Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.)
TERHADAP BAKTERI PATOGEN RESISTEN ANTIBIOTIK
CAHYANI PURNASARI N111 09 102
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
ii
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.)
TERHADAP BAKTERI PATOGEN RESISTEN ANTIBIOTIK
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
CAHYANI PURNASARI N111 09 102
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
iii
PERSETUJUAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN
RESISTEN ANTIBIOTIK
CAHYANI PURNASARI
N111 09 102
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Pertama
Dr. Herlina Rante, M.Si, Apt Drs,H Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt NIP19771125 200212 2 003 NIP. . 19480727 197903 1 001
Pada tanggal, Desember 2013
iv
PENGESAHAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN
RESISTEN ANTIBIOTIK
Oleh :
CAHYANI PURNASARI N111 09 102
Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada tanggal : Oktober 2013
Panitia Penguji Skripsi :
1. Drs. H. Syaharuddin Kasim, M.Si., Apt. ( Ketua ) : ..........................
2. Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt. ( Sekretaris ) : ..........................
3. Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt. ( Ex officio ) : ..........................
4. Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. ( Ex officio ) : ..........................
5. Dra. Hj. Naimah Ramli, Apt. ( Anggota) : ..........................
Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt.
NIP. 19560114 198601 2 001
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini
tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, Desember 2013
Penyusun
Cahyani Purnasari
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas nikmat, berkat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi, namun dengan doa
dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, dengan ini penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada ayahanda Anwar Gemar dan ibunda Andi
Punsu yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil, di dalam doa yang senantiasa dipanjatkan sebagai pemacu
penulis dalam menghadapi tantangan maupun rintangan selama
ananda menjalani dunia perkuliahan. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada adik-adik tercinta: Aeni, Indriani, Afriani dan
Deltanto dan untuk seluruh sanak famili yang selalu memberikan
curahan kasih sayang yang sebesar-besarnya dan tak henti-henti
memberikan semangat dan dukungan.
Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt.
selaku pembimbing utama, Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt.
selaku pembimbing pertama dan Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt.
vii
selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu selama ini
untuk memberi petunjuk, membagi ilmu dan menyumbangkan ide-ide
dalam membimbing penulis selama melakukan penelitian hingga
terselesainya skripsi ini.
Pada kesempataan kali ini pula, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin.
2. Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si, Apt. selaku Wakil Dekan I, Prof. Dr.
Rer-nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. selaku Wakil Dekan II, dan
Drs.Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan III.
3. Alm. Bapak Drs. Kus Haryono, MS., Apt. dan Ibu Dr. Risfah
Yulianti, M.Si., Apt. yang telah membimbing penulis sebagai
penasehat akademik selama menuntut ilmu di Fakultas Farmasi
Unhas.
4. Drs. H. Syaharuddin Kasim, M.Si., Apt., Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt.,
dan Dra. Hj. Naimah Ramli, Apt. selaku penguji penulis
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
atas bantuannya dalam penyelesaiaan skripsi ini
6. Teman-teman Ginkgo 09, khususnya, Sitti Inayyah Arista, Sri
Hartini Syam, Sallmia, Subaedah Bahri, Merliana Mansyur, Hijrah
Al Kautsar, Asmira Azisa Nur, Iin Pakata, dan Suhariani La Suda.
viii
7. Teman seperjuangan dalam penelitian Sulfiyana H.Ambo Lau, Sri
Hardiyanti, dan Sitti Nurhalisah.
8. Kak Haslia S.Si, selaku Laboran Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi Universitas Hasanuddin
9. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya atas
bantuan dan kerjasamanya kepada penulis selama penelitian dan
menjalani penelitian.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan
guna tambahan wawasan agar dalam pengerjaan penelitian
selanjutnya dapat lebih baik.
Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang Farmasi, amin.
Makassar, Desember 2013
Cahyani Purnasari
ix
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antimikroba dari ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dengan metode difusi agar yang dilanjutkan dengan KLT-bioautografi. Daun kelor dimaserasi menggunakan etanol 70% lalu dibuat menjadi beberapa konsentrasi, yaitu 50 mg/mL, 100 mg/mL, 150 mg/mL dan 200 mg/mL. Uji aktivitas antimikroba keempat ekstrak menggunakan metode difusi agar pada medium Mueller Hinton Agar dengan bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap kedua bakteri uji. Ekstrak daun kelor mulai aktif menghambat pertumbuhan S. aureus pada konsentrasi 100 mg/mL, dengan diameter zona hambat 6,80 mm. Sedangkan untuk E. coli, ekstrak etanol daun kelor aktif pada konsentrasi 50 mg/mL, dengan diameter zona hambat 9,20 mm. Hasil uji KLT-Bioautografi dari ektrak etanol daun kelor terhadap E. coli dan S. aureus memperlihatkan adanya noda yang aktif. Hasil identifikasi dengan KLT menunjukkan ekstrak etanol daun kelor diduga mengandung senyawa aktif golongan alkaloid, steroid, terpen, fenolik, dan flavanoid, dan noda yang aktif terhadap bakteri uji diduga mengandung senyawa golongan terpenoid.
x
ABSTRACT
A research on the antimicrobial activity assay of leaf extracts of Moringa (Moringa oleifera Lam.) by disk diffusion method then continued by TLC-bioautography has been done. Moringa leaves macerated using 70% ethanol and then made into a concentration, ie 50 mg / mL, 100 mg / mL, 150 mg / mL and 200 mg / mL. The antimicrobial activity test of four extracts concentrations using agar diffusion method on Mueller Hinton Agar medium with bacteria Escherichia coli and Staphylococcus aureus which was resistant to antibiotics. The antimicrobial activity test of Moringa extracts results showed antimicrobial activity against both test bacteria. Moringa leaf extract began to actively inhibit the growth of S. aureus at a concentration of 100 mg / mL, with the inhibition zone diameter of 6.80 mm. Whereas for E. coli, Moringa leaf ethanol extract activated at a concentration of 50 mg / mL, the inhibition zone diameter of 9.20 mm. TLC-Bioautografi test results of Moringa leaf ethanol extract against E. coli and S. aureus showed an active streaks. Results of identification by TLC showed the ethanol extract of Moringa leaves contain compounds suspected active group alkaloids, steroids, terpenes, phenolics, and flavonoids, and stains that are active against bacteria test groups thought to contain terpenoid compounds.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN PENUNJUK ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
II.1 Tinjauan umum tentang tanaman Kelor .......................... 4
II.1.1 Klasifikasi Tanaman ..................................................... 4
II.1.2 Karakteristik Tanaman ................................................. 4
II.1.3 Kandungan Kimia ......................................................... 5
II.2 Metode Penyarian ........................................................... 6
II.3 Metode KLT-Bioautografi ................................................ 8
xii
II.3.1 Kromatografi Lapis Tipis ............................................... 8
II.3.2 Bioautografi .................................................................. 9
II.4 Antimikroba dan Resistensi Antibiotika ........................... 10
II.4.1 Antimikroba .................................................................. 10
II.4.2 Resistensi Antibiotika ................................................... 12
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................. 15
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan .................................... 15
III.2 Pengelolaan Sampel ...................................................... 15
III.2.1 Pengambilan Sampel .................................................. 15
III.2.2 Ekstraksi Sampel......................................................... 16
III.3 Uji Daya Anti Bakteri ...................................................... 16
III.3.1 Sterilisasi Alat .............................................................. 16
III.3.2 Penyiapan Mikroba Uji ................................................ 16
III.3.3 Penyiapan Uji Aktivitas Antibakteri .............................. 17
III.3.4 Uji Aktivitas Antimikroba .............................................. 17
III.3.5 Uji KLT-Bioautografi .................................................... 18
III.3.6 Identifikasi Komponen Kimia ....................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 21
IV.1 Hasil Penelitian .............................................................. 21
IV.1.1 Ekstraksi ..................................................................... 21
IV.1.2 Uji Aktivitas Antimikroba .............................................. 22
IV.1.3 Uji KLT-Bioautografi .................................................... 23
IV.1.4 Identifikasi Komponen Kimia ....................................... 24
xiii
IV.2 Pembahasan .................................................................. 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 29
V.1 Kesimpulan ..................................................................... 29
V.2 Saran .............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 30
Lampiran ............................................................................................. 32
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)........................ ....................................................... 22
2. Hasil uji identifikasi komponen kimia ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)........................ ........................................ 24
xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Kromatogram lapis tipis ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)........................ ...................................................... 21
2. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) terhadap bakteri pathogen resisten antibiotik ......... 22
3. Hasil KLT-Bioautografi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap bakteri pathogen resisten antibiotik ......... 23
4. Histogram pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol daun
kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap bakteri pathogen resisten antibiotik ........................................................................................ 26
5. Foto tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) ................................ 34 6. Foto sampel daun kelor (Moringa oleifera Lam.) .......................... 34 7. Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) ....................... 35 8. Kromatogram lapis tipis Ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) ................................................................................. 35 9. Hasil uji reaksi Salkowski dari Ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) ................................................................................. 36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1. Skema kerja .................................................................................. 32
2. Gambar hasil penelitian ................................................................. 34
3. Komposisi reagen .......................................................................... 37
4. Bukti Hasil Pemeriksaan Bakteriologi ............................................ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik dan obat-obat kemoterapi telah berhasil dalam
mengendalikan banyak infeksi, tetapi penggunaan antibiotik yang tidak
rasional dan tidak sesuai akan menghasilkan mikroorganisme yang
resisten dan meningkatkan prevalensi mikroba patogen resisten-antibiotik
Hal ini mengakibatkan masalah resistensi antibakteri menjadi masalah
global (1, 2, 3).
Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba dianggap sebagai
akibat dari tiga mekanisme umum; 1) obat tidak mencapai targetnya, 2)
obat menjadi tidak aktif, atau 3) target telah berubah. Salah satu
mekanisme dari resistensi, inaktivasi obat yang dilakukan bakteri resisten,
seperti resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik β-laktam
(4,5).
Strategi untuk memperbaiki situasi saat ini meliputi penelitian dalam
menemukan antibakteri baru dan inovatif. Tes farmakologis atau biologis
telah dilakukan kepada sekitar 20% dari tanaman yang ditemukan di
dunia, dan sejumlah besar antibiotik baru yang diperkenalkan di pasaran
diperoleh dari bahan alam atau semi-sintetik. Di negara-negara
berkembang, karena biaya yang efisien, sebagian besar penduduk
memanfaatkan tanaman obat untuk pengobatan penyakit menular (1).
2
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) suku Moringaceae telah
menjadi objek banyak penelitian karena berbagai kegunaannya dan
terkenal dengan potensi bakterisida. Menurut Bezerra et al., pohon kelor
merupakan tanaman asli dari daerah Timur Laut India. Tanaman ini kaya
akan nutrisi dan, terlepas dari berbagai aplikasi industri dan obat,
digunakan untuk memurnikan air untuk konsumsi manusia. Menurut
Makkar dan Becker, kelor penting dalam perekonomian dengan
memproduksi beberapa komoditas, seperti minyak, makanan, bumbu, dan
obat. Pohon kelor tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daun kelor
dapat menjadi sumber vitamin dan mineral yang baik seperti provitamin A,
vitamin B, dan vitamin C, serta unsur makro dan mikro yang memadai,
serta asam amino (6,7).
Berbagai bagian dari tanaman ini seperti daun, akar, biji, kulit
batang, buah, bunga dan biji yang muda memiliki khasiat sebagai stimulan
jantung dan sirkulasi, antitumor, antipiretik, antiepileptik, antiinflamasi,
antiulcer, antispasmodik, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol,
antioksidan, antidiabetik, hepatoprotektif, antibakteri dan antifungi. Pada
akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an ditemukan sebuah senyawa
yang disebut pterigospermin, suatu senyawa yang dilaporkan siap
dipisahkan menjadi dua molekul benzil isotiosianat yang memiliki sifat
antimikroba. Selain pterigospermin, ditemukan pula senyawa 4 (α– L –
rhamnopiranosiloksi) benzil- isotiosiat dan 4 (α– L – rhamnosiloksi) benzil-
isotiosiat. Peptida tersebut dikatakan dapat bertindak langsung pada
3
mikroorganisme dan mengakibatkan penghambatan pertumbuhan dengan
mengganggu sintesis membran sel atau sintesis enzim esential
(8,9,10,11).
Penelitian yang dilakukan oleh Oluduro (2011) menunjukkan bahwa
ekstrak daun kelor mampu menghambat beberapa jenis bakteri, seperti
Streptococcus sp, Pseudomonas fluoroscens, Proteus mirabilis, dan jamur
Aspergillus flavus. Namun belum dilakukan uji aktivitas antibakteri dari
ekstrak daun kelor terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotik, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap efek antibakteri ekstrak
daun kelor terhadap bakteri yang telah mengalami resistensi.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui kemampuan ekstrak etanol daun kelor dalam menghambat
atau membunuh bakteri yang telah resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik.
Maksud penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antibakteri
dari ekstrak etanol daun kelor terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli yang resisten antibiotik.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan ekstrak etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri
resisten antibiotik dan golongan senyawa yang memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan umum tentang tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.)
II.1.1 Klasifikasi tanaman (12)
Kerajaan : Plantae
Anak-Kerajaan : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Eudicots
Anak kelas : Rosidsae
Bangsa : Brassicales
Suku : Moringaceae
Marga : Moringa
Jenis : M. oleifera Lam.
II.1.2 Karakteristik tanaman
Pohon kelor dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis lembab
atau lahan kering panas dengan ketinggian rata-rata yang berkisar dari 5
sampai 10 m. Tanaman ini dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim yang
keras termasuk tanah miskin tanpa banyak dipengaruhi oleh kekeringan.
Pohon kelor dapat menoleransi curah hujan diperkirakan dari 250 mm dan
maksimum pada lebih dari 3000 mm dan pH 5,0-9,0 (13).
5
Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama, antara lain
horseradish tree, drumstick tree, benzolive tree, marango, mlonge,
moonga, mulangay, nébéday, saijhan, sajna atau Ben oil tree (10).
Kelor memiliki batang lembut, putih seperti gabus dan cabang-
cabangnya bergetah. Setiap daun majemuk memiliki beberapa kaki daun.
Bunganya berwarna putih dan bijinya memliki tiga sayap dan disebarkan
oleh angin. Bunga, daun yang lembut, dan buahnya dimakan sebagai
sayur (13).
II.1.3 Kandungan Kimia
Sebuah pengujian terhadap kandungan fitokimia dari spesies
Moringa memberikan kesempatan untuk menguji beberapa komponen
yang unik. Pada umumnya, keluarga tanaman ini kaya akan kelompok
senyawa unik yang disebut glukosinolat dan isotiosianat. Sebagai contoh,
komponen spesifik dari preparat Moringa yang telah dilaporkan memiliki
efek hipotensif, antikanker, dan antibakteri termasuk 4-(4’-O-asetil-α-L-
ramnopiranosiloksi) benzil isotiosianat, 4-(α-L- ramnopiranosiloksi) benzil
isotiosianat, niazimisin, pterigospermin, benzil isotiosianat, dan 4-(α-L-
ramnopiranosiloksi) benzil glukosinolat(10).
Akar M. oleifera mengandung konsentrasi tinggi dari 4-(α-L-
ramnopiranosiloksi) benzil glukosinolat dan benzil glukosinolat. Batangnya
mengandung 4-hidroksimelein, vanillin, β-sitosteron, asam oktakosanat
dan β-sitosterol dan kulit batangnya mengandung 4-(α-L-
ramnopiranosiloksi)-benzilglukosinolat. Eksudat getah dari tanaman kelor
6
yang dimurnikan mengandung L-arabinose, D-galaktosa, asam D-
glukuronat, L-rhamnosa, D-mannosa, dan D-xilosa (14).
Analisis bioassay dari ekstrak etanol daunnya menunjukkan
keberadaan dua glikosida nitril, niazirin dan niazirinin dan tiga glikosida
minyak mustard, 4-(4’-O-asetil-α-L-ramnosiloksi) benzil isotiosianat,
niaziminin A dan B. α-L-ramnosida dari senyawa 4-hidroksi-benzil dengan
nitril, karbamat, dan kelompok tiokarbamat muncul dalam ekstrak daun.
M.oleifera dianalisis untuk kandungan glukosinolat dan fenoliknya
(flavonoid, antosianin, proantosianidin dan sinamat). Daunnya
mengandung 4-(α-L-ramnopiranosiloksi)-benzil glukosinolat dan tiga
isomer monoasetil dari glukosinolat ini. Daun kelor juga mengandung
quercetin-3-O-glukosida dan quercetin-3-O-(6’’-malonil-glukosida), dan
sejumlah kecil kaempferol-3-O-glukosida dan kaempferol-3-O-(6’’-malonil-
glukosida), juga asam 3-caffeoylkuinat dan 5- caffeoylkuinat (14).
Selain senyawa-senyawa tersebut, keluarga Moringa juga kaya
akan vitamin dan mineral seperti senyawa fitokimia yang lebih dikenal
seperti karotenoid, termasuk β-karoten (10).
II.2 Metode Penyarian
Ekstraksi, istilah yang digunakan secara farmasetik, melibatkan
pemisahan dari bagian yang aktif secara medisinal dari jaringan tumbuhan
atau hewan dari bagian yang tidak aktif atau inert dengan menggunakan
pelarut yang selektif dari prosedur ekstraksi standar. Produk yang
didapatkan dari tanaman relatif merupakan cairan tidak murni, semisolid
7
atau serbuk yang dimaksudkan untuk penggunaan oral atau eksternal.
Kelas-kelas dari preparasi ini dikenal dengan nama dekok, infus, ekstrak
cairan, tinktur, ekstrak pilular (semisolid), dan ekstrak yang diserbuk.
Preparat tersebut dikenal dengan galenikal, dinamakan sesuai Galen,
ilmuwan Yunani dari abad kedua (15).
Metode ekstraksi yang sering dilakukan untuk menemukan senyawa dari
bahan alam antara lain: ekstraksi sokhlet, desorpsi termal, maserasi, infus,
ekstraksi dimediasi surfaktan, ekstraksi pelarut dipercepat, ekstraksi
cairan bertekanan, destilasi uap, perkolasi, dekok, dan enfleurage (16).
Prinsip dari ekstraksi solid-liquid adalah saat material padat
bertemu dengan pelarut, komponen yang dapat dilarutkan dalam material
padat berpindah ke pelarut. Ekstraksi pelarut dari material tumbuhan
menghasilkan perpindahan massa dari bahan aktif yang larut ke pelarut,
dan hal ini berlangsung dalam sebuah gradient konsentrasi. Kecepatan
dari perpindahan massa menurun sesuai dengan peningkatan konsentrasi
bahan aktif dalam pelarut, hingga kesetimbangan dicapai yaitu saat
konsentrasi dalam material padat dan pelarut sama. Hingga akhirnya tak
ada lagi perpindahan massa bahan aktif dari material tumbuhan ke dalam
pelarut. Karena perpindahan massa bahan aktif juga tergantung dari
kelarutannya dalam pelarut, pemanasan pelarut dapat meningkatkan
perpindahan massa. Selain itu, jika pelarut dalam kesetimbangan dengan
material tumbuhan digantikan dengan pelarut yang segar, gradient
konsentrasi dapat berubah (15).
8
Dalam metode ekstraksi maserasi, seluruh bagian bahan mentah
obat atau yang diserbukkan secara kasar ditempatkan dalam wadah
bertutup dengan pelarut dan dibiarkan dalam suhu ruangan selama paling
sedikit 3 hari dengan pengadukan berkala hingga zat yang larut dapat
terlarut sempurna. Campuran ini lalu ditekan, bagian material padat yang
basah ditekan, dan kombinasi cairan disaring atau dituang setelah
didiamkan (15).
II.3 Metode KLT-Bioautografi
II.3.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis,
fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar
yang didukung lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase
gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan
secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembangan secara menurun (descending) (17).
Beberapa keuntungan KLT, antara lain(17):
a. KLT lebih mudah dan murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.
b. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis.
c. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
9
d. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun
(descending), atau dengan cara elusi dua dimensi.
e. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku.
Parameter KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua
senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur
pada kondisi KLT yang sama (17).
II.3.2 Bioautografi
Bioautografi adalah suatu metode pendeteksian untuk menemukan
suatu senyawa antimikroba yang belum teridentifikasi dengan cara
melokalisir aktivitas antimikroba tersebut pada suatu kromatogram. Ciri
khas dari prosedur bioautografi adalah didasarkan atas teknik difusi agar,
dimana senyawa antimikrobanya dipindahkan dari lapisan KLT ke medium
agar yang telah diinokulasikan dengan merata bakteri uji yang peka. Dari
hasil inkubasi pada suhu dan waktu tertentu akan terlihat zona hambatan
di sekeliling dari spot KLT yang telah ditempelkan di media agar (18).
Bioautografi dapat dipertimbangkan karena paling efisien untuk
mendeteksi komponen antimikroba, sebab dapat melokalisir aktivitas
meskipun dalam senyawa aktif tersebut terdapat dalam bentuk senyawa
kompleks dan dapat pula diisolasi langsung dari komponen yang aktif
(18).
10
Biautografi dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu (18):
1. Bioautografi langsung, yaitu dimana mikroorganismenya tumbuh
secara langsung di atas lempeng KLT.
2. Bioautografi kontak, dimana senyawa antimikroba dipindahkan dari
lempeng KLT ke medium agar yang telah diinokulasikan bakteri uji
yang peka secara merata dan melakukan kontak langsung.
3. Biautografi pencelupan, dimana medium agar yang telah
diinokulasikan dengan suspensi bakteri dituang di atas lempeng KLT.
II.4 Antimikroba dan Resistensi Antibiotika
II.4.1 Antimikroba
Antimikroba merupakan obat yang paling sering digunakan. Obat-
obat golongan ini digunakan untuk membasmi mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi pada manusia, hewan ataupun tumbuhan harus
bersifat toksisitas selektif, artinya bersifat toksis terhadap mikroorganisme
tetapi relatif tidak toksis terhadap inang (19).
Dalam hukum yang ketat, antibiotik adalah substansi antibakterial
yang diproduksi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang menekan
pertumbuhan dari mikroorganisme lain. Penggunaan umum dari kata
antibiotik diperluas termasuk untuk antimikroba sintetis seperti
sulfonamida dan kuinolon (5).
11
Agen-agen antimikroba dikelompokkan berdasarkan struktur kimia
dan mekanisme aksinya:
1. Menghambat sintesis dinding sel, termasuk golongan β-laktam seperti
penisilin, sefalosporin, dan karbapenem, dan agen-agen lain yang
berbeda seperti sikloserin, vankomisin, dan basitracin (5).
2. Agen yang bereaksi langsung pada membran sel mikroorganisme,
meningkat permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran dari
komponen intraselular, termasuk deterjen seperti polimiksin; agen
antifungi polyene, seperti nistatin dan amphotericin B,yang mengikat
sterol dinding sel; dan lipopeptida daptomisin (5).
3. Agen-agen yang mengganggu fungsi dari subunit ribosom 30S dan
50S sehingga menghambat sintesis protein secara reversible,
umumnya merupakan jenis bakteriostatik. Yang termasuk dalam
golongan ini antara lain kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin,
klindamisin, streptogamin, dan linezolid (5).
4. Agen yang mengikat subunit ribosom 30S dan mengubah sintesis
protein, umumnya merupakan bakterisidal, seperti golongan
aminoglikosida (5).
5. Agen yang mempengaruhi metabolism asam nukleat, seperti golongan
riramycin, yang menghambat RNA polimerase, dan kuinolon, yang
menghambat topoisomerase (9).
6. Golongan antimetabolit, termasuk trimetoprim dan sulfonamida, yang
menghalangi enzim esensial dari metabolisme folat (5).
12
II.4.2 Resistensi Antibiotika
Mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap tekanan lingkungan
dengan berbagai cara, dan respons terhadap antibiotik bukanlah
pengecualian. Konsekuensi yang tak dapat dihindari dari penggunaan
antibiotik adalah mikrooorganisme yang resisten, merupakan contoh yang
paling jelas. Penggunaan berlebih dan tidak sesuai dari antibiotik telah
menghasilkan peningkatan prevalensi patogen resisten-antibiotik,
sehingga beberapa telah berspekulasi bahwa kita telah mendekati akhir
dari era antibiotik (3).
Untuk sebuah antibiotik agar dapat bekerja secara efektif, senyawa
tersebut harus dapat mencapai targetnya dalam bentuk aktif, mengikat
target, dan menganggu fungsinya. Jadi, resistensi bakteri terhadap agen
antimikroba dianggap sebagai akibat dari tiga mekanisme umum: obat
tidak mencapai targetnya, obat menjadi tidak aktif, atau target telah
berubah (5).
Membran terluar dari bakteri gram negatif merupakan penghalang
permeable yang menghalangi molekul polar yang besar untuk memasuki
sel. Molekul polar yang kecil, termasuk banyak antibiotik, memasuki sel
melalui saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan, dalam mutasi, atau
kehilangan saluran porin dapat memperlambat kecepatan obat memasuki
sel atau mencegah masuk seluruhnya, secara efektif mengurangi
konsentrasi obat pada target. Jika target adalah intraselular dan obat
membutuhkan transport aktif melewati membran sel, sebuah mutasi atau
13
perubahan fenotip yang mencegah mekanisme transport ini dapat
menimbulkan resistensi. Sebagai contoh, gentamisin, yang targetnya
merupakan ribosom, dengan transport aktif melewati membran sel
menggunakan energi yang diberikan dari gradient elektrokimia membran.
Gradient ini digenerasi oleh enzim respirasi yang memasangkan transpor
elektron dan fosforilasi oksidatif. Sebuah mutasi dalam enzim pada jalur ini
atau kondisis anaerobik (oksigen adalah akseptor elektron terminal dari
jalur ini, dan ketiadaannya mengurangi energi potensial membran)
memperlambat pemasukan gentamisin ke dalam sel sehingga
menyebabkan resistensi. Bakteri juga dapat memiliki pompa yang dapat
mentransfer obat keluar dari sel. Resistensi dari berbagai obat, termasuk
tetrasiklin, kloramfenikol, florokuinolon, makrolida, dan β-laktam dimediasi
oleh mekanisme pompa aliran ke luar ini (5).
Inaktivasi obat merupakan mekanisme kedua yang umum dalam
resistensi obat. Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik
β-laktam biasanya diakibatkan produksi sebuah enzim pengubah
aminoglikosida atau β-laktamase. Variasi dari mekanisme ini adalah
kegagalan dari sel bakteri untuk mengaktivasi prodrug. Hal ini merupakan
dasar dari jenis resistensi yang palim umum terhadap isoniazid dalam M.
tuberculosis (5).
Mekanisme resistensi yang paling umum ketiga adalah perubahan
target. Hal ini dapat diakibatkan karena target alami, seperti pada
resistensi florokuinolon; modifikasi target, seperti pada jenis perlindungan
14
ribosom dari resistensi makrolida dan tetrasiklin; atau perolehan bentuk
resisten dari bawaan, target yang mudah terpengaruh, seperti pada
resistensi staphylococcal methicillin yang disebabkan produksi protein
pengikat penisilin berafinitas rendah (5).
15
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah cawan porselein, cawan petri,
erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, jangka sorong, lumpang, pipet
volume, rotary evaporator, wadah kaca (toples kaca), tabung reaksi,
timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, etanol 70%, daun
segar Moringa oleifera Lam., kertas saring Whatman no.1, media NA
(Nutrien agar), media NB (Nutrien broth), media MHA (Mueller Hinton
Agar), dan biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
resisten antibiotik.
III.2 Pengelolaan Sampel
III.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun kelor segar (Moringa oleifera Lam.) diambil dari
Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
III.2.2 Penyiapan Sampel
Sampel daun kelor yang masih segar dipisahkan dari tangkainya
dan dicuci bersih dengan air mengalir. Daun kelor tersebut kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruangan (32˚-35˚C).
selama 5 hari. Daun kelor kering tersebut lalu diserbukkan dan ditimbang
bobotnya (7, 21).
16
III.2.3 Ekstraksi Sampel
Ekstraksi sampel dilakukan dengan metode maserasi. Serbuk daun
kelor kering sebanyak 500 g dibagi menjadi dua bagian, masing-masing
250 g, dimasukkan ke dalam wadah toples kaca dengan 1500 mL etanol
70% untuk setiap toples. Serbuk dalam wadah tersebut lalu diaduk
hingga merata lalu dibiarkan selama 72 jam dengan pengadukan berkala
setiap 24 jam sekali dengan menggunakan batang pengaduk steril.
Setelah 72 jam ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring, lalu
dilakukan satu kali remaserasi pada ampas sisa ekstraksi dengan 2,5 L
etanol 70%. Hasil filtrasi lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator dan setelahnya sisa pelarut diuapkan hingga kering (7, 21).
III.3 Uji Daya Anti Bakteri terhadap Bakteri Patogen Resisten
III.3.1 Sterilisasi Alat
Alat-alat gelas direndam dalam larutan Na3PO4 1% dan dididihkan
selama beberapa menit, setelah dingin alat-alat gelas dibilas dengan air.
Setelah itu direndam dalam larutan HCl 1% dan dicuci dengan air sampai
bersih, dibilas dengan air suling. Alat-alat gelas disterilkan dengan
menggunakan oven pada suhu 180°C selama 2 jam. Sedangkan alat
gelas berskala dan alat plastik disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121°C
tekanan 2 atm selama 15 menit. Alat-alat logam disterilkan dengan
pemanasan langsung pada lampu spiritus hingga memijar.
17
II.3.2 Penyiapan Mikroba Uji
Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri yang
telah resisten terhadap antibiotik. Bakteri yang digunakan adalah
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang resisten antibiotik. Stok
bakteri yang digunakan berasal dari stok kultur koleksi Laboratorium
Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
diremajakan dalam medium NA miring, diinkubasi pada suhu 37 C
selama 1x24 jam. Kemudian didispersikan dengan air steril yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai mikroba uji.
III.3.3 Penyiapan Uji Aktivitas Antibakteri
Kertas cakram untuk uji aktivitas antibakteri dengan diameter 6 mm
dibuat dari kertas saring Whatman No.1. Cakram kertas yang telah dibuat
dimasukkan kedalam botol bening dan disterilkan dalam oven pada suhu
121˚C selama 15 menit. Dibuat beberapa larutan ekstrak etanol daun
kelor dengan konsentrasi konsentrasi 200 mg/mL, 150 mg/mL, 100
mg/mL, dan 50 mg/mL. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada
penelitian oleh Doughari et al. (2007) yang menunjukkan daya hambat
dimulai dari konsentrasi 20mg/mL (7, 21).
III.3.4 Uji Aktivitas Antimikroba (7, 20)
Uji aktivitas antibakteri ini menggunakan metode difusi Kirby-Bauer
dengan menggunakan medium Muller Hinton Agar (MHA) yang
sebelumnya telah disemaikan suspensi bakteri. Uji aktivitas antibakteri
18
ekstrak daun kelor terhadap bakteri E. coli dan S. aureus yang telah
resisten terhadap antibiotik.
Secara aseptik, kertas cakram yang telah mengandung ekstrak
etanol daun kelor diaplikasikan ke atas medium uji aktivitas antibakteri
MHA dengan menggunakan pinset steril. Sebagai kontrol, digunakan
cakram kertas yang dicelupkan ke dalam etanol 70% dan dibiarkan kering.
Medium tersebut lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37o C.
Setelah masa inkubasi selesai, dilakukan pengamatan terhadap
zona jernih yang terbentuk dan diukur diameternya dengan jangka sorong.
Sampel yang mempunyai potensi menghasilkan zat antibakteri ditunjukkan
dengan adanya zona jernih.
III.3.5 Uji KLT-Bioautografi
Pengujian KLT-Bioautografi ekstrak daun kelor dengan konsentrasi
yang paling aktif sebagai antimikroba menggunakan lempeng KLT silica
gel GF-254 yang telah diaktifkan. Maserat ditotolkan pada lempeng dan
dielusi.
Noda pada kromatogram lempeng I divisualisasikan dengan reagen
uji identifikasi. Lempeng II diletakkan pada permukaan media NA yang
telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Kemudian didiamkan dalam
lemari es selama 1 jam, setelah itu lempeng KLT tersebut dicabut. Cawan
petri diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Setelah itu diamati
adanya adanya zona hambat pertumbuhan mikroba pada media.
19
Kemudian dibandingkan hasil kromatogram lempeng I dengan zona
hambat yang dibentuk oleh lempeng II pada media.
III.3.6 Identifikasi Komponen Kimia
1. Lieberman-Burchard
Pereaksi Lieberman-Burchard disemprotkan pada kromatogram lalu
dipanaskan. Setelah dipanaskan tampak noda yang berwarna merah
menunjukkan adanya senyawa terpen dan noda berwarna hijau-biru
atau ungu menunjukkan senyawa steroid.
2. Wagner
Pereaksi Wagner disemprotkan pada kromatogram sehingga tampak
noda yang tampak berwarna coklat yang menunjukkan senyawa
alkaloid.
3. Feri klorida
Pereaksi FeCl3 disemprotkan pada kromatogram menunjukkan noda
yang tampak berwarna biru-hitam atau hijau-biru untuk senyawa
tannin, dan noda berwarna hijau-hitam menunjukkan senyawa fenolik.
4. Aluminium klorida
Pereaksi AlCl3 disemprotkan pada kromatogram menunjukkan noda
yang tampak berwarna kuning pucat untuk senyawa flavanoid.
5. Asam sitroborat
Pereaksi Asam sitroborat disemprotkan pada kromatogram
menunjukkan noda yang tampak kuning pendar pada UV 366 nm
untuk senyawa flavanoid.
20
6. Uji reaksi Salkowski
5 mL ekstrak etanol daun kelor ditambahkan dengan 2 mL kloroform
lalu di teteskan dengan H2SO4 secukupnya. Terbentuknya lapisan
berwarna merah-kecoklatan menunjukkan ekstrak tersebut positif
mengandung senyawa golongan terpenoid (22).
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
IV.1.1 Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah
maserasi dengan menggunakan etanol 70% sebagai larutan
pengekstraksi. Hasil ekstraksi daun kelor (Moringa oleifera Lam.) 500 g
diperoleh ekstrak kental etanol sebesar 92,53 g (Rendamen 18,51 %).
Hasil ekstraksi tersebut lalu dilarutkan lagi dengan etanol dibuat profil
secara KLT. Pembuatan profil KLT menggunakan eluen kloroform : etil
asetat (2:1) (Gambar 1).
Gambar 1. Kromatogram lapis tipis ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam. ). Keterangan : Fase diam : Silika gel GF-254
Fase gerak : Kloroform : etilasetat (2:1) 1. Penampak UV 254 nm 2. Penampak UV 366 nm Ekstrak
etilasetat
3. Setelah disemprot H2SO4
1.
2.
3.
22
IV.1.2 Uji Aktivitas Antimikroba
. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) terhadap bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus resisten antibiotik.
Gambar 2. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Keterangan : 1. 50 mg/mL ekstrak 2. 100 mg/mL ekstrak 3. 150 mg/mL ekstrak 4. 200 mg/mL ekstrak
5. Kontrol pelarut a. Kertas cakram b. Zona bening
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
Kadar (mg/mL) Diameter Zona Hambat (mm)
S.aureus E.coli
50 6,08 9,20
100 6,85 10,62
150 8,22 11,15
200 9,15 11,85
Kontrol pelarut - -
E. coli
S. aureus
a
b
23
IV.1.3 Uji KLT-Bioautografi
Hasil uji KLT-Bioautografi dari ektrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) memperlihatkan adanya noda yang aktif.
S. aureus
E. coli
S.aureus
E.coli
Gambar 3. Hasil KLT-Bioautografi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
terhadap bakteri uji resisten antibiotik Keterangan : Fase diam : silica gel GF-254 Fase gerak : kloroform : etilasetat (2:1) Keterangan : a. Spot aktif b. Spot aktif pada lempeng KLT (Rf=0,6857)
a
b
24
IV.1.4 Identifikasi Komponen Kimia
Berdasarkan warna yang ditunjukkan pada setiap pereaksi maka
ekstrak etanol daun kelor diduga mengandung senyawa golongan
alkaloid, steroid, fenolik, terpen, dan flavanoid. Noda pada KLT yang
menunjukkan aktifitas antibakteri bereaksi dengan pereaksi Lieberman-
Burchard menghasilkan warna merah-coklat, sehingga diduga
mengandung senyawa golongan terpenoid.
Tabel 2. Hasil uji identifikasi komponen kimia ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
Pereaksi Ekstrak etanol Golongan senyawa
Wagner Coklat Alkaloid
Lieberman-Burchard Hijau-biru Steroid
Lieberman-Burchard Merah-Coklat Terpenoid
FeCl3 Hijau-hitam Fenolik
AlCl3 Kuning pucat Flavanoid
Asam sitroborat Kuning pendar Flavanoid
IV.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.
Metode maserasi digunakan karena sampel yang digunakan adalah daun
yang tidak tahan pemanasan, serta pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana. Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam, lalu
ekstrak etanol dirotavapor untuk menguapkan pelarutnya. Dalam
penelitian ini diperoleh ekstrak etanol sebesar 92,53 g (Rendamen 18,51
%).
Hasil ekstraksi tersebut lalu digunakan untuk uji aktivitas
antimikroba dengan beberapa variasi konsentrasi, yaitu 50 mg/mL, 100
25
mg/mL, 150 mg/mL, dan 200 mg/mL. Uji ini dilakukan dengan metode
difusi agar menggunakan medium Muller Hinton Agar (MHA). Mikroba uji
yang digunakan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang
telah resisten terhadap antibiotik.
Pengujian aktivitas antimikroba terhadap ekstrak etanol daun kelor
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, ditandai dengan
terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram yang mengandung
ekstrak. Kemampuan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
untuk menghambat pertumbuhan bakteri meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi ekstrak. Konsentrasi tertinggi 200 mg/mL,
memiliki diameter zona hambat yang paling luas dari kedua bakteri uji,
yaitu 9,15 mm untuk S. aureus dan 11,85 untuk E. coli. Dari hasil uji
aktivitas antimikroba tersebut dapat diasumsikan bahwa ekstrak dari daun
kelor (Moringa oleifera Lam.) bersifat antibakteri.
Uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun kelor tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak tersbut mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang telah resisten
terhadap antibiotik (Tabel 1).
Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan ekstrak etanol dari
daun, biji serta tangkai daun kelor menunjukkan potensi aktivitas
antimikroba terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, serta fungi
(21). Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa ekstrak dari
26
daun kelor tersebut dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik.
Gambar 4. Histogram diameter zona hambat ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam. )
terhadap bakteri S.aureus dan E.coli yang resisten terhadap antibiotik.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat (Gambar 4)
menujukkan bahwa kemampuan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan
bakteri meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Dapat
dilihat bahwa aktivitas antibakteri terbesar didapat pada konsentrasi
tertinggi 200 mg/mL, dengan diameter zona hambat yang paling besar
dari kedua bakteri uji, yaitu 9,15 mm untuk S. aureus dan 11,85 mm untuk
E. coli.
Uji KLT-Bioautografi dilakukan untuk mendeteksi zat yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan organisme uji dalam ekstrak yang
kompleks serta untuk mendeteksi golongan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba. Pengujian dilakukan menggunakan metode kontak
S. aureus E. coli
50 mg/mL 6.08 9.2
100 mg/mL 6.85 10.62
150 mg/mL 8.22 11.15
200 mg/mL 9.15 11.85
0
2
4
6
8
10
12
14
mili
met
er (m
m)
Diameter Zona Hambat (mm)
27
dengan eluen kloroform : etilasetat (2:1) terhadap bakteri S. aureus dan
E.coli. Pada lempeng KLT yang telah dielusi (Gambar 1) terjadi
pemisahan senyawa yang terdapat dalam ekstrak. Sehingga diharapkan
dapat diketahui noda yang aktif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri. Dan dari hasil KLT-bioautografi tersebut didapatkan satu noda
yang menunjukkan aktivitas antibakteri. Nilai Rf dari noda tersebut adalah
0,6857 (Gambar 3).
Identifikasi komponen kimia dilakukan untuk mengetahui golongan
senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol dengan menggunakan
lempeng KLT yang telah dielusi lalu disemprotkan dengan pereaksi
identifikasi. Pereaksi Wagner menunjukkan senyawa alkaloid jika noda
yang tampak berwarna coklat. Pereaksi Lieberman-Burchard setelah
dipanaskan menunjukkan senyawa terpen jika noda yang tampak
berwarna merah, dan jika noda berwarna hijau-biru atau ungu
menunjukkan senyawa steroid. Pereaksi FeCl3 menunjukkan senyawa
tannin jika noda yang tampak berwarna biru-hitam atau hijau-biru, dan jika
noda berwarna hijau-hitam menunjukkan senyawa fenolik. Pereaksi AlCl3
menunjukkan senyawa flavanoid jika noda yang tampak berwarna kuning
pucat. Pereaksi Asam sitroborat menunjukkan senyawa flavanoid jika
noda yang tampak kuning pendar pada UV 366 nm (Tabel 2).
Berdasarkan warna yang ditunjukkan pada setiap pereaksi maka
ekstrak etanol daun kelor diduga mengandung senyawa golongan
alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik, dan flavanoid. Noda di lempeng KLT
28
yang menunjukkan aktivitas antibakteri menunjukkan reaksi dengan
reagen Liebermann-Burchard dengan menghasilkan warna merah
kecoklatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa noda tersebut mengandung
senyawa dari golongan terpenoid. Dari penelitian sebelumnya, kandungan
senyawa dari ekstrak daun kelor sedikit berbeda dengan yang didapatkan
dari penelitian ini, seperti dari penelitian oleh Oluduro (2011) tidak
terdapat senyawa steroid dan terpenoid, tetapi mengandung senyawa
saponin. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perbedaan habitat tanaman
dan metode ekstraksi mungkin akan mempengaruhi kandungan dari
ekstrak yang dihasilkan. Oleh karena itu dilakukan uji untuk mengetahui
keberadaan senyawa golongan terpenoid dalam ekstrak etanol daun kelor
dengan menggunakan uji Salkowski (22). Dari hasil uji ini menunjukkan
adanya lapisan berwarna merah-kecoklatan yang menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun kelor ini mengandung senyawa golongan terpenoid.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) aktif terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
antibiotik dengan diameter zona hambat 9,15 mm untuk S. aureus dan
11,85 untuk E. coli pada konsentrasi 200 mg/mL.
2. Hasil uji KLT-Bioautografi dari ekstrak etanol daun kelor menunjukkan
aktivitas antibakteri pada Rf 0,6857 yang diduga mengandung
senyawa terpenoid.
V. 2 Saran
1. Perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi senyawa antimikroba dari
ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.).
2. Dilakukan perbandingan kemampuan antibakteri dari ekstrak daun
kelor dari beberapa daerah yang berbeda.
3. Dilakukan perbandingan kemampuan antibakteri dari ekstrak daun,
tangkai, dan biji dari tanaman kelor.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Vinoth, B., et al., Phytochemical Analysis and Antibacterial Activity of
Moringa oleifera LAM. In International Journal of Research in Biological Sciences. 2012. Hal 98-99
2. Tjay, T.H. dan Kirana R. Obat – Obat Penting Edisi Keenam. Jakarta : Elex media Komputindo. 2007
3. Katzung, B.G., et al., Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition.
New York : McGraw Hill. 2007
4. Office of Technology Assessment. Impacts of Antibiotic-Resistant Bacteria. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.1995. Hal 1-2.
5. Brunton, Laurence L., et al., Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition. New York:McGraw Hill. 2006
6. Vieira, G.H.F, et al., Antibacterial effect (in vitro) of Moringa oleifera
and Annona muricata against gram positive and gram negatif bacteria. In Inst. Med. Trop Sao Paulo. 2010. hal 129
7. Oluduro, Anthonia O. Evaluation of Antimicrobial Properties and
Nutritional Potentials of Moringa oleifera Lam. Leaf in South-Western Nigeria. In Malaysian Journal of Microbiology Vol 8. Hal 59-60
8. Bukar, A., et al., Antimicrobial Profile of Moringa oleifera Lam.
Extracts Against Some Food-Borne Microorganisms. In Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, Vol 3. 2010. Hal 43-44
9. Singh, N., et al., Anti-Ulcer and Antioxidant Activity of Moringa Oleifera
(Lam) Leaves Against Aspirin and Ethanol Induced Gastric Ulcer in Rats. In International Research Journal of Pharmaceuticals Vol 02. 2012. Hal 46-57
10. Fahey, J. W. Moringa oleifera : A Review of the Medical Evidence for
Its Nutrtional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. In Trees For Life Journal. 2005
31
11. Abalaka,ME. Daniyan, SY. Oyeleke, SB. Adeyemo, SO. The Antibacterial Evaluation of Moringa Oleifera Leaf Extracts on Selected Bacterial Pathogens. In Journal of Microbiology Research. 2012
12. Sachan, D., et al., In vitro and In vivo Efficacy of Moringa oleifera Plant
Constituents In Urolithiasis As Antilithiatic Drugs. In International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol 2. 2011
13. Farooq, F., et al., Medicinal Properties of Moringa oleifera: An
Overview of Promising Healer. In Journal of Medicinal Plants Research Vol 6. 2012. Hal 4368
14. Goyal, BR., et al., Phyto-pharmacology of Moringa oleifera Lam. 6 An
Overview. In Natural Product Radiance Vol 6. 2007. Hal 347-353 15. Handa,SS., et al., Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic
Plants. Trieste : United Nations Industrial Development Organization and the International Centre for Science and High Technology. 2008. Hal. 22, 30-31
16. Gupta, A., Naraniwal, M., dan Kothari, V. Modern Extraction Methods
for Preparation of Bioactive Plant Extracts. In International Journal of Applied and Natural Sciences Vol.1. 2012
17. Gandjar, I.G dan Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2009. Hal. 353-354, 366. 18. Djide, M.N dan Sartini. Analisis Mikrobiologi Farmasi.
Makassar:Lephas. 2008 . Hal. 321-322 19. Djide, M.N dan Sartini. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi.
Makassar:Lephas. 2008 20. Doughari, J.H., et al., Antibacterial Effects of Balanites aegyptiaca L.
Drel. and Moringa oleifera Lam. On Salmonella typhi. In African Journal of Biotechnology Vol. 6. 2007. Hal 2213
21. Singh, G.P., dan Sharma, S.K. Antimicrobial Evaluation of Leaf Extract
of Moringa Oleifera Lam. In International Research Journal of Pharmacy. 2012
22. Pushker,A.K., Kaushik,S., Lakhanpaul, S., Sharma, K.K., dan Ramani,
R. Preliminary Phytochemical Investigation on the Bark of Some of the Important Host Plants of Kerria lacca-The Indian Lac Insect. In Botany Research International. 2011
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja
a. Pengolahan Sampel
Daun Kelor
Simplisia kering
- Dicuci dengan air mengalir
- Diangin-anginkan hingga kering
- Diserbukkan
Ekstrak Etanol
Ekstrak pekat
Ekstrak kental
- Diekstraksi dengan etanol 70%
- Diaduk dengan batang pengaduk
secara berkala
- Disaring dengan kertas saring
- Dipekatkan dengan rotary
evaporator
- Pelarut yang tersisa diuapkan
Pengujian KLT
33
b. Uji Aktivitas Antimikroba, KLT-Bioautografi, dan Identifikasi
Senyawa
Kontrol Pelarut Ekstrak Sampel
50
mg/mL
100
mg/mL
150
mg/mL
200
mg/mL
Cawan Petri berisi medium &
biakan bakteri
Diameter zona hambat
Diserapkan ke dalam cakram kertas
Whatman (paper disc)
- Dibuat duplikat - Diinkubasi 1x24 jam, suhu 30o-37o
Pengujian KLT
KLT-Bioautografi Identifikasi kandungan
senyawa
Hasil, Pembahasan, dan
Kesimpulan
34
Lampiran 2. Gambar Penelitian
Gambar 5. Foto tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.)
a.
b.
Gambar 6. Foto sampel daun kelor (Moringa oleifera Lam.) Keterangan : a. Daun kelor segar (Moringa oleifera Lam.) b. Simplisia daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
35
Gambar 7. Foto ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
a. b. c. d. e. f. g. h
Gambar 8. Kromatogram lapis tipis ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
Keterangan :
Fase diam : Silika gel GF-254
Fase gerak : kloroform : etilasetat (2:1)
a. UV 254 nm
b. UV 366 nm
c. Pereaksi H2SO4
d. Pereaksi AlCl3
e. Pereaksi LB
f. Pereaksi Wagner
g. Pereaksi FeCl3
h. Pereaksi Asam Sitroborat
36
Gambar 9. Foto hasil uji reaksi Salkowski dari ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
37
Lampiran 3. Komposisi Reagen
1. Asam Sulfat
H2SO4 pekat : 10 mL
Air : 100 mL
2. Lieberman-Burchard
Asam asetat anhidrat : 1 mL
H2SO4 pekat : 1 mL
Metanol : 10 mL
3. Wagner
Iodin: 2 g
KI : 6 g
Air : 100 mL
4. Feri Klorida
FeCl3 : 1 g
Air : 100 mL
5. Aluminium Klorida
AlCl3 : 1 g
Metanol : 100 mL
6. Asam Sitroborat
Asam borat : 0,5 g
Asam sitrat : 0,5 g
Etanol : 50 mL
38
7. Uji reaksi Salkowski
Kloroform : 2 mL
H2SO4 pekat : 3 mL
39
Lampiran 4. Bukti Hasil Pemeriksaan Bakteriologi
40