Upload
meirisa-rahma-pratiwi
View
219
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
z
Citation preview
Ny. Lola 40 yo menderita malaria yang disebabkan adanya riwayat berkunjung ke daerah
endemis malaria
1. Etiologi (cacicu)
Penyakit malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, yang merupakan
suatu protozoa darah termasuk :
Filum : Apicomplexa
Klas : Sporozoa
Sub klas : Cocidiidae
Ordo : Eucoccidiidae
Sub ordo : Haemosporidiidae
Familia : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Species :
o Plasmodium vivax
o Plasmodium falciparum
o Plasmodium malariae
o Plasmodium ovale
Ada 4 jenis penyebab penyakit malaria yaitu sebagai berikut :
1). Plasmodium vivax
Spesies plasmodium ini menyebabkan penyakit “Malaria tertiana benigna” atau disebut
malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi
setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama ,
sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan sub
tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P. vivax.. Proses schizogony
exoerytrocytic dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan periode relaps, disebabkan oleh
terjadinya invasi baru terhadap erythrocyt. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat
normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi
imunitas dari individu.
Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt), dan tidak dapat
menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang masak. Segera setelah invasi kedalam
erytrocyt langsung membentuk cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti ameba membentuk
pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap erytrocyt lebih
dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat trophozoit berkembang erytrocyt
membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners
dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. Cincin
menempati 1/3-1/2 dari erytrocyt dan trophozoit menempati 2/3 dari sel darah merah tersebut
selama 24 jam. Granula hemozoin mulai terakumulasi sesuai dengan pembelahan nucleus dan
terulang lagi sampai 4 kali, terdapat 16 nuclei pada schizont yang masak. Bila terjadi imunitas
atau diobati chemotherapi hanya terjadi sedikit nyclei yang dapat diproduksi. Proses schizogony
dimulai dan granula pigmen terakumulasi dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter
1,5 um langsung menyerang erytrocyt lainnya. Schizogony dalam erytrocyt memakan waktu 48
jam.
Beberpa merozoit berkembang menjadi gametocyt, dan gametocyt yang masak mengisi
sebagian besar erytrocyt yang membesar (10um). Sedangkan mikrogametocyt terlihat lebih kecil
dan biasanya hanya terlihat sedikit dalam erytrocyt. Gametocyt memerlukan 4 hari untuk masak.
Perbandingan antara macro:microgametocyt adalah 2:1, dan salah satu sel darah kadang diisi
keduanya (macro+micro) dan schizont.
Dalam nyamuk terjadi proses pembentukan zygot, ookinete dan oocyt dengan ukuran 50
um dan memproduksi 10.000 sporozoit. Terlalu banyak oocyst dapat membunuh nyamuk itu
sendiri sebelum oocyt berkembang menjadi sporozoit.
2). Plasmodium falciparum
Penyakit malaria yang disebabkan oleh species ini disebut juga “Malaria tertiana
maligna”, adalah merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia.
Daerah penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan sub-tropic, dan kadang dapat meluas
kedaerah yang lebih luas, walaupun sudah mulai dapat diberantas yaitu di Amerika Serikat,
Balkan dan sekitar Mediterania. Malaria falciparum adalah pembunuh terbesar manusia di daerah
tropis di seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50% penderita malaria tidak tertolong.
Malaria tertiana maligna selalu dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan
populasi penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi “Alexander
yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya oleh seranagn malaria ini.
Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya kematian manusia lebih banyak disebabkan
oleh penyakit malaria ini daripada mati karena perang.
Seperti pada malaria lainnya, schizont exoerytrocytic dari P. falciparum timbul dalam sel
hati. Schizont robek pada hari ke 5 dan mengeluarkan 30.000 merozoit. Disini tidak terjadi fase
exoerytrocytic ke 2 dan tidak terjadi relaps. Tetapi penyakit akan timbul lagi sekitar 1 tahun,
biasanya sekitar 2-3 tahun kemudian setelah infeksi pertama. Hal tersebut disebabkan oleh
jumlah populasi parasit yang sedikit didalam sel darah merah.
Merozoit menyerang sel darah merah pada senua umur, disamping itu P. falciparum
terciri dengan tingkat parasitemia yang tinggi dibanding malaria lainnya. Sel darah yang
mengandung parasit ditemukan dalam jaringan yang paling dalam seperti limpa dan sumsum
tulang pada waktu schizogony. Pada waktu gametocyt berkembang, sel darah tersebut bergerak
menuju sirkulsi darah perifer, biasanya terlihat sebagi bentuk cincin.
Trophozoit bentuk cincin adalah yang paling kecil diantara parasit malaria lainnya yang
menyerang manusia, sekitar 1,2um. Begitu trophozoit tumbuh dan mulai bergerak dengan
pseudopodi, pergerakannya tidak se aktif infeksi P. vivax. Erytrocyt yang terinfeksi berkembang
menjadi ireguler dan lebih besar daripada P. vivax, sehingga menyebabkan degenerasi sel
hospes.
Gambar :
Parasit Plasmodium pada beberapa Fase
Schizont yang masak berkembang menjadi 8-32 merozoit, pada umumnya 16 merozoit.
Schizont sering ditemukan pada darah perifer, fase erytrocyt ini memakan waktu sekitar 48 jam.
Pada kondisi yang berat, saat terjadi parasitemia ditemukan lebih dari 65% erytrocyt
mengandung parasit, tetapi biasanya pada kepadatan 25% saja sudah menyebabkan fatal.
3). Plasmodium malariae
Infeksi parasit P. malariae disebut juga “Malaria quartana” dengan terjadinya krisis
penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut di kenali sejak jaman Yunani, karena waktu demam berbeda
dengan parasit malaria tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan antara demam karena
penyakit malaria tertiana dengan quartana dan memberikan deskripsi yang akurat dimana parasit
tersebut diketahui sebagai P. malariae.
Plasmodium malariae adalah parasit cosmopolitan, tetapi distribusinya tidak continyu di
setiap lokasi. Parasit sering di temukan di daerah tropik Afrika, Birma, India, SriLanka,
Malaysia, Jawa, New Guienia dan Eropa. Juga tersebar di daerah baru seperti Jamaica,
Guadalope, Brazil, Panama dan Amerika Serikat. Diduga parasit menyerang orang di jaman
dulu, dengan berkembangnya perabapan dan migrasi penduduk, kasus infeksi juga menurun.
Schizogony exoerytrocytic terjadi dalam waktu 13-16 hari, dan relaps terjadi sampai 53
tahun. Bentuk erytrocytic berkembang lambat di dalam darah dan gejala klinis terjadi
sebelumnya, dan mungkin ditemukan parasit dalam ulas darah. Bentuk cincin kurang motil
daripada P. vivax, sedangkan cytoplasma lebih tebal. Bentuk cincin yang pipih dapat bertahan
sampai 48 jam, yang akhirnya berubah bentuk memanjang menjadi bentuk “band” yang
mengunpulkan pigmen dipinggirnya. Nukleus membelah menjadi 6-12 merozoit dalam waktu 72
jam. Tingkat parasitemianya relatif rendah sekitar 1 parasit tiap 20.000 sel darah. Rendahnya
jumlah parasit tersebut berdasarkan fakta bahwa merozoit hanya menyerang erytrocyt yang tua
yang segera hilang dari peredaran darah karena didestruksi secara alamiah. Gametocyt mungkin
berkembang dalam organ internal, bentuk masaknya jarang ditemukan dalam darah perifer.
Mereka berkembang sangat lambat untuk menjadi sporozoit infektif.
4). Plasmodium ovale
Penyakit yang disebabkan infeksi parasit ini disebut “malaria tertiana ringan” dan
merupakan parasi malaria yang paling jarang pada manusia. Biasanya penyakit malaria ini
tersebar di daerah tropik, tetapi telah dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit
banyak dilaporkan di daerah pantai Barat Afrika yang merupakan lokasi asal kejadian, penyakit
berkembang ke daerah Afrika Tengah dan sedikit kasus di Afrika Timur. Juga telah dilaporkan
kasus di Philipina, NewGuenia dan Vietnam. Plasmodium ovale sulit di diagnosis karena
mempunyai kesamaan dengan P. vivax.
Schizont yang masak berbentuk oval dan mengisi separo dari sel darah hospes. Biasanya
akan terbentuk 8 merozoit, dengan kisaran antara 4-16. Bentuk titik (dot) terlihat pada awal
infeksi kedlam sel darah merah. Bentuknya lebih besar daripada P. vivax dan bila diwarnai
terlihat warna merah terang.
Gametocyr dari P. ovale memerlukan lebih lama dalam darah perifer daripada malaria
lainnya. Tetapi mereka cepat dapat menginfeksi nyamuk secara teratur dalam waktu 3 minggu
setelah infeksi.
2. SKDI ( cacicu)
Malaria : 4A
Malaria Cerebral : 3B
Malaria ( risma, cacicu, erna, adinda, davi, aziz)
1. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang
paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan
malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan
spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan
Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
2. Jenis-jenis malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan
jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang
paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya
spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup.
Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah
yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat
pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain
nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di
temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen
hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah
bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau
ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan
dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-
16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4
hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi
pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit
muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip
dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit
vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan
pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi
seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis
ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap
72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang sistem tubuh,
malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas
yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering
terjadinya komplikasi.
3. Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia,
hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan
malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi
vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau
dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon
yang besar (Slamet, 2002).
Gambar Nyamuk anopheles
(sumber http://yusan-go-green.blogspot.com)
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit
manusia (menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut
48 derajat.
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa
5. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
Gambar Daur hidup malaria
(Sumber http://lesmanaega.wordpress.com diakses 16 Juli 2012 )
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam
tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di
dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan
dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap
oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi
dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu,
sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja,
2002).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang
eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan
masa tunas/ inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang
terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan
“ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di
sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari
kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit.
Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi
di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120
hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2
dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam
ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses
penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel
eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari
usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan
lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer
sekunder“.
Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit
yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel
darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis
besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap
sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
6. Manifestasi klinis
Anda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum
menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari
ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodic.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi
sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri
retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),
kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama
dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur.
Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
(Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa
kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan
gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut.
Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa
iliaca dekstra.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis
dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang
berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah
yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang
di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571)
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.
Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana
pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam
malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif
tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu
agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas
mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur
sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger
prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5
mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada
plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi
eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan
dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang
dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
d. Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi
spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.
e. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan
DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk
mendapatkan ekstrak DNA.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan
tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain
sebagai berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di
tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg
selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg
/hari selama 14 hari)
b. Malaria Oval
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama
6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg
dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3
tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama
3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik
seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100
mg/ hari selama 7 hari.
9. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi
(80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya
dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa
ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-
kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak
(<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian
mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia,
penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler,
sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
d. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun