Tutorial Saliva

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Dalam rongga mulut banyak sekali jaringan keras maupun lunak bahkan cairan

    yang membantu dalam pencernaan makanan. Salah satu cairan di rongga mulut tersebut

    adalah saliva. Sekilas saliva memang dianggap tidak begitu penting bagi kaum awam,

    bahkan saliva dianggap menjijikkan. Namun, dibalik hal itu saliva sangat penting.

    Menurut Mendel (1993) saliva memiliki peranan untuk menegakkan diagnosa bagi

    kedokteran gigi, fisiologi, internal medicine, endocrinology, pediatrics, immunology,

    clinical pathology, forensic medicine, pshycology, and sport medicine.

    Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit

    seperti sodium, potassium, kalium, khloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan beberapa

    protein yang berperan sebagai enzim, antimikroba, immunoglobulin, glukosa, albumin,

    glikoprotein, polipeptida, dan oligopeptida yang secara keseluruhan berperan penting

    dalam menjaga kesehaatan rongga mulut.

    Saliva tidak hanya membantu proses pengunyahan, juga dijadikan pelindung

    multidimensional dan saliva dapat dijadikan bahan informasi untuk tingkat cairan

    jaringan sesudah minum obat, status emosional, status hormon, status imunologi, status

    neurologi, status nutrisi dan pengaruh metabolisme. Karena itu, saliva dapat dijadikan

    sebagai suatu media dalam mendiagnostik dalam bidang kedokteran gigi menurut

    pernyataan Screebny dan Mandel yang diutarakan oleh Nikiforuk (1995).

    Dalam menjaga kesehatan rongga mulut, saliva berperan menjaga keseimbangan

    sistem buffer, membunuh mikroorganisme, membantu sistem pengunyahan dan

    pencernaan makanan, membantu proses bicara, serta membantu lidah dalam kaitannya

    dengan penghantaran reseptor rasa. Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam sekresi

    saliva seperti mulut kering atau xerostomia dapat menyababkan karies menjalar dengan

    cepat karena saliva menurun volumenya sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya

    sebagai antimikroba. Sebaliknya jika volume saliva meningkat atau dikenal dengan

    hipersalivasi juga mengganggu dalam proses bicara, menyanyi, dan sebagainya.

  • 2

    1.2 Rumusan masalah

    1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan saliva dan bagaimanakah susunan anatomi serta

    histologi kelenjar saliva ?

    1.2.2 Bagaimanakah mekanisme sekresi saliva ?

    1.2.3 Apa sajakah tipe saliva dan bagaimana komposisi dari saliva itu sendiri ?

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Mampu mengetahui dan memahami saliva dan susunan anatomi serta histologi

    kelenjar saliva

    1.3.2 Mampu mengetahui dan memahami mekanisme sekresi saliva

    1.3.3 Mampu mengetahui dan memahami tipe saliva serta komposisi dari saliva

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut yang dihasilkan oleh

    kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva memiliki peranan menegakkan diagnosa dalam

    bidang Kedokteran Gigi, Fisiologi, Internal Medicine, Endocrinology, Pediatrics,

    Immunology, Clinical Pathology, Forensic Medicine, Psycology dan Sport Medicine.

    Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor

    merupakan kelenjar saliva utama yang terdiri dari kelenjar parotid, kelenjar submandibular,

    dan kelenjar sublingual. Kelenjar parotid adalah kelenjar yang murni serus pada manusia

    dewasa, walaupun kadang-kadang sel mukus ditemukan pada anak-anak. Kelenjar parotid

    bermuara pada duktus Stensens. Kelenjar submandibular merupakan campuran, tapi yang

    lebih dominan adalah serus dan bermuara pada duktus Whartoni. Kelenjar sublingual

    merupakan campuran tapi yang lebih dominan adalah mukus. Pada kelenjar ini ditemukan

    sedikit acini serus dan bermuara pada duktus Bartholin. Sel serus menghasilkan saliva yang

    encer sehingga viskositasnya menjadi lebih rendah sedangkan sel mukus menghasilkan saliva

    yang kental sehingga viskositas lebih tinggi.

