83
UJI EFEKTIVITAS PENUMBUH RAMBUT GEL EKSTRAK SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L.) TERHADAP KELINCI JANTAN Laporan Hasil Penelitian Disusun Oleh : Drs. Tatang Hernawan S.Si.,Apt.,M.App.Sc.,DR Soni Suharmoko S.Pt.,M.M Dewi Rustika Melia Junita Yolla Gita SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON SK. Mendiknas RI No. 1840/D/2004 Jl. Perjuangan-Majasem-Cirebon Telp./Fax. (0231) 488759 CIREBON 2018

UJI EFEKTIVITAS PENUMBUH RAMBUT GEL EKSTRAK SELEDRI

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

UJI EFEKTIVITAS PENUMBUH RAMBUT GEL EKSTRAK SELEDRI

(APIUM GRAVEOLENS L.) TERHADAP KELINCI JANTAN

Laporan Hasil Penelitian

Disusun Oleh :

Drs. Tatang Hernawan S.Si.,Apt.,M.App.Sc.,DR

Soni Suharmoko S.Pt.,M.M

Dewi Rustika

Melia Junita

Yolla Gita

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

SK. Mendiknas RI No. 1840/D/2004

Jl. Perjuangan-Majasem-Cirebon Telp./Fax. (0231) 488759

CIREBON

2018

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) CIREBON Terakreditasi B Nomor : 0118/SK/BAN-PT/Ak-SURV/S/III/2016 Jl. Perjuangan – Majasem - Cirebon Telp./Fax. (0231) 488759

SURAT KEPUTUSAN

KETUA LPPM STF YPIB CIREBON

NO. 006/PENLIT/LPPM/VIII/2017

Tentang

PENETAPAN DOSEN PELAKSANA PENELITIAN

DANA HIBAH INTERNAL

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Bismillahirrahmanirrahim

Menimbang : 1. Bahwa untuk menunjang salah satu unsur Tridharma Perguruan

Tinggi yang merupakan tugas pokok dari Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Farmasi YPIB

Cirebon, maka perlu dilaksanakan Pengabdian Masyarakat bagi

dosen di lingkungan STF YPIB Cirebon sebagai implementasi

dari ilmu-ilmu dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2. Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi.

3. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah RI No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan

Tinggi.

4. Peraturan Pemerintah RI No. 37 Tahun 2009 Tentang Dosen.

5. Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2015 Tentang Registrasi

Tenaga Pendidik.

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 84 Tahun

2013 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Non PNS di PTN dan

Dosen Tetap di PTS.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.46 Tahun

2013 Tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kredit.

8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232 Tahun 2000

Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar.

9. SK. Mendiknas RI No. 3600/D/T/2008 Tentang Penyelenggaraan

/Pendirian Sekolah Tinggi Farmasi STF YPIB Cirebon.

10. Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No.

0118/SK/BAN-PT/Ak-SURV/S/III/2016 Tentang Status, Nilai,

Pangkat, dan Masa Berlaku Hasil Akreditasi Program Studi S1 di

Perguruan Tinggi.

11. Statuta STF YPIB Cirebon.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Menunjuk Dr.Tatang Hernawan, M.App.Sc., Apt

(Koordinator) dan Soni Suharmoko, S.Pt., MM (Anggota)

sebagai dosen yang melakukan penelitian dengan judul Uji

Efektivitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak Seledri (Apium

Graveolens L.) terhadap Kelinci Jantan mendapatkan dana

hibah penelitian internal sebesar Rp 10.000.000,-

2. Sebagai Capaian Luaran, hasil penelitian harus dimuat

dalam Jurnal Nasional/ Nasional Terakreditasi/

Internasional/ Internasional Terakreditasi/ Proseding/

Repository*)

Surat keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan dengan rasa

penuh tanggung jawab, dengan ketentuan akan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila

terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Cirebon

Pada Tanggal : 23 Agustus 2017

Mengetahui, Ketua LPPM STF YPIB Cirebon

Ketua STF YPIB Cirebon

H. Ahmad Azrul Zuniarto Fitri Zakiah., S.Si.,M.Farm.,Apt. NIDN : 0426066902 NIDN : 0408088008

Tembusan kepada Yth,

1. Pengurus Yayasan STF YPIB Cirebon

2. Dosen yang bersangkutan

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) CIREBON Terakreditasi B Nomor : 0118/SK/BAN-PT/Ak-SURV/S/III/2016 Jl. Perjuangan – Majasem - Cirebon Telp./Fax. (0231) 488759

SURAT TUGAS

Nomor : 006/PENLIT/LPPM/VIII/2017

Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua LPPM Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon

dengan ini memberikan tugas kepada :

Nama : 1 Dr.Tatang Hernawan, M.App.Sc., Apt (Koordinator)

2. Soni Suharmoko, S.Pt., MM (Anggota)

Jabatan : Dosen Tetap Yayasan

Untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Efektivitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak

Seledri (Apium Graveolens L.) terhadap Kelinci Jantan”. Hasil penelitian tersebut diharapkan

dapat dipublikasikan dalam Jurnal

Nasional/NasionalTerakreditasi/Internasional/InternasionalTerakreditasi/Proseding/Repositor

y*).

Demikian surat tugas ini agar dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Cirebon, 23 Agustus 2017

Ketua LPPM

Fitri Zakiah,M.Farm., Apt

NIDN : 0408088008

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN STF YPIB

1. Judul Penelitian UJI EFEKTIVITAS PENUMBUH RAMBUT GEL

EKSTRAK SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L.)

TERHADAP KELINCI JANTAN

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap

b. NIDN

c. Jenis Kelamin

3. Anggota 1

a. Nama Lengkap

b.NIDN

c. Jenis Kelamin

4. Anggota 2

a. Nama Lengkap

b. Jenis Kelamin

5. Anggota 3

a. Nama Lengkap

b. Jenis Kelamin

6. Anggota 4

a. Nama Lengkap

b. Jenis Kelamin

7. Alamat

Drs. Tatang Hernawan S.Si.,Apt.,M.App.Sc.,DR

8842610016

Laki-laki

Soni Suharmoko S.Pt.,M.M

0420047804

Laki-laki

Dewi Rustika

Perempuan

Melia Junita

Perempuan

Yolla Gita

Perempuan

Sekolah Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon

Jl. Perjuangan Majasem Cirebon

8. Lama Penelitian 6 Bulan (Agustus 2017 – Januari 2018)

9. Biaya Rp. 10.000.000.,00

10. Sumber Dana Yayasan Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon

Cirebon, Januari 2018

Mengetahui

Ketua LPPM

Fitri Zakiah S.Si M.Farm.,Apt

Ketua STF YPIB Cirebon

H. Ahmad Azrul Zuniarto., M.Farm., Apt

ANGGARAN PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS PENUMBUH RAMBUT GEL EKSTRAK SELEDRI

(APIUM GRAVEOLENS L.) TERHADAP KELINCI JANTAN

NO Uraian Vol Satuan Total Harga

1 Pembentukan tim penelitian

- kordinator (1orang) 1.200.000 1.200.000

- Peneliti (1orang) 500.000 500.000

- Pembantu peneliti (3orang) 500.000 1.500.000

2 Pengumpulan Data dan Studi Literatur 1.000.000

3 Percobaan Laboratorium

- Belanja Bahan Baku 2.100.000 2.100.000

4 Penerapan

- pengujian laboratorium 3.000.000 3.000.000

5 Evaluasi dan Pembuatan Laporan

- Atk 500.000 500.000

- Penjilidan dan Penggadaan Laporan 100.000 200.000

Total Anggaran 10.000.000

ABSTRAK

Penelitian ini berdasarkan hakikat manusia yang mempunyai sifat suka dengan

keindahan, rambut merupakan penunjang penampilan seseorang bahkan ada ungkapan yang

mengatakan bahwa rambut adalah mahkota kecantikan seseorang. Penelitian ini bertujuan

mengetahui efektivitas gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) terhadap kelinci jantan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan melakukan penelitian

secara langsung terhadap objek yang diteliti. Penelitian berlangsung selama 28 hari dan

dilakukan pengukuran rambut kelinci di hari ke-7, 14, 21, 28 serta di hari ke-28 rambut

kelinci dicukur kemudian ditimbang sebagai data pendukung pertumbuhan rambut.

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut didapat hasil bahwa gel ekstrak Seledri (Apium

graveoelens L.) konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% efektif sebagai penumbuh rambut pada

kelinci jantan. Namun konsentrasi 10% mempunyai efek yang tidak berbeda jauh dengan

kontrol positif yakni penumbuh rambut Hair Serum.

ABSTRACT

This research in based on human nature that has properties like the beauty, hair

growing someone is even a saying that says that a person’s hair is a crown of beauty. This

study aims to determine the effectiveness of the gel extract Celery (Apium graveolens L.) . On

male rabbits and to determine the concentration of gel extract Celery (Apium graveoelns L.).

The most effective as hair growth on male rabbit. The study was conducted using an

experimental methode to conduct research directly to the object under study. The study lasted

28 days and measurement rabbit hair on days 7, 14, 21, and 28 as well as on the days, the 28

days rabbit hair was shaved off and then weighed as supporting data hair growth. Based on

the result of the result of these studies obtained result that the gel extract Celery (Apium

graveoelens L.). Concentration of 5%, 7,5% and 10% effective as a hair grower, but

concentration 10% has the effect of which is not much different from the positive control hair

growth Hair Serum.

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan

lancar.

Penyusunan proposal penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dalam mendapatkan suatu alternatif bahan alam sebagai produk yang dapat dijadikan

pengobatan dan memotifasi mahasiswa. Dalam hal ini peneliti mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Allah SWT yang mendengarkan dan mengabulkan doa peneliti

2. Bapak H. Satmaja., BA, sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol

3. Bapak H. Ahmad Azrul Zuniarto., M.Farm., Apt, selaku Ketua Sekolah Tinggi

Farmasi YPIB Cirebon

Akhirnya pada Allah lah peneliti memohon perlindungan, mudah mudahan proposal

penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengkajian ilmu

pengetahuan yang lebih luas bagi peneliti, mahasiswa dan semua pihak yang membaca.

Wasalam,

Cirebon, Januari 2018

Peneliti

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................

1.2. Pembatasan masalah ....................................................................

1.3. Identifikasi Masalah ....................................................................

1.4. Perumusan Masalah .....................................................................

1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian ....................................................

1.6. Manfaat Penelitian .......................................................................

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

1.6.1. Tempat ..............................................................................

1.6.2. Waktu Penelitian ..............................................................

1.8. Hipotesis ........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) ......................................

2.1.1. Deskripsi ............................................................................

2.1.2. Klasifikasi Tanaman ..........................................................

2.1.3. Morfologi Tanaman ...........................................................

2.1.4. Kandungan Kimia ..............................................................

2.1.5. Kegunaan ...........................................................................

2.1.6. Kontra Indikasi ..................................................................

2.1.7. Kandungan Gizi .................................................................

2.2. Simplisa ........................................................................................

2.2.1. Penggolongan Simplisia ...................................................

2.2.2. Proses Pembuatan Simplisia ............................................

2.3. Ekstraksi

2.3.1. Definisi Ekstraksi .............................................................

2.3.2. Tujuan Ekstraksi ...............................................................

2.3.3. Jenis-Jenis Ekstraksi .........................................................

2.3.4. Ekstrak dan Pembagian Ekstrak .......................................

2.4 Rambut

2.4.1. Definisi Rambut ...............................................................

2.4.2. Anatomi Rambut ..............................................................

2.4.3. Pertumbuhan Rambut .......................................................

2.5. Kosmetika ....................................................................................

2.6. Gel ...............................................................................................

2.6.1. Penggolongan Gel ............................................................

2.6.2. Cara Pembuatan Gel .........................................................

2.6.3. Bahan Dalam Formula Gel ...............................................

2.6.4. Uji Evaluasi Sediaan Gel ..................................................

2.7. Stabilitas Sediaan

2.7.1. Definisi Stabilitas ............................................................

2.7.2. Uji Stabilitas Dipercepat .................................................

2.8. Penyubur Rambut Hair Serum ...................................................

2.9. Kelinci

2.9.1. Sejarah.............................................................................

2.9.2. Klasifikasi .......................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

3.1.1. Populasi ...............................................................................

3.1.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...........................

3.1.3. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ....................

3.2. Metode Penelitian ...........................................................................

3.3. Desain Penelitian ............................................................................

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat Penelitian .....................................................................

3.4.2. Bahan Penelitian .................................................................

3.4.3 Hewan Percobaan ...............................................................

3.5. Langkah Kerja

3.5.1. Determinasi Tanaman .......................................................

3.5.2. Pengumpulan Bahan .........................................................

3.5.3. Pembuatan Simplisia ........................................................

3.5.4. Pembuatan Ekstrak Seledri ..............................................

3.5.5. Pembuatan Gel Ekstrak Seledri .......................................

3.5.6. Perlakuan Hewan Uji .......................................................

3.5.7. Uji Evaluasi Sediaan ........................................................

3.5.8. Uji Stabilitas Sediaan .......................................................

3.6. Pengumpulan Data

3.6.1. Sumber Data......................................................................

3.6.2. Alat Pengumpulan Data ...................................................

3.6.3. Pengumpulan Data Primer ................................................

3.6.4. Pengumpulan Data Sekunder ............................................

3.7. Pengambilan Data dan Analisis Data ............................................

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ...............................................................................

4.1.1. Determinasi Penelitian .........................................................

4.1.2. Hasil Pembuatan Simplisia ...................................................

4.1.3. Hasil Pembuatan Ekstrak Seledri .........................................

4.1.4. Formulasi Gel Ekstrak Seledri .............................................

4.1.5. Hasil Uji Evaluasi Gel Ekstrak Seledri ................................

4.1.6. Hasil Uji Stabilitas Gel Ekstrak Seledri ...............................

4.1.7. Data Hasil Uji Efektivitas .....................................................

4.2. Analisa Data ....................................................................................

4.2.1. Uji Normalitas Data ..............................................................

4.2.2. Uji Homogenitas Data ..........................................................

4.2.3. Uji Anova Satu Arah ............................................................

4.2.4. Uji t-Test ...............................................................................

4.3. Pembahasan.....................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .......................................................................................

5.2. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bagi manusia yang mempunyai sifat suka dengan keindahan menjadikan

rambut ini sebagai penunjang penampilan seseorang. Bahkan ada ungkapan yang

menunjukan betapa pentingnya rambut bagi penampilan seseorang yaitu rambut

adalah mahkota kecantikan seseorang. (Dalimartha dan Soedibyo, 1999)

Rambut mempunyai peranan penting dalam proteksi terhadap lingkungan

yang merugikan antara lain dengan suhu dingin atau panas dan sinar ultraviolet.

Selain itu, rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh pengaruh buruk,

misalnya alis mata, sedangkan bulu hidung untuk menyaring udara. Rambut juga

berfungsi sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan keringat, dan sebagai indra

peraba yang sensitif. (Harahap, 2000)

Sebagai bagian integral dari identitas, wajar jika banyak keluhan mengenai

kerusakan maupun kerontokan rambut, karena kerontokan rambut akan berdampak

negatif bagi yang mengalaminya, terutama jika kerontokan tersebut cukup luas dan

berat. ( Lemieux, 2008)

Untuk mengatasi masalah kerontokan rambut, para peneliti berusaha

berinovasi untuk menemukan formula yang efektif. Hal ini berefek pada banyaknya

produk kosmetik rambut yang banyak dipasaran, baik produk sintetis maupun produk

herbal. Penggunaan bahan yang bersifat sintetis pada produk kosmetik dinilai kurang

aman karena menimbulkan efek samping pada penggunaan jangka panjang.

Sejak zaman dahulu secara tradisional banyak tanaman disekitar kita telah

digunakan sebagai pemacu pertumbuhan rambut. (Dalimartha 1999) mencatat ada

beberapa tanaman yang secara empiris digunakan masyarakat untuk merangsang

pertumbuhan rambut dan banyak yang didasarkan secara ilmiah, salah satunya adalah

Seledri (Apium graveolens L.). Herba Seledri secara empiris dapat mempengaruhi

pertumbuhan rambut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Winanti diketahui bahwa

Seledri berkhasiat memberikan efek dalam mepercepat pertumbuhan rambut.

(Winanti, 2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu menunjukan bahwa Seledri berkhasiat

sebagai penyubur rambut (Sri Rahayu, 2007), dari penelitian tersebut diketahui bahwa

flavonoid dan saponin adalah senyawa kimia yang berperan dalam memacu

pertumbuhan rambut. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Hexy Tri

Prima Putra, konsentrasi Seledri yang berkhasiat sebagai penumbuh rambut adalah

7,5% dengan pertumbuhan rambut 54,15% yang tidak berbeda nyata dengan kontrol

positif yang menjadi pembanding.

Berdasarkan latar belakang diatas mendasari penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul “Uji Efektifitas Penumbuh Rambut Gel Ektstrak Seledri

(Apium graveolens L.) Terhadap Kelincii Jantan.”

1.2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada :

a. Pengujian efektifitas penumbuh rambut gel ekstrak herba Seledri (Apium

graveolens L.) terhadap kelinci jantan.

b. Konsentrasi yang digunakan 5%, 7,5%, dan 10% dengan cara ekstraksi maserasi.

c. Uji evaluasi dan stabilitas dari sediaan gel ekstrak herba Seledri (Apium

graveolens L.) meliputi pengamatan organoleptis, pemeriksaan pH, uji

homogenitas, uji daya lekat, dan uji daya sebar. Serta uji stabilitas penyimpanan

pada suhu 00C, 25

0C, dan 40

0C selama 28 hari.

1.3. Identifikasi Masalah

a. Menguji efektifitas penumbuh rambut gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

terhadap kelinci jantan.

b. Penentuan konsentrasi gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) yang paling

efektif sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

c. Menguji stabilitas dari sediaan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) sebagai

penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

a. Apakah gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) berkhasiat sebagai penumbuh

rambut terhadap kelinci jantan?

b. Pada konsetrasi berapa gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) yang efektif

sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan?

c. Bagaimana stabilitas dari sediaan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) sebagai

penumbuh rambut terhadap kelinci jantan?

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui efektifitas gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) sebagai

penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

b. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

yang paling efektif sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

c. Untuk mengetahui stabilitas dari sediaan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

1.6. Manfaat Penulisan

Dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengenai Efektifitas

pemberian ekstrak seledri (Apium graveolens L.) diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain :

1) Bagi penulis

Dapat menambah wawasan tentang adanya pengaruh ekstrak Seledri (Apium

graveolens L.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan.

2) Bagi akademik

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang adanya pengaruh pemberian ekstrak

Seledri (Apium graveolens L.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan

dan sumber pustaka bagi penelitian selanjutnya.

3) Bagi Dunia Farmasi

Dapat digunakan sebagai dasar penelitian awal untuk dilakukan penelitian

selanjutnya yang lebih lengkap, sehingga tanaman Seledri ini dapat

dikembangkan menjadi bentuk sediaan untuk pertumbuhan rambut.

4) Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penyuluhan kepada

masyarakat bahwa tanaman Seledri tidak hanya sebagai tanaman untuk bumbu

masak, tetapi dapat digunakan sebagai penumbuh rambut.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

1.7.1. Tempat

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium

Farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon yang beralamat Jln,

Perjuangan III No.7 Majasem kota Cirebon.

1.7.2. Waktu

6 Bulan (Agustus 2017 – Januari 2018)

1.8. Hipotesa

H0 = Gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) tidak mempunyai efektifitas

sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

H1 = Gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) mempunyai efektifitas sebagai

penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

2.1.1. Deskripsi

Seledri (Apium graveolens L.) berasal dari daerah subtropik Eropa dan

Asia dan merupakan tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian

diatas 900 m dpl. Di daerah ini Seledri yang tumbuh memiliki tangkai daun yang

menebal. Untuk pertumbuhannya, Seledri memerlukan cuaca yang lembab.

Seledri juga biasa ditanam di dataran rendah, hanya saja ukuran batangnya

menjadi lebih kecil dan digunakan sebagai penyedap makanan. Seledri terdiri

dari tiga jenis yaitu Seledri daun, Seledri potongan dan Seledri berumbi. Seledri

yang banyak ditanam di Indonesia adalah Seledri daun. (Dalimartha, 1999)

Gambar 2.1. Gambar Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

(Tani Asri, 2015)

Seledri (Apium graveolens L.) di panen setelah berumur 6 minggu

sejak ditanam. Tangkai daun yang agak tua di potong 1 cm di atas pangkal

daun. Daun muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai

daunnya yang berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap,

sedangkan daunnya digunakan untuk penyedap. Jika Seledri didaerah tropik,

ukuran batangnya kurang besar sehinggga seluruh bagian tanaman digunakan

sebagai sayur, Seledri dapat diperbanyak dengan biji. (Dalimartha,1999)

2.1.2. Klasifikasi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L.

(Husamah Irham R, 2011)

2.1.3. Morfologi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

Herba dengan batang beruas, bercabang, tegak pucat, hijau pucat.

Daun majemuk, daun muda melebar, atau meluas dari dasar, hijau mengkilap.

Bunga tunggal, tangkai jelas, sisi kelopak yang tersembunyi, daun bunga putih

kehijauan, atau merah jambu pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina

majemuk, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, sering mempunyai daun

berhadapan atau berbatasan dengan tirai bunga. Panjang buah 3 mm. (Syamsul

dan Rodame, 2015)

2.1.4. Kandungan Kimia

Seluruh bagian tanaman Seledri mengandung glikosida apiin,

isoquersetin dan umbellifero. Selain itu seledri juga mengandung apigenin,

pthalide mannite, inosite, asparagines, glutamine, choline, linamarose, pro

vitamin A, vitamin C dan B, kandungan asam dalam minyak atsiri pada biji

antara lain asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat,

linoleat dan petroselinat. Daun seledri juga mengandung yakni vitamin A,

Vitamin B1, Vitamin B2, vitamin B5, vitamin B6, vitamin C, vitamin E, dan

vitamin K. (Syamsul dan Rodame 2015)

2.1.5. Kegunaan

Tanaman ini bersifat pedas, dan sejuk. Daun tumbuhan ini berkhasiat

sebagai antirematik, karminatif, penghenti pendarahan, peluruh haid,

antispasmodic, diuretik, penurun tekanan darah dan sedatif. Seledri juga bias

untuk mencegah kanker. Pada Seledri terdapat minyak esensial yang

mencegah terbentuknya tumor yang mampu menyebabkan gejala kangker,

serta merangsang produksi enzim yang melawan sel penyebab kanker. Seledri

juga digunakan untuk mengatasi inflamasi (peradangan). (Arief 2009)

Daun Seledri mengandung flavonoid, saponin dan polifenol. Herba

Seledri mengandung flavonoid, fenol, saponin, kumarin, dan steroid atau

triterpenoid (Syamsuhidayat, 1991). Senyawa flavonoid yang telah diisolasi

dari tanaman Seledri adalah apigenin dan apiin pada seledri bagian yang

digunakan adalah herba dan akar dengan cara dimakan langsung dalam

keadaan segar atau setelah dikeringkan direbus dengan air. Herba seledri

berkhasiat peluruh air seni, obat rematik, penurun tekanan darah tinggi, obat

kencing manis dan sebagai penumbuh rambut.

2.1.6. Kontra Indikasi

Seledri dapat menyebabkan inflamasi pada kulit dan sensitivitas pada

matahari. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya menghindari mengkonsumsi

Seledri selama masa kehamilan. Konsumsi Seledri dalam jumlah besar dapat

menyebabkan kontraksi uterus dan keguguran. Seledri juga menyebabkan

alergi pada orang yang sensitif pada beberapa tanaman termasuk wortel dan

dandelion. Penyakit ini disebut sindrom celery-carrot-mugwort-spice.

Sensitivitas silang pada Seledri telah terjadi pada pasien yang alergi

dandelion dan wortel. Seseorang yang menggunakan warfarin dan seledri pada

waktu yang bersamaan memiliki kemungkinan mengalami pendarahan.

Mengkonsumsi Seledri bersamaan dengan pengobatan yang meningkatkan

sensitivitas terhadap sinar matahari dapat meningkatkan kemungkinan kulit

terbakar, melepuh atau ruam-ruam jika terpapar sinar matahari. Efek samping

fotosensitivitas ini akibat adanya senyawa furanokumarin dalam seledri. Efek

samping seledri dapat diminimalisasi dengan menghindari penggunaan seledri

bersamaan dengan obat antikoagulan (walfarin) dan obat yang meningkatkan

sensitivitas terhadap sinar matahari (amitriptyline, ciprofloxacin, norfloxacin,

trimetropin, tetracycline, dan trioxalen). (Syamsul dan Rodame, 2015)

2.1.7. Kandungan Gizi Seledri (Apium graveolens L.)

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Seledri (Apium graveolens L.)

Kandungan gizi Jenis (tipe) seledri

Amerika China Umum

Kalori (kal) 18.00 27.00 20.00

Protein (gr) 1.20 2.20 1.00

Lemak (gr) - 0.60 0.10

Karbohidrat (gr) 4.20 4.60 4.60

Kalsium (mg) 57.00 326.00 50.00

Fosfor (mg) 26.00 51.00 40.00

Zat besi (mg) 2.80 15.30 1.00

Serat (gr) 0.70 1.40 -

Abu (gr) 1.00 1.70 -

Natrium (gr) 14.00 151.00 -

Kalium (gr) 448.00 318.00 -

Niasin (mg) 0.40 0.08 -

Vitamin A (S.1) 80.00 2685.00 130.00

Vitamin B1 (mg) 0.03 0.08 0.03

Vitamin B2 (mg) 0.05 0.12 -

Vitamin C (mg) 22.0 49.00 11.00

Air (gr) - - 93.00

Food and Nutrition Research Center. Handbook No 1 Manila

(Knott, JE & Deanon, 1967)

2.2. Simplisia

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata

simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut

bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum

mengalami perubahan bentuk. (Gunawan dan Mulyani, 2004)

Departemen RI membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia

adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan

proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah

dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral.

2.2.1. Penggolongan Simplisia

Menurut (Gunawan dan Mulyani, 2004) penggolongan simplisia adalah

:

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.

Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman

atau dengan sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat

berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

di pisahkan atau di isolasi dari tanamannya.

b. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.

c. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan

pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.

2.2.2. Proses Pembuatan Simplisia

Proses pembuatan simplisia menurut (Goeswin Agoes, 2007) adalah :

1) Pengumpulan Bahan Baku

Kadar bahan aktif dalam simplisia bergantung kepada :

a. Bagian tanaman yang digunakan.

b. Usia tanaman atau bagian tanaman saat panen.

c. Waktu panen

d. Lingkungan tumbuh.

2) Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan cemaran (kotoran dan

bahan asing lain) dari bahan simplisia. Pembersihan simplisia dari tanah

dapat mengurangi jumlah kontaminasi mikrobiologi.

3) Pencucian

Pencucian dilakukan dengan air bersih (Sumur, PAM, atau air dari

mata air). Simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air mengalir

dicuci dalam waktu sesingkat mungkin. Dalam satu kali pencucian sayur

mayur akan dapat menghilangkan kurang lebih 25% jumlah mikroba awal,

3 kali pencucian jumlah mikroba tertinggal 47% dari jumlah mikroba

awal. Jadi penting sekali diperhatikan kualitas air pencucian yang

digunakan.

4) Perajangan

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru dipanen

sebelum dirajang, terlebih dahulu dijemur dalam keadaan utuh selama 1

hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus

sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran tertentu.

5) Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu lebih lama. Dengan

penurunan kadar air, hal tersebut dapat menghentikan reaksi enzimatik

sehingga dapat dicegah bterjadinya penurunan mutu atau perusakan

simplisia.

Suhu pengeringan bergantung pada simplisia dengan cara pengeringan.

Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 300-90

0C (terbaik 60

0C). Jika

simplisia mengadung bahan aktif tidak tahan panas atau mudah menguap,

pengeringan dilakukan serendah mungkin, misalnya 300C-45

0C atau

dengan cara pengeringan vakum.

6) Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada

atau tertinggal pada simplisa kering. Proses ini sebaiknya dilakukan

sebelum dilakukan pengemasan simplisa.

2.3. Ekstraksi

Menurut (Riza Marjoni, 2016) definisi ekstraksi, tujuan ekstraksi dan jenis –

jenis ekstraksi adalah

2.3.1. Definisi Ekstraksi

1. Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian

tanaman obat tersebut.

2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut tertentu.

3. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung

senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai.

4. Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-

tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan pelarut tertentu.

2.3.2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari

suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini :

1. Jumlah simplisia yang akan diekstrak

Jumlah simplisia yang akan di ekstrak sangat erat kaitannya dengan

jumlah pelarut yang akan digunakan. Semakin banyak simplisia yang

digunakan, maka jumlah pelarut yang digunakan juga semakin banyak.

2. Derajat kehalusan simplisia

Dalam hal ini, proses ekstraksi bertujuan untuk menemukan kelompok

senyawa kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti alkaloid,

flavonoid, dan lain-lain. Metode umum yang dapat digunakan adalah studi

pustaka dan untuk kepastian hasil yang diperoleh, ekstrak di uji lebih lanjut

secara kimia atau analisa kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa

kimia yang di tuju.

3. Jenis simplisia yang digunakan dalam ekstraksi

Pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi sangat dipengaruhi

oleh kepolaran dari pelarut itu sendiri. Senyawa dengan kepolaran yang

sama akan lebih mudah larut dalam pelarut yang memiliki tingkat

kepolaran yang sama pula ( like dissolves like).

4. Waktu ekstraksi

Waktu yang digunakan selama proses ekstraksi akan sangat

menentukan banyaknya senyawa yang terekstrak.

5. Metode ekstraksi

Berbagai metoda ekstraksi dapat digunakan untuk menarik

senyawa kimia dari simplisia.

6. Kondisi proses ekstraksi

Beberapa proses ekstraksi memerlukan keadaan dan kondisi

tertentu. Bahan alam yang mengandung senyawa kumarin dan kuinon

umumnya dilakukan pada kondisi terlindung dari cahaya.

2.3.3. Jenis-Jenis Ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas

atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan

beberapa cara berikut ini :

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan

hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran

pelarut selama waktu tertentu pada temperature kamar dan terlindung

dari cahaya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin

dengan cara mengalirkan pelarut secara kontinu pad simplisia selama

waktu tertentu.

2. Ekstraksi secara panas

Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang

terkandung dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode

ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya :

a. Seduhan

Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan

merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10

menit)

b. Coque (penggodokan)

Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok

simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung

digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk

ampasnya atau hanya hasil gondokannya saja tanpa ampas.

c. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara

menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius

selama 15 menit.

d. Digestasi

Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir

sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan

pemanasan rendah pada suhu 30-40 derajat celcius. Metode ini

biasnya digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu

biasa.

e. Dekokta

Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,

perbedaanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu

pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa,

yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90 derajat celcius.

Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses

penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat

digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat yang

termolabil.

f. Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada

titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu

dengan adanya pendinginan balik (kondensor). Proses ini

umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu pertama,

sehingga termasuk proses esktraksi yang cukup sempurna.

g. Soxhletasi

Proses soxlethasi merupakan proses ekstraksi panas

dengan menggunakan alat khusus berupa ekstrakstor soxlet.

Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu

pada metoda refluks.

2.3.4. Ekstrak dan Pembagian Ekstrak

1. Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui

proses ekstraksi menggunkan pelarut, dimana pelarut yang digunakan di

uapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari

ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering

tergantung jumlah pelarut yang di uapkan. (Riza Marjoni, 2016)

2. Pembagian Ekstrak

a. Ekstrak cair adalah ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih

mengandung pelarut.

b. Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses tetap cair

pada suhu kamar penguapan dan sudah tidak mengandung cairan pelarut

lagi, tetapi konsistensinya.

c. Ekstrak kering: Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan

dan tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering). (Riza

Marjoni, 2016)

2.4. Rambut

Menurut (Tranggono dan Latifah, 2007) definisi rambut, anatomi rambut, dan

pertumbuhan rambut adalah :

2.4.1. Definisi Rambut

Rambut termasuk salah satu dari adneksa yang tumbuh berasal dari

kulit. Rambut tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis kulit

dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit. Bagian rambut yang

keluar dari kulit dinamakan batang rambut

1.) Rambut terminal, yang umumnya kasar, misalnya rambut kepala, alis,

rambut ketiak, dan rambut alat kelamin.

2.) Rambut vellus, yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan

lengan.

Tetapi karena pada dasarnya semua rambut tumbuh dari akar rambut

yang jenisnya sama, maka rambut vellus dapat menjadi rambut terminal. Pada

pria dewasa, misalnya, kadang-kadang rambut vellus diatas bibir dan di dagu

berubah menjadi rambut terminal berupa kumis dan janggut kasar. Sementara

rambut vellus dapat juga menggantikan rambut terminal, misalnya pada orang

yang kepalanya botak, rambut kepala yang tadinya panjang dan kasar diganti

dengan rambut vellus yang halus.

2.4.2. Anatomi Rambut

Anatomi rambut terdiri dari :

1) Batang Rambut

Bagian rambut yang ada diluar kulit dinamakan batang rambut. Jika

batang rambut kita potong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar

ke dalam, yaitu :

A. Kutikula rambut, terdiri dari sel-sel keratin yang pipih dan saling

bertumpuk, seperti sisik ikan atau genteng rumah. Lapisan ini keras

dan berfungsi melindungi rambut dari kekeringan dan masuknya bahan

asing kedalam batang rambut.

B. Korteks rambut adalah pelapisan yang lebih dalam, terdiri dari sel-sel

yang memanjang tersusun rapat. Jika rambut dibasahi dan direntang

perlahan-lahan, rambut dapat memanjang sampai 1 setengah kali

karena bentuk sel-sel dalam korteks rambut ini. Lapisan ini sebagian

terbesar terdiri dari pigmen rambut dengan rongga-rongga udara.

Stuktur korteks menentukan tipe rambut lurus, berombak atau keriting.

Lapisan korteks merupakan lapisan yang agak lunak dan mudah

dirusak oleh bahan kimia yang masuk kedalam rambut.

C. Medulla rambut dapat disamakan dengan sumsum rambut. Ia terdiri

dari tiga atau empat lapisan sel yang berbentuk kubus, berisikan

keratohyalin, butir-butir lemak, dan rongga udara. Rambut yang lurus

tidak memiliki medulla.

Menurut stoves, rambut juga berisi sejumlah kecil urea, asam urat,

xanthin, keratin, glikogen, asam sitrat, asam laktat, dan sejumlah mineral serta

enzim. Bahan- bahan tersebut sebagian besar terdapat di dalam medulla. Jika

rambut berulang-ulang dicuci dengan air hangat 35 derajat, sebagian bahan itu

akan larut.

2) Akar rambut

Bagian rambut tertanam didalam kulit. Akar rambut memiliki

stuktur yang sama dengan batang rambut. Disekeliling akar rambut

terdapat folikel rambut yang terdiri dari lapisan epidermis. Ujung folikel

membentuk suatu lekukan disebut papilla akar rambut. Papila berisi

pembuluh darah yang memberi nutrient pada rambut yang sedang tumbuh,

papilla akar rambut diselaputi oleh satu lapis sel-sel germinal yang

berfungsi dalam pembentukan sel-sel rambut baru.

Akar rambut atau folikel rambut terletak didalam lapisan dermis

kulit. Folikel rambut di sekelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang

memberikan makanan. Pada saluran folikel rambut bermuara kelenjar

sebasea yang mengeluarkan minyak (sebum) ke batang rambut dan kulit di

sekitarnya. Normalnya, semakin jauh batang rambut dari kulit kepala,

semakin kering rambut tersebut.

Folikel rambut terbentuk karena pertumbuhan ke dalam dari

epidermis sewaktu fetus berumur kurang lebih 4 bulan. Dan folikel ini

kemudian tumbuh rambut, mula mula terbentuk halus disebut lanugo yang

terdapat pada bayi varu lahir. Kemudian lanugo dan rambut-rambut yang

lebih kasar dan kuat.

Jika produksi sebum berlebihan, rambut dan kulit kepala akan

berminyak (greasy hair dan seborrhea) pada akar rambut terlihat otot

penegak rambut (arector pilli) yaitu suatu otot muscculuc erector pilli yang

menghubungkan akar rambut dengan papilla dermis, otot ini akan

menyebabkan rambut ata bulu kuduk berdiri jika kita, misalnya merasa

ngeri. Akar rambut terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Umbi rambut, bagian rambut yang akan terbawa jika rambut kita

dicabut.

b. Papil rambut, bagian yang akan tertinggal sampai ke akar-akarnya,

sehingga akan selalu terjadi pertumbuhan rambut baru kecuali jika

papil rambut itu dirusak, misalnya dengan bahan kimia atau arus listrik

(elektrolisis).

2.4.3. Pertumbuhan Rambut

Ketika janin berusia 4 bulan dalam kandungan, papil rambut sudah

terbentuk merata diseluruh kulit. Menjelang akhir bulan ke -6 atau awal bulan

ke 7 kehamilan, rambut lanugo, yaitu rambut khusus bayi dalam kandungan,

mulai tumbuh di permukaan kulit bayi. Menjelang bayi lahir, atau setelah bayi

lahir rambut lanugo diganti dengan rambut vellus atau langsung rambut

terminal.

Kecepatan rambut tumbuh dikulit kepala tidak seragam di sepanjang

usia. Rambut akan tumbuh disekitar 1/3 milimeter setiap hari atau 1 cm per

bulan. Rambut baru akan tumbuh secara terus secara aktif, tetapi pada suatu

saat pertumbuhan itu akan berhenti, istirahat sebentar dan rambut lama akan

rontok, digantikan rambut baru yang telah disiapkan oleh papil rambut yang

sama.

Fase rambut tumbuh disebut fase anagen lamanya antara 2-5 tahun,

dengan rata-rata 3,5 (1000 hari). Tetapi pada keadaan tertentu atau dengan

perawatan yang baik, fase anagen dapat diperpanjang. Fase istirahat yang

disebut fase katagen pendek, yaitu hanya beberapa minggu. Sedangkan fase

kerontokan atau fase telogen berlangsung selama kurang lebih 100 hari.

Selama fase istirhat (katagen), rambut berhenti tumbuh, umbi rambut

mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut membentuk bonggol rambut

atau rambut gada (club hair), tetapi rambut belum rontok. Sementara itu papil

mulai membentuk rambut baru. Ketika rambut sudah cukup panjang dan akar

keluar dari kulit, rambut lama terdesak dan rontok.

2.5. Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata yunani “cosmeticos” yang berarti keterampilan

menghias, mengatur. Menurut Permenkes RI No.220/Menkes/Per/220/76, kosmetik

adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokan, diletakan, dituangkan,

dipercikan atau disemprotkan pada, dimasukan kedalam dipergunakan pada badan

atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara daya

tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.

Kosmetik dapat dibagi berdasarkan kegunaannya menjadi kosmetik perawatan

dan dekoratif. Kosmetik perawatan misalnya kosmetik untuk membersihkan,

melembabkan, maupun melindungi bagian tubuh seperti kulit dan rambut. Sedangkan

kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan menutuop cacat pada bagian tubuh

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Gel ekstrak Seledri termasuk

kedalam kosmetik perawatan rambut.

2.6. Gel

Menurut Formularium Nasional edisi kedua, gel adalah sediaan bermassa

lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau

makromolekul senyawa organik yang masing-masing terbungkus dan saling terserap

oleh cairan.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi empat, gel kadang-kadang disebut jeli,

merupakan system semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik

yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang

terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau

molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan.

2.6.1. Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel

dibagi menjadi dua yaitu :

1) Gel sistem dua fase

Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar, massa gel kadang – kadang dinyatakan sebagai magma misalnya

magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,

membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.

Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin

homogenitas.

2) Berdasarkan sistem fase tunggal

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama

dalam sauatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara

molekul makro yang terdispersi dalam cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat

dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misalnya

tragakan.

2.6.2. Cara Pembuatan Basis Gel

Dalam pembuatan basis gel ini digunakan basis gel hidrofilik karena

daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak menyumbat pori-pori

kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik. (Voight, 1995) .

Basis gel hidrofilik yang digunakan terdiri dari gelling agent, bahan

tambahan hidrokopis (propilenglikol) dan aquadest. Gelling agent yang

digunakan adalah HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose). HPMC stabil

pada pH 3-11. (Ansel, 1989)

Basis Gel

HPMC 6%

Propilenglikol 10%

Metil Paraben 0,18%

Aquadest sampai 100%

(Sulaiman, 2008 dan Arikumalasari dkk)

2.6.3. Bahan Yang Digunakan Dalam Formula Gel

1. HPMC (Hidroksipropilmetil selulosa)

Pemerian : Serbuk putih , tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform,

etanol, dan eter, tetapi tidak larut dalam campuran

metanol, dan diklorometan, dan campuran air dan

alkohol.

2. Propilenglikol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna ;tidak

berbau; rasa agak manis; higroskopis.

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, dengan etanol 95%, dan

dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P,

tidak dicampur dengan eter minyak tanah P dan

dengan minyak lemak.

3. Metil Paraben

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa

tebal

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air

mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3

bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam

larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol

P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati

panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

4. Aquadest

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

(Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979)

2.6.4. Uji Evaluasi Sedian Gel

Evaluasi gel biasanya dilakukan dengan melakukan beberapa

pengujian yaitu sebagai berikut :

1) Uji Organoleptis

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan fisik

pada sediaan, yaitu timbulnya bau dan perubahan warna.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas sediaan dilakukan untuk mengetahui apakah semua

bahan telah tercampur secara sempurna untuk menjamin zat aktif yang

terkandung dalam bahan telah terdistribusi secara merata pada saat

dioleskan sehingga kulit tidak berasa adanya bagian yang padat atau tidak

homogen.

3) Uji Daya Sebar

Uji daya sebar sediaan dilakukan untuk mengetahui kualitas dasar gel

yang dapat menyebar pada saat gel digunakan.

Daya sebar yang baik dapat menjamin pelepasan obat yang maksimal,

dengan asumsi bahwa semakin luas daya sebar gel maka semakin baik

pula daya sebarnya pada kulit sehingga dengan cepat pula melepaskan efek

terapi yang diinginkan.

4) Uji Ph

Sediaan sebaiknya memiliki pH kulit, yaitu sekitar 4,5 -6,5 karena PH

yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan jika pH

terlalu asam menyebabkan iritasi kulit.

5) Uji Daya Lekat

Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel

melekat pada kulit. Gel yang baik memiliki daya lekat yang tinggi.

Kemampuan daya lekat gel akan mempengaruhi efek terapi. Semakin lama

kemapuan gel melekat pada kulit, maka gel akan memberikan efek terapi

yang lebih aman.

6) Uji Sineresis

Sineresis yang terjadi dalam penyimpanan diamati dengan menyimpan

gel pada suhu kurang lebih 100 selama 24, 48, dan 72 jam. Masing masing

gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang dibebaskan dari

dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan mengukur

kehilangan air selama penyimpanan lalu dibandingkan bobot awal gel.

(Reyza Shintia, 2012)

2.7. Stabilitas Sediaan

2.7.1 . Definisi Stabilitas

Stabilitas di definisikan sebagai kemapuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan sepanjang

periode penyimpanannya dan penggunaan untuk menjamin identitas,

kekuatan, kualitas dan kemurnian produk. Sediaan kosmetik yang stabil

didefinisikan sebagai suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang

dapat diterima selama produk periode waktu penyimpanan dan penggunaan,

dimana sifat dan karateristik sama dengan yang dimiliki pada saat dibuat.

Ketidakstabilan fisika dari suatu sediaan ditandai dengan adanya

pemucatan warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan, atau

pemisahan fase, pemecahan emulsi, penegndapan suspensi atau caking,

perubahan konsistensi, pertumbuhan Kristal, terbentuknya gas, dan

perubahan fisik lainnya. (Djajadisastra, 2004)

2.7.2. Uji Stabilitas Dipercepat

Untuk memperoleh nilau kestabilan suatu sediaan farmasetika atau

kosmetik dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji stabilitas

dipercepat. Pengujian dimkasudkan untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel

pada kondisi yang di rancang untuk mempercepat terjadinya perubahan

yang biasanya terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu

sediaan pada uji dipercepat selama 3 bulan diperoleh hasil yang stabil, hal

intu menunjukan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu

kamar selama setahun. Pengujuan yang dilakukan pada uji dipercepat

antara lain (Martin, Swarbick dan Cammarata, 1983)

1) Elevarted temperature

Setiap kenaikan suhu 10 derajat celcius akan mempercepat reaksi

2 sampai 3 kalinya, namun secara praktis cara ini agak terbatas karena

kenyataannya suhu yang jauh diatas normal akan menyebabkan

perubahan yang tidak pernah terjadi pada suhu normal.

2) Elevarted humidities

Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.

Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasan karena pengaruh

kelembaban, maka hal ini menadakan bahwa kemasannya tidak

memberikan perlindungan yang cukup terhadap atmosfer.

3) Cycling test

Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi adanya perubahan

suhu setiap tahun bahkan setiap harinya. Dengan demikian uji ini

dilakukan pada suhu dan atau pada kelembaban pada interval waktu

tertentu sehingga produk dalam kemasan mengalami tekanan yang

bervariasi dari pada tekanan statis.

4) Parameter uji

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik

adalah :

a. Organoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

fisik pada sediaan, yaitu timbulnya bau dan perubahan warna.

b. Sifat aliran (viskositas)

Secara umum viskositas berpengaruh pada kestabilan sediaan.

c. Pemeriksaan Ph

Sediaan sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan kulit,

yaitu sekitar 4,5-6,5 karena Ph yang terlalu basa dapat

menyebabkan kulit bersisik, sedangkan Ph yang terlalu asam

menimbulkan iritasi kulit.

2.8. Penyubur Rambut Hair Serum

Gambar 2.8. Gambar Penyubur Rambut Hair Serum

(Intan Khatulistiwa, 2014)

Penyubur rambut NR ini adalah penyubur yang digunakan sesaat stelah

keramas. Komposisi dari Hair Serum adalah aqua, porasium sorbate, PEG-40

hydrogenated cator oil, tocopheril acetat, pyroctone.

2.9. Kelinci

2.9.1. Sejarah

Gambar 2.9. Gambar Kelinci

(Sueb, 2015)

Kelinci sudah dikenal manusia sejak jutaan tahun silam sebagai hewan

peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak di ternakan, dahulu

berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses penjinakan (domestikasi).

Kelinci liar sudah ada pada zaman dahulu di Africa hingga daratan Eropa. Manusia

primitif menggunakan kelinci sebagai hewan buruan utama untuk memenuhi

kebutuhan makanan sehari-hari. Pada masa itu, kelinci liar populasinya banyak dan

mudah ditemui untuk diburu di hutan-hutan.

Berdasarakan catatan sejarah, kelinci berasal dari Phoenicians (3.000 SM),

ketika seorang pelaut menemukan suatu kelinci disuatu tempat yang dinamakan

“Land of the seraph” yaitu sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan nama

Spanyol. Cerita kelinci selanjutnya dicatat pada masa Romawi. Ketika itu Romawi

merupakan sebuah kerajaan dengan kekuatan militer tinggi yang luar biasa, ternyata

sudah mengenal kelinci. Biara-biara mulai memelihara Leporaria, sebutan untuk

kelinci, berasal dari ras kelinci liar pertama di Eropa dengan kecenderungan berwarna

gelap. Pada zaman itu sudah terlihat ras-ras kelinci baru yang memiliki bentuk badan

dan warna yang berbeda-beda. Pada masa itu bangsawan sudah mulai menjadikan

kelinci sebagai hewan peliharaan.

Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu konijnie yang berarti anak

kelinci. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Nusantara mulai mengenali kelinci

saat massa colonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu spesies asli kelinci Sumatera

yang baru ditemukan pada tahun 1972.

Berkembangnya penyebaran kelinci ke berbagai Negara menimbulkan sebutan

atau nama yang berbeda, misalnya di Eropa di sebut rabbit , di Indonesia disebut

kelinci sementara di Jawa disebut trewelu. Di Indonesia, khususnya Jawa ternak

kelinci konon dibawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak hias pada tahun 1835.

(Rukmana, 2014)

2.9.2. Klasifikasi

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Lagomorpha

Family : Leopordiae

Sub-family : Leporniae

Genus : Lepus

Spesies : Lepus nigricollis (Rukmana, 2014)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

3.1.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2013)

Populasi dalam penelitian yang dilakukan ini adalah tanaman Seledri

(Apium Graveolens L.) dan Kelinci (Lepusnigricollis)

3.1.2. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel

1) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi ekstrak tersebut. (Sugiyono, 2013).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba Seledri (

Apium graveolens L.) dan Kelinci jantan (Lepusnigricollis).

2) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan metode Simple Random Sampling. Dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen. (Sugiyono, 2013)

3.1.3. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2013).

1) Variabel Bebas

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

(Sugiyono, 2013)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gel ekstrak Seledri ( Apium

graveolens L.) dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%.

2) Variabel Terikat

Variabel terikat (dependen variabel) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

(Sugiyono, 2013)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah adanya kecepatan

pertumbuhan rambut pada kelinci jantan (dilihat pada panjang rambut dan

bobot rambut)

3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti. (Sugiyono, 2013). Variabel

kontrol dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Kontrol positif adalah variabel kendali yang mengendalikan atau

sebagai pembanding yang berkaitan dengan variabel bebas. Kontrol

positif sebagai pembanding menggunakan penyubur rambut Hair

Serum.

b. Kontrol negatif adalah variabel kendali negatif yang digunakan sebagai

variabel dengan perlakuan netral dalam penelitian. Kontrol negatif

sebagai pembanding menggunakan basis gel.

4) Operasional Variabel

5) Operasional variabel dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

6)

7)

8)

9)

10) Gambar 3.1 Gambar Operasional Variabel

Keterangan :

X1 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%

X2 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 7,5%

X3 = Gel ekstrak Seledri konsetrasi 10%

K- = Basis gel

K+

= Penumbuh rambut Hair Serum

Y = Pertumbuhan rambut

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian percobaan atau penelitian

eksperimen. Jenis penelitian ini digunakan untuk melakukan suatu percobaan

(Experiment Research) menggunakan perlakuan atau percobaan pada objek yang

sedang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang

timbul terhadap variabel eksperimen sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu

dari suatu percobaan. Metode penelitian eksperimen termasuk kedalam metode

kuantitatif. (Sugiyono, 2013)

X1 X2 X3

K-

K+ Y

3.3. Desain Penelitian

Desain Penelitian dapat dilihat pada bagan berikut :

Bagan 3.3 Skema Desain Penelitian

Determinasi

Pengumpulan bahan

Pembuatan simplisia

Ekstraksi simplisia

dengan cara maserasi

Pembuatan gel ekstrak Seledri

Kelinci Jantan

Pencukuran rambut kelinci jantan

Uji Evaluasi dan Stabilitas Sediaan

Pengumpulan data

Pengolahan data

Kesimpulan

Uji efektivitas gel ekstrak Seledri

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

3.4. yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.4 Tabel Alat-Alat yang Digunakan

No Alat yang digunakan

1 Beaker glass 10 Gelas objek

2 Wajan 11 Jangka sorong

3 Kompor 12 Timbangan digital

4 Kertas saring 13 Kaca arloji

5 Kertas Ph 14 Gunting

6 Kain flanel 15 Silet/pencukur rambut

7 Tabung reaksi 16 Timbangan

8 Thermometer 17 Mortir dan stamper

9 Homogenaizer 18 Gelas ukur

3.4.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

3.4. yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.4. Tabel Bahan-bahan yang digunakan

No Bahan – bahan yang digunakan

1 Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

2 Propilenglikol

3 Metil Paraben

4 HPMC (Hidroksilpropilmetil selulosa)

5 Aquadest

6 Penyubur Rambut Hair Serum

3.4.3. Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci

jantan sebanyak 5 ekor berumur 7-9 bulan dengan bobot 2-3 kg.

3.5. Langkah Kerja

3.5.1. Determinasi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

Determinasi tanaman seledri ( Apium graveolens L.) dilakukan di

Sekolah Tinggi Farmasi Yayasan Pendidikan Imam Bonjol Cirebon dengan

menggunakan buku Flora.

3.5.2 Pengumpulan Bahan

Seledri (Apium graveolens L.) diambil dari Desa Paseh Kidul

Kabupaten Sumedang.

3.5.3. Pembuatan Simplisia Seledri (Apium graveolens L.)

1) Bahan yang digunakan adalah herba Seledri (Apium graveolens L.) yang

masih segar.

2) Herba Seledri (Apium geraveolens L.) yang sudah terkumpul dibersihkan

dari kotoran - kotoran yang masih menempel, kemudian di cuci dengan air

mengalir (air kran) agar tidak ada kotoran yang terselip atau menempel.

3) Seledri (Apium graveolens L.) kemudian dijemur dibawah sinar matahari.

4) Setelah kering dihaluskan dengan cara diblender.

5) Kemudian simpan di dalam wadah tertutup.

3.5.4 Pembuatan Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

Pada penelitian ini, ekstraksi Seledri (Apium graveolens L.) menggunakan

metode maserasi, langkah pengerjaannya sebagai berikut :

1) Memasukan simplisia Seledri (Apium graveolens L.)

yang sudah dihaluskan sebanyak 200 gram kedalam maserator.

2) Menambahkan cairan penyari etanol 70% sebanyak 1500 ml sampai

simplisia terendam dalam maserator tersebut, serbuk simplisia dibiarkan

terendam pelarut selama lima hari, sambil diaduk sesering mungkin.

3) Setelah lima hari, disaring menggunakan kain flanel untuk memisahkan

ampas dengan maseratnya. (fltrat 1)

4) Memasukan kembali ampas ke dalam maserator dan menambahkan etanol

70%, sebanyak 500 ml hingga diperoleh 100 bagian, diamkan atau simpan

selama 2 hari, sambil sesering mungkin diaduk.

5) Setelah dua hari, saring kembali menggunakan kain flanel untuk

menghasilkan maserat (filtrat II)

Mencampurkan flitrat 1 dan fltrat II, kemudian diuapkan dengan

evaporator.

3.5.3. Pembuatan Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

Tabel 3.5 Tabel Formulasi Sediaan Gel

Bahan X1 X2 X3

Ekstrak Seledri 5% 7,5% 10%

HPMC 6% 6% 6%

Propilenglikol 10% 10% 10%

Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18%

Aqua sampai 130 g 130 g 130 g

Keterangan : X1 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%

X2 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 7,5%

X3 = Gel ekstrak Seledri konsetrasi 10%

Tabel 3.5 Penimbangan Formulasi Sediaan Gel

Bahan X1 X2 X3

Ekstrak Seledri 6,5 g 9,75 g 13 g

HPMC 7,8 g 7,8 g 7,8 g

Propilenglikol 13 g 13 g 13 g

Metil Paraben 0,23 g 0,23 g 0,23 g

Aqua sampai 102, 47 g 99,22 g 95, 97 g

Keterangan : X1 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%

X2 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 7,5%

X3 = Gel ekstrak Seledri konsetrasi 10%

Cara pembuatan sediaan gel :

1. Menimbang semua bahan yang diperlukan

2. HPMC dikembangkan dalam mortir dengan aquadest panas yang

bersuhu 80oC kemudian diaduk sampai homogen.

3. Metil paraben dilarutkan dalam propilenglikol (campuran 1)

4. Masukan campuran 1 kedalam larutan HPMC yang sudah mengembang

sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai didapat basis gel yang

homogen.

5. Tambahkan ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) kedalam mortir

sedikit demi sedikit, gerus atau aduk sampai homogen.

6. Masukan ke dalam wadah gel, sesuai dengan masing masing

konsentrasi.

3.5.4. Perlakuan Hewan Uji

Kelinci yang digunakan untuk hewan uji yaitu sebanyak 5 ekor. Kelinci

yang sesuai dengan standar hewan uji dilihat dari berat badan, umur yang cukup

dan sehat.

a. Pra Uji

1. Pada setiap kelinci dicukur, kemudian buatlah 5 petak dengan masing

masing petak berukuran 3x3cm

2. Setelah itu bilas dengan air dan dibersihkan dengan

menggunakan tisu.

3. Beri tanda masing-masing petak pada setiap kelinci, sehingga setiap

variabel dapat menempati 5 petak pada kelinci tersebut.

Seperti gambar berikut :

Kelinci 1 Kelinci 2

Kelinci 2 Kelinci 3

Kelinci 5

Gambar 3.5. Pola Pengolesan

b. Pengujian Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

1. Oleskan gel ekstrak Seledri (konsentrasi 5%, konsentrasi 7,5%, dan

konsetrasi 10%), kontrol positif dan kontrol negatif sebanyak 0,1

sesuai tempatnya pada petak yang sudah ditandai.

2. Pengolesan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

3. Dilakukan pengukuran panjang rambut pada hari ke 7, 14, 21, dan

28.

4. Pada hari ke 28 dilakukan juga pengukuran panjang rambut dan

bobot rambut.

X1 X2

X3 K+

K-

X1

X3

K-

X2

K+

X1

X3

K-

X2

K+

X1

X3

K-

X2

K+

X1

X3

K-

X2

K+

3.5.5. Uji Evaluasi Sediaan

Pengujian ini dilakukan setelah sediaan dibuat meliputi :

1. Pengamatan Organoleptsis

Sediaan gel diamati bau, warna, dan bentuk dengan menggunakan

indra penglihatan dan penciuman.

2. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH stik Cara

kerja : ambil 0,5 gr gel larutkan dengan aquadest didalam tabung reaksi,

kemudian celupkan pH stik tunggu beberapa detik. Perubahan warna yang

terjadi pada pH stik menunjukan nilai pH dari gel.

3. Uji Homogenitas

Mengambil 0,5 gr sampel gel ektrak daun Seledri (Apium graveolens

L.) Dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

sediaan harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya

butiran kasar.

4. Uji Daya Lekat

Pemeriksaan daya lekat dilakukan dengan meletakan 0,5 gr gel diatas

gelas objek yang telah diketahui luasnya. Diletakan gelas objek yang lain

diatas gel tersebut. Kemudian ditekan dengan beban selama 5 menit. Tarik

kedua kaca tersebut dengan menggunakan tangan sampai terlepas. Daya

lekat yang baik bias bertahan lebih dari 4 detik.

5. Uji Daya Sebar

Mengambil gel seledri (Apium graveolens L.) sebanyak 0,5 gr, lalu

diletakan diatas kaca bulat yang berdiameter 15 cm, diatas gel diletakan kaca

lainnya dan diberi beban tambahan 100 gram dan didiamkan selama 1 menit,

kemudian diukur diameter konstan.

6. Uji Sineresis

Sineresis yang terjadi dalam penyimpanan diamati dengan menyimpan

gel pada suhu kurang lebih 100 selama 24, 48, dan 72 jam. Masing masing

gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang dibebaskan dari

dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan mengukur

kehilangan air selama penyimpanan lalu dibandingkan bobot awal gel.

3.5.6. Uji Stabilitas Sediaan

Uji stabilitas dilakukan selama 28 hari, pada suhu 00C, 25

0C, dan 40

0C

kemudian dilakukan pengamatan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28. Pengujian ini

meliputi :

1. Pengamatan Organoleptsis

Sediaan gel diamati bau, warna, dan bentuk selama penyimpanan

selama 28 hari.

2. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH stik

.Bertujuan untuk mengetahui pH sediaan selama 28 hari.

Cara kerja : ambil 0,5 gr gel larutkan dengan aquadest didalam

tabung reaksi, kemudian celupkan pH stik tunggu beberapa detik.

Perubahan warna yang terjadi pada pH stik menunjukan nilai pH dari gel.

3. Uji Homogenitas

Mengambil 0,5 gr sampel gel ektrak daun Seledri (Apium graveolens

L.) Dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

sediaan harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar.

4. Uji Daya Lekat

Pemeriksaan daya lekat dilakukan dengan meletakan 0,5 gr gel diatas

gelas objek yang telah diketahui luasnya. Diletakan gelas objek yang lain

diatas gel tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 5 menit. Tarik kedua

kaca tersebut dengan menggunakan tangan sampai terlepas. Daya lekat

yang baik bias bertahan lebih dari 4 detik.

5. Uji Daya Sebar

Mengambil gel seledri (Apium graveolens L.) sebanyak 0,5 gram, lalu

diletakan diatas kaca arloji yang berdiameter 15 cm, diatas gel diletakan

kaca lainnya dan diberi beban tambahan 100 gram dan didiamkan selama 1

menit, kemudian diukur diameter konstan atau penyebarannya.

6. Uji Sineresis

Sineresis yang terjadi dalam penyimpanan diamati dengan menyimpan

gel pada suhu kurang lebih 100 selama 24, 48, dan 72 jam. Masing masing

gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang dibebaskan dari

dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan mengukur

kehilangan air selama penyimpanan lalu dibandingkan bobot awal gel.

3.6. Pengumpulan Data

3.6.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah hasil dari penelitian efektifitas gel

ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci

jantan.

3.6.2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan rambut dan bobot

pada kelinci menggunakan micrometer dan timbangan digital.

3.6.3. Pengumpulan Data Primer

Data primer yang diperoleh merupakan hasil dari penelitian Uji

Efektifitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

Terhadap Kelinci jantan.

3.6.4 . Pengumpulan Data Sekunder

Adapun sumber data yang diperoleh penulis yaitu data yang

didapatkan dari berbagai macam bahan pustaka dan jurnal penelitian ilmiah

yang berhubungan dengan Uji Efektifitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak

Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kelinci Jantan.

3.7. Pengambilan dan Analisis Data

Usaha pengumpulan data yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan data primer, melalui penelitian langsung di laboratorium

selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa agar didapat data yang

mudah dipahami. Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pengumpulan data berdasarkan hasil pengujian laboratorium.

2. Penyusunan data-data yang diperoleh.

3. Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel.

4. Analisa data dengan menggunakan statistic metoda Analisis Variasi (ANAVA)

one way.

5. Melanjutkan dengan Uji t

6. Menyimpulkan hasil penelitian

1) Uji ANAVA satu arah

Tabel 3.1 ANAVA Untuk Data Dalam Daftar

Sumber Variasi

Derajat

Kebebasan

(dk)

Jumlah

kuadrat-

kuadrat

Kuadrat

Tengah

(KT)

Rata –rata 1 Ry R= Ry

Antar Perlakuan K-1 Py P= Py/ (k-1)

Kekeliruan eksperimen

(dalam perlakuan) ∑

Ey E= Ey/∑(ni-1)

(Sc2 = E)

Jumlah/total

∑y2

Sumber : Sudjana, 2002

Keterangan tabel dapat dilihat sebagai berikut :

Ry = jumlah kuadrat – kuadrat (JK) untuk rata-rata

=

Py = Wy = jumlah kuadrat – kuadrat (JK) antar perlakuan

= ∑

∑y2 = jumlah kuadrat – kuadrat (JK) semua nilai pengamatan

= ∑ ∑

Ey = jumlah kuadrat – kuadrat (JK) kekeliruan eksperimen

Ey = ∑y2

- Ry – Py

Pengujian menggunakan uji anava satu arah dengan tingkat signifikan

a=1% nilai sig. Menunjukan tingkat signifikan dari pengujian yang dilakukan

sehingga dapat langsung menetukan H0 ditolak atau diterima.

Berikut pedoman dalam membaca nilai sig :

a. Jika nilai sig >a (0,01), maka H0 diterima yang menunjukan tidak ada

perbedaan yang signifikan.

b. Jika nilai sig <a (0,01) maka Ho ditolak yang menunjukan ada

perbedaan yang signifikan

2) Uji t menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

Sgab = Varians gabungan

N = Banyaknya data

dan

= Varians

Keterangan :

r = Korelasi antara dua sampel

t hitung = Harga yang dihitung dan menunjukan nilai standar

devisiasi dari distribusi t (tabel t)

= Rata – rata nilai dari hasil pengumpulan data.

Sgab = Varians gabungan

n = Banyaknya data

Jika : t hitung ≤ t tabel , H0 diterima

t hitung ≥ t tabel, H0 ditolak.

T = 𝑛 𝑠 + 𝑛 𝑠

𝑛 𝑛 ⬚

r = 𝑛 ∑𝑥𝑦 ∑𝑥 ∑𝑦

[𝑛.∑𝑥 ∑𝑥 [𝑛.∑𝑦 ∑𝑦 ]

t hitung = �� ��

𝑠𝑔𝑎𝑏

𝑛 +

𝑛

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Determinasi Penelitian

Determinasi dilakukan di Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon menyatakan

bahwa simplisia yang diperiksa benar merupakan Herba Seledri (Apium

graveolens L.) Determinasi meliputi divisi, kelas, anak kelas, bangsa, nama

suku/family, nama jenis/spesies dan nama umum. Hasil determinasi tanaman

dapat dilihat pada (lampiran 1).

4.1.2. Hasil Pembuatan Simplisia

Proses pembuatan simplisia yang pertama dilakukan adalah mengambil Herba

Seledri (Apium graveolens L.) yang masih segar sebanyak 3 kg kemudian dari

hasil proses pengeringan didapat simplisia kering Seledri (Apium graveolens L.)

yang siap dibuat serbuk sebanyak 290 gram, setelah dihaluskan diperoleh serbuk

simplisia sebanyak 250 gram untuk proses selanjutnya yaitu pembuatan esktrak

menggunakan metode penyarian maserasi.

Perhitungan Randemen Daun Basah

x 100% =

x 100% = 9,6%

4.1.3. Hasil Pembuatan Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

Hasil pembuatan ekstrak dari 200 gram serbuk simplisia kering Seledri (Apium

graveolens L.) yang dimaserasi dengan menggunakan cairan penyari alkohol

70% sebanyak 1500 ml selama 5 hari didapat ekstrak cair sebanyak 1145 ml dan

dimaserasi kembali selama dua hari dan didapat ekstrak cair sebanyak 445 ml..

Jumlah ekstrak cair yang didapat diuapkan dengan menggunakan evaporator.

Ekstrak kental yang didapat berwarna hijau tua, bau khas Seledri, sebanyak 81,09

gram.

x 100% = 40,54%

4.1.4 Formulasi Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

Tabel 4.1. Tabel Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Seledri

Bahan X1 X2 X3

Ekstrak Seledri 5% 7,5% 10%

HPMC 6% 6% 6%

Propilenglikol 10% 10% 10%

Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18%

Aqua sampai 130 g 130 g 130 g

Keterangan : X1 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%

X2 = Gel ekstrak Seledri konsentrasi 7,5%

X3 = Gel ekstrak Seledri konsetrasi 10%

4.1.5. Hasil Uji Evaluasi Gel Ekstrak Seledri

Berikut adalah data hasil pengamatan uji evaluasi sediaan gel ekstrak

Seledri (Apium graveolens L.) yang dilakukan pada hari pertama meliputi

organoleptis (bau, warna dan bentuk), uji pH, uji homogenitas, uji daya lekat,

uji daya sebar dan uji sineresis.

Tabel 4.2 Tabel Uji Evaluasi Gel Eksrak Seledri

Formula Bentuk Warna Bau pH Homogenitas Daya

Sebar

(cm)

Daya

Sebar

(detik)

Sineresis

X1 Semi

solid

Hijau Khas

Seledri

6 Homogen 4 3

0,20

X2 Semi

solid

Hijau Khas

Seledri

6 Homogen 4 3

0,18

X3 Semi

solid

Hijau Khas

Seledri

6 Homogen 4 3

0,15

K-

Semi

solid

Bening Khas

Gel

6 Homogen 3 3

0,21

K+

Cairan

kental

Biru Khas

Gel

7 Homogen 4 2

0,22

Persyaratan : pH : 4,5-6,5

Daya Lekat : >4 detik

Daya Sebar : 5-7 cm

Keterangan : X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

4.1.6. Hasil Uji Stabilitas Gel Ekstrak Seledri

Uji stabilitas gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) dilakukan pada

hari ke 7, 14, 21, dan 28 meliputi uji organoleptis (bentuk, warna dan bau) uji

pH, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji sineresis.

Tabel 4.3 Tabel Uji Organoleptis Bentuk Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS AP P

X2 SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS AP P

X3 SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS AP P

K-

SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS AP P

K+ CK CK CK CK CK CK CK CK CK CK CK CK

Keterangan : SS : Semi Solid

AP : Agak Padat

P : Padat

CK : Cairan Kental

X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.4 Tabel Uji Organoleptik Bau Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 KS KS KS KS KS KS KS KS KS KS AT T

X2 KS KS KS KS KS KS KS KS KS KS AT T

X3 KS KS KS KS KS KS KS KS KS KS AT T

K-

KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG

K+ KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG KG

Keterangan : KS : Khas Seledri

T : Tengik

KG : Khas Gel

X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.5 Tabel Uji Organoleptik Warna Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 I I I I I I I I I I I V

X2 I I I I I I I I I I I V

X3 II II II II II II II II II II II V

K-

III III III III III III III III III III III III

K+

IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV

Keterangan : I : Hijau

II : Hijau Tua

III : Bening

IV : Biru

V : Kuning Kecoklatan

X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.6 Tabel Uji pH Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 6 7 7 7 6 7 7 7 6 7 7 7

X2 6 7 7 7 6 7 7 7 6 7 7 7

X3 6 7 7 7 6 7 7 7 6 7 7 7

K-

6 7 7 7 6 7 7 7 6 7 7 7

K+ 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

Keterangan : X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.7 Tabel Homogenitas Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 H H H TH H H H TH H H H TH

X2 H H H TH H H H TH H H H TH

X3 H H H TH H H H TH H H H TH

K-

H H H TH H H H H H H H H

K+

H H H H H H H H H H H H

Keterangan : H : Homogen

TH : Tidak Homogen

X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsentrasi 10%

Tabel 4.8 Tabel Uji Sineresis Gel Ekstrak Seledri

Formula

Suhu 100C

Bobot

Awal

Jam ke

24

Jam ke

48

Jam ke

72

Sineresis Yang

Terjadi Selama 72

Jam

X1 44.29 44.15 44,11 44,04 0,25

X2 45,59 45,53 45,46 45,40 0,19

X3 46,55 46,51 46,44 46,42 0,13

K-

45, 50 45,38 45,34 45,32 0,20

K+

40,03 39,96 39,91 39,82 0,21

Keterangan : X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.9 Tabel Uji Daya Lekat Gel Ekstrak Seledri

(Dalam Satuan Detik)

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 3 3,2 2,5 2,6 3 3 2,4 2 3,5 3,8 2,5 2,3

X2 3 3,5 2,3 2,1 3 3 2,5 2,5 3 3,5 3,6 2,4

X3 3 3,4 2 2,7 3 3 2,5 2,2 3,5 3,8 2,5 2,5

K-

2,6 2,5 2,1 2,2 3,5 3 3 2,2 2,5 3 2,2 2,2

K+ 3 2,5 2,1 2,1 3 3 2,8 3 3 3 2,3 2,3

Keterangan : X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

Tabel 4.10 Tabel Uji Daya Sebar Gel Ekstrak Seledri

(Dalam Satuan cm)

Formula

Suhu 00C

Suhu 250C Suhu 40

0

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

Hari

7

Hari

14

Hari

21

Hari

28

X1 4,5 4 3,7 4 4,5 4,6 4,5 3,7 4 3,7 3 -

X2 4, 2 4,6 4 3,5 4,5 4,5 4 4,5 4 3,5 2.7 -

X3 4,5 4,5 4 4,2 4,7 4,7 4,2 4,2 4 3,7 3 -

K-

5 5 4 4,3 5 5 4,5 4,3 4,5 4 4,2 4

K+

4,5 4 3,7 3,6 4,3 4,3 4,2 4,2 4 3,5 3 -

Keterangan X1 : Gel konsentrasi 5%

X2 : Gel konsentrasi 7,5%

X3 : Gel konsetrasi 10%

- : Gel Kering

4.1.7. Data Hasil Uji Efektivitas

Uji Efektivitas dilakukan selama 28 hari pengukuran panjang rambut

dilakukan hari ke 7, 14, 21 dan 28 serta dilakukan penimbangan bobot rambut

pada hari ke-28. Rata –rata pertumbuhan rambut dan perhitungan bobot rambut

bisa dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Tabel Rata-Rata Hasil Uji Efektivitas Pertumbuhan Rambut

Perlakuan Pertumbuhan Rambut (cm) Bobot Rambut

pada hari ke

28 (gr)

Hari

Ke-7

Hari

Ke-14

Hari

Ke-21

Hari

Ke-28

Konsentrasi

5%

0,15 0,41 0,79 0,93 0,098

Konsentrasi

7,5%

0,31 0,48 0,85 0,93 0,092

Konsentrasi

10%

0,32 0,60 0,85 1,03 0,064

Kontrol

Positif

0,34 0,64 0,88 1,12 0,11

Kontrol

Negatif

0,11 0,35 0,67 0,89 0,084

Pada tabel 4.11 menunjukan hasil nilai pertumbuhan rambut, dimana

sebelum dilakukan pengujian hewan uji dicukur dan dibuat 5 petak kemudian

baru dioleskan gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%, 7,5% dan 10 %, kontrol

positif, dan kontrol negatif.

Grafik 4.1 Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Rambut

Grafik 4.2 Grafik Rata-rata Bobot Rambut

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Konsentrasi5%

Konsentrasi7,5%

Konsentrasi10%

KontrolPositif

KontrolNegatif

Rata-Rata Pertumbuhan Rambut

Hari ke-7

Hari ke 14

Hari ke-21

Hari ke-28

0,00

0,02

0,04

0,06

0,08

0,10

0,12

Konsentrasi 5% Konsentrasi7,5%

Konsentrasi10%

Kontrol positif Kontrol Negatif

Rata-rata Bobot Rambut

4.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pertumbuhan rambut pada tikus putih jantan

dilakukan analisis data. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 = Gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) tidak mempunyai efektivitas

sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

H1 = Gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) mempunyai efektivitas

sebagai penumbuh rambut terhadap kelinci jantan.

Untuk membuktikannya maka data dianalisis dengan uji anova satu arah yang

sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan (normaitas data). Hasil

yang diperoleh menunjukan bahwa data berdistribusi normal, kemudian

dilanjutkan dengan uji homogenitas selanjutnya uji anova satu arah dan hasil

yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat efektivitas pada gel ekstrak

Seledri sebagai penumbuh rambut, setelah itu dilanjutkan dengan uji t.

4.2.1. Uji Normalitas Data (Test of Normality)

Tabel 4.12 Tabel Hasil Analisis Uji Normalitas Uji Efektivitas Penumbuh

Rambut Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap

Kelinci Jantan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

N 20 20 20 20 20

Normal

Paramet

ersa,b

Mean .6300 .6970 .8280 .8845 .5065

Std. Deviation .40908 .35650 .39539 .46587 .32787

Most

Extreme

Differen

ces

Absolute .115 .115 .168 .095 .148

Positive .115 .110 .087 .095 .127

Negative -.105 -.115 -.168 -.093 -.148

Kolmogorov-Smirnov Z .516 .516 .752 .427 .661

Asymp. Sig. (2-tailed) .953 .953 .623 .993 .774

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai (sig) >0,05.

(0,953>0,05 ; 0,953>0,05 ; 0,623>0,05 ; 0,993>0,05 ; 0,744>0,05). Artinya data yang

diperoleh berdistribusi normal dilanjutkan uji homogenitas data.

4.2.2. Uji Homogenitas Data

Tabel 4.13 Tabel Analisa Uji Homogenitas Gel Ekstrak Seledri (Apium

graveolens L.) Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan

Test of Homogeneity of Variances

Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.668 4 95 .616

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji homogenitas diperoleh nilai (sig) >

0,05. (0,616>0,05). Artinya data yang diperoleh homogen. Setelah

bersistribusi normal dan homogen dilajutkan dengan Uji ANAVA satu arah.

4.2.3. Uji ANOVA Satu Arah

Tabel 4.14 Tabel Hasil ANAVA Uji Efektivitas Penumbuh Rambut Gel

Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kelinci

Jantan. ANOVA

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups

1.847 4 .462 2.978 .023

Within

Groups

14.731 95 .155

Total 16.578 99

Keterangan : Fhitung = 2,978

Ftabel = 2,476

Berdasarkan perhitungan Uji ANAVA satu arah diperoleh hasil Fhitung >

Ftabel. Pada hasil Uji Penumbuh Rambut didapat Fhitung > Ftabel (2,978>2,476).

Jadi didapat kesimpulan H0 ditolak dan H1 diterima, artinya sediaan gel ekstrak

Seledri (Apium gravelens L.) mempunyai efektivitas sebagai penumbuh

rambut pada kelinci jantan.

4.2.4 Uji t-Test (Paired Sampel Test)

Tabel 4.15 Tabel Hasil Analisis Paired Sampel Test Uji Efektivitas

Penumbuh Rambut Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens

L.) Terhadap Kelinci Jantan.

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

X1 –

Kontrol

Positif

-.25450 .24973 .05584 -.37138 -.13762 -4.558 19 .000

Pair 2

X2 –

Kontrol

Positif

-.18750 .17950 .04014 -.27151 -.10349 -4.671 19 .000

Pair 3

X3 –

Kontrol

Positif

-.05650 .12240 .02737 -.11379 .00079 -2.064 19 .053

Keterangan : Ttabel : 2,093

Berdasarkan Uji t pada data hasil Uji Efektivitas Penumbuh Rambut Gel

Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kelinci Jantan diperoleh nilai

Thitung >Ttabel ( -4,558>2,093 ; -4,671>2,093) untuk X1 dan X2 yang artinya

sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%, dan 7,5%, memiliki perbedaan

yang signifikan dengan kontrol positif. Sedangkan untuk X3 diperoleh nilai

Thitung < Ttabel (-2,064<2,093) yang artinya sediaan gel ekstrak Seledri

konsentrasi 10% tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

4.3 Pembahasan

Herba Seledri mengandung flavonoid, fenol, saponin, kumarin, dan steroid

atau triterpenoid (Syamsuhidayat, 1991). Senyawa flavonoid yang telah diisolasi dari

tanaman Seledri (Apium graveolens L.) adalah apigenin dan apiin yang berkhasiat

sebagai penumbuh rambut. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas penumbuh rambut gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

terhadap Kelinci jantan.

Penelitian uji efektivitas penumbuh rambut gel ekstrak Seledri (Apium

graveolens L.) terhadap kelinci jantan dimulai dengan melakukan determinasi

tananam Seledri (Apium graveolens L.) tujuannya untuk memastikan kebenaran

tanaman Seledri (Apium graveolens L.) dengan mencocokan ciri-ciri morfologi yang

ada pada tanaman Seledri (Apium graveolens L.). Determinasi dilakukan di Sekolah

Tinggi YPIB Cirebon, meliputi divisi, kelas, anak kelas, bangsa, nama suku/famili,

nama jenis/spesies dan nama umum sama dengan yang tertera pada buku acuan Flora

C.G.G.J. Van Steenis dan Buku Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) Gembong

Tjitrosoepomo Gadjah Mada University Press. Hasil determinasi bias dilihat pada

(lampiran 1).

Bagian tanaman yang digunakan adalah herba Seledri. Herba Seledri (Apium

graveolens L.) yang telah dipisahkan dari akarnya, dikumpulkan dan dibersihkan dari

kotoran-kotoran yang menempel (sortasi basah) untuk mengurangi kontaminasi dari

mikroba dengan air mengalir sampai bersih. Herba Seledri yang telah bersih

kemudian dirajang untuk mempermudah proses pengeringan kemudian dikeringkan

dibawah sinar matahari untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak

sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu lebih lama. Simplisia kering tersebut

selanjutnya diblender hingga menjadi simplisia serbuk

Pembuatan ekstrak Seledri menggunakan metode maserasi, karena Seledri

mengandung flavonoid yang larut dalam pelarut polar seperti etanol. Simplisia Seledri

(Apium graveolens L.) yang sudah dirajang sebanyak 200 gram dimasukan kedalam

maserator direndam dengan etanol 70% sebanyak 1500 ml pada perendaman 5 hari

diserkai dengan kain flanel. Tambahkan kembali cairan penyari sebanyak 500 ml

rendam selama 2 hari, setelah 2 hari serkai kemudian hasil ekstrak cair serkai pertama

kemudian diuapkan menggunakan evaporator dilanjutkan diuapkan diatas lampu

spritus menggunakan cawan penguap sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang

diperoleh berwarna hijau pekat, bau khas Seledri, sebanyak 81,09 gram.

Pembuatan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) menggunakan basis gel

HPMC. HPMC merupakan basis gel yang banyak digunakan karena dapat

menghasilkan gel yang netral terhadap alkali dan asam. Saat pembuatan gel

ditambahkan propilenglikol yang merupakan pelarut dan pembawa untuk zat-zat yang

tidak stabil atau tidak larut dalam air. Kemudian ditambahkan Metil Paraben yang

fungsinya sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi, perusakan dan

pembusukan oleh bakteri atau fungi karena banyak basis gel yang merupakan substrat

mikroorganisme.

Setelah sediaan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) jadi , kemudian

dilanjutkan dengan uji evaluasi gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) pada hari

pertama meliputi uji organoleptis (bau, warna, dan bentuk), uji homogenitas, uji pH,

uji daya lekat, uji daya sebar dan uji sineresis.

Dari data uji evaluasi sediaan gel ekstrak daun Seledri (Apium graveolens L..)

diperoleh data untuk uji daya sebar dan uji daya lekat belum sesuai. Persyaratan daya

sebar yang baik yaitu 5-7 cm, sedangkan gel ekstrak Seledri memiliki daya sebar rata-

rata 4 cm, sehingga tidak memenuhi perysratan. Untuk uji daya lekat yang baik

seharusnya yaitu lebih dari 4 detik, sedangkan gel ekstrak daun Seledri hanya

memiliki daya lekat rata-rata 3 detik.

Kemudian dilakukan uji stabilitas gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

pada hari ke-7, 14, 21, dan 28. Meliputi organoleptis (bau, warna, dan bentuk), uji

homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji sineresis.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan organoleptis sediaan gel ekstrak

Seledri (Apium graveolens L.) terjadi perubahan pada suhu 400.

Sediaan gel ekstrak

Seledri konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% mulai menunjukan bau agak tengik pada hari

ke-21 dan bau tengik pada hari ke 28. Warna menjadi kuning kecoklatan dan bentuk

menjadi padat pada hari ke-28 diakibatkan karena rusak oleh pengaruh suhu.

Uji stabilitas pH pada suhu 00C sediaan gel ekstrak Seledri dengan konsentrasi

5%,, 7,5%, 10%, kontrol positif dan kontrol negatif yaitu rata rata 7 dari hari pertama

sampai ke-28. Nilai pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi sedangkan pH

terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit bersisik. Berdasrkan Standar Nasional

Indonesia rentang pH sediaan topical adalah 4,5-6,5. Hal ini menunjukan bahwa nilai

pH sediaan gel ekstrak Seledri belum sesuai atau belum benar dikarenakan oleh

sanitasi dan hygiene dari personil dan perlatan yang belum benar, serta adanya

peningkatan pH pada setiap sediaan gel dipengaruhi oleh adanya penambahan zat

aktif.

Uji homogenitas pada suhu 00C, 25

0C, 40

0C sediaan gel konsentrasi 5%, 7,5%,

10%, dan kontrol negatif pada hari ke 28 sudah menunjukan suasana yang tidak

homogen dapat terlihat dari adanya butiran butiran pada keping kaca. Hal ini

dikarenakan pada pembuatan gel dilakukan secara manual menggunakan tangan

dengan bantuan mortir dan stamper tidak dengan alat sehingga memungkinkan

pengadukan kurang keras dan tidak konstan

Uji daya lekat sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%, 7,5%, 10%,

kontrol positif dan kontrol negatif memiliki perebedaan signifikan. Hal ini disebabkan

basis gel. Dimana gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, Kontrol Positif dan

Kontrol negatif dibuat dari basis gel HPMC yang memiliki massa lunak dan lengket.

Semakin lama melekat pada kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar.

Daya lekat yang baik yaitu lebih dari 4 detik, sedangkan hasil dari pengujian gel

ekstrak Seledri memiliki rentang antara 2,5- 3,5 detik. Hal ini menunjukan bahwa

daya lekat gel ekstrak Seledri belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, hal ini

dikarenakan oleh sanitasi dan hygiene dari peralatan yang digunakan kurang

diperhatikan dengan baik.

Uji daya sebar sediaan gel Ekstrak Seledri menunujukan adanya perbedaan

pada tiap konsentrasi termasuk kontrol positif dan kontrol negatif. Persyaratan

diameter daya sebar suatu sediaan topikal yaitu berkisar 5-7 cm, semakin lebar daya

sebar suatu sediaan topikal maka absopsi obat ke kulit akan berlangsung cepat.

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya sebar gel ekstrak Seledri memiliki daya sebar

berkisar 4-4,5 cm. Yang artinya gel ekstrak Seledri tidak memenuhi persyaratan.

Sineresis kerap terjadi pada sediaan gel, sineresis dihitung dengan mengukur

kehilangan air selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan berat awal gel.

Penyimpanan dilakukan selama 72 jam dan diperiksa setiap 24 jam. Semua sediaan

baik itu konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, kontrol positif dan kontrol negatif mengalami

sineresis.

Dari ketiga kosentrasi yang paling paling sedikit mengalami sineresis adalah

gel ekstrak Seledri dengan konsentrasi 10%. Sineresis ini terjadi karena pada

pembuatan gel menggunakan tangan dengan bantuan mortir dan stanper dimana

pengadukannya terbatas sehingga menimbulkan udara yang terperangkap didalam gel

yang dalam penyimpanan dapat menimbulkan sineresis. Akan lebih baik ketika

pembuatan gel menggunakan alat homogenaizer dimana pengadukan lebih kuat dan

konstan sehingga udara tidak terperangkap dalam gel.

Uji efektivitas penumbuh rambut gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.)

dilakukan untuk mengetahui efek dari masing-masing konsentrasi ekstrak Seledri

yang ditambahkan pada sediaan gel dalam mempercepat pertumbuhan rambut pada

kelinci jantan, kelinci yang digunakan terdiri dari 5 ekor kelinci jantan berumur 7-9

bulan dengan bobot 2-3 kg. Pengukuran panjang rambut dilakukan pada hari ke-7,

karena pada hari ke-7 pertumbuhan rambut sudah terlihat dan dapat diukur.

Pengukuran selanjutnya dilakukan pada hari ke-14, 21, dan 28. Dari data pengukuran

panjang rambut yang didapat kemudian dihitung rata-rata panjang rambut tiap-tiap

perlakuan dari 5 ekor kelinci yang dapat dilihat pada (Tabel 4.11).

Selain dilihat pada panjang rambut pertumbuhan rambut juga dihitung dari

ketebalan rambut itu sendiri dengan cara pencukuran rambut dihari ke-28 kemudian

ditimbang. Pengamatan pertumbuhan rambut kelinci selama 28 hari diketahui bahwa

semua kelompok perlakuan mengalami pertumbuhan panjang rambut seperti yang

terlihat pada grafik panjang rambut kelinci yang mengalami kenaikan tiap minggunya

(Grafik 4.1 )

Sediaan gel ekstrak Seledri terlihat mampu mempercepat pertumbuhan

rambut, dimana efek mempercepat pertumbuhan rambut pada ekstrak Seledri (Apium

graveolens L.) hampir sama dengan kontrol positif (Sari Harum). Dari hasil uji

statistik diketahui bahwa gel ekstrak Seledri konsentrasi 10% mempunyai efektifivitas

mempercepat pertumbuhan rambut yang tidak berbeda nyata dengan kontrol positif

(Hair Serum).

Diminggu ke-4 ini dilakukan pencukuran rambut kelinci untuk mengetahui

bobot rambut setiap petak perlakuan. Dari rata rata bobot setiap perlakuan yang paling

mendekati bobot perlakuan kontrol positif yaitu gel ekstrak Seledri konsentrasi

5%.Sebagai indikator pertumbuhan rambut yang pertama dilihat dari panjang rambut

kemudian kedua didukung dengan bobot rambut. Dalam hal panjang rambut terlihat

gel ekstrak Seledri konsentrasi 10% yang paling mendekati kontrol positif sedangkan

dilihat dari bobot rambut yang paling mendekati kontrol positif adalah konsetrasi 5%

disini terlihat ada ketidaksesuaian antara panjang dan bobot hal ini dikarenakan pada

proses pencabutan rambut kerap terjadi ada rambut yang lepas serta patah sehingga

dapat mempengaruhi bobot dari rambut tersebut pada setiap petak. Selain itu juga

kulit kelinci lebih cocok digunakan sebagai skin test pada hair test karena rambut

kelinci sering rontok dengan sendirinya.

Berdarkan hasil uji ANAVA satu arah diperoleh hasil Fhitung > Ftabel

(2,978>2,476). Jadi didapat kesimpulan H0 ditolak dan H1 diterima, itu artinya sediaan

gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) mempunyai efektivitas sebagai penumbuh

rambut pada kelinci jantan.

Untuk hasil Uji t diperoleh hasil nilai nilai Thitung >Ttabel ( -4,558>2,093 ; -

4,671>2,093) untuk X1 dan X2 yang artinya sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi

5%, dan 7,5%,memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif. Sedangkan

untuk X3 diperoleh nilai Thitung < Ttabel (-2,064<2,093) yang artinya sediaan gel ekstrak

Seledri konsentrasi 10% tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan “Uji Efektivitas Penumbuh Rambut

Gel Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kelinci Jantan” maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) memiliki efektivitas sebagai penumbuh

rambut pada kelinci jantan.

2. Berdasarkan statistika gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) konsentrasi 10%

tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif yaitu Hair Serum

Sediaan gel ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) pada suhu 00, 25

0, dan 40

0 tidak

stabil selama penyimpanan satu bulan.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian dan data, penulis dapat meyarankan untuk penelitian lebih

lanjut mengenai “Uji Efektivitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak Seledri (Apium

graveolens L.) Terhadap Kelinci Jantan.

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas gel ekstrak Seledri

(Apium graveolens L.) sebagai penumbuh rambut dengan konsentrasi yang berbeda

disertai dengan pembuatan formulasi yang tepat pada hewan uji yang berbeda.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan formulasi yang lebih stabil

untuk masa penyimpanan yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Jilid I. Bandung: Penerbit ITB.

Ansel, C. Howard., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi ke IV., Terjemahan

Farida Ibrahim. UI Press, Jakarta.

Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I. 86-89, 150-153, Trubus

Agriwijaya, Jakarta.

Depkes RI. 1978. Formularium Nasional edisi ke- 2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Djajasastra, Joshita, 2004 , Cosmetic Stability, Makalah disajikan dalam Seminar Setengah

Hari HIKI, Jakarta November. 18

Gunawan, D. dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi ) Jilid I. Jakarta :

Penebar Swadaya

Haraphap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Cetakan 1, 2, 159-160. Jakarta : Hiprokrates.

Hidayat Syamsul dan Rodame, 2015 ,Kitab Tumbuhan Obat : Jakarta

Hariana, Arief, 2009, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. .

Iswari Tranggono, R. dan Latifah F. 2007 . Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik .

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Jakarta.

Khatulistiwa Intan, 2014, Penyubur Rambut NR. Nascada.blogspot.co.id

Kangmas Sueb, 2015, Merawat Kelinci Agar Tetap Sehat. barubatu.blogspot.co.id

Husamah Irham R. 2011. Tumbuhan Berkhasiat. tumbuhanektum.blpgspot.co.id

Lemieux J, Maunsell E, Provencher L. 2008. Chemotherapy-induced alopecia and effects on

quality of life among women with breast cancer : a literature review. Psychooncology

; IPB Press.

Marjoni Riza Mhd. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta :

Trans Info Media

Martin, A., Swarbick, J., Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisik , Jilid II edisi ke 3 dari

Physical Pharmacy oleh Joshita. Jakarta: UI Press.

Rahayu, Sri. 2007. Efek Campuran Etanol Daun Mangkokan (Nortopanax scutellarium

Merr.) Dan Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap pertumbuhan rambut kelinci

jantan. Skripsi Sarjana Farmasi. Universitas Pakuan. Bogor.

Rukmana, Rahmat. 2014. Wirausaha Kelinci Potong Secara Intensif . Yogyakarta: ANDI

Shintia Dara, Reyza. 2012. Pengaruh Perbedaan Jenis Basis Hidrofil Terhadap Sifat Fisik

Dan Kimia Salep Anti Jerawat Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.). Skripsi Diploma 3

Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Edisi ke VI. Bandung : Tarsito

Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Semi Padat. Yogyakarta: UGM

Press.

Syamsuhidayat, S.S., 1991. Invertarisasi Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan

RI. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Jakarta. 472-473

Tani asri, 2015. Tanaman Seledri di Pekarangan atau Pot. Tani Asri.wordpress.com

Wasiaatmadja, S, M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Cetakan I, 202-211, Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Winanti, 2005, Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap

Kecepatan Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan dan Profil Kromatografi Tipisnya,

Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

LAMPIRAN 1

DETERMINASI TANAMAN SELEDRI

LAMPIRAN 2

Data Pertumbuhan Rambut Kelinci dari Minggu ke- 1 sampai minggu ke- 4

Tabel 2.1. Pertumbuhan Rambut Kelinci Pada Minggu ke- 1

Waktu Kelompok

Kelinci

Panjang Rambut (cm)

Konsentrasi

5%

Konsentrasi

7,5%

Konsentrasi

10%

Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Minggu 1

1 - 0,15 0,20 0,30 -

2 - 0,19 0,19 0,25 -

3 0,17 0,28 0,35 0,37 0,10

4 0,32 0,70 0,60 0,50 0,34

5 0,29 0,25 0,30 0,30 0,13

Rata-rata

0,15 0,31 0,32 0,34 0,11

Tabel 2.2 Pertumbuhan Rambut Kelinci Pada Minggu ke-2

Waktu Kelompok

Kelinci

Panjang Rambut (cm)

Konsentrasi

5%

Konsentrasi

7,5%

Konsentrasi

10%

Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Minggu 2

1 0,25 0,44 0,47 0,50 0,26

2 0,35 0,48 0,55 0,45 0,32

3 0,45 0,50 0,65 0,73 0,33

4 0,50 0,70 0,60 0.76 0,39

5 0,51 0,60 0,75 0,80 0,45

Rata-rata

0,41 0,48 0,60 0,64 0,35

Tabel 2.3 Pertumbuhan Rambut Pada Minggu ke-3

Waktu Kelompok

Kelinci

Panjang Rambut (cm)

Konsentrasi

5%

Konsentrasi

7,5%

Konsentrasi

10%

Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Minggu 3

1 0,85 0,90 0,70 0,75 0,40

2 0,65 0,80 0,80 0,90 0,63

3 0,86 0,65 0,85 0,85 0,60

4 0,70 0,90 0,90 0,95 0,83

5 0.90 1,00 1,00 0,95 0,90

Rata-rata

0,79 0,85 0,85 0,88 0,67

Tabel 2.4 Pertumbuhan Rambut Pada Minggu ke-4

Waktu Kelompok

Kelinci

Panjang Rambut (cm)

Konsentrasi

5%

Konsentrasi

7,5%

Konsentrasi

10%

Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Minggu 4

1 1.00 0,95 1,00 1,00 0,78

2 0,80 0,90 1,15 1,28 0,87

3 0,97 0,80 0,84 1,01 0,96

4 0,90 1,00 1,07 1,08 0,89

5 1,00 1,00 1,11 1.26 0,95

Rata-rata

0,93 0,93 1,03 1,12 0,89

LAMPIRAN 3

Perhitungan Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Seledri

a. Formulasi sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi 5%

R/ Ekstrak Seledri 5%

HPMC 6%

Propilenglikol 10%

Metil Paraben 0,18

Aquadest ad 130 g

Perhitungan

1. Ekstrak Seledri =

x 130 g = 6,5 g

2. HPMC =

x 130 g = 7,8 g

3. Propilenglikol =

x 130 g = 13 g

4. Metil Paraben =

x 130 g = 0,23 g

5. Aquadest = 130 – (6,5 + 7,8 + 13 + 0.23)

= 130 – 27,534

= 102,47g

b. Formulasi sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi 7,5 %

R/ Ekstrak Seledri 7,5%

HPMC 6%

Propilenglikol 10%

Metil Paraben 0,18%

Aquadest ad 130 g

Perhitungan

1. Ekstrak Seledri =

x 130 g = 9,75 g

2. HPMC =

x 130 g = 7,8 g

3. Propilenglikol =

x 130 g = 13 g

4. Metil Paraben =

x 130 g = 0,23 g

5. Aquadest = 130 – (9,75 + 7,8 + 13 + 0.23)

= 130 – 30,78

= 99,22 g

c. Formulasi sediaan gel ekstrak Seledri konsentrasi 10 %

R/ Ekstrak Seledri 5%

HPMC 6%

Propilenglikol 10%

Metil Paraben 0,18%

Aquadest ad 130 g

Perhitungan

1. Ekstrak Seledri =

x 130 g = 13 g

2. HPMC =

x 130 g = 7,8 g

3. Propilenglikol =

x 130 g = 13 g

4. Metil Paraben =

x 130 g = 0,23 g

5. Aquadest = 130 – (13 + 7,8 + 13 + 0.23)

= 130 – 34,03

= 95,97 g

LAMPIRAN 4 : Uji Statistik Hasil Uji Efektifitas Penumbuh Rambut Gel Ekstrak

Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kelinci Jantan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

N 20 20 20 20 20

Normal

Paramet

ersa,b

Mean .6300 .6970 .8280 .8845 .5065

Std. Deviation .40908 .35650 .39539 .46587 .32787

Most

Extreme

Differen

ces

Absolute .115 .115 .168 .095 .148

Positive .115 .110 .087 .095 .127

Negative -.105 -.115 -.168 -.093 -.148

Kolmogorov-Smirnov Z .516 .516 .752 .427 .661

Asymp. Sig. (2-tailed) .953 .953 .623 .993 .774

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances

Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.668 4 95 .616

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Between

Groups

1.847 4 .462 2.978 .023

Within

Groups

14.731 95 .155

Total 16.578 99

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

X1 –

Kontrol

Positif

-.25450 .24973 .05584 -.37138 -.13762 -4.558 19 .000

Pair 2

X2 –

Kontrol

Positif

-.18750 .17950 .04014 -.27151 -.10349 -4.671 19 .000

Pair 3

X3 –

Kontrol

Positif

-.05650 .12240 .02737 -.11379 .00079 -2.064 19 .053

Means Plot

LAMPIRAN 5

PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

LAMPIRAN 6

PROSES EKSTRAKSI

LAMPIRAN 7

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

LAMPIRAN 8

PROSES PEMBUATAN SEDIAAN

LAMPIRAN 9

PERLAKUAN HEWAN UJI

Kelinci 1 Kelinci 2

Kelinci 3 Kelinci 4

Kelinci 5

LAMPIRAN 10

PENGUKURAN RAMBUT KELINCI

LAMPIRAN 11

UJI EVALUASI SEDIAAN

Uji Ph Uji Homogenitas

Uji Daya Lekat Uji Daya Sebar

Uji Sineresis

LAMPIRAN 12

UJI STABILITAS SEDIAAN

Uji pH Uji Daya Lekat

Uji Homogenitas Uji Daya Sebar

Uji Sineresis