40
Visi Menjadi lembaga pendidikan yang dikenal unggul dan mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha yang berkembang cepat, menjadi sumber informasi bagi masyarakat, dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan ilmu akuntansi pada tingkat ASEAN Misi Mempersiapkan lulusan yang memiliki karakter dan kompetensi dalam berbagai disiplin ilmu akuntansi. Mempersiapkan tenaga ahli profesional untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha. Mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan penelitian dan pengabdian sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan berbagai institusi yang bertaraf nasional dan internasional. Tujuan Program Studi Mendidik mahasiswa pada jenjang strata satu sebagai calon sarjana ekonomi dalam bidang ilmu akuntansi. Meningkatkan kualitas staf akademis melalui peningkatan jenjang pendidikan formal dan non formal. Meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam menghasilkan informasi akuntansi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. dan komunikasi. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar. Berperan serta dalam mengembangkan ilmu akuntansi dan menyebarluaskan kepada masyarakat melalui penelitian dan pengabdian masyarakat. Sasaran Program Studi 1. Menghasilkan lulusan yang professional, objektif, independen, dan berkualitas untuk memenuhi permintaan dunia usaha yang tumbuh dengan cepat. 2. Menghasilkan lulusan yang tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu akuntansi dan teknologi informasi. 3. Menghasilkan penelitian dan pengabdian yang berkualitas yang bermanfaat bagi dunia usaha dan masyarakat dalam bidang ilmu akuntansi dan teknologi informasi 4. Menerbitkan dan menyebarluaskan hasil – hasil penelitian dan pengabdian kepada pihak-pihak yang berkepentingan 5. Memberikan jasa- jasa bagi dunia usaha seperti jasa penasehat dan konsultan dalam bidang akuntansi keuangan dan manajemen

ujian manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ujian manajemen

Visi

Menjadi lembaga pendidikan yang dikenal unggul dan mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha yang berkembang cepat, menjadi  sumber informasi bagi masyarakat, dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan ilmu akuntansi pada tingkat ASEAN

Misi

Mempersiapkan lulusan yang memiliki karakter dan kompetensi dalam  berbagai disiplin ilmu akuntansi.

Mempersiapkan tenaga ahli profesional untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha. Mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan penelitian dan pengabdian sebagai

sumber informasi bagi masyarakat. Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan berbagai institusi yang bertaraf nasional

dan internasional.

Tujuan Program Studi

Mendidik mahasiswa pada jenjang strata satu sebagai calon sarjana ekonomi dalam bidang ilmu akuntansi.

Meningkatkan kualitas staf akademis melalui peningkatan jenjang pendidikan formal dan non formal.

Meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam menghasilkan informasi akuntansi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. dan komunikasi.

Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar. Berperan serta dalam mengembangkan ilmu akuntansi dan menyebarluaskan kepada

masyarakat melalui penelitian dan pengabdian masyarakat.

Sasaran Program Studi

1. Menghasilkan lulusan yang professional, objektif, independen, dan berkualitas untuk memenuhi permintaan dunia usaha yang tumbuh dengan cepat.

2. Menghasilkan lulusan yang tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu akuntansi dan teknologi informasi.

3. Menghasilkan penelitian dan pengabdian yang berkualitas yang bermanfaat bagi dunia usaha dan masyarakat dalam bidang ilmu akuntansi dan teknologi informasi

4. Menerbitkan dan menyebarluaskan hasil – hasil penelitian dan pengabdian kepada pihak-pihak yang berkepentingan

5. Memberikan jasa- jasa bagi dunia usaha seperti jasa penasehat dan konsultan dalam bidang akuntansi keuangan dan manajemen bagi dunia bisnis.

6. Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi ternama baik di dalam maupun luar negeri.

Visi , misi, tujuan dan sasaran PS Akuntansi selain disesuaikan dengan visi misi Fakultas Ekonomi, juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu akuntansi dan kebutuhan informasi akuntansi pada masa yang akan datang.

Dukungan dari pimpinan fakultas dan staf akademika sangat membantu pencapaian visi dan misi program studi ini Perubahan status USU menjadi PT BHMN diharapkan dapat memberi peluang bagi program studi ini dalam mengembangkan program pendidikan.

Beberapa hal yang masíh memerlukan perhatian ke depan diantaranya adalah sosialisasi terhadap visi dan misi ini masih perlu diintensifkan baik kepada staff akademis maupun

Page 2: ujian manajemen

administrasi. Selain itu meskipun program studi ini telah memiliki rencana strategis, namun belum semua rencana tersebut dapat direalisasikan.

Ciri-ciri Visi dan Misi yang baik

Visi yang baik memiliki ciri-ciri tertentu.Adapun ciri-ciri visi yang baik itu sobat, adalah sebagai berikut :1. Terukur dan spesifik2. Fleksibel dan tidak kaku3. Realistis dan sesuai dengan kemampuan serta bakat yang kita miliki.4. Menarik dan kita tertantang untuk meraihnya.5. Jelas dan mudah dipahami.6. sederhana, tidak terlalu panjang dan mudah diingat.Sedangkan ciri Misi yang baik :1. Misi harus bersifat luhur dan berasal dari hati nurani yang paling dalam yang merupakan keinginan paling luhur dari diri kita.2. Misi bersifat fleksibel, tidak kaku, dan mudah diubah. Artinya, misi tidak sekali jadi, tapi terbuka peluang untuk perbaikan dan perubahan.3. Misi harus menarik sehingga mampu memotivasi kita. karena kita akan terdorong bekerja keras untuk sesuatu yang kita sukai.4. Misi yang baik bukan bersifat materi dan berdasarkan ukuran-ukuan materi semata.5. Misi harus jelas, mudah dihayati, dan dipahami. Misi yang jelas akan mudah terwujud dan direalisasikan.6. Misi sebaiknya singkat, padat, dan terdiri atas satu kalimat sehingga mudah dihafal dan diingat

Paparan Visi Misi Paling Bagus

Pasangan Nomor 8 Calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung Masa Jabatan 2010-2015, Ridho Budiman Utama dan Dadang Rusdiana, tampil paling akhir menyampaikan Visi, Misi, dan Program Pembangunan Kabupaten Bandung 2010-2015 dalam Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Bandung yang digelar hari Rabu (11/08). Dari delapan pasang calon yang tampil, mayoritas hadirin menyatakan bahwa paparan Ridho-Darus adalah yang paling bagus. “Naskah visi misinya bagus, begitu pula media presentasinya,” ungkap sejumlah hadirin. Ridho-Darus tampil memukau dengan membawa pesan utama Pembangunan Lembur-Dayeuh (Rural-Urban Development) Kabupaten Bandung. Dalam visi misinya, Ridho-Darus merancang pembangunan yang sinergi antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang ada di Kabupaten Bandung.

Konsep Pembangunan Lembur-Dayeuh

Secara geografis wilayah Kabupaten Bandung berada di kawasan feri-feri atau sub urban Metropolitan Bandung, sehingga secara fisik wilayah Kabupaten Bandung sebagian diantaranya bercirikan sebagai kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk, kepadatan bangunan dan masyarakatnya yang berkarakter perkotaan, sedangkan sebagian lainnya bercirikan kawasan perdesaan yang terdiri dari kawasan pertanian, perkebunan, kawasan konservasi dan kultur masyarakat agrarisnya yang tradisonal dan alami.

Page 3: ujian manajemen

Dengan kondisi wilayah Kabupaten Bandung  yang bercirikan campuran antara kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut, tentunya dibutuhan kebijakan dan program-program pembangunan yang tepat dengan melakukan 2 (dua) pendekatan yang berbeda secara bersama-sama, yakni pendekatan pembangunan di kawasan perkotaan dan pendekatan pembangunan di perdesaan. Kedua pendekatan itu harus dijalalankan secara serasi dan terintegrasi sehingga perkembangan di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan dapat saling menunjang dan melengkapi.

Hingga saat ini kebijakan dan program-program pembangunan di Kabupaten Bandung belum menampakan kebijakan, program dan pendekatan yang jelas guna menangani perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang secara sporadis di satu sisi dan tuntutan pembangunan perdesaan di sisi lain. Akibatnya tidak heran jika dewasa ini wajah pembangunan Kabupaten Bandung seakan tidak menampilkan jati diri yang jelas, dimana kawasan perkotaannya tumbuh secara sporadis, dengan kawasan permukiman, pengelolaan sampah, air kotor, air bersih dan sistem transportasi yang kurang tertata, seolah tidak memiliki cetak biru perkembangan kota yang jelas. Di sisi lain kawasan perdesaan, pertanian dan konservasi juga semakin kurang lestari, kerusakan lingkungan terjadi disana-sini sehingga kejadian wabah penyakit dan bencana alam teruma kekeringan di musim kemarau serta tanah longsor dan banjir di musim hujan, yang seakan-akan menjadi bencana tahunan yang tidak mampu ditangani.

Berdasarkan hal itu pasangan Ridho-Darus terpanggil untuk membawa kesadaran bahwa ada yang kurang tepat dalam pengelolaan pembangunan Kabupaten Bandung selama ini, dan ingin membawa perubahan dengan menawarkan pendekatan pembangunan yang lebih tepat, guna memperbaiki kondisi ke arah yang lebih baik. Pendekatan tersebut adalah pendekatan pembangunan yang lebih spesifik  bagi kawasan perdesaan maupun perkotaan Kabupaten Bandung, sehingga tercipta kawasan yang maju, mandiri dan sejahtera. Pendekatan pembangunan yang seimbang, selaras dan serasi antara pendekatan pembangunan perdesaan dengan perkotaan.

Dengan konsep pembangunan Lembur-Dayeuh Kabupaten Bandung diharapakan di kawasan perdesaan pembangunan dijalankan guna mewujudkan desa-desa yang mandiri dan lestari, melalui pengembangan infrastruktur perdesaan serta pembangunan sosial, budaya dan ekonomi yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan masyarakat perdesaan. Sedangkan di kawasan perkotaan pembangunan dijalankan guna mengembangkan layanan jasa, industri, perdagangan dan layanan perkotaan lainnya melalui pengembangan infrastruktur perkotaan serta pembangunan sosial, budaya dan ekonomi yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan masyarakat perkotaan.

Tentu penerapan pendekatan pembangunan yang berbeda antara kawasan perdesaan dan perkotaan tersebut bukan dimaksudkan untuk melakukan segregasi/pemisahan antara kawasan perdesaan dan perkotaan, akan tetapi justru untuk membangun pertumbuhan wilayah yang sinergis antara kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bandung. Dengan demikian kawasan perdesaan dapat berperan sebagai pemasok sumber daya yang berkelanjutan bagi kawasan-kawasan perkotaan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya  kawasan perkotaannya berperan sebagai pusat-pusat layanan bagi desa-desa di sekitarnya, baik layanan ekonomi (pusat distribusi, industri pengolahan, jasa perdagangan, industri,  keuangan/perbankan,dll), maupun layanan sosial (pendidikan menengah/tinggi, kesehatan, hiburan, dll).

8 Program Unggulan

Dengan mengusung visi “Mewujudkan Kabupaten Bandung sebagai Daerah yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera Tahun 2015”, Ridho-Darus merancang misi yang dirangkum dalam kata “SEJAHTERA” sebagai berikut.

Page 4: ujian manajemen

S-iapkan infrastruktur dasar dan suprastruktur pembangunan yang ramah lingkungan.

E-tos kerja dan penataan birokrasi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan profesional

JA-dikan Kabupaten Bandung sebagai daerah eko-wisata

H-adirkan kehidupan masyarakat yang agamis dan berbudaya luhur

T-ingkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing

E-mansipasi dalam partisipasi pembangunan

R-aih prestasi Kabupaten Bandung sebagai daerah investasi utama di Jawa Barat

A-tasi masalah kemiskinan dan pengangguran.

Untuk menjalankan misi yang telah dirancang dengan mempertimbangkan praktik perencanaan pembangunan yang selama ini dilaksanakan dan mempertimbangkan permasalahan dan tantangan pembangunan ke depan, maka kami mengajukan 8 (Delapan) Program Unggulan dengan Arah dan Prioritas Kebijakan diletakkan pada 3 (tiga) kelompok program sebagai berikut.

1. Program yang bersifat Prioritas, yaitu program yang mendesak untuk dilakukan dalam jangka pendek karena menjadi kebutuhan utama masyarakat.

2. Program yang bersifat Utama, yaitu program yang harus dilakukan terkait upaya mencapai visi pembangunan.

3. Program yang bersifat Penunjang, yaitu program bidang terkait yang menunjang keberhasilan program prioritas dan program utama.

8 (Delapan) Program Unggulan merupakan puncak dari program-program pembangunan yang kami rancang untuk mewujudkan Kabupaten Bandung yang mandiri, maju, dan Sejahtera. Program-program yang merefleksikan pilihan prioritas, keberpihakan, dan sekaligus aksi nyata dalam menyelesaikan permasalahan ini kami susun sebagai berikut.

1. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Dasar dan Pendidikan

Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar merupakan salah satu poin yang harus direalisasikan dalam rangka mencapai Millenium Development Goals (MDGs) dan mewujudkan Visi Indonesia Sehat. Upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, penekanan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) sudah selayaknya menjadi prioritas bagi pemerintah. Pembangunan sarana pelayanan kesehatan, penyediaan tenaga kesehatan yang profesional, optimalisasi sistem jaminan kesehatan, serta upaya-upaya pembangunan kesehatan partisipatif berbasis masyarakat seharusnya dikelola secara proporsional dan mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah daerah.

Dalam pembangunan di bidang pendidikan, APBD dialokasikan secara optimal untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Tidak boleh lagi ada anak-anak yang tidak bersekolah karena hambatan biaya pendidikan. Jika dirancang dengan baik, pada hakikatnya APBD Kabupaten Bandung sangat memadai untuk memenuhi biaya pendidikan siswa mulai tingkat SD hingga SLTA. Kualitas pendidikan perlu terus ditingkatkan dengan menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan yang baik, memberikan penghargaan yang pantas bagi para guru, memfasilitasi pengadaan berbagai media pembelajaran, dan perluasan akses

Page 5: ujian manajemen

informasi dan teknologi dalam pendidikan. Dalam batas kewenangan yang terus dikembangkan dan disinergikan, pemerintah daerah pun perlu memberikan dukungan pada perbaikan kualitas pendidikan keagamaan, termasuk di dalamnya penyelenggaraan pendidikan di madrasah, pesantren, dan diniyah takmiliyah.

2. Membangun Ekonomi Kerakyatan dan Penyerapan Tenaga Kerja

Terlepas dari perbedaan dalam penetapan kriteria kemiskinan dan data yang ada, angka kemiskinan di Kabupaten Bandung terbilang tinggi, bahkan termasuk ke dalam urutan atas se-Provinsi Jawa Barat. Bertambahnya jumlah pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), permintaan Kartu Jamkesmas dan Jamkesda yang terus meningkat, dan juga banyaknya Raskin yang harus didistribusikan merupakan beberapa parameter kasat mata dari kemiskinan.

Pembangunan di bidang ekonomi seharusnya lebih difokuskan pada penguatan ekonomi berbasis kerakyatan dengan menumbuhkan semangat wirausaha , menciptakan iklim usaha yang kondusif, pembinaan koperasi dan unit-unit ekonomi kerakyatan lainnya, hingga upaya-upaya untuk mempermudah akses modal dan akses pasar bagi produk-produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan kerja perlu dilakukan dengan menggalang kerjasama yang baik dengan sektor swasta dan masyarakat, diantaranya dengan pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dengan konsep link and match dengan pasar tenaga kerja, serta melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan lokal untuk menghasilkan tenaga kerja yang trampil dan atau memiliki motivasi kuat untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja bagi orang lain.

Tidak lepas dari urusan pemerintah daerah adalah memberikan perhatian pada para buruh. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari komponen masyarakat, pemerintah perlu memberikan penghargaan berupa dukungan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial para buruh dan keluarganya agar dapat mengambil peran dan berkontribusi dalam pembangunan.

3. Peningkatan Produktivitas Sektor Pertanian

Potensi pertanian di Kabupaten Bandung sangat besar, meliputi tanaman pangan, sayur-sayuran, buah-buahan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Meskipun demikian, sejauh ini pemerintah daerah belum mampu mengoptimalkan produktivitas sektor pertanian sehingga tidak berdampak positif pada kesejahteraan para petani.

Sistem produktivitas pertanian seperti konsep tata guna lahan, regulasi, sertifikasi lahan, ketersediaan tenaga penyuluh dimulai dari aspek teknologi, permodalan dan akses pasar, dan lain-lain perlu ditata dengan baik. Di samping itu, program dan kegiatan terkait teknologi pengolahan pasca panen dan diversifikasi produk pertanian perlu dikuatkan sehingga memberikan nilai tambah yang signifikan pada peningkatan kesejahteraan petani.

4. Pembangunan Kawasan Agropolitan

Potensi agro dan produktivitas sektor pertanian di Kabupaten Bandung sangat layak untuk dikembangkan ke arah industrialisasi. Pembangunan kawasan agropolitan di Kabupaten Bandung dapat menjadi program yang spesifik dan unggul untuk menjembatani pembangunan kawasan perdesaan dan perkotaan. Program ini dapat direalisasikan mulai dari pembangunan klaster industri untuk pengolahan produk unggulan pertanian hingga pembangunan agroindustri skala kecil di pedesaan dengan jejaring bisnis yang terintegrasi dan modern.

Page 6: ujian manajemen

5. Pengembangan Ekowisata yang Berkelanjutan

Selain dianugerahi dengan keindahan alam yang luar biasa, Kabupaten Bandung pun kaya akan warisan seni dan budaya yang luhur. Program kreatif dan inovatif dalam pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dipastikan dapat mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan sejumlah multiplyer effects bagi kemajuan sektor-sektor ekonomi, ketenagakerjaan, kewirausahaan, dan sebagainya.

Secara bertahap dan berkelanjutan, pengembangan “kampung wisata” sangat prospektif dengan fokus pada wisata seni-budaya, wisata alam dan wisata petualangan yang dikombinasikan dengan wisata belanja dan wisata kuliner. Dukungan lain pun perlu diupayakan dengan mengembangkan infrastruktur seni-budaya sunda serta melestarikan budaya lokal secara kreatif dan sejalan dengan perkembangan teknologi.

6. Pelestarian Lingkungan Hidup dan Penanganan Bencana

Berbagai fenomena alam dan kelalaian manusia yang cenderung mengeksploitasi lingkungan hidup menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup yang cukup signifikan di Kabupaten Bandung. Hal tersebut berdampak pada terjadinya sejumlah bencana, khususnya banjir di sepanjang Daerah Aliran Sungai Citarum atau Cekungan Bandung. Bencana lokal yang berulang setiap tahunnya ini menjadi salah satu isu bencana yang sangat mendesak untuk ditangani.

Solusi permasalahan banjir memerlukan pendekatan yang komprehensif melibatkan aspek struktural dan nonstruktural, sosio-kultural, simultan dari hulu ke hilir, dan sinergi multisektor bersama masyarakat. Kerjasama dan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait dan pendekatan sosial ekonomi dan budaya dengan menghidupkan kembali nilai-nilai positif kearifan lokal dan orientasi pembangunan yang ramah lingkungan perlu ditingkatkan. Pengawasan dan pengendalian pun perlu diperketat dalam hal regulasi daerah tampungan air dan perijinan konversi lahan,  penertiban garis sempadan sungai, pengendalian limbah domestik, industri, peternakan dan pertanian. Dalam jangka panjang, rehabilitasi dan pemulihan perlu didukung dengan membangun sejumlah waduk atau situ buatan, folder atau retensi, dan sumur resapan.

7. Pembangunan Infrastruktur

Stagnansi pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bandung menjadi temuan keseharian selama sepuluh tahun terakhir. Dari 1.136 km ruas jalan kabupaten yang ada, 40%-nya dikategorikan rusak berat. Akses ke sejumlah daerah utama pun dirasakan masih sulit. Kondisi tersebut sangat mengganggu dinamika kehidupan sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi.

Pembangunan infrastruktur perkotaan dan pedesaan harus dilakukan secara merata dan berkualitas untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan jalan lingkar maupun jalan poros dipastikan akan mempermudah akses ke sentra aktivitas masyarakat, khususnya sektor pertanian dan industri.

8. Birokrasi yang Bersih, Amanah dan Profesional, serta Responsif dan Kompetitif

Selama ini masyarakat merasa kurang nyaman jika berurusan dengan birokrasi. Birokrasi dianggap sebagai sesuatu yang sulit, berbelit, dan mahal. Reformasi birokrasi selayaknya menciptakan aparatur pemerintah daerah yang bersahabat dan bekerja optimal dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

Page 7: ujian manajemen

Sistem Pelayanan Satu Pintu, transparansi  perijinan usaha, pelayanan dasar seperti KTP, Akte Kelahiran, Kartu Keluarga, dan sejumlah kepentingan publik lainnya perlu diselenggarakan secara profesional, mudah, dan murah. Hal ini perlu didukung pula dengan insentif yang layak bagi Kepala Desa, Ketua Rukun Warga, dan Rukun Tetangga untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas di barisan terdepan pelayanan pada masyarakat.

C. Etika BisnisEtika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,institusi, dan perilaku bisnis.Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan kedalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksidan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada didalam organisasi.D. Penerapan Etika pada Organisasi PerusahaanDapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajibanditerapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai

perilaku moral yang nyata?

CONTOH PELANGGARAN ETIKA BISNIS• Pelanggaran etika bisnis terhadap hukumSebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya memutuskan untukMelakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan PHK itu, perusahaansama sekali tidak memberikan pesongan sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan x dapat dikatakan melanggarprinsip kepatuhan terhadap hukum.• Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansiSebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaranbaru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutansekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping itu tidakada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid.Setelah didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itudipergunakan untuk pembelian seragama guru. Dalam kasus ini, pihak Yayasan dansekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi• Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitasSebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawanyang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan mengundurkan diri. A sebagaisalah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak penguruskarena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehinggasegala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. PihakPengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut.Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RSSwasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasanfungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus RumahSakit• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawabanSebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter. Dalampengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan mengirimkancalon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke negara-negaratujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkanpelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yangterarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyakRp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2

Page 8: ujian manajemen

bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak adakejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan,begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebuttelah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagaicalon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja.• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaranSebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijinmembangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavlingperumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhikewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya.Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah,karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belumada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasankavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah,sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangunsemuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajarankepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnyauntuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus iniperusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidakmemenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuranSebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuahperusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatanpihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalampelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasibangunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisibangunan sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaankontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhispesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empatiSeorang nasabah, sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat membayarangsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudahmemberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayarangsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelahjatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk menagih angsuran danmengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagihdengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalamkasus ini kita dapat mengakategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaranprinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikanperingatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

2.2Contoh Kasus

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) optimis dapat menyelesaikan dengan baik pembangunan backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram-Kupang Cable System) sepanjang 1.041 km meski ada penundaan peresmian dimulainya proyek tersebut. Demikian dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia.

Peresmian dimulainya proyek Mataram-Kupang Cable System semula dijadwalkan pada 12 Oktober 2009 oleh President Susilo Bambang Yudhoyono. Namun karena jadwal Presiden yang begitu padat, rencana peresmian sedang dijadwal ulang.Seperti disampaikan Sekjen Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar, Minggu (11/10), sejatinya peresmian akan dilakukan pada Senin (12/10). Namun karena ada beberapa hal teknis yang belum selesai, maka diundur.

Page 9: ujian manajemen

Diungkapkan Basuki, berdasarkan informasi yang diterimanya proses tender untuk vendor yang dimiliki Telkom belum selesai. “Saya dengar tinggal tiga vendor. Tetapi ini tidak bisa main tunjuk langsung. Saya setuju jika mengikuti peraturan saja. Lebih baik ditunda ketimbang mencari terobosan dalam tender tetapi bermasalah nanti di mata hukum,“ jelas Basuki Yusuf Iskandar.

Ditegaskan Eddy Kurnia, penundaan peresmian proyek yang juga dikenal sebagai bagian dari Proyek Palapa Ring tersebut sama sekali tidak akan mengganggu jadwal proyek secara keseluruhan yang ditargetkan selesai pada tahun 2010. “Telkom akan terus fokus menyiapkan sebaik mungkin segala sesuatunya, baik proses maupun penggelarannya,” ujarnya.Palapa Ring merupakan megaproyek pembangunan tulang punggung (backbone) serat optik yang diinisiasi oleh Pemerintah (Cq. Menkominfo), terdiri dari 35.280 kilometer serat optik bawah laut (submarine cable) dan 21.708 kilometer serat optik bawah tanah (inland cable). Kabel backbone yang terdiri dari 7 cincin (ring) melingkupi 33 provinsi dan 460 kabupaten di Kawasan Timur Indonesia.

Telkom memandang penundaan peresmian dimulainya proyek Palapa Ring sebagai peluang untuk lebih menyempurnakan dan mereview kembali keseluruhan pelaksanaan proyek tersebut sehingga seluruh proses tidak ada yang tertinggal. Mengenai waktu peresmian proyek Mataram Kupang Cable System tersebut, Telkom akan mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh Pemerintah. “Dalam hal event ini, Telkom dalam posisi ikut saja, artinya kapan saja Pemerintah berkeinginan memulai, kami siap,” tegas Eddy Kurnia.Mataram-Kupang Cable System merupakan bagian dari proyek pembangunan backbone di KTI yang mencakup Mataram-Kupang, Manado-Sorong, dan Fakfak-Makassar. Proyek Mataram Kupang Cable System merupakan inisiatif Telkom untuk mendukung percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diharapkan selesai akhir September 2010.

Backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram Kupang Cable System), memiliki 6 Landing Point di kota Mataram, Sumbawa Besar, Raba, Waingapu dan Kupang, serta 810 Km darat dengan 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont, Taliwang, Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, Waingapu, dan Kupang.

Percepatan pembangunan backbone Mataram Kupang didorong oleh perubahan mendasar pada layanan Telkom. “Bila pada masa lalu layanan Telkom lebih banyak berbasis voice, maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment),” jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan wilayahnya.

BAB III

3.1  Kesimpulan

Telkom memandang penundaan peresmian dimulainya proyek Palapa Ring sebagai peluang untuk lebih menyempurnakan dan mereview kembali keseluruhan pelaksanaan proyek tersebut sehingga seluruh proses tidak ada yang tertinggal. Mengenai waktu peresmian proyek Mataram Kupang Cable System tersebut, Telkom akan mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh Pemerintah. “Dalam hal event ini, Telkom dalam posisi ikut saja, artinya kapan saja Pemerintah berkeinginan memulai, kami siap,” tegas Eddy Kurnia.Percepatan pembangunan backbone Mataram Kupang didorong oleh perubahan mendasar pada layanan Telkom. “Bila pada masa lalu layanan Telkom lebih banyak berbasis voice, maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment),” jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan wilayahnya.

Page 10: ujian manajemen

BAB II

2.1 Landasan Teori

Etika bisnis merupakan etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku bisnis dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan para kompetitor. Etika itu sendiri merupakan dasar moral, yaitu nilai-nilai mengenai apa yang baik dan buruk serta berhubungan dengan hak dan kewajiban moral.

Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis. Prinsip dimaksud adalah :

1.Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.

2.Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).

3.Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.

4.Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.

5.Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.

Ada mitos bahwa bisnis dan moral tidak ada hubungan. Bisnis tidak dapat dinilai dengan nilai etika karena kegiatan pelaku bisnis, adalah melakukan sebaik mungkin kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Sehingga yang menjadi pusat pemikiran mereka adalah bagaimana memproduksi, memasarkan atau membeli barang dengan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku bisnis sebagai suatu bentuk persaingan akan berusaha dengan berbagai bentuk cara dan pemanfaatan peluang untuk memperoleh keuntungan.Apa yang diungkapkan diatas adalah tidak benar karena dalam bisnis yang dipertaruhkan bukan hanya uang dan barang saja melainkan juga diri dan nama baik perusahaan serta nasib masyarakat sebagai konsumen. Perilaku bisnis berdasarkan etika perlu diterapkan meskipun tidak menjamin berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, akan tetapi setidaknya akan menjadi rambu-rambu pengaman apabila terjadi pelanggaran etika yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi pihak lain.

Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga, pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Ketidaketisan perilaku berbisnis dapat dilihat hasilnya, apabila

Page 11: ujian manajemen

merusak atau merugikan pihak lain. Biasanya factor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis.

Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan manajemen yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik. Perusahaan harus mampu melayani kepentingan berbagai pihak yang terkait. Ia harus dapat mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang sesuai dengan apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses bebas dimana terdapat barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan banyak pilihan bagi konsumen, sehingga apabila perusahaan kurang berhati-hati akan kehilangan konsumennya. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.

Perumusan MasalahMenganalisis lingkungan bisnis Ancol dengan melakukan enviromental screening dan mengidentifikasi kompetensi inti (core competence) dari Ancol serta memberikan penilaian tentang kesinambungan (sustainability) dari kompetensi inti tersebut.Tujuan dan Peran Analisis LingkunganTujuan melakukan analisis lingkungan ini adalah menilai lingkungan perusahaan Ancol secara komprehensif, faktor-faktor yang berada di luar atau di dalam perusahaan Ancol yang dapat mempengaruhi kemajuan perusahaan Ancol dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Diharapkan manajemen Ancol dapat memcari strategi yang sesai untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan (sustainable).

II. DISKRIPSI ANCOL JAKARTA BAY CITYBerlokasi di Jakarta Utara, Ancol Jakarta Bay City (Ancol) merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Objek wisata terus melakukan pengembangan dengan menambah wahana baru. Salah satu wahana yang baru saja dibuka adalah Ice World, sebuah wahana yang membuat pengunjung seakan-akan berada di Kutub Utara dengan suhu di bawah nol derajat memberikan sensasi dingin yang munusuk kulit hingga ke tulang sumsum, membuat tubuh menggigil sementara nafas yang terembus lewat hidung dan mulut menyembur-nyemburkan buih tipis. Dari langit-langit sebuah ruangan seluas 1.200 m2 diguyurkan butiran¬butiran hujan salju yang lembut. Di kiri-kanan ruangan dihiasi pahatan es berbentuk objek Tujuh Keajaiban Dunia karya pemahat Harpin, Cina Utara. Seperti Taj Mahal, Menara Eiffel, Tembok Cina, Candi Borobudur, Patung Liberty. Betul, inilah pemandangan Ice World, wahana baru di Pantai Carnaval, Ancol. “Tahun 2005-2006, selain mengembangkan wahana permainan baru, kami juga merevitalisasi beberapa gelanggang hiburan yang lama,” ujar Sudiro Pramono, Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA) di sela-sela acara public expose perusahaan properti dan pariwisata itu. Asal tahu saja, saat ini di Ancol (dulu disebut Taman Impian Jaya Ancol) memiliki 28 wahana/gelanggang hiburan. Untuk membangun sebuah wahana anyar dibutuhkan nilai investasi minimal Rp 60 miliar. Sementara itu, biaya pembangunan Ice World menyedot dana Rp 250 miliar.PJA juga merehab sejumlah wahana yang sudah ada, semisal The Lost Kingdom yang merupakan revitalisasi Gelanggang Samudra. Pertunjukan lumba¬lumba diganti dengan wahana 1001 malam. Wahana ini menyajikan banyak seri petualangan yang dilengkapi Pyramidium Theatre empat dimensi. Selain sarat edukasi tentang biota laut, wahana 1001 malam juga menampilkan kejutan spesial efek berupa cipratan air di wajah, embusan angin dan lainnya yang disesuaikan dengan jalan cerita film yang diputar. Wahana yang dibangun dalam kurun Januari 2005-Februari 2006 itu menelan biaya sekitar Rp 90 miliar.Adapun Gelanggang Renang direvitalisasi menjadi Athlantic Water Adventures. Di wahana yang menghabiskan modal lebih dari Rp 70 miliar ini, pengunjung dapat menikmati suasana kota kuno Atlantis: mengarungi kedahsyatan taman air, spiral luncur dan kolam arus dengan suasana penuh legenda. Wahana yang mematok tiket masuk Rp 35 ribu/orang itu dioperasionalkan sejak Juli 2005. Tarif wahana Atlantis lebih murah dibandingkan dengan Ice World yang

Page 12: ujian manajemen

memungut Rp 50 ribu/orang sejak dibuka 23 Desember tahun lalu. Tak sekadar wahana permainan, yang menjadi fokus PJA memoles kecantikan Ancol untuk menyedot pengunjung. Bisnis lahan properti pun ditingkatkan dengan meghadirkan Marina Coast yang lokasinya di pinggir pantai, dekat Puri Marina. Penggarapan kawasan seluas 6 hektare ini sudah rampung dan kini dipasarkan kavling siap huni. Luas kavlingnya dari 300 m2 hingga 1.500 m2 dengan harga Rp 4,5 juta/m2. Total nilai investasi yang dibenamkan Rp 80 miliar dan dilakukan secara bertahap.Urusan makanan di Ancol pun dibenahi. Dulu, Ancol identik dengan sajian makanan yang tidak enak dan mahal, kini PJA berusaha menghapus citra negatif itu. Makanya, PJA meluncurkan Jimbaran Cafe & Resto. Pengelolaannya dilakukan PJA bersama beberapa pengusaha kafe dan restoran di Jimbaran, Bali. Resto itu dibangun di atas lahan seluas 3 ribu m2 dengan menghabiskan biaya Rp 3 miliar. Di sana terdiri atas empat bangunan khas Bali berkapasitas 500 kursi dan tempat terbuka di pelataran pantai. Resto ini untuk melengkapi 10 gerai franchise milik PJA (Planet Baso dan Columbus Fried Chicken) dengan menggandeng beberapa franchisee, mampu memberikan kontribusi pemasukan ke PJA Rp 3 miliar selama dua tahun. Selama ini, Ancol juga punya Bandar Jakarta sebagai pusat jajan makanan dengan jumlah pengunjung 2-3 ribu orang/bulan dan perputaran uang di bisnis makanan itu mencapai Rp 40-50 juta/hari.Selain merevitalisasi dan membangun proyek-proyek baru, PJA juga melakukan reklamasi pantai seluas 350 ha secara bertahap. Tahap pertama ditargetkan 60 ha (tapi baru selesai 28 ha, jadi sisa 32 ha) diperkirakan menelan dana Rp 100 miliar. “Total belanja modal yang kami anggarkan tahun 2005-2006 senilai Rp 325 miliar,” kata Sudiro. Untuk mendanai proyek-proyek itu PJA akan meminjam ke bank sebesar Rp 250 miliar dan sisanya dari kantong sendiri.Pengembangan berbagai proyek Ancol tak luput dari ambisi PJA. “Setelah kami melakukan introspeksi untuk memenangi persaingan, maka Ancol harus melakukan perubahan. Untuk itu kami mendefinisi ulang visi dan misi Ancol ke depan, yakni harus menjadi perusahaan pengembang kawasan wisata serta properti terbaik dan terbesar di Asia Tenggara,” papar Budi Karya Sumadi, Presdir PJA ketika ditemui di kantornya, Cordova Building Lt. 7, Ancol. Di Asia Tenggara, Ancol memang mesti bersaing ketat dengan tempat rekreasi milik negeri jiran: Genting Island, Malaysia dan Sentosa Island, Singapura. Bagi Budi, core competence yang bisa diandalkan Ancol adalah sebagai edutainment centre. Dengan demikian, pihaknya berharap 10 tahun mendatang menjadi Ancol Spectacular. “Tapi kami sadar untuk mencapai itu butuh tatanan¬tatanan, yaitu Ancol Reborn. Tahapannya: Ancol Excellent, setelah itu Ancol Reborn,” imbuh Sarjana Arsitektur dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu. Dengan cara kerja Ancol selama ini, Budi pesimistis target itu dapat tercapai. Akhirnya dilakukanlah evaluasi dan ditemukan 130 milestone. Artinya, selain pekerjaan yang existing masih ada 130 pekerjaan lain yang harus dituntaskan semua karyawan.Ternyata hal yang lebih mendasar dilakukan adalah mengubah pola pikir, yakni dari bekerja dengan tenaga menjadi bekerja dengan hati. Maksudnya, dalam bekerja tidak semata-mata mengejar target tugas, tapi juga melibatkan emosi untuk meraih hasil yang optimal. Ada empat pokok milestone yang dilakukan: strategi inisiatif yang berkaitan dengan keuangan; bisnis; SDM; pengembangan SDM itu sendiri. Dan soal SDM menjadi penekanan utama PJA. Menurut Budi, saat ini pengembangan Ancol ibaratnya kurva linier karena pasar Jakarta sudah maksimal pada titik 10-12 juta orang pengunjung/tahun. “Kami hanya mungkin melakukan pengembangan 10%-20%/tahun. Makanya tiga tahun terakhir kami membenahi Ancol dengan memperbaiki acara-acara dan wahananya,” ungkapnya. Tidak sia-sia, jumlah pengunjung pun mengalami kenaikan. Sebelum direhab Ancol rata-rata dikunjungi 700 ribu orang/bulan, tahun 2005 (6 bulan pascarehab) sudah melampaui 1 juta orang/bulan. Ke depan, PJA menargetkan 1,3-2,4 juta orang pengunjung/bulan dalam genggaman.Membludaknya jumlah pengunjung Ancol otomatis mendongkrak pendapatan PJA. Lihat saja pada acara jelang Tahun Baru 2006, Ancol memecahkan rekor pendapatan terbesar sepanjang sejarah berdirinya pusat hiburan ini. Dalam sehari (31 Desember 2005) jumlah pengunjungnya mencapai 280 ribu dengan keuntungan kotor Rp 5,89 miliar dari penjualan tiket masuk Ancol dan Dunia Fantasi (Dufan). Itu belum termasuk pendapatan nontiket, karcis wahana non-Dufan dan partisipasi sponsor. Padahal, untuk menggelar acara tutup tahun 2005 itu Ancol hanya mengabiskan dana Rp 2 miliar dengan menampilkan penyanyi Iwan Fals, Slank, God Bless plus

Page 13: ujian manajemen

pesta kembang api.Budi mengklaim, periode 2005 kinerja keuangan PJA tidak mengecewakan. Total pendapatan yang dibukukan Rp 650 miliar. Sumber pendapatan terbesar berasal dari sektor properti (30%), karcis Dufan (20%), tiket pintu gerbang (20%), dan sisanya dari wahana lain di dalam kawasan Ancol. Wahana Dufan sepanjang 2005 memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 120 miliar dan tahun depan diharapkan bertambah menjadi Rp 150 miliar. “Revenue tahun 2006 kami targetkan tumbuh 20% atau sekitar Rp 750 miliar,” imbuh Budi. Adapun pendapatan properti PJA diperoleh dari sewa lahan dan kantor Cordova Building, Apartemen Marina Residence, dan housing Putri Duyung.Untunglah, kondisi keuangan PJA tidak besar pasak daripada tiang. Simak saja selama tahun 2005 dengan pendapatan sekitar Rp 650 miliar, pengeluarannya kurang- lebih Rp 440 miliar. Pengeluaran terbesar tahun lalu untuk investasi dua wahana: Atlantis dan The Lost Kingdom, yang mencapai Rp 300 miliar. Sisanya, Rp 110 miliar untuk ongkos operasional dan bayar pegawai sebanyak 1.150 orang. “Sampai saat ini utang kami hanya di Bank DKI senilai Rp 20 miliar,” kata Budi.Strategi pricing tiket Ancol tidak dilakukan bundling sebagaimana Disneyland di Tokyo, Hong Kong, atau negara lain yang jika dikurskan setara Rp 400 ribu/orang. Itulah sebabnya harga tiket itu dibuat beragam. Katakanlah, untuk tiket masuk gerbang Rp 10 ribu/orang, karcis Dufan Rp 50 ribu/orang pada hari biasa dan hari libur Rp 70 ribu/orang. Harga tiket ini rata-rata naik 10%-20% setiap tahun. Tahun 1985 saat pertama kali Dufan dibuka harga tiketnya Rp 7 ribu/orang dengan tarif pintu gerbang Rp 4 ribu/orang. Namun, di mata masyarakat, harga tiket Ancol masih dianggap kelewat tinggi. “Mestinya tarif tiket Dufan jangan di atas Rp 50 ribu. Kami sebagai orang kecil, termasuk orang-orang di daerah yang memimpikan Ancol hanya bisa gigit jari. Apalagi sekarang biaya hidup mahal, ekonomi makin sulit, sehingga dunia hiburan tidak terjangkau,” keluh Ari Tambih (28 tahun), warga Rawabelong, Jakarta Barat, yang sampai sekarang belum bisa membawa putri semata wayangnya untuk jalan¬jalan ke Ancol.Bagi Budi tantangan yang dihadapi tidak saja kritikan soal tarif Ancol yang cuma terjangkau segmen menengah-atas, tapi juga masalah: Jakarta belum menjadi daerah tujuan wisata utama. “Indikasinya, coba perhatikan Sabtu dan Minggu atau hari libur, pasti banyak orang Jakarta yang keluar, entah itu ke Bandung, Bali, bahkan ke luar negeri daripada orang yang datang ke Jakarta,” pria kelahiran Palembang, 18 Desember 1956 ini menguraikan.Sadar akan pasar Jakarta yang mulai jenuh, PJA tak kehabisan akal. Saat ini pihaknya berencana membiakkan Ancol ke beberapa daerah. Sebut saja Bali, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. “Kami tetap memakai brand Ancol untuk pengembangan di beberapa daerah tersebut,” Budi berujar. Maklumlah, dari total 550 ha lahan yang dikuasai Ancol, sekarang yang masih bisa dikembangkan tinggal 200 ha. Pertimbangan dipilihnya daerah tujuan ekspansi itu: daerah turis dan punya income tinggi. Di Bali, selain banyak dikunjungi wisman dan turis lokal juga banyak bersinggungan dengan dunia internasional, apalagi budaya orang Bali sendiri yang mendukung pariwisata. “Ini membuka peluang kami lebih gampang untuk go international,” ucap Budi dengan nada optimistis.Budi menjelaskan, di Bali PJA menggandeng Pemda Buleleng guna mengembangkan kawasan 250 ha (50 ha di antaranya untuk properti). Saat ini, mereka sedang berancang-ancang membuat masterplan dengan mengundang Baltimore. Di Pulau Dewata ini juga akan dikembangkan dua pola yang selama ini menjadi andalan PJA: pariwisata dan properti. Yang membedakan, nuansa alami Buleleng lebih ditonjolkan. “Jadi lebih ke rekreasi alam ketimbang teknologi,” tuturnya. Untuk tahap awal, sebanyak 6-8 ekor lumba-lumba Ancol akan dipindahkan ke Buleleng dengan membuat wahana di tepi laut. Investasi awal masih diatasi oleh PJA dan Pemda. Akan tetapi, setelah masterplan rampung, tidak menutup kemungkinan bakal mengundang investor lain. Strategi ini dilakukan sebagaimana pengembangan wahana Sea World di Jakarta dengan sistem built, operate and transfer yang hak kelolanya 20-25 tahun. Dan, yang terbaru pengembangan Ice World melibatkan investor Malaysia dan teknologi dari Cina.Seiring dengan pengembangan kawasan Buleleng, PJA bakal merevitalisasi Singaraja termasuk pelabuhannya, pusat sejarah pemerintahan kerajaan Bali masa lampau. Ini akan menjadi ikon baru Bali dan butuh investasi sekitar Rp 500 miliar. Sebagaimana Ancol Jakarta, investasi ini

Page 14: ujian manajemen

tidak bisa cepat mengalami titik impas. Jadi, sifatnya jangka panjang, memakan waktu sekitar 30 tahun.Tak puas di Bali, PJA pun merambah Parangtritis dan Samarinda. Luas lahan Parangtritis yang bakal disulap menjadi wisata ala Ancol 200 ha. Untuk Samarinda, luas lahannya 200 ha dipakai area wisata dan 50 ha untuk properti. “Kami bekerja sama dengan Universitas Mulawarman di Samarinda dan sekarang masuk tahap MoU,” Budi menjelaskan. Dan, kreativitas PJA mengepakkan sayap ke beberapa daerah diacungi jempol oleh Taufik. “Ini menarik karena bisa memberikan alternatif destinasi wisata baru,” kata Associate Partner Head MarkPlus Consulting & MarkPlus Research itu. Sayang, ia kurang setuju kalau mereknya tetap memakai embel-embel Ancol lantaran dianggapnya kurang cocok dengan daerah setempat.Pendeknya, setumpuk rencana pengembangan bisnis PJA, khususnya Ancol telah disiapkan. Katakanlah Pasar Seni Ancol bakal direposisi sebagai laboratorium seni untuk ruang edukasi, apresiasi, implementasi dan aplikasi karya seni. Tahap awal, dipaparkan Budi, PJA akan membangun Ancol Art Academy. Jadi, kalau mau belajar seni lukis, seni tari dan seni musik bisa dilakukan di laboratorium seni Ancol.“Kami ingin tiap tahun ada gereget baru,” tutur Budi. Untuk itu, pihaknya tidak cepat puas dengan apa yang dicapai sekarang, terutama soal penambahan wahana baru yang lebih atraktif. Kehadiran Ice World akhir 2005, bisa jadi ditambah Ice Skating di tahun 2006. Di kawasan Pantai Carnaval ini juga telah diteken MoU pengembangan area konser, stadion musik berkapasitas 5-6 ribu orang. Pertengahan tahun ini mulai digarap dengan melibatkan investor konsorsium lokal. Nantinya, di sekeliling arena bakal ada mal dan kafe dengan nilai investasi sekitar Rp 400 miliar. Saat ini komposisi kepemilikan saham PJA: Pemda DKI (68%), PT Pembangunan Jaya (17%), dan masyarakat (15%).Strategi pemasaran Ancol selain beriklan di media, juga meluncurkan program Kereta Wisata Ancol bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia pada akhir 2005. Dengan paket ini memudahkan akses warga Bogor, Depok, Bekasi, Serpong dan Tangerang menuju Ancol. Biayanya Rp 19.500-22.500/orang, sudah termasuk tiket masuk dan bus antar-jemput dari stasiun. “Meski Ancol gencar beriklan, saya kok belum terdorong datang ke sana,” ujar Taufik sengit. Baginya, Ancol memang memiliki awareness bagus sebagai tempat rekreasi, tapi lemah dalam pengembangan emotional branding yang terus-menerus membuat orang rindu datang ke sana. Menurutnya, ini kebalikan dari Sentosa Island yang selalu membuat orang ketagihan datang ke Singapura. Apalagi faktor keamanan dan kebersihan di Jakarta, khususnya Ancol, kurang mendukung kampanye pariwisata.

III. LANDASAN TEORISecara umum, lingkungan perusahaan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar, yakni lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar lagi yakni lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri. Kategori lingkungan perusahaan adalah sebagai berikut:

A. Lingkungan Eksternal1. Lingkungan UmumLingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan ini hanya memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah:a. Ekonomib. Sosialc. Politik dan Hukumd. Teknologie. Demografi

2. Lingkungan IndustriLingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan

Page 15: ujian manajemen

langsung terhadap operasional perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri sebagai berikut:a. Ancaman Masuknya Pendatang Barub. Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang adac. Tekanan dari Produk Penggantid. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)e. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

B. Lingkungan InternalLingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Masing-masing komponen dari analisis lingkungan internal sebagai berikut:

1. Sumber Daya (Resources)a. Tangible, merupakan sumber daya yang terlihat atau berwujud dalam data keuangan dan mudah sekali diidentifikasi dan dievaluasi. Contohnya: Sumber daya Finansial : Kapasitas kredit perusahaan. Kemampuan menghasilkan dana internal, dan sebagainya.Sumber daya Fisik : Kecanggihan mesin pabrik. Lokasi pabrik atau lokasi usaha, dan sebagainya.Sumber daya Manusia : Pengalaman, loyalitas, pelatihan, komitmen, dan sebagainya.Sumber daya Organisasional : Sistem perencanaan, koordinasi, pengendalian, dan sebagainyab. Intangible, merupakan sumber daya yang tidak terlihat pada neraca keuangan perusahaan misalnya teknologi, inovasi dan reputasi (performance). Contohnya:Sumber daya Teknologi: Persediaan teknologi: paten, merek dagang, hak cipta, dan sebagainya, Sumber daya untuk Inovasi: Kegiatan riset, kreativitas, dan sebagainya,Reputasi (performance): Merek, persepsi kualitas, hubungan baik dengan pemasok, dan sebagainyac. Human Resources Perusahaan menilai sumber daya manusia atau karyawannya berdasarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang untuk selanjutnya dikembangkan juga penilaian terhadap kemampuan para karyawan untuk bekerja sama secara lebih efektif.

2. Kapabilitas (Capability)

a. Pendekatan Fungsional, merupakan penentu kapabilitas perusahaan secara relative terhadap fungsi-fungsi utama perusahaan antara lain: pemasaran, penjualan dan distribusi, keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, produksi serta organisasi secara umum.

b. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain), kapabilitas yang didasarkan pada serangkaian kegiatan yang berurutan yang merupakan sekumpulan aktivitas nilai (value activities) yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirim dan mendukung produk dan jasa.

3. Kompetensi Inti (Core Competence)Ada dua pengertian mengenai kompetensi, yakni kompetensi individual dan kompetensi organisasi. Kompetensi individu meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities) yang dimiliki seseorang dalam suatu organisasi. Sedangkan kompetensi organisasi merupakan tindakan kolektif dari karakteristik kompetensi individu dalam tingkatan organisasi. Olson dan Bolton (2002) mengilustrasikan cakupan konsep kompetensi dalam literature organisasi yang diadaptasi oleh Green (1999). Dikemukakan bahwa kompetensi merujuk pada individu maupun organisasi. Karateristik individu meliputi pengetahuan teknis dan keterampilan (technical knowledge and skills) dan keterampilan kinerja, serta kompetensi penyumbang individu (performance skills and competencies of individual contributors).

Page 16: ujian manajemen

Lebih lanjut kompetensi inti diperkenalkan oleh Hamel dan Prahalad (1999). Kompetensi inti merupakan sekumpulan keterampilan dan teknologi yang memungkinkan suatu perusahaan menyediakan manfaat tertentu kepada pelanggan agar bersaing lebih efektif.

Ada tiga parameter yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kompetensi inti dalam perusahaan sebagai berikut:

Pertama, apakah kompetensi inti memberikan akses potensial kepada berbagai macam pasar. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki kompetensi ini dalam sistem layar monitor memungkinkan perusahaan tersebut menekuni berbagai bisnis seperti: TV mini, kalkulator, monitor untuk komputer dan laptop, dashboard mobil, dan sebagainya.Kedua, apakah kompetensi inti dapat memberikan kontribusi signifikan pada kegunaan yang diterima pelanggan. Sebagai contoh, kompetensi Honda dalam mendesain dan membuat mesin yang irit bahan bakar dan tahan uji memberikan nilai yang tinggi bagi pelanggannya yang implikasinya membuat pelanggan enggan beralih kepada produsen lain.Ketiga, apakah kompetensi inti yang dimiliki perusahaan membuat pesaing mengalami kesulitan untuk meniru (imitasi). Jika dihubungkan dengan kapabilitas, maka seluruh kompetensi inti merupakan kapabilitas dan sebaliknya tidak semua kapabilitas merupakan kompetensi inti. Hanya kapabilitas yang mempunyai kriteria tertentu yang dapat dikategorikan sebagian komptensi inti. Kemampuan atau kapabilitas merupakan kompetensi inti jika memenuhi empat kriteria, yakni:a.Kemampuan yang Bernilai (Valuable Capabilities), yakni kemampuan yang memungkinkan perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman eksternal.b.Kemampuan yang Langka (Rare Capabilities), yakni kemampuan yang hanya dimiliki oleh sangat sedikit pesaing, baik pesaing saat ini maupun pesaing yang akan datang.c.Kemampuan yang Tidak Dapat Ditiru Secara Sempurna (Imperfectly Imitable Capabilities), yakni kemampuan yang tidak mudah dikembangkan oleh perusahaan lain.d.Kemampuan yang Tidak Dapat Diganti (Nonsubstitutable Capabilities), yakni kemampuan yang sukar untuk digantikan.

Hal terpenting yang perlu dipahami bahwa kompetensi tidak harus dan tidak boleh dijadikan penghambat untuk berubah apabila perusahaan memang memerlukannya. Jika kompetensi inti yang lama berubah sejalan dengan globalisasi, perusahaan pun harus menemukan kompetensi yang baru. Karena jika tidak melakukan perubahan, dikuatirkan perusahaan tersebut akan mengalami kemunduran (competitive disadvantage). Hal ini dilakukan dengan mempertahankan dan menopang kompetensi inti yang telah ada dan secara simultan mengembangkan dan membentangkan apresiasi ke depan untuk menemukan dan menghasilkan kompetensi inti yang baru.

IV. PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUSUntuk membahas permasalahan di atas perlu kita mulai dari analisa kasus lingkungan eksternal dan internal.A. Lingkungan EksternalI. Lingkungan Umum1. Ekonomi:

a. Salah satu objek wisata di Indonesia yang terletak di ibukota negara RI.

b. Komposisi kepemilikan saham:1. Pemerintahan Daerah DKI = 68%2. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. = 17%3. Masyarakat = 15%

Page 17: ujian manajemen

c. Kinerja keuangan Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA) periode 2005: Total Pendapatan yang dibukukan + Rp 650 miliar. Sumber pendapatan terbesar berasal dari sektor properti (30%), karcis Dunia Fantasi (20%), tiket pintu gerbang (20%), dan sisanya wahana lain di dalam kawasan Ancol (30%).

d. Pengeluaran keuangan selama tahun 2005 + Rp 440 miliar dengan perincian investasi dua wahana + Rp 300 miliar, biaya operasional dan bayar karyawan + Rp 110 miliar, dan biaya lain-lain + Rp 30 miliar.

2. Sosial: Lingkungan objek berada terdiri atas orang-orang dengan berbagai kultural, berbagai strata pendidikan dan beraneka ragam kondisi etnis yang majemuk.3. Politik dan Hukum: Secara legal perusahaan berada di wilayah ibukota DKI Jakarta dan bekerja sama dalam hal kepemilikan saham dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

4. Teknologi:a. Memiliki 28 wahana/gelanggang hiburanb. Ice World sebagai wahana seakan-akan berada di Kutub Utara &Ice Skatingc. The Lost Kingdom yang merupakan revitalisasi Gelanggang Samuderad. Wahana 1001 malam sebagai revitalisasi pertujukan lumba-lumbae. Athlantic Water Adventures sebagai revitalisasi gelanggang renangf. Wahana Dunia Fantasi (Dufan)g. Jimbaran Café & Restoh. Reklamasi pantai seluas 350 hai. Cordova Building, Apartemen Marina Residence, Housing Putri Duyung5. Demografi:a. Pasar Jakarta telah maksimal pada titik 10-12 juta orangb. Distribusi geografis dengan meluncurkan program Kereta Wisata Ancol sehingga memudahkan warga sekitar Jakarta dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menuju Ancol.c. Lahan untuk dikembangkan terbatas tinggal 200 ha dari luas lahan550 ha yang dikuasai.

II. Lingkungan Industri1. Ancaman masuknya pendatang barua. Water Boom di Lippo Karawaci dan Lippo Cikarang (Groupnya Lippo)b. Ocean Park Water Adventure di Bumi Serpong Damai, Tangerangc. Taman Ria Remaja, Senayan Jakartad. Eldorado Cibubur, Bogor

2. Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang adaa. Sentosa Island di Singapurab. Genting Island di Malaysiac. Disneyland di Hong Kongd. Disneyland di Tokyoe. Disneysea di Tokyof. Seaword Gold Coast di Australia

3. Tekanan dari Produk Penggantia. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta (wisata budaya)b. Taman Safari, Cisarua Bogor (wisata fauna)c. Taman Mekar Sari, Bogor (wisata flora)d. Kebun Binatang Ragunan, Pasar Minggu (wisata fauna)e. Kebun Raya Bogor (wisata flora)

Page 18: ujian manajemen

4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)a. Harga tiket masuk ke Ancol masih dianggap kelewat tinggib. Harga karcis masuk ke Dunia Fantasi (Dufan) yang masih dianggap mahal

5. Kekuatan Tawar-menawar PemasokTidak terdapat keterangan pada diskripsi tugas yang diberikan.B. Lingkungan Internal1. Sumber Daya (Resources)

a. Tangible: Kinerja keuangan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA) tahun 2005 yang memiliki pendapatan + Rp 650 miliar serta pengeluaran keuangan selama tahun 2005 sebesar + Rp 440 miliar.

b. Intangible: PJA melakukan berbagai inovasi serta melakukan pengembangan teknologi antara lain: 28 wahana/gelanggang hiburan, Ice World, Ice Skating, The Lost Kingdom, Wahana 1001 malam, Athlantic Water Adventures, Dunia Fantasi (Dufan), Jimbaran Café & Resto, Reklamasi pantai seluas 350 ha, Cordova Building, Apartemen Marina Residence, Housing Putri Duyung.

c. Sumber Daya Manusia (Human Resources) : Karyawan Ancol berjumlah 1150 orang yang bekerja dengan tenaga dimana perlu diubah pola pikirnya bekerja dengan hati. Faktor-faktor keamanan dan kebersihan yang masih relatif minim.

2. Kapabilitas (Capability)

a. Pendekatan Fungsional Ada empat strategi inisiatif yang menjadi pokok milestone yang dilakukan: Strategi yang terkait dengan keuangan, bisnis, sumber daya manusia (SDM), pengembangan SDM itu sendiri. Kemudian dari fungsi pemasaran terlihat bahwa PJA lemah pada pengembangan emotional branding meskipun Ancol telah memiliki good awarness.

b. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain) Berdasarkan hasil evaluasi masih ditemukan 130 milestones, yang artinya masih ada 130 pekerjaan lain yang harus diselesaikan oleh seluruh karyawan.

3. Kompetensi Inti (Core Competence) Kompetensi inti yang dapat diandalkan Ancol adalah sebagai edutainment centre, sehingga diharapkan 10 tahun mendatang menjadi Ancol Spectacular.Ada tiga parameter yang dapat diimplementasikan untuk mengidentifikasi kompetensi inti Ancol sebagai berikut :1. Apakah kompetensi inti Ancol dapat memberikan akses potensial kepada berbagai macam pasar. Kreativitas PJA mengembangkan sayap ke beberapa daerah untuk memberikan alternatif tujuan wisata baru. PJA juga melakukan reposisi Pasar Seni Ancol menjadi laboratorium seni yang diberi nama Ancol Art Academi untuk ruang edukasi, apresiasi, implementasi dan aplikasi karya seni, sehingga jika ingin belajar seni lukis, seni tari dan seni musik bisa dilakukan di laboratorium tersebut. Di kawasan Pantai Carnaval akan dilakukan pengembangan area konser, stadion musik berkapasitas 5-6 ribu orang dimana di sekeliling arena bakal ada mal dan kafe.Hal ini membuktikan bahwa Ancol memiliki kompetensi inti yang dapat memberikan akses potensial kepada berbagai macam pasar.2. Apakah kompetensi inti Ancol dapat memberikan kontribusi signifikan pada kegunaan yang diterima pelanggan. Kompetensi Ancol dalam mendesain dan membuat panorama alam dengan letaknya di tepi pantai yang memberikan nilai yang tinggi bagi pelanggannya di Jakarta dan sekitarnya: Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dan daerah lainnya yang ingin menikmati panorama alam di pantai.Hal ini membuktikan bahwa Ancol memiliki kompetensi inti yang dapat memberikan kontribusi signifikan pada kegunaan yang diterima pelanggan.

Page 19: ujian manajemen

3. Apakah kompetensi inti yang dimiliki perusahaan Ancol membuat pesaing mengalami kesulitan untuk meniru (imitasi). Ancol bukanlah satu-satunya yang unik di mata pesaing, namun lahan di pinggir pantai yang harus disediakan cukup luas di Ancol + 550 ha serta modal yang dibutuhkan sangat besar akan membuat pesaing tidak mudah untuk meniru kompetensi inti Ancol.Hal ini membuktikan kompetensi inti yang dimiliki perusahaan Ancol sangat sulit ditiru oleh pesaing.Penilaian tentang Kesinambungan (sustainability) Kompetensi IntiKemampuan atau kapabilitas merupakan kompetensi inti jika memenuhi empat kriteria, yakni:

1.Kemampuan yang Bernilai (Valuable Capabilities) Pada aspek ini kompetensi inti Ancol menunjukan keseriusan untuk selalu melakukan perubahan dengan visi dan misi Ancol ke depan, yakni harus menjadi perusahaan pengembang kawasan wisata serta properti terbaik dan terbesar di Asia Tenggara dengan kompetensi inti yang diandalkan di Ancol adalah sebagai edutainment centre yang diharapkan 10 tahun mendatang menjadi Ancol Spectacular. Untuk meminimalkan ancaman eksternal perlu ditata kembali kesadaran untuk pelayanan kebersihan, keamanan serta keselamatan kerja baik bagi karyawan maupun pelanggan.

2.Kemampuan yang Langka (Rare Capabilities) .Pada aspek ini jelas terlihat bahwa Ancol Jakarta Bay City tidak memiliki banyak pesaing baik saat ini maupun masa yang datang karena dibutuhkan modal yang besar serta lahan yang sangat luas di tepi pantai serta letaknya yang sangat strategis di Jakarta sebagai ibukota negara RI.

a. Kemampuan yang Tidak Dapat Ditiru Secara Sempurna (Imperfectly Imitable Capabilities) Pada aspek ini, kompetensi inti Ancol bukanlah tidak dapat ditiru atau dibuat imitasinya secara sempurna (Imperfectly Imitable Capabilities) karena telah ada juga beberapa kawasan wisata dan hiburan di belahan negara lain seperti Genting Malaysia, Sentosa Island Singapore, serta Disneyland di California, Inggris, Paris, Belanda, Jerman, Swiss, Italia, Spanyol, Denmark, Tokyo, Hong Kong.

b. Kemampuan yang Tidak Dapat Diganti (Nonsubstitutable Capabilities) Pada aspek ini, terbukti Ancol memiliki kompetensi inti yang tidak dapat diganti dalam skala besar oleh pesaingnya di sekitar Jakarta baik dari aspek permodalan dan luasnya lahan. Namun untuk skala kecil dan menengah telah ada kawasan wisata dan hiburan yang dapat menggantikannya untuk menyerap pelanggan di masing-masing wilayah tersebut seperti Water Boom di kawasan Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, Taman Mini Indonesia Indah, Eldorado Cibubur, Ocean Park Water Adventure di Bumi Serpong Damai, Tangerang.

V. KESIMPULANDari pembahasan dan analisa kasus terhadap lingkungan internal dan eksternal PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA) sebagai pengelola Ancol Jakarta Bay City dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Dari analisis lingkungan internal diperoleh hasil bahwa perusahaan PT PembangunanJakarta Ancol (PJA) memiliki posisi internal yang kuat.2. Dari analisis lingkungan eksternal diperoleh hasil bahwa PT Pembangunan JakartaAncol (PJA) telah mengimplementasikan strategi yang secara efektif memanfaatkanpeluang dan meminimalkan ancaman atau hambatan.3. Ancol Jakarta Bay City memiliki kompetensi inti yang dapat memberikan aksespotensial kepada berbagai macam pasar.4. Ancol Jakarta Bay City memiliki kompetensi inti yang dapat memberikan kontribusisignifikan pada kegunaan yang diterima pelanggan.5. Ancol Jakarta Bay City memiliki kompetensi inti yang sangat sulit ditiru oleh pesaing.

II.1 Analisis Lingkungan Eksternal

Page 20: ujian manajemen

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman

adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha

perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam

lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis. Proses

yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal adalah dengan

melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting), dan

penilaian (assessing).

Pemindaian Melalui pemindaian perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal dari perubahan potensial

dalam lingkungan umum, dan mendeteksi perubahan- perubahan yang sedang terjadi.

Pemindaian lingkungan merupakan hal penting dan menentukan bagi perusahaan- perusahaan

yang bersaing dalam lingkungan yang sangat tidak stabil.

PengawasanMelalui pengawasan perusahaan mendeteksi perubahan dan trend-trend lingkungan melalui

pengawasan yang berkelanjutan. Kritikal bagi pengawasan yang berhasil adalah kemampuan

untuk mendeteksi makna dalam peristiwa-peristiwa lingkungan yang berbeda.

• Peramalan

Pada peramalan, analis mengembangkan proyek-proyek yang layak tentang apa yang mungkin

terjadi, dan seberapa cepat, perubahan-perubahan dan trend-trend itu dideteksi melalui

pemindaian dan pengawasan.

• Penilaian

Tujuan penilaian adalah untuk menentukan waktu dan signifikansi efek- efek dari perubahan-perubahan dan trend-trend lingkungan terhadap manajemen strategis suatu perusahaan. Selangkah lebih Maju tujuan penilaian adalah untuk menspesifikasi implikasi pemahaman tersebut pada organisasi. Tanpa penilaian perusahaan dibiarkan dengan data-data yang menarik, tapi tidak diketahui relevansi kompetitiifnya. II. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)Corporate social responsibility merupakan suatu elemen penting dalam kerangkakeberlanjutan usaha suatu industri yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosialbudaya. Definisi secara luas yang di tulis sebuah organiasi dunia World Bisnis Council forSustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmenberkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepadapengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaandengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Sedangkan menurutNuryana, 2005 CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikankepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan parapemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prisip kesukarelaan dan kemitraan.Bila kita telaah lebih dalam, CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagiperusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedarbentuk finansial melainkan rasa kepercayaan dari masyarakat sekitar dan stakeholders lainnyaterhadap perusahaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar agarperusahaan dapat terus melakukan aktivitasnya. Penelitian dari Sandra Waddock dan Samuel2Graves (Ann, 1998) menemukan bahwa perusahaan yang memperlakukan stakeholders merekadengan baik akan meningkatkan kelompok mereka sebagai suatu bentuk manajemen yang

Page 21: ujian manajemen

berkualitas.Stakeholders bukan hanya masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggaldisekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah,investor, elit politik dan lain sebagainya. Bentuk kerjasama yang dibentuk antara perusahaandan stakeholders hendaknya juga merupakan kerjasama yang dapat saling memberikankesempatan untuk sama-sama maju dan berkembang. Program-program CSR yang dibuatuntuk kesejahteraan masyarakat pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikankeuntungan kembali bagi perusahaan tersebut. Sebagai contoh hubungan dengan pekerjamisalnya, dengan tidak menggunakan pekerja di bawah umur, memperhatikan kesejahteraanpekerja beserta keluarganya, mendukung serikat pekerja dan menghindari hal-hal yang dapatmenimbulkan ketidakadilan pada pekerja dapat meningkatkan hubungan antara pekerja danperusahaan. Dalam hal ini pekerja akan merasa lebih di hargai, nyaman dan hubungannyatidak sekedar dia bekerja menerima upah tetapi dapat menimbulkan loyalitas terhadapperusahaan. Hal ini akan meningkatkan kinerja dan produktivitas pekerja yang tentu sajaakan meningkatkan produktivitas perusahaan. Model kerjasama antara perusahaan danstakeholder dapat digambarkan sebagai berikut:Gambar 1. Hubungan Perusahaan dan StakeholdersDiharapkan bagi seluruh stakeholders dapat bersama-sama bekerjasama mengembangkanCSR, sehingga sustainability atau keberlanjutan perusahaan baik itu keuntungan ekonomi(keuntungan financial), keuntungan sosial maupun lingkungan dapat terwujud.PERUSAHAANPEMERINTAH INVESTORSUPPLIER CUSTOMERKELOMPOKPOLITIKPARA ASOSIASI PEKERJA MASYARAKATPERDAGANGAN3III. Perkembangan Implementasi CSRCorporate Social Responsibility (CSR) sebetulnya sudah muncul sejak lama. Pada tahun 1933,A Berle dan G Means, meluncurkan bukunya berjudul The Modern Corporation and PrivateProperty, yang mengemukakan bahwa korporasi modern seharusnya mentransformasi dirimenjadi institusi sosial, ketimbang institusi ekonomi yang semata memaksimalkan laba.Pemikiran ini dipertajam oleh Peter F Drucker pada tahun 1946, lewat bukunya, The Conceptof Corporation. Di sini, Drucker menegaskan tentang peran manajemen:"Management has become a major leadership group in industrial society and assuch have great responsibilities to their own profession, to the enterprise and tothe people they manage, and to their economy and society."Hingga tahun 1980-1990 an, wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada1992 menegaskan konsep sustainibility development (pembangunan berkelanjutan) sebagaihal yang harus diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh kalangan korporasiyang kekuatan kapitalnya semakin “menggila”. Tekanan KTT Rio, terasa bermakna sewaktuJames Collins dan Jerry Porras meluncurkan Built To Last; Succesful Habits of VisionaryCompanies di tahun 1994. Lewat riset yang dilakukan, mereka menunjukkan bahwaperusahaan-perusahaan yang terus hidup bukanlah perusahaan yang hanya mencetak uangsemata.Terobosan besar dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada tahun 1997 dalambukunya: Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity,environmental quality, dan social justice. Melalui konsep ini Elkington mengemukakan bahwaperusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya harus memperhatikan 3P yaitu profit,people dan plannet. Perusahaan yang menjalankan usahanya tidak dibenarkan hanyamengejar keuntungan semata (profit), tetapi mereka juga harus terlibat pada pemenuhankesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarianlingkungan (planet). Ketiga prinsip tersebut saling mendukung dalam pelaksanaan program

Page 22: ujian manajemen

CSR (Gambar 1).4Sejak cetusan Elkington ini, bisa dikatakan CSR kian bergulir kencang, dan makin kencangsetelah World Summit di Johanesburg pada tahun 2002, yang menekankan pentingnyatanggung jawab sosial perusahaan.Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi pada waktu tersebut belumterdapat suatu pengertian maupun pemahaman yang baik tentang konsep CSR. Sementara itu,di Indonesia konsep CSR mulai menjadi isu yang hangat sejak tahun 2001.IV. Perkembangan Implementasi CSR di IndonesiaSebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa konsep mengenai CSR mulai hangat dibicarakandi Indonesia sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi sudahmulai melirik CSR sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat. Sampai saat ini,perkembangan tentang konsep dan implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segikuantitas maupun kualitas. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan yang berlomba-lombauntuk melakukan CSR. Pelaksanaannya pun semakin beranekaragam mulai dari bentukprogram yang dilaksanakan, maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut.Contoh kegiatan untuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan antara lain pemberianbeasiswa, bantuan langsung bagi korban bencana, pemberian modal usaha, sampai padapembangunan infrastruktur seperti pembangunan sarana olah raga, sarana ibadah maupunsarana umum lainnya yang dapat dimafaatkan oleh masyarakat.Model pelaksaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat empat model pelaksanaanCSR yang umum digunakan di Indonesia. Keempat model tersebut antara lain:1. Terlibat langsung. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan melakukannya sendiritanpa melalu perantara atau pihak lain. Pada model ini perusahaan memiliki satu bagiantersediri atau bisa juga digabung dengan yang lain yang bertanggung jawab dalampelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk CSR.2. Melalui Yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiridibawah perusahaan atau groupnya. Pada model ini biasanya perusahaan sudahmenyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam kegiatan yayasan.Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai perantara dalam melakukan CSRantara lain; Danamon peduli, Samporna Foundation, kemudian PT. Astra Internationalyang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan Unilever peduli Foundation (UPF).3. Bermitra dengan pihak lain. Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin kerjasamadengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga pemerintah, mediamassa dan organisasi lainnya. Seperti misalnya Bank Rakyat Indonesia yang memilikiprogram CSR yang terintegrasi dengan strategi perusahaan dan bekerjasama denganpemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit untuk rakyat atau yang di kenaldengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Contoh lain adalah kerjasama perusahan dengan5lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Palang Merah Indonesia dan lainsebagainya.4. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan,menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosialtertentu.Dalam melakukan CSR, tentunya perusahaan memiliki alasan diantaranya adalah:1. Alasan Sosial.Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepadamasyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah orang lain perusahaanharus memperhatikan masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus ikut serta menjagakesejahteraan ekonomi masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yangditimbulkan.2. Alasan Ekonomi.Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada keuntungan. Perusahaanmelakukan program CSR untuk menarik simpati masyarakat dengan membangun imagepositif bagi perusahaan yang tujaan akhirnya tetap pada peningkatan profit.

Page 23: ujian manajemen

Asumsi ini nampaknya di dukung oleh hasil survey yang dilakukan oleh EnvironicInternational (Toronto), Conference Board (New York) dan Princes of Wales BusinesLeader Forum (London) dimana dari 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwadalam membentuk opini perusahaan, 60 % mengatakan bahwa etika bisnis, praktekterhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggung jawab perusahaan akanpaling berperan, sedangkan 40 % menyatakan citra perusahaan dan brand image yangpaling mempengaruhi kesan mereka. Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaanyang dinilai tidak melakukan CSR adalah mereka ingin ”menghukum” dan 50 % tidak akanmembeli produk dari perusahaan yang tidak melakukan program CSR dan/atau bicarapada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.1Sedangkan di Indonesia, data riset dari majalah SWA terhadap 45 perusahaanmenunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan citraperusahaan (37,38 persen), hubungan baik dengan masyarakat (16,82 persen), danmendukung operasional perusahaan (10,28 persen). Hal ini nampaknya mempengaruhiperusahaan untuk melakukan program CSR dan tidak heran jika saat ini kita melihat dimedia-media baik media cetak maupun elektronik banyak sekali ”berseliweran”tayangan iklan-iklan program CSR dari beberapa perusahaan yang tujuannya adalahmembangun image positif perusahaan.1 http. Wikipedia. org63. Alasan Hukum.Alasan hukum membuat perusahaan melakukan program CSR hanya karena adanyaperaturan pemerintah. CSR dilakukan perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidakdilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan bukan karena kesadaraan perusahan untukikut serta menjaga lingkungan. Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSRsekedar ikut-ikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Hal ini diperkuatdengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal 74 yang isinya mewajibkanpelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang terkait terhadap SDA dan yangmenghasilkan limbah. Adapun isi dari pasal tersebut adalah : Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatanusahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alamwajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat 2 dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itumerupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkansebagai biaya perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagaibiaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikankepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajibansebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.Dengan adanya undang-undang ini nampaknya semakin membuat konsep CSR di Indonesia biasmakna. CSR bukan lagi sebagai tanggungjawab sosial yang bersifat sukarela dari perusahaanuntuk masyarakat sekitar tapi berubah menjadi suatu keterpaksaan bagi perusahaan. Apapunalasan dalam pelaksanaan CSR, hendaknya perusahaan tetap berpijak pada prinsip dasar dariCSR itu sendiri.IV. Manfaat Melakukan CSRApapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti CSR penting dilakukan.Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa CSR merupakan tabungan masadepan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukansekedar keuntungan ekonomi tapi, tetapi lebih dari itu yaitu keuntungan secara sosial danlingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan.Perusahaan-perusahaan yang belum melakukan program CSR mungkin dapat mencontohperusahaan lain yang telah lebih dulu melakukan program CSR dan menikmati manfaat yangditimbulkan. Misalnya PT Unilever Indonesia telah melakukan program CSR melaluipendampingan petani kedelai. PT Unilever telah berhasil membina petani yang menggarap

Page 24: ujian manajemen

lebih dari 600 hektar kedelai hitam hingga mengkontribusikan sekitar 30 persen kebutuhanproduksi Kecap Bango. Program semacam ini tentu saja bermanfaat bagi petani dan7perusahaan. Bagi petani misalnya program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitasproduksi dan juga menjamin kelancaran distribusi, sedangkan bagi perusahaan dapatmenjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produk-produk yang menggunakan bahandasar kedelai.Contoh lain perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR adalah Sinar Mas Group melaluiEka Tjipta Fondation. Organisasi ini merupakan organissi nirlaba yang didirikan untukMeningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam aspeksosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang SosialKemasyarakatan dan Budaya (melalui kegiatan pendidikan, seni budaya, olah raga,kesejahteraan sosial, keagamaan dan kesehatan), bidang Pemberdayaan dan PembinaanEkonomi Masyarakat (melalui kegiatan sosial kemitraan usaha kecil menengah serta pertanianterpadu), dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup (melalui kegiatan sosial pemberdayaanlingkungan hidup dan konservasi).Kegiatan-kegiatan yang dilakukan CSR yang dilakukan oleh Eka Tjipta Foundation telahmemberikan manfaat bagi perusahaan yaitu Sinar Mas sebagai berikut:Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholderMembina hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal, pemerintah, dankelompok-kelompok lainnyaMendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian perusahaan dengan etika yang baikMenunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respek dari pihakterkaitMembangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara dunia usaha denganmasyarakatMempermudah akses masuk ke pasar atau pelangganMeningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat loyalitas terhadapperusahaan akan berkembangMengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadiMeningkatkan keberlanjutan usaha secara konsistenManfaat-manfaat tersebut hendaknya dapat juga dirasakan oleh perusahaan lain yang telahmelakukan program CSR. Melihat contoh diatas, dapat memberikan gambaran pada kitabahwa implementasi program CSR bukan hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi tapi jugadapat menghindari terjadinya konflik dan menjaga keberlanjutan usaha secara konsisten. Apayang telah dilakukan oleh PT Unilever dan Sinar Mas juga membuktikan bahwa sudah saatnyabagi setiap perusahaan maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaatpositif yang dapat diperoleh dalam pengaplikasiannya.8V. Tantangan KedepanBanyak persepsi dan pendapat terkait terhadap konsep dan pelaksanaan CSR. Hal ini terkaitdengan sebuah asumsi apakah CSR menjadi sebuah kewajiban atau berlandaskan padatanggungjawab. Dilihat dari perkembangannya, CSR muncul dari tekanan masyarakat yangmenanggung dampak dari adanya perusahaan (industri) baik itu dampak sosial maupunlingkungan. Faktor itu pula yang mendorong pemerintah mengeluarkan peraturan/undangundangmengenai pelaksanakan CSR. Persepsi-persepsi tentang CSR yang berbeda tersebutterkait dengan konsep CSR yang sebenarnya merupakan konsep yang akan terus berkembang.Perkembangan baik pendekatan, elemen, maupun penerapan CSR tentu saja disesuaikandengan kondisi politik, sosial maupun kultural dari negara yang bersangkutan.Oleh karena itu, tantangan kedepan dalam pelaksanaan CSR adalah mengenai persamanpandangan dan pemahaman tentang konsep dan bentuk CSR yang akan dijalankan. Karenatanpa suatu pemahaman yang jelas, pelaksanaan CSR hanya akan menjadi suatu program yanghilang makna. Bagian yang harus dingat adalah bahwa pelaksanaan CSR harus mengedepankanprinsip partisipatif, sustainabilitas serta akuntabilitas sehingga dapat terjamin efektivitas dan

Page 25: ujian manajemen

optimalisasi program CSR dan keberlanjutannya.

Sarolangun, Jambi (ANTARA News) - Bantuan kepedulian sosial perusahaan (CSR) yang

disalurkan perusahaan sangat diharapkan sebab akan mempercepat peningkatan kesejahteran

masyarakat di sekitar perusahaan.

"Salah satu manfaat CSR ialah dapat meningkatkan kelancaran transportasi warga untuk

membawa hasil pertaniannya, misalnya untuk pembukaan dan perbaikan jalan," kata Camat

Pauh, Ena Darlita di Kabupaten Sarolangun, Jambi, Senin.

Hal tersebut disampaikannya terkait adanya bantuan CSR dari PT BSP JAW-EMAL yang

merupakan anak perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk yang diserahkan untuk warga

setempat belum lama ini.

Menurut dia, dengan adanya bantuan CSR, perusahaan turut membantu program pemerintah

dalam pengentasan kemiskinan, penyelesaian masalah lingkungan, membuka ruang kerja dan

kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Apalagi dasar pendekatannya bukan sekedar apa yang diinginkan masyarakat tapi sesuatu yang

dibutuhkan dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga arah bantuan tepat

sasaran.

"Manfaat CSR antara lain masyarakat dapat mengembangkan diri dan usahanya sehingga

sasaran untuk mencapai kesejahteraan tercapai," katanya.

Kepedulian perusahaan lewat program CSR sangat positif dan diharapkan terus bergulir di

masa mendatang sehingga apa yang diharapkan tercapai.

Hal senada juga disampaikan Camat Air Hitam Seply Suryadi yang menyatakan pemberian

bantuan berupa hewan ternak seperti kambing, itik dan ayam serta pembangunan infrastruktur

sangat dirasakan manfaatnya oleh warga, terutama kelompok tani dan pemuda setempat.

Ia berharap ke depan perusahaan tetap konsisten membantu warga lewat program tersebut.

Sementara itu Vice Presiden Corporate Social Responsibilty PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk

Suwandi mengatakan, Bakrie Group memiliki komitmen kuat untuk membantu masyarakat,

terutama mereka yang bersentuhan langsung dengan kegiatan perusahaan.

Setiap tahunnya, pihaknya menyisihkan 1-2 persen laba perusahaan untuk masyarakat lewat

program CSR. Tanpa harus diminta, program bantuan itu sudah dilakukan jauh sebelumnya.

Adapun program kepedulian sosial yang menjadi fokus mereka adalah pendidikan, lingkungan,

agama, infrastruktur dan bantuan sosial lainnya, bahkan ke depan pihaknya merencanakan

peningkatan kualitas dan kuantitas bantuan kepada masyarakat di seluruh Indonesia.

Sasaran dari Program CSR adalah: (1) Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda dan

mahasiswa termasuk di dalamnya); (2) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah

operasi; (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4) Pengembangan kesehatan masyarakat, (5)

Sosbud, dan lain-lain.