Upload
robbyzayendra
View
37
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hf
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktifitas karyawan, disamping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga
kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Agement (AFTA) dan World
Trade Organization (WTO) serta Asia Pasific Economic Community (APEC) yang akan
berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan
keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri
di Indonesia.1,2
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak dari setiap pekerja yang harus
dipenuhi oleh setiap perusahaan karena pada dasarnya manusia selalu menginginkan
dalam keadaan sehat dan selamat dimanapun berada bahkan juga tempat kerja, tempat
dimana seorang menjalankan tugas dan kewajibanya. Dan setiap tempat atau unit-unit
kerja mempunyai sistem dan cara yang berbeda-beda dalam penanganan tentang
keselamatan kerja yang disesuaikan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang
menjadi resiko kerja.1,2
Pada dasernya sistem penanganan keselamatan kerja adalah sama yaitu untuk
melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, namun banyak alasan kenapa orang kurang
memperhatikan akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja padahal kalau dilihat
secara seksama hal tersebut sangat berpengaruh pada sistem dan proses kerja, diantara
banyak alasan itu salah satunya karena faktor biaya yang menjadi tanggung jawab
perusahaan, faktor dari diri pekerja yang mempunyai mental tidak teratur, dan kurang
kenyamanan dalam pemakaian alat keselamatan kerja. Dari ketiga faktor tersebut harus
bisa ditangani secara singkron karena ketiga faktor tersebut merupakan elemen-elemen
dari sistem keselamatan kerja yang sangat menentukan baik buruknya sistem
keselamatan kerja dalam perusahaan.2,3
Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang paling tidak diinginkan oleh para
pekerja juga oleh perusahaan karena dengan adanya kecelakaan kerja akan terganggu
sustu proses kerja yang bisa mengakibatkan suatu kerugian pada perusahaan.
Kecelakaan kerja terjadi karena berbagai sebab dan kejadian itu tidak terlepas dari
ketiga faktor diatas yaitu faktor manusia sebagai pekerja, alat untuk pelindung dalam
keselamatan kerja dan perusahaan sebagai penyedia bahan untuk keselamatan kerja.
Proses terjadinya kecelakaan kerja telah kita ketahui seperti pada pokok pembahasan
diatas yaitu dari proses incident kemudian karena penanganan yang tidak baik bisa
mengakibatkan terjadinya accident.3
Sebab-sebab utama terjadinya kecelakaan kerja sangat bermacam-macam baik itu
dari diri pekerja, mesin sebagai alat kerja bahkan faktor-faktor lain dari luar lingkungan
kerja2,4
Secara umum kecelakaan kerja mengakibatkan kerusakaan pada barang yang
diproduksi, yang biasa kita sebut dengan barang “rijek” atau mengakibatkan kecelakaan
pada operator yang bekerja yaitu manusia. Kecelakaan yang terjadi pada barang
menyebabkan kerusakan hasil produksi yang mudah diperbaiki dan sulit diperbaiki,
sedangkan kecelakaan pada manusia dapat menyebabkan cacat baik fisik maupun
mental yang bersifat sementara dan permanen bahkan bisa juga menyebabkan kematian
pada diri pekerja.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu sistem kerja yang baik dan
bijaksana seta bagaimana seorang pekerja dapat memelihara suatu tempat keja yang
baik. Sistem kerja yang dimaksud meliputi pekerja, mesin dan peraturan yang berlaku.
Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan, Keselamatan dan Kerja :1,2,3
1. Kesehatan
Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan situasi yang sehat baik sehat
jasmani, rohani maupun lingkungan yang sehat.
2. Keselamatan
Dalam setiap melakukan aktivitas kerja, seorang pekerja harus melakukan tindakan
yang sesuai dengan keselamatan dirinya agar terhindar dari kecelakaan kerja.
3. Kerja
Dengan bekerja pada situasi dan kondisi yang baik serta memperhatikan
keselamatan kerja maka akan tercipta situasi kerja yang kondusif dan harmonis yang
nantinya akan meningkatkan produktifitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahanya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran
disegala tempat kerja, baik di darat di dalam tanah di permukaan air maupun di udara.
Keselamatan kerja merupakan tugas dari semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja
adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan juga masyarakat
pada umumnya dengan maksud dan tujuan untuk : 1,2
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaanya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efesien.
Dari berbagai penjelasan yang telah terurai diatas dapat ditarik kesimpulan
bawasanya keselamatan kerja sangat penting dan sudah seharusnya dipenuhi oleh setiap
perusahaan karena dengan keselamatan kerja yang baik maka dapat meningkatkan
produksi dan produktifitas perusahaan. 1,2,3
Keselamatan kerja dapat membantu meningkatkan produksi dan produktifitas
perusahaan hal ini hal ini didasarkan atas : 1,2,4
1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab
sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga pembiayaan yang tidak perlu
dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan ppemeliharaan dan penggunaan
peralatan kerja serta mesin yang produktif dan efesien dengan tingkat produksi dan
produktifitas tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi yang
mendukung kenyamanaan serta kegairahan kerja. Sehingga faktor manusia dapat
diserasikan dengan tingkat efesiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari keterampilan keduanya berjalan
sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.
Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi dari
pengusaha dan buruh atau karyawan, hal ini akan membawa iklim keamanan dan
ketenaga kerjaan, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang
merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi. 1,2,5
2.2 Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang paling tidak diinginkan oleh para
pekerja juga oleh perusahaan karena dengan adanya kecelakaan kerja akan terganggu
sustu proses kerja yang bisa mengakibatkan suatu kerugian pada perusahaan.
Kecelakaan kerja terjadi karena berbagai sebab dan kejadian itu tidak terlepas dari
ketiga faktor diatas yaitu faktor manusia sebagai pekerja, alat untuk pelindung dalam
keselamatan kerja dan perusahaan sebagai penyedia bahan untuk keselamatan kerja.
Proses terjadinya kecelakaan kerja telah kita ketahui seperti pada pokok pembahasan
diatas yaitu dari proses incident kemudian karena penanganan yang tidak baik bisa
mengakibatkan terjadinya accident. 1,3
2.2.1 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut organisasi perburuhan internasional
tahun 1962 adalah sebagai berikut : 1,2,3
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda jatuh.
c. Tertekan benda.
d. Pengaruh suhu tinggi.
e. Kontak dengan bahan-bahan.
f. Jenis-jenis kelalaian.
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Pembangkit tenaga terkecuali motor-motor tenaga listrik.
b. Mesin angkut dan alat angkut.
c. Peralatan lain (bencana bertekanan, alat listrik, alat kerja, instalasi. pendingin,
instalasi listrik).
d. Bahan-bahan atau material.
e. Zat-zat dan radiasi bahan peledak.
f. Lingkungn kerja.
3. Klasifikasi menurut sifat luka dan kelainan :
a. Dislokasi patah tulang.
b. Regang otot.
c. Memar.
d. Amputasi.
e. Keracunan mendadak.
f. Luka bakar.
g. Mati lemas.
h. Pengaruh listrik.
i. Pengaruh radiasi.
j. Luka-luka lain.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala.
b. Leher.
c. Badan.
d. Anggota atas.
e. Anggota bawah.
f. Banyak tempat.
g. Kelainan umum.
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut.
2.2.2 Proses Kecelakaan Kerja Menurut Hainrich
Menurut Hainrich ada 8 faktor yang menyebabkan yang terjadinya kecelakaan
kerja yang mana sebagian besar faktor tersebut datang dari diri seorang pekerja, diantara
faktor-faktor tersebut antara lain : 1,2,3,4
1. Un-Dicipline
Faktor ketidak disiplinan dari pekerja.
2. Training Not Good
Pelatihan sebelum pekerja melakukan aktifitas kerjayang kurang bagus sehingga
pada waktu kerja masih banyak hal yang belum dipahami oleh seorang pekerja yang
menyebabkan kecelakaan kerja.
3. Lack Tool / Equipment
Faktor peralatan yang digunakan dalam melakukan aktifitas kerja kurang baik dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
4. Machine protektor not good
Perlindungan mesin yang tidak sempurna dapat menyebabkan terjadinya accident.
5. Body protektor
Alat pelindung diri (APD) sangat diperlukakan untuk mengurangi resiko kecelakaan
dan sebagai alat pelindung apabila terjadi sesuatu yang membahayakan diri pekerja,
faktor ketidaklengkapan alat pelindung diri sebagai pemicu terjadinya kecelakaan
yang parah.
6. Lay out not good
Tata letak ruangan yang kurang bagus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja, maka perusahaan perlu membuat lay out atau tata ruang yang bagus untuk
memudahkan aliran produksi juga untuk meminimalkan kecelakaan.
7. SOP not good
SOP yang tidak bagus dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
8. Emotion condition
Kondisi emosional dari seorang pekerja yang terlalau tinggi dan tidak bisa dikontrol
dengan baik dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Faktor emosi pekerja bisa datang
dari lingkungan.
2.2.3 Faktor-faktor Keselamatan Kerja :
Dalam menghindari suatu kecelakaan kerja maka kita terlebih dahulu harus
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecelakaan kerja dan upaya apa
yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan keselamatan kerja diantaranya
yaitu : 1,2,5
1. Faktor manusia
Manusia sebagai kunci keberhasilan keselamatan kerja dalam suatu perusahaan.
Yang termasuk faktor manusia adalah pemilik perusahaan dan tenaga kerja atau
karyawan. Semua orang yang ada dalam perusahaan harus tahu bahwa pekerja
berkepentingan bukan hanya pada bagian produksi, mutu dan kualitas produksi tetapi
juga dalam keselamatan kerja.
Umumnya di perusahaan keselamatan kerja mulai dari manajemen puncak, baru
turun kebawah. Manajer juga harus memandang keselamatan kerja sebagai dari proses
bukan sebagai tambahan, serta wajib menjamin tidak terjadinya kondisi yang tidak
aman dan tidak nyaman.
Banyak manusia yang tidak menyadari bahwa keselamatan kerja adalah tanggung
jawab bersama untuk kepentingan bersama pula. Kesadaran tersebut tidak kalah
pentingnya bila dibandingkan dengan peraturan yang ditetapkan perusahaan atau
disiplin ketat yang dipaksakan. Memakai alat-alat keselamatan kerja atau perlindungan
dari yang telah ditetapkan dalam peraturan tanpa adanya kesadaran dari tenaga kerja
maka peraturan tersebut malah akan diabaikan. Mereka beralasan bahwa memakai alat
perlindungan perorangan tersebut akan membuat gerakan kurang leluasa pada saat
melakukan aktivitas, walaupun disetiap tempat telah tersedia poster-poster yang
berhubungan dengan keselamatan kerja untuk membangkitkan kesadaran mengenai
keselamatan kerja ini. Cara yang sering dilakukan untuk memasyarakatkan keselamatan
kerja antara lain :
a. Poster / gambar / plangkat.
b. Petunjuk / slide.
c. Ceramah / seminar.
d. Pameran / kampanye.
e. Mengadakan diklat keselamatan dan kesehatan kerja yang sistematis.
Biasanya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada tenaga kerja yang baru
karena belum memahami pentingnya cara kerja yang aman. Oleh karena itu perlu
diadakan atau diberikan kepada mereka pendidikan dan lebih ditekankan kepada mereka
akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Faktor peralatan dan pekerjaan
Pada dasarnya semua bagian mesin yang bergerak, panel kendali dan alat-alat
perlindungan diri harus dirawat menurut kondisi bagian-bagianya bukan menurut waktu
pemakaianyan. Perawatan berdasarkan kondisi harus dijadikan asas pemeliharaan
semua peralatan guna mendeteksi sedini mungkin bagian-bagian mesin yang dapat
menimbulkan bahaya karena kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu
sekejab mata, sehingga untuk menghindarinya perlengkapan dan peralatan yang ada
harus terlindungi dari kemungkinan berinteraksi dengan manusia dan peralatan lain.
Oleh karena itu bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan
mengubah konstruksi atau memberi alat pelindung.
2.2.4 Pencegahan dan penatalaksanaan kecalakaan kerja secara umum
Kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja tentunya terjadi secara tidak sengaja.
Baik itu terjadi dari faktor manusia ataupun tenaga kerja sendiri, tempat kerja maupun
terjadi karena mesin-mesin produksi. Tetapi hal tersebut tidak mustahil adanya
pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat dicegah
dengan : 1,3,5
1. Peraturan perundang-undangan
Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh latihan supervisi medis, PPPK
dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi
Standarisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai keselamatan kerja misalnya kondisi yang memenuhi syarat keselamatan,
jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek keselamatan dan kesehatan umum atas
alat-alat pelindung diri yang dipergunakan.
3. Pengawasan
Yaitu tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik
Penelitian ini meliputi sifat dan ciri-ciri bahan bahaya, penyelidikan tentang pagar
pengamanan, pengujian alat-alat pelindung diri, penelitian tentang pencegahan
peledakan gas dan debu.
5. Riset medis
Meliputi penelitian tentang efek-efek fisikologi dan patologis faktor-faktor
lingkungan dan teknologis dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
6. Penelitian pisikologis
Yaitu penelitian tentang pola-pola kejiwaan yang mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik
Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai
siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan
Menyangkut pendidikan dalam kurikulum teknik, sekolah perniagaan atau kursus-
kursus pertukaran.
9. Latihan-latihan
Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang baru
dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan
Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan
sikap untuk selamat dalam bekerja.
11. Asuransi
Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan premi, yang dibayar oleh perusahaan, jika
tindakan keselamatan sangat baik.
Penatalaksanaan kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui Perawatan Kesehatan
dan Pengobatan. perusahaan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai untuk
mencukupi kebutuhan akan perawatan dan pengobatan terkait kecelakaan kerja
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Program K3 pada PT. Zayend Inti Corpora
Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya akan behadapan dengan adnya
bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mesin, alat kerja, material dari proses
pengolahanya, keadaan tempat kerja, lingkungan serta cara melakukan pekerjaan.
Menyadari bahaya yang timbul dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang nantinya
juga akan merugikan perusahaan. Maka sedini mungkin kecelakaan kerja harus dicegah.
Sesuai dengan hasil pengamatan lokasi kerja sangat potensial menimbulkan
kecelakaan kerja. Contoh kecil yang ada adalah kebisingan, pencahayaan, kadar debu
yang semuanya berada dalan nilai ambang batas serta percikan api. Pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua karyawan, perusahaan harus menciptakan
suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan menyediakan
program kesejahteraan untuk para tenaga kerja. Macam-macam jaminan keselamatan
kerja di PT. Zayend Inti Corpora terdiri dari :
3.1.1 Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pekerja
Program jamsostek yang diselenggarakan PT. Zayend Inti Corpora terdiri dari :
1. Jaminan kecelakaan kerja
Apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja maka jamsostek akan
memberi santunan berupa keringanan biaya rumah sakit dan biaya obat-obatan.
2. Jaminan kematian
Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta
Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian
diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran
Program Jaminan Kematian biaya pemakaman dan santunan berkala.
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua berupa pemberian dana pensiun bagi semua karyawan.
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
Pada setiap karyawan diberikan keringanan biaya untuk pengobatan dan periksa.
5. Fasilitas makan
Karyawan mendapatkan fasilitas makan gratis satu kali pada jam istirahat.
6. Santunan kematian
Santunan berupa dana yang diberikan kepada karyawan yang anggota keluarganya
mengalami musibah (meninggal).
7. Santunan melahirkan
Santunan melahirkan ini diberikan setelah peserta menjalani masa tunggu 7 (tujuh)
bulan terhitung sejak tanggal menjadi peserta dengan penggantian biaya perawatan
sebesar 100% dari biaya sesuai dengan ketentuan dan batas maksimum atas
santunan yang telah ditetapkan.
8. Asuransi kecelakaan diluar jam kerja
Bagi karyawan yang mengalami kecelakaan diluar jam kerja tetap akan
mendapatkan asuransi.
3.1.2 Perawatan Kesehatan dan Pengobatan
Perusahaan mengerti betul akan pentingnya kesehatan untuk itu perusahaan
menyediakan fasilitas kesehatan yang berupa ::
1. Fasilitas poliklinik
PT. Zayend Inti Corpora menyediakan sarana poliklinik dengan beberapa dokter dan
suster untuk pengobatan para karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan
penyakit yang timbul akibat kerja.
2. Fasilitas biaya pengobatan
Jika dapat diatasi dengan poliklinik perusahaan maka biaya pengobatan akan
ditanggung perusahaan akan tetapi jika dirujuk ke rumah sakit maka perusahaan
akan menanggung beberapa persen biaya yang sudah disepakati.
3. Fasilitas periksa kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara berkala setiap tahun dan untuk itu
pimpinan perusahaan mewajibkan karyawan untuk memeriksa kesehatanya.
3.1.3 Stadarisasi Alat Pelindung Diri (APD)
Untuk menghindari timbulnya bahaya kecelakaan kerja maka perusahaan telah
berupaya semaksimal mungkin agar keselamatan kerja tetap terjamin. Untuk itu
berbagai cara telah ditempuh termasuk menyediakan alat – alat pelindung diri yang
harus dipergunakan oleh semua karyawan khususnya yang sudah masuk dalam
lingkungan produksi pada waktu menjalankan tugasnya. Sehingga dengan demikian
bahaya kecelakaan kerja akan dapat dihindari sekecil mungkin.
Alat pelindung diri yang disediakan PT. Zayend Inti Corpora meliputi :
1. Pelindung Kaki
Sepatu Safety pada umumnya dipergunakan untuk melindungi jari kaki dari timpaan
barang berat yang jatuh, yang dapat terjadi pada kecelakaan kerja, sehingga jari kaki
para pekerja dapat telindungi dari akibat yang fatal. Pada awal kemunculannya
safety shoes dibuat dengan dengan desain yang mirip dengan sepatu boots, tetapi
pada perkembangannya sepatu safety mengadaptasi model-model formal dan casual
yang biasa dipakai bekerja di kantor atau office maupun berjalan-jalan atau santai.
a. Mechanical safety shoes diberikan pada pekerja yang beresiko kejatuhan dan
terlindas benda berat dalam pekerjaan sehari-hari.
b. Electrical safety shoes diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap arus listrik
tegangan sedang dan rendah.
c. Safety boot diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap bahaya zat cair.
2. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebaabkan cacat
adalalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang.
Tangan manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yang dapat
mencengkram, memegang, bergerak, memanipulasi benda seperti tangan manusia.
Karena tangan harus dilindungi dan disayangi.
Kontak dengan bahan kimia koustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber
listrik atau benda benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat
menyebabkan iritasi dan membakar tangan . bahan beracun dapat terabsorsi melalui
kulit dan masuk ke dalam tubuh.
APD tangan dikenal dengan safety glove dengan berbagai jenis penggunaanya.
Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas
hanya untuk melindungi dari bahan kimia.
a. Sarung tangan kulit diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap bahaya
panas.
b. Sarung tangan rubber diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap zat cair
yang berbahaya.
c. Sarung tangan kain diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap gesekan-
gesekan yang dapat menimbulkan luka pada tangan.
d. Sarung tangan elektrik diberikan pada pekerja yang beresiko melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya tegangan listrik.
3. Pelindung Pernafasan
a. Masker respirator kimia diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap bahaya
gas beracun.
b. Masker pasir diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap debu pasir atau
serbuk logam berat lainya.
c. Masker kain diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap debu-debu ringan.
Dipakai semua pekerja yang memasuki lingkungan dengan kondisi udara,
mengandung debu ringan yang melebihi nilai ambang batas yang telah
ditetapkan.
d. Masker asap diberikan pada pekerja yang berhubungan dengan kebakaran.
4. Pelindung telinga
a. Ear plug diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan dengan tingkat
kebisingan antara 85-100 dB.
b. Ear muffs diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan dengan tingkat
kebisingan diatas 100 dB.
5. Pelindung Tubuh
Pelindung tubuh atau baju kerja diberikan pada pekerja yang beresiko terkena
percikan api, bahaya zat cair, panas matahari, di tempat berdebu konsentrasi tinggi.
a. Wearpack diberikan kepada pekerja yang beresiko terkena panas matahari dan
debu kotor.
b. Appron diberikan pada pekerja yang melakukan pengelasan.
c. Jas laborat diberikan pada pekerja yang bekerja di WWT dan QC laborat.
d. Baju tahan panas diberikan pada pekerja yang beresiko terkena api dalam
melakukan pemadaman kebakaran.
e. Safety belt diberikan pada pekerja yang beresiko melakukan pekerjaan diatas
ketinggian.
6. Pelindung Kepala
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet. Safety helmet memberikan
perlindungan pada kepala dari benturan benda keras, arus listrik, debu percikan api
dan lain-lain.
a. Penutup kepala dari kain diberikan pada pekerja dilokasi kerja yang beresiko
terhadap keselamatan kepala dan rambut.
b. Safety helmet diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap benturan benda
keras.
7. Pelindung Wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah googles. Goggles memberikan perlindungan
lebih baik dari pada safety glasses kerena goggles terpasang dekat dengan wajah dan
goggles mengitari area mata, goggles melindungi lebih baik pada situasi yang
mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, serbuk, debu dan kabut.
a. Pelindung muka tipe WH 01 / WS 03 diberikan pada pekerja yang melakukan
pekerjaan pengelasan.
b. Pelindung muka tipe 10 F408CL diberikan pada pekerja yang melakukan
bongkar muat chemical.
c. Computer screen diberikan kepada semua komputer yang ada.
8. Pelindung Mata
Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan kaca
mata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas
dan sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan
sinar ultra violet sampai persentase tertentu.
a. Kacamata tipe GCV 75 diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan
dilokasi chemical.
b. Kacamata tipe GVM diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap keselamatan
mata dari serbuk besi (penggerindaan).
c. Kacamata tidak memantulkan cahaya dan titik fokus disesuaikan dengan
pemakainya, kacamata ini diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap
percikan gram yang pekerjaanya dilakukan pengawasan yang teratur dan terus
menerus terhadap benda yang berputar.
9. Pemasangan Safety Poster
a. Safety poster mesin.
b. Safety poster larangan.
c. Safety poster kejadian darurat.
d. Sefety poster untuk himbauan.
3.1.4 Standarisasi Kejadian Darurat
Umumnya tempat kerja tidak pernah luput dari bahaya dan kejadian yang tidak
disagka-sangka (kejadian darurat). Menurut data kejadian darurat pada PT. Zayend Inti
Corpora yang sering terjadi adalah kebakaran, kecelakaan, ledakan yang diakibatkan
oleh mesin dll. Oleh karena itu maka pencegahan terhadap terjadinya kejadian darurat
adalah hal yang penting dan harus dilakukan. Untuk menekan resiko kejadian darurat
maka disediakan peralatan dan sarana, diantaranya terdiri dari :
1. Drum berisi pasir dan skop dilokasi rawan kebakaran dan tumpahan zat kimia.
2. Drum berisi air dan ember khususnya pada unit Blowing dan tempat-tempat rawan
kebakaran pada umumnya.
3. APAR (alat pemadam api ringan) yang ditempatkan pada seluruh perusahaan meliputi
office, gripag, kantin, gudang dan bagian produksi sesuai dengan kebutuhan dan
kegunaan masing – masing. Jenis APAR yang digunakan meliputi :
3.1 APAR kelas A ditempatkan pada tempat yang beresiko kebakaran tingkat A
seperti kebakaran pada dokumen -dokumen, kayu, kain, dsb.
3.2 APAR kelas B ditempatkan pada tempat yang beresiko kebakaran tingkat B
seperti kebakaran yang disebabkan oleh minyak, gas dan bahan cair lainya.
3.3 APAR kelas C ditempatkan pada tempat yang beresiko kebakaran tingkat C
seperti kebakaran yang disebabkan oleh listrik dan kebakaran yang berada didekat
listrik.
4. Box hydrant
4.1 Hydrant halaman ditempatkan diluar gedung atau di halaman.
4.2 Hydrant gedung ditempatkan didalam gedung.
5. Mobil pemadam kebakaran
6. Mobil ini harus selalu siap mengatasi kebakaran dari kebakaran ringan maupun
kebakaran besar. Mobil pemadam ditempatkan di office OHS yang terletak ditengah-
tengah lingkungan pabrik. Adapun pengoprasianya dilakukan oleh Satpam OHS yang
merangkap juga sebagai petugas Tim Tanggap Darurat yang telah dilatih.
7. Kotak P3K
8. Kotak P3K adalah kotak penyimpanan yang berisi obat-obatan untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan. kotak P3K ditempatkan dan tersebar diseluruh lingkungan
perusahaan.
9. Pintu darurat
10. Pintu darurat adalah pintu keluar saat terjadi kejadian darurat. Pintu darurat dibuat di
semua bangunan perusahaan, termasuk pada bagian office.
11. Alarm bahaya
12. Alarm bahaya adalah penanda kalau ada kejadian darurat, Alarm akan berbunyi.
Alarm darurat ditempatkan diseluruh bangunan yang ada di perusahaan.
3.1.5 Pembentukan Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Yang dimaksud dengan panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu badan yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan
menangani usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaanya terdiri
dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.
Syarat-sayarat pembentukan panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 300 orang wajib membentuk panitia
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja dengan jumlah anggota 12 orang.
Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang wqakil unsur pengusaha atau pimpinan
perusahaan dan 6 orang wakil tenaga kerja dan 2 orang diantaranya sebagai
sekertaris.
2. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang sampai 300 orang
karyawan wajib membentuk panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
dengan jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3 orang wakil unsur
pengusaha atau pimpinan perusahaan dan 3 orang wakil tenaga kerja dan satu
diantaranya sebagai sekertaris.
3. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 50 orang sampai dengan 100 orang
dengan :
a. Tingkat bahaya yang tinggi wajib membentuk panitia pembinaan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan jumlah anggota sesuai dengan butir 2 sebelumnya.
b. Tingkat bahaya yang rendah wajib mempunyai satu orang ahli keselamatan dan
kesehatan kerja.
Tugas pokok panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu
bahan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pimpinan perusahaan yang bersangkutan
mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Fungsi panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah menghimpun
dan mengelola segala data dan atau permasalahan keselamatan kerja dan kesehatan
kerja yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkanya penyuluhan, pengawasan,
pelatihan, dan penelitian keselamatan dan kesehatan kerja. Pimpinan perusahaan
melalui panitia-panitia pembinaan keselamatan kerja dan kesehatan kerja dapat
memberikan pengertian dan kesadaran kepada semua petugasnya tentang arti
pentingnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit
akibat kerja. Sebaliknya pihak tenaga kerja dapat pula mengemukakan pendapatnya
kepada pihak perusahaan atau pimpinan.
3.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan kultural yang
sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-
kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dll. Demikian juga keadaan ekonomi ada sangkut
pautnya dengan permasalahan keselamatan kerja tersebut. Dari hasil penyelidikan
ternyata menunjukan bahwa faktor manusia memegang peranan penting dalam
pelaksanaan keselamatan kerja dilingkungan PT. Zayend Inti Corpora, berupa :
1. Faktor manusia dapat berupa kelalaian atau kesalahan, kecerobohan, kurang disiplin,
tidak mentaati syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditetapkan baik oleh
perusahaan sehingga pekerja dapat melakukan tindakan yang bisa mencelakakan
dirinya sendiri dan tentunya lingkungan sekitar.
2. Pekerja yang bersangkutan tidak mampu atau kurang terampil dalam menggunakan
atau mengoprasikan alat-alat produksi.
3. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang keselamatan kerja para pekerja
disebabkan oleh beberapa aspek yang mempengaruhinya, antara lain :
a. Tingkat pendidikan yang rendah
Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki pekerja membawa pengaruh sebab
kecenderungan tidak mengetahui kegunaan pemakaian alat-alat pelindung diri
untuk keselamatan para pekerja itu sendiri.
b. Sikap pekerja
Pekerja yang mempunyai kecenderungan bahwa pekerja dengan menantang
maut atau resiko dan ceroboh, lebih mudah dan lebih cepat, dan usaha
pencegahan kecelakaan tidak begitu penting sebab dia yakin atau percaya diri
untuk dapat menjaga dirinya sendiri dalam semua keadaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya perlindungan bagi
keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja, serta agar
sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien. Kesehatan kerja ini
merupakan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Upaya K3 di PT. Zayend Inti Corpora meliputi tenaga kerja, cara/metode kerja,
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini terkait dengan peningkatan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Bahaya potensial di PT. Zayend Inti Corpora
dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja yang disebabkan oleh
berbagai faktor.
Pengendalian bahaya kecelakaan dan pernyakit akibat kerja dilakukan dengan
berbagai macam metode, yaitu membuat jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja,
perawatan kesehatan dan pengobatan, stadarisasi alat pelindung diri (apd), standarisasi
kejadian darurat, pembentukan panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
identifikasi faktor penghambat pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta, EGC.
2. Angkat, S. 2008. Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Bangunan Perusahaan X. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.
3. Supriyadi, G. S. P. 2005. Penilaian Risiko Kecelakaan Pada Kegiatan di Bagian
Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi. Depok; Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI
4. Supriyadi, G. S. P. 2005. Penilaian Risiko Kecelakaan Pada Kegiatan di Bagian
Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi. Depok; Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI
5. Sartika. 2005. Gambaran Penggunaan Pelaksanaan Program Penggunaan Alat
Pelindung Diri di Bagian Produksi Non Penicillin di PT. Alphafarma. Laporan
Magang. Depok; Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI.