Upload
sri-wahyuningsih
View
120
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang
mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.
Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua
golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang
berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya
fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis
dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,
sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan
Benedict.
Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu+2 menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehid atau ketom bebas. Pereaksi Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat.
Pada proses reduksi dalam dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti
sitrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium bikarbonat.
Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid bebas
atau monoketo bebas.
Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi larutan Benedict karena mempunyai
gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula dipakai untuk memperkirakan konsentrasi karbohidrat
bebas karena berbagai konsentrasi karbohidrat akan membetikan intensitas warna yang
berlainan.
Pada uji Benedict larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuproksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi
dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus
aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan
karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam
bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil
aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor. Hasil uji positif ditunjukkan oleh galaktosa, g
lukosa, maltosa, dan arabinosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis fruktosa, sukrosa dan pati
menunjukkan hasil negatif. Fruktosa memberikan hasil yang negatif yang seharusnya
memberikan hasil positif, karena fruktosa bukanlah gula pereduksi. Tetapi memiliki gugus α-
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan manosa dalam suasana basa
serta memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Sedangkan sukrosa tersusun oleh
glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada
setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi
menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi Benedict.
Reaksi uji Benedict :
O O
|| [o] ||
R — C — H + Cu2+ OH- R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)