Upload
trinhkhanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA AMPISILIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Pipit Puspitasari
NIM : 158114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA AMPISILIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Pipit Puspitasari
NIM : 158114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, sumber hidup
Ayah, Ibu, dan orang-orang terkasih
Serta almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
rahmat dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi
berjudul “Uji Aktivitas Antimikroba Antibiotik Ampisilin Dengan Ekstrak
Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Pseudomonas aeruginosa” untuk mendapatkan gelar sarjana (S. Farm.)
dengan lancar. Selama penyusunan naskah skripsi, penulis banyak dibantu dari
berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang selalu
mengarahkan dan memberikan evaluasi serta masukan mulai dari
pembuatan naskah proposal skripsi hingga selesainya skripsi.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.
Si., M. Sc., selaku dosen penguji yang selalu memberikan kritik dan saran
kepada penulis.
3. Laboran lantai satu hingga empat, khususnya Pak Wagiran dan Kak Intan
yang telah membantu selama berlangsungnya penelitian.
4. Bapak Sunarso dan Ibu Sridana yang senantiasa memberikan dukungan
dan memanjatkan doa sehingga penyusunan skripsi dapat berjalan lancar.
5. Teman-teman bimbingan Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt. semua
yang bersedia membantu dan menemani ketika berlangsungnya penelitian
baik di saat susah maupun senang.
6. Pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik langsung maupun
tidak langsung kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak
kekurangan, oleh karena itu peneliti memohon maaf. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
Yogyakarta, 18 Februari 2019
Pipit Puspitasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Latar belakang: 36% dari 95 isolat Pseudomonas aeruginosa di suatu rumah
sakit di Sumatra merupakan MDR Pseudomonas aeruginosa yang resisten
terhadap banyak antibiotik, termasuk antibiotik ampisilin. Kasus resistensi ini
dapat diatasi dengan mengombinasikan obat antibiotik dengan tumbuhan yang
memiliki kemampuan antimikroba, seperti sirih merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.). Pada penelitian ini akan melihat efek sinergis yang ditimbulkan dari
kombinasi ampisilin (AMP) dengan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM),
serta melihat perbedaan kandungan senyawa EMDSM tunggal dan kombinasi
dengan uji KLT dan uji tabung.
Metode: Aktivitas antimikroba pada AMP dan EMDSM diuji dengan metode
difusi sumuran. Diameter zona hambat yang diperoleh diuji secara statistik dengan
uji Kruskal Wallis, lalu perbedaan tiap perlakuan diuji dengan Mann-Whitney.
Kandungan senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri dalam
EMDSM tunggal dan kombinasi diuji KLT dan uji tabung.
Hasil: Kombinasi AMP dan EMDSM menghasilkan efek indifferent, ditunjukkan
dengan ukuran diameter zona hambat yang tidak berbeda secara statistik
dibandingkan tunggalnya. Hal ini diakibatkan oleh persamaan aksi antimikroba
dari AMP dan EMDSM. EMDSM pada konsentrasi 0,75 mg/mL hingga 12
mg/mL mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Kandungannya
tetap meski ditambahkan dengan AMP.
Kesimpulan: Kombinasi AMP dan EMDSM tidak menghasilkan efek sinergis,
melainkan efek indifferent. EMDSM mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan
minyak atsiri dan tetap sama meski ditambahkan dengan AMP.
Kata kunci: ampisilin, ekstrak metanol daun sirih merah, kombinasi, difusi
sumuran, diameter zona hambat, Pseudomonas aeruginosa, uji KLT, uji
tabung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Background: 36% of 95 Pseudomonas aeruginosa isolates in a hospital in
Sumatra were MDR Pseudomonas aeruginosa that resistant of various antibiotic,
including ampicillin. This antibiotic resistance cases can be fixed by combining
the antibiotic drug with a plant that have an antimicrobial activity, like red betel
(Piper crocatum Ruiz & Pav.). This study will find out the sinergism effect of
combination ampicillin (AMP) with methanol extract of red betel leaf (MERBL)
and see the secondary metabolites difference of single MERBL and combination
using the TLC test and tube test.
Method: Antimicrobial activity of AMP and MERBL was determined using well
diffusion menthod. The diameter of inhibitory zone were tested statistically using
Kruskal Wallis test, then the difference of each treatment tested by Mann-Whitney
test. The flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and essential oil compoundsin
single MERBL and combination tested determined using the TLC and tube test.
Results: Combination of AMP and MERBL produced indifferent effect, showed
by the diameter of inhibition zone size that no different statistically compared to
the single treatments. This caused by the same antimicrobial action of AMP and
MERBL. 0,75 mg/mL to 12 mg/mL consentrated MERBL contain flavonoids,
tannins, saponins, and essential oil. Its composition remain the same even after
added by AMP.
Conclusions: Combination of AMP and MERBL does not produce synergism
effect, but indifferent effect. MERBL contain flavonoids, tannins, saponins, and
essential oil and remain the same after added by AMP.
Keywords: ampicillin, methanol extract of red betel leaf, combination, well
diffusion, diameter of inhibition zone, Pseudomonas aeruginosa, TLC test,
tube test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................vi
PRAKATA........................................................................................................... ..vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................... .x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
METODE PENELITIAN.........................................................................................3
HASIL PEMBAHASAN.......................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... .....21
LAMPIRAN...........................................................................................................25
BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat tiap
perlakuan dan kontrol negatif (mm).........................................................15
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%.............................16
Tabel 3. Nilai Rf dan warna uji KLT standar dan perlakuan tunggal....................19
Tabel 4. Nilai Rf dan warna uji KLT perlakuan kombinasi...................................19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kontrol media dan kontrol pertumbuhan.............................................12
Gambar 2. Hasil difusi sumuran EMDSM tunggal 0,75 mg/mL,
kontrol negatif, AMP tunggal 40 µg/mL, dan kombinasi....................13
Gambar 3. Hasil uji KLT dengan detektor UV 254 nm,
detektor UV 365 nm, dan disemprot dengan pereaksi FeCl3...............18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)........................25
Lampiran 2. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah)..................................25
Lampiran 3. Surat identifikasi hasil uji bakteri Pseudomonas aeruginosa............26
Lampiran 4. Hasil volume air serbuk simplisia daun sirih merah..........................26
Lampiran 5. Diameter zona hambat uji aktivitas antimikroba
tiap perlakuan....................................................................................27
Lampiran 6. Hasil uji tabung..................................................................................27
Lampiran 6.1. Larutan uji sebelum diberi perlakuan........................27
Lampiran 6.2. Hasil uji identifikasi flavonoid..................................28
Lampiran 6.3. Hasil uji identifikasi tanin.........................................28
Lampiran 6.4. Hasil uji identifikasi alkaloid....................................29
Lampiran 6.5. Hasil uji identifikasi saponin.....................................29
Lampiran 6.6. Hasil uji identifikasi minyak atsiri.............................30
Lampiran 6.5.1. Perlakuan kombinasi.......................30
Lampiran 6.5.2. AMP tunggal...................................30
Lampiran 6.5.3. EMDSM tunggal.............................30
Lampiran 7. Hasil analisis statistik uji aktivitas antimikroba metode sumuran.....31
Lampiran 7.1. Hasil uji Shapiro Wilk..............................................31
Lampiran 7.2. Hasil uji Levene.........................................................31
Lampiran 7.3. Hasil uji Kruskal-Wallis............................................32
Lampiran 7.4. Hasil uji Mann-Whitney............................................32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang mampu menginfeksi manusia
sehingga menyebabkan morbiditas, bahkan mortalitas yang terbilang tinggi pada
infeksi nosokomial, yaitu >30% (Moradali et al., 2017; Juan et al., 2017).
Penyakit infeksi akibat bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat diatasi dengan
obat antibiotik, namun karena kemampuan adaptasi Pseudomonas aeruginosa
yang luar biasa, bakteri ini dapat berevolusi menjadi bakteri Multi-dug Resistant
(MDR) Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Rustini et al. (2017), dari 95 isolat Pseudomonas aeruginosa di suatu rumah sakit
di Sumatra, 36% merupakan MDR Pseudomonas aeruginosa. Bakteri tersebut
resisten terhadap hampir semua antibiotik sehingga sulit untuk diberantas
(Winstanley, 2016; CDC, 2013).
Ampisilin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk terapi infeksi
Pseudomonas aeruginosa lini pertama (Cherian et al., 2016). Namun maraknya
penggunaan antibiotik ampisilin yang tidak rasional atau berlebihan telah
membuat bakteri Pseudomonas aeruginosa menciptakan kemampuan
resistensinya terhadap antibiotik golongan beta laktam (WHO, 2014; Yayan et al.,
2015). Hal ini telah menjadi masalah yang perlu dicari solusinya. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi resistensi antibiotik, salah
satunya dengan mengombinasikan obat antibiotik dengan ekstrak tanaman obat
yang memiliki sifat antimikroba. Piper crocatum Ruiz & Pav. atau sirih merah
dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki kemampuan antibiotik tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marliyana et al. (2013), ekstrak etanol
sirih merah terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif dan
Gram positif, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan antibiotik ampisilin yang dikombinasikan dengan ekstrak metanol
daun sirih merah.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai kombinasi antibiotik
dengan ekstrak etanol daun sirih merah. Fauziyah et al. (2017) melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penelitian yang mengombinasikan antibiotik rifampisin dengan ekstrak etanol
daun sirih merah kemudian diberikan pada bakteri MDR Mycobacterium
tuberculosis. Dalam kombinasi tersebut ternyata aktivitas antibiotik rifampisin
dapat meningkat, sehingga dapat membunuh bakteri uji dengan lebih baik.
Berdasarkan penelitian tersebut, diharapkan ekstrak metanol daun sirih merah
juga dapat meningkatkan aktivitas antibiotik ampisilin dalam menekan
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa ketika diberikan dalam kombinasi.
Pemilihan jenis ekstrak pada penelitian didasarkan pada hasil penelitian
Kusuma et al. (2016) yang menyebutkan bahwa kandungan senyawa metabolit
sekunder yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada ekstrak
etanol daun sirih merah yaitu flavonoid, tanin, polifenol, saponin, dan steroid,
sedangkan menurut hasil penelitian Rinanda et al. (2012) kandungan senyawa
pada ekstrak metanol daun sirih merah terdapat alkaloid, flavonoid, saponin,
triterpenoid, dan tanin. Kandungan senyawa dalam kedua ekstrak tersebut mirip,
sehingga menyebabkan aktivitas antimikroba yang ditimbulkan oleh ekstrak
etanol daun sirih merah dan ekstrak metanol daun sirih merah akan mirip.
Sehingga penelitian ini menggunakan ekstrak metanol daun sirih merah (metanol
70%) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Penelitian ini akan melihat efek sinergis yang ditiumbulkan dari kombinasi
ampisilin dengan ekstrak metanol daun sirih merah dalam menekan pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode difusi sumuran. Terdapat
beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari suatu kombinasi, yaitu sinergis,
indifferent, dan antagonis (Blesson, 2015). Efek-efek yang ditimbulkan dapat
dilihat dari besarnya zona hambat yang ditimbulkan dari suatu kombinasi, yaitu
lebih besar (sinergis), sama besarnya (indifferent), atau lebih kecil ukurannya
(antagonis) dari zona hambat pada suatu agen tunggal.
Uji KLT dan uji tabung merupakan uji yang dapat digunakan untuk
mengetahui kandungan senyawa pada suatu larutan uji. Pada penelitian ini uji-uji
tersebut dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kandungan metabolit
sekunder ekstrak metanol daun sirih merah sebelum dan setelah dikombinasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan
eksperimental sederhana (posttest only control group design).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kultur bakteri
Pseudomonas aeruginosa, daun sirih merah, ampisilin tablet 500 mg, media
Nutrient Agar (Oxoid), media Nutrient Broth (Oxoid), metanol 70%, larutan
standar McFarland 0,5, toluen P, DMSO 1%, aquadest, Buffered Peptone Water
(Oxoid), serbuk logam Mg, HCl pekat, HCl 10%, HCl 2N, reagen Mayer, FeCl3,
etil asetat, dan toluen.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas Pyrex
(beaker glass, tabung reaksi, pipet volume, erlenmeyer, cawan petri, labu takar,
labu alas bulat 500 ml), blender, oven (Memmert), autoclave (ALP), shaker
(Optimal), rotary evaporator (Buchi), pengayak nomor 60, mikropipet, yellow tip,
jarum ose, pelubang sumuran, inkubator (Hemmert), Microbial Safety Cabinet
(MSC) kelas II tipe A2 (Esco), alat destilasi (pendingin air balik, alat penampung,
dan tabung penerima), pemanas listrik, corong buchner, kertas saring, vacuum
pump, bunsen, nephelometer (PhoenixSpec), timbangan analitik (OHAUS), dan
plat KLT silica gel GF254.
Pengumpulan Bahan Uji dan Determinasi Tanaman Sirih Merah
Daun sirih merah didapatkan di daerah Sleman, Yogyakarta. Daun sirih
merah yang digunakan berwarna merah tua keunguan pada bagian bawah daun
dan berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu pada bagian atas daun, mengkilap,
serta tidak berlubang. Daun sirih merah yang dipetik bukanlah daun yang terlalu
muda, yaitu ada di paling ujung batang, maupun bukan daun yang terlalu tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Selanjutnya daun sirih merah yang diperoleh dideterminasi di Fakultas Farmasi
Bidang Biologi dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pembuatan Simplisia Daun Sirih Merah
Pertama-tama daun sirih merah yang diperoleh disortasi basah terlebih
dahulu. Daun sirih merah dipisahkan dari pengotor seperti tanah serta bagian
tanaman yang tidak dibutuhkan seperti batang dan tangkai daun. Daun dicuci
dengan air mengalir sebanyak tiga kali kemudian dilakukan perajangan terhadap
daun. Perajangan dilakukan dengan memotong daun secara melintang sehingga
diperoleh ukuran yang kecil hingga sedang. Selanjutnya daun diangin-anginkan
untuk menghilangkan air pada permukaan daun, kemudian dilakukan sortasi
kering untuk menghilangkan pengotor, batang, atau tangkai daun yang masih
tersisa, kemudian daun dikeringkan pada suhu 30-45°C dengan menggunakan
oven dan didapatkan daun yang benar-benar kering, yaitu memiliki kadar air
<10% serta bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan. Daun
dijadikan serbuk dengan menggunakan blender, setelah itu diayak dengan
menggunakan pengayak nomor 60 (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1985).
Penetapan Kadar Air Pada Simplisia Kering Daun Sirih Merah
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode destilasi
toluena. Pertama-tama pereaksi toluen jenuh air dibuat terlebih dahulu. Toluen P
ditambahkan sedikit air kemudian dikocok dan didiamkan hingga terpisah,
kemudian lapisan air dibuang. Setelah itu ditimbang sebanyak 10 gram simplisia
kering daun sirih merah dan dimasukkan ke dalam labu, kemudian ditambahkan
200 mL toluen jenuh air. Toluen jenuh air dimasukkan ke dalam tabung penerima
melalui pendingin hingga mencapai leher alat penampung. Setelah itu labu
dipanaskan selama 15 menit. Ketika toluen mulai mendidih kecepatan
penyulingan diatur ± dua tetes/ detik, hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga ± empat tetes/ detik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Penyulingan dilanjutkan selama lima menit. Setelah penyulingan selesai, tabung
penerima didinginkan hingga mencapai suhu ruangan. Setelah air dan toluen
memisah sempurna, dapat dilakukan pembacaan volume air. Kadar air nantinya
dihitung dalam % b/v (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat
Kesehatan RI, 2011). Persen kadar air dapat digambarkan dengan rumus berikut.
% Kadar air = volume air (mL) x 100%
berat simplisia yang ditimbang (g)
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Metode maserasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak metanol daun sirih
merah. Menurut Thangaraj (2016) dan BPOM RI (2010), metode maserasi
dilakukan dengan cara: 10 g serbuk simplisia daun sirih merah dilarutkan dalam
100 mL metanol 70%, kemudian dilakukan proses maserasi selama 24 jam dengan
bantuan shaker. Maserat yang diperoleh nantinya disaring dengan menggunakan
corong buchner yang sebelumnya sudah diberikan kertas saring diatasnya.
Penyaringan dengan corong buchner dilakukan dengan bantuan vacuum pump.
Serbuk yang didapatkan dari penyaringan tersebut dimaserasi dengan
menggunakan pelarut baru dengan 75 mL metanol 70% selama 24 jam, kemudian
diremaserasi kembali dengan 25 mL metanol 70%. Hasil maserat pertama dan
kedua diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40-65°C
untuk memperoleh ekstrak kental. Nantinya akan dicari % rendemen dengan
rumus berikut.
% Rendemen = bobot ekstrak (g) x 100%
bobot simplisia yang dihitung (g)
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI,
2011).
Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Sebanyak empat gram ekstrak kental dilarutkan ke dalam 10 mL DMSO 1%
steril, kemudian diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 400 mg/mL. Larutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
stok akan disimpan dengan menggunakan botol tertutup hingga akan digunakan
(CLSI, 2018).
Pembuatan Larutan Stok Ampisilin
Tablet ampisilin 500 mg digerus kemudian dilarutkan dengan aquadest steril
hingga 10 mL dan didapatkan konsentrasi 50 mg/mL. Diambil sebanyak empat
mL dari larutan konsentrasi 50 mg/mL, kemudian ditambahkan aquadest steril
hingga 10 mL dan didapatkan konsentrasi 20 mg/mL. Diambil sebanyak dua mL
dari larutan konsentrasi 20 mg/mL, kemudian ditambahkan aquadest steril hingga
10 mL dan didapatkan konsentrasi 4 mg/mL (CLSI, 2018).
Penyiapan Stok dan Suspensi Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Stok bakteri disiapkan dengan cara mengambil kultur bakteri Pseudomonas
aeruginosa menggunakan ose sebanyak dua sampai tiga kali, kemudian di
goreskan miring ke media NA (Nutrient Agar) dan diberikan pula bakteri
Pseudomonas aeruginosa pada media NB (Nutrient Broth), lalu dilakukan
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C (CLSI, 2018).
Suspensi bakteri disiapkan dengan cara mengambil stok bakteri secukupnya
kemudian diencerkan dengan BPW (Buffered Pepton Water) dan disetarakan
kekeruhannya dengan larutan McFarland 0,5 dengan nephelometer untuk
membuat suspensi bakteri (CLSI, 2018).
Penyiapan Konsentrasi Ampisilin (AMP) dan Variasi Konsentrasi Ekstrak
Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)
Konsentrasi AMP sebesar 40 μg/ml dibuat dengan cara: sebanyak 2,5 mL
larutan stok konsentrasi 4,0 mg/mL diambil ke dalam 10 mL aquadest steril dan
didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μg/mL. Sebanyak satu mL dari
larutan konsentrasi 1000 μg/mL diambil kemudian ditambahkan dengan 10 mL
aquadest steril dan didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 μg/mL. Sebanyak
empat mL larutan dengan konsentrasi 100 μg/mL dimasukkan ke dalam labu ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
10 mL, kemudian ditambahkan aquadest steril hingga garis meniskus dan
diperoleh konsentrasi 40 μg/mL.
Variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) dibuat 0,75,
1,5, 3,0, 6,0, dan 12,0 mg/mL dengan cara: sebanyak satu mL larutan stok 400
mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 40 mg/mL. Sebanyak lima mL larutan konsentrasi 40
mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 20 mg/mL. Sebanyak enam mL larutan konsentrasi 20
mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 12,0 mg/mL. Sebanyak lima mL larutan konsentrasi
12,0 mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 6,0 mg/mL. Pengenceran dengan cara yang
sama seperti membuat larutan konsentrasi 6,0 mg/mL terus dilakukan sehingga
diperoleh konsentrasi 0,75, 1,5, dan 3,0 mg/mL.
Pengukuran Aktivitas Antimikroba Ampisilin (AMP) dan Ekstrak Metanol
Daun Sirih Merah (EMDSM)
Uji aktivitas antimikroba antibiotik ampisilin, ekstrak etanol daun sirih
merah, dan kombinasinya dilakukan dengan metode sumuran dengan cara:
Sebanyak satu mL suspensi bakteri yang telah disetarakan kekeruhannya dengan
McFarland 0.5 digoreskan dengan menggunakan jarum ose pada media NA steril,
kemudian divortex, dituangkan ke cawan petri, dan dibiarkan hingga memadat.
Setelah padat, dibuat lubang sumuran dengan tiga kali replikasi. Metode difusi
sumuran digunakan untuk menguji kontrol negatif (10 μL DMSO 1%, aquadest,
dan BPW), konsentrasi EEDSM tunggal 0,75, 1,5, 3,0, 6,0, dan 12,0 mg/mL
(sebanyak 30 μL), konsentrasi AMP tunggal 40 μg/mL (sebanyak 30 μL), dan
kombinasi konsentrasi AMP dan EEDSM seperti berikut.
1. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 0,75 mg/ml (masing-
masing 15 μl)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 1,5 mg/ml (masing-
masing 15 μl)
3. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 3,0 mg/ml (masing-
masing 15 μl)
4. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 6,0 mg/ml (masing-
masing 15 μl)
5. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 12,0 mg/ml (masing-
masing 15 μl).
(Kuntari et al., 2014)
Pengukuran diameter zona hambat (zona di sekitar sumuran yang menjadi
jernih) dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi.
Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Plat KLT GF254 dipotong dengan ukuran 9x13 cm. Plat tersebut diaktivasi
selama satu jam dengan menggunakan oven pada suhu 50°C. Setelah itu
dilakukan pembuatan fase gerak dengan mencampurkan etil asetat dan toluen
dengan perbandingan 9:1. Fase gerak yang telah dibuat dimasukkan ke dalam
chamber.
Plat yang telah diaktivasi ditotolkan dengan standar flavonoid (kuersetin)
dan larutan uji (AMP tunggal 40 µg/mL, EMDSM tunggal 0,75 mg/mL,
kombinasi AMP 40 µg/mL dan EMDSM 0,75 mg/mL, kombinasi AMP 40 µg/mL
dan EMDSM 1,5 mg/mL, kombinasi AMP 40 µg/mL dan EMDSM 3 mg/mL,
kombinasi AMP 40 µg/mL dan EMDSM 6 mg/mL, dan kombinasi AMP 40
µg/mL dan EMDSM 12 mg/mL). Masing-masing penotolan dilakukan sebanyak
30 kali dengan jarak antar totolan dibuat sebesar satu cm. Sesudah diberi totolan,
plat dielusikan dengan menggunakan fase gerak hingga 10 cm, kemudian diangkat
dan diangin-anginkan hingga kering. Plat lalu disemprot dengan FeCl3 untuk
mempertegas bercak yang diperoleh. Bercak dilihat di bawah sinar UV 254 dan
365.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Uji Tabung
1. Identifikasi flavonoid
Sebanyak 0,5-1 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
dipanaskan. Larutan uji tersebut ditambahkan serbuk logam Mg sebanyak 0,1
g dan 5-6 tetes asam hidroklorida. Setelah 2-5 menit larutan akan berubah
warna menjadi merah atau oranye. Jika berwarna merah, maka larutan
mengandung flavonol, sedangkan jika berwarna oranye, maka larutan
mengandung flavanon (Hartini, 2013; MMI, 1979).
2. Identifikasi tanin
Sebanyak 0,5-1 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1-2 mL aquadest. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 2-3
tetes larutan besi III klorida (FeCl3). Jika warnanya berubah menjadi warna
biru kehitaman, maka terdapat kandungan tanin falat, sedangkan jika warna
larutan berubah menjadi hijau kehitaman, maka larutan mengandung tanin
katekol (Hartini, 2013; Kursia, 2016).
3. Identifikasi alkaloid
Sebanyak lima mililiter larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan dengan 1,25-2,5 mL larutan asam hidroklorida 10%.
Larutan tersebut dibagi ke dalam dua tabung, kemudan pada satu tabung
diteteskan 2-3 tetes reagen Mayer. Setelah itu tabung yang diteteskan dengan
reagen Mayer dibandingkan dengan tabung yang tidak diteteskan reagen
Mayer. Jika terbentuk endapan berwarna kuning keputihan, maka larutan
mengandung alkaloid (Hartini, 2013; MMI, 1979)
4. Identifikasi saponin
Sebanyak dua mililiter larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan air dengan jumlah yang sama (1:1). Tabung dikocok
selama 5 menit, hingga terbentuk buih setinggi 1-10 cm, kemudian
ditambahkan asam klorida 2N. Jika setelah ditambahkan asam klorida 2N
buih tidak menghilang, maka larutan uji mengandung saponin (Hartini, 2013;
MMI 1979; Kursia, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5. Identifikasi minyak atsiri
Sebanyak satu mililiter larutan uji dimasukkan ke dalam cawan porselin.
Larutan uji diuapkan dengan bantuan panas hingga memperoleh residu. Jika
muncul bau khas dari residu tersebut, maka larutan uji mengandung minyak
atsiri (Ciulei, 1984).
Analisis Statistik
Analisis data untuk mengukur efek yang diberikan dalam kombinasi
dilakukan dengan melakukan pengukuran secara statistik dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk (uji distribusi normalitas), kemudian dilanjutkan dengan uji
Levene (uji homogenitas). Apabila data terdistribusi normal dan homogen,
dilakukan uji One Way ANOVA. Apabila data tidak terdistribusi normal atau
tidak homogen, dilakukan uji Kruskal-Wallis. Ketika ditemukan perbedaan,
dilakukan Post-Hoc Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian merupakan daun sirih
merah yang diperoleh dari daerah Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil
determinasi tanaman, daun yang diperoleh merupakan daun tanaman sirih merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.). Hasil determinasi tanaman dapat dilihat pada
lampiran 2.
Daun sirih merah yang diperoleh dipisahkan dari pengotor atau bagian
tanaman yang tidak diperlukan, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringkan untuk
mendapatkan simplisia daun sirih merah, kemudian dilakukan penyerbukan dan
pengayakan dengan menggunakan pengayak dengan nomor mesh 50, sehingga
diperoleh serbuk halus. Menurut Dirjen POM (2014), kecuali dinyatakan lain,
derajat kehalusan serbuk untuk pembuatan ekstrak merupakan serbuk halus.
Selanjutnya kadar air serbuk simplisia daun sirih merah ditentukan dengan metode
destilasi toluen. Serbuk simplisia daun sirih merah merupakan simplisia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mengandung senyawa metabolit sekunder yang bersifat volatil, salah satunya
minyak atsiri. Berdasarkan Farmakope Herbal (2009), merekomendasikan
penentuan kadar air simplisia tanaman yang mengandung senyawa metabolit
sekunder yang bersifat volatil lebih untuk menggunakan metode destilasi toluen.
Kadar air nantinya dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
% Kadar air = volume air (mL) x 100%
berat simplisia yang ditimbang (g)
Volume air yang diperoleh adalah 0,5 mL, dengan bobot serbuk yang
ditimbang adalah 10,2294 gram, sehingga kadar air yang diperoleh adalah
4,8879%. Persen kadar air yang baik adalah kurang dari 10% (Direktorat Jendral
Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).
Serbuk simplisia daun sirih merah diekstraksi dengan metode maserasi dan
menggunakan pelarut metanol 70%. Ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM)
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa (Marliyana et al., 2013). Hasil maserasi yang diperoleh
disaring dengan menggunakan corong buchner yang telah diberikan kertas saring
sebelumnya. Serbuk yang diperoleh dari proses penyaringan tersebut diremaserasi
kembali. Total proses maserasi dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu dengan pelarut
metanol 70% sebanyak 100 mL, 75 mL, dan 25 mL. Produk akhir dari proses
maserasi merupakan ekstrak cair, yang nantinya akan dijadikan ekstrak kental
dengan bantuan evaporator pada suhu 65°C. Pelarut metanol merupakan pelarut
yang miliki titik didih pada suhu 65°C (PubChem, 2018). Maka pada suhu 65°C
pelarut metanol 70% dalam ekstrak cair akan lebih mudah menguap, sehingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut ditentukan bobot tetapnya untuk
dapat mengetahui persen rendemennya. Dapat disebut bobot tetap ketika pada dua
kali penimbangan selisih bobot tidak melebihi 0,5 mg (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Bobot dihitung setelah dipijarkan
selama 60 menit. Bobot tetap ekstrak kental daun sirih merah yang diperoleh
adalah 25,5670 gram, sedangkan bobot serbuk simplisia daun sirih merah yang
ditimbang yaitu 134,5500 gram. Berdasarkan hasil bobot ekstrak dan bobot serbuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
simplisia, diperoleh persen rendemen sebesar 19,0018%. Persen rendemen
dihitung untuk mengetahui seberapa banyak ekstrak metanol daun sirih merah
(EMDSM) yang diperoleh. Semakin tinggi nilai rendemen yang diperoleh, maka
semakin banyak EMDSM yang diperoleh (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan RI, 2011). Rumus persen rendemen adalah sebagai berikut.
% Rendemen = bobot ekstrak (g) x 100%
bobot simplisia yang dihitung (g)
Penelitian ini menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa, seperti yang
tertera pada surat identifikasi bakteri pada lampiran 3. Sebelum pelaksanaan uji
aktivitas antimikroba dengan metode difusi sumuran, perlu dilakukan penyiapan
stok dan suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa terlebih dahulu. Stok bakteri
uji dibuat dengan menggoreskan jarum ose pada media NA sebanyak 1-2 kali,
kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
penyiapan suspensi bakteri uji dengan mengambil secukupnya bakteri uji pada
stok bakteri kemudian diencerkan dengan BPW. Suspensi bakteri disetarakan
kekeruhannya dengan larutan McFarland 0,5 dengan bantuan alat nephelometer
(CLSI, 2018).
(a) (b)
Gambar 1. (a) Kontrol media; (b) Kontrol pertumbuhan
Aktivitas antimikroba ampisilin (AMP) tunggal, EMDSM tunggal, serta
kombinasi AMP dan EMDSM terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa diuji
menggunakan metode difusi sumuran dengan ukuran lubang sumuran sebesar 6
mm dan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Media yang digunakan pada
penelitan adalah nutrient agar (NA). Terdapat kontrol media untuk memastikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bahwa penelitian dilakukan secara aseptis. Pada kontrol media tidak nampak
adanya kontaminasi atau bakteri yang tumbuh. Maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian dilakukan secara aseptis. Selain kontrol media, terdapat kontrol
pertumbuhan yang dibuat untuk memastikan bahwa bakteri Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada media. Kekeruhan kontrol
pertumbuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada media. Hasil kontrol media dan
kontrol pertumbuhan yang diperoleh pada penelitian dapat dilihat pada gambar
1(a) dan 1(b).
Kontrol negatif berisi pelarut yang digunakan dalam penelitian, yaitu
DMSO 1% (pelarut EMDSM), BPW (pelarut untuk mengencerkan bakteri), dan
aquadest steril (pelarut AMP). Pelarut yang digunakan tidak boleh memiliki
aktivitas antimikroba. Kontrol negatif dibuat untuk melihat apakah pelarut yang
digunakan memiliki aktivitas antimikroba atau tidak. Hasil menunjukkan bahwa
pelarut yang dipakai tidak memiliki aktivitas antimikroba. Hasil kontrol negatif
dapat dilihat pada pada gambar 2(b).
(a) (b)
Gambar 2. Hasil difusi sumuran (a) EMDSM tunggal 0,75 mg/mL
(b) kontrol negatif, AMP tunggal 40 µg/mL, dan kombinasi
Keterangan gambar 2(b) :
1 = Kontrol negatif
2 = AMP tunggal 40 µg/mL
3 = EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP
4 = EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP
5 = EMDSM 3 mg/mL dan AMP
6 = EMDSM 6 mg/mL dan AMP
7 = EMDSM 12 mg/mL dan AMP
*AMP= 40 µg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marliyana et al. (2013), ekstrak
etanol daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa pada konsentrasi 0,75 mg/mL. EMDSM tunggal yang diujikan hanya
konsentrasi 0,75 mg/mL karena menurut Marliyana et al. (2013), konsentrasi
tersebut merupakan KHM dari ekstrak etanol daun sirih merah. Rupanya dengan
konsentrasi yang sama EMDSM juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, seperti pada gambar 2(a). EMDSM yang
dikombinasikan dengan AMP dibuat variasi konsentrasinya untuk melihat
kombinasi mana yang dapat menghasilkan aktivitas antimikroba yang paling baik.
Berdasarkan penelitian Christopher et al. (2014), pada uji aktivitas
antimikroba AMP dengan metode difusi disk Kirby Bauer, AMP memiliki KHM
pada 0,20-250 µg/ mL untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, sehingga pada penelitian ini AMP tunggal diuji
aktivitas antimikrobanya adalah konsentrasi 40 µg/mL. Hasilnya AMP pada
konsentrasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti pada gambar
2(b). Namun terdapat sedikit bakteri yang tidak mati pada zona hambat AMP 40
µg/mL, hal ini menandakan bahwa terdapat bakteri yang telah resisten terhadap
AMP pada konsentrasi 40 µg/mL.
EMDSM yang diuji aktivitas antimikrobanya dalam kombinasi dengan
AMP konsentrasi 40 µg/mL adalah EMDSM konsentrasi 0,75 mg/mL, 1,5
mg/mL, 3 mg/mL, 6 mg/mL, dan 12 mg/mL, seperti pada gambar 2(b). Masing-
masing kombinasi tersebut terlihat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, ditunjukkan dari adanya zona jernih yang dihasilkan.
Diameter zona hambat dari setiap perlakuan selanjutnya diukur dengan
menggunakan penggaris. Data diameter zona hambat dapat dilihat pada tabel 1.
Diameter ukuran zona hambat yang diperoleh telah dikurangi dengan diameter
pelubang sumuran 6 mm sebelumnya.
Berdasarkan tabel 1, kontrol negatif yang berisi pelarut (DMSO 1%, BPW,
dan aquadest) tidak menunjukkan zona hambat. Hal ini berarti baik DMSO 1%,
BPW, maupun aquadest tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pseudomonas aeruginosa. Pelarut yang digunakan pada penelitian haruslah
pelarut yang tidak mempengaruhi hasil penelitian. Apabila pelarut yang
digunakan dapat menghasilkan zona hambat, maka hal ini akan menimbulkan bias
pada hasil penelitian, sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. AMP tunggal,
EMDSM tunggal, dan kombinasinya memiliki aktivitas antimikroba, ditunjukkan
dari munculnya zona hambat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan dan kontrol negatif
Pelarut dan Perlakuan
Tunggal
Rata-Rata Zona
Hambat (mm)
Perlakuan
Kombinasi
Rata-Rata Zona
Hambat (mm)
Pelarut 0,0 1 7,7
AMP tunggal 8,3 2 8,7
EMDSM tunggal 9,0 3 9,0
4 9,5
5 9,2
* Pelarut= DMSO 1%, BPW, dan aquadest; AMP tunggal = 40 µg/mL;
EMDSM tunggal = 0,75 mg/mL; 1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP;
2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP; 3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP;
4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP; 5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP
Data zona hambat yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik. Uji
normalitas dilakukan dengan uji Shapiro Wilk, karena masing-masing kelompok
perlakuan memiliki tiga data. Pada uji Shapiro Wilk, terdapat empat data yang
tidak terdistribusi normal, yaitu pada data AMP tunggal, EMDSM tunggal,
kombinasi EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP, serta kombinasi EMDSM 3 mg/mL
dan AMP. Kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene.
Hasilnya didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05), sehingga data yang diperoleh tidak
homongen. Untuk melihat apakah ada perbedaan bermakna antar kelompok
perlakuan, dilakukan uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis dipilih karena data
tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Hasil uji Kruskal-Wallis
menunjukkan nilai p = 0,141 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan bermakna
pada perlakuan yang dilakukan. Hasil tidak berbeda bermakna diperjelas dengan
uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%, seperti pada tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%
Perbandingan Nilai p Perbandingan Nilai p
Kontrol
negatif
AMP
tunggal 0,000 K-1 K-2 0,965
EMDSM
tunggal 0,000 K-3 0,863
K-1 0,000 K-4 0,590
K-2 0,000 K-5 0,783
K-3 0,000 K-2 K-3 1,000
K-4 0,000 K-4 0,987
K-5 0,000 K-5 0,999
AMP
tunggal
EMDSM
tunggal 0,996 K-3 K-4 0,999
K-1 0,863 K-5 1,000
K-2 1,000 K-4 K-5 1,000
K-3 1,000 *AMP tunggal= 40 µg/mL;
EMDSM tunggal= 0,75 mg/mL;
K-1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP;
K-2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP;
K-3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP;
K-4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP;
K-5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP
*Warna kuning: Berbeda bermakna;
Tidak berwarna: Tidak berbeda bermakna
K-4 0,999
K-5 1,000
EMDSM
tunggal K-1 0,996
K-2 1,000
K-3 0,996
K-4 0,924
K-5 0,987
Berdasarkan hasil perbandingan pada uji Mann-Whitney, semua perlakuan
tidak memiliki perbedaan yang signifikan kecuali jika dibandingkan dengan
pelarut. Besarnya zona hambat perlakuan kombinasi ternyata tidak berbeda
signifikan dengan perlakuan tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang
dihasilkan dari kombinasi AMP dan EMDSM tidak menghasilkan efek sinergis,
melainkan indifferent. Menurut Garroth dan Waterworth (1967), adanya efek
indifferent pada suatu kombinasi dapat disebabkan karena dua agen yang
dikombinasikan memiliki aksi yang sama. Efek indifferent bisa saja didapat
karena kombinasi AMP dan EMDSM memiliki aksi antimikroba yang sama, yaitu
mengganggu dinding sel bakteri uji sehingga mengakibatkan kematian.
EMDSM tunggal dan kombinasi dilihat kandungan senyawanya dengan uji
KLT dan uji tabung. Uji tersebut dilakukan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kandungan EMDSM sebelum dan setelah dikombinasikan. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Rinanda et al. (2012), EMDSM mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tanin, sedangkan menurut Hartini et
al. (2013) terdapat kandungan minyak atsiri dan terpenoid. Pada penelitian ini
metode KLT dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid, sedangkan
pada uji tabung mengidentifikasi adanya kandungan flavonoid, tanin, alkaloid,
saponin, dan minyak atsiri dalam EMDSM. Senyawa metabolit sekunder yang
diuji yaitu senyawa yang memiliki efek antimikroba. Mekanisme senyawa-
senyawa tersebut antara lain: flavonoid dapat meningkatkan permeabilitas dinding
sel bakteri; tanin dapat mengganggu membran sel bakteri dan membentuk
senyawa kompleks dengan suatu enzim atau substrat; alkaloid dapat menyebabkan
bakteri mengalami lisis dengan mekanisme yang masih belum jelas, namun
aktivitasnya diakibatkan karena cincin karbon, substitusi aromatik, dan oksidasi
alami dari alkaloid; saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau
hidrofilik dan dapat mendilusikan lipid atau lipofilik, sehingga dapat mengurangi
tegangan permukaan sel bakteri; minyak atsiri mengandung linalol yang
mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) yang aktif sebagai antibakteri pada
umumnya (Rachmawaty et al., 2018; Rinanda et al., 2012).
Uji KLT menggunakan fase gerak berupa etil asetat dan toluen dengan
perbandingan 9:1 dan fase diam berupa silica gel GF254. Standar flavonoid yang
dipakai adalah kuersetin. Menurut Panche et al. (2016), kuersetin merupakan
flavonoid yang pada umumnya terdapat pada tanaman obat. Maka pada penelitian
ini menggunakan kuersetin sebagai standar untuk mendeteksi adanya flavonoid
pada EDSM. Tiap larutan uji ditotolkan sebanyak 30 kali pada plat KLT
kemudian dielusikan hingga jarak 10 cm dengan menggunakan fase gerak.
Menurut literatur, adanya kandungan flavonoid ditunjukkan dari terbentuknya:
peredaman fluorosensi pada detektor UV 254 nm (Kesarkar et al., 2009); warna
ungu pada detektor UV 365 nm (Dwiatmaka, 2010) atau dapat terbentuk warna
kuning gelap, hijau, maupun biru (Kersarkar et al., 2009); dan warna abu-abu
kecoklatan setelah disemprot dengan pereaksi FeCl3 (Sonam et al., 2017). Hasil
uji KLT dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(a) (b) (c)
Gambar 3. Hasil uji KLT dengan (a) detektor UV
254 nm; (b) detektor UV 365 nm; (c) disemprot dengan pereaksi FeCl3
Keterangan gambar 3(a), 3(b), dan 3(c):
1 = Standar (kuersetin)
2 = AMP tunggal 40 µg/mL
3 = EMDSM tunggal 0,75 mg/mL
4 = EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP
5 = EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP
6 = EMDSM 3 mg/mL dan AMP
7 = EMDSM 6 mg/mL dan AMP
8 = EMDSM 12 mg/mL dan AMP
*AMP= 40 µg/mL
Senyawa kuersetin tidak teridentifikasi pada hasil uji KLT EMDSM tunggal
maupun kombinasi. Hal ini ditunjukkan dari perbedaan warna maupun nilai Rf
EMDSM tunggal dan kombinasi dengan standar kuersetin. Namun meskipun tidak
terlihat adanya kuersetin, nampak hasil bercak biru pada UV 365 nm. Munculnya
warna biru merupakan indikasi adanya flavonoid di dalam suatu bahan uji
(Kersarkar et al., 2009). Terdapat berbagai macam jenis flavonoid, yaitu flavonol
antosianin, kalkon, flavanon, flavon, dan isoflavonoid (Panche et al., 2016).
Kuersetin sendiri merupakan flavonoid jenis flavonol. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, EMDSM rupanya memiliki flavonoid jenis yang lain, bukan flavonol
(kuersetin). Selain flavonoid, muncul juga senyawa yang lain, seperti klorofil,
terlihat dari warna kemerahan pada detektor UV 365 nm (Wagner et al., 1983)
dan senyawa fenol, terlihat dari warna hijau tua dan biru tua pada detektor UV
254 nm, teridentifikasi dalam EMDSM (Susanti et al., 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tabel 3. Nilai Rf dan warna uji KLT standar dan perlakuan tunggal
Detektor Bercak Standar
AMP tunggal 40 µg/mL
EMDSM tunggal 0,75 mg/mL
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
UV 254 nm
A - - - - - -
B - - - - 0,54 BT
C - - - - 0,72 BT
D - - - - 0,95 HT
E - - - - 0,98 HT
F 0,67 H - - - -
UV365 nm
A - - - - 0,22 M
B - - - - - -
C - - - - 0,95 M
D - - - - 0,98 M
E 0,67 U - - - -
Pereaksi FeCl3
A - - - - - -
B - - - - - -
C - - - - 0,98 AK
D 0,67 H - - - -
* H= Hitam; U= Ungu; BT= Biru tua; HT= Hijau tua; Mk= Merah; AK= Abu-abu kecoklatan
Tabel 4. Nilai Rf dan warna uji KLT perlakuan kombinasi
Detektor Bercak 1 2 3 4 5
Rf W Rf W Rf W Rf W Rf W
UV 245 nm
A - - - - 0,25 Hj 0,26 Hj 0,28 Hj
B 0,54 B 0,54 B 0,54 B 0,55 B 0,55 B
C 0,71 B 0,71 B 0,70 B 0,70 B 0,70 B
D 0,95 Hj 0,94 Hj 0,93 Hj 0,93 Hj 0,91 Hj
E 0,98 Hj 0,97 Hj 0,97 Hj 0,98 Hj 0,97 Hj
F - - - - - - - - - -
UV 365 nm
A 0,22 M 0,24 M 0,25 M 0,26 M 0,28 M
B - - - - - - 0,70 M 0,70 M
C 0,95 M 0,94 M 0,93 M 0,93 M 0,97 M
D 0,98 M 0,97 M 0,97 M 0,98 M 0,97 M
Pereaksi
FeCl3
A - - - - - - 0,26 Hj 0,26 Hj
B - - 0,94 Hj 0,93 Hj 0,93 Hj 0,91 Hj
C 0,98 Hj 0,97 Hj 0,97 Hj 0,98 Hj 0,97 Hj
D - - - - - - - - - -
* Rf= Nilai Rf; W= Warna
* H= Hitam; B= Biru tua; Hj= Hijau tua; Mk= Merah
* 1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP; 2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP;
3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP; 4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP; 5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP (AMP= 40µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pada hasil uji tabung menunjukkan bahwa EMDSM terdeteksi mengandung:
flavonoid, ditandai dengan perubahan warna menjadi oranye; tanin, ditandai dari
terjadinya perubahan warna menjadi hijau kehitaman; saponin, ditandai dari
terbentuknya buih; dan minyak atsiri, ditandai dari munculnya bau yang khas.
Alkaloid tidak terdeteksi pada uji tabung EMDSM (tidak terbentuk endapan
kuning). Menurut Hartini et al. (2013), EMDSM akan terdeteksi mengandung
alkaloid. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena konsentrasi alkaloid dalam
EMDSM yang terlalu kecil untuk dapat memunculkan endapan berwarna kuning.
Hasil uji tabung dapat dilihat seperti pada lampiran 6.
Berdasarkan hasil uji KLT dan uji tabung, tidak terdapat perbedaan senyawa
metabolit sekunder EMDSM tunggal maupun kombinasi. EMDSM pada
konsentrasi 0,75 mg/mL hingga 12 mg/mL akan mengandung flavonoid, tanin,
saponin, dan minyak atsiri. Menambahkan EMDSM dengan AMP tidak
mengubah kandungan yang ada di dalamnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kombinasi AMP dan EMDSM tidak menghasilkan efek yang sinergis,
melainkan efek indifferent, ditunjukkan dari ukuran diameter zona hambat yang
tidak berbeda secara statistik dibandingkan dengan agen tunggalnya. Persamaan
aksi antimikroba dari AMP dan EMDSM membuat kombinasi tersebut memiliki
efek indifferent. EMDSM pada konsentrasi 0,75 mg/mL hingga 12 mg/mL
mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Kandungannya tetap
meski ditambahkan dengan AMP. Perlu dilakukan pengujian terhadap kombinasi
antibiotik dan tanaman lain yang memiliki aktivitas antimikroba, sehingga dapat
membuka peluang ditemukannya penemuan obat antibiotik baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI), 2010. Acuan Sediaan
Herbal. Volume 5, Edisi 1, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan,
6-8.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2013. Antibiotic Resistance
Threats in the United States, 2013. United States: U.S. Department of
Health and Human Services, 59.
Cherian, P. T., 2016. Design, Synthesis and Microbiological Evaluation of
Ampisilin–Tetramic Acid Hybrid Antibiotics. The Journal of Antibiotics,
(2016), 1-8.
Christopher, A. E., 2014. Incidence of Lower Respiratory Tract Infections among
Elderly Patients in Federal Medical Centre UMUHIA. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences, 13(11), 85-97.
Ciulei, J., 1984. Methodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest:
Faculty of Pharmacy, 11-26.
Clinical and Laboratory Standards Institute, 2018. Performance Standards of
Antimicrobial Susceptibility Testing, 28 ed., Wayne, PA: Clinical and
Laboratory Standards Institute, 74, 170.
Departemen Kesehatan RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 1-18.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid 3. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, 168-171.
Direktorat Jendral POM, 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 42.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI, 110-111.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dwiatmaka, Y., 2010. Identifikasi Flavonoid Herba Pegagan Embun (Hydrocotyle
sibthorpiodes Lmk.) Hasil Isolasi Secara KLTP Serta Uji Kemurniannya
dengan HPLC. SIGMA, 13(2), 167-177.
Fauziyah, P. N., et al., 2017. Combination Effect of Antituberculosis Drugs and
Ethanolic Extract of Selected Medicinal Plants against Multi-Drug
Resistant Mycobacterium tuberculosis Isolates. Scientia Pharmaceutica,
85(14), 1-9.
Hartini, Y. S., Wahyuono, S., Widyarini, S., Yuswanto, A., 2013. Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Fraksi-fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 11(2), 108-115.
Juan, C., et al., 2017. Host and Pathogen Biomarkers for Severe Pseudomonas
aeruginosa Infections. The Journal of Infectious Diseases, 215(1), 44-51.
Kesarkar, S., et al., 2009. Flavonoids: An Overview. Journal of Pharmacy
Research, 2(6), 1148-1154.
Kuntari, L. M., et al., 2014. Perbedaan Daya Antibakteri Klorheksidin 2% dan
Berbagai Konsentrasi Sodium Hipoklorit Kombinasi Omeprazole 8,5%
Terhadap Enterococcus faecalis. Jurnal Kedokteran Gigi, 5(2), 139-149.
Kursia, S., Lebang, J. S., Taebe, B., Rahim, A. B. W. O. R., Nursamsiar., 2016.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau (Piper betle
L.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. IJPST, 3(2), 72-76.
Kusuma, S. A.F., et al., 2016. Antibacterial Spectrum of Ethanol Extract of
Indonesian Red Piper Betel Leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav) Against
Staphylococcus species. International Journal of Pharma Sciences and
Research, 7(11), 448-452.
Marliyana, S. D., 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) (Antibacterial Activity Of The Essential
Oils Piper crocatum Ruiz & Pav. Leaves). Alchemy Jurnal Penelitian
Kimia, 9(2), 33-40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Moradali, M. F., et al., 2017. Pseudomonas aeruginosa Lifestyle: A Paradigm for
Adaptation, Survival, and Persistence. Frontiers in Cellular and Infection
Microbiology, 7(39), 1-29.
Panche, A. N., et al., 2016. Flavonoids: An Overview. Journal of Nutritional
Science, 5(47), 1-15.
Pandey A., and Tripathi, S., 2014. Concept of standardization, extraction and pre
phytochemical screening strategies for herbal drug. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry, 2(5), 115-119.
Rachmawaty, F. J., et al., 2018. Optimasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
MMJKK, 18(1), 13-19.
Rinanda, T., et al., 2012. Antibacterial activity of red betel (Piper crocatum) leaf
methanolic extracts aginst methicillin resistant Staphylococcus aureus.
In: Proceeding - The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala
University 2012 & The 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference, 2(1),
270-275.
Rustini, R., et al., 2017. Antibacterial Resistance Pattern of Pseudomonas
aeruginosa Isolated From Clinical Samples At A General Hospital in
Padang, West Sumatra, Indonesia. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research, 10(8), 158-160.
Sonam, M., et al., 2017. Phytochemical Screening and TLC Profiling of Various
Extracts of Reinwardtia indica. International Journal of Pharmacognosy
and Phytochemical Research, 9(4), 523-527.
Thangaraj, P., 2016. Pharmacological Assays of Plant-Based Natural Products.
Switzerland: Springer International Publishing, 10.
Wagner, et al., 1983. Plant Drug Analysis, A Thin Layer Chromatography Atlas.
2 ed., Berlin: Springer Verlag., 90.
World Health Organization (WHO), 2014. Antimicrobial Resistance Global
Report on Surveillance. Switzerland: WHO Press, 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Yayan, J., et al., 2015. Antibiotic Resistance of Pseudomonas aeruginosa in
Pneumonia at a Single University Hospital Centerin Germanyovera 10-
Year Period. Plos One, 10(10), 1-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman (Daun Sirih Merah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 3. Sertifikat Identifikasi Hasil Uji Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Lampiran 4.Volume Air Serbuk Simplisia Daun Sirih Merah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 5. Diameter Zona Hambat Uji Aktivitas Antimikroba Tiap Perlakuan
Larutan Uji Replikasi
1
Replikasi
2
Replikasi
3
Rata-Rata
Zona Hambat
(mm)
EMDSM tunggal
(0,75 mg/mL) 8,0 9,0 8,0 0,83
AMP tunggal
(40µg/mL) 9,5 8,0 9,5 0,9
Kombinasi 1 9,5 9,0 4,5 7,7
Kombinasi 2 8,0 8,0 1,0 8,7
Kombinasi 3 9,5 8,0 9,5 9,0
Kombinasi 4 1 9,0 9,5 9,5
Kombinasi 5 8,5 9,0 1,0 9,2
* Kombinasi 1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP 40 µg/ml;
Kombinasi 2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP 40 µg/ml;
Kombinasi 3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP 40 µg/ml;
Kombinasi 4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP 40 µg/ml;
Kombinasi 5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP 40 µg/ml
Lampiran 6. Hasil Uji Tabung
Lampiran 6.1. Larutan Uji Sebelum Diberi Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 6.2. Hasil Uji Identifikasi Flavonoid
Lampiran 6.3. Hasil Uji Identifikasi Tanin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6.4. Hasil Uji Identifikasi Alkaloid
Lampiran 6.5. Hasil Uji Identifikasi Saponin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 6.5. Hasil Uji Identifikasi Minyak Atsiri
Lampiran 6.5.1. Perlakuan Kombinasi
Lampiran 6.5.2. AMP Tunggal
Lampiran 6.5.3. EMDSM Tunggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Uji Aktivitas Antimikroba Metode Sumuran
Lampiran 7.1. Hasil Uji Shapiro Wilk
Tests of Normalitya
Pelarut Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Zona
Hambat
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,385 3 . ,750 3 ,000
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) ,385 3 . ,750 3 ,000
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDSM
(0,75 mg/mL)
,353 3 . ,824 3 ,174
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDSM
(1,5 mg/mL)
,385 3 . ,750 3 ,000
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDSM (3
mg/mL)
,385 3 . ,750 3 ,000
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDSM (6
mg/mL)
,175 3 . 1,000 3 1,000
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDSM (12
mg/mL)
,253 3 . ,964 3 ,637
a. Zona Hambat is constant when Pelarut = Pelarut. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 7.2. Hasil Uji Levene
Test of Homogeneity of Variances
Zona Hambat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6,460 7 16 ,001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 7.3. Hasil Uji Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
Zona Hambat
Chi-Square 10,952
Df 7
Asymp. Sig. ,141
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pelarut
Lampiran 7.4. Hasil Uji Mann-Whitney
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Zona Hambat
Tukey HSD
(I) Pelarut (J) Pelarut
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
Pelarut
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
-,83333* ,0982
5 ,000 -1,1735 -,4932
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) -,90000*
,0982
5 ,000 -1,2402 -,5598
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
-,76667* ,0982
5 ,000 -1,1068 -,4265
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
-,86667* ,0982
5 ,000 -1,2068 -,5265
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
-,90000* ,0982
5 ,000 -1,2402 -,5598
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,95000* ,0982
5 ,000 -1,2902 -,6098
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,91667* ,0982
5 ,000 -1,2568 -,5765
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ekstrak
Metanol
Daun Sirih
Merah
Tunggal
(0.75
mg/mL)
Pelarut ,83333* ,0982
5 ,000 ,4932 1,1735
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) -,06667
,0982
5 ,996 -,4068 ,2735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,06667 ,0982
5 ,996 -,2735 ,4068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
-,03333 ,0982
5 1,000 -,3735 ,3068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
-,06667 ,0982
5 ,996 -,4068 ,2735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,11667 ,0982
5 ,924 -,4568 ,2235
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,08333 ,0982
5 ,987 -,4235 ,2568
Ampisilin
tunggal
(40
µg/mL)
Pelarut ,90000* ,0982
5 ,000 ,5598 1,2402
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,06667 ,0982
5 ,996 -,2735 ,4068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,13333 ,0982
5 ,863 -,2068 ,4735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
,03333 ,0982
5 1,000 -,3068 ,3735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
,00000 ,0982
5 1,000 -,3402 ,3402
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,05000 ,0982
5 ,999 -,3902 ,2902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,01667 ,0982
5 1,000 -,3568 ,3235
Kombinasi
AMP (40
µg/mL)
dan
EMDS
(0,75
mg/mL)
Pelarut ,76667* ,0982
5 ,000 ,4265 1,1068
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
-,06667 ,0982
5 ,996 -,4068 ,2735
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) -,13333
,0982
5 ,863 -,4735 ,2068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
-,10000 ,0982
5 ,965 -,4402 ,2402
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
-,13333 ,0982
5 ,863 -,4735 ,2068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,18333 ,0982
5 ,590 -,5235 ,1568
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,15000 ,0982
5 ,783 -,4902 ,1902
Kombinasi
AMP (40
µg/mL)
dan
EMDS
(1,5
mg/mL)
Pelarut ,86667* ,0982
5 ,000 ,5265 1,2068
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,03333 ,0982
5 1,000 -,3068 ,3735
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) -,03333
,0982
5 1,000 -,3735 ,3068
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,10000 ,0982
5 ,965 -,2402 ,4402
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
-,03333 ,0982
5 1,000 -,3735 ,3068
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,08333 ,0982
5 ,987 -,4235 ,2568
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,05000 ,0982
5 ,999 -,3902 ,2902
Kombinasi
AMP (40
µg/mL)
dan
EMDS (3
mg/mL)
Pelarut ,90000* ,0982
5 ,000 ,5598 1,2402
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,06667 ,0982
5 ,996 -,2735 ,4068
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) ,00000
,0982
5 1,000 -,3402 ,3402
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,13333 ,0982
5 ,863 -,2068 ,4735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
,03333 ,0982
5 1,000 -,3068 ,3735
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,05000 ,0982
5 ,999 -,3902 ,2902
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
-,01667 ,0982
5 1,000 -,3568 ,3235
Kombinasi
AMP (40
µg/mL)
dan
EMDS (6
mg/mL)
Pelarut ,95000* ,0982
5 ,000 ,6098 1,2902
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,11667 ,0982
5 ,924 -,2235 ,4568
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) ,05000
,0982
5 ,999 -,2902 ,3902
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,18333 ,0982
5 ,590 -,1568 ,5235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
,08333 ,0982
5 ,987 -,2568 ,4235
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
,05000 ,0982
5 ,999 -,2902 ,3902
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (12
mg/mL)
,03333 ,0982
5 1,000 -,3068 ,3735
Kombinasi
AMP (40
µg/mL)
dan
EMDS (12
mg/mL)
Pelarut ,91667* ,0982
5 ,000 ,5765 1,2568
Ekstrak Metanol Daun
Sirih Merah Tunggal
(0.75 mg/mL)
,08333 ,0982
5 ,987 -,2568 ,4235
Ampisilin tunggal (40
µg/mL) ,01667
,0982
5 1,000 -,3235 ,3568
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS
(0,75 mg/mL)
,15000 ,0982
5 ,783 -,1902 ,4902
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (1,5
mg/mL)
,05000 ,0982
5 ,999 -,2902 ,3902
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (3
mg/mL)
,01667 ,0982
5 1,000 -,3235 ,3568
Kombinasi AMP (40
µg/mL) dan EMDS (6
mg/mL)
-,03333 ,0982
5 1,000 -,3735 ,3068
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Pipit Puspitasari, lahir di
Wonosobo pada tanggal 21 September 1997. Penulis
akrab dipanggil Pipit dan merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan Sunarso dan Sridana.
Penulis menempuh pendidikan di TK Kristen 01
Wonosobo (2002-2003), SD Kristen 03 Wonosobo
(2003-2009), SMP Kristen 01 Wonosobo (2009-2012),
SMA Negeri 1 Wonosobo (2012-2015), dan pada tahun
2015 melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar
sarjana di Universitas Sanata Dharma.
Selama berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis
aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya yaitu tergabung
dalam acara kepanitiaan Desa Mitra II (2016), Desa Mitra III (2016), FACTION 1
(2017), TITRASI (2017), PROTON (2017), Pharmacy Performance (2017), dan
menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Farmakologi Toksikologi
(2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI