Upload
darconababan
View
55
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa damascena) sebagai Repellent terhadap Culex sp. pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar.
Aswin Djoko Baskoro*, Agustina Tri Endharti*, Anindya Hapsari**
ABSTRAK
Repellent adalah bahan yang mempunyai kemampuan untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk. Repellent mengandung bahan-bahan aktif yang dapat mengganggu kemampuan nyamuk menemukan host. Minyak atsiri bunga mawar mengandung bahan-bahan aktif, misalnya geraniol dan linalool. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan minyak mawar sebagai repellent untuk mencegah gigitan Culex sp. Studi eksperimental menggunakan post test only control group design dilakukan terhadap hewan coba tikus strain Wistar betina. Sampel yang digunakan adalah nyamuk Culex sp. Sampel dibagi dalam 5 perlakuan dengan 100 ekor nyamuk dan seekor tikus pada tiap kandang. Konsentrasi minyak yang digunakan adalah 6,25%, 12,5%, dan 25% dengan DEET 12,5% sebagai kontrol positif dan ethanol 96% sebagai kontrol negatif. Lama perlakuan adalah 6 jam dengan pengamatan selama 3 menit pada tiap interval 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan potensi antarperlakuan pada menit ke-180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 (Uji Kruskall-Wallis menit ke-180 p=0,003, menit ke-210 p=0,002, menit ke-240 p=0,000, menit ke-270 p=0,000, menit ke-300 p=0,000, menit ke-330 p=0,000, menit ke-360 p=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak mawar memiliki potensi sebagai repellent terhadap Culex sp. Potensi repellent tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga dipengaruhi oleh lama waktu perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi akan meningkatkan potensi repellent, sedangkan semakin lama waktu perlakuan akan menurunkan potensi repellent. Kata kunci: minyak mawar, repellent, Culex sp., tikus strain Wistar
ABSTRACT
Repellent is the material that has an ability to protect human from mosquitoes bite. Repellent contains active ingredients that can interrupt mosquitoes ability to find their host. Essensial oil of rose flower contains active ingredients, such as geraniol and linalool. The aim of this study was to know the potency of rose oil as repellent to prevent Culex sp. bite. This experimental study used post test only control group design, done on experimental media female Wistar strain mice. Culex sp. as sample divided into 5 groups, each group consisted of 100 mosquitoes and a mouse on a cage. Rose oil concentration were 6,25%, 12,5%, and 25% with DEET 12,5% as positive control and ethanol 96% as negative control. The duration of treatment was 6 hours with 3 minutes perception time every 30 minutes interval. Results showed that there were different potencies among groups at minutes 180th, 210th, 240th, 270th, 300th, 330th, and 360th (Kruskall-Wallis analysis at minute 180th p=0,003, minute 210th p=0,002, minute 240th p=0,000, minute 270th p=0,000, minute 300th p=0,000, minute 330th p=0,000, minute 360th p=0,000). The conclusion of this study was rose oil (Rosa damascena) had a potency as repellent of Culex sp. Repellent potency was not influenced by the concentration only, but also influenced by the duration of treatment. Higher concentration improved the potency of repellent, whether longer treatment reduced the potency of repellent. Key words: rose oil, repellent, Culex sp., Wistar strain mice * Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB
PENDAHULUAN Nyamuk dapat menjadi vektor
mekanis dari virus tertentu atau menjadi
intermediate host dari nematoda darah
penyebab filariasis1. Nyamuk biasanya
diberantas menggunakan insektisida
sintetis. Namun, insektisida memiliki
dampak negatif, antara lain: keracunan
pada hewan dan manusia berupa sesak
nafas atau alergi pada kulit, polusi
lingkungan, dan hama menjadi resisten2.
Pengolesan dengan repellent merupakan
salah satu alternatif cara untuk
mencegah hinggapan nyamuk.
Mosquito repellent bekerja
dengan mengganggu kemampuan indra
olfaktori nyamuk betina untuk
mendeteksi senyawa-senyawa kimia
yang digunakannya dalam mengenali
hostnya3. Berbagai senyawa kimia yang
terkandung dalam minyak atsiri tanaman
dapat berfungsi sebagai insect repellent.
Senyawa-senyawa kimia yang dimaksud,
antara lain adalah linalool dan geraniol2,4.
Linalool merupakan suatu senyawa
monoterpen alkohol asiklik yang memiliki
bau wangi seperti bunga serta dapat
berperan sebagai repellent terhadap
spesies serangga tertentu. Linalool
diketahui mampu memblok reseptor
olfaktori nyamuk sehingga nyamuk tidak
dapat membau host odours5.
Sedangkan geraniol, yang disebut juga
rhodinol, merupakan suatu senyawa
monoterpenoid dan termasuk alkohol.
Kandungan geraniol pada tanaman
dapat digunakan sebagai repellent
terhadap nyamuk, semut api, flies, ticks,
dan biting midges serta memberikan
waktu proteksi selama 4 jam4. Geraniol
memiliki kecenderungan yang tinggi
untuk menguap dan membebaskan bau
ke udara. Bau inilah yang dapat
berfungsi sebagai insect repellent karena
mampu merubah host odours. Dengan
demikian, geraniol mencegah serangga
untuk menemukan host sebelum
serangga tersebut mendarat di tubuh
host6.
Minyak mawar adalah minyak
atsiri bunga mawar yang didapat dari
ekstraksi bunga mawar, terutama dari
spesies Rosa damascena7. Minyak
mawar mengandung geraniol dan
citronellol dengan konsentrasi keduanya
mencapai 75% dari minyak. Selain itu,
juga terdapat linalool, citral dan phenyl
ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol,
serta nonylic aldehyde dalam jumlah
sedikit8.
Berdasarkan kandungan kimia
yang terdapat dalam minyak atsiri
mawar, penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan apakah minyak mawar
dapat digunakan sebagai mosquito
repellent.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratoris
dengan sampel nyamuk betina Culex sp.
dewasa dan hewan coba tikus (Rattus
norvegicus) strain Wistar. Pada
penelitian tentang minyak mawar
sebagai repellent terhadap nyamuk
Culex sp. dilakukan 5 perlakuan,
sehingga jumlah tikus yang dibutuhkan
sebanyak 5 ekor.
Masing-masing tikus (Rattus
norvegicus) strain Wistar dicukur pada
daerah punggung. Luas daerah cukuran
adalah 5x5 cm9. Tujuan pencukuran bulu
ini adalah supaya bahan-bahan aktif
yang nantinya akan dioleskan bisa
melekat langsung pada kulit tikus
tersebut. Kemudian, setiap tikus diolesi
dengan bahan yang berbeda sebanyak 1
ml10. Tikus I diolesi ethanol 96%, tikus II
diolesi DEET 12,5%, tikus III diolesi
minyak mawar 6,25%, tikus IV diolesi
minyak mawar 12,5%, dan tikus V diolesi
minyak mawar 25% pada area cukuran
tubuhnya.
Percobaan ini dilakukan
menggunakan 5 buah kandang berupa
kotak berbentuk kubus dengan ukuran
50x50x50 cm. Sebelum penelitian
dimulai, nyamuk yang telah ditangkap,
dilepaskan terlebih dahulu ke dalam
kandang. Masing-masing kandang diisi
dengan 100 ekor nyamuk. Tikus
percobaan tetap berada di luar kandang
hingga penelitian dimulai. Pintu dan
semua jendela ruangan dalam keadaan
tertutup.
Setelah itu, kelima tikus
dimasukkan bersamaan ke dalam
masing-masing kandangnya. Tikus-tikus
tersebut dimasukkan melalui jendela
kecil yang terdapat pada salah satu sisi
dinding kandang. Tikus-tikus ini dibiarkan
selama 3 menit dalam kandang dan
diamati jumlah hinggapan nyamuk pada
masing-masing tikus. Setelah 3 menit,
tikus-tikus tersebut dikeluarkan dan
ditempatkan pada wadah di luar
kandang. Setiap interval 30 menit
dihitung dari awal penelitian, tikus-tikus
dimasukkan lagi dalam kandang selama
3 menit serta diamati jumlah hinggapan
nyamuk. Apabila pada jam tertentu
terdapat nyamuk yang hinggap, maka
proses penelitian dilanjutkan sampai
terdapat nyamuk lagi yang hinggap11.
Untuk mendapatkan pengulangan
sebanyak 5 kali, maka proses tersebut di
atas dilakukan selama 5 hari.
Potensi repellent tiap konsentrasi
minyak mawar dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut11 :
%100xc
tc −
Keterangan : c = jumlah hinggapan
nyamuk pada kontrol negatif
t = jumlah hinggapan
nyamuk pada area cukuran tikus yang
diolesi minyak mawar konsentrasi
tertentu
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang pada bulan Mei 2007. Tikus
(Rattus norvegicus) strain Wistar ini
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi
Universitas Brawijaya Malang. Minyak
mawar yang diperoleh dari pasar di
daerah Malang.
HASIL PENELITIAN Hasil dari pengamatan hinggapan nyamuk selama 5 kali pengulangan sebagai
berikut :
Tabel 1: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan I Menit ke- Kontrol
(-) Kontrol
(+) Minyak Mawar
Konsentrasi 6,25%
Minyak Mawar
Konsentrasi 12,5%
Minyak Mawar
Konsentrasi 25%
0 16 0 0 0 0 30 24 0 0 0 0 60 27 0 0 0 0 90 22 0 0 0 0 120 20 0 0 0 0 150 19 0 0 0 0 180 14 0 2 0 0 210 11 0 2 0 0 240 8 0 - 3 0 270 10 0 - 9 0 300 13 0 - - 0 330 5 0 - - 2 360 5 0 - - 4
Tabel 2: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan II
Menit ke- Kontrol (-)
Kontrol (+)
Minyak Mawar
Konsentrasi 6,25%
Minyak Mawar
Konsentrasi 12,5%
Minyak Mawar
Konsentrasi 25%
0 21 0 0 0 0 30 22 0 0 0 0 60 17 0 0 0 0 90 29 0 0 0 0 120 21 0 0 0 0 150 18 0 0 0 0 180 15 0 1 0 0 210 9 0 2 0 0 240 17 0 - 4 0 270 9 0 - 8 0 300 10 0 - - 0 330 9 0 - - 4 360 4 0 - - 3
Tabel 3: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan III Menit ke- Kontrol
(-) Kontrol
(+) Minyak Mawar
Konsentrasi 6,25%
Minyak Mawar
Konsentrasi 12,5%
Minyak Mawar
Konsentrasi 25%
0 25 0 0 0 0 30 21 0 0 0 0 60 24 0 0 0 0 90 31 0 0 0 0 120 14 0 0 0 0 150 17 0 0 0 0 180 22 0 0 0 0 210 11 0 1 2 0 240 7 0 7 5 0 270 10 0 - - 0 300 6 0 - - 0 330 7 0 - - 4 360 7 0 - - 5
Tabel 4: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan IV
Menit ke- Kontrol (-)
Kontrol (+)
Minyak Mawar
Konsentrasi 6,25%
Minyak Mawar
Konsentrasi 12,5%
Minyak Mawar
Konsentrasi 25%
0 28 0 0 0 0 30 18 0 0 0 0 60 22 0 0 0 0 90 25 0 0 0 0 120 19 0 0 0 0 150 17 0 0 0 0 180 21 0 6 0 0 210 9 0 3 0 0 240 13 0 - 4 0 270 11 0 - 10 0 300 11 0 - - 0 330 6 0 - - 4 360 8 0 - - 6
Tabel 5: Jumlah Hinggapan Nyamuk Culex sp. pada pengulangan V
Menit ke- Kontrol (-)
Kontrol (+)
Minyak Mawar
Konsentrasi 6,25%
Minyak Mawar
Konsentrasi 12,5%
Minyak Mawar
Konsentrasi 25%
0 19 0 0 0 0 30 22 0 0 0 0 60 17 0 0 0 0 90 26 0 0 0 0 120 23 0 0 0 0 150 13 0 0 0 0 180 16 0 4 0 0 210 6 0 1 0 0 240 10 0 - 4 0 270 15 0 - 14 0 300 9 0 - - 0 330 10 0 - - 5 360 3 0 - - 1
Tabel 6: Potensi Repellent Tiap Interval Waktu
Waktu (Menit ke-)
DEET 12,5% Minyak mawar 6,25%
Minyak mawar 12,5%
Minyak mawar 25%
0 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
30 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
60 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
90 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
120 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
150 x SD
100% 0
100% 0
100% 0
100% 0
180 x SD
100% 0
85,094% 12,031
100% 0
100% 0
210 x SD
100% 0
80,102% 8,888
96,364% 8,130
100% 0
240 x SD
100% 0
0% 0
59,354% 18,361
100% 0
270 x SD
100% 0
0% 0
7,374% 4,435
100% 0
300 x SD
100% 0
0% 0
0% 0
100% 0
330 x SD
100% 0
0% 0
0% 0
48,35% 10,561
360 x SD
100% 0
0% 0
0% 0
26,380% 4,94
Hasil penelitian ini akan dianalisis
menggunakan one-way ANOVA. Tetapi
karena data tidak normal dan tidak
homogen, maka syarat melakukan uji
ANOVA tidak terpenuhi. Untuk
mengusahakan agar data menjadi
normal, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan transformasi data.
Setelah melakukan proses transformasi,
ternyata data tetap tidak normal,
sehingga uji ANOVA tidak dapat
dilakukan. Sebagai alternatif uji ANOVA,
maka dilakukan uji Kruskall-Wallis pada
tiap interval waktu. Hasil uji Kruskall-
Wallis potensi repellent pada tiap interval
waktu disajikan pada tabel 7 berikut:
Tabel 7: Hasil Uji Kruskall-Wallis Potensi Repellent Tiap Interval Waktu
it eputusan Men
ke- Nilai p K
0 1,000 # 30 1,000 # 60 1,000 # 90 1,000 # 120 1,000 # 150 1,000 # 180 0,003 * 210 0,002 * 240 0,000 * 270 0,000 * 300 0,000 * 330 0,000 * 360 0,000 *
Keterangan:
* = terdapat perbedaan potensi diantara kelompok perlakuan (p<0,05)
# = tidak terdapat perbedaan potensi antar kelompok perlakuan (p>0,05)
,210,240,270,300, dan 360 nilai
60) dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Dari tabel 7 dapat diketahui
bahwa pada menit ke-0,30,60,90,120,
dan 150 nilai p>0,05, yang artinya tidak
terdapat perbedaan potensi yang
signifikan antara kelompok perlakuan.
Hal ini disebabkan karena semua
kelompok perlakuan memiliki potensi
repellent yang sama, yaitu sebesar
100%. Sedangkan, pada menit ke-
p<0,05, yang berarti terdapat perbedaan
potensi diantara kelompok perlakuan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
Mann-Whitney untuk mengetahui
antarperlakuan yang mana yang terdapat
perbedaan potensi. Hasil uji Mann-
Whitney pada tiap interval waktu (menit
ke-180,210,240,270,300, dan 3
180
asil elle In
it ke- n antar kelompok eputusan
Tabel 8: H Uji Mann-Whitney Potensi Rep nt Tiap terval Waktu
Men Perba dingan Nilai p K12,5% 0,019 * 25% 0,019 *
6,25%
DEET 12,5% 0,019 * 25% 1,000 # 12,5% DEET 12,5% 1,000 #
180
2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,031 * 25% 0,005 *
6,25%
DEET 12,5% 0,005 * 25% 0,317 # 12,5% DEET 12,5% 0,317 #
210
2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,005 * 25% 0,003 *
6,25%
DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,005 *
240
2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 0,019 * 25% 0,003 *
6,25%
DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,005 *
270
2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 1,000 # 25% 0,003 *
6,25%
DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,003 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *
300
2,5% 25% DEET 1 1,000 # 12,5% 1,000 # 25% 0,005 *
6,25%
DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *
330
2,5% 25% DEET 1 0,005 * 12,5% 1,000 # 25% 0,005 *
6,25%
DEET 12,5% 0,003 * 25% 0,005 * 12,5% DEET 12,5% 0,003 *
360
25% DEET 12,5% 0,005 *
Keterangan :
*= terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok (p<0,05)
#= tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok (p>0,05)
potensi antar kelompok perlakuan terhadap
waktu seperti pada grafik sebagai berikut :
Untuk melihat adanya perbedaan
0
20
40
60
80
100
120
0 60 120 180 240 300 360
waktu (menit)
pote
nsi r
epel
lent
(%)
DEET 12,5%mawar 25%mawar 12,5%mawar 6,25%
Untuk mengetahui hubungan antara lama waktu perlakuan terhadap potensi
repellent, serta untuk mengetahui hubungan antara besarnya konsentrasi minyak mawar
(Rosa damascena) terhadap potensi repellent, dilakukan uji korelasi Spearman.
Tabel 9: U ntara ama Wa
t Spearman
otensi repellent)
ji Korelasi A L ktu Perlakuan dengan Potensi Repellent
antara lama waktuPotensi repellen
Keputusan (korelasi an pperlakuan deng
Ada korelasi sangat kuat Korelasi (r)
-0,912 Arah korelasi: negatif
Minyak
awar m6,25%
Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)
Ada korelasi sangat kuat Korelasi (r) -0,876 Arah korelasi: negatif
Minyak
awar m12,5%
Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)
Ada korelasi kuat Korelasi (r) -0,628 Arah korelasi: negatif
Minyak
awam2
r 5%
Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05)
Keterangan :
Arah korelasi negatif: semakin lama waktu perlakuan, semakin rendah potensi repellent
Tabel 10: Uji Korelasi Antara Konsentrasi Minyak Mawar (Rosa damascena) dengan P
nit ke- a sentrasi dengan potensi repellent)
otensi Repellent
n (korelasi antara besar konMe Spearman Keputus
Korelasi (r) 0 Tidak ada Nilai p Korelasi (r) 30 Nilai p
Tidak ada
Korelasi (r) 60 Nilai p
Tidak ada
Korelasi (r) 90 Nilai p
Tidak ada
Korelasi (r) 120 Nilai p
Tidak ada
Korelasi (r) 150 Nilai p
Tidak ada
Ada korelasi kuat Korelasi (r) 0,728 Arah korelasi: positif
180
a (p<0,05) Nilai p 0,002 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,800 Arah korelasi: positif
210
a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,981 Arah korelasi: positif
240
a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,945 Arah korelasi: positif
270
a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,866 Arah korelasi: positif
300
a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,844 Arah korelasi: positif
330
a (p<0,05) Nilai p 0,000 Terdapat korelasi bermaknAda korelasi sangat kuat Korelasi (r) 0,845 Arah korelasi: positif
360
ai p 0,000 Terdapat korelasi bermakna (p<0,05) Nil Keterangan :
Arah korelasi positif: semakin tinggi konsentrasi, semakin besar potensi repellent
PEMB
1 ditolak. Tetapi
AHASAN H0 dari penelitian ini adalah
perbedaan perlakuan tidak berpengaruh
terhadap potensi repellent, sedangkan
H1 penelitian perbedaan perlakuan
memiliki pengaruh terhadap potensi
repellent. Hipotesis ditentukan
berdasarkan nilai signifikansi yang
diperoleh. Jika nilai signifikansi (p)>0,05
berarti H0 diterima dan H
jika nil
arkelompok
perlaku
minyak mawar 12,5%,
25%, s
dalam
ai signifikansi (p)<0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima.
Pada menit ke-0 hingga menit ke-
150, semua kelompok perlakuan
memiliki potensi 100%. Hal ini diduga
karena jumlah linalool dan geraniol yang
terkandung dalam minyak mawar semua
konsentrasi masih cukup untuk
mencegah hinggapan semua nyamuk
dalam kandang. Uji Kruskall-Wallis
menunjukkan nilai p=1,000 (p>0,05, H0
diterima), yang berarti tidak terdapat
perbedaan potensi ant
an. Oleh karena itu, tidak
dilakukan uji Mann-Whitney.
Pada menit ke-180, potensi
minyak mawar 6,25% turun menjadi
85,094%, sedangkan potensi kelompok
perlakuan lain masih 100%. Penurunan
potensi minyak mawar ini diduga karena
jumlah linalool dan geraniol yang
terdapat pada minyak di tubuh tikus telah
berkurang karena menguap. Akibatnya,
jumlah linalool dan geraniol tidak cukup
untuk dapat mencegah hinggapan
semua nyamuk. Uji Kruskall-Wallis
menunujukkan nilai p=0,003 (p<0,05, H0
ditolak). Artinya, terdapat perbedaan
potensi diantara kelompok perlakuan.
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat
diketahui adanya perbedaan potensi
yang signifikan antara minyak mawar
6,25% dengan
erta dengan DEET 12,5% sebagai
kontrol positif.
Pada menit ke-210, potensi
minyak mawar 12,5% mulai turun
menjadi 96,364%, minyak mawar 6,25%
potensinya sebesar 80,102%,
sedangkan potensi minyak mawar 25%
dan DEET 12,5% masih 100%.
Penurunan potensi minyak mawar 12,5%
ini diduga karena berkurangnya jumlah
linalool dan geraniol yang terdapat pada
minyak mawar di tubuh tikus. Uji
Kruskall-Wallis menunjukkan nilai
p=0,002 (p<0,05, H0 ditolak). Terdapat
perbedaan potensi diantara kelompok
perlakuan. Oleh karena itu dilakukan uji
Mann-Whitney sehingga dapat diketahui
adanya perbedaan potensi yang
signifikan antara minyak mawar 6,25%
dengan minyak mawar 12,5%, 25%,
serta dengan DEET 12,5% sebagai
kontrol positif. Pengamatan untuk
kelompok perlakuan minyak mawar
6,25% pada pengulangan ke-1, 2, 4, dan
5 tidak dilanjutkan karena telah
didapatkan adanya hinggapan nyamuk
2 kali interval pengamatan
sehingga dianggap minyak mawar telah
kehilangan potensinya sebagai repellent.
Pada menit ke-240, potensi
minyak mawar 12,5% turun menjadi
59,354%, sedangkan potensi minyak
mawar 25% dan DEET 12,5% masih
100%. Pengamatan terhadap perlakuan
dengan minyak mawar 6,25% pada
pengulangan ke-3 masih dilakukan,
dengan hasil potensi repellent 0%.
Dengan demikian, rata-rata potensi
minyak mawar 6,25% pada menit ke-240
sebesar 0%. Uji Kruskall-Wallis
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05, H0
ditolak). Artinya, terdapat perbedaan
potensi diantara kelompok perlakuan.
Hasil uji Mann-Whitney menyatakan
adanya perbedaan potensi yang
signifikan antara minyak mawar 6,25%
dan minyak mawar 12,5% dibandingkan
minyak mawar 25% dan DEET 12,5%
yang masih memiliki potensi repellent
100%. Perbedaan potensi juga terlihat
antara minyak mawar 6,25% dengan
minyak mawar 12,5%. Pada menit ini,
pengamatan untuk kelompok perlakuan
minyak mawar 6,25% tidak dilanjutkan,
demikian pula dengan kelompok
perlakuan minyak mawar 12,5% pada
pengul
repellent 100%.
Pada menit ini, pengamatan untuk
kelomp
ak mawar 25%
dan D
angan ke-3 karena telah
didapatkan adanya hinggapan nyamuk
dalam 2 kali interval pengamatan.
Pada menit ke-270, rata-rata
potensi minyak mawar 12,5% adalah
7,374%, potensi minyak mawar 25% dan
DEET 12,5% masih 100%, serta minyak
mawar 6,25% potensinya 0%. Uji
Kruskall-Wallis menunjukkan nilai
p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Hasil uji
Mann-Whitney mengetahui adanya
perbedaan potensi yang signifikan antara
minyak mawar 6,25% dengan semua
kelompok perlakuan, serta antara minyak
mawar 12,5% dibandingkan minyak
mawar 25% dan DEET 12,5% yang
masih memiliki potensi
ok perlakuan minyak mawar
12,5% tidak dilanjutkan.
Pada menit ke-300, potensi
minyak mawar 6,25% dan 12,5% telah
hilang (0%), potensi minyak mawar 25%
dan DEET 12,5% masih 100%. Uji
Kruskall-Wallis menunjukkan nilai
p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Karena
terdapat perbedaan potensi diantara
kelompok perlakuan, dilakukan uji
Mann-Whitney dengan hasil adanya
perbedaan potensi yang signifikan antara
minyak mawar 6,25% dan minyak mawar
12,5% dibandingkan miny
EET 12,5% yang masih memiliki
potensi repellent 100%.
Pada menit ke-330, potensi
minyak mawar 25% mulai turun menjadi
48,35%, potensi minyak mawar 6,25%
dan 12,5% =0%, dan potensi DEET
12,5% masih 100%. Penurunan potensi
minyak mawar 25% ini diduga karena
jumlah linalool dan geraniol yang
terdapat pada minyak di tubuh tikus telah
banyak berkurang karena menguap.
Akibatnya, jumlah linalool dan geraniol
tidak cukup untuk dapat berfungsi
sebagai penolak hinggapan semua
nyamuk yang terdapat dalam kandang.
Uji Kruskall-Wallis menunjukkan nilai
p=0,000 (p<0,05, H0 ditolak). Artinya,
terdapat perbedaan potensi diantara
kelompok perlakuan. Dari hasil uji Mann-
Whitney dapat diketahui adanya
perbedaan potensi yang signifikan antara
minyak mawar 6,25% dan minyak mawar
12,5% dibandingkan minyak mawar 25%
dan DEET 12,5%. Perbedaan potensi
yang signifikan juga mulai didapatkan
antara
dan m
ngamatan terhadap
kelo
1.
aktif ini diharapkan dapat
me da
tikus.
ggigit nyamuk
ren
ula sebaliknya.
3.
uhi jumlah
linalool
minyak mawar 25% dengan
DEET 12,5%.
Pada menit ke-360, potensi
minyak mawar 25% turun lagi menjadi
26,38%, potensi minyak mawar 6,25%
dan 12,5% telah hilang (0%), dan potensi
DEET 12,5% masih 100%. Nilai p=0,000
(p<0,05, H0 ditolak) didapatkan dari hasil
uji Kruskall-Wallis. Pada menit
pengamatan terakhir ini, hasil uji Mann-
Whitney menunjukkan adanya
perbedaan potensi yang signifikan antara
DEET 12,5% dengan semua kelompok
perlakuan minyak mawar. Selain itu, juga
didapatkan perbedaan potensi yang
signifikan antara minyak mawar 6,25%
inyak mawar 12,5% dibandingkan
minyak mawar 25% dan DEET 12,5%.
Perbedaan potensi repellent yang
didapatkan pada pe
mpok perlakuan selama 6 jam dapat
disebabkan karena:
Hewan coba yang berbeda untuk
tiap kelompok perlakuan.
Perbedaan hewan coba dapat
menyebabkan perbedaan potensi
repellent karena perbedaan aktivitas,
usia, serta mosquitoes attractants tiap
tikus10. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini digunakan tikus dengan rentang usia
yang hampir sama serta jenis kelamin
yang sama. Diharapkan hal ini dapat
menyamakan aktivitas dan usia tikus,
sekalipun tidak dapat menyamakan
mosquitoes attractants tiap tikus. Setiap
tikus akan diberi perlakuan yang
berbeda. Tikus I diolesi ethanol 96%
sebagai kontrol negatif, tikus II diolesi
bahan aktif DEET 12,5% sebagai kontrol
positif, tikus III diolesi bahan aktif minyak
mawar 6,25%, tikus IV dengan minyak
mawar 12,5%, sedangkan tikus V
dengan minyak mawar 25%. Pemberian
bahan
ngurangi ketertarikan nyamuk pa
2. Perbedaan aktivitas nyamuk10.
Penelitian ini menggunakan 5
buah kandang dengan 1 ekor tikus dan
100 ekor nyamuk pada tiap kandang.
Sekalipun spesies dan jenis kelamin
nyamuk telah diseragamkan, tetapi
aktivitas menggigit nyamuk tetap dapat
berbeda. Jika aktivitas men
dah, potensi repellent akan tinggi,
demikian p
Perbedaan jumlah linalool dan
geraniol.
Perbedaan konsentrasi serta
perbedaan waktu mempengar
dan geraniol yang terdapat pada
minyak mawar di tubuh tikus.
Dari hasil pengamatan potensi
repellent untuk tiap kelompok perlakuan
selama 6 jam tersebut, diketahui bahwa
DEET 12,5% memiliki potensi repellent
tertinggi dibandingkan 3 kelompok
perlakuan yang lain. Sedangkan diantara
3 konsentrasi minyak mawar, minyak
mawar 25% memiliki potensi tertinggi.
Hubungan antara konsentrasi minyak
mawar (Rosa damascena) terhadap
potensi repellent pada tiap interval waktu
pengamatan dinyatakan dengan uji
korelasi non parametrik Spearman.
Dengan uji Spearman diketahui bahwa
perbedaan konsentrasi minyak mawar
menimbulkan perbedaan potensi
repellent mulai pada menit ke-180.
Hubungan korelasi ini signifikan dengan
nilai p=0,002 pada menit ke-180 dan
p=0,000 pada menit ke-210, 240, 270,
300, 330, dan 360. Semakin tinggi
konsentrasi minyak mawar, semakin
besar potensi repellentnya. Hal ini
disebabkan pada minyak mawar
konsentrasi lebih tinggi, didapatkan
jumlah geraniol dan linalool yang lebih
banyak. Ketika jumlah linalool dan
geraniol pada minyak mawar 6,25% dan
12,5% telah banyak berkurang karena
menguap, linalool dan geraniol pada
minyak
kah laku nyamuk.
Akibat
s semakin berkurang dan
otensi repellent minyak mawar semakin
KESIM1.
sebagai repellent terhadap Culex
mawar 25% masih cukup untuk
dapat berfungsi sebagai repellent.
Linalool dan geraniol memiliki
cara kerja yang berbeda. Geraniol
berfungsi sebagai repellent karena
mampu bercampur bersama host odour
yang merupakan gabungan CO2 dengan
senyawa-senyawa lain dari tubuh host.
Akibatnya, host odour akan berubah dan
nyamuk tidak dapat mengenali
host6.Linalool bekerja dengan memblok
reseptor olfaktori nyamuk (Ors) yang
terdapat dalam sensilla. Molekul bau
yang telah diterima nyamuk tidak dapat
diteruskan ke otak yang merupakan
pusat kendali ting
nya, nyamuk tidak dapat
menemukan host 5.
Selain dipengaruhi oleh
banyaknya geraniol dan linalool yang
terkandung dalam minyak, potensi
repellent juga dipengaruhi oleh waktu.
Hubungan antara lama waktu perlakuan
terhadap potensi repellent dapat
diketahui dengan uji korelasi Spearman.
Hasil uji korelasi Spearman
menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan (p=0,000) antara potensi
repellent dengan lama waktu perlakuan
pada semua konsentrasi minyak mawar.
Semakin lama waktu perlakuan, potensi
repellent minyak mawar semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena
geraniol dan linalool yang terkandung
dalam minyak mawar merupakan
senyawa yang mudah menguap
sehingga semakin lama waktu
perlakuan, semakin banyak geraniol dan
linalool yang menguap. Akibatnya,
kandungan geraniol dan linalool pada
minyak mawar yang dioleskan pada
tubuh tiku
p
menurun.
PULAN Minyak mawar (Rosa
damascena) memiliki potensi
sp., dimana semakin tinggi
konsentrasi minyak, semakin
2.
3.
25% memiliki
potensi terendah.
DAFTA1. Ganda
ran,
2. Imans
ngusir Nyamuk,
_ny
28
3. Peairs , W.
ent
eet 5.526),
du/westnile/mosquito_mgt.
besar pula potensi repellent.
Potensi repellent minyak mawar
berbanding terbalik dengan waktu
perlakuan, dimana semakin lama
waktu perlakuan, semakin rendah
potensi repellent minyak mawar.
Minyak mawar 25% memiliki
potensi repellent paling tinggi
dibandingkan minyak mawar
6,25% dan 12,5%. Sedangkan,
minyak mawar 6,
R PUSTAKA
husada, S. 2004.
Parasitologi Kedokte
Edisi Ketiga. FKUI,
Jakarta, hal.221-235.
yah, B. 2003. Tanaman
Harum Pe
(Online),
(http://www.mail_archive.c
om/smundaku99@yahoog
roups.com/msg00153/Tan
aman_harum_pengusir
amuk.doc, diakses
September 2005).
, F. and Cranshaw
2002. Mosquito
Management (Supplem
to Fact Sh
(Online),
(http://www.ext.colostate.e
html, diakses 24
November 2005).
4. Woods, C. 1999. Uf Entomoligist
Develops Safe, Effective
Alternative to DEET Insect
Repellents, (Online),
(http://www.bassresource.
com/bass_fishing_123/bug
.html, diakses 3 Oktober
2005).
5. Malibu Mosquito Inhibitor. 2005.
The Today Show May 18th,
2005, (Online),
(http://www.
Intermatic.com/?action=cat
&cid=95, diakses 24
November 2005).
6. BugBand. 2007. What Is
Geraniol?, (Online),
(www.bugband.net/what-
is-geraniol.htm, diakses 3
Maret 2007).
7. Anonymous. 2006. Rose Oil,
(Online),
(http://en.wikipedia.org/wik
i/Rose_oil, diakses 30
Januari 2007).
8. Hughes, I. 2002. Oleum Rosae.
Br. Oil of Rose.
U.S.D.1926, (Online),
(http://www.herbdatanz.co
m/oil_of_rose.htm, diakses
30 Januari 2007).
9. MRCIndia. 2002. 4. Repellents,
(Online),
(http://www.mrcindia.org/c
om_pro/53-56.pdf, diakses
3 Oktober 2005).
10. Das, M.K., Ansari, M.A.
Evaluation of Repellent
Action of Cymbopogan
martini martini Stapf var
sofia against Anopheles
sundaicus in Tribal
Villages of CarNicobal
Island, Andaman&Nicobar
Islands, India. Journal of
Vector Borne Disease,
2003 ; 40: 100-104.
11. Apiwat, T., Steve D., Scott, R.R.,
Usavadee, T, and Yenchit,
T. Repellency of Volatile
Oils from Plants against
Three Mosquito Vectors.
Journal of Vector Ecology,
2001; 26(1): 76-82.