Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT YANG MENGALAMI MUAL-MUNTAH
DI RSUP FATMAWATI JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NI NENGAH KUSUMAWATI 1006823444
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK JULI 2013
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT YANG MENGALAMI MUAL-MUNTAH
DI RSUP FATMAWATI JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Profesi Ners
NI NENGAH KUSUMAWATI 1006823444
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK JULI 2013
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
r
HALAMAN PERNYAT ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah karya saya sendiri, dan sernua
sumber baik yang dikutip maupun uk telah saya nyatakan dengan
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
Ni Nengah Kusumawati
1006823444
*ffi,10 Juli 2013
Universitas lndonesia
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
IIALAMAN PEN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
Telah berhasil dipertahankan dihadasebagai bagian persyaratan yangNers pada Program Studi ProfesiKeperawatan, Universitas Indonesia
Penguji 1
Penguji 2
Ditetapkan di
Tanggal
: Depok
: 10 Juli 2013
Ni Nengah
7046823444
Ilmu Kepera
Analisis Praktik inik Keperawatan KesehatanMasyarakat pada Penderita Leukemia
ng Mengalami Mual Muntah diRSUP Fatama jakarta
Dewan Penguji dan diterimauntuk memperoleh gelar ProfesiKeperawatan, Fakultas Ilmu
Sp. Kep.An
Ns. Alfani Prima Kusum S. Kep+tV)(/ ---' )
Universitas lndonesia
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
c
IIALAMAFI PERS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah berhasil di
pada Program Pendidikan Ners Keperaw
Universitas
HappyHayati, S.Kp., M. , Sp. Kep.An
dihadapan Tim Penguji
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas lndonesiaAnalisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Penderita Leukemia Limfositik Akut
yang Mengalami Mual-Muntah di RSUP Fatmawati Jakarta”
Penyusunan karya ilmiah akhir ners ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Profesi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini tidak terlepas dari peran dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan kepada penulis.
2. Ibu Happy Hayati, S.Kp., M. Kep., Sp. Kep. An selaku dosen pembimbing
yang telah mengarahkan dan memberikan masukan dalam menyelesaikan
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
3. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed. selaku koordinator Mata Kuliah Tugas
Akhir dan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
4. Ibu Ns. Alfani Prima Kusumasari, S.Kep selaku penguji dalam sidang
karya ilmiah akhir ners ini.
5. Ibu Ice Yulia Wardhani, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep.J selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
selama menjalani pendidikan di Fakultas Ilmu Keperawatan.
6. Keluarga tercinta, bapak dan ibu di Bogor, bapak dan ibu mertua di Bali,
suami, ananda Putri, dan ananda Made serta mbak Wiwie dan adik
Nyoman yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
7. Teman-teman seangkatan yang selalu memberikan semangat dan
dukungan yang besar dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir
ners ini.
8. Teman-teman sejawat yang telah banyak membantu dalam penyusunan
karya ilmiah akhir ners ini.
9. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang telah memberikan
tempat untuk melakukan penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
Semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Depok, 10 Juli 2013
Penulis
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
-l
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PLTBLIKASI TUGAS
AKIIIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas
dibawah ini:
Nama
NPM
Program studi
Fakultas
Jenis Karya
akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
Ni Nengah Kusumawati
1046823444
Profesi Ilmu Keperawatan
Ilmu Keperawatan
Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
"Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaanpada Penderita Leukemia limfositik Akut yang Mengalami Mual-Muntah diRSUP Fatmawati Jakarta"
Beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan karya ilmiah akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Padatanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan
-ffi'(-" dYtrll
(Ni Nengah Kusumawati)
vil Universitas lndonesia
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama : Ni Nengah Kusumawati Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Penderita Leukemia Limfositik Akut yang Mengalami Mual-Muntah di RSUP Fatmawati Jakarta
Pengobatan kemoterapi pada anak yang menderita leukemia umumnya memberikan efek mual-muntah. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak yang menderita leukemia limfositik akut yang mengalami mual-muntah akibat kemoterapi, dengan menerapkan teknik distraksi. Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus anak dengan leukemia yang mendapat kemoterapi, didapatkan gejala mual, lemah, pucat, dan anemia. Masalah keperawatan utama yang ditegakkan meliputi mual, risiko cedera akibat kemoterapi, keletihan, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi manajemen untuk menurunkan mual melalui teknik distraksi, melakukan pencegahan infeksi (universal precaution), melakukan pengawasan/pemantauan terhadap efek kemoterapi, dan mengatur aktivitas anak. Teknik distraksi yang dilakukan pada anak menunjukkan hasil bahwa perhatian anak teralihkan, sehingga mual dan muntah menjadi berkurang. Hasil evaluasi yang didapatkan adalah mual menjadi berkurang, risiko cedera tidak terjadi, letih menjadi berkurang, dan risiko infeksi tidak terjadi. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk mengoptimalkan teknik distraksi sebagai tindakan penunjang untuk mengurangi mual muntah. Kata Kunci: anak, distraksi, efek kemoterapi, leukemia, mual, muntah
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
ABSTRACT Name : Ni Nengah Kusumawati Program Study : Profession Title :
of Nursing
Analysis of Clinical Practice of Nursing in Urban Public Health in Patients Acute Lymphocytic Leukemia who have Nausea-Vomiting at RSUP Fatmawati Jakarta
Chemotherapy in children with leukemia usually make nausea-vomiting effect. The aim of this study was to provide an overview of nursing care in children with acute lymphocytic leukemia who experience nausea, vomiting due to chemotherapy, by applying distraction techniques. Based on the results of the assessment in the case of children with leukemia who received chemotherapy, the found symptoms are nausea, weak, pale, and anemic . The main nursing problems include nausea, risk of injury due to chemotherapy, fatigue, and risk of infection. Nursing interventions provided include management techniques to reduce nausea through distraction, infection prevention (universal precautions), supervise/monitor the effects of chemotherapy, and regulates the activity of the child. Distraction techniques that performed on children, showed that children's attention diverted, so that nausea and vomiting is reduced. Evaluation results obtained are nausea is reduced, the risk of injury does not occur, fatigue is reduced, and the risk of infection does not occur. Results of this paper suggest to health care institution to optimize distraction techniques as a supporting measures to reduce nausea and vomiting
.
Key words: children, chemotherapy effects, distraction, leukimia,
nausea, vomiting
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vii ABSTRAK ......................................................... .............................................. viii ABSTRACT ......................... ............................................................................ ix DAFTAR ISI .................................................................................... ............... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 5 1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1 Pengertian Leukemia ........................................................................ 7 2.2 Etiologi Leukemia ............................................................................ 7 2.3 Klasifikasi Leukemia ...................................................................... 8 2.4 Patofisiologi .................................................................................... 9 2.5 Gambaran Klinis ............................................................................. 9 2.6 Komplikasi ...................................................................................... 10 2.7 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................. 10 2.8 Penatalaksanaan Medis ................................................................... 11 2.9 Penatalaksanaan Keperawatan ........................................................ 12
2.9.1 Pengkajian ........................................................................... 12 2.9.2 Diagnosis Keperawatan ....................................................... 15 2.9.3 Intervensi Keperawatan ....................................................... 16 2.9.4 Evaluasi ............................................................................... 19
BAB 3 ANALISIS KASUS ............................................................................. 20
3.1 Pengkajian ....................................................................................... 20 3.2 Masalah Keperawatan ..................................................................... 21 3.3 Rencana Keperawatan ..................................................................... 22
BAB 4 ANALISIS SITUASI ........................................................................... 25
4.1 Profil Lahan Praktek ....................................................................... 25 4.2 Analisis Masalah Keperawatan ...................................................... 25 4.3 Analisis Intervensi Keperawatan ...................................................... 27 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................ 29 4.5 Evaluasi ......................................................................................... 31
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 32 5.1 Simpulan ......................................................................................... 32 5.2 Saran ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Lampiran 2 Analisa Data Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 WOC Leukemia
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan
nasional. Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan telah dilakukan
oleh pemerintah secara berkesinambungan, menyeluruh, terarah, dan terpadu
guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Derajat
kesehatan yang optimal merupakan tujuan dari pembangunan kesehatan.
Tujuan utama dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang di bidang
Kesehatan (RPJPK) adalah penurunan morbiditas dan mortalitas.
Perkembangan pesat di bidang industri, perubahan gaya hidup, dan
lingkungan hidup menyebabkan morbiditas dan mortalitas mengalami
pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit
tidak menular seperti jantung, kanker, diabetes melitus, hipertensi, gagal
ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab
kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya
penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi
(degeneratif) (Depkes RI, 2002).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang
meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015. Pada tahun
2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita
kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (WHO,
2003).
Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan bahwa kanker merupakan
penyebab utama kematian keenam di Indonesia dan diperkirakan terdapat
insiden kanker 100 per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Dibandingkan
dengan penyakit kanker lain, leukemia (kanker darah) termasuk jenis kanker
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
yang jarang terjadi. Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling sering
ditemukan pada anak di bawah umur 15 tahun (Wong, 2009). Leukemia lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yang
berusia di atas satu tahun dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6
tahun.
Angka kejadian leukemia limfositik akut di RSUP Fatmawati dalam tiga
bulan terakhir yaitu selama periode bulan maret 2013 sampai bulan mei 2013
terdapat 26 kasus leukemia limfositik akut yang di rawat di ruang Teratai
lantai III Selatan RSUP Fatmawati.
Leukemia adalah kanker pada jaringan pembentuk sel darah dimana tidak
terkendalinya proliferasi sel darah putih yang immatur dalam pembentukan
sel darah putih oleh tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009). Leukemia
limfositik akut (LLA) terjadi ketika sel limfoid berubah menjadi ganas dan
terjadi proliferasi sel yang tidak terkontrol. Sel-sel ini terakumulasi dan
mendesak sel-sel normal dalam sumsum tulang, mengalir ke dalam perifer,
dan menginvansi organ dan jaringan tubuh. Penggantian elemen
hematopoietik normal oleh sel-sel leukemia mengakibatkan supresi sumsum
tulang. Hal ini mengakibatkan terjadinya anemia karena penurunan produksi
sel darah merah dan kecenderungan terjadi perdarahan akibat
trombositopenia.
Sampai saat ini apa yang menjadi penyebab LLA pada anak belum diketahui
dengan pasti. Sementara beberapa faktor risiko diketahui dapat menjadi
pencetus terjadinya leukemia diantaranya adalah radiasi, bahan kimia, virus,
kelainan genetik, faktor genetik, dan obat tertentu (Kusumawardani 2010).
Tanda dan gejala leukemia muncul akibat adanya infiltrasi sel tumor kedalam
sumsum tulang. Ada 3 konsekuensi utama akibat infiltrasi sel tumor kedalam
sumsum tulang, yaitu anemia karena penurunan jumlah sel darah merah,
infeksi karena neutropenia, perdarahan karena penurunan produksi platelet.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Organ dengan vaskularisasi tinggi seperti limpa dan hati sering dipengaruhi.
Limpa dan hati dapat mengalami pembesaran atau fibrosis (Hockenberry &
Wilson, 2009).
LLA adalah penyakit keganasan yang sebagian besar terjadi pada anak.
Insiden LLA pada anak adalah 3 – 4 dari 100.000 anak dengan umur kurang
dari 15 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009). LLA merupakan 75% kasus
leukemia pada anak. Rata-rata 2.400 kasus baru ditemukan di Amerika setiap
tahun (Bleyer, 2000 dikutip dalam Potts & Mandleco, 2007). Sedangkan di
negara berkembang LLA hampir mencapai 83% dari kasus leukemia pada
anak. Di Indonesia pada tahun 2002 ditemukan 70 kasus baru LLA pada anak
(Permono dkk., 2006 ). Berdasarkan dokumentasi di Rumah Sakit Fatmawati
dalam tiga bulan terakhir ditemukan 28 kasus LLA dan 3 kasus LMA.
Peningkatan kemajuan dibidang pengobatan meningkatkan harapan hidup
penderita LLA. Pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita leukemia
salah satunya adalah dengan kemoterapi, karena kemoterapi merupakan terapi
yang efektif untuk kanker yamg terjadi pada anak dan jenis kanker tertentu
yang tidak dapat diatasi dengan pembedahan dan terapi radiasi secara efektif
(Bowden et al, 1998 dalam Muhsinin, 2010). Kemoterapi adalah pemberian
obat untuk membunuh sel-sel kanker, tetapi juga membahayakan sel-sel
normal. Kemoterapi membutuhkan waktu minimal dua tahun. Disamping itu,
kemoterapi memiliki berbagai efek samping yang sering menimbulkan
ketidaknyamanan pada anak, seperti nyeri akibat mukositis, diare, mual,
muntah dan lain-lain (Permono dkk., 2006).
Menurut Koda-Kimble et al (2002) dan Tierney et al (2006) dalam
Perwitasari (2006) dalam Muhsinin (2010) pengobatan kanker dengan
kemoterapi dapat memberikan efek mual (nausea) dan muntah (vomiting)
bagi penderita kanker. Timbulnya mual-muntah dapat terjadi sebelum
kemoterapi (antisipator), saat kemoterapi (akut/24 jam pertama), dan setelah
kemoterapi (lambat/24-120 jam), adapula muntah yang berlanjut (Garrett et
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
al, 2003). Untuk mengoptimalkan pencegahan dan kontrol mual-muntah
akibat kemoterapi dapat diberikan obat antiemetik. Antiemetik yang dapat
digunakan untuk mengatasi mual-muntah akibat kemoterapi dan radioterapi
adalah 5-Hydroxytryptamine-3 reseptor antagonis (HRA). Jenis HRA yang
paling sering digunakan adalah ondansentron, granisetron dan dolasetron.
Selain itu ondansentron juga dikombinasikan dengan dexamethasone (Hayati,
2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2006) dalam Hayati (2009)
didapatkan bahwa sebelum kemoterapi penderita diberikan ondansentron,
namun tidak dikombinasikan dengan dexamethasone. Sehingga mual muntah
dapat terjadi meskipun telah diberikan antiemetik. Maka dari itu perlu
dilakukan tindakan penunjang yang dapat membantu upaya pencegahan mual
muntah akibat kemoterapi yang berupa teknik relaksasi, guide imagery,
distraksi, hipnosis, akupresur, dan akupunktur. Dalam hal ini orang tua dapat
dilibatkan dengan diberikan edukasi tentang teknik distraksi dan relaksasi
yang dapat dilakukan orang tua untuk manajemen mual muntah pada anak.
Terkait distraksi, Schneider (2000) menjelaskan bahwa distraksi dengan
menggunakan virtual reality (teknik simulasi computer) menimbulkan
keluaran klinik yang positif pada anak yang mendapat kemoterapi. Penderita
yang mengalami muntah dan tidak mendapat pengobatan yang adekuat, pada
umumnya keadaan penderita menjadi lemah, nafsu makan dan minum
menurun, status gizi kurang baik, dehidrasi, gangguan elektrolit dan
pneumonia aspirasi (Alsagoff-Hood, 1995, dalam Perwitasari, 2006, &
Hayati, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maligna melakukan
transformasi, yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum
yang normal (Greer dkk,1999, dalam Price, 2006).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Salah satu pengobatan untuk leukemia adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah
terapi dengan metode sistