16
Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa damascena) sebagai Repellent terhadap Culex sp. pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. Aswin Djoko Baskoro*, Agustina Tri Endharti*, Anindya Hapsari** ABSTRAK Repellent adalah bahan yang mempunyai kemampuan untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk. Repellent mengandung bahan-bahan aktif yang dapat mengganggu kemampuan nyamuk menemukan host. Minyak atsiri bunga mawar mengandung bahan- bahan aktif, misalnya geraniol dan linalool. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan minyak mawar sebagai repellent untuk mencegah gigitan Culex sp. Studi eksperimental menggunakan post test only control group design dilakukan terhadap hewan coba tikus strain Wistar betina. Sampel yang digunakan adalah nyamuk Culex sp. Sampel dibagi dalam 5 perlakuan dengan 100 ekor nyamuk dan seekor tikus pada tiap kandang. Konsentrasi minyak yang digunakan adalah 6,25%, 12,5%, dan 25% dengan DEET 12,5% sebagai kontrol positif dan ethanol 96% sebagai kontrol negatif. Lama perlakuan adalah 6 jam dengan pengamatan selama 3 menit pada tiap interval 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan potensi antarperlakuan pada menit ke-180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 (Uji Kruskall-Wallis menit ke-180 p=0,003, menit ke-210 p=0,002, menit ke-240 p=0,000, menit ke-270 p=0,000, menit ke-300 p=0,000, menit ke-330 p=0,000, menit ke-360 p=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak mawar memiliki potensi sebagai repellent terhadap Culex sp. Potensi repellent tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga dipengaruhi oleh lama waktu perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi akan meningkatkan potensi repellent, sedangkan semakin lama waktu perlakuan akan menurunkan potensi repellent. Kata kunci: minyak mawar, repellent, Culex sp., tikus strain Wistar ABSTRACT Repellent is the material that has an ability to protect human from mosquitoes bite. Repellent contains active ingredients that can interrupt mosquitoes ability to find their host. Essensial oil of rose flower contains active ingredients, such as geraniol and linalool. The aim of this study was to know the potency of rose oil as repellent to prevent Culex sp. bite. This experimental study used post test only control group design, done on experimental media female Wistar strain mice. Culex sp. as sample divided into 5 groups, each group consisted of 100 mosquitoes and a mouse on a cage. Rose oil concentration were 6,25%, 12,5%, and 25% with DEET 12,5% as positive control and ethanol 96% as negative control. The duration of treatment was 6 hours with 3 minutes perception time every 30 minutes interval. Results showed that there were different potencies among groups at minutes 180 th , 210 th , 240 th , 270 th , 300 th , 330 th , and 360 th (Kruskall-Wallis analysis at minute 180 th p=0,003, minute 210 th p=0,002, minute 240 th p=0,000, minute 270 th p=0,000, minute 300 th p=0,000, minute 330 th p=0,000, minute 360 th p=0,000). The conclusion of this study was rose oil (Rosa damascena) had a potency as repellent of Culex sp. Repellent potency was not influenced by the concentration only, but also influenced by the duration of treatment. Higher concentration improved the potency of repellent, whether longer treatment reduced the potency of repellent. Key words: rose oil, repellent, Culex sp., Wistar strain mice * Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa damascena) sebagai Repellent terhadap Culex sp. pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar.

Aswin Djoko Baskoro*, Agustina Tri Endharti*, Anindya Hapsari**

ABSTRAK

Repellent adalah bahan yang mempunyai kemampuan untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk. Repellent mengandung bahan-bahan aktif yang dapat mengganggu kemampuan nyamuk menemukan host. Minyak atsiri bunga mawar mengandung bahan-bahan aktif, misalnya geraniol dan linalool. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan minyak mawar sebagai repellent untuk mencegah gigitan Culex sp. Studi eksperimental menggunakan post test only control group design dilakukan terhadap hewan coba tikus strain Wistar betina. Sampel yang digunakan adalah nyamuk Culex sp. Sampel dibagi dalam 5 perlakuan dengan 100 ekor nyamuk dan seekor tikus pada tiap kandang. Konsentrasi minyak yang digunakan adalah 6,25%, 12,5%, dan 25% dengan DEET 12,5% sebagai kontrol positif dan ethanol 96% sebagai kontrol negatif. Lama perlakuan adalah 6 jam dengan pengamatan selama 3 menit pada tiap interval 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan potensi antarperlakuan pada menit ke-180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 (Uji Kruskall-Wallis menit ke-180 p=0,003, menit ke-210 p=0,002, menit ke-240 p=0,000, menit ke-270 p=0,000, menit ke-300 p=0,000, menit ke-330 p=0,000, menit ke-360 p=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak mawar memiliki potensi sebagai repellent terhadap Culex sp. Potensi repellent tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga dipengaruhi oleh lama waktu perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi akan meningkatkan potensi repellent, sedangkan semakin lama waktu perlakuan akan menurunkan potensi repellent. Kata kunci: minyak mawar, repellent, Culex sp., tikus strain Wistar

ABSTRACT

Repellent is the material that has an ability to protect human from mosquitoes bite. Repellent contains active ingredients that can interrupt mosquitoes ability to find their host. Essensial oil of rose flower contains active ingredients, such as geraniol and linalool. The aim of this study was to know the potency of rose oil as repellent to prevent Culex sp. bite. This experimental study used post test only control group design, done on experimental media female Wistar strain mice. Culex sp. as sample divided into 5 groups, each group consisted of 100 mosquitoes and a mouse on a cage. Rose oil concentration were 6,25%, 12,5%, and 25% with DEET 12,5% as positive control and ethanol 96% as negative control. The duration of treatment was 6 hours with 3 minutes perception time every 30 minutes interval. Results showed that there were different potencies among groups at minutes 180th, 210th, 240th, 270th, 300th, 330th, and 360th (Kruskall-Wallis analysis at minute 180th p=0,003, minute 210th p=0,002, minute 240th p=0,000, minute 270th p=0,000, minute 300th p=0,000, minute 330th p=0,000, minute 360th p=0,000). The conclusion of this study was rose oil (Rosa damascena) had a potency as repellent of Culex sp. Repellent potency was not influenced by the concentration only, but also influenced by the duration of treatment. Higher concentration improved the potency of repellent, whether longer treatment reduced the potency of repellent. Key words: rose oil, repellent, Culex sp., Wistar strain mice * Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 2: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

PENDAHULUAN Nyamuk dapat menjadi vektor

mekanis dari virus tertentu atau menjadi

intermediate host dari nematoda darah

penyebab filariasis1. Nyamuk biasanya

diberantas menggunakan insektisida

sintetis. Namun, insektisida memiliki

dampak negatif, antara lain: keracunan

pada hewan dan manusia berupa sesak

nafas atau alergi pada kulit, polusi

lingkungan, dan hama menjadi resisten2.

Pengolesan dengan repellent merupakan

salah satu alternatif cara untuk

mencegah hinggapan nyamuk.

Mosquito repellent bekerja

dengan mengganggu kemampuan indra

olfaktori nyamuk betina untuk

mendeteksi senyawa-senyawa kimia

yang digunakannya dalam mengenali

hostnya3. Berbagai senyawa kimia yang

terkandung dalam minyak atsiri tanaman

dapat berfungsi sebagai insect repellent.

Senyawa-senyawa kimia yang dimaksud,

antara lain adalah linalool dan geraniol2,4.

Linalool merupakan suatu senyawa

monoterpen alkohol asiklik yang memiliki

bau wangi seperti bunga serta dapat

berperan sebagai repellent terhadap

spesies serangga tertentu. Linalool

diketahui mampu memblok reseptor

olfaktori nyamuk sehingga nyamuk tidak

dapat membau host odours5.

Sedangkan geraniol, yang disebut juga

rhodinol, merupakan suatu senyawa

monoterpenoid dan termasuk alkohol.

Kandungan geraniol pada tanaman

dapat digunakan sebagai repellent

terhadap nyamuk, semut api, flies, ticks,

dan biting midges serta memberikan

waktu proteksi selama 4 jam4. Geraniol

memiliki kecenderungan yang tinggi

untuk menguap dan membebaskan bau

ke udara. Bau inilah yang dapat

berfungsi sebagai insect repellent karena

mampu merubah host odours. Dengan

demikian, geraniol mencegah serangga

untuk menemukan host sebelum

serangga tersebut mendarat di tubuh

host6.

Minyak mawar adalah minyak

atsiri bunga mawar yang didapat dari

ekstraksi bunga mawar, terutama dari

spesies Rosa damascena7. Minyak

mawar mengandung geraniol dan

citronellol dengan konsentrasi keduanya

mencapai 75% dari minyak. Selain itu,

juga terdapat linalool, citral dan phenyl

ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol,

serta nonylic aldehyde dalam jumlah

sedikit8.

Berdasarkan kandungan kimia

yang terdapat dalam minyak atsiri

mawar, penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan apakah minyak mawar

dapat digunakan sebagai mosquito

repellent.

Page 3: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental laboratoris

dengan sampel nyamuk betina Culex sp.

dewasa dan hewan coba tikus (Rattus

norvegicus) strain Wistar. Pada

penelitian tentang minyak mawar

sebagai repellent terhadap nyamuk

Culex sp. dilakukan 5 perlakuan,

sehingga jumlah tikus yang dibutuhkan

sebanyak 5 ekor.

Masing-masing tikus (Rattus

norvegicus) strain Wistar dicukur pada

daerah punggung. Luas daerah cukuran

adalah 5x5 cm9. Tujuan pencukuran bulu

ini adalah supaya bahan-bahan aktif

yang nantinya akan dioleskan bisa

melekat langsung pada kulit tikus

tersebut. Kemudian, setiap tikus diolesi

dengan bahan yang berbeda sebanyak 1

ml10. Tikus I diolesi ethanol 96%, tikus II

diolesi DEET 12,5%, tikus III diolesi

minyak mawar 6,25%, tikus IV diolesi

minyak mawar 12,5%, dan tikus V diolesi

minyak mawar 25% pada area cukuran

tubuhnya.

Percobaan ini dilakukan

menggunakan 5 buah kandang berupa

kotak berbentuk kubus dengan ukuran

50x50x50 cm. Sebelum penelitian

dimulai, nyamuk yang telah ditangkap,

dilepaskan terlebih dahulu ke dalam

kandang. Masing-masing kandang diisi

dengan 100 ekor nyamuk. Tikus

percobaan tetap berada di luar kandang

hingga penelitian dimulai. Pintu dan

semua jendela ruangan dalam keadaan

tertutup.

Setelah itu, kelima tikus

dimasukkan bersamaan ke dalam

masing-masing kandangnya. Tikus-tikus

tersebut dimasukkan melalui jendela

kecil yang terdapat pada salah satu sisi

dinding kandang. Tikus-tikus ini dibiarkan

selama 3 menit dalam kandang dan

diamati jumlah hinggapan nyamuk pada

masing-masing tikus. Setelah 3 menit,

tikus-tikus tersebut dikeluarkan dan

ditempatkan pada wadah di luar

kandang. Setiap interval 30 menit

dihitung dari awal penelitian, tikus-tikus

dimasukkan lagi dalam kandang selama

3 menit serta diamati jumlah hinggapan

nyamuk. Apabila pada jam tertentu

terdapat nyamuk yang hinggap, maka

proses penelitian dilanjutkan sampai

terdapat nyamuk lagi yang hinggap11.

Untuk mendapatkan pengulangan

sebanyak 5 kali, maka proses tersebut di

atas dilakukan selama 5 hari.

Potensi repellent tiap konsentrasi

minyak mawar dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut11 :

%100xc

tc −

Keterangan : c = jumlah hinggapan

nyamuk pada kontrol negatif

t = jumlah hinggapan

nyamuk pada area cukuran tikus yang

diolesi minyak mawar konsentrasi

tertentu

Page 4: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang pada bulan Mei 2007. Tikus

(Rattus norvegicus) strain Wistar ini

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi

Universitas Brawijaya Malang. Minyak

mawar yang diperoleh dari pasar di

daerah Malang.

HASIL PENELITIAN Hasil dari pengamatan hinggapan nyamuk selama 5 kali pengulangan sebagai

berikut :

Tabel 1: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan I Menit ke- Kontrol

(-) Kontrol

(+) Minyak Mawar

Konsentrasi 6,25%

Minyak Mawar

Konsentrasi 12,5%

Minyak Mawar

Konsentrasi 25%

0 16 0 0 0 0 30 24 0 0 0 0 60 27 0 0 0 0 90 22 0 0 0 0 120 20 0 0 0 0 150 19 0 0 0 0 180 14 0 2 0 0 210 11 0 2 0 0 240 8 0 - 3 0 270 10 0 - 9 0 300 13 0 - - 0 330 5 0 - - 2 360 5 0 - - 4

Tabel 2: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan II

Menit ke- Kontrol (-)

Kontrol (+)

Minyak Mawar

Konsentrasi 6,25%

Minyak Mawar

Konsentrasi 12,5%

Minyak Mawar

Konsentrasi 25%

0 21 0 0 0 0 30 22 0 0 0 0 60 17 0 0 0 0 90 29 0 0 0 0 120 21 0 0 0 0 150 18 0 0 0 0 180 15 0 1 0 0 210 9 0 2 0 0 240 17 0 - 4 0 270 9 0 - 8 0 300 10 0 - - 0 330 9 0 - - 4 360 4 0 - - 3

Page 5: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Tabel 3: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan III Menit ke- Kontrol

(-) Kontrol

(+) Minyak Mawar

Konsentrasi 6,25%

Minyak Mawar

Konsentrasi 12,5%

Minyak Mawar

Konsentrasi 25%

0 25 0 0 0 0 30 21 0 0 0 0 60 24 0 0 0 0 90 31 0 0 0 0 120 14 0 0 0 0 150 17 0 0 0 0 180 22 0 0 0 0 210 11 0 1 2 0 240 7 0 7 5 0 270 10 0 - - 0 300 6 0 - - 0 330 7 0 - - 4 360 7 0 - - 5

Tabel 4: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan IV

Menit ke- Kontrol (-)

Kontrol (+)

Minyak Mawar

Konsentrasi 6,25%

Minyak Mawar

Konsentrasi 12,5%

Minyak Mawar

Konsentrasi 25%

0 28 0 0 0 0 30 18 0 0 0 0 60 22 0 0 0 0 90 25 0 0 0 0 120 19 0 0 0 0 150 17 0 0 0 0 180 21 0 6 0 0 210 9 0 3 0 0 240 13 0 - 4 0 270 11 0 - 10 0 300 11 0 - - 0 330 6 0 - - 4 360 8 0 - - 6

Tabel 5: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan V

Menit ke- Kontrol (-)

Kontrol (+)

Minyak Mawar

Konsentrasi 6,25%

Minyak Mawar

Konsentrasi 12,5%

Minyak Mawar

Konsentrasi 25%

0 19 0 0 0 0 30 22 0 0 0 0 60 17 0 0 0 0 90 26 0 0 0 0 120 23 0 0 0 0 150 13 0 0 0 0 180 16 0 4 0 0 210 6 0 1 0 0 240 10 0 - 4 0 270 15 0 - 14 0 300 9 0 - - 0 330 10 0 - - 5 360 3 0 - - 1

Page 6: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Tabel 6: Potensi Repellent Tiap Interval Waktu

Waktu (Menit ke-)

DEET 12,5% Minyak mawar 6,25%

Minyak mawar 12,5%

Minyak mawar 25%

0 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

30 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

60 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

90 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

120 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

150 x SD

100% 0

100% 0

100% 0

100% 0

180 x SD

100% 0

85,094% 12,031

100% 0

100% 0

210 x SD

100% 0

80,102% 8,888

96,364% 8,130

100% 0

240 x SD

100% 0

0% 0

59,354% 18,361

100% 0

270 x SD

100% 0

0% 0

7,374% 4,435

100% 0

300 x SD

100% 0

0% 0

0% 0

100% 0

330 x SD

100% 0

0% 0

0% 0

48,35% 10,561

360 x SD

100% 0

0% 0

0% 0

26,380% 4,94

Hasil penelitian ini akan dianalisis

menggunakan one-way ANOVA. Tetapi

karena data tidak normal dan tidak

homogen, maka syarat melakukan uji

ANOVA tidak terpenuhi. Untuk

mengusahakan agar data menjadi

normal, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan transformasi data.

Setelah melakukan proses transformasi,

ternyata data tetap tidak normal,

sehingga uji ANOVA tidak dapat

dilakukan. Sebagai alternatif uji ANOVA,

maka dilakukan uji Kruskall-Wallis pada

tiap interval waktu. Hasil uji Kruskall-

Wallis potensi repellent pada tiap interval

waktu disajikan pada tabel 7 berikut:

Page 7: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Tabel 7: Hasil Uji Kruskall-Wallis Potensi Repellent Tiap Interval Waktu

it eputusan Men

ke- Nilai p K

0 1,000 # 30 1,000 # 60 1,000 # 90 1,000 # 120 1,000 # 150 1,000 # 180 0,003 * 210 0,002 * 240 0,000 * 270 0,000 * 300 0,000 * 330 0,000 * 360 0,000 *

Keterangan:

* = terdapat perbedaan potensi diantara kelompok perlakuan (p<0,05)

# = tidak terdapat perbedaan potensi antar kelompok perlakuan (p>0,05)

,210,240,270,300, dan 360 nilai

60) dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari tabel 7 dapat diketahui

bahwa pada menit ke-0,30,60,90,120,

dan 150 nilai p>0,05, yang artinya tidak

terdapat perbedaan potensi yang

signifikan antara kelompok perlakuan.

Hal ini disebabkan karena semua

kelompok perlakuan memiliki potensi

repellent yang sama, yaitu sebesar

100%. Sedangkan, pada menit ke-

p<0,05, yang berarti terdapat perbedaan

potensi diantara kelompok perlakuan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan uji

Mann-Whitney untuk mengetahui

antarperlakuan yang mana yang terdapat

perbedaan potensi. Hasil uji Mann-

Whitney pada tiap interval waktu (menit

ke-180,210,240,270,300, dan 3

180

Page 8: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

asil elle In

it ke- n antar kelompok eputusan

Tabel 8: H Uji Mann-Whitney Potensi Rep nt Tiap terval Waktu

Men Perba dingan Nilai p K12,5% 0,019 * 25% 0,019 *

6,25%

DEET 12,5% 0,019 * 25% 1,000 # 12,5% DEET 12,5% 1,000 #

180

2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,031 * 25% 0,005 *

6,25%

DEET 12,5% 0,005 * 25% 0,317 # 12,5% DEET 12,5% 0,317 #

210

2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,005 * 25% 0,003 *

6,25%

DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,005 *

240

2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,019 * 25% 0,003 *

6,25%

DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,005 *

270

2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 1,000 # 25% 0,003 *

6,25%

DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,003 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *

300

2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 1,000 # 25% 0,005 *

6,25%

DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *

330

2,5% 25% DEET 1 0,005 * 12,5% 1,000 # 25% 0,005 *

6,25%

DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *

360

25% DEET 12,5% 0,005 *

Keterangan :

*= terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok (p<0,05)

#= tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok (p>0,05)

Page 9: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

potensi antar kelompok perlakuan terhadap

waktu seperti pada grafik sebagai berikut :

Untuk melihat adanya perbedaan

0

20

40

60

80

100

120

0 60 120 180 240 300 360

waktu (menit)

pote

nsi r

epel

lent

(%)

DEET 12,5%mawar 25%mawar 12,5%mawar 6,25%

Untuk mengetahui hubungan antara lama waktu perlakuan terhadap potensi

repellent, serta untuk mengetahui hubungan antara besarnya konsentrasi minyak mawar

(Rosa damascena) terhadap potensi repellent, dilakukan uji korelasi Spearman.

Tabel 9: U ntara ama Wa

t Spearman

otensi repellent)

ji Korelasi A L ktu Perlakuan dengan Potensi Repellent

antara lama waktuPotensi repellen

Keputusan (korelasi an pperlakuan deng

Ada korelasi sangat kuat Korelasi (r)

-0,912 Arah korelasi: negatif

Minyak

awar m6,25%

Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)

Ada korelasi sangat kuat Korelasi (r) -0,876 Arah korelasi: negatif

Minyak

awar m12,5%

Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)

Ada korelasi kuat Korelasi (r) -0,628 Arah korelasi: negatif

Minyak

awam2

r 5%

Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)

Keterangan :

Arah korelasi negatif: semakin lama waktu perlakuan, semakin rendah potensi repellent

Page 10: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Tabel 10: Uji Korelasi Antara Konsentrasi Minyak Mawar (Rosa damascena) dengan P

nit ke- a sentrasi dengan potensi repellent)

otensi Repellent

n (korelasi antara besar konMe Spearman Keputus

Korelasi (r) 0 Tidak ada Nilai p Korelasi (r) 30 Nilai p

Tidak ada

Korelasi (r) 60 Nilai p

Tidak ada

Korelasi (r) 90 Nilai p

Tidak ada

Korelasi (r) 120 Nilai p

Tidak ada

Korelasi (r) 150 Nilai p

Tidak ada

Ada korelasi kuat Korelasi (r) 0,728 Arah korelasi: positif

180

a (p<0,05) Nilai p 0,002 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,800 Arah korelasi: positif

210

a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,981 Arah korelasi: positif

240

a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,945 Arah korelasi: positif

270

a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,866 Arah korelasi: positif

300

a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,844 Arah korelasi: positif

330

a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,845 Arah korelasi: positif

360

ai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05) Nil Keterangan :

Arah korelasi positif: semakin tinggi konsentrasi, semakin besar potensi repellent

PEMB

1 ditolak. Tetapi

AHASAN H0 dari penelitian ini adalah

perbedaan perlakuan tidak berpengaruh

terhadap potensi repellent, sedangkan

H1 penelitian perbedaan perlakuan

memiliki pengaruh terhadap potensi

repellent. Hipotesis ditentukan

berdasarkan nilai signifikansi yang

diperoleh. Jika nilai signifikansi (p)>0,05

berarti H0 diterima dan H

Page 11: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

jika nil

arkelompok

perlaku

minyak mawar 12,5%,

25%, s

dalam

ai signifikansi (p)<0,05 berarti H0

ditolak dan H1 diterima.

Pada menit ke-0 hingga menit ke-

150, semua kelompok perlakuan

memiliki potensi 100%. Hal ini diduga

karena jumlah linalool dan geraniol yang

terkandung dalam minyak mawar semua

konsentrasi masih cukup untuk

mencegah hinggapan semua nyamuk

dalam kandang. Uji Kruskall-Wallis

menunjukkan nilai p=1,000 (p>0,05, H0

diterima), yang berarti tidak terdapat

perbedaan potensi ant

an. Oleh karena itu, tidak

dilakukan uji Mann-Whitney.

Pada menit ke-180, potensi

minyak mawar 6,25% turun menjadi

85,094%, sedangkan potensi kelompok

perlakuan lain masih 100%. Penurunan

potensi minyak mawar ini diduga karena

jumlah linalool dan geraniol yang

terdapat pada minyak di tubuh tikus telah

berkurang karena menguap. Akibatnya,

jumlah linalool dan geraniol tidak cukup

untuk dapat mencegah hinggapan

semua nyamuk. Uji Kruskall-Wallis

menunujukkan nilai p=0,003 (p<0,05, H0

ditolak). Artinya, terdapat perbedaan

potensi diantara kelompok perlakuan.

Dari hasil uji Mann-Whitney dapat

diketahui adanya perbedaan potensi

yang signifikan antara minyak mawar

6,25% dengan

erta dengan DEET 12,5% sebagai

kontrol positif.

Pada menit ke-210, potensi

minyak mawar 12,5% mulai turun

menjadi 96,364%, minyak mawar 6,25%

potensinya sebesar 80,102%,

sedangkan potensi minyak mawar 25%

dan DEET 12,5% masih 100%.

Penurunan potensi minyak mawar 12,5%

ini diduga karena berkurangnya jumlah

linalool dan geraniol yang terdapat pada

minyak mawar di tubuh tikus. Uji

Kruskall-Wallis menunjukkan nilai

p=0,002 (p<0,05, H0 ditolak). Terdapat

perbedaan potensi diantara kelompok

perlakuan. Oleh karena itu dilakukan uji

Mann-Whitney sehingga dapat diketahui

adanya perbedaan potensi yang

signifikan antara minyak mawar 6,25%

dengan minyak mawar 12,5%, 25%,

serta dengan DEET 12,5% sebagai

kontrol positif. Pengamatan untuk

kelompok perlakuan minyak mawar

6,25% pada pengulangan ke-1, 2, 4, dan

5 tidak dilanjutkan karena telah

didapatkan adanya hinggapan nyamuk

2 kali interval pengamatan

sehingga dianggap minyak mawar telah

kehilangan potensinya sebagai repellent.

Pada menit ke-240, potensi

minyak mawar 12,5% turun menjadi

59,354%, sedangkan potensi minyak

mawar 25% dan DEET 12,5% masih

100%. Pengamatan terhadap perlakuan

dengan minyak mawar 6,25% pada

pengulangan ke-3 masih dilakukan,

dengan hasil potensi repellent 0%.

Dengan demikian, rata-rata potensi

Page 12: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

minyak mawar 6,25% pada menit ke-240

sebesar 0%. Uji Kruskall-Wallis

menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05, H0

ditolak). Artinya, terdapat perbedaan

potensi diantara kelompok perlakuan.

Hasil uji Mann-Whitney menyatakan

adanya perbedaan potensi yang

signifikan antara minyak mawar 6,25%

dan minyak mawar 12,5% dibandingkan

minyak mawar 25% dan DEET 12,5%

yang masih memiliki potensi repellent

100%. Perbedaan potensi juga terlihat

antara minyak mawar 6,25% dengan

minyak mawar 12,5%. Pada menit ini,

pengamatan untuk kelompok perlakuan

minyak mawar 6,25% tidak dilanjutkan,

demikian pula dengan kelompok

perlakuan minyak mawar 12,5% pada

pengul

repellent 100%.

Pada menit ini, pengamatan untuk

kelomp

ak mawar 25%

dan D

angan ke-3 karena telah

didapatkan adanya hinggapan nyamuk

dalam 2 kali interval pengamatan.

Pada menit ke-270, rata-rata

potensi minyak mawar 12,5% adalah

7,374%, potensi minyak mawar 25% dan

DEET 12,5% masih 100%, serta minyak

mawar 6,25% potensinya 0%. Uji

Kruskall-Wallis menunjukkan nilai

p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Hasil uji

Mann-Whitney mengetahui adanya

perbedaan potensi yang signifikan antara

minyak mawar 6,25% dengan semua

kelompok perlakuan, serta antara minyak

mawar 12,5% dibandingkan minyak

mawar 25% dan DEET 12,5% yang

masih memiliki potensi

ok perlakuan minyak mawar

12,5% tidak dilanjutkan.

Pada menit ke-300, potensi

minyak mawar 6,25% dan 12,5% telah

hilang (0%), potensi minyak mawar 25%

dan DEET 12,5% masih 100%. Uji

Kruskall-Wallis menunjukkan nilai

p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Karena

terdapat perbedaan potensi diantara

kelompok perlakuan, dilakukan uji

Mann-Whitney dengan hasil adanya

perbedaan potensi yang signifikan antara

minyak mawar 6,25% dan minyak mawar

12,5% dibandingkan miny

EET 12,5% yang masih memiliki

potensi repellent 100%.

Pada menit ke-330, potensi

minyak mawar 25% mulai turun menjadi

48,35%, potensi minyak mawar 6,25%

dan 12,5% =0%, dan potensi DEET

12,5% masih 100%. Penurunan potensi

minyak mawar 25% ini diduga karena

jumlah linalool dan geraniol yang

terdapat pada minyak di tubuh tikus telah

banyak berkurang karena menguap.

Akibatnya, jumlah linalool dan geraniol

tidak cukup untuk dapat berfungsi

sebagai penolak hinggapan semua

nyamuk yang terdapat dalam kandang.

Uji Kruskall-Wallis menunjukkan nilai

p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Artinya,

terdapat perbedaan potensi diantara

kelompok perlakuan. Dari hasil uji Mann-

Whitney dapat diketahui adanya

perbedaan potensi yang signifikan antara

minyak mawar 6,25% dan minyak mawar

Page 13: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

12,5% dibandingkan minyak mawar 25%

dan DEET 12,5%. Perbedaan potensi

yang signifikan juga mulai didapatkan

antara

dan m

ngamatan terhadap

kelo

1.

aktif ini diharapkan dapat

me da

tikus.

ggigit nyamuk

ren

ula sebaliknya.

3.

uhi jumlah

linalool

minyak mawar 25% dengan

DEET 12,5%.

Pada menit ke-360, potensi

minyak mawar 25% turun lagi menjadi

26,38%, potensi minyak mawar 6,25%

dan 12,5% telah hilang (0%), dan potensi

DEET 12,5% masih 100%. Nilai p=0,000

(p<0,05, H0 ditolak) didapatkan dari hasil

uji Kruskall-Wallis. Pada menit

pengamatan terakhir ini, hasil uji Mann-

Whitney menunjukkan adanya

perbedaan potensi yang signifikan antara

DEET 12,5% dengan semua kelompok

perlakuan minyak mawar. Selain itu, juga

didapatkan perbedaan potensi yang

signifikan antara minyak mawar 6,25%

inyak mawar 12,5% dibandingkan

minyak mawar 25% dan DEET 12,5%.

Perbedaan potensi repellent yang

didapatkan pada pe

mpok perlakuan selama 6 jam dapat

disebabkan karena:

Hewan coba yang berbeda untuk

tiap kelompok perlakuan.

Perbedaan hewan coba dapat

menyebabkan perbedaan potensi

repellent karena perbedaan aktivitas,

usia, serta mosquitoes attractants tiap

tikus10. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini digunakan tikus dengan rentang usia

yang hampir sama serta jenis kelamin

yang sama. Diharapkan hal ini dapat

menyamakan aktivitas dan usia tikus,

sekalipun tidak dapat menyamakan

mosquitoes attractants tiap tikus. Setiap

tikus akan diberi perlakuan yang

berbeda. Tikus I diolesi ethanol 96%

sebagai kontrol negatif, tikus II diolesi

bahan aktif DEET 12,5% sebagai kontrol

positif, tikus III diolesi bahan aktif minyak

mawar 6,25%, tikus IV dengan minyak

mawar 12,5%, sedangkan tikus V

dengan minyak mawar 25%. Pemberian

bahan

ngurangi ketertarikan nyamuk pa

2. Perbedaan aktivitas nyamuk10.

Penelitian ini menggunakan 5

buah kandang dengan 1 ekor tikus dan

100 ekor nyamuk pada tiap kandang.

Sekalipun spesies dan jenis kelamin

nyamuk telah diseragamkan, tetapi

aktivitas menggigit nyamuk tetap dapat

berbeda. Jika aktivitas men

dah, potensi repellent akan tinggi,

demikian p

Perbedaan jumlah linalool dan

geraniol.

Perbedaan konsentrasi serta

perbedaan waktu mempengar

dan geraniol yang terdapat pada

minyak mawar di tubuh tikus.

Dari hasil pengamatan potensi

repellent untuk tiap kelompok perlakuan

selama 6 jam tersebut, diketahui bahwa

DEET 12,5% memiliki potensi repellent

tertinggi dibandingkan 3 kelompok

perlakuan yang lain. Sedangkan diantara

3 konsentrasi minyak mawar, minyak

Page 14: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

mawar 25% memiliki potensi tertinggi.

Hubungan antara konsentrasi minyak

mawar (Rosa damascena) terhadap

potensi repellent pada tiap interval waktu

pengamatan dinyatakan dengan uji

korelasi non parametrik Spearman.

Dengan uji Spearman diketahui bahwa

perbedaan konsentrasi minyak mawar

menimbulkan perbedaan potensi

repellent mulai pada menit ke-180.

Hubungan korelasi ini signifikan dengan

nilai p=0,002 pada menit ke-180 dan

p=0,000 pada menit ke-210, 240, 270,

300, 330, dan 360. Semakin tinggi

konsentrasi minyak mawar, semakin

besar potensi repellentnya. Hal ini

disebabkan pada minyak mawar

konsentrasi lebih tinggi, didapatkan

jumlah geraniol dan linalool yang lebih

banyak. Ketika jumlah linalool dan

geraniol pada minyak mawar 6,25% dan

12,5% telah banyak berkurang karena

menguap, linalool dan geraniol pada

minyak

kah laku nyamuk.

Akibat

s semakin berkurang dan

otensi repellent minyak mawar semakin

KESIM1.

sebagai repellent terhadap Culex

mawar 25% masih cukup untuk

dapat berfungsi sebagai repellent.

Linalool dan geraniol memiliki

cara kerja yang berbeda. Geraniol

berfungsi sebagai repellent karena

mampu bercampur bersama host odour

yang merupakan gabungan CO2 dengan

senyawa-senyawa lain dari tubuh host.

Akibatnya, host odour akan berubah dan

nyamuk tidak dapat mengenali

host6.Linalool bekerja dengan memblok

reseptor olfaktori nyamuk (Ors) yang

terdapat dalam sensilla. Molekul bau

yang telah diterima nyamuk tidak dapat

diteruskan ke otak yang merupakan

pusat kendali ting

nya, nyamuk tidak dapat

menemukan host 5.

Selain dipengaruhi oleh

banyaknya geraniol dan linalool yang

terkandung dalam minyak, potensi

repellent juga dipengaruhi oleh waktu.

Hubungan antara lama waktu perlakuan

terhadap potensi repellent dapat

diketahui dengan uji korelasi Spearman.

Hasil uji korelasi Spearman

menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan (p=0,000) antara potensi

repellent dengan lama waktu perlakuan

pada semua konsentrasi minyak mawar.

Semakin lama waktu perlakuan, potensi

repellent minyak mawar semakin

menurun. Hal ini disebabkan karena

geraniol dan linalool yang terkandung

dalam minyak mawar merupakan

senyawa yang mudah menguap

sehingga semakin lama waktu

perlakuan, semakin banyak geraniol dan

linalool yang menguap. Akibatnya,

kandungan geraniol dan linalool pada

minyak mawar yang dioleskan pada

tubuh tiku

p

menurun.

PULAN Minyak mawar (Rosa

damascena) memiliki potensi

Page 15: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

sp., dimana semakin tinggi

konsentrasi minyak, semakin

2.

3.

25% memiliki

potensi terendah.

DAFTA1. Ganda

ran,

2. Imans

ngusir Nyamuk,

_ny

28

3. Peairs , W.

ent

eet 5.526),

du/westnile/mosquito_mgt.

besar pula potensi repellent.

Potensi repellent minyak mawar

berbanding terbalik dengan waktu

perlakuan, dimana semakin lama

waktu perlakuan, semakin rendah

potensi repellent minyak mawar.

Minyak mawar 25% memiliki

potensi repellent paling tinggi

dibandingkan minyak mawar

6,25% dan 12,5%. Sedangkan,

minyak mawar 6,

R PUSTAKA

husada, S. 2004.

Parasitologi Kedokte

Edisi Ketiga. FKUI,

Jakarta, hal.221-235.

yah, B. 2003. Tanaman

Harum Pe

(Online),

(http://www.mail_archive.c

om/smundaku99@yahoog

roups.com/msg00153/Tan

aman_harum_pengusir

amuk.doc, diakses

September 2005).

, F. and Cranshaw

2002. Mosquito

Management (Supplem

to Fact Sh

(Online),

(http://www.ext.colostate.e

html, diakses 24

November 2005).

4. Woods, C. 1999. Uf Entomoligist

Develops Safe, Effective

Alternative to DEET Insect

Repellents, (Online),

(http://www.bassresource.

com/bass_fishing_123/bug

.html, diakses 3 Oktober

2005).

5. Malibu Mosquito Inhibitor. 2005.

The Today Show May 18th,

2005, (Online),

(http://www.

Intermatic.com/?action=cat

&cid=95, diakses 24

November 2005).

6. BugBand. 2007. What Is

Geraniol?, (Online),

(www.bugband.net/what-

is-geraniol.htm, diakses 3

Maret 2007).

7. Anonymous. 2006. Rose Oil,

(Online),

(http://en.wikipedia.org/wik

i/Rose_oil, diakses 30

Januari 2007).

8. Hughes, I. 2002. Oleum Rosae.

Br. Oil of Rose.

U.S.D.1926, (Online),

(http://www.herbdatanz.co

m/oil_of_rose.htm, diakses

30 Januari 2007).

9. MRCIndia. 2002. 4. Repellents,

(Online),

(http://www.mrcindia.org/c

Page 16: Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa Damascena) Sebagai Repellent Terhadap Culex Sp. Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

om_pro/53-56.pdf, diakses

3 Oktober 2005).

10. Das, M.K., Ansari, M.A.

Evaluation of Repellent

Action of Cymbopogan

martini martini Stapf var

sofia against Anopheles

sundaicus in Tribal

Villages of CarNicobal

Island, Andaman&Nicobar

Islands, India. Journal of

Vector Borne Disease,

2003 ; 40: 100-104.

11. Apiwat, T., Steve D., Scott, R.R.,

Usavadee, T, and Yenchit,

T. Repellency of Volatile

Oils from Plants against

Three Mosquito Vectors.

Journal of Vector Ecology,

2001; 26(1): 76-82.