13
LPPM - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 934 PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN ASHITABA (Angelica keiskei) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA VIVIA WIDYATI Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia [email protected] ISMI HIDAYA Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia [email protected] NOERMAN YUSUF PRATAMA PUTRA Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia [email protected] SUYATNO Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia [email protected] Diterima Rabu 24 Oktober 2018 Direvisi Kamis 25 Oktober 2018 Abstrak - Dilakukan penelitian berjudul Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba (Angelica keiskei) Sebagai Inhibitor Korosi Baja. Baja merupakan material yang umum digunakan dalam pembangunan infrastruktur. Agar baja tahan lama dan terhindar dari korosi maka dibutuhkan inhibitor korosi. Saat ini produk inhibitor korosi mayoritas tidak ramah lingkungan, sehingga diperlukan inhibitor korosi alternatif yang ramah lingkungan. Alternatif tersebut dengan menggunakan ekstrak daun Ashitaba. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa ekstrak metanol daun Ashitaba mengandung senyawa kimia golongan flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai inhibitor korosi alami. Dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan konsentrasi ekstrak dengan laju korosi serta menentukan konsentrasi dan efisiensi inhibisi korosi ekstrak metanol daun Ashitaba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengurangan massa. Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh/hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan laju inhibisi korosi baja. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin rendah laju korosi baja. Laju korosi terendah diperoleh pada konsentrasi ekstrak 2000 ppm yaitu 0,000174211 gr/cm 2 hari. Sedangkan efisiensi inhibisi tertinggi yaitu 43,24016786 % pada konsentrasi ekstrak 2000 ppm. Peristiwa adsorbsi isotermal yang terjadi merupakan jenis adsorbsi isotermal Langmuir. Dari penelitian tersebut telah terbukti bahwa ekstrak metanol daun Ashitaba berpotensi sebagai inhibitor korosi. Kata kunci: Ashitaba; Inhibitor korosi ; ekstrak ; senyawa kimia Abstract - This research is Utilization of Ashitaba Leaf Leaf Methanol Extract (Angelica keiskei) as Steel Corrosion Inhibitor. Steel is material commonly used in infrastructure development. For avoids

PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

LPPM - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

934

PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN ASHITABA

(Angelica keiskei) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA

VIVIA WIDYATI

Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia

[email protected]

ISMI HIDAYA

Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang

Surabaya (60231), Indonesia

[email protected]

NOERMAN YUSUF PRATAMA PUTRA

Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang

Surabaya (60231), Indonesia [email protected]

SUYATNO

Departemen Kimia, Universitas Negeri Surabaya, JL. Ketintang Surabaya (60231), Indonesia

[email protected]

Diterima Rabu 24 Oktober 2018

Direvisi Kamis 25 Oktober 2018

Abstrak - Dilakukan penelitian berjudul Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba

(Angelica keiskei) Sebagai Inhibitor Korosi Baja. Baja merupakan material yang umum digunakan

dalam pembangunan infrastruktur. Agar baja tahan lama dan terhindar dari korosi maka dibutuhkan

inhibitor korosi. Saat ini produk inhibitor korosi mayoritas tidak ramah lingkungan, sehingga

diperlukan inhibitor korosi alternatif yang ramah lingkungan. Alternatif tersebut dengan

menggunakan ekstrak daun Ashitaba. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa ekstrak metanol daun

Ashitaba mengandung senyawa kimia golongan flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid,

kumarin dan minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai inhibitor korosi alami. Dari itu, tujuan

dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan konsentrasi ekstrak dengan laju korosi serta

menentukan konsentrasi dan efisiensi inhibisi korosi ekstrak metanol daun Ashitaba. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengurangan massa. Hasil penelitian ini yaitu terdapat

pengaruh/hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan laju inhibisi korosi baja. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak maka semakin rendah laju korosi baja. Laju korosi terendah diperoleh pada

konsentrasi ekstrak 2000 ppm yaitu 0,000174211 gr/cm2hari. Sedangkan efisiensi inhibisi tertinggi

yaitu 43,24016786 % pada konsentrasi ekstrak 2000 ppm. Peristiwa adsorbsi isotermal yang terjadi

merupakan jenis adsorbsi isotermal Langmuir. Dari penelitian tersebut telah terbukti bahwa ekstrak

metanol daun Ashitaba berpotensi sebagai inhibitor korosi.

Kata kunci: Ashitaba; Inhibitor korosi ; ekstrak ; senyawa kimia

Abstract - This research is Utilization of Ashitaba Leaf Leaf Methanol Extract (Angelica keiskei) as

Steel Corrosion Inhibitor. Steel is material commonly used in infrastructure development. For avoids

Page 2: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 935

corrosion, corrosion inhibitors are needed. The majority of corrosion inhibitor products are not

environmentally friendly, so an alternative corrosion inhibitor is needed that is environmentally

friendly. The alternative is using Ashitaba leaf extract. The chemical compounds from methanol

extract of Ashitaba leaves contains flavonoid, saponin, tannin, steroid and triterpenoid, coumarin and

essential oils which have potential as natural corrosion inhibitors. The purpose is to determine the

relation of concentration with corrosion rate and determine the concentration and corrosion inhibition

efficiency of methanol extract of Ashitaba leaves. The method used in this study is weight loss

method. The results is an relation between the concentration of extract with the rate of corrosion

inhibition of steel. The higher the extract concentration, the lower the corrosion rate. The lowest

corrosion rate was obtained at 2000 ppm namely 0.000174211 gr / cm2 days. While the highest

inhibitory efficiency was 43,24016786% at 2000 ppm extract. The type of isothermal adsorption is

Langmuir isothermal adsorption. So, the methanol extract of Ashitaba leaves has the potential as a

corrosion inhibitor.

Keywords: Ashitaba; corrosion inhibitors ; extracts ; chemical compounds

1. Pendahuluan

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang berusaha

untuk menuju negara maju. Untuk menjadi negara maju dibutuhkan salah satunya yaitu

infrastruktur yang baik demi memenuhi kesejahteraan masyarakat. Dalam membangun

suatu insfrastuktur yang baik dibutuhkan pembangunan yang baik yaitu yang dapat

bertahan lama atau awet, kuat, aman sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

luas. Untuk memperoleh pembangunan yang baik di antaranya yaitu pemilihan suatu

bahan yang baik untuk membangun insfrastuktur tersebut seperti contohnya penggunaan

baja daripada besi dalam membangun suatu gedung-gedung, sarana transportasi seperti

jembatan dan lain-lain. Tipe baja yang umum digunakan untuk pembangunan gedung,

jembatan, alat-alat dan sarana transportasi yang lain yaitu baja tipe ASTM A36. Hal

tersebut dikarenakan sifat dari baja tipe ASTM A36 yaitu yang kuat dan tahan panas

(Pirolini, 2012). Namun, baja memiliki kelemahan yaitu dapat terkorosi.

Korosi merupakan suatu gejala degradasi kualitas permukaaan suatu material yang

prosesnya berjalan lambat. Jika suatu korosi tidak segera ditangani akan menimbulkan

suatu masalah, seperti mengakibatkan kerugian baik secara ekonomi ataupun keamanan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat laju korosi antara lain dengan

cara pelapisan permukaan logam, proteksi katodik, penambahan zat tertentu yang

berfungsi sebagai inhibitor reaksi korosi (Ali, Saputri, & Nugroho, 2014). Penggunaan

inhibitor korosi merupakan cara yang paling efketif dalam mencegah korosi, karena

prosesnya sederhana dan relatif murah.

Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang ditambahkan terhadap suatu logam

yang ditujukan untuk menurunkan laju korosi terhadap suatu logam (Ali, Saputri, &

Nugroho, 2014). Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

anorganik. Inhibitor korosi senyawa anorganik tersebut seperti natrium nitrit, kromat,

fosfat, dan garam seng (Nugroho, 2015). Kemudian, Inhibitor senyawa organik dibagi

menjadi 2 jenis yaitu sintetis dan alami. Inhibitor senyawa organik sintetis contohnya

yaitu urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina sintetis lainnya. Inhibitor

Page 3: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 936

senyawa organik alami yaitu senyawa-senyawa yang umumnya berasal dari ekstrak bahan

alam.

Inhibitor korosi dari senyawa anorganik dan organik sintetis memiliki beberapa

kelemahan diantaranya yaitu relatif mahal karena biasanya indonesia mengimport dari

luar negeri serta merupakan bahan kimia yang relatif berbahaya sehingga tidak ramah

lingkungan. Seperti beberapa contohnya inhibitor korosi logam yaitu dengan merek

dagang Henglin mengandung senyawa kimia anorganik silikon dioksida dan dengan

kisaran harga US $1,000-3,000 / Set, merek dagang Pesa mengandung senyawa kimia

organik sintetis natrium Poli aspartat dan dengan kisaran harga US $1,200-1,600 / Metrik

ton, merek ThFine mengandung senyawa kimia organik sintetis toliltriazol dan dengan

kisaran harga US $0.8-1 / Kilogram dan masih banyak lagi. Berbagai inhibitor korosi

yang beredar dipasaran kebanyakan merupakan inhibitor korosi anorganik atau inhibitor

organik sintetis. Untuk itu, diperlukan inhibitor yang murah, aman, dan ramah

lingkungan. Alternatif tersebut yaitu digunakannya inhibitor korosi organik alami.

