Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa racemosa
DAN Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN AKAR GIGI
ANAK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran gigi
Diajukan oleh :
SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR
J111 14 012
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa
racemosa DAN Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN
AKAR GIGI ANAK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran gigi
Diajukan oleh :
SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR
J111 14 012
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Hardianti Azhari Bahar
NIM : J111 14 012
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar
yang telah melakukan penelitian dengan judul Uji Daya Hambat Ekstrak Alga
Hijau Spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri
Saluran Akar Gigi Anak dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan
Strata Satu.
Dengan ini menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Makassar, November 2017
SITI HARDIANTI AZHARI BAHAR
v
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa yang di bawah ini:
Nama : Siti Hardianti Azhari Bahar
NIM : J11114012
Judul : Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa
racemosa dan Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri
Saluran Akar Gigi Anak
Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul baru dan tidak
terdapat di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.
Makassar, November 2017
Koordinator Perpustakaan FKG-UNHAS
Amirullah, S.Sos
196611211992011003
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan
semesta alam dengan segala kesempurnaannya dan menjadikan manusia sebagai
khalifah di dalamnya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada khalifah
terbaik di muka bumi Rasulullah Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, serta orang-orang yang senantiasa istiqamah di jalannya.
Atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya selku penulis skripsi yang
berjudul “Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Hijau Caulerpa racemosa dan
Caulerpa lentilifera terhadap Bakteri Saluran Akar Gigi Anak” dapat
menyelesaikannya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Makassar.
Disadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini, penulis mendapat banyak
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin atas bantuan morilnya selama
penulis mengikuti pendidikan.
2. Prof. Dr. drg. Sherly Horax, MS selaku dosen pembimbing skripsi bagian
Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran
dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada
penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.
vii
3. drg. Adam Malik Hamudeng, M. MedEd dan drg. Rahmat selaku
penasehat akademik atas bimbingan, dukungan dan nasihat yang diberikan
kepada penulis selama perkuliahan.
4. Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc yang telah bersedia meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat
kepada penulis serta ikut turun langsung membantu selama proses penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta ayahanda Baharuddin dan ibunda Hj. Suriati, SE
yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat, dukungan serta
bantuan materil.
6. Saudara penulis Nur Hikmah Fajrianti Bahar, Annisa Azahra Bahar, dan
Haerani Putri Bahar, kakak sepupu Ranti Ekasari, Hj. Jumiati,
H.Halwatif,S.Sos, M.M, Hj. Idawati, serta keluarga besar penulis yang
senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat.
7. Staff Lab. Mikrobiologi RS Pendidikan UNHAS dan Laboran Lab.
Fitokimia Fakultas Farmasi UNHAS meluangkan waktu, pikiran dan
tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada
penulis serta ikut turun langsung membantu selama proses penelitian.
8. Teman seperjuangan semasa preklinik INTRUSI 2014, terkhusus Nirmawati
Musa, Mardiana, Nur Hasnah Sari, Sitti Nurhazanah Syam, Nitya
Anugrah, Annisa Rahmah Said, Ayu Masyhita Liyu, Putri Khairunnisa,
dan Andi Eka Asdiana Warti yang senantiasa memberikan support dan setia
mendampingi selama penelitian penulis.
viii
9. Keluarga besar KSR PMI UNHAS, PAGUYUBAN KSE UNHAS, HMI
KOM KEDOKTERAN GIGI UNHAS, d’L, teman KKN Posko Dulumai
yang telah memberikan support kepada penulis.
10. Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebut namanya satu persatu.
Terima kasih telah memberikan bantuan baik moril maupun materil hingga
skripsi ini dapat terselesaikan
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis paparkan dalam skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segenap kerendahan hati penulis
mengharapkan kepada pembaca aran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi salah satu
bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran
Gigi kedepannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, November 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ALGA HIJAU SPESIES Caulerpa racemosa
dan Caulerpa lentilifera TERHADAP BAKTERI SALURAN AKAR GIGI
ANAK
1Siti Hardianti A B, 2Sherly Horax 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS
2 Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS
Latar belakang: Alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera tumbuh
secara alami di perairan Indonesia. Beberapa komponen dalam alga laut berperan sebagai
antibakterial terhadap berbagai jenis bakteri. Berbagai jenis bakteri dapat menyebabkan
infeksi rongga mulut dan infeksi saluran akar gigi anak yang dapat dieliminasi dengan
bahan antibakterial. Tujuan: Mengidentifikasi bakteri pada saluran akar gigi anak dan
mengetahui daya hambat ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera
dibandingkan dengan klorheksidin terhadap bakteri saluran akar gigi anak. Metode:
Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain post-testonly with control group
design. Ekstrak C.racemosa dan C.lentillifera diencerkan dalam konsentrasi 25, 50 dan
75%, Klorheksidin 2% sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Uji
daya hambat dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan sumur pencadang.
Setelah diinkubasi selama 24, 48, dan 72 jam, zona hambat diukur menggunakan jangka
sorong. Analisis statistik dilakukan dengan uji One Way ANOVA dilanjutkan Uji Post
Hoc dengan LSD. Hasil: Ada hubungan signifikan antara diameter zona inhibisi pada
uji One Way ANOVA. Uji LSD menunjukkan perbedaan yang signifikan antrara
Klorheksidin 2% dengan ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan ekstrak alga
hijau Caulerpa lentilifera, dan akuades. Sedangankan hasil uji LSD akuades
dengan ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan kecuali untuk Klorheksidin 2%.
Kesimpulan: Ekstrak C.lentillifera dan C.racemosa tidak efektif digunakan sebagai
bahan medikamen saluran akar, sedangkan Klorheksidin 2% efektif digunakan terhadap
Staphylococcus epidermidis.
Kata kunci: Ekstrak alga hijau C.lentillifera, Ekstrak alga hijau C.racemosa,
Staphylococcus epidermidis, bakteri saluran akar gigi anak. Klorheksidin 2%.
x
ABSTRACT
INHIBITION TESTS OF GREEN ALGAE EXTRACT SPECIES Caulerpa
racemosa AND Caulerpa lentilifera ON CHILDREN'S ROOT CANAL
BACTERIA
1Siti Hardianti Azhari Bahar, 2Sherly Horax 1Student of Faculty of Dentistry UNHAS
2Lecturers of Faculty of Dentistry UNHAS
Background: Green algae species Caulerpa racemosa and Caulerpa lentilifera
grow naturally in Indonesian seas. Some components in the sea algae act as
antibacterial to various types of bacteria. Different types of bacteria can cause
infections of the oral cavity and root canal infections of children's teeth that can be
eliminated with antibacterial agents. Objective: Identify bacteria in the Children’s
root canal and know the inhibitory power of green algae Caulerpa racemosa and
Caulerpa lentilifera compared with 2% chlorhexidine to root canal bacteria.
Methods: Laboratory experimental research with post-testonly design with
control group design. The extracts of C.racemosa and C.lentillifera is diluted in
concentrations of 25, 50 and 75%, Chlorhexidine 2% as positive controls, and
aquades as negative controls. The inhibitory test is carried out by diffusion
method using well. After incubation for 24, 48, and 72 hours, the inhibition zone
is measured using caliper. Statistical analysis is performed by One Way ANOVA
test followed by Post Hoc Test with LSD. Results: There is a significant
relationship between inhibition zone diameter in One Way ANOVA test. The
LSD test showed significant differences between 2% Chlorhexidine and
C.lentilifera extract, C.racemosa extract and aquadest. The LSD test result for
aquadest with Caulerpa racemosa extract and Caulerpa lentilifera extract showed
no significant difference except for 2% chlorhexidine. Conclusions: C.lentillifera
and C.racemosa extracts were not effectively used as root canal medicaments,
while 2% chlorhexidine was effectively used against Staphylococcus epidermidis.
Keywords: C.lentillifera extract, C.racemosa extract, Staphylococcus
epidermidis, Children’s root canal bacteria, Chlorhexidine 2%.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................
LEMBAR ORISINALITAS………………………………………………………...
SURAT PERNYATAAN …………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..
ABSTRAK …………………………………………………………………………
ABSTRACT ……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alga .................................................................................. .....................
2.1.1 Sejarah Alga................................................................................
i
iii
iv
v
vi
ix
x
xi
xvi
xvii
xviii
xix
1
5
5
5
5
7
8
xii
2.1.2 Klasifikasi Alga ..........................................................................
2.1.3 Kandungan Alga ........................................................................
2.1.4 Manfaat Alga .............................................................................
2.2 Alga Hijau ……………………………………………………………..
2.2.1 Caulerpa racemosa ……............................................................
2.2.2 Caulerpa lentilifera …...............................................................
2.3 Infeksi Saluran Akar Gigi Anak …......................................................
2.3.1 Jalur Infeksi …………………………………………………...
2.4 Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ….....................................................
2.4.1 Bakteri Anaerob ………………………………………………
2.4.2 Bakteri Aerob ………………………………………………….
2.5 Klorheksidin…........................................................................................
2.5.1 Sifat Klorheksidin ……………………………………………..
2.5.2 Manfaat Klorheksidin ………………………………………...
BAB III KERANGKA TEORI dan KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori ………..........................................................................
3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………………..
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………..
4.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………..
4.2 Rancangan Penelitian …………………………………………………
4.3 Lokasi Penelitian ……………………………………………………...
4.4 Waktu Penelitian ……………………………………………………...
4.5 Variabel Penelitian ……………………………………………………
8
8
10
13
14
15
16
17
19
21
21
21
21
22
23
24
25
25
25
25
25
xiii
4.5.1 Variabel bebas ………………………………………………...
4.5.2 Variabel terikat ………………………………………………..
4.5.3 Variabel kontrol ……………………………………………….
4.6 Defenisi Operasional ………………………………………………….
4.7 Kriteria Penelitian …………………………………………………….
4.7.1 Kriteria sampel manusia ……………………………………..
4.7.2 Kriteria sampel bakteri ………………………………………...
4.8 Alat dan Bahan ………………………………………………………..
4.8.1 Alat……………………………………………………………..
4.8.2 Bahan …………………………………………………………..
4.9 Prosedur Kerja …………………………………………………………
4.9.1 Pembuatan ekstrak alga hijau spesies Caulerpa racemosa ……
4.9.2 Pembuatan ekstrak alga hijau spesies Caulerpa lentilifera …...
4.9.3 Identifikasi bakteri saluran akar gigi anak …………………….
4.9.4 Uji efek antibakteri ekstrak alga hijau spesies Caulerpa
racemosa dan Caulerpa lentilifera…………………………...…
4.10 Data …………………………………………………………………
4.11 Alur Penelitian ……………………………………………………..
BAB V HASIL
5.1 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Alga Hijau ……………………………
5.2 Hasil Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ……………….
5.3 Hasil Uji Efektivitas Klorheksidin 2%, Ekstrak Alga Hijau Spesies
Caulerpa racemosa dan Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa
25
25
26
26
27
27
28
28
28
28
28
28
29
31
32
33
34
35
35
xiv
lentilifera terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis ……………...
5.4 Hasil Uji Sifat Bakteriostatik dan Bakterisid Klorheksidin 2%, Ekstrak
Alga Hijau Spesies Caulerpa racemosa, dan Ekstrak Alga Hijau
Spesies Caulerpa lentilifera …………………………………………...
BAB VI PEMBAHASAN ………………………………………………………….
BAB VII PENUTUP ………………………………………………………………..
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..
7.2 Saran ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Penugasan ………………………………………………
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Pengambilan Data ………………………
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Pembimbing …………………………….
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab. Fitokimia Farmasi
………………………………………………………...............
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab.Mikrobiologi RS
Pendidikan UNHAS ………………………………………….
Lampiran 6 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa racemosa ………………………
Lampiran 7 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa lentilifera ………………………
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis …………..............................................
Lampiran 9 Kartu Kontrol Skripsi ………………………………………….
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ……………………………………...
Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan Ikut Penelitian ………………………..
38
45
47
54
54
54
55
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
75
xv
Lampiran 12 Informed Consent Penelitian ………………………………... 79
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.3.1 Pigmen pada Rumput Laut .................................................................
Tabel 5.1.1 Hasil Uji Polifenol Ekstrak Alga Hijau Spesies Caulerpa racemosa
dan Caulerpa lentilifera ……………………………………………...
Tabel 5.2.1 Hasil Uji Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak………………...
Tabel 5.2.2 Persentase Bakteri dari Identifikasi Bakteri Saluran Akar Gigi Anak ...
Tabel 5.2.4 Hasil Pengukuran Zona Inhibisi ……………………………………….
Tabel 5.3.1 Hasil Uji Anova ………………………………………………………..
Tabel 5.3.2 Hasil Uji LSD ………………………………………………………….
Tabel 5.4.1 Hasil Uji Sifat Bakteriostatik dan Bakterisid ………………………….
10
35
36
38
41
43
44
46
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.1.1 Caulerpa racemosa .........................................................................
Gambar 2.2.2.1 Caulerpa lentilifera ………………………………………………..
Gambar 5.2.1 Hasil Identifikasi Bakteri dengan Metode Hemolisis pada Blood
Agar ………………………………………………………………...
Gambar 5.3.1 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam
waktu inkubasi 24 jam pada pengulangan pertama ………………...
Gambar 5.3.2 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam
waktu inkubasi 48 jam pada pengulangan pertama ………………...
Gambar 5.3.3 Hasil Uji Daya Hambat pada Staphylococcus epidermidis dalam
waktu inkubasi 72 jam pada pengulangan pertama ………………...
14
15
37
39
40
40
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.3.1 Diameter rata-rata zona inhibisi bakteri berdasarkan perlakuan dalam
waktu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam ………………………………….
42
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Penugasan ………………………………………………………
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Pengambilan Data ……………………………….
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Pembimbing ……………………………………..
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab. Fitokimia Farmasi ……
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti Lab.Mikrobiologi RS
Pendidikan UNHAS …………………………………………………...
Lampiran 6 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa racemosa ………………………………
Lampiran 7 Hasil Uji Fitokimia Caulerpa lentilifera ………………………………
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis …………...........................................................
Lampiran 9 Kartu Kontrol Skripsi ………………………………………………….
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ……………………………………...............
Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan Ikut Penelitian ………………………………..
Lampiran 12 Informed Consent Penelitian ………………………………................
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
75
79
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang dikelilingi oleh lautan, dengan panjang
pantai sekitar ± 81.000 km dengan luas perairannya mencapai ± 6.846.000 km².
Alga laut termasuk salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di
perairan Indonesia. Luas wilayah yang menjadi habitat alga laut di Indonesia
mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia.1 Alga laut dari kelas alga merah
(Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di
perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis, setelah itu alga hijau
(Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat (Phaeophyceae) sekitar 134.2
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya kekayaan lautnya. Diantara
semua jenis alga laut, alga hijau jenis Caulerpa racemosa dan Caulerpa
lentilifera adalah jenis alga hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia.
Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera atau di Sulawesi Selatan dikenal
dengan nama Lawi-lawi telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi
Selatan sebagai sayuran segar maupun lalapan.3 Caulerpa racemosa dan Caulerpa
lentilifera yang hanya dikenal masyarakat hanya sebagai bahan makanan, menurut
beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan efek antibakteri terhadap
berbagai jenis bakteri.
2
Beberapa komponen dalam alga laut berperan sebagai antibakterial yang
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme lain. Alga
laut memproduksi kompleks metabolit sekunder sebagai respon terhadap tekanan
ekologis seperti serangan predator. Organisme laut seperti alga memproduksi
berbagai macam senyawa yang mempunyai aktivitas farmakologis, termasuk
digunakan sebagai antimikrobial, antifungal, antiinflamasi, dan senyawa-senyawa
lain yang yang berpotensi sebagai bahan terapuetik lainnya.3
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattama dkk, Caulerpa
lentillifera memiliki kandungan protein, mineral, vitamin, asam lemak, dan
komposisi asam amino.4 Perez, M dalam penelitiannya pada tahun 2016
menunjukkan Caulerpa racemosa menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E.
coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., dan Salmonella sp. Penelitian
lainnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan antibakteri pada Caulerpa
lentillifera yang dapat menghambat pertumbuhan baketri S. aureus dan
S.mutans.5,6 Singkoh, M (2011) menunjukkan efek antibakteri Caulerpa racemosa
terhadap bakteri E. tarda, Y. enterocolitics, dan P. stuartii. Dari hasil penelitian
Dimara, L et all juga menunjukkan efek antibakteri dari Caulerpa racemosa
terhadap Staphylococcus aureus dan Escheria coli.8
Pemanfaatan alga laut dalam bidang kedokteran gigi saat ini masih sangat
kurang terutama sebagai bahan antibakteri, sedangkan potensi alga di Indonesia
khususnya Sulawesi Selatan cukup besar. Dalam dunia kedokteran gigi infeksi
rongga mulut dan maksilofasial adalah masalah kesehatan yang umum di seluruh
3
dunia yang dialami oleh semua usia disebabkan oleh invasi bakteri. Perawatan
infeksi dilakukan melalui eliminasi bakteri dengan pemberian bahan antibakteri.9
Infeksi rongga dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, kesehatan rongga mulut
yang buruk menunjukkan kualitas hidup anak yang rendah. Dalam masa
pertumbuhan anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup melalui asupan
makanan. Kesehatan gigi sulung anak menjadi penting karena pencernaan
makanan secara mekanis dilakukan dengan bantuan gigi sulung.
Gigi sulung tidak hanya berfungsi dalam proses mastikasi, namun juga
sebagai pemandu erupsi bagi gigi-geligi permanen dan berperan pada
perkembangan rahang, menyiapkan makanan untuk proses pencernaan dan
asimilasi nutrisi, oleh karena itu gigi sulung berperan penting selama masa kanak-
kanak. Berbagai fungsi gigi sulung tersebut seringkali terganggu akibat terjadinya
berbagai permasalahan gigi dan mulut, salah satunya adalah infeksi saluran akar
yang sering sekali terjadi pada anak sehingga menyebabkan perforasi pulpa.
Perforasi pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula disebabkan
oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas. Perforasi pulpa
disebabkan oleh karies lebih sering terjadi pada gigi sulung dibanding gigi
permanen. Karies gigi menjadi penyebab utama masuknya bakteri ke dalam
sistem saluran akar-periapikal. 7,9,10,11
Bakteri adalah penyebab utama dari infeksi sistem saluran akar gigi.
Infeksi saluran akar melibatkan agen polimikrobial yang merupakan kombinasi
dari bakteri gram positif, gram negative, fakultatif anaerob, dan obligat anaerob.8
Beberapa penelitian menunjukkan komposisi bakteri pada pulpa gigi yang
4
nekrotik dan menginfeksi saluran akar gigi. Bakteri fakultatif anaerob terindikasi
terdapat dalam infeksi saluran akar yang merupakan bakteri umum dalam
lingkungan rongga mulut.7
Untuk mempertahankan gigi sulung yang mengalami infeksi saluran akar
tetap pada lengkung rahang maka dilakukan perawatan terhadap saluran akar gigi
anak. Keberhasilan perawatan infeksi saluran akar tergantung dari berkurangnya
jumlah mikroorganisme pada saluran akar gigi.12 Perawatan infeksi saluran akar
gigi diharapkan dapat menjaga fungsi gigi sulung hingga waktu erupsi gigi
permanen.
Perawatan infeksi bakteri ditentukan oleh eliminasi bakteri dengan
pemberian bahan antibakteri. Klorheksidin 2% merupakan bahan edodontik
kimiawi yang telah banyak digunakan pada perawatan saluran akar. Klorheksidin
memilki spectrum aktivitas antibakteri yang luas dan memilki sifat substantivity,
sifat substantivity membuat klorheksidin mempunyai efek terapuetik berlanjut
yang dapat mengeliminasi bakteri secara stabil dalam waktu yang berlanjut.13
Pada anak-anak dibutuhkan bahan antibakteri yang bersifat tidak toksik
oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan alam berupa alga
hijau spesies Caulerpa racemosa dan alga hijau spesies Caulerpa lentilifera
sebagai salah satu potensi kekayaan alam yang berlimpah di wilayah Indonesia
yang memiliki efek antibakteri dan membandingkannya dengan klorheksidin 2%
sebagai bahan yang umum digunakan dalam praktek kedokteran gigi.
5
Berdasarkan uraian di atas tentang potensi alga maka penelitian ini
dilakukan untuk menguji daya hambat Caulerpa racemosa dan Caulerpa
lentilifera terhadap bakteri saluran akar gigi anak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi anak?
2. Apakah esktrak alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan ekstrak alga
hijau spesies Caulerpa lentilifera memiliki daya hambat terhadap bakteri
saluran akar gigi anak?
1.3 Hipotesis Penelitian
Alga hijau spesies Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera memilki daya
hambat terhadap bakteri saluran akar gigi anak.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi
anak.
2. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak alga hijau Caulerpa racemosa
dan ekstrak alga hijau Caulerpa lentilifera dibandingkan dengan
klorheksidin terhadap bakteri saluran akar gigi anak.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui bakteri yang terdapat dalam saluran akar gigi anak.
6
2. Mengetahui efek daya hambat bahan alam ekstrak alga hijau Caulerpa
racemosa dan Caulerpa lentilifera yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
antibakteri terhadap bakteri saluran akar gigi anak.
3. Mengetahui efektivitas alga hijau Caulerpa racemosa dan Caulerpa
lentilifera dibandingkan dengan Klorheksidin 2%sebagai bahan
medikamen saluran akar gigi anak.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alga
2.1.1 Sejarah Alga
Alga laut sudah dikenal manusia, lama sejak manusia belum memasuki
abad Masehi, yaitu sekitar 2.700 tahun SM. Saat itu bangsa Cina di bawah
kekuasaan Dinasti Shen Nung telah mengenal serta memanfaatkan alga laut
sebagai salah satu bahan baku pembuatan obat-obatan tradisional. Bangsa
Romawi yang terkenal sebagai bangsa berkebudayaan tinggi masa itu, baru
menjelang awal abad Masehi, yaitu sekitar 65 tahun SM, mengenal alga laut.
Mereka memanfaatkan alga laut sebagai bahan baku pembuatan kosmetika.
Sejalan dengan kemajuan pengetahuan manusia yang dipelopori negara-negara di
Eropa, maka pemanfaatan rumput laut pun terus berkembang dan
menyebar, terutama ke negara-negara Eropa Barat. Memanfaatkan alga laut
sebagai bahan baku pembuatan gelas dan pupuk organik.12
Pendayagunaan dan usaha budidaya secara ekonomis dan teknis alga
laut baru dimulai pada akhir abad XVII. Pelopor usaha ini adalah negara Cina dan
Jepang. Hal ini tidak mengherankan, karena kedua negara tersebut sudah mulai
memanfaatkan rumput laut sejak 4.300 tahun silam. Sehingga sampai
saat ini mereka, yaitu negara Cina dan Jepang masih dianggap unggul
dalam masalah pemanfaatan serta usaha budidaya alga laut.12
8
2.1.2 Klasifikasi Alga12
Alga atau ganggang dapat dibagi, dikelompokkan, atau diklasifikasikan
menjadi 7 (tujuh) divisi. Pembagian atau klasifikasi tersebut umumnya
didasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh alga, yaitu :
1. Divisi alga biru (Cyanophyta)
2. Divisi alga hijau (Chlorophyta)
3. Divisi (Euglenophyta)
4. Divisi alga api (Pyrophy)
5. Divisi alga keemasan (Chrysophyta)
6. Divisi alga coklat (Phaeophyta)
7. Divisi alga merah (Rhodophyta)
2.1.3 Kandungan alga3,12
2.1.3.1 Polisakarida dan turunan oligosakarida
Polisakarida adalah komponen utama dari alga hijau, cokelat, dan merah,
yang menjadi tempat penyimpanan dan fungsi struktural. Dinding sel alga terdiri
atas berbagai jenis polisakarida termasuk asam alginik dan alginate, karagenan,
agar, laminaran, fucoidans, ulvans, dan turunannya. Efek antimkroba bergantung
pada beberapa faktor seperti distribusi, berat molekul, densitas, kandungan sulfat,
serta struktural dan konformasi alga.
9
2.1.3.2 Lipid, asam lemak, sterol
Kandungan lipid pada alga berkisar antara 0.12%-6.73%, dan utamanya
terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan gliserolipid non-polar (lemak netral). Sterol
adalah komponen struktural pada membran sel alga dan berfungsi untuk regulasi
cairan dan permeabilitas membran. Sterol utama pada makroalga adalah kolestrol,
fokusterol, isofukosterol, dan klionasterol.3,12
2.1.3.3 Komponen fenolik
Komponen fenolik pada alga adalah metabolit sekunder karena tidak
terlibat langsung pada proses primer seperti fotosintesis, divisi sel atau reproduksi
alga. Kandungan fenolik dicirikan dengan cincin aromatic dengan satu atau lebih
gugus hidroksil. Keberadaan komponen fenolik sederhana seperti
hidroksisinnamik dan asam benzoit dan trurunannya, dan flavonoid dilaporkan
pada alga hijau, namun alga cokelat mempunyai komponen fenolik lebih banyak
disbanding alga hijau dan merah. Efek antimkrobial merupakan akibat alterasi
dari permeabilitas dinding sel mikroorganisme dan hilangnya makromolekul
internal atau melalui interfensi fungsi membrane dan integritas seluler dan
kematian sel periodik.
2.1.3.4 Komponen lain
Alga memilki kemampuan untuk memproduksi metabolit sekunder dengan
efek antifungal, antiviral, antibakterial, antimacrofouling, dan antiprotozoal yang
kuat. Metabolit sekunder tersebut contohnya adalah terpen, alkaloid, dan
komponen halogen.
10
2.1.3.5 Pigmen
Alga sebagai organisme yang berfotosintesis dapat mensintesis tiga
pigmen dasar yang biasa ditemukan dalam alga laut seperti klorofil, karotenoid,
dan pikobiliprotein. Ketiga jenis pigmen pada alga laut tersebut digunakan untuk
mengklasifikan alga laut seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.3.1 Pigment pada alga laut
Jenis Alga laut Pigment
Hijau (Chlorophyta)
Klorofil a,klorofil b dan
karotenoid (siponaxantin, siponein,
lutein, violaxatin, dan zeaxantin)
Merah ( Rhodophyta)
Klorofil a, klorofil d dan
pikobiliprotein (pikoeritrin dan
pikosianin)
Coklat (Phaeophyta)
Klorofil a, klorofil c
(c1 dan c2) dan karotenoid
(fukoxantin, violaxantin, zeaxantin)
Mekanisme antimikrobial dapat terlihat pada karotenoid yang diperoleh
dari akumulasi lisosim dalam alga yang dapat menyebabkan lisisnya dinding sel
bakteri. Karotenoid dapat ditemukan dalam alga hijau, alga merah, dan alga
cokelat.3
2.1.4 Manfaat Alga
2.1.4.1 Farmasi
Kandungan gizi alga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan
alga tidak hanya sebagai bahan pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam
bidang farmasi untuk pertumbuhan, kesehatan, dan pengobatan manusia. Alga
telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu
11
juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan
lain-lain.
Di Indonesia terdapat 21 jenis dari 12 genus alga yang bisa dimanfaatkan
sebagai obat, yang terdiri dari 11 jenis dari tujuh genus dari alga merah
(Rhodophyceae), tujuh jenis dari empat genus alga hijau (Chlorophyceae), dan
tiga jenis dari satu genus alga coklat (Phaeophyceae).12
2.1.4.2 Kosmetik
Saat ini penggunaan alga sudah digunakan dalam bidang kosmetik dan
kesehatan. Berbagai jenis produk alga tidak hanya untuk mmpercantik diri tetapi
juga untuk menjaga kesehatan. Alga merupakan salah satu biota akuatik yang
mengandung nutrisi penting bagi tubuh manusia sehingga dapat dikonsumsi dan
digunakan untuk merawat kulit dan tubuh. Pada industri kosmetik, olahan alga
telah digunakan dalam produk salep, krem, losion, lipstik, dan sabun. 3,12
2.1.4.3 Pangan
Alga telah dimanfaatkan sebahai bahan makanan sejak lama, walaupun
pemanfaatannya masih terbatas untuk konsumsi langsung. Sekitar 70 jenis alga
laut telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan terutama di negara-negara
Asia, seperti Cina, Jepang, Taiwan Filipina, Indonsia serta Negara-negara
Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, dan sebagian kecil negara di Afrika dan
Amerika Selatan.
12
Karbohidrat yang terdapat pada alga merupakan vegetabel gum, yaitu
karbohidrat yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak
dapat dicerna seluruhnya oleh enzim di dalam tubuh sehingga alga dapat
dimanfaatkan menjadi makanan diet dengan sedikit kalori, berkadar serat tinggi.12
2.1.4.4 Karaginan
Karaginan (carrageenan) merupakan senyawa hidrokoloid yang
merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diestraksi dari alga
karaginofit (penghasilan karaginan), seperti Eucheuma sp, Kappaphycus sp,
Chondrus sp, Hypnea sp..3
2.1.4.5 Kesehatan Manusia
Potensi alga sebagai komponen aktif dalam melawan mikroorganisme
pathogen telah banyak diteliti diantaranya adalah sebagai antibakteri, antifungal,
antiacne, terapi periodontitis, antiprotozoal, dan antiviral.3,15
Potensi alga sebagai senyawa antibakteri telah teruji dalam berbagai
penelitian. Lebih dari 80% alga telah diteliti untuk melihat efek antibakterial. 70%
alga dapat digunakan sebagai antibakteri. Komponen alga seperti polisakarida,
asam lemak polyunsaturated, phlorotannins, karotenoid, dan senyawa fenolik lain
yang merupakan hasil matabolit dan bioaktif natural dapat dijadikan antibakteri.
Beberapa penelitian telah menunjukkan potensi berbagai jenis alga laut terhadap
berbagai jenis bakteri diantaranya adalah E. coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus sp., dan Salmonella sp.3,10,12
13
2.1.4.6 Alginat
Alginat merupakan senyawa hidrokoloid yang diesktraksi dari alga coklat
(Phaeophyceae). Algin yang berbentuk asam alginik (alginic acid) merupakan
getah berbentuk selaput tipis (membrane missilage) yang banyak digunakan oleh
industri- industri besar maupun kecil.3.12
2.2 Alga Hijau (Chlorophyceae)
Jenis alga laut dari kelas Chlorophyceae umumnya berwarna hijau karena
mengandung klorofil yang lebih dominan dibandingkan dengan alga dari kelas
lainnya serta berbentuk talur berupa lembaran, batangan atau bulatan yang bersifat
lunak, keras satau siphonous, terdiri atas uniseluler atau multiseluler. terdapat 15
ordo dengan 11 ordo di antaranya hidup di laut dan hanya 3 ordo yang dominan
hidup di pantai Indonesia yaitu Ulvales, Cladophorales, Caulerpales
(Siphonales).12
Dinding sel alga hijau sebagian besar terbat dari selulosa dengan beberapa
penggabungan hemiselulosa dan kalsium karbonat pada beberapa spesies.
Cadangan makanan dari alga hijau adalah pati dan sel-sel alga hijau dapat
memiliki dua atau lebih organel yang dikenal sebagai flagella, yang digunakan
dalam sebagai media pergerakan. Pigmen fotosintetik dari alga hijau adalah
klorofil a dan b dan pigmen aksesorisnya yaitu karotenoid dan xanthophylls.3
14
2.2.1 Caulerpa racemosa
Caulerpa racemosa adalah jenis alga laut hijau yang tumbuh secara alami
di Indonesia dan banyak ditemukan serta dimanfaatkan masyarakat. Caulerpa
racemosa telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran segar atau
lalapan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ejstrak etil asetat dari Caulerpa
racemosa adalah ekstrak dengan daya hmbat bakteri paling tinggi diantara
delapan jenis alga lain.1 Penelitian Singkoh, M (2011) menunjukkan efek
antibakteri Caulerpa racemosa terhadap bakteri E. tarda, Y. enterocolitics, dan P.
stuartii. Dari hasil penelitian Dimara, L et all juga menunjukkan efek antibakteri
dari Caulerpa racemosa terhadap Staphylococcus aureus dan Escheria coli.4,14
Gambar 2.2.1.1 Caulerpa racemosa
Taksonomi alga hijau Caulerpa racemosa adalah sebagai berikut: 1
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Chlorophyta
Subdivisi : Chlorophytina
Kelas : Ulvophyceae
15
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa racemosa
2.2.2 Caulerpa lentillifera
Caulerpa adalah kelompok alga hijau yang cukup cepat pertumbuhannya.
Caulerpa lentillifera merupakan salah satu alga hijau jenis Caulerpa yang
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, misalnya sayuran oleh masyarakat lokal.
Taksonomi alga hijau Caulerpa lentillifera sebagai berikut:15
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Siphonales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa lentillifera
Gambar 2.2.2.2 Caulerpa Lentillifera
16
Secara keseluruhan alga disebut sebagai talus. Warna talus dari Caulerpa
adalah hijau tua menyerupai warna daun. Hal ini disebabkan oleh terdapat plastida
di dalam sel Caulerpa yang mengandung pigmen klorofil a dan b seperti pada
warna hijau daun tumbuhan tingkat tinggi.16
Caulerpa lentillifera memiliki thallus yang membentuk akar (berwarna
hijau tua) dan ramuli. Ramuli berupa bulat-bulatan kecil yang teratur menutupi
percabangan sepanjang 3-5 cm dan stolon dengan diameter 1-2 cm.Thallus
tersebut memiliki tekstur lunak keras.15
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pattama dkk, Caulerpa
lentillifera memiliki kandungan protein, mineral, vitamin, asam lemak, dan
komposisi asam amino.4 Perez, M dalam penelitiannya pada tahun 2016
menunjukkan Caulerpa lentilifera menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E.
coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., dan Salmonella sp. Penelitian
lainnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan antibakteri pada Caulerpa
lentillifera yang dapat menghambat pertumbuhan baketri S. aureus dan
S.mutans.4,17
2.3 Infeksi Saluran Akar Gigi Anak
Infeksi saluran akar sebagian besar merupakan kelanjutan dari proses
karies, trauma atau crack pada mahkota, kebocoran tepi restorasi yang tidak
adekuat yang menyebabkan perforasi pulpa. Perforasi jaringan pulpa ke
lingkungan rongga mulut akan memberikan akses bagi mikroorganisme untuk
17
masuk ke dalam saluran akar yang secara bertahap menyebabkan inflamasi dan
bila berlanjut mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis.8,10,18,19
Perforasi pulpa terutama disebabkan oleh karies terjadi lebih sering pada
gigi susu daripada gigi permanen karena gigi susu mempunyai rongga pulpa yang
relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol dan email serta dentin yang lebih
tipis.18 Karakteristik fisiologis dan anatomis gigi sulung membuat akses masuk ke
dalam saluran akar sulit. Pada beberapa bagian saluran akar, infeksi saluran akar
terletak lebih dalam, di dalam kanal lateral, ramifikasi apikal, dan tubulus
dentinalis sehingga perawatan saluran akar menjadi lebih rumit dilakukan.19
Infeksi saluran akar terdiri atas dua jenis infeksi. Infeksi saluran akar
primer adalah infeksi pada saluran akar yang tidak dilakukan perawatan, dimana
mikroorganisme telah memilki akses untuk membentuk koloni di dalam jaringan
pulpa dan menyebabkan disfungsi. Infeksi saluran akar sekunder adalah infeksi
pada saluran akar yang timbul akibat kegagalan prawatan saluran akar yang
menyebabkan infeksi yang persisten pada sistem saluran akar.11
Perawatan pada infeksi endodontik berdasar kepada eliminasi infeksi
saluran akar.8 Kontrol infeksi saluran akar dilakukan untuk mencegah penyebaran
infeksi ke dalam medulla tulang dan juga mencegah infeksi mengenai benih gigi
permanen yang terletak sangat dekat dengan akar gigi sulung.20
2.3.1 Jalur Infeksi
Ada berbagai jalur agar mikroorganisme bisa mencapai pulpa. Berikut
adalah berbagai jalur mikroorganisme dapat mencapai pulpa:
18
2.3.1.1 Tubulus dentinalis
Setelah terjadi karies gigi atau selama prosedur perawatan gigi
berlangsung, mikroorganisme dapat masuk ke dalam arah sentripetal untuk
mencapai pulpa. Bakteri mendapat akses menuju ke pulpa jika terdapat jarak
antara lesi karies dan pulpa adalah 0.2 mm.21
2.3.1.2 Kavitas yang terbuka
Perforasi pulpa secara langsung akibat trauma seperti fraktur mahkota atau
kesalahan iatrogenik selama prosedur operatif, menyebabkan rusaknya barrier
fisik antara struktur gigi dan menyebabkan pulpa berkontak dengan lingkungan
septik rongga mulut.21
2.3.1.3 Membran periodontal
Mikroorganisme dari sulkus gingival bisa mencapai kamar pulpa melalui
membran periodontal, menggunakan jalur lateral atau foramen apikal. Jalur
tersebut menjadi jalur yang yang bisa digunakan mikroorganisme selama
profilaksis dental, luksasi gigi, dan sebagai hasil migrasi epitelial selama
pembentukan poket periodontal.21
2.3.1.4 Aliran darah
Bakteremia sementara dapat muncul akibat berbagai alasan. Munculnya
bakteri dalam darah akan tertarik menuju pulpa gigi akibat trauma atau prosedur
operatif yang bisa menghasilkan inflamasi tanpa adanya pulpa yang terbuka.
19
Masuknya bakteri melalui darah atau limfe dikenal sebagai anakoresis, yang
menjadi jalur infeksi endodontik.21
2.3.1.5 Restorasi yang gagal
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kontaminasi saliva dari
aspek oklusal dapat mencapai area periapikal kurang dari enam minggu setelah
obturasi dengan gutta-percha dan sealer. Jika tambalan sementara rusak atau
struktur gigi fraktur sebelum restorasi permanen, atau jika restorasi permanen
tidak adekuat, bakteri dapat tertarik menuju jaringan periapikal dan menghasilkan
infeksi.21
2.3.1.6 Migrasi
Mikroorganisme dapat mencapai kanal lateral atau kanal utama dari gigi
yang terinfeksi menuju pulpa sebagai hasil dari reaksi jaringan, melalui jalur itu
infeksi dapat menyebar ke gigi sekitarnya.18
2.3.1.7 Resorpsi Gigi Sulung
Melalui resorpsi internal dan eksternal dari gigi sulung yang dapat
menyebabkan tereksposnya pulpa. 22
2.4 Bakteri Saluran Akar Gigi Anak
Bakteri saluran akar gigi anak terdiri dari berbagai jenis spesies yang
kompleks. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri pada saluran akar gigi
20
yang asimptomatik berbeda dengan bakteri saluran akar gigi yang simptomatik.
Bakteri tersebut terdiri atas bakteri aerob mauun bakteri anaerob.22
Pada penelitian awal ditemukan beberapa spesies diantaranya
Streptococci, Micrococci, dan sejumlah kecil bakteri anaerob pada infeksi saluran
akar maupun penyakit periradikular. Bakteri anaerob meliputi 90% dari bakteri
penyebab infeksi saluran akar. Berdasarkan temuan tersebut, ternyata penyebab
infeksi saluran akar tidak hanya satu macam bakteri tetapi berbagai macam bakteri
yang terlibat termasuk organisme anaerob seperti Porphyromonas, Bacterioides
gingivalis, Phorphyromonas, Bacterioides endodontalis, dan Prevotella
bacterioides buccae yang dinamakan Bacterioides spesies.23
Penelitian Kutllovcki (2015), menunjukkan 202 jenis bakteri yang terdapat
pada infeksi saluran akar gigi anak. Bakteri aerob sebesar 60,6%, 38% bakteri
anaerob, 2% spesies Candida, dan sekitar 0,5% tidak dapat diidentifikasi.24
Pada infeksi saluran akar primer black-pigmentes bacteria (BPB) adalah
bakteri yang paling banyak ditemukan di dalam saluran akar gigi sulung.
Prevotella dan Porphyromonas sp. adalah spesies dari black-pigmentes bacteria
(BPB) adalah yang paling sering dikaitkan dengan infeksi saluran akar primer.
Pada infeksi saluran akar spesies Prevotella seperti P. intermedia dan P.
nigrescens adalah yang paling sering ditemukan25. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa alpha hemolytis Streptococcus juga banyak ditemukan dari
saluran akar.26
21
2.4.1 Bakteri Anaerob 22,24
1. Gram positif kokus, Peptostreptococcus
2. Gram positif batang, Laktobasilus, Propionobakterium, Actinomyces,
Eubakterium
3. Gram negatif kokus, Veilonella parvula
4. Gram negative batang, Bacteroides, Fusobakterium
2.4.2 Bakteri Aerob 22,24
1. Streptococcus, S. mitis, S. oralis, S. pyogenes
2. Staphylococcus, Staphylococcus epidermidis
3. Diphteroids
2.5 Klorheksidin
Klorheksidin glukonat telah digunakan selama lebih dari 50 tahun sebagai
pencegah karies, terapi periodontal, dan pencuci mulut antispetik.
Sifat Klorheksidin
Klorheksidin merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk
garam klorheksidin diglukonat yang larut dalam air. Struktur formula dari
Kloreksidin terdiri dari dua rantai simetrik cincin 4-kloropenil dan kelompok
biguanida yang dihubungkan oleh rantai sentral hexametilen.5,11,27,28
22
Manfaat
Kloreksidin memilki daya antibakteri berspektrum luas, toksisitasnya
rendah, dan larut dalam air. Serta merupakan antiseptik kuat yang berbentuk
larutan dan digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar dengan konsentrasi
sebesar 0,12% dan konsentrasi 2% untuk sterilisasi saluran akar. Sebagai bahan
desinfeksi saluran akar Kloreksidin efektif terhadap Enterococcus faecalis
maupun biofilmnya yang merupakan bakteri dominan pada infeksi sekunder
perawatan saluran akar sehingga menyebabkan kegagalan perawatan saluran
akar.5,27
Efektivitas klorheksidin berkurang dengan adanya protein dan matriks
dentin organik. Kloreksidin tidak dapat melarutkan substansi organik dan
keberadaan jaringan nekrotik pada saluran akar. Klorheksidin dapat ditemukan
dalam bentuk larutan berbasis air, gel dan kombinasi larutan dengan bahan aktif
lain.11,29