7
PERBEDAAN BAYI (< 1 TAHUN) ANAK (> 1 TAHUN) DEWASA Lanmark kompresi Dibawah pertangahan garis antara kedua puting susu Pertengahan bawah sternum Pertengahan bawah sternum Sirkulasi Cek arteri brachialis Cek arteri karotis Cek arteri karotis Metode kompresi 2 jari di tengah dada 1 atau 2 tangan di tengah dada 2 tangan di tengah dada Kedalaman kompresi 1/3 AP, 4 cm 1/3 AP, 5 cm 5 cm Kompresi : ventilasi 30 : 2 (1 penolong) 15:2 (2 penolong) 30 : 2 (1 penolong) 15:2 (2 penolong) 30 : 2 (1 atau 2 penolong) 4. Perbedaan RJP pada bayi, anak dan dewasa 5. Cara membuka Airway : a. Tanpa Alat Teknik dasar pembukaan jalan napas : head tilt chin lift jaw thrust (untuk pasien diduga trauma servikal) finger cross b. Dengan Alat Alat bantu jalan napas orofaring (OPA) bisa rangsang mungtah Langkah Tindakan 1 Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah, atau muntahan dengan menggunakan ujung penyedot faring yang kaku (yaunker), bila memungkinkan 2 Pilih ukuran OPA yang te[at

UJIAN ANESTESI Yana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RSPAD Gatot Subroto

Citation preview

Page 1: UJIAN ANESTESI Yana

PERBEDAAN BAYI (< 1 TAHUN) ANAK (> 1 TAHUN) DEWASALanmark kompresi Dibawah

pertangahan garis antara kedua puting susu

Pertengahan bawah sternum

Pertengahan bawah sternum

Sirkulasi Cek arteri brachialis Cek arteri karotis Cek arteri karotisMetode kompresi 2 jari di tengah dada 1 atau 2 tangan di

tengah dada2 tangan di tengah dada

Kedalaman kompresi 1/3 AP, 4 cm 1/3 AP, 5 cm 5 cmKompresi : ventilasi 30 : 2 (1 penolong)

15:2 (2 penolong)30 : 2 (1 penolong)15:2 (2 penolong)

30 : 2 (1 atau 2 penolong)

4. Perbedaan RJP pada bayi, anak dan dewasa

5. Cara membuka Airway :

a. Tanpa AlatTeknik dasar pembukaan jalan napas :

head tilt chin lift jaw thrust (untuk pasien diduga trauma servikal) finger cross

b. Dengan Alat Alat bantu jalan napas orofaring (OPA) bisa rangsang mungtah

Langkah Tindakan1 Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah,

atau muntahan dengan menggunakan ujung penyedot faring yang kaku (yaunker), bila memungkinkan

2 Pilih ukuran OPA yang te[at dengan menempatkan OPA disamping wajah, dengan ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain pada sudut rahang bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glotis

3 Masukkan OPA sehingga erputar kearah belakang ketika memasuki mulut

4 Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior farings, putarlah OPA sejauh 1800 ke arah posisi yang tepat

Page 2: UJIAN ANESTESI Yana

Alat bantu jalan napas nasofaring (NPA) tidak rangsang muntah

Langkah Tindakan1 Pilihlah ukuran NPA yang tepat 2 Basahi saluran nafas dengan pelumas larut air atau

jelly anestetik3 Masukkan NPA melalui lubang hidung dengan

arah posterior membentuk garis tegak lurus dengan permukaan wajah. Masukkan dengan lembut sampai dasar nasofaring. Bila mengalami hambatan : Putar sedikit pipa untuk memfasilitasi

pemasangan pada sudut antara rongga hidung dan nasofaring

Coba tempatkan melalui lubang hidung yang satunya karena pasien memiliki rongga hidung dengan ukuran yang berbeda

4 Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior farings, putarlah OPA sejauh 1800 ke arah posisi yang tepat

Sungkup laring Intubasi (ETT atau LMA) Krikotiroidotomi

6. Cara mengetahui gangguan pada :

a. Airwayo Ajak pasien bicara bila bisa airway bersih

o Look (Lihat)

- Pasien Agitasi : Hipoksia- Tampak bodoh : hiperkarbia- Sianosis : hipoxemia (dilihat dari kuku, kulit sekitar mulut)

o Listen (dengar)

- Snoring lidah jatuh kebelakang sehingga menutupi jalan napas- Gargling cairan yang menyumbat jalan napas- Stridor pita suara yng edema sehingga halangi jalan napas

o Feel (raba) lokasi trakea

b. Breathingo Look (lihat)

- Ada/ tidak pernapasan frekuensi ?, reguler/ireguler- Status mental - Warna kulit- JVP ? distensi ?

Page 3: UJIAN ANESTESI Yana

- Jejas- Pengembangan dada simetris/ tidak simetris- Napas cuping hidung ?- Retraksi sela-sela iga

o Listen (dengar) keluhan dan suara napas : stridor ?

o Feel (Raba)

- Ada hawa ekshalasi dari lubang hidung/mulut/ pipa ETT ?- Ada krepitasi/ nyeri tekan pada thorax ?- Deviasi trakea

o Pemeriksaan tambahan :

- Pulse oksimetri / Saturasi O2

- kapnografi untuk deteksi CO 2 (end tidal CO 2)- foto thoraks untuk kondisi (jalan napas, paru, rongga pleura, diafragma,

tulang dinding dada, jantung, mediastinum)o Perkusi Sonor, Hipersonor ? Redup ?

c. Circulationo Tidak teraba detak nadi pada arteri karotis, radialis, femoralis

o Frekuensi detak nadi bertambah atau berkurang dari jumlah normal

o Denyut nadi tidak beraturan

o Kekuatan nadi lemah

o Akral teraba dingin, basah, pucat dan kapilari refil memanjang

7. Cara intubasi o Persiapan

Pasien diposisikan tidur terlentang, oksiput diganjal dengan menggunakan alas kepalam sehingga kepala dalam keadaan ekstensi serta trakea dan laringoskop dalam posisi 1 garis lurus

o Oksigenasi

Diberikan obat-obat anestesi dan diberikan pelumpuh otot. Berikan oksigenasi dengan oksigen 100% minimal dilakukan 3-5 menit (sesuai efek kerja obat) menggunakan sungkup muka, dipegang dengan tangan kiri “EC Clamp” dan tangan kanan memegang pompa balon

o Laringoskop

- Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan tangan kiri

- Lampu laringoskop dinyalakan- Masukkan bilah laringoskop ke dalam mulut, berawal dari sudut mulut sebelah

kanan- Dimasukan sedikit demi sedikit sehingga menelusuri sebelah kanan lidah

sambil menggeser lidah ke kiri. Carilah epiglotis

Page 4: UJIAN ANESTESI Yana

- Dengan sedikit mengangkat laringoskop kearah gerakan sama dengan sumbu batang laringoskop maka akan tampak rima glotis

- Bila nampak rima glotis tampak pita suara berwarna putih tidak bergerak karena henti napas dan sekitarnya berwarna merah

o Pemasangan ETT

- Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut, sampai balon pipa melewati pita suara

- Ventilasi dan oksigenasi diberikan dengan tangan kanan dan tangan kiri fiksasi, laringosop dikeluarkan, balon dikembangkan

o Cek letak ETT

- Dada dipastikan mengembang saat diberi ventilasi- Sewaktu ventilasi lakukan auskultasi dengar bunyi nfas kanan=kiri- Bila tidak sama tarik ETT sedikit sampai sama- Kalau dada tidak mengembang, epiastrium/gaster mengembang masuk

esofagus pipi dicabut dan intubasi dilakukan setelah diberikan oksigenasi yang cukup

- Fiksasi dengan plester. - Pasang guedel

o Ventilas berikan ventilasi sesuai kebutuhan

8. Komplikasi Intubasi

- Trauma. Misalnya pada laring dan trakea- Intubasi Esofagus - Intubasi masuk ke satu bronkus- Hipoksemia karena kebocoran cuff ETT- Laringospasme- Perubahan hemodinamik seperti takikardi, peningkatan tekanan darah, dan aritmia

jantung

9. Terapi Oksigen

Definisi

Pengobatan dengan oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoxia jaringan dengan cara mengalirkan O2 ke dalam sistem pernapasan, meningkatkan daya angkut oksigen di sirkulasi, meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan

Alat pemberian 02

- Sumber O2

- Alat suplementasi O2 Kanul nasal, berbagai macam sungkup

Kelengkapan Sumber O2

- Pembuka katub, pengukur tekana, aliran gas

Page 5: UJIAN ANESTESI Yana

- Pipa penghubung ke alat suplemen O2

Alat-Alat Suplementasi O2

Rendah Tinggi

Rendah Nasal Kanul Sungkup muka sederhana

Tinggi ETTSungkup muka dengan

reservoir

Pemilihan alat suplementasi O2

95% - 100% O2 4 liter dengan nasal kanul

90% - <95% Hipoksi ringan – sedang Sungkup muka sederhana

85% - <90% hipoksia sedang – berat sungkup muka dengan reservoir

<85% hipoksi berat mengancam nyawa ventilasi dibantu

Indikasi terapi O2

o Hipoksemia dari AGD, penurunan Saturasi O2

o Diduga hipoksemia syok, keracunan CO2

o Penurunan kerja napas pasca anestesi

o Trauma berat

Tekanan

Aliran