26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louisencephalitis. Dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Menurut Damayanti (2018) klasifikasi dari nyamuk Culex adalah : Phylum : Arthropoda Classis : Insecta Subclassis : Pterygota Ordo : Diptera Subordo : Nematocera Familia : Culicidae Subfamilia : Culianeae Genus : Culex Spesies : Culex quinquefasciatus 2. Morfologi Nyamuk Culex sp Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap

BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Culex sp

1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit

yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis,

St Louisencephalitis. Dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh

umum: kepala, dada, dan perut.

Menurut Damayanti (2018) klasifikasi dari nyamuk Culex adalah :

Phylum : Arthropoda

Classis : Insecta

Subclassis : Pterygota

Ordo : Diptera

Subordo : Nematocera

Familia : Culicidae

Subfamilia : Culianeae

Genus : Culex

Spesies : Culex quinquefasciatus

2. Morfologi Nyamuk Culex sp

Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya

rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang

kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

9

darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti

cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Terdapat palpus yang

mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15 yang terletak di

kanan dan kiri probosis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat

(plumose) pada antenanya, sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut

(pilose) (Sutanto, 20011 dalam Rahmi, 2018).

Sebagian besar thoraks yang terlihat (mesonotum) dilingkupi bulu-bulu

halus. Bagian belakang dari mesonotum ada skutelum yang terdiri dari tiga

lengkungan (trilobus). Sayap nyamuk berbentuk panjang akan tetapi ramping,

pada permukaannya mempunyai vena yang dilengkapi aisik-sisik sayap (wing

scales) yang letaknya menyesuaikan vena (Sitohang, 2013 dalam Rahmi, 2018).

Terdapat barisan rambut atau yang biasa disebut fringe terletak pada pinggir

sayap. Abdomen memiliki 10 ruas dan bentuknya menyerupai tabung dimana dua

ruas terakhir mengalami perubahan fungsi sebagai alat kelamin. Kaki nyamuk

berjumlah 3 pasang, letaknya menempel pada toraks, setiap kaki terdiriatas 5 ruas

tarsus 1 ruas femur dan 1 ruas tibia (Hoedojo, 2008 dalam Rahmi, 2018).

Ciri Secara Umum :

a. Telur : lonjong seperti peluru

b. Larvasifon : panjang dan bulunya lebih dari satu pasang

c. Fase dewasa :abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda

tanpa tanda khas

d. Sayap : sisik sempit panjang dengan ujung runcing

e. Peran medis :sebagai vektor filariasis dan penyakit Japanese B.

encephalitis

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

10

f. Perilaku : menghisap darah pada malam hari

g. Habitat : air jernih dan air keruh

Gambar 2.1 Nyamuk Culex dewasa (Sumber: Rahmi, 2018)

Keterangan :

1 : Kaki belakang 6 : Torak

2 : Kepala 7 : Kaki tengah

3 : Palp besar 8 : Abdomen

4 : Palp kecil 9 : Sayap

5 : Belalai 10 :Antena

Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas

kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu

pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada

sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk

ke dalam familia Culicidae (Astuti, 2011).

Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang

tumpul pada bagian ujungnya. Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan

memiliki sepasang mata,sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas

5segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

11

Aedes,pada genus Culex tidak terdapat rambut pada spiracular maupun pada post

spiracular (Astuti, 2011).

Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan proboscis. Bagian

toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks.

Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami

modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih di

tiap segmen (Astuti, 2011).

Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang

permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki

belakang yang sedikit terangkat. Genus Culex tumpul dan badannya yang

penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang membedakan genus ini

dengan genus yang lain adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan

dengan kuku diujung kaki nyamuk.

Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,

dengan bintik bintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki dan

probocis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit

dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya (Astuti, 2011).

3. Siklus Hidup Nyamuk Culex sp

Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva,

pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut :

a. Telur

Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada

tempat peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

12

bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Masing-

masing spesies nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda satu sama

lain. Di atas permukaan air, nyamuk Culex sp menempatkan telurnya secara

menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu mereka

dapat mengapung di atas permukaan air (Borror, 1992 dalam Rahmi, 2018).

Gambar 2.2 Telur Nyamuk Culex sp A. Ovariumparous (a) trakeolar

menggulung, B. Ovarium nuliparous (b) trakeolar terurai (perbesaran 40x10)

(Sumber: Rahmi, 2018)

b. Larva

Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah

terjadi kontak dengan air. Faktor temperatur, tempat perkembang biakan, dan

keberadaan hewan pemangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

larva. Lama waktu yang diperlukan pada keadaan optimum untuk tumbuh dan

berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi dewasa kurang lebih 7-14 hari

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

13

(Sogijanto, 2006 dalam Rahmi, 2018).

Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon

dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air.

Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan

larva tersebut, yaitu :

1) Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah

menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan

pada siphon belum jelas.

2) Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas.

Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.

3) Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas.

Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.

4) Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 –6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur

menetas, dengan warna kepala (Astuti, 2011).

Gambar 2.3 Larva Nyamuk Culex sp (Sumber: Astuti, 2011)

c. Pupa

Stadium paling akhirdari metamorphosis nyamuk yang bertempat di dalam

air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Sebagian

kecil tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

14

ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011)

Pada stadium ini tidak membutuhkan nutrisi dan berlangsung proses

pembentukan sayap sampai mampu terbang. Stadium kepompong terjadi dalam

jangka waktu mulai satu sampai dua hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa

tidak melakukan aktifitas konsumsi sama sekali dan kemudian akan keluar dari

larva dan menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan meninggalkan air.

Nyamuk memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi

nyamuk dewasa (Rahmi, 2018).

Gambar 2.4 Pupa Nyamuk Culex sp (Sumber: Astuti, 2011)

Keterangan :

1. Antena

2. Kaki

3. Tabung Pernafasan

d. Dewasa

Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang

putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorakter

dapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).

1

3

4

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

15

Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluardari pupa.

Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap darah dalam waktu

24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk proses pematangan telur

sumber protein yang paling penting adalah darah. Perkembangan nyamuk mulai

dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 hari

(Wibowo, 2010 dalam Rahmi, 2018).

4. Bionomik Nyamuk Culex sp

Bionomik nyamuk mencangkup pengertian tentang perkembangbiakan,

perilaku, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi kepadatan musiman, serta faktor-

faktor lingkungan yang mempengaruhinya, berupa lingkungan fisik (kelembaban,

musim, matahari, arus air), lingkungan kimiawi (kadar garam, pH) dan

lingkungan biologik (tumbuhan, ganggang, vegetasi, di sekitar perindukan).

Distribusi dan kepadatan serangga sangat ditentukan oleh faktor alami setempat,

seperti cuaca, kondisi fisik dan kimiawi medium.

Kondisi lingkungan (pada skala laboratorium) yang mendukung

pertumbuhan telur sampai dewasa adalah suhu 270C serta kelembaban udara 80

%. Mardihusodo dalam Republika (2003) dalam Novianto (2007), menyatakan

bahwa suhu tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya

dapat menjadi lebih cepat, yaitu dari waktu normal 10 hari untuk perkembangan

dari telur sampai dewasa, menjadi 7 hari pada udara yang panas.

Tempat perindukan Culex sp di air keruh dan kotor dekat rumah, dan

nyamuk dewasa menghisap darah di malam hari. Resting place atau tempat

istirahat nyamuk Culex sp di dalam rumah pada siang hari, yaitu di tempat gelap

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

16

dan lembab, di gantungan baju, dan di balik perabotan rumah tangga yang

berwarna gelap.

Jenis kelamin nyamuk Culex sp dapat ditentukan dengan mudah oleh

bentuk sungut (antenna). Antena nyamuk jantan berambut sangat lebat (plumosa),

sedangkan pada nyamuk betina berambut jarang berupa rambut-rambut yang

pendek (Novianto, 2007).

Umur Culex di alam bebas kurang lebih 10 hari. Dalam waktu 10 hari

cukup untuk berkembangbiaknya bibit penyakit di dalam tubuh nyamuk tersebut.

Nyamuk yang dipelihara di laboratorium dengan suhu tertentu (28oC) dan

kelembaban tertentu (80 %) dapat bertahan hidup sampai 2 bulan. Tambahan

makanan berupa madu yang terkenal sebagai pakan alami, baik untuk

memperpanjang umur nyamuk melebihi nyamuk yang tanpa tambahan madu, atau

hanya menghisap darah dan cairan tumbuhan saja (Novianto, 2007).

Berikut merupakan tempat perindukan beberapa spesies dari Culex :

Tabel 2.1 Tempat perindukan larva dan tempat istirahat Culex sp.

Sumber : Susanto, et al. 2013 dalam Ningrum, 2018

No. Vektor Tempat Perindukan Perilaku Nyamuk Dewasa

1. Culex

quinquefasciatus

Kecomberan dengan

air keruh dan kotor

dekat rumah.

Antropofilik, zoofilik

menggigit pada malam hari.

Tit: di luar dan dalam rumah

(benda yang tergantung dan

berwarna gelap).

2. Culex

annulirostris

Sawah,daerah pantai

dan rawa yang berair

payau.

Menggigit pada malam hari.

Tit : di luar rumah atau dalam

rumah

3. Culex

bitaeniorrhynchus

Tempat yang ada

lumutnya, air payau

dan/atau air tawar.

Antropofilik, zoofilik

menggigit pada malam hari.

Tit : di luar dan bisa juga luar

rumah

Keterangan : Tit= Tempat Istirahat Tetap

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

17

5. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Nyamuk Culex sp

Penyakit yang ditiularkan oleh nyamuk Culex sp ni banyak ditemukan di

wilayah tropika seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia.

Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar

kita. Beberapa spesies nyamuk ini sudah dibuktikan sebagai vektor penyakit. Di

Indonesia, ada 23 spesies nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis, dari genus

Anopheles, Aedes, Culex, Armigeres dan Mansonia diantaranya adalah Culex

quinquefasciatus dan Culex bitaeniorrhynchus. Biasanya, nyamuk genus Culex ini

menyukai tempat-tempat kotor, seperti limbah domestik.

Nyamuk culex merupakan nyamuk pembawa vektor penyakit filaria.

Selain itu penyakit yang ditimbulkan antara lain Japanese Enchepalitis (JE), ST.

Loius Enchepalitis dan West Nile Virus (WNV).

6. Cara Penularan Penyakit Filariasis

Penderita awalnya digigit nyamuk yang didalam tubuhnya sudah

"terkontaminasi" larva stadium III. Nyamuk sendiri mendapat microfilaria karena

menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung microfilaria dan

pada saat itu microfilaria ikut terhisap dan masuk kedalam lambung nyamuk.

Dalam tubuh nyamuk mikofilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah

bentuk dari larva instar 1 menjadi larva instar 3 dalam beberpa hari, karenanya

diperlukan gigitan berulang kali untuk bias terjadi infeksi. Didalam tubuh manusia

larva instar 3 menuju limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan

atau betina serta berkembang biak (Meiliadi, 2018).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

18

7. Pengendalian Nyamuk Culex sp

Pengendalian bertujuan untuk mengurangi jumlah Culex sp. dan mencegah

penyakit yang berbahaya untuk manusia. Menurut Entjang (2003) dalam Ningrum

(2018), garis besar pengendalian ini dibagi menjadi 4 cara yaitu : 1) Mekanis, 2)

Zat Kimia, 3) Biologis, dan 4) Perlindungan perorangan.

a. Mekanik

Upaya pengendalian ini adalah memasang hambatan mekanis,

menghilangkan atau memindahkan tempat berkembang biaknya, menangkapnya,

dan membunuhnya. Beberapa kegiatan pengendalian secara mekanis antara lain

yaitu perbaikan sanitasi lingkungan, penggunaan perangkap, dan penataan

lingkungan.

b. Zat Kimia

Pemanfaatan bahan kimia sebagai pestisida untuk kebutuhan pertanian,

rumah tangga dan beberapa program pada kesehatan masyarakat sudah beberapa

puluhan tahun dipergunakan. Pemakaian yang berlebihan, cara pakai yang tidak

benar dan kualitas dari pestisida, banyak menimbulkan masalah lingkungan yang

membahayakan kesehatan manusia.

Pengendalian secara kimia berdasarkan sasaran yang akan dibunuhnya

dibagi antara lain :

1) Ovisida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium telur

2) Larvasida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium larva

3) Adultisida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium dewasa

4) Akarisida/mitisida, yaitu insektisida untuk membunuh tungaue.

5) Pedikulisida/lousisida, yaitu insektisida untuk membunuh kutu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

19

c. Biologis

Pengendalian terhadap jenis anthropoda menggunakan makhluk yang

hidup, misalnya dengan memelihara ikan Gambusia affinis yang berfungsi untuk

memangsa larva yang terdapat di dalam air yang sulit dikeringkan, misalnya

seperti rawa.

d. Perlindungan Perorangan

Perlindungan diri adalah upaya seseorang untuk menghindari gigitan dari

serangga sebagai upaya untuk pencegahan dan penularan suatu penyakit atau agar

darahnya tidak dihisap anthropoda dan mencegah akibat lainnya, seperti memakai

baju yang dapat menutupi seluruh tubuh, tidur dengan menggunakan kelambu,

menggunakan zat untuk mengusir serangga.

B. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

1. Klasifikasi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

Menurut Sudarminto (2015) klasifikasi daun pandan wangi adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

20

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb

Gambar 2.5 Daun Pandan Wangi (Sumber: Solehah, 2017)

2. Morfologi Daun Pandan Wangi

Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae.

Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan

negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara

lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan

Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago

(Sulawesi); Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki,

Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara). Pandanus

umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter, bercabang,

kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal batang. Daun

umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm ; ujung daun segitiga lancip-

lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin,

berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter atau

berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan S Handayani, 2008).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

21

3. Penyebaran Daun Pandan Wangi

Tanaman pandan wangi dapat dengan mudah dijumpai di daerah tropis dan

banyak ditanam di halaman, di kebun, di pekarangan rumah maupun tumbuh

secara liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh

liar ditepi sungai, rawa, dan tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan

dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai di daerah dengan ketinggian 500

meter dpl (di bawah permukaan laut).

4. Kandungan Daun Pandan Wangi

Daun pandan wangi mengandung senyawa antara lain saponin, tanin,

flavonoid dan alkaloid (Kristinawati, 2012).

a. Saponin merupakan senyawa bioaktif yang bersifat toksik yang termasuk

dalam racun kontak (Contact poisons) karena dapat masuk melalui dinding

tubuh larva dan racun perut (stomach poisons) yang masuk melalui mulut

larva karena larva biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya.

b. Tanin dapat mengganggu serangga dalam mencerna makanan (stomach

poisons) karena tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang

diperlukan serangga untuk pertumbuhan, sehingga proses penyerapan protein

menjadi terganggu.

c. Flavonoid masuk ke dalam tubuh melalui kutikula yang melapisi tubuh larva

(Contact poisons) sehingga dapat merusak membran sel.

d. Alkaloid dapat menyebabkan gangguan sistem percernaan pada larva karena

senyawa alkaloid bertindak sebagai racun perut (Stomach poisons) yang

masuk melalui mulut larva.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

22

C. Metode Esktrak

1. Pengertian Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari

pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya.

Sedangkan ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari

campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi

dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam

pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut

dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui

teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu,

ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran

molekul yang sama.

2. Macam-macam Metode Ekstrak

Jenis atau macam – macam ekstraksi (sesuai E-Book Natural Products

Isolation dalam Kurniasari, 2018) ada beberapa, yaitu sebagai berikut :

a. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan

melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara

ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya

mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala

kecil maupun skala industri.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

23

Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel

yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan

kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi artinya

keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk

ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama

maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang.

Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih

cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan

turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak

memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan

simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang

diperoleh.

Tahapan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi yaitu pada tahap

awal dilakukan proses pengeringan. Pengeringan ini dilakukan tidak boleh di

bawah sinar matahari langsung selama ± 5 hari. Jika pengeringan dilakukan di

bawah sinar matahari akan menyebabkan kandungan kimia pada daun menjadi

terurai. Tahap pengeringan ini bertujuan untuk mencegah kerja enzim dari

tumbuhan tersebut. Pada tahap penghalusan dilakukan bisa menggunakan alat

penghalus sampai bahan berbentuk seperti serbuk/bubuk yang kemudian

ditimbang berat keringnya.

Tahap selanjutnya, dilakukan perendaman menggunakan pelarut etanol

96% selama 3 x 24 jam yang bersifat polar untuk maserasi yang dimaksudkan

agar zat-zat kimia yang ada di dalam daun yang bersifat polar akan tertarik

sempurna oleh pelarut yang bersifat polar berdasarkan prinsip “like dissolve like”.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

24

Hasil maserasi kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring agar ampas

sisa maserasi tidak dapat lolos melalui kertas saring dan tidak bercampur dengan

ekstrak.

Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama

maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari. Maserasi akan lebih efektif jika

dilakukan proses pengadukan secara berkala karena keadaan diam selama

maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Melalui usaha ini

diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat

masuk ke dalam cairan pengekstrak.

b. Perkolasi

Metode perkolasi memberikan beberapa keunggulan dibandingkan metode

maserasi, antara lain adanya aliran cairan penyari menyebabkan adanya

pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk

saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua hal ini meningkatkan

derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan proses penyarian lebih

sempurna.

Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke

dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi terlebih dahulu dengan

cairan penyari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan sebesar-

besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia

sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Untuk menentukan akhir

perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat

terakhir. Untuk obat yang belum diketahui zat aktifnya, dapat dilakukan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

25

penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya.

Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar

yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia ,

maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai

pelarutan zat aktifnya. Proses penyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat

yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.

Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat.

Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan

cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat

tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat

yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih.

Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.

c. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilarutkan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa

ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini

pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya ke dalam labu

dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati

alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan

senyawa dari bioasa secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsentrasi

awalnya rendah dalam pelarut.

Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang - ulang sehingga

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

26

penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila

penyarian telah selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya

berupa ekstrak yang mengandung komponen kimia tertentu. Penyarian dihentikan

bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa

dengan pereaksi yang cocok.

d. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam

simplisia dengan pelarut / solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu.

Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke

dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.

D. Lethal Concentration (LC50)

Lethal Concentration 50 atau biasa disingkat LC50 adalah suatu

perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna

LC 50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari

organisme uji (Fahmi, 2016).

Untuk mengetahui nilai LC-50 digunakan uji static. Ada dua tahapan,

yaitu:

1. Uji pendahuluan yaitu untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

27

konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan

kematian terkecil mendekati 50%.

2. Uji lanjutan yaitu setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan

konsentrasi akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi

oleh Rochini dkk (1982) dalam Fahmi (2016).

Tabel 2.2

Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50-48 jam pada

lingkungan perairan

Sumber : Wagner dkk (1993) dalam Fahmi (2016)

Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)

Racun Tinggi < 1

Racun Sedang >1 dan <100

Racun Rendah >100

1. Perhitungan LC 50 dari BSLT

Lethal Concentration 50 atau biasa disingkat LC50 adalah suatu

perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna

LC50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari

organisme uji, misalnya larva Artemia salina (brine shrimp) (Fadhillah, 2016).

Berikut langkah-langkah perhitungan LC50 Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test) ekstrak Bakteri asal Spons:

1. Buatlah tabel seperti berikut, kemudian masukkan nilai konsentrasi yang

dilakukan, Log10 konsentrasi dan Jumlah larva yang digunakan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

28

Tabel 2.3

Uji BSLT

Sumber : Fadhillah (2016)

2. Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap

kolom Jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya.

3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total

Larva) × 100 %)

4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika

terdapat yang mati maka hitung mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.

% Mortalitas terkoreksi =100 x

5. Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka rata-

ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan jumlah ulangan

yang dilakukan. Masukkan hasil rata-rata tersebut ke kolom rata-rata %

mortalitas terkoreksi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

29

Tabel 2.4

Nilai Probit

Sumber : Fadhillah (2016)

6. Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang

didapatkan dan masukkan ke kolom probit. Mencari nilai probit tinggal

mencocokkan dengan tabel probit di bawah ini, misalnya mortalitas

terkoreksi 5,26 jika dicari nilai probitnya menjadi 5 = 3,36.

Tabel 2.5

Persentase Nilai Porbit

Sumber : Fadhillah (2016)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

30

E. Penelitian Relevan

1. Tjahjani dkk (2017), Efek Larvasida Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap Larva Nyamuk Culex sp. Menggunakan

metode rancangan acak lengkap. Berdasarkan hasil penelitian ini pada konsentrasi

4%, 2%, 1%, dan 0,5% didapatkan rata-rata 96,67%, 79,17%, 50%, dan 17,5%

larva yang mati.

2. Ningrum dkk (2018), Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius) Sebagai Larvasida terhadap Larva Culex sp. Menggunakan metode

one group post test design. Berdasarkan hasil penelitian ini pada konsentrasi 0%,

1%, 2%, 3%, 4% didapatkan rata-rata 0%, 17,5%, 50%, 77,5%, 97,5%

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

31

F. Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka Teori

(Modifikasi penelitian oleh Ningrum, 2018)

Daun Pandan Wangi

(Pandanus Amaryllifolius)

Ekstrak

Konsentrasi

2%, 4%, 6%, 8%

Lama Waktu Kontak

2 jam, 6 jam, 12 jam, 24

jam, 48 jam

Kematian larva nyamuk

Culex sp

1. Suhu

2. pH

Mengandung:

1. Alkaloid

2. Saponin

3. Tanin

4. Flavonoid

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

32

G. Kerangka Konsep

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

1. Konsentrasi Ekstrak

2. Lama Waktu Kontak

Kematian larva

Culex sp

1. Suhu

2. pH

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk

33

H. Hipotesis

a. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pandan wangi (Pandanus

Amaryllifolius) maka semakin tinggi angka kematian larva Culex sp.

b. Semakin lama waktu kontak ekstrak daun pandan wangi (Pandanus

Amaryllifolius) maka semakin tinggi angka kematian larva Culex sp.