3
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict. Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu +2 menjadi Cu + oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau ketom bebas. Pereaksi Benedict mengandung CuSO 4 , Na 2 CO 3 dan Na-sitrat. Pada proses reduksi dalam dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti sitrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO 3 dalam larutan natrium bikarbonat. Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid bebas atau monoketo bebas. Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi

Uji Benedict Gula Pereduksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Uji Benedict Gula Pereduksi

Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang

mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.

Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua

golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang

berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya

fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap

sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan

natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis

dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,

sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan

Benedict.

Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu+2  menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai

gugus aldehid atau ketom bebas. Pereaksi Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat.

Pada proses reduksi dalam dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti

sitrat untuk mencegah terjadinya  pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium bikarbonat.

Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid bebas

atau monoketo bebas.

    Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi larutan Benedict karena mempunyai

gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula dipakai untuk memperkirakan konsentrasi karbohidrat

bebas karena berbagai konsentrasi karbohidrat akan membetikan intensitas warna yang

berlainan.

Pada uji Benedict larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus

aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuproksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi

dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus

aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan

karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam

Page 2: Uji Benedict Gula Pereduksi

bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil

aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi

berbagai macam reduktor. Hasil uji positif ditunjukkan oleh galaktosa, g

lukosa, maltosa, dan arabinosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis fruktosa, sukrosa dan pati

menunjukkan hasil negatif. Fruktosa memberikan hasil yang negatif yang seharusnya

memberikan hasil positif, karena fruktosa bukanlah gula pereduksi. Tetapi memiliki gugus α-

hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan manosa dalam suasana basa

serta memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Sedangkan sukrosa tersusun oleh

glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada

setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi

menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi Benedict.

Reaksi uji Benedict :

O O

|| [o] ||

R — C — H + Cu2+ OH- R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)