epigastrium ke tenggorokan, jantung berdebar,
berkeringat atau flushing.
Kejang parsial kompleks pasien mengalami gangguan kesadaran, namun kesadaran
masih ada. Pasien sedikit menyadari apa yang sedang terjadi, tetapi tidak bisa menanggapi
apa pun.. biasanya disertai dengan aura, perasaan aneh di perut naik ke atas tenggorokan dan
kepala, atau sensasi cahaya, bau, suara atau rasa.
GENERALIZED SIZURE
Kejang umum primer ditandai dengan hilangnya kesadaran total dan tidak adanya
aura. Kejang muncul secara tiba-tiba dan secara tak terduga, dan jika pasien jatuh, mereka
dapat melukai diri mereka sendiri. Kejang umum terdiri dari enam jenis kejang yang berbeda,
kejang tonik-klonik umum primer (GTCS) adalah yang paling sering terjadi.
1. Bangkitan Umum Tonik Klonik: hilang kesadaran sejak awal hingga akhir
bangkita, bisa disertai gejala otonom seperti mulut berbusa atau mengompol. Mata
melotot dan tertarik ke atas, seluruh tubuh kontraksi tonik, dapat disertai teriakan,
diikuti gerakan klonik berulang simetris di seluruh tubuh, lidah dapat tergigit.
Setelah iktal, pasien mengalami hipotonus, tertidur dan merasa lemah.
2. Bangkitan Tonik: kontraksi seluruh otot yang berlangsung terus menerus selama 2-
10 detik hingga beberapa menit disertai hilangnya kesadaan. Dapat disertai gejala
otonom seperti apnea.
3. Bangkitan Klonik: gerakan kontraksi klonik yang ritmis (1-5 Hz)diseluruh tubuh
disertai hilangnya kesadaran.
4. Bangkitan Mioklonik: kontraksi involunter mendadak dan berlangsung singkat
(jerk) tanpa disertai hilangnya kesadaran. Berlangsung 10-50 milidetik.
Mioklonik dapat berlangsung fokal, segmental, multifokal, atau umum.
5. Bangkitan atonik: hilangnya tonus otot secara mendadqak. Dapat didahului
mioklonik atau tonik. Bentuk bisa berupa jatuh atau kepala menundauk.
6. Bangkitan absen tipikal: bangktan absen (petit mal) berlangsung singkat dan
mendadak. Bentuk bangkitan berupa hilang kesadaran atau pandangan kosong.
7. Bangkitan absen atipikal: gangguan kesadaran disertai perubahan tonus otot
(hipotonus atau atonia), tonik atau automatisme. Onset tidak semendadak
bangkitan absen tipikal.
TANDA DAN GEJALA
Kejang memiliki empat komponen. Tidak semua tipe kejang akan memiliki semua
tahapan ini. Ada atau tidaknya komponen ini sangat penting untuk mendiagnosis tipe kejang.
1. Fase prodromal
Fase ini dimulai beberapa jam atau bahkan berhari-hari sebelum kejang yang
sebenarnya terjadi. Gejala prodromal kejang adalah: sakit kepala, lekas marah, susah
tidur, temperamen buruk, depresi atau peningkatan aktivitas.
2. Aura
Aura terjadi beberapa detik atau beberapa menit sebelum kejang terjadi. Aura
merupakan awal mula dari kejang dan menandakan onset kejang fokal. Gejala yang
muncul tergantung pada lokasi fokal. Aura sering tidak jelas dirasakan dan tidak dapat
dilukiskan, biasanya menyebabkan ketakutan yang ekstrem. Gejala yang muncul dapat
berbentuk sensasi epigastrium yang aneh, pengalaman seperti mimpi, bau tidak enak, dll.
3. Kejang (ictus)
Kebanyakan pasien mengalami hilang kesadaran saat kejang. Sehingga pasien tidak
dapat memberikan informasi mengenai ictus tersebut. Pasien tidak memiliki memori saat
kejang, anamnesis dapat dilakukan kepada saksi mata yang melihat kejadian kejang
tersebut.
4. Fase pasca-iktal
Fase ini bisa tidak terjadi, singkat atau bisa berlangsung beberapa jam bahkan berhari-
hari. Biasanya pasien tertidur nyenyak dan bangun dengan sakit kepala, kelelahan, lekas
marah, muntah, kebingungan, nyeri otot atau ataksia. Kelumpuhan transien pada bagian
tubuh, yang dikenal sebagai Todd's paresis bisa terjadi selama beberapa jam atau hari.
Perubahan bicara atau aphasia dapat terjadi saat hemisfer otak dominan terlibat.
Perubahan perilaku dan ledakan emosi dapat terjadi bahkan bisa sampai terjadi perilaku
kekerasan.
ANAMNESIS
Onset
- Pada umur berapa kejang pertama? (Jelaskan apa yang dicakup oleh istilah "kejang",
kejang absen, kejang parsial kompleks, dll.)
- Ada trauma atau penyakit tertentu sebelumnya?
- Apakah ada demam dengan kejang pertama?
- Apakah selalu ada demam dengan kejang?
Fase pra-iktal
- Apakah pasien mengetahui adanya faktor pencetus seperti rasa lapar (menunjuk ke
hipoglikemia), kurang tidur, emosi, alkohol, berkedip lampu, dll?
- Apakah ada gejala prodromal?
- Apakah ada aura? Terdiri dari apa itu?
Fase Ictal (deskripsi kejang itu sendiri)
- Apakah pasien flushing atau pucat? Apakah pandangan kabur (menunjuk ke pingsan)?
Apakah dia berteriak?
- Di mana dan bagaimana mulainya, membalikkan muka ke satu sisi, atau di satu
tangan?
- Apakah pasien kaku? Jika demikian, dengan kedua tangan dan kedua kaki, atau hanya
satu sisi?
- Apakah pasien tidak sadar? Apakah pasien jatuh?
- Apakah pasien meraba-raba dengan pakaiannya, memukul bibirnya, bergumam atau
membuat suara-suara lain?
Durasi
- Berapa lama kejang berlangsung?
Fase pasca-iktal
- Seperti apa perilaku pasien setelah kejang — mengantuk, agresif, apa yang dia
lakukan?
- Apakah ada tanda fokus (mis., Todd Paralisis)?
Waktu
- Apakah selalu di siang hari, selalu ketika dia tidur, atau pada saat bangun?
Frekuensi
- Seberapa sering itu terjadi?
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Psikososial
- Minta pasien atau orang tua untuk memberi tahu masalah apa yang ingin mereka
bicarakan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah Rutin, GDS, elektrolit
- Lumbar Puncure (bila ada tanda dan gejala meningitis)
- Rontgen Kepala: cari tuberkuloma, CMV, toxoplasmosis, custicercosis, peningkatan
TIK.
- EEG: lihat gelombang abnormal otak
- CT Scan: lihat tumor, perdarahan, SDH, anomali vaskular, dan abnormalitas lainnya.
- MRI
STATUS EPILEPTIKUS
Status epilepticus adalah kejang yang berlangsung setidaknya selama 30 menit, atau kejang
berulang yang tidak disertai kembalinya kesadaran diantara 2 kejang.
Status epileptikus adalah kondisi darurat medis dan pasien harus segera di bawa ke fasilitas
kesehatan yang menyediakan i.v. dan injeksi sehingga kejang dapat berhenti secepat mungkin
Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak (nekrosis serebral) dengan morbiditas atau
kematian yang parah. Status epileptikus biasanya terjadi pada serangan kejang pertama kali
atau pada pasien yang melakukan penghentian terapi antikonvulsan.
TATALAKSANA AWAL KEJANG
Stadium 1 (0 −10 menit)
- Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih
kejang dapat
- diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM
- Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi
- Berikan oksigen
- Periksa fungsi kardiorespirasi
- Pasang infus
Stadium 2 (0 −30 menit)
- Monitor pasien
- Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptic
- Pemeriksaan emergensi laboratorium
- Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alcohol
- atau defisiensi nutrisi
- Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat
Stadium 3 (0 −60 menit)
- Pastikan etiologi
- Siapkan untuk rujuk ke ICU
- Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi
- Vasopressor bila diperlukan
- Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit
dan/atau bolus
- Phenobarbital 10-15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian 100 mg/menit
Stadium 4 (30 −90 menit)
- Pindah ke ICU
- Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini : - Propofol 1–2 mg/kgBB bolus,
dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol - Midazolam 0.1–0.2
mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol -
Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai
terkontrol
- Perawatan intensif dan monitor EEG
- Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
- Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang
REFERENSI
https://www.epilepsy.com/article/2016/12/2017-revised-classification-seizures diakses pada 4
September 2019
PERDOSSI. 2016. Pedoman Praktik Klinik Neurologi.
Scheffer, I.E., et al., 2017. ILAE classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE
Commission for Classification and Terminology. Epilepsia. 58(4): 512–521.
Fisher, R.S., et al., 2017. Operational classification of seizure types by the International
League Against Epilepsy: Position Paper of the ILAE Commission for Classification and
Terminology. Epilepsia. 58(4): 522–530.
Fisher RS, et al. 2005. Epileptic Seizures and Epilepsy: Definitions Proposed By the
International League Against Epilepsy (ILAE) and the International Bureau for Epilepsy
(IBE). Epilepsia, 46(4):470-472
Fisher RS et al. A practical clinical definition of epilepsy, Epilepsia 2014; 55:475-482
Anderson, P. New AAN/AES guideline on first unprovoked seizure in adults. Medscape
Medical News.
Annegers JF, et al. Risk of recurrence after an initial unprovoked seizure. Epiilepsia. 1986
Jan-Feb. 27(1):43-50.
Brigo F, Nardone R, Dongiovanni LG. Value of tongue biting in the differential diagnosis
between epileptic seizures and syncope. Seizure. 2012 Oct;21(8):568-72. Epub 2012 Jul 6.