Upload
sri-mulyati
View
241
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum PBP
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
UMBI UMBIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Pengetahuan Bahan Pangan
Oleh :Nama : Sri MulyatiNRP : 093020039Kelompok : BMeja : 2 (dua)Asisten : Aida NurnafitrisniTanggal : 18 Oktober 2011
LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2011
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum pengetahuan bahan pangan serelia dan kacang-kacangan ini
dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Pangan, Universitas Pasundan, Jl.
Dr. Setiabudhi No 193, Bandung, Praktikum dilakukan pada tanggal 18 October
2011.
1. Srtuktur dan Sifat Fisik
Tujuan dan Prinsip
Tujuan dari percobaan struktur dan sifat fisik ini adalah untuk mengetahui
struktur dan sifat fisik berbagai jenis umbi-umbian dan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas tehadap umbi-umbian tersebut.
Prinsip dari percobaan struktur dan sifat fisik ini adalah berdasarkan pada
pengamatan struktur dan sifat fisik pada umbi-umbian antara lain bentuk, ukuran,
warna, pencoklatan dan struktur jaringan.
Alat, Bahan dan Prosedur Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan struktur dan sifat ini adalah jangka
sorong, pisau, kaca.
Bahan yang digunakan pada percobaan struktur dan sifat fisik ini adalah
ubi kayu.
Prosedur percobaan struktur dan sifat fisik ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Prosedur struktur dan sifat fisik
Sampel (ubi kayu) diamati dari bentuk, ukuran, warna kulit, warna daging,
berat dari sampel tersebut, sampel dikupas dan diamati apakah sampel tersebut
mengalami pencoklatan atau tidak, kemudian di potong membujur dan meintang
diamati dengam mikroskop.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan struktur dan sifat fisik dapat diperoleh data
sebagai berikut :
a. Bentuk Ubi Kayu
Ubi Kayu
Ubi Kayu
Ubi Kayu
Ubi Kayu
Ubi Kayu
Gambarb. Ukuran
Ukur Panjang dan Lebar c. Berat
Timbang
d. Warna
Warna Kulit Warna daging
e. Pencoklatan
Iris
Amati Perubahan Warna f. Struktur Jaringan
Buat irisan melintang dan Membujur
Gambar Lapisan yang terlihat
Amati dengan mikroskop
Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur dan Fisik Keterangan Hasil
Bentuk
Ukuran Panjang = 8,565 cm
Diameter = 3,95 cm
Berat 101 gram
Warna Warna kulit : coklat
Warna daging : putih
Pencoklatan Tidak terjadi browning
Struktur Membujur
Melintang
(Sumber, Sri Mulyati kelompok B, Meja 2, 2011)
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di dapat bahwa ubi jalar mempunyai
ukuran panjang 8,565 cm dan diameter 3,94 cm, warna coklat yang menandakan
ubi kayu ini masih baik. Pada saat setelah dikupas dan didiamkan beberapa saat,
umbi jalar tidak mengalami reaksi pencoklatan (browning enzimatis).
Klasifikasi Ilmiah dari ubi kayu adalah termasuk king plantae, divisi
magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo malpighiales, famili euphorbiaceae,
upafamili crotonoideae, bangsa manihoteae, genus manihot dan species M.
esculenta (Anonim, 2011).
Ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-
rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong
yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi
singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam
sianida yang bersifat racun bagi manusia (Anonim, 2011).
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun
singkong karena mengandung asam amino metionin (Anonim, 2011).
Ada tiga fase pembentukan umbi, yaitu :
a. Inisiasi, yaitu terjadinya diferensiasi tunas pada stolon menjadi primordia
umbi
b. Pembesaran umbi, ditandai dengan pembelahan sel yang cepat dibarengi
dengan penumpukan pati
c. Pematangan umbi, yang terjadi ketika umbi memasuki fase dorman.
Pembesaran umbi dapat mengalahkan pertumbuhan vegetatif dan inisiasi umbi
baru. Bersamaan dengan pematangan umbi, terjadi senescence daun
(Rubatzky, 1998).
Enzim-enzim yang dapat mengkatalis oksidasi dalam proses pencoklatan
dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase,
atau polifenolase. Masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu
(Winarno, 1997).
Reaksi pencoklatan yang non enzimatis pada umumnya ada tiga macam
yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencokelatan akibat vitamin C
Pencokelatan enzimatik terjadi pada buah-buahn yang banyak mengandung
senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak
sebagai substrat dalam proses pencokelatan enzimatik pada buah-buahan dan
sayuran. Di samping katekin dan turunannya, seperti tirosin, asam kafeat, asam
klorogenat, serta leukoantosantin dapat menjadi substrat pencokelatan. Enzim-
enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses pencokelatan dikenal
dengan berbagai nam, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau
polifenolase, masing-masing bekerja spesifik untuk substrat tertentu
(Winarno, 1997).
2. Ekstraksi Pati
Tujuan dan Prinsip
Tujuan dari percobaan ekstrak pati adalah untuk mengetahui kadar pati
yang terdapat dalam umbi-umbian dengan cara ekstraksi.
Prinsip dari percobaan ekstraksi pati ini adalah berdasarkan pada proses
penyaringan dari hasil pelarut, pengendapan filtrat, pengendapan endapan,
penggilingan dan penyayakan.
Alat, Bahan dan Prosedur Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ekstraksi pati ini adalah pisau, gelas
kimia, loyang, ayakan.
Bahan yang digunakan pada percobaan ekstraksi pati ini adalah ubi kayu,
larutan NaCl 3%, air.
Prosedur percobaan ekstraksi pati ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Prodesur Percobaan Ekstraksi Umbi-Umbian
Sampel dikupas dan dibasahkan , tambahkan larutan NaCl 3% selama 1
jam, dicuci dan diparut, setelah itu tambahkan air sebanyak 9x tinggi bahan
diamkan lagi selama 1 jam biarkan mengendap, peras ambil fitratnya tambahkan
air lagi sebanyak 9x tinggi bahan biarkan mengendap lagi dan biarkan 1 jam,
ambil patinya keringkan dengan loyang lalu giling setelah itu diayak dan jadilah
produk (timbang berat produk).
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan ekatraksi pati dapat diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 2. Ekstraksi Umbi-UmbianPengamatan Hasil Pengamatan
Berat Umbi 3,9 Gram
Berat Produk 2,38 Gram
% Ekstraksi Pati 61,02 %
(Sumber, Sri Mulyati kelompok B, Meja 2, 2011)
Perhitungan
% pati =
Berat produkBerat umbi
x 100%
= 2,38 gram x 100%
3 gram
= 61,02 %
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di dapat bahwa ubi kayu mempunyai
kandungan pati sebesar 61,02 %.
Perendaman 3x tinggi pati bertujuan untuk mendapatkan rendemen pati
yang optimum, sedangkan perendaman 3x tinggi pati bertujuan untuk
mendapatkan rendemen pati yang lebih banyak.
Pati diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 80 mess, mess adalah
banyaknya lubang dalam 1 inci2.
Perendaman dengan menggunakan NaCl berfungsi untuk mencegah
browning dan melunakan sampel sehingga memudahkan pemarutan.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya,
serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi
tidak larut disebut amilopektin. Amilosa membunyai struktur lurus dengan ikatan
α-(1,4)-D-glukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4)-
glukosa sebanyak 4-5% dari berat total (Winarno, 1997).
Beberapa sifat pati adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak larut
dalam air dingin tetapi dalam air panas dapat membentuk sol atau jel yang bersifat
kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur tekstur makanan
dan sifat jelnya dapat diubah oleh gula atau asam. Pati di dalam tanaman dapat
merupakan energi cadangan, didalam biji-bijian pati terdapat dalam bentuk
granula. Penguraian tidak sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu
suatu bentuk oligosakarida (Winarno, 1997).
Sebelum diparut umbi dilakukan perendaman terlebih dahulu pada larutan
NaCl, hal ini dilakukan agar getah yang ada pada umbi hilang dan mencegah
terjadinya browning. Setelah direndam kemudian diparut untuk dipecah dinding
selnya. Dengan pecahnya dinding sel, maka granula pati dan komponen lainnya
akan keluar dengan diikuti penambahan air. Banyaknya granula pati yang keluar
sangat diharapkan. Dengan pemarutan granula pati yang keluar dapat mencapai
70-90 persen. Banyak pati yang keluar dalam pemarutan sering disebut sebagai
efek pemarutan (Rasping effect) (Winarno, 1997).
Hasil parutan umbi yang ditambahkan dengan air, kemudian disaring.
Penambahan air berlebih dilakukan untuk melarutkan bahan-bahan yang larut
dalam air dari bagian ampasnya. Sembilan kali jumlah air yang dimasukkkan
dalam filtrat bertujuan untuk menghasilkan endapan, agar bahan lain tidak ikut
mengendap. Filtrat yang mengandung bagian granula pati ditampung dan
dibiarkan mengendap atau dimasukkan dalam alat pemusing (Winarno,1997).
Pengendapan dilakukan untuk memisahkan pati murni dari bagian lain
sebagai kontaminan yang larut. Pengendapan inilah yang merupakan proses
terpenting yang menentukan hasil akhir tepung pati. Setelah granula pati
mengendap, airnya dihilangkan dan granula pati yang terbentuk padat semi cair
dapat diambil dan dimasukkan dalam pengering (Winarno,1997).
Endapan granula pati basah haruslah dikeringkan agar tidak tumbuh
mikroorganisme. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur dibawah sinar
matahari atau dalam alat pengering. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengeringan adalah pati haruslah tidak menggumpal dan suhu pengeringan jangan
sampai melebihi suhu gelatinisasi pati, yaitu 70-800C. Pengeringan sebaiknya
dilakukan pada suhu dibawah 700C. Pengeringan yang melampaui suhu
gelatinisasi pati, akan menghasilkan tepung yang kasar (Winarno, 1997).
Pengeringan umbi-umbian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan.
Metode yang paling murah dan mudah adalah penjemuran. Pati yang telah
dikeringkan dimasukkan dalam rol penghancur untuk mendapatkan tepung. Lalu
tepung diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 100-200 mesh
(Winarno, 1997).
Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula pati akan
menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang terserap dan
pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai
kadar 30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu
antara 55oC sampai 65oC merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan
setelah pembengkakan granula pati dapat kembali pada kondisi semula
(Winarno, 1997).
Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak
dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut disebut gelatinasi.
Suhu pada saat pati pecah disebut suhu gelatinasi yang dapat dilakukan dengan
penambahan air panas (Winarno, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2011), Ubi Kayu, http://id.wikipedia.org/wiki/Ubi, diakses 19/10/2011.
Rubatzky, Vincent E, (1998), Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi, dan Gizi,
ITB, Bandung.
Winarno, F.G., (1997), Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.