20
I. IDENTIFIKASI KATA KUNCI a. Zat terlarut Zat yang dilarutkan dalam pelarut b. Zat pelarut Cairan yang digunakan untuk melarutkan zat c. Dosis Takaran obat d. Aquadest Air murni, air hasil penyulingan, aquadestilata, H2O e. Jenis pelarut Alkohol, USP (etil alkohol, ethanol, spiritus vini rectivicatus SVR) Alkohol encer Gliserin (gliserol) Propilen glikol Air suling/ H2O f. Konsentrasi larutan Merupakan jumlah zat terlarut yang terlarut dalam jumlah volume terlarut g. Makrodrips Faktor tetesan cairan dengan nilai 16-20 h. Mikrodrips Faktor tetesan cairan dengan nilai 60 i. Vial Vial merupakan sebuah botol kecil, biasanya terbuat dari kaca, dengan aperture sempit yang dimaksudkan untuk ditutup dengan stopper, sebagai sebuah botol penampung obat.

Tutorial Pengenceran Kelompok 5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

I. IDENTIFIKASI KATA KUNCI

a. Zat terlarut

Zat yang dilarutkan dalam pelarut

b. Zat pelarut

Cairan yang digunakan untuk melarutkan zat

c. Dosis

Takaran obat

d. Aquadest

Air murni, air hasil penyulingan, aquadestilata, H2O

e. Jenis pelarut

Alkohol, USP (etil alkohol, ethanol, spiritus vini rectivicatus SVR)

Alkohol encer

Gliserin (gliserol)

Propilen glikol

Air suling/ H2O

f. Konsentrasi larutan

Merupakan jumlah zat terlarut yang terlarut dalam jumlah volume terlarut

g. Makrodrips

Faktor tetesan cairan dengan nilai 16-20

h. Mikrodrips

Faktor tetesan cairan dengan nilai 60

i. Vial

Vial merupakan sebuah botol kecil, biasanya terbuat dari kaca, dengan

aperture sempit yang dimaksudkan untuk ditutup dengan stopper, sebagai

sebuah botol penampung obat.

j. Mikrogram

Satuan massa dalam sistem matriks yang besarnya sepersejuta gram

k. Syringe pump

Alat yang digunakan untuk mengontrol kecepatan arus cairan dengan

menggunakan syringe,alat ini akan mendeteksi apabila cairan di dalam infus

atau syringe sudah menunjukkan tanda-tanda akan habis maka akan

mengirimkan sinyal ke pusat kendali kemudian akan mengirimkan respon un

tuk mengisi kembali sesuai dengan volume yang dibutuhkan (oleh user).

Page 2: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

l. Dopamine

Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan

cara meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke

ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak

mampu memompa cukup darah.

m. Infus pump

Alat yang mengatur jumlah cairan/obat yang dimasukkan kedalam sirkulasi

darah pasien secara langsung melalui vena.

n. Tekanan atmosfer

Tekanan atmosfer adalah tekanan pada titik manapun di atmosfer bumi.

Umumnya, tekanan atmosfer hampir sama dengan tekanan hidrostatik yang

disebabkan oleh berat udara di atas titik pengukuran

o. Osmolaritas

Tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik

antara suatu larutan dan pelarut murni

II. IDENTIFIKASI MASALAH

a. Obat (zat terlarut)

1. Apa jenis obat yang dapat diencerkan?

2. Bagaimana prinsip pemberian obat?

3. Faktor apa yang mempengaruhi pemberian dosis obat?

4. Bagaimana perubahan konsentrasi obat setelah diencerkan?

5. Apa reaksi yang ditimbulkan jika salah pemberian obat?

b. Pengenceran

1. Apa tujuan pengenceran obat?

2. Apa dampak bila obat tidak diencerkan?

3. Bagaimana cara pengenceran obat yang benar?

4. Jelaskan mengapa kita perlu menarik udara terlebih dahulu dari dalam vial

sebelum memasukkan cairan sesuai pengenceran?

5. Bagaimana pengenceran antiseptik?

6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengenceran?

7. Jika obat telah diencerkan,berapa masa waktu obat tersebut dapat

bertahan?

Page 3: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

8. Jelaskan mengapa cairan obat yang ditarik dari dalam vial terasa lebih sulit

jika kita tidak menarik udara terlebih dahulu?

c. Cairan (zat pelarut)

1. Apa saja jenis cairan yang bisa digunakan sebagai pelarut?

2. Obat jenis apa saja yang bisa diencerkan hanya dengan zat pelarut

tertentu?

3. Bagaimana efeknya jika kita salah memilih zat pelarut?

III. MENGANALISA MASALAH DAN JAWABAN

a. Obat

1. Apa jenis obat yang dapat diencerkan?

Jawab : antibiotik (cefotaxime), obat kemoterapi (curasil), analgetik

torasic).

2. Bagaimana prinsip pemberian obat?

Jawab : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara (route), benar

waktu, benar dokumentasi, benar informasi.

3. Apa faktor yang mempengaruhi pemberian dosis ?

Jawab : umur, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, status patologi,

toleransi, terapi dengan obat yang diberikan bersamaan, waktu pemakaian,

dan bentuk sediaan dan cara pemakaian

4. Bagaimana perubahan konsentrasi obat setelah diencerkan?

Jawab : jika obat diencerkan konsentrasi obat tidak akan berubah,tetapi

volume obat akan bertambah sesuai dengan volume pelarut yang diberikan

dan volume obat itu sendiri

5. Apa reaksi yang ditimbulkan jika salah pemberian obat?

Jawab :

1. Efek samping Toksik, bergantung pada dosis dan spesifik bagi obat.

Sepanjang diberikan dosis yang cukup tinggi, efek samping toksik

terjadi pada setiap orang. Karena setiap perorangan terhadap suatu obat

sangat beragam, selalu terdapat kemungkinan bahwa akibat dosis yang

dapat di terima baik oleh kebanyakan pasien, pada penderita terjadi

efek samping. Sesuai dengan jumlah obat besar maka terjadi efek

samping toksik yang berbeda mulai dari gangguan system saraf pusat,

Page 4: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

keluhan lambung-usus, kerusakan parenkhim hati dan kerusakan

parenkhim ginjal.

2. Reaksi Alergi

a. Jenis Segera, reaksi antigen-antibodi umumnya berlangsung dengan

tenang, artinya tanpa tanda-tanda dari luar yang dapat dikenal.

Walaupun demikian, dalam kasus tertentu pada kontal dengan

antigen berulang-ulang dapat terjadi reaksi yang berlebihan yang

merusak bagi organism.

b. Reaksi analfilatik, dibentuk terutama Imunoglobulin tipe IgE

(Reagin), misalnya pada Asma Bronkhiale, Hayfever, Urtikaria,

Udem Angionevritik (setelah penyuntikan Intravasal). Pada

analfilatik menyeluruh terdapat bahaya penurunan tekanan darah

masif (Syok Anafilatik)

c. Reaksi Sitotoksik, dibentuk antibody IgG dan IgM bertanggung

jawab. Disamping itu system komplemen terlibat. Secara klinik

reaksi-reaksi sitotoksikk kebanyakan dinyatakan melalui kerusakan

sel-sel darah. Misalnya reaksi penolakan golongan darah yang tak

cocok pada transfuse darah yang tak segolongan dengan sitolisis

eritrosit.

d. Reaksi yang ditimbulkan oleh kompleks Imun, dibentuk antibody

IgG dan IgM. apabila terbentuk kompleks imun antara antigen dan

antibody yang beredar dalam system sirkulasi maka dapat terjadi

hipersensitivitas menyeluruh. Misalnya Glomerulonefritis akibat

pemberian Penisilamin.

e. Jenis Lambat, ditimbulkan oleh limfosit yang diubah

(disensibilisasi) secara spesifik. Akibatnya adalah infiltrasi sel,

yang dimulai dengan pengumpulan limfosit dan monokosit,

perivaskuler pada tempat yang berantigen. Karena itu sebutan

reaksi hipersensitivitas jenis lambat dipakai, karena berbeda dengan

reaksi jenis segera, titik puncaknya baru tercapai setelah beberapa

hari atau bahkan setelah beberapa minggu.

f. Bentuk Khusus, selain bentuk alergi yang disebutkan di atas,

setelah pemberian obat kadang-kadang terlihat gejala yang sangat

Page 5: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

mungkin akibat peristiwa alergi akan tetapi belum dijelaskan

dengan pasti factor-faktor imunologi yang terlibat.

b. Pengenceran

1. Apa tujuan pengenceran obat?

Jawab : untuk mengubah kepakaan suatu larutan dari larutan yang pekat

menjadi larutan yang kurang pekat, untuk menghindari pengendapan yang

terjadi karena perubahan komposisi pelarut secara tiba-tiba, untuk

mengurangi kontiminasi mikroorganisme dan partikel serta memastikan

cara melarutkan yang benar, menjamin stabilitas dan kompatibilitas dan

enjamin rute pemberian yang sesuai.

2. Apa dampak bila obat tidak diencerkan?

Jawab : konsentrasi dan volume kecil, obat/larutan pekat yang dapat

membuat obat susah terlarut dalam darah, kecepatan penyerapan obat

lambat, dengan tingkat osmolaritas tinggi dapat dengan mudah

menyebabkan tromboplebitis, sulit untuk diberikan karena jumlah volume

yang sedikit sedangkan dosisnya besar, obat akan sulit bereaksi karena

konsentrasinya kecil sehingga partikel obat tetap padat.

3. Bagaimana cara pengenceran obat yang benar?

Jawab : sebelum diencerkan terlebih dahulu memperhatikan obat, dosis,

jenis pelarut, dan syringe yang akan digunakan menghisap zat pelarut di

dalam syringe sesuai dengan volume yang telah ditentukan, ganti jarum

syringe saat mengaplos obat, desinfeksi karet penutup vial dengan

alkohol, masukkan pelarut ke dalam vial, kocok dengan teratur seperti

angka 8 sehingga larutan menjadi homogen, keluarkan udara hasil

pencampuran dari dalam vial menggunakan syringe setelah itu masukkan

udara sesuai dengan dosis yang ingin di aplos,dan tarik keluar obat.

4. Jelaskan mengapa posisi spuit harus lebih tinggi dari bolus pada saat

injeksi intravena?

Jawab : pada saat melakukan injeksi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi

dan tekanan atmosfer. Gaya gravitasi dan Tekanan atmosfer dapat

menggerakkan fluida dari area bertekanan tinggi ke tekanan rendah, dalam

hal ini massa jenis air lebih besar dari massa jenis udara (oksigen)

Page 6: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

sehingga cairan obat akan turun ke bolus dan masuk dalam tubuh, udara

akan tetap tinggal dalam spuit dan tidak masuk dalam tubuh.

5. Bagaimana pengenceran antiseptik?

Jawab : misalnya iodin 10% dan kita ingin menjadikannya 1 atau 2%

contohnya 1% iodin dalam larutan 50 ml maka rumusnya:V1.M1=V2.M2

- V1.10= 50.1

- V1=5 ml

- V2-V1

: 50-5 =45

Jadi dibutuhkan 5 ml povidon iodine dan 45 cairan atau air.

6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengenceran?

Jawab :

1. Sifat dari solute atau solvent.

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya

garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut

dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya

senyawa organik) larut dalam chloroform.

2. Cosolvensi.

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena

adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya

Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air –

gliserin atau solutio petit

3. Kelarutan.

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar

larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang

digunakan dalam farmasi umumnya adalah

Dapat larut dalam air.

a. Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.

b. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi

subnitras.

c. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit

larut)

Page 7: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

Tidak larut dalam air.

a. Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)

2CO3.

b. Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH,

NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2.

c. Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3,

(NH4)3PO4

4. Temperatur.

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat

tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya

membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas Larutan

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak

larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses

kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut Larutan + panas

Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,

minyak atsiri, gas-gas yang larut.

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh

dipanaskan, misalnya :

a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri

b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas

c. Saturatio

d. Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis

5. Salting Out.

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang

mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan

menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya

endapan karena ada reaksi kimia.

Contoh :

a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air

tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl

Page 8: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air,

maka minyak atsiri akan memisah.

b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot

menghasilkan endapan papaverin base.

6. Salting In.

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan

kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya :

riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan

yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin +

basa NH4 ).

7. Pembentukan kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara

senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam

kompleks.

Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

KI + I2 KI3

HgI2 + 2KI K2HgI4

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran

partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan

solvent, solute makin cepat larut.

Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.

Pengadukan.

7. Jika obat telah diencerkan,berapa masa waktu obat tersebut dapat

bertahan?

Jawab : Untuk obat antibiotik yang sudah dilarutkan, yang harus habis

dalam jangka waktu tertentu, misalnya 4 hari, setelah waktu itu, tidak

boleh dipakai lagi. Hal ini berlaku juga untuk cairan oralit buatan dalam

kemasan yang hanya digunakan dalam waktu 24 jam, setelah lewat waktu

tersebut, tidak bisa dipakai lagi karena bisa saja sudah berubah

komposisinya akibat adanya oksigenisasi.

Page 9: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

Lain lagi untuk obat puyer, biasanya tidak dianjurkan disimpan, karena

pada saat dokter membuat resep untuk obat racikan tersebut, disesuaikan

dengan umur pasien, berat badan, serta ringan maupun berat penyakitnya.

Apabila obatnya tidak mengandung zat-zat higroskopik dan bukan bentuk

puyer, perhatikanlah batas kadaluarsanya dan perubahan fisiknya. Jika

sudah ada perubahan fisik biarpun belum melewati batas kadaluarsa,

jangan digunakan lagi. Telitilah obat, misalnya obat berjenis sirup, jika

terjadi perubahan fisik, akan tampak di bawah cahaya lampu, seperti

keruh, atau ada benang-benang, atau lapisan yang melayang-layang. Tentu

keadaan seperti ini akan mempengaruhi efektifitas obat tersebut, bahkan

bisa jadi akan berbahaya.

Untuk obat-obatan khusus resep dokter, misalnya obat asma atau yang

lain, diharapkan dokter akan memberitahukan dosis pemakaiannya dan

sampai kapan obat tersebut boleh disimpan. Jika obat habis pun, harus

konsultasi ke dokter lagi.Ada juga obat-obatan yang harus disimpan di

tempat khusus, misalnya obat kejang, yang harus disimpan di lemari

es/kulkas. Hal ini karena jika disimpan pada suhu biasa, fisiknya bisa

cepat berubah atau efektifitasnya jadi menurun.

Jenis obat lain, ada yang berisi peringatan untuk tidak terkena sinar

matahari, ini untuk menghindari senyawa-senyawa kandungannya terurai,

akibatnya, efektifitas obat jadi berkurang atau tidak manjur lagi.

Hal lain yang disarankan, sebaiknya obatnya tetap dimasukkan ke dalam

kemasan obatnya atau bungkusnya, hal ini untuk menghindari kesalahan

dalam pemberian obat.

8. Jelaskan mengapa cairan obat yang ditarik dari dalam vial terasa lebih

sulit jika kita tidak menarik udara terlebih dahulu?

Jawab : Seperti kita ketahui tentang hokum pascal yang menyatakan

bahwa tekanan pada cairan tertutup tekanannya tersebar ke segala arah

dan setiap perubahan tekanan akan ditransmisikan sama rata di setiap

bagian cairan, maka pada saat sebelum kita memasukkan udara ke dalam

vial berarti tekanan cairan dalam vial itu sama maka kita sulit untuk

menarik cairan obat ke spoit, tetapi apabila kita menarik udara terlebih

dahulu dan memasukkan ke dalam vial maka akan terjadi tumbukan

Page 10: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

partikel-partikel dalam vial sehingga mengakibatkan tekanan dalam vial

berkonsetrasi tinggi sehingga cairan dalam vialini dapat dengan mudah

mengalir ke spoit yang tekanannya lebih rendah.

c. Cairan (zat pelarut)

1. Apa saja jenis cairan yang bisa digunakan sebagai pelarut?

Jawab : air (NaCl 0,9%, dextrose 5%, aquadest), minyak (minyak jagung,

minyak biki kapas, minyak kacang tanah,dll)dan cairan seperti alkohol,

propilen glikol, gliserin, etil alkohol, poli etilen glikol.L

2. Obat jenis apa saja yang bisa diencerkan hanya dengan zat pelarut

tertentu?

Jawab :

1. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang

(aanslibben)

2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang ,

kemudian ditambah natrium salicylas.Untuk mencegah terjadinya

perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium

pyrophosphat sebanyak 0,25 % dari berat larutan.

3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan

pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring

setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi

menurunkan daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata

1 :4000

4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan .

Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab

itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol

atau bisa juga disaring dengan gelas wol .

5. Seng klorida,, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus,

kemudian disaring . Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan

terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut dalam air. Bila terdapat

asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian

tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.

Page 11: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

6. Kamfer, kelarutan dalam air 1: 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior

( 96 % ) 2 X berat kamfer dalam botol kering kocok-kocok kemudian

tambahkan air panas sekaligus , kocok lagi.

7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin

selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut

dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring

dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin

dalam air kocok baru tambahkan gliserin.

8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke

dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.

9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan

selama ¼ jam , di tempat yang gelap.

10. Succus liquiritiae,

a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.

b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.

11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20

Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah

kristalisasi.

Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat

mixtura agitanda.

12. Codein :

a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan

sebelumdingin.

b. dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan

air.

c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.

13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.

14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil

pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 CC

15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.Pembuatan :

pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya kemudian tambahkan

HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh

disimpan.

16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000

Page 12: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air

Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak

a. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan

b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam

sediaan yang diawetkan.

17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam

100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.

3. Bagaimana efeknya jika kita salah memilih zat pelarut?

Jawab : mempengaruhi kestabilan obat dalam bekerja dan mempengaruhi

reaksi obat didalam tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri,andi.Drs,Apt, 2006. Ilmu Resep hal 84. EGC. Jakarta

Page 13: Tutorial Pengenceran Kelompok 5

Janes,Joyce dkk. 2006. Prinsip Sains dalam keperawatan. Erlangga

Mutschler,Ernst. 1991. Dinamika obat edisi 5. Bandung. ITB

Hinchliff, Sue. 1998. Kamus Keperawatan. EGC. Jakarta

Angel, Howard. 2008. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi 4 cetakan VI