    Kelenjar saliva minor ditemukan di sepanjang mukosa rongga mulut. Kelenjar lingual

    ditemukan bilateral dan terbagi kedalam beberapa kelompok. Kelenjar lingual anterior

    terdapat pada permukaan anterior lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus

    anterior dan campuran pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan

    dengan lingual tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni.

    Kelenjar serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla

    circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit terminal

    secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal merupakan murni mukus

    dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan didalam regio posterolateral dari palatum

    keras. Kelenjar glossopalatina merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan

    glossopalatina. (www.repository.usu.ac.id)

  • 4

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. Struktur Anatomi dan Histologi Kelenjar Saliva

    Saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan

    kesehatan jaringan rongga mulut. Kelenjar saliva ini mensekresi saliva dalam rongga

    mulut untuk membantu mencerna makan dengan mengeluarkan secret (saliva), yaitu air

    ludah. (Finn Geneser, 1994)

    3.1.1 Struktur Anatomi

    Saliva terdiri dari enzim dan cairan kental yang mengandung mucus. Ada 3

    pasang kelenjar saliva:

    a. Kelenjar parotid : kelenjar saliva terbesar, terletak agak bawah telinga dan

    membuka melalui duktus parotid menuju suatu elevasi kecil yang terletak

    berhadapan dengan gigi molar kedua. (Ethel Sloane,2004)

    -kelenjar parotid bagian inferior terletak pada muskulus

    sternokleidomastoideus

    -bagian posterior terletak pada venter posterior muskulus digastricus

    -kelenjar parotid dipisahkan dari glandula submandibularis oleh

    ligamentum stilomandibularis

    -bagian dalam kelenjar parotid berhubungan dengan rongga parafaringeal

    (Gordon W. Peterson, 1996)

    b. Kelenjar submaxilar dan/atau submandibula : terletak di permukaan dalam

    pada mandibula serta membuka melalui duktus Wharton menuju dasar

    mulut. (Ethel Sloane,2004)

    -bagian tengah berhubungan dengan muskulus stiloglosus dan muskulus

    bioglosus

    -bagian tengah muskulus milohyoideus membatasi rongga sublingual dan

    submandibular, merupakan batas posterior dari glandula ini (Gordon W.

    Peterson, 1996)

    c. Kelenjar sublingual : terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus

    sublingual kecil menuju ke dasar mulut (Ethel Sloane,2004)

  • 5

    -glandula sublingual menempati rongga subanterior dan hamper memenuhi

    rongga mulut. Aliran sublingual memasuki rongga mulut melalui sejumlah

    muara plika sublingual. (Gordon W. Peterson, 1996)

    3.1.2 Struktur Histologi

    a. Kelenjar Parotis

    Kelenjar parotis dikelilingi oleh kapsul yang membentuk banyak septum

    jaringan ikat interlobularis yang membagi bagi kelenjar menjadi lobus dan

    lobules.Di dalam septum jaringan ikat di antara lobules terdapat

    arteriol,venula,dan duktus ekskretorius interlobularis.

    Setiap lobules kelenjar saliva mengandung sel sekretorik yang membentuk

    asini serosadan sel-selnya berbentuk piramida tersusun mengelilingi lumen.Inti

    bulat serosa terletak di bagian basal sitoplasma yang agak basofilik.Pada

    potongan tertentu,lumen asini serosa tidak selalu terlihat .Dengan pembesaran

    lebih kuat,tampak granula sekretorik halus di apekssel asini serosa.Jumlah

    granula sekretorik di dalam sel ini bervariasi sesuai aktivitas fungsional

    kelenjar.Semua asini serosa dikelilingi oleh sel mioepitel kontraktil yang

    tipis,yang terletak di antara membrane basalis dan sel serosa.Karena ukurannya

    kecil,hanya nucleus yang terlihat di sel mioepitel pada beberapa

    potongan.Sebagian lobules kelenjar parotis mengandung banyak sel adipose yang

    tampak sebagai srtuktur lonjong jernih dikelilingi oleh asini serosa yang terpulas

    lebih gelap.

    Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke dalam saluran

    sempit,duktus interkalaris.Duktus ini memiliki lumen sempit,dilapisi epitel

    selapis gepeng atau kuboid rendah,dan sering dikelilingi oleh sel mioepitel

    .Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir dalam duktus striata yang

    lebih besar.Duktus striata selanjutnya mencurahkan isinya ke dalam duktus

    eksretorius intralobularis yang terdapat di dalam lobules kelenjar. (Victor

    C.Eroschenko,2010)

  • 6

    b. Kelenjar Sublingualis

    Merupakan kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Sel-sel serosa

    yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris

    dan duktus stria jarang terlihat. Terdapat 10-20 saluran keluar duktus sublingualis

    yang bermuara ke sepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, dan masing-

    masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar utamanya yaitu duktus

    sublingualis mayor Bartjoli yang bermuara pada karunkula sublingualis bersama-

    sama dengan duktus Wharton, dan terkadang keduanya menjadi satu. (Finn

    Geneser, 1994)

    c. Kelenjar Submandibularis

    Terdiri dari jaringan ikat padat. Kelenjar submandibularis adalah kelenjar

    tubuloasinosa kompleks yg pd manusia terutama adalah kelenjar campur dengan

    sel sel serosa yg dominan, terdapat duktus interkalaris tetapi saluran ini pendek

    karena itu tidak banyak dijelaskan. Sebaliknya duktus striata berkembang baik

    dan panjang. Saluran utamanya adalah duktus submandibularis Wharton

    bermuara pada ujung papilla sublingualis pd dasar rongga mulut dekat dengan

    frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. (Finn Geneser, 1994)

    3.2. Mekanisme Sekresi Saliva

    Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) sekresi serus yang

    mengandung ptialin, yang merupakan enzim untuk mencerna serat, dan (2) sekresi mukus

    yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan. Kelenjar

    partis seluruhnya menyekresi tipe serus, dan kelenjar submandibularis dan sublingualis

    menyekresi tipe mukus maupun serus. Kelenjar bukalis hanya menyekresi mukus.

    Sekresi Ion Pada Saliva

    Sekresi oleh kelenjar submaksilaris menjadi sekresi kelenjar campuran khusus

    yang mengandung duktus asinus dan duktus salivarius. Sekresi saliva terbentuk melalui

    dua tahap: tahap pertama mencakup asinus dan yang kedua mencakup duktus salivarius.

    Sel asnus menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin dan/atau musin dalam

    alrutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang disekresikan dalam

    cairan ekstraselular khusus. Sewaktu sekresi primer mengalir melalui duktus, terjadi dua

    proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva secara nyata.

  • 7

    Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius,

    dan ionion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu,

    konsentrasi natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium

    meningkat. Akan tetapi, ada kelebihan reabsorbsi ion natrium yang melebihi sekresi ion

    kalium, dan ini menghasilkan negativitas sekitar -70 milivolt di dalamkitar -70 milivolt

    di dalam duktus salivarius, dan keadaan ini menyebaban konsentrasi ion klorida turun

    menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.

    Kedua, ion-ion bikarbinat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal

    ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion klorida,

    sebagian juga hasil dari proses sekresi aktif.

    Hasil akhir dari proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istrirahat,

    konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15

    mEq/liter. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30 mEq/liter. Konsentrasi

    ion bikarbonat adalah 50-70 mEq/liter.

    Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah karena kecepatan

    pembentukan sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat sebesar 20 kali lipat.

    Akibatnya sekresi asinar ini akan mengalir melalui duktus begitu cepatnya sehingga

    pembaruan sekresi duktus diperkirakan menurun. Oleh kare itu, bil saliva disekresi

    dalam jumlah sangat banyak, konsentrasi natrium klorida meningkat, sedangkan

    konsentrasi kalium turun. (Guyton & Hall, 1997).

    Kendali Saraf Pada Sekresi Saliva

    1) Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan), mekanis

    (keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).

    2) Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf kranial V, VII, IX dan X menuju

    nuklei salivatori inferior dan superior dalam medula. Semua kelenjar saliva

    dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.

    3) Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis inervasinya

    (sistem simpatis dan parasimpatis).

    a) Stimulasi parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan sekresi

    berair (serosa) yang banyak sekali.

    b) Stimulasi simpatis mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah dan sekresi

    mukus yang lebih kental dan lengket. Obat-obatan yang mengandung penghambat

  • 8

    kolinergik (neuro transmitter parasimpatis) mengakibatkan terjadinya sensai mulut

    kering.

    c) Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1 ml.

    Saliva yang disekresi dapat mencapau 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam. (Ethel

    Sloane, 2004 )

    Nuklei Inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya

    berhubungan dengan nukleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya bersatu

    dengan nervus IX. (Isselhard,2003)

    Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba

    pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Sebagai

    contoh, bila seseorang mencium atau makan makanan yang disukainya, pengeluaran

    saliva lebih banyak daripada bia ia mencium atau makan makanan yang tidak disukainya.

    Daerah nafsu makan pada otak, yang mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusat

    parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi teruatama sebagai respons terhadap

    sinyal dari daerah pengecapan dan pencuman dari korteks serebral atau amigdala.

    Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari

    lambung dan usus bagian atas, khususnya saat menelan makanan yang sangat mengiritasi

    atau bila seseorang mual karena adanya beberapa kelainan gastrointestinal. Saliva yang

    ditelan diperkirakan membantu menghilangkan faktor iritan pada traktus gastrointestinal

    dengan cara mengencerkan atau menetralkan zat iritan.

    Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan salivasi dalam jumlah sedang,

    tetapi lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal dari

    ganglia servikalis superior dan kemudian berjalan sepanjang pembuluh darah ke

    kelenjar-kelenjar saliva.

    Faktor kedua yang mempengaruhi sekresi adalah supladi darah ke kelenjar karena

    sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis yang

    sangt merangsang salivasi, pada saat bersamaan melebarkan pembuluh-pembuluh darah.

    Tetapi, selain itu, salivasi sendiri secara langsung melebarkan pembuluh-pembuluh

    darah, sehingga menyediakan peningkatan nutrisis seperti yang dibutuhkannya. Sebagian

    dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh kalikrein yang disekresikan oleh sel-

    sel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja sebagai suaru enzim untuk memisahkan

  • 9

    satu protein darah, yaitu alfa2-globulin, untuk membentuk bradikinin, suatu vasodilator

    yang kuat. (Guyton & Hall, 1997).

    3.3. Tipe Saliva

    Tipe saliva dapat dibedakan menurut:

    1. Menurut reflex

    a. Reflex terkondisi, itu terjadi karena rangsangan kemoreseptor atau mekanis saat

    ada makanan yang masuk. Misalnya pada saat melakukan gerakan pengunyahan.

    Saliva juga dapat membantu gerakan penelanan makanan dan pelumasan

    makanan.

    b. Reflex terkondisi, disebabkan karena rangsangan yang tidak masuk mulut atau

    oral. Misalnya hanya melihat, mendengar makanan-makanan yang dapat

    menggugah selera

    2. Menurut saraf pengontrolnya

    a. Parasimpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume banyak, konsistensi encer dan

    banyak enzim.

    b. Simpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume sedikit, konsistensi kental dan

    banyak mucus. Biasanya kerja parasimpatis dan simpatis adalah antagonis. Tetapi

    pada kelenjar saliva ini kerja simpatis dan parasimpatis ialah sinergis dengan

    sama-sama memproduksi saliva tapi karakteristik, mekanisme dan volume yang

    berbeda. (Sherwood, 2001)

    3. Tipe saliva sekresi asinus

    a. sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), sebuah enzim untuk

    mencernakan serat.

    b. sekresi mukosa yang mengandung musin, sebuah glikoprotein yang melubrikasi

    makanan dan memproteksi mukosa oral. Musin jug mengandung IgA, sistem

    imun yang pertama menghadang bakteri dan virus; lisozim, berfungsi

    menghacurkan dinding bakteri;laktoferin, mengikat zat besi; dan protein kaya

    akan prolin, memproteksi gigi. Oleh karena itu pada keadaan defisit saliva

    (xerostomia) ronga mulut menjadi berulserasi, terinfeksi, dan karies gigi akan

    meluas.

  • 10

    Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.

    Kelenjar Tipe sekresi Sifat sekresi Persentase dari

    total saliva *

    (1,5 L)

    Parotis Serosa Berair 20

    Submandibularis Serosa dan

    mukosa

    Agak kental 70

    Sublingualis mukosa kental 5

    Sel mucous

    Histology dari mucous dan serous tergantung dari fungsional dari aktivitas

    sel.pengecatan dapat di lakukan dengan menggunakan hemotoxylin dan eosin. Mucous sel

    berisi sel-sel yang berisi berbentuk padat berwarna basophilic oval dengan inti rata terletak

    berdekatan dengan basal selaput sel sitoplasma bersifat sedikit eosinophilik dan terbungkus

    rapat oleh droplet dari mucinogen.

    Ketika sel secara aktif mengeluarkan secret,maka sekretorius mengurangi jumlahnya itu

    terjadi ketika nucleus dari sel serous berbentuk lebih bulat dan berada pada tengah sel.

    Berbentuk kental dan padat serta kaya akan polisakarida serta mengandung protein non

    enzymatic.

    Sel Serous

  • 11

    Diwarnai dengan HE, suatu sinus serous dibentuk dari sel berbentuk baji tersusun

    lingkaran di lumen usus kecil. Intinya spherical, basofilik dan terletak di basal ke-3 dari sel.

    Sitoplasma infranuklear (basal) adalah basofilik (jumlah yang besar dari Retikulum

    Endoplasma kasar), ketika sitoplasma apical bergranul dan eosinofil. Adanya reticulum

    endoplasma yang berlimpah, seperti yang dilihat di mikroskop, adalah suatu refleksi dari

    fungsi sekresi mereka. Mitokondria ditemukan pada bagian basal sel dan golgi apparatus

    pada posisi supranuklear.Granul adalah vesikel ikat-membran yang mengandung -amilase

    dan substansi lainnya. Sejak sel ini juga mengeluarkan sejumlah polisakarida, beberapa ahli

    menyebutnya sebagai seromukus sel. Lumen dari asinus serous berhubungan dengan banyak

    kanalikuli sekretori interselular, dan keduanya digariskan oleh banyak mickrovili pendek.

    Membran basal sel dari sel serous menunjukkan lipatan dan sisa pada basal lamina.

    (Rensburg,1995)

    3.3.1 Komposisi Saliva

    Umumnya, saliva disekresi di dalam asini mungkin bersifat isotonic dengan

    konsentrasi Na +, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan plasma. Duktus ekskretoris dan

    mungkin duktus interkalarus memodifikasi kompisisi saliva yang mengalir dengan

    mengambil ion Na+ dan Cl- dan menambahkan ion K+ dan HCO3-. Duktus tersebut

    membuat saliva menjadi hipotonik. Maka aliran saliva yang lambat akan hipotonik, alkali dan

    kaya akan ion K+ tetapi relative kurang ion Na+ dan Cl- saat sampai di mulut. Jika aliran

    salivanya cepat maka saliva akan bersifat isotonic dengan konsentrasi ion Na+ dan Cl- yang

    lebih tinggi. (Ganong,1999).

  • 12

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Saliva merupakan suatu cairan di rongga mulut yang diproduksi serta diekskresi oleh kelenjar

    saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut . Saliva diekskresikan oleh kelenjar saliva mayor

    dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor meliputi kelenjar parotid, kelenjar

    submandibularis dan kelenjar sublingualis. Komposisi saliva terdiri atas bahan organic dan

    anorganik dan air yang berguna untuk system buffer , pelumas,pengangkutan, dan pencernaan

    makanan serta membunuh mikrooganisme di dalam rongga mulut. Sekresi saliva memiliki

    beberapa tipe yaitu serus, mucus dan campuran ( serus-mukus) . Sekresi serus mengandung

    ptyalin untuk mencerna serat. Mukus mengandung musin sebuah glikoprotein yang

    memproteksi mukosa oral. Serus memiliki sifat lebih cair dibandingkan mucus.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Eroschenko, Victor C.2010.Atlas Histology difiore.Jakarta: EGC

    Ganong.1999.Buku Ajar Fisiologi Manusia Edisi 17. Jakarta: EGC

    Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:

    EGC

    Geneser, Finn.1994.Buku Text Histology Jilid 2. Jakarta Barat : Binarupa Aksara.

    Isselhard, Brand. 2003. Anatomy of Orofacial Structure. America : Mosby

    Rensburg.1995. Oral Biology. Chicago: Quistessence Publishing Co,Inc.

    Sherwood, L.2001.Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

    Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC

    www.repository.usu.ac.id

  • 14

    lampiran

    Skenario I (SALIVA)

    Bu Darmi sedang hamil muda. Hampir setiap hari berkeinginan makan buah yang

    masam. Karena selalu mengalami hipersalivasi, air liur yang eluar lebih banyak dan encer

    ketika ada buah yang terasa masam. Padahal sebelum hamil, Bu Darmi sering mengeluhkan

    mulut kering, air liurnya terasa pekat. Selain itu Bu Darmi juga mempunyai riwayat kencing

    manis yangdapat menyebabkan xerostomia. Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi obat

    yang berhubungan dengan penyakitnya.

    Step 1 : Klarifikasi istilah

    1. Hipersalivasi :

    - Suatu gejala terjadinya produksi saliva berlebihan

    - Dapat terjadi karena faktor psikis, lokal, dan patologi

    2. Xerostomia :

    - Kekeringan pada rongga mulut yang terjadi karena gangguan pada produksi saliva

    - Dapat menyebabkan pH oral turun dan pertumbuhan bakteri meningkat

    -Dapat diakibatkan oleh gangguan pusat lidah, saraf pembawa rangsang ludah, atau

    komposisi elektrolit pembawa rangsang ludah

    3. Kencing manis :

    - Termasuk kelompok penyakit metabolisme dengan keadaan kadar glukosa darah naik yang

    terjadi karena kerja insulin atau sekresi insulin atau keduanya turun.

    4. Hamil muda :

    - Suatu keadaan mengandung fetus/embrio pada saat trimester pertama kehamilan.

    Step 2 : Menetapkan masalah

    1. Bagaimana struktur anatomi, histologi dan fisiologi dari kelenjar saliva ?

    2. Apa sajakah komposisi saliva ?

  • 15

    3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume saliva ?

    4. Apa hubungan hipersalivasi dengan rasa masam ?

    5. Apa hubungan kencing manis dengan terjadinya xerostomia ?

    Step 3 : Menganalisis masalah

    1. Anatomi

    Saliva berasal dari glandula saliva : (a) kelenjar mayor dan (b) kelenjar minor

    Berdasarkan letak dan fungsinya terdapat : (a) glandula parotid, (b) glandula

    submaksilaris, dan (c) glandula sublingualis

    Kelenjar saliva mayor :

    a. Glandula parotid : berada di bawah telinga, berbentuk kelenjar yang bercabang

    majemuk, bermuara pada molar dua atas, dipersarafi nervus IX

    b. Glandula submaksilaris : merupakan kelenjar di bawah rahang yang bermuara di

    dekat pangka lidah, bercabang majemuk dan dipersarafi nervus VII

    c. Glandula sublingualis : kelenjar di bawah lidah yang terletak di dasar mulut dan

    bermuara di pangkal lidah, dipersarafi nervus VII

    d. Pada kelenjar saliva mayor juga terdapat kelenjar submandibularis yang terletak

    pada batas bawah mandibula bagian depan dan mempunyai duktus Whatoni yang

    panjangnya 5-6 cm dan bermuara pada karunkula sublingualis

    Kelenjar saliva minor : merupakan kelenjar yang terletak di mukosa/submukosa

    a. Kelenjar labial : terdapat pada bibir atas dan bawah

    b. Kelenjar bukal : pada mukosa pipi dengan asinus seromukus

    c. Kelenjar lingualis anterior : pada bagian bawah ujung lidah dengan asinus serous

    mukus

    d. Kelenar von ebner : pada pangkal lidah dengan asinus-asinus multi serous

    e. Kelenjar weber : pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus

  • 16

    Histologi:

    Kelenjar saliva mirip kelenjar eksokrin, dibangun oleh lobus yang terdiri dari

    kompartmen, yaitu asinus, duktus interkalata, dan duktus striata. Asinus

    submandibula dan dan sublingual di sekitar sel asina mukus masih memiliki sel

    sekresi serous yang disebut sel bulan sabit. Asinus dan duktus pada bagian basal

    dapat dikelilingi oleh sel myoepitel.

    Setiap kelenjar tersebut terdiri dari :

    a. parenkim, terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus yang bercabang

    b. stroma/jaringan epitel ikat intersisial, merupakan jaringan antara sinus dan

    duktus tersebut.

    Fisiologis

    Mekanisme sekresi saliva

    Dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis dari nukleus saliva superior dan inferior dari

    batang otak. Nukleus salivatorius terletak pada pertemuan antara medulla dan pons

    yang terstimulasi oleh rangsangan taktil, pengecapan dari lidah, rongga mulut, serta

    faring. Pada rangsangan pengecapan terutama asam dapat mensekresikan saliva dalam

    jumlah banyak antara 8-20 kali lipat sekresi basal. Karena rangsangan taktil tertentu

    seperti benda halus di rongga mulut juga dapat mensekresikan saliva yang nyata.

    Fungsi saliva

    a. untuk melicinkan dan membasahi rongga mulut pada proses mengunyah makanan

    b. untuk melembutkan dan membasahi makanan hingga menjadi bahan setengah cair

    c. membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptialin dan lipase

    d. jumlah sekresi saliva dapat dijadikan ukuran keseimbangan air dalam tubuh

    e. membersihkan rongga mulut dari sisa makanan dan kuman

    f. perlindungan permukaan mulut : melindungi mukosa mulut dan gigi geligi dengan

    sistem buffer

  • 17

    g. sebagai proses pengecapan : dalam saliva terdapat gustin sebagai pengecap

    makanan

    h. untuk diferensiasi pertumbuhan saraf dan epidermal

    2. Komposisi saliva

    a. Komponen Anorganik

    -chlorida

    -sodium

    -magnesium

    -fluorida 8

    -kalium

    -gas CO2, N, O2

    -potasium

    -bikarbonat : sebagai ion buffer

    -kalsium dan fosfat : untuk remineralisasi

    email dan penghambat pertumbuhan

    karang gigi dari plak

    -rhoidanida dan thiosianat/CNS :

    berperan sebagai agen anti bakterial

    b. Komponen Organik

    -enzim amilase

    -maltose

    -serum albumin

    -vitamin C

    -keratinin

    -lisozim : mengubah bakteri

    tertentu sehingga berfungsi

    sebagai sistem penolakan bakteri

    -musin : membuat saliva menjadi

    pekat sehingga tidak mengalir

    seperti air

    -laktoperosidase : mampu

    mengkatalisis oksidasi CNS

    menjadi OSCN (hypotio) yang

    mampu menghambat pertukaran

    zat bakteri oleh pertumbuhannya

    -protein yang kaya akan prolin

    yang dapat membentuk suatu kelas

    protein dengan berbagai fungsi

    penting seperti membentuk bagian

    utama email pada gigi

  • 18

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume saliva

    a. Derajat dehidrasi : merupakan faktor yang sangat berpotensi bagi tubuh untuk mengatur

    laju sekresi saliva

    b. stimulus fisik : seperti membayangkan makanan

    c. obat-obatan : dapat mereduksi sekresi saliva sebahai efek penggunaannya

    d. faktor mekanis : dengan mengunyah makanan yang keras

    e. faktor psikis : stress dapat menghambat sekresi saliva

    f. faktor kimiawi : berupa rasa manis, asam, asin, pahit, pedas

    g. faktor neuronal : pada saraf simpatis dan parasimpatis

    h. rangsangan rasa sakit seperti gingivitis yang dapat menstimulasi sekresi saliva

    i. penurunan produksi saliva karena :

    Terapi : terapi radiasi pada kelenjar saliva dapat menyebabkan sekresi saliva turun

    Penyakit : inflamasi kelenjar saliva yang akut, tumor jinak atau ganas, dapat

    menyebabkan xerostomia

    Usia : perubahan atropik pada kelenjar submandibula dapat menurunkan sekresi

    kelenjar saliva

    4. Hubungan hipersalivasi dengan rasa masam

    Fungsi saliva sendiri berkaitan dengana sistem buffer, jadi dapat menetralkan

    makanan yang asam dengan terjadinya hipersalivasi. Selain itu juga bisa karena faktor

    psikis pada ibu hamil muda.

    5. Hubungan kencing manis dengan xerostomia

    - Diabetes dapat menyebabkan gejala oral seperti terbakar karena perubahan patologis

    yang meibatkan saraf pada regio mulut. Neuropati sistem otonom dapat menyebabkan

    perubahan sekresi saliva karena saliva dikontrol oleh saraf simpatis dan parasimpatis.

    Penurunan laju saliva akan menyebabkan terjadinya xerostomia.

  • 19

    - Karena diabetes bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan pengaturan air dan

    elektrolit

    - Dapat terjadi xerostomia karena efek sambing obat-obatan yang diresepkan pada

    penderita diabetes, seperti anti depresan yang memiliki efek antikolinergik yang

    menimbulkan reseptor anti muskarinik sehingga terjadi xerostomia

    - Xerostomia merupakan ciri-ciri dari penyakit diabetes. Selain itu juga dapat

    menyebabkan gangguan lain pada rongga mulut seperti penyakit periodontal, gangguan

    sekresi saliva, penyempitan pembuluh darah dan infeksi pada gusi.

    Step 4 : MAPPING

    SEKRESI SALIVA

    HIPERSALIVASI

    (SETELAH HAMIL)

    STRUKTUR

    ANATOMI,

    FISIOLOGI, DAN

    HISTOLOGI

    FAKTOR-

    FAKTOR

    XEROSTOMIA

    (SEBELUM

    HAMIL

    DIPENGARUHI KONDISI

    PSIKIS, LOKAL, DAN

    KEADAAN PATOLOGIS

    KARENA

    PENGARUH

    OBAT-OBATAN

  • 20

    Step 5: Learning Object (LO)

    1. Mampu mengetahui dan memahami saliva dan susunan anatomi serta histologi

    kelenjar saliva

    2. Mampu mengetahui dan memahami mekanisme sekresi saliva

    3. Mampu mengetahui dan memahami tipe saliva serta komposisi dari saliva