Upload
fitria-fafifufu
View
163
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Unit Belajar 1 : Tumbuh kembang
Judul : “Gigiku kok tidak sama dengan yang lain.”
Skenario
Seorang ibu datang bersama putranya bernama satria ( 13 thn ) ke
tempat praktek dokter gigi untuk memeriksakan kondisi gigi belakang kiri
anaknya yang goyang sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini menyebabkan
Satria tidak nyaman dan terasa sakit bila makan. Selain itu ibunya juga
ingin mengkonsultasikan kondisi gigi depan anaknya yang tampak kuning
kecoklatan sejak gigi tersebut tumbuh, gigi tersebut mudah ngilu dan
rapuh.. dari alloanamnesis diketahui Satria pernah menderita diphteri
ketika berumur 3 tahun dan tidak terlalu suka makan buah-buahan dan
sayuran sejak kecil.
Pemeriksaan intra oral :
Gigi 74 goyang derajat 3
Gigi yang sudah erupsi 12, 11, 21, 22, 32, 31, 42, 41 berwarna kekuning-
kuningan atau kecoklatan dengan permukaan enamel yang kasar
( terdapat groove, pit, dan fissure yang kecil pada permukaan enamel ).
STEP 1
1. Alloanamnesis : menanyakan info mengenai pasien pada keluarga atau pendamping pasien
Salah satu jenis ananmnesis yang mendapaat informasi dari orang lain.
1. Erupsi :
Gigi yang sedang tumbuh
Proses yg berkesinambungan dimulai dr awal pembentukan benih melalui beberapa tahap sampai benih gigi muncul.
Proses munculnya mahkota sampai akar mulai dr gingiva
1. Goyang derajat 3:
Gigi dengan tingkat kegoyangan sampai 3 mm hamper derajat 4 atau hamper lepas
Gigi yang tingkat kegoyangannya lebih dari 1mm
STEP2
Erupsi gigi
1. Kenapa gigi 21 belum erupsi?2. Apa hubungan gigi goyang 52 62 dgn gigi yg belum erupsi3. Mengapa 5262 mengalami goyang derajat 34. bagaimana hubungan tdk suka makan buah dan sayur dgn keterlambatan erupsi5. 61 patah dan tertekan ke gusi.mengapa bisa seperti itu?6. Kenapa akar gigi 21 bengkok kea rah palatal7. Apakah ada hubungan trauma dengan keterlambatan erupsi?8. Gejala dan tanda erupsi gigi ?9. Kapan seharusnya muncul erupsi gigi yang permanen dan decidui awal muncul dan
urutannya?10. Apa penyebab gigi belum erupsi gigi selai di scenario?11. Apa saja kelainan dari erupsi gigi decidui dan permanen?12. Apa tindakan drg bila erupsinya tdk normal?
STEP 3
1. Kenapa gigi 21 belum erupsi?
Tempat untuk erupsi 21 ditempati gigi 61 yang bengkok ke palatal
factor nutrisi ( tdk suka makan buah dan sayur)
Pada usia 4thn Benih gigi 21 tertekan oleh trauma gigi 61
1. Apa hubungan gigi goyang 52 62 dgn gigi 21 yg belum erupsi
Tidak berhubungan ,gigi 52 62 goyang karena factor intrinsic dan factor ekstrinsiknya dr nutrisi
1. Mengapa gigi 5262 mengalami goyang derajat 3
Karena terdesak oleh akar gigi permanen yg erupsi sehingga terjadi pengurangan panjang akar gigi (resorbsi fisiologis)à osteoklas yg mengeluarkan ca serum dlm darah sehingga menghambat sekresi paratiroid.
1. bagaimana hubungan tdk suka makan buah dan sayur dgn keterlambatan erupsi
factor yg mempengaruhi erupsi
tomat,wortel banyak mengandung vit A ( bila kekurangan vit A menghmbt sel2 pertumbuhan gigi)
1. Mahkota 61 patah dan tertekan ke gusi.mengapa bisa seperti itu?
Karena tekanan yang kuat mengenai gigi 61 sehingga mahkota patah dan akar terdorong masuk kedalam gusi
1. Kenapa akar gigi 21 bengkok kearah palatal
Karena tekanan trauma gigi 61 tersebut sehingga akar gigi 21 bengkok ke palatal
1. bagaimana hubungan trauma dengan keterlambatan erupsi?
ada
1. Gejala dan tanda erupsi gigi ?
Decidui
Hipersalivasi Demam kurang dr 3hari. Mengapa ? faisal Nyeri Gusi memerah Susah makan Susah tidur Rewel Suka memasukkan jari ke mulut Gingi va gatal Rasa haus meningkat Gusi sedikit menggembung
PERMANEN
Gigi decidui goyang Terjadi lebih dr 6thn Mengalami bengkak pd pertumbuhan gigi m3 Gejala sama dengan decidui tapi tidak parah
1. Kapan seharusnya muncul erupsi gigi yang permanen dan decidui awal muncul dan urutannya?
DECIDUI
RA
I1 usia 7bln
I2 9bln
M1 14 bln
C 18 bln
M2 24 bln
RB
I1 6bln
I2 7bln
M1 12 bln
C 16 bln
M2 20 bln
Urutan erupsi gigi decidui dimulai dari 6 bln sampai 2 tahun I1B,i2B,i1A,i2A,m1B,m1A,cB,cA,m2B,m2A
PERMANEN
RA
I1 6-7thn
I2 7-8 thn
C 10 12 thn
M 1 6-7 thn
P1 10-11 thn
P2 10-12
M2 12-13
M3 17-21 thn
RB
urutannya?
1. Apa penyebab gigi belum erupsi gigi selai di scenario?
Gizi -> membutuhkan 100 mg (decidui) 400 mg (permanen) o Apa saja nutrisinya?
Kekuranagn asupa ca, fospor, vitamin A,vitamin C Factor penyakit Factor konginental ( RAS,kelamin,Genetik,hormone) Factor lingkungan (social,ekonomi)
1. Apa saja kelainan dari erupsi gigi decidui dan permanen?
Neonatalteeth à erupsi dini 30hari setelah kelahiran
Natalteeth à gigi sudah ada waktu lahir, sebagian besar pada Incisivus RB, factor yg menyebabkan?
Makrodensia à bentuk gigi yg terlalu besar dr ukuran
Mikrodensia à bentuk gigi yang terlalu kecil dr ukuran
Permanen
Anodonsia à tdk dijumpai gigi pd seluruh rahang
Hipodonsia à tidak ada satu atau beberapa gigi saja biasanya pd i2 RA
Geamination à bersatunya 2 gigi dgn 2 sal akar
Fusion à bersatunya 2 gigi dgn 1 saluran akar
1. Apa tindakan drg bila erupsinya tdk normal?
Sisa gigi 61 di ekstraksi sehingga terdapat ruang tumbuh utuk gigi 21
1. Persistensi adalah?2. Akar yang tertekan masuk dlm gusi disebut?
Bab I
Pendahuluan
Sebelumnya kita telah mempelajari di blok 6 yaitu mengenai “ dental , head and neck “ . dan pada laporan ini diblok 12 lbm 1 kita akan kembali membahas tentang jumlah gigi manusia pada anak dan dewasa dan kapan erupsi gigi tersebut , pembentukan nya hingga gigi muncul dalam rongga mulut .dan disini lebih akan membahas bagaimana proses tumbuhnya gigi pada anak hingga gigi tersebut tanggal
Pertama mengenai erupsi , definisi erupsi adalah Proses perubahan posisi gigi yang di awali dengan pertumbuhan di dalam tulang rahang melalui beberapa tahap tertentu secara berturut turut sehingga mencapai posisi fungsional dalam rongga mulut , Proses munculnya gigi menembus gingiva dan atau dapat di katakana Pergerakan gigi ke dalam rongga mulut yang benihnya tedapat di dalam tulang rahang , proses ini akan terjadi terus menerus sampai gigi mencapai oklusi fungsional .
Dan karena di blok 12 ini kita mempelajari “ child disease and disorder “ jadi kita setidaknya akan menemukan pasien anak bersama orang tuanya , disini kita mengetahui alloanamesis , yaitu Informasi yang di dapatkan dari orang terdekat yang mendampingi pasien ( pada pasien anak – anak yang belum dapat menceritakan , orang tua berperan sebagai alloanamnesis , yang bertujuan untuk mendapatkan riwayat penyakit terdahulu si pasien .
Kita mengetahui pada anak kecil giginya akan mengalami pergantian gigi , pergantian gigi ini sebelumnya di dahului adanya goyang pada gigi , goyang gigi ini terbagi menjadi 4 macam yaitu goyang derajat 1 , 2 , 3 , & 4 . yang pengertiannya akan di bahas pada laporan ini di pembahasan .
Adapun skenarionya adalah sebagai berikut :
Judul : “gigiku kok belum tumbuh.”
Seorang ibu datang bersama putranya bernama Iwan (8,5 tahun) ke tempat praktek dokter gigi untuk memeriksakan kondisi gigi anaknya yang goyang pada gigi depan samping atas dan ingin mengkonsultasikan tentang keadaan gigi anaknya karena dirasa gigi depan tengah kiri atas belum tumbuh. Dari alloanamnesis diketahui Iwan tidak terlalu suka makan buah-buahan dan sayuran dan mempunyai riwayat pernah jatuh waktu bermain ketika umur 4 tahun dengan kondisi gigi 61 patah dan giginya tertekan masuk lebih ke dalam gusinya.
Pemeriksaan intra oral : gigi 52 dan 62 goyang derajat 3. Gigi 11 sudah erupsi dan gigi 21 belum erupsi.
Pemeriksaan Ro : didapatkan akar gigi 21 bengkok ke arah palatal.
Rumusan Masalah
Erupsi gigi & Kelainan erupsi gigi
1. Apakah definisi erupsi gigi?2. Apa saja tanda-tanda erupsi gigi?3. Apa saja faktor yang mempengaruhi erupsi gigi?4. Apaakah macam kelainan erupsi?5. Apa saja faktor yang mempengaruhi kecepatan erupsi?6. Bagaimana urutan erupsi gigi permanen?7. Apa saja faktor penghambat erupsi?8. Ada berapa macam derajat kegoyahan gigi?
Tujuan
Tujuan laporan ini dari hasil suatu diskusi dari kelompok adalah diharapkan dengan adanya laporan ini diharapkan agar dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan gigi anak , bagaimana proses pergantian gigi sulung ke gigi permanen , dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan gigi anak tersebut . Sehingga laporan ini dapat berguna untuk kepentingan bersama dalam mencapai kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik.
Bab II
Pembahasan
Pertama, kita bahas mengenai definisi erupsi gigi. Erupsi gigi adalah proses perkembangan gigi dari benih sampai menembus tulang alveolar sampai oklusi dengan gigi antagonisnya. Erupsi gigi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Gejala lokal : Gingiva terlihat merah, sedikit menggembung, bila diraba terasa puncak gigi
- Disertai rasa nyeri
- Gejala sistemik : Produksi saliva berlebih, demam, Disertai rasa nyeri dan infeksi. Bagaimana pengaruhnya dg erupsi? Karena adanya erithema pada pipi ruam.
- Gejala psikologis : rewel dan nafsu makan menurun sehingga dehidrasi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi erupsi gigi, diantaranya factor eksternal, internal, factor lokal dan factor penyakit. Faktor eksternal meliputi makanan & minuman, nutrisi (berpengaruh sebanyak 1%), social ekonomi (berpengaruh sebanyak 20%). Faktor internal meliputi :
- Jenis kelamin (perempuan lebih cepat daripada laki laki karena faktor penurunan eksogen, berkisar 1-6 bln). Disebabkan oleh faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas.
- Hormon (45%) : tiroid dan growth hormone. Paratiroid (pembentukan kalsium)
- RAS. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar.
- Penyakit sistemik : Hipotiroidism (hormone pituitary), down syndrom (biasanya erupsi terlambat dan microdontia)
- Genetik mempengaruhi erupsi gigi (78%)
Faktor lokal merupakan jarak gigi ke tempat erupsi, trauma benih gigi, gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya, mukosa gingival yang menebal, dan kekurangan tempat erupsi.
Faktor penyakit diantaranya adalah down syndrom, karena konsumsi obat penitoin dan cyclosporin sehingga menyebabkan gingival hyperplasia sehingga erupsi terhambat.
Faktor yang mempercepat erupsi gigi diantaranya adalah Nutrisi, vaskularisasi (penyerapan metabolisme nutrisi) ada hubungannya dengan tahap prafungsional. Pergerakan gigi ke arah oklusal pada tahap prafungsional berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari jaringan ligament periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung gigi yang akan mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap prafungsional semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligament periodontal. Meningkatnya permeabilitas di sekitar ligament periodontal
yang membengkak akan mendorong gigi keluar socketnya, tetapi proses patologis ini tidaklah sama sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis. Selain nutrisi, konsumsi kalsium saat ibu hamil juga dapat mempengaruhi kecepatan erupsi gigi.
Faktor penghambat erupsi meliputi faktor lokal, sistemik dan kongenital. Faktor lokal diantaranya Ectopic eruption, trauma, kista erupsi dan hilangnya gigi susu premature, karena gingival sudah terlalu cepat menutup kembali sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus gingival yang sudah tertutup itu. Sistemik meliputi hipotiroidisme. Kongenital meliputi Down syndrome dan achodroplastik dwarfisme (kerdil).
Setelah kita bahas mengenai faktor yang mempengaruhi, mempercepat dan menghambat erupsi gigi, mari kita bahas mengenai macam kelainan erupsi secara umum. Diantaranya Dens invaginatus yaitu adanya gigi dalam gigi. Kelainan erupsi dini, yaitu masa erupsi terlalu cepat. Contohnya Natal teeth, yaitu gigi tumbuh pada saat lahir, erupsi premature (bila gigi menembus mukosa mulut sebelum 3 bulan, kadang bisa tanggal atau tumbuh menjadi decidui). Kelainan erupsi lambat, ialah masa erupsi terlalu lambat, jika terlambat 1-3tahun waktu normal. Kegagalan erupsi atau disebut juga dengan impaksi. Malformasi, ialah pertumbuhan gigi berbeda bentuk dengan keadaan fisiologinya. Dilaceration, yaitu abnormalitas akar gigi, karena aksi trauma mekanis pada gigi ketika masih benih. Flexion dengan ciri akar gigi bengkok < 90˚. Taurodontism dengan ciri gigi yang mempunyai mahkota yang panjang.
Selain itu terdapat kelainan masa proliferasi, yang meliputi :
- Supernumerary : kelebihan benih gigi, sehingga gigi bearjejal. Berdasarkan lokasi ada 3 :
Mesiodens (dekat garis median incisivus sentral RA)
Laterodens (daerah bukal dari gigi” Incisivus sentralis)
Distomolar (di sebelah distal gigi molar)
- Germination : 2 gigi yang menyatu dalam 1 akar
- Fusi : 2 mahkota 2 saluran akar tapi dempet
- Anodontia : tidak dijumpai adanya gigi pada rahang
- Oligodontia : tidak tumbuh gigi sebanyak 6
- Hipodontia : kegagalan pembentukan gigi karena benih tidak ada.
Ada pula kelainan berdasarkan morfologi, yaitu sebagai berikut :
- Makrodontia : bentuk gigi lebih besar dari normal
- Mikrodontia : bentuk gigi lebih kecil dari normal
Urutan erupsi permanen rahang atas :M1 , I1 , I2 , P1 , P2 , C , M3 dan
rahang bawah : M1 , I1 , I2 , C , P1 , P2 , M2 , M3
Erupsi I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3
7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-25
(tahun)
6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-25
Macam macam derajat kegoyangan gigi antara lain :
Derajat 1 : < 1 mm , goyangnya kanan kiri
Darajat 2 : goyang 1 mm , kanan kiri depan belakang
Derajat 3 : >1mm , goyang semua arah dan bisa diangkat sedikit
Derajat 4 : sudah mau tanggal , 3 / 4 sudah lepas dari pocketnya, goyang ke segala arah.
Berikut ini kita bahas mengenai indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi decidui. Indikasi pencabutan gigi decidui :
Gigi sebagai infeksi Gigi dengan pulpa nonvital (caries) Gigi impaksi Sisa akar karena caries
Kontraindikasi pencabutan gigi decidui :
Pada anak yang menderita penyakit kuning ditunggu sampai fungsi hatinya sempurna. Untuk decidui usia mempengaruhi Belum ada benih gigi permanen Benih gigi permanen masih jauh Jika anak yang mengalami infeksi akut ditunggu sampai penyakit sembuh.
Dalam skenario diketahui akar gigi 21 bengkok ke arah palatal, mengapa demikian?
Sebab keadaan gigi 61 patah, karena trauma tekanan à gigi masuk à terdorong ke dalam, menusuk benih gigi penggantinya à akar tumbuh ke vertikal à tekanan yang menghalangi à bengkok ke palatal à dilaserasi. Meskipun dalam demikian, gigi 21 masih bisa erupsi, karena ada kaitannya dengan toleransi umur dan daya erupsinya masih ada.
Terkait keadaan akar gigi 21 yang bengkok kea rah palatal, apakah ada hubungannya dengan trauma? Ada hubungannya dengan trauma, karena gigi 61 mendesak gigi 21.
Bagaimana penatalaksanaan gigi 61 yang patah?
Dapat diatasi dengan cara mencabut gigi 61.
Gigi 52 dan 62 goyang, lalu apakah merupakan efek traumanya atau memang tahapan erupsi?
Normal, karena merupakan tahapan erupsi.
Perlakuan apa yang dilakukan dokter untuk mengatasi kegoyahan gigi?
Dicabut, dilihat derajat kegoyahan dan infeksi karena karies, resorpsi (pengurangan kalsium oleh odontoclast).
Untuk intrusi, ada 3 perawatan yaitu :
1. Jika mahkota terlihat dan kerusakan tulang alveolar kecil, biarkan gigi re-erupsi2. Reposisi : mengembalikan gigi ke posisi semula3. Pencabutan dilakukan jika re-erupsi gagal, gigi intrusi mendorong benih gigi tetap
diatas atau di bawahnya, sehingga merusak benih gigi, Bila apeks gigi sulung menembus tulang ke labial.
Disamping itu peran nutrisi juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang (erupsi) gigi. Menyangkut pentingnya nutrisi, sebaiknya ibu lebih memperhatikan anaknya perihal makanan dan minuman yang dikonsumsi. Peran nutrisi ialah sebagai faktor pendukung karena erupsi gigi decidui butuh 100mg nutrisi, permanen 400mg nutrisi. Sebagai contoh, bila kekurangan vit.A akan menyebabkan terhentinya sel-sel pertumbuhan gigi dan berakibat gigi gingsul (berjejal).
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dalam laporan ini telah membahas tahap tumbuh kembang gigi anak , yaitu melalui beberapa tahap yaitu definisi dari erupsi, tanda-tanda dari erupsi, factor yamng mempengaruhi, mempercepat dan menghambat erusi gigi anak, macam kelainan pada gigi anak, urutan erupsi gigi permanen, derajat kegoyahan gigi, indikasi dan kontraindikasi pencabutan decidui serta peranyaan-pertanyaan yang terkait dengan kasus dalam skenario.
Berikut mapping concept yang telah kita buat untuk Lbm 1 ini :
KESEHATAN GIGI
KELAINAN JUMLAH DAN STRUKTUR GIGI
BAB 1
PENDAHULUAN
Bentuk gigi desidui sudah mulai berkembang pada usia 4 bulan dalam kandungan.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi, morfodiferensiasi, aposisi, kalsifikasi dan erupsi. Pada masing-masing tahap
dapat terjadi kelainan yang menyebabkan anomali dalam jumlah gigi, ukuran gigi, bentuk
gigi, struktur gigi, warna gigi dan gangguan erupsi gigi.
Struktur gigi secara mikroskopis terdiri dari jaringan keras (hard tissue) dan jaringan
lunak (soft tissue). Jaringan keras adalah jaringan yang mengandung kapur yang terdiri dari
enamel, dentin dan sementum, sedangkan jaringan lunak yaitu jaringan yang terdapat dalam
rongga pulpa sampai foramen apikal.
Kasus yang sering ditemukan adalah gangguan atau perubahan dari jumlah gigi dan
perubahan-perubahan dalam struktur gigi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perubahan-Perubahan Dalam Jumlah Gigi
Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi sulung dan 32 gigi tetap, tetapi dapat
dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah tersebut. Kelainan jumlah gigi adalah
dijumpainya gigi yang berlebih karena benih berlebih atau penyebab lain dan kekurangan
jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang tidak ada atau kurang.
a. Etiologi
Banyak hipotesa yang berbeda telah dikemukakan tentang etiologi kelainan jumlah
gigi, sehingga saat ini tidak ada yang dapat dikatakan dengan pasti sebagai etiologi, tetapi
sifat herediter mempunyai peranan dengan melihat ras dan tendensi keluarga.
Faktor lingkungan dapat menyebabkan pecahnya benih gigi ketika bayi masih dalam
kandungan, misalnya :
radiasi / penyinaran
trauma
infeksi
gangguan nutrisi dan hormonal
b. Jenis-jenis perubahan dalam jumlah gigi
1. Anodonsia / hipodonsia ( tidak adanya benih gigi )
Anodonsia yaitu tidak dijumpainya seluruh gigi geligi dalam rongga mulut sedangkan
hipodonsia atau disebut juga oligodonsia yaitu tidak adanya satu atau beberapa elemen gigi.
Kedua keadaan ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap. Gigi yang sering
mengalami hipodonsia yaitu gigi insisivus lateralis atas, premolar dua bawah, premolar dua
atas, molar tiga dan insisivus sentralis bawah. Anodonsia mempunyai dampak terhadap
perkembangan psikologis karena adanya penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan
menyebabkan gangguan pada fungsi pengunyahan dan bicara.
Hipodonsia dapat menimbulkan masalah estetis dan diastema
Ada beberapa jenis anodontia yaitu sebagai berikut :
anodontia total : tidak adanya semua gigi
anodontia parsial : satu atau beberapa gigi tidak ada
pseudoanodontia : satu atau beberapa gigi tidak ada karena impaksi atau
keterlambatan erupsi
anodontia palsu : gigi telah lepas atau di ekstraksi
Perawatan yang dapat dilakukan pada penderita anodontia dan hipodontia adalah
sebagai berikut :
Pada keadaan anodonsia, bisa dibuatkan full protesa bila anak sudah dapat diajak untuk bekerja
sama. full protesa dapat dibuat semasa gigi sulung dan diganti/ disesuaikan setelah masa gigi
tetap.
Pada hipodonsia gigi insisivus dua atas tetap dipasang removable protesa dan dapat diganti
dengan bridge protesa bila apeks gigi insisivus satu atas sebelahnya sudah tertutup sempurna
(tertutup sempurna biasanya 3-6 tahun setelah erupsi). Sedangkan gigi premolar yang
hipodonsia dilakukan penutupan ruangan secara ortodonti atau dibuat removable protesa
yang diganti dengan fixed protesa dikemudian hari.
Gambar 1. Gambaran gigi penderita hipodontia
2. Hiperdontia
Definisi Hiperdonsia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth yaitu adanya
satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal, dapat terjadi pada gigi sulung
maupun gigi tetap. Gigi ini bisa erupsi dan bisa juga tidak erupsi. Beberapa penelitian
melaporkan prevalensinya pada anak-anak 0,3 – 2,94 %. Menurut Bodin dan Kaler, kasus ini
lebih banyak dijumpai pada laki-laki.
Akibat yang ditimbulkan tergantung pada posisi yang berlebih, dapat berupa ;
malposisi, crowded, tidak erupsinya gigi tetangga, persistensi gigi sulung, terlambatnya
erupsi gigi insisivus sentralis tetap, rotasi, diastema, impaksi, resobsi akar dan hilangnya
vitalitas. Pembentukan kista dan masalah estetis juga dapat dijumpai.
Diagnosa awal dari anomali ini sangat perlu untuk menghindari kerusakan yang lebih
parah, gigi berlebih ini dapat didiagnosa dengan pemeriksaan radiografi, juga dengan tanda-
tanda klinis yang dapat menimbulkan keadaan patologis.
Tanda-tanda klinis gigi berlebih ini antara lain terhambatnya erupsi gigi sulung,
terhambatnya erupsi gigi pengganti, perubahan hubungan aksial dengan gigi tetangga dan
rotasi gigi insisivus tetap.
Berdasarkan lokasinya gigi berlebih dibedakan atas :
a. Mesiodens
Lokasinya di dekat garis median diantara kedua gigi insisivus sentralis terutama pada
gigi tetap rahang atas. Jika gigi ini erupsi biasanya ditemukan di palatal atau diantara gigi-
gigi insisivus sentralis dan paling sering menyebabkan susunan yang tidak teratur dari gigi-
gigi insisivus sentralis. Gigi ini dapat juga tidak erupsi sehingga menyebabkan erupsi gigi
insisivus satu tetap terlambat, malposisi atau resobsi akar gigi-gigi insisivus didekatnya
b. Laterodens
Laterodens berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain insisivus
sentralis.
c. Distomolar
Lokasinya di sebelah distal gigi molar tiga.
Perawatan pilihan untuk masing-masing kasus harus dianalisa secara individual,
tergantung kepada jenis dan posisi gigi yang berlebih. Secara garis besar perawatannya
dilakukan dengan pencabutan, pengambilan secara bedah (bila gigi tersebut tidak dapat
erupsi) atau pada kasus tertentu gigi dibiarkan berada dalam mulut dengan observasi (misal
distomolar di belakang molar tiga dan tidak mengganggu).
Pada kasus diastema yang disebabkan mesiodens, perawatan dilakukan dengan
pencabutan, kemudian dilanjutkan dengan perawatan ortodonti. Waktu yang ideal untuk
pengambilan gigi berlebih pada regio depan adalah usia 6-7 tahun, karena akar insisivus
sentralis sedang berkembang, namun belum sepenuhnya terbentuk. Penting untuk memonitor
ruangan yang ada serta oklusinya selama periode ini.
Gambar 2. Bentuk dan posisi dari gigi pasien penderita hiperdontia
2.Perubahan-Perubahan Dalam Struktur Gigi
A. Perubahan-Perubahan Dalam Struktur Enamel
Kelainan pada struktur jaringan keras gigi dapat terjadi pada tahap histodiferensiasi,
aposisi dan kalsifikasi selama tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi, yang dapat
mengenai gigi sulung maupun gigi tetap. Kelainan-kelainan tersebut
adalah :
1. Hipoplasia enamel
Hipoplasia enamel atau sering juga disebut enamel hipoplasia adalah suatu gangguan
pada enamel yang ditandai dengan tidak lengkap atau tidak sempurnanya pembentukan
enamel. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun tetap.
Gambaran klinis :
Terdapatnya groove, pit dan fisur yang kecil pada permukaan enamel
Pada keadaan yang lebih parah dijumpai adanya guratan guratan pit yang dalam,tersusun
secara horizontal pada permukaan gigi.
Etiologi dari hipoplasia enamel adalah sebagai berikut :
Faktor Lokal
trauma (misal Turner Teeth)
infeksi
radiasi
idiopatik
Faktor Umum
Lingkungan,
Herediter
Prenatal : Sifilis kongenital (Hutchinson’s Teeth/Mulberry Molar)
Neonatal : Hipokalsemia
Postnatal : Defisiensi vitamin atau fluor yang berlebihan (Mottlet enamel).
Gambar 3. Keadaan gigi penderita hipoplasia enamel
2. Amelogenesis Imperfekta
Amelogenesis Imperfecta (AI) adalah kelainan formasi dari enamel atau permukaan
luar gigi permanen yang diturunkan. Karakteristik dari AI terjadi hipokalsifikasi, hipoplasia,
atau hipomaturasi yang menyeluruh.
Gejala klinis Amelogenesis Imperfekta adalah sebagai berikut :
mempunyai gigi yang berwarna abnormal antara putih opaque, kuning, coklat sampai abu-abu.
dentin dan pulpa normal, banyak kehilangan enamel.
mempunyai resiko tinggi terhadap karies.
sangat sensitif terhadap perubahan suhu.
Amelogenesis terbagi atas empat tipe utama yaitu sebagai berikut :
Tipe hipoplastik
Yaitu kurangnya email yang normal, menyebabkan mahkota gigi-gigi nampak
pucat, coklat kekuningan, berlubang-lubang atau beralur. Secara radiografis seluruh gigi
lengkap, tetapi mahkota gigi-gigi terlihat sangat tipis atau tidak ada email. Gigi-gigi mirip
preparasi mahkota dengan tanda khas ruang interdental yang lebar.
Tipe hipomatur
Tipe ini mempunyai email yang normal banyaknya, tetapi emailnya lunak dan kurang
mineral, karenanya sonde gigi bila ditekan akan melubangi permukaan email. Pada tipe ini,
mahkota-mahkota gigi berkontak di interproksimal, tetapi tampak berkapur, kasar, beralur,
dan ada perubahan warna. Email mudah patah.
Tipe kalsifikasi
Pada tipe ini, gigi mempunyai email yang lunak, tetapi hialng jauh leboh cepat dan
mengakibatkan terbukanya dentin segera sesudah erupsi. Warna gigi biasanya mempunyai
gigi-gigi berwarna madu dengan corak permukaan kasar, gigi-gigi tidak erupsi multipel dan
gigitan terbuka interior.
Tipe hipoplasia-hopomaturasi dengan tipe taurodontisme
Pada tipe ini memperlihatkan gigi-gigi yang kekuning-kuningan dengan bercak-
bercak opak, berlubang-lubang di servikal, atrisi dan taurodontisme.
Kelainan yang menyertai amelogenesis adalah sebagai berikut :
Karies
Kegoyangan gigi
Deep bite
Kehilangan dimensi vertikal
Penatalaksanaan kelainan amelogenesis imperfekta adalah sebagai berikut :
Gigi goyang → stabilisasi dengan splint
Deep bite& penurunan dimensi vertical → Pembuatan restorasi sementara/ peninggian gigit
sampai oklusi normal.
Karies & loss enamel yang banyak krn A.I → pembuatan restorasi tetap porcelain fused to
metal.
Penatalaksanaan pada penderita amelogenesis imperfekta adalah sebagai berikut :
Dental Health Education (DHE)
Kontrol Plak
Perbaikan Oral Hygiene
Aplikasi Fluoride
Perbaikan Kebiasaan Makan dan Kesehatan Rongga Mulut
Gambar 4. Keadaan gigi penderita amelogenesis imperfekta
Perawatan untuk amelogenesis imperfekta biasanya adalah mahkota penuh untuk
alasan estetik.
B.Perubahan-Perubahan Struktur Dentin
1. Displasia Dentin
Displasia dentin adalah kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa dentin
dan morfologi akar, sehingga akar terlihat pendek yang disebabkan herediter yang diturunkan
secara autosomal dominan. Ditandai oleh perubahan-perubahan dalam bentuk dentin yaitu
kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa dentin dan morfologi akar, sehingga akar
terlihat pendek. Ketidaknormalan tersebut diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu :
Tipe 1 ( displasia dentin radikuler )
Pada tipe ini gigi-gigi sulung dan tetap secara klinis tampak normal tetapi radiograf
menunjukan kelainan perkembangan akar dengan hamper tidak ada pembentukan akar sama
sekali dan ada batu pulpa besar serta penyumbatan pulpa total dari gigi-gigi sulung sebelum
erupsi gigi, ditandai dengan gigi-gigi yang goyang dan radiolusensi periapikal multipel yang
tak diketahui sebabnya.
Tipe II ( displasia dentin coronal )
Pada tipe ini saluran pulpa gigi-gigi sulung sering kali tersumbat karena mengalami
dentinogenesia imperfekta. Sebaliknya pada gigi tetap secara klinis tampak normal, kecuali
saluran-saluran pulpa yang lebih sempit dan berbentuk bunga widuri yang sering kali
ditempati oleh dentikel-dentikel. Akar gigi kemungkinan pendek, tumpul, menguncup, dan
dapat mempunyai garis radiolusens horizontal.
2.Dentinogenesis Imperfekta
Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur
gigi, akibat terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi pertumbuhan dan perkembangan
gigi. Secara umum mahkota gigi pada penderita dentinogenesis imperfecta biasanya
mempunyai ukuran yang normal, namun adanya pengerutan pada bagian servikal gigi. Akar
gigi terlihat ramping dan pendek.
Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur
gigi, akibat terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi pertumbuhan dan perkembangan
gigi. Pada waktu histodiferensiasi, terjadi proses diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan
pematangan sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Bagian perifer dari
dental organ akan menjadi odontoblas, lapisan ini akan membentuk dentin. Gangguan
diferensiasi selsel formatif benih gigi akan menghasilkan struktur email dan dentin yang
abnormal. Kegagalan odontoblas berdiferensiasi pada tahap ini akan menghasilkan struktur
dentin abnormal, yang dikenal dengan dentinogenesis imperfecta
Klasifikasi dari dentinogenesis imperfecta adalah sebagai berikut:
1. Shields tipe I dentinogenesis imperfecta yang terjadi bersamaan dengan osteogenesis
imperfecta
2. Shields tipe II dentinogenesis imperfecta yang terjadi tidak bersamaan dengan osteogenesis
imperfecta
3. Shields tipe III dentinogenesis imperfecta yang terjadi pada populasi Brandywine di
Maryland Selatan, Amerika.
Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dentin. dentinogenesis imperfecta
adalah suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur kolagen dentin selama
embryogenesis terutama pada tahap diferensiasi jaringan dan formasi matriks orgamik.
Dentinogenesis imperfecta terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi
perkembangan gigi. Selama tahap histodiferensiasi terjadi diferensiasi sel pada dental papilla
menjadi odontoblas dan sel epitel email dalam menjadi ameloblas. Histodiferensiasi, terjadi
proses diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan sebagai dental organ melalui
tahap lonceng dan aposisi. Bagian perifer dari dental organ akan menjadi odontoblas, lapisan
ini akan membentuk dentin. Gangguan diferensiasi sel-sel formatif benih gigi akan
menghasilkan struktur email dan dentin yang abnormal, salah satunya adalah dentinogenesis
imperfecta.
Akibat dari Dentinogenesis imperfecta dapat menimbulkan pewarnaan gigi, dan gigi
sensitive akibat atrisi, berkurangnya tinggi gigitan, gangguan fungsi otot-otot pengunyahan,
dan gangguan fungsi bicara yang kan mengganggu penampilan seseorang. Adanya atrisi yang
ditimbulkan akibat rapuhnya struktur gigi, sehingga dentin akan mudah terbuka, dengan
demikian gigi akan menjadi lebih sesitif yang mengganggu fungsi pengunyahan dan bicara.
Berkurangnya tinggi gigitan dapat menyebabkan oklusi abmormal, selanjutnya akan
mengganggu sendi temporomandibula.
Dentinogenesis imperfecta dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi
permanen.Secara klinis dapat terlihat, mukosa mulut terlihat normal, gigi berwarna abu-abu
agak transparan sampai agak kecoklatan Kemudian segera setelah gigi sulung erupsi lengkap,
enamel relative mudah patah dari bagian insisal edge pada permukaan gigi anterior dan
permukaan oklusal dari gigi posterior. Selanjutnya bagian dentin yang relative lunak akan
mudah terkikis, sehingga tubuli dentin terbuka, hal ini dapat menimbulkan rasa ngilu.
Selanjutnya pulpa mudah tereksponasi bahkan terjadi pulpa nekrosis. Kadang-kadang diikuti
dengan kerusakan jaringan
gingival.
Dentinogenesis imperfecta biasanya mempunyai ukuran normal, namun pada
permukaan servikal terlihat pengerutan, sehingga mahkota gigi terlihat membulat. Pada
pemeriksaan radiologis terlihat akar yang ramping dan pendek, kavum pulpa terlihat kecil
atau hampir tidak terlihat, saluran akar kecil atau bahkan terlihat seperti garis tipis. Kondisi
ini merupakan indikasi kerusakan/ gangguan jaringan mesodermal. Kadang-kadang
ditemukan periapikal rasiolusen pada gigi sulung. Adakalanya akar patah bahkan multiple
fracture dapat terjadi, yang biasanya pada pasien yang lebih tua. Apabila dibandingkan
dengan gigi sulung maka pada gigi permanen biasanya relative lebih baik kondisinya.
Struktur jaringan enamel dan dentin terlihat normal, dentinoenamel junction pun tidak
tampak sebagai jaringan yang terganggu. Namun demikia ditemukan hubungan daerah
fraktur pada permukaan enamel karena ada lekukan/scalloping yang kurang pada
dentinoenamel junction. Tubuli dentin terlihat berkurang jumlahnya, dan terlihat tidak
beraturan dan bercabang-cabang.
Perawatan dentinogenesis imperfekta adalah untuk memperbaiki penampilan,
mengembalikan dimensi vertical pasien, mengembalikan fungsi pengunyahan, mencegah
terjadi abrasi, mempertahankan kesehatan mulut, dan mengembalikan kepercayaan pada diri
pasien. Kelainan gigi yang terjadi pada dentinogenesis imperfecta dapat mengenai semua
permukaan gigi, dari gigi anterior sampai posterior. Rencana perawatan yang tepat sangat
menentukan keberhasilan perawatan. Terdapat bermacam-macam restorasi yang dapat
digunakan dalam perawatan ini, seperti resin komposit untuk gigi anterior, mahkota stainless
steel untuk gigi posterior, mahkota celluloid strip untuk gigi sulung dan gigi tetap muda
anterior, veneer, dan overdenture untuk gigi dengan atrisi yang luas.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masa pembentukan gigi desudui merupakan masa dimana sering terjadi kelainan dalam jumlah
gigi, bentuk gigi, struktur gigi, warna gigi dan gangguan erupsi
Anomali jumlah gigi terbagi menjadi dua jenis yaitu tidak adanya benih gigi ( anodonsia dan
hipodonsia ) dan kelebihan jumlah gigi ( hiperdonsia )
Anomali jumlah gigi disebabkan oleh faktor herediter dan lingkungan
Anomali struktur terbagi atas empat jenis yaitu hipoplasia enamel, amelogenesis imperfekta,
dentinogenesis imperfekta, dan displasia dentin
Anomali struktur gigi disebabkan oleh factor herediter dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
http : www.find-pdf.com/amelogenesis imperfekta pada anak
http : www.find-pdf.com/amelogenesis imperfekta herediter
http : www.openpdf.com/ebook/penatalaksanaan-dentinogenesis-imperfekta-pada-anak-
pdf.html
http : www.docs.google.com//kelainan-gigi-akibat-gangguan-pertumbuhan-dan –
perkembangan
http : www.tikathedentist.blogspot.com//amelogenesis-imperfekta
Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Jakarta : Hipokrates