Inhibitor korosi organik alami bersifat biodegradable dan tidak mengandung logam berat

atau senyawa toksik lainnya sehingga lebih aman dan ramah lingkungan.

Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa organik yang berpotensi sebagai

inhibitor korosif di antaranya yaitu Ashitaba (Angelica keiskei) atau seledri Jepang.

Ashitaba merupakan tanaman yang kaya akan vitamin, mineral, asam amino maupun zat

aktif sehingga dapat disebut sebagai tanaman multi fungsi (Hida, 2010). Berdasarkan

penelitian sebelumnya, daun Ashitaba mengandung senyawa kimia golongan alkaloid,

saponin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida jika digunakan pelarut etanol

(Sembiring dan Manoi, 2011). Sementara itu, jika digunakan pelarut metanol, akan

diperoleh senyawa kimia golongan flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid,

kumarin dan minyak atsiri (Djamil dan Wijiastuti, 2015). Telah dijelaskan sebelumnya

bahwa beberapa dari senyawa-senyawa tersebut dapat berpotensi sebagai inhibitor korosi

baja.

Untuk saat ini, hanya beberapa bahan alam/tumbuhan yang sudah diteliti dapat

berperan sebagai inhibitor korosi pada baja diantaranya yaitu ekstrak daun kokoa sebagai

inhibitor korosi baja hardox 450 (Malfinora, Handani, & Yetri, 2014). Ekstrak daun nipah

sebagai inhibitor korosi baja SS-304 (Kayadoe dan Turalely, 2016). Ekstrak daun pandan

sebagai inhibitor korosi baja SS-304 (Kayadoe, dkk., 2015). Ekstrak daun teh sebagai

inhibitor korosi baja ST-37 (Yetri, Sari, & Handani, 2016). Ekstrak kulit buah manggis

sebagai inhibitor korosi baja ST-37 (Turnip, Handani, & Mulyadi, 2015). Dari berbagai

informasi penelitian yang pernah dilakukan tersebut menandakan bahwa inhibitor korosi

baja dari ekstrak daun Ashitaba belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah

mendiskripsikan pengaruh penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak metanol daun

Ashitaba terhadap laju korosi pada baja ASTM A36 dan menentukan efisiensi inhibisi

ekstrak metanol daun Ashitaba terhadap laju korosi pada baja ASTM A36. Sedangkan

manfaat dari penelitian ini adalah mendapatkan data ilmiah tentang pengaruh inhibitor

korosi dan efisiensi inhibisi korosi dari ekstrak metanol daun tumbuhan ashitaba terhadap

baja ASTM A36 yang berguna sebagai dasar penelitian lanjutan, meningkatkan daya

Page 4: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 937

guna tumbuhan ashitaba untuk dijadikan sebagai bahan inhibitor korosi di Indonesia,

serta menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia organik dan kimia

fisika. Hipotesis dari penelitian ini yaitu bahwa ekstrak metanol daun Ashitaba memiliki

pengaruh dalam laju inhibisi korosi baja.

2. Metode Penelitian

2.1 Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis statistik inferensia.

2.2 Obyek penelitian

Efisiensi dari inhibitor korosi yang dibuat dari ekstrak metanol daun Ashitaba

2.3 Variabel dan definisi operasional

2.3.1. Variabel

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah:

(1) Variabel bebas : konsentrasi ekstrak metanol. Konsentrasi ekstrak tersebut

meliputi 0 ppm, 500 ppm,

1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm.

(2) Variabel terikat : massa pengurangan logam, laju korosi, efisiensi inhibitor

korosi ekstrak Ashitaba

(3) Variabel control : jenis pelarut ekstraksi yang digunakan yaitu metanol, bagian

tumbuhan Ashitaba

yang digunakan, konsentrasi dan jenis larutan korosif

berupa NaCl 3%, serta jenis

baja yang diuji ASTM A36.

2.3.2. Definisi operasional

(1) Korosi adalah proses degradasi karena adanya reaksi logam yang teroksidasi menjadi

ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan

oksigen. Dengan demikian suatu logam jika terkorosi akan mengalami penurunan

massa logam. Korosi dapat juga disebut dengan pengkaratan.

(2) Maserasi adalah proses penarikan metabolit sekunder yang terdapat pada sel yang

dalam percobaan ini yaitu daun tumbuhan ashitaba (Angelica keiskei), dengan cara

perendaman menggunakan pelarut yang dipilih (metanol) selama 24 jam atau 1 hari

dalam 3 kali perlakuan

(3) Ekstrak metanol adalah ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan cara

maserasi dari sampel daun tumbuhan ashitaba (Angelica keiskei) menggunakan

pelarut metanol.

Page 5: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 938

(4) Inhibitor korosi adalah senyawa kimia yang dapat menghambat laju korosi dari suatu

logam yang dapat diidentifikasi dengan jumlah pengurangan massa logam yang diuji.

Dalam percobaan ini, senyawa inhibitor korosi yaitu metabolit sekunder dari daun

tumbuhan ashitaba (Angelica keiskei)

(5) Efisiensi inhibisi adalah kemampuan suatu senyawa untuk dapat bertindak sebagai

inhibitor korosi pada logam yang diukur menggunakan perhitungan laju korosi.

2.4 Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang dugunakan hanya neraca analitik

2.5 Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian tentang inhibitor korosi dari daun Ashitaba ini data yang diperlukan

berupa nilai pengurangan masa logam yang diujikan dengan ekstrak metanol dari daun

Ashitaba. Nilai pengurangan massa tersebut diperoleh dengan cara mengurangi massa

baja sebelum perlakuan dengan massa baja sesudah perlakuan yang telah ditimbang.

Dari nilai pengurangan masa logam tersebut dapat ditentukan laju inhibitor korosi dan

efisiensi inhibitor korosi dari dari ekstrak metanol daun Ashitaba terhadap baja yang

diujikan (ASTM A36).

2.6 Teknik analisis

Dalam penelitian ini data konsentrasi ekstrak metanol dari daun Ashitaba dan data laju

korosi dianalisis dengan analisis secara statistik varian satu arah (ANOVA) untuk

menentukan signifikansi pengaruh ekstrak metanol daun Ashitaba terhadap laju korosi

pada baja. Sementara itu, efisiensi inhibisi korosi dapat ditentukan berdasarkan data laju

korosi tersebut akibat pemberian ekstrak metanol daun Ashitaba

3. Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini peneliti memanfaatkan ekstrak metanol dari daun tanaman Ashitaba

atau Seledri Jepang yang diperoleh di daerah Trawas untuk diuji dan dijadikan sebagai

inhibitor korosi pada baja. Pertama-tama daun ashitaba di bersihkan dengan air mengalir,

kemudian dikeringkan secara diangin-anginkan (tidak terkena cahaya matahari langsung)

selama ± 7 hari atau 1 minggu. Proses pengeringan tidak terkena cahaya langsung

dimaksudkan agar kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun Ashitaba

tersebut tidak menguap ataupun berubah akibat paparan sinar matahari. Seteah diperoleh

daun ashitaba kering, kemudian daun tersebtu diblender hingga halus. Setelah itu

ditimbang sebanyak 500 gr dan diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan

pelarut metanol sebanyak ± 1500 mL selama 24 x 3. Setelah dimaserasi, kemudian

disaring dengan menggunakan corong Buchner dan diambil filtratnya. Residu dari proses

ekstraksi tersebut diulang sebanyak 3 kali dengan volume metanol yang sama.

Page 6: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 939

Selanjutnya filtrat yang dihasilkan di evaporasi dengan rotary evaporator dan dilanjutkan

dengan freeze drier untuk diperoleh ekstrak yang benar-benar kental.

Gambar 1. Ekstrak kental daun ashitaba

Setelah diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang sebanyak 1 gr dan

dilarutkan dalam metanol sebanyak 100 mL untuk diperoleh ekstrak dengan konsentrasi

10.000 ppm. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan larutan korosi dengan cara

melarutkan sebanyak 37,5 gr NaCl dalam 250 aquades untuk diperoleh NaCl 15%.

Setelah itu disiapkan plat baja dengan ukuran tebal 0,2 cm, lebar 1,5 cm dan panjang 3

cm yang dikontrol sama. Percobaan ini dilakukan 3 kali replikasi dan setiap larutan uji

diisi 3 baja sehingga dibutuhkan 45 baja dengan ukuran yang dikontrol sama. Selanjutnya

disiapkan larutan pencuci baja seperti HCl 37% sebanyak 250 mL yang dilarutkan dalam

250 mL aquades, metanol dan aquades.

3.1. Tahap pengujian

Disiapkan labu ukur 50 mL sebanyak 5 buah yang setiap labu ukur dimasukkan 10 mL

NaCl 15% untuk diperoleh NaCl 3%. Kemudian dilanjut dengan penambahan ekstrak

ashitaba yang memiliki konsentrasi inhibitor 10.000 ppm. Penambahan dengan cara pada

labu ukur 1 tidak ditambah ekstrak untuk diperoleh konsentrasi inhibitor 0 ppm, labu ukur

2 ditambah ekstrak 2,5 mL untuk diperoleh konsentrasi inhibitor 500 ppm, labu ukur 3

ditambah ekstrak 5 mL untuk diperoleh konsentrasi inhibitor 1000 ppm, labu ukur 4

ditambah ekstrak 7,5 mL untuk diperoleh konsentrasi inhibitor 1500 ppm dan untuk labu

ukur 5 ditambah ekstrak 10 mL untuk diperoleh konsentrasi inhibitor 2000 ppm. Setelah

campuran larutan siap, kemudian dipindahkan dalam gelas kimia dan baja pun

dicelupkan, kemudian dibiarkan selama 6 hari. Sebelum baja dicelupkan dalam larutan

campuran, baja tersebut dicuci terlebih dahulu dengan HCl untuk menghilangkan karat

yang terdapat pada baja, kemudian dilanjut dengan aquades untuk menghilangkan sisa

HCl dan dilanjut denga metanol agar ekstrak mudah menempel pada baja dan baja lebih

cepat kering. Setelah baja bersih, kemudian baja ditandai dengan pensil dan ditimbang

menggunakan neraca analitik untuk diperoleh berat mula-mula (W0).

Page 7: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 940

Gambar 2. Perendaman baja pada larutan campuran

Selama proses pencelupan, terlihat campuran uji semakin lama semakin

berwarna jingga akibat proses perkaratan yang telah terjadi. Dari berbagai konsentrasi,

warna semakin jingga terjadi pada campuran dengan konsentrasi ekstrak 0 ppm

sedangkan warna tetap berwarna hijau tua terjadi pada campuran uji dengan konsentrasi

ekstrak 1500 ppm dan 2000 ppm. Dari itu dapat diduga bahwa proses perkaratan lebih

terjadi pada campuran larutan dengan konsentrasi ekstrak 0 ppm dibandingkan dengan

yang terjadi pada campuran larutan dengan konsentrasi 2000 ppm.

Setelah didiamkan selama 6 hari, kemudian baja ditimbang untuk ditentukan

massa akhir baja. Sebelum ditimbang, baja terlebih dahulu di bersihkan dengan

menggunakan HCl (dengan HCl yang sama dengan HCl pada pencucian awal) untuk

menghilangkan karat yang menempel pada baja, dilanjut dengan pencucian menggunakan

aseton untuk menghilangkan ekstrak yang masih menempel pada baja, dilanjut dengan

pencucian menggunakan aquades untuk menghilangkan sisa larutan pencuci yang

terdapat pada baja, dan yang terakhir dicuci dengan metanol agar baja cepat kering, lalu

ditimbang. Sehingga diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Data pengurangan massa baja tiap konsentrasi ekstrak

No Konsentrasi

(ppm) W0 (gr) W1 (gr) W (gr)

W rata-rata

(gr)

1. 0 6,566 6,5502 0,0158

0,019888889

2. 0 6,5275 6,5151 0,0124

3. 0 6,448 6,417 0,031

4. 0 6,711 6,6926 0,0184

5. 0 6,5489 6,5305 0,0184

6. 0 6,4809 6,4607 0,0202

Konsentrasi 500 ppm →

← Konsentrasi 0 ppm Konsentrasi 1000 ppm →

Konsentrasi 1500 ppm →

Konsentrasi 2000 ppm →

Page 8: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 941

No Konsentrasi

(ppm) W0 (gr) W1 (gr) W (gr)

W rata-rata

(gr)

7. 0 6,633 6,622 0,011

8. 0 6,8325 6,8185 0,014

9. 0 6,5771 6,5393 0,0378

10. 500 6,4712 6,4516 0,0196

0,016777778

11. 500 6,5962 6,581 0,0152

12. 500 6,525 6,5082 0,0168

13. 500 6,4414 6,425 0,0164

14. 500 6,5178 6,504 0,0138

15. 500 6,4697 6,4521 0,0176

16. 500 6,5423 6,5267 0,0156

17. 500 6,4645 6,4503 0,0142

18. 500 6,7124 6,6906 0,0218

19. 1000 6,6691 6,6557 0,0134

0,013711111

20. 1000 6,5289 6,5177 0,0112

21. 1000 6,5451 6,5307 0,0144

22. 1000 6,5368 6,5244 0,0124

23. 1000 6,6223 6,6043 0,018

24. 1000 6,5571 6,5471 0,01

25. 1000 6,6096 6,5986 0,011

26. 1000 6,598 6,582 0,016

27. 1000 6,5164 6,4994 0,017

28. 1500 6,6949 6,6825 0,0124

0,012

29. 1500 6,5872 6,5748 0,0124

30. 1500 6,6565 6,6437 0,0128

31. 1500 6,6048 6,5988 0,006

32. 1500 6,5959 6,5795 0,0164

33. 1500 6,5844 6,5732 0,0112

34. 1500 6,5187 6,5057 0,013

35. 1500 6,7198 6,7064 0,0134

36. 1500 6,5901 6,5797 0,0104

37. 2000 6,7155 6,7105 0,005

0,011288889

38. 2000 6,5016 6,4894 0,0122

39. 2000 6,5403 6,5307 0,0096

40. 2000 6,5875 6,5743 0,0132

41. 2000 6,8345 6,8243 0,0102

42. 2000 6,6464 6,6354 0,011

43. 2000 6,6583 6,6437 0,0146

44. 2000 6,4693 6,4533 0,016

45. 2000 6,6353 6,6255 0,0098

Page 9: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 942

Setelah diperoleh data massa baja sebelum diuji dan setelah diuji, kemudian ditentukan

besar pengurangan massa dengan menggunakan Pers. (3.1):

(3.1)

Dengan keterangan:

W = pengurangan massa (gr)

W0 = berat baja mula-mula (gr)

W1 = berat baja setelah direndam 6 hari (gr)

Setelah diperoleh massa pengurangan baja tersebut kemudian untuk tiap

konsentrasi dirata-rata dan diperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi maka

pengurangan massa baja semakin menurun. Dari itu dapat disimpulkan bahwa ekstrak

metanol daun ashitaba dapat menghambat proses korosi pada baja.

3.2. Penentuan laju korosi dan efisiensi inhibisi korosi

Setelah ditentukan massa pengurangan baja, kemudian ditentukan laju korosi dan

efisiensi inhibisi korosi dengan menggunakan data pengurangan berat rata-rata untuk tiap

konsentrasi:

Tabel 2. Data laju korosi dan efisiensi inhibisi korosi

No

C

(konsentrasi)

(ppm)

W (gr) r (laju korosi)

(gr/cm2hari)

η (efisiensi)

(%)

1. 0 0,019888889 0,000306927 -

2. 500 0,016777778 0,000258916 15,64237517

3. 1000 0,013711111 0,000211591 31,06138621

4. 1500 0,012 0,000185185 39,66474595

5. 2000 0,011288889 0,000174211 43,24016786

Untuk perhitungan laju krosi menggunakan Pers (3.2) dibawah ini

(3.2)

Sedangkan untuk menentukan efisiensi inhibisi korosi dengan menggunakan Pers. (3.3)

dibawah ini

(3.3)

Dengan keterangan :

r = laju korosi (gr/cm2hari)

W = pengurangan massa (gr)

s = luas permukaan baja (10,8 cm2)

t = waktu lama perendaman (6 hari)

Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa laju korosi semakin menurun seiring

dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak metanol daun ashitaba. Laju korosi terendah

diperoleh pada konsentrasi ekstrak 2000 ppm yaitu 0,000174211 gr/cm2hari. Hal tersebut

Page 10: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 943

dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak senyawa yang terkandung

pada ekstrak, senyawa tersebut akan semakin banyak yang teradsorb pada permukaan

baja. Teradsorbsinya senyawa ekstrak pada baja diakibatkan adanya peristiwa pengisian

elektron dari senyawa ekstrak yang kaya elektron pada orbital kosong Fe pada plat baja,

sehingga membuat Fe lebih stabil, tidak mudah untuk teroksidasi dan membuat

permukaan baja terlapisi serta terhalangi terhadap serangan ion Cl- dan molekul H2O

yang dapat menyebabkan korosi. Semakin banyak ekstrak yang melekat pada permukaan

baja maka semakin kecil proses korosi itu terjadi, sehingga laju korosi semakin menurun.

Dari percobaan tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol daun ashiataba

berpotensi dapat menghambat laju korosi pada plat baja.

Dari tabel tersebut dapat diketahui efisiensi tertinggi diperoleh pada saat

konsentrasi ekstrak metanol daun ashitaba yaitu 2000 ppm yang mencapai 43,24016786

%, yaitu pada konsentrasi tertinggi. Hal tersebut karena semakin tinggi konsentrasi,

mekin banyak ekstrak yang dapat menempel dan melapisi baja sehingga ekstrak semakin

efisien dalam menghambat laju korosi pada baja. Sedangkan menurut penelitiam

sebelumnya telah diperoleh efisiensi inhibisi korosi pada baja sebesar 21,59 % untuk

ekstrak daun pepaya (Irianty & Khairat, 2013), efisiensi sebesar 37,93% untuk ekstrak

daun jambu biji (Ali, Saputri, & Nugroho, 2014).

3.3. Penentuan jenis adsorbsi isotermal

Setelah diketahui potensi ekstrak metanol daun ashitaba sebagai inhibitor korosi,

kemudian ditentukan jenis adsorbsi isotermal yang terjadi saat ekstrak menempel pada

permukaan plat baja uji. Pada penentuan jenis adsorbsi isotermal ini melibatkan data

konsentrasi (C) dan data luas cakupan adsorbat yang dapat menempel pada adsorben (θ).

Perhitungan luas cakupan tersebut yaitu dengan menggunakan Pers. (3.4) sebagai berikut:

(3.4)

Dengan keterangan :

θ = Cakupan permukaan (%)

Wblank = pengurangan massa pada konsentrasi 0 ppm (gr)

W = pengurangan massa (gr)

Tabel 3. Data untuk menentukan jenis adsorbsi isotermal

No. C

(ppm) W (gr)

θ (cakupan

permukaan)

(%)

C/θ (ppm) Log C Log C/θ

1. 0 0,019888889 - -

2. 500 0,016777778 15,64245745 31,96429 2,69897 1,504665

3. 1000 0,013711111 31,06145346 32,19424 3 1,507778

4. 1500 0,012 39,66480481 37,8169 3,176091 1,577686

5. 2000 0,011288889 43,24022322 46,25323 3,30103 1,665142

Page 11: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 944

y = 0,0097x + 24,935 R² = 0,8726

0

10

20

30

40

50

0 500 1000 1500 2000 2500

C/θ

C

Grafik Adsorbsi Langmuir

y = 0,2482x + 0,8084 R² = 0,7366

1,45

1,5

1,55

1,6

1,65

1,7

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Log(

C/θ

)

Log C

Grafik Adsorbsi Freundlich

Dari data tersebut, diperoleh grafik seperti berikut ini:

Gambar 3. Grafik adsorbsi Langmuir

Gambar 4. Grafik adsorbsi Freundlich

Dari data tersebut diperoleh nilai regresi tertinggi yaitu hampir mendekati 1 pada

kurva grafik adsorbsi Langmuir yaitu 0,8726. Hal tersebut menandakan bahwa jenis

adsorpsi ekstrak metanol daun ashitaba pada permukaan plat baja yaitu adsorbsi kimia

dengan terbentuknya satu layer. Adsorbsi kimia lebih kuat dibandingkan dengan adsorbsi

fisika karena pada adsorbsi kimia terbentuk suatu ikatan kimia antara molekul senyawa

metabolit sekunder pada ekstrak sebagai adsorbat dengan plat baja sebagai adsorben.

Sementara itu menurut Djamil dan Wijiastuti (2015) ekstrak daun ashitaba dengan

pelarut metanol, akan diperoleh senyawa kimia golongan flavonoid, saponin, tanin,

steroid, triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut diduga akan

melapisi plat baja dengan cara membentuk ikatan kimia antara logam Fe pada plat baja

dengan senyawa dalam ekstrak, sehingga plat baja akan terlapisi dan terlindungi dari

Page 12: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 945

serangan ion Cl- dan molekul H2O yang dapat menyebabkan perkaratan pada plat baja.

Akibatnya, proses korosi dapat dihambat bahkan dicegah

3.4. Pengujian statistika

Setelah itu dilakukan pengujian statistik untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

konsentrasi terhadap laju korosi baja dengan data sebagai berikut:

Tabel 4. Konsentrasi dan laju korosi

No C

(ppm)

r

(gr/cm2hari)

1. 0 0,000306927

2. 500 0,000258916

3. 1000 0,000211591

4. 1500 0,000185185

5. 2000 0,000174211

Pada pengujian Statistika ini menggunakan Software SPSS dengan metode korelasi

ANOVA One Way dengan keterangan hipotesa statistiknya yaitu

H0 : tidak ada hubungan/pengaruh antara konsentrasi ekstrak metanol daun ashitaba

dengan laju inhibisi korosi baja

H1 : ada hubungan/ pengaruh antara konsentrasi ekstrak metanol daun ashitaba dengan

laju inhibisi korosi baja

Dengan taraf kepercayaan 95% dan signifikansi (α) sebesar 5% (0,05)

Tabel 5. Data uji Statistik ANOVA One Way dengan SPSS

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 1 .000 51.069 .006a

Residual .000 3 .000

Total .000 4

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Dependent Variable: Laju

Pada data ANOVA diperoleh signifikansi (α) sebesar 0,006 yang lebih kecil dibandingkan

dengan (α) 0,05 (0,006 <0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima yaitu bahwa terdapat korelasi/hubungan antara konsentrasi ekstrak metanol

daun ashitaba dengan laju inhibisi korosi baja.

4. Kesimpulan

Ekstrak metanol dari daun tanaman Ashitaba atau Seledri Jepang dapat digunakan

sebagai inhibitor korosi. Terdapat pengaruh atau hubungan antara konsentrasi ekstrak

metanol daun ashitaba dengan laju inhibisi korosi baja yaitu semakin tinggi konsentrasi

ekstrak maka semakin rendah laju korosi baja. Laju korosi terendah diperoleh pada

Page 13: PEMANFAATAN EKSTRAK METANOL DAUN TUMBUHAN …

Pemanfaatan Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Ashitaba 946

konsentrasi ekstrak 2000 ppm yaitu gr/cm2hari. Sedangkan efisiensi inhibisi tertinggi

yaitu 43,24016786 % pada konsentrasi ekstrak 2000 ppm. Peristiwa adsorbsi isotermal

yang terjadi pada proses inhibisi korosi merupakan jenis adsorbsi isotermal Langmuir.

Dari penelitian tersebut telah terbukti bahwa ekstrak metanol daun Ashitaba berpotensi

sebagai inhibitor korosi. Saran untuk penelitian lanjutan yaitu digunakan konsentrasi

lebih tinggi untuk diperoleh efisiensi mendekati ± 90%, dilakukan pemfotoan permukaan

baja.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Suyatno, M. Si. selaku Ketua Jurusan

Kimia FMIPA UNESA serta pembimbing atas bimbingannya.

Daftar Pustaka

Ali, F., Saputri, D., & Nugroho, R. F. (2014). Pengaruh Waktu Perendaman dan Konsentrasi

Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava, Linn) Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi

Baja SS 304 dalam Larutan Garam dan Asam. Teknik Kimia , 20 (1), 28-37.

Djamil, R., & Wijiastuti, E. (2015). Penapisan Fitokimia, Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Herba

Seledri, Batang/Daun Ashitaba dan Daun Petroseli (Apiaceae). Bukittinggi: Rakernas &

PIT IAI.

Hida, Kazuo. (2010). Ashitaba a Medicinal Plant and Health Method. Retrieved March 19, 2018,

from https://javastoryinternational.wordpress.com/2010/01/18/ashitaba-a-medicinal-plant-

and-health-method/.

Irianty, R. S., & Khairat. (2013). Ekstrak Daun Pepaya sebagai Inhibitor Korosi pada Baja AISI

4140 dalam Medium Air Laut . Jurnal Teknobiologi,, 4(2), 77-82.

Kayadoe, V., Fadli, M., Hasim, R., & Tomasoa, M. (2015). Ekstrak Daun Pandan (Pandanus

Amaryllifous Roxb) Sebagai Inhibitor Korosi Baja SS-304 Dalam Larutan H2SO4. Molekul,

10(2), 88-96.

Kayadoe, V., & Turalely, R. (2016). Ekstrak Daun Nipah Sebagai Inhibitor Korosi Baja SS-304

dalam Larutan H2SO4. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, 1(1), 99-

105.

Malfinora, A., Handani, S., & Yetri, Y. (2014). Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun

Kakao (Theobroma Cacao) terhadap Laju Korosi Baja Hardox 450 . Jurnal Fisika Unand ,

3(4), 222-228.

Nugroho, F. (2015). Penggunaan Inhibitor untuk Meningkatkan Ketahanan Korosi pada Baja

Karbon Rendah. Jurnal Angkasa , 7 (1), 151-158.

Pirolini, A. (2012). ASTM A36 Mild/Low Carbon Steel. Retrieved March 09, 2018, from

https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6117.

Sembiring, Bagem Br. dan Manoi, Feri. (2011). Identifikasi Mutu Tanaman Ashitaba. Bul Littro.

22(2): 177-185.

Turnip, L. B., Handani, S., & Mulyadi, S. (2015). Pengaruh Penambahan Inhibitor Ekstrak Kulit

Buah Manggis Terhadap Penurunan Laju Korosi Baja St-37. Jurnal Fisika Unand, 4(2),

144-149.

Yetri, Y., Sari, D. M., & Handani, S. (2016). Efisiensi Inhibisi Inhibitor Ekstrak Daun Teh

(Camelia Sinensis) Terhadap Baja St-37 Dalam Medium Asam dan Garam. Jurnal

Katalisator, 1(1), 1-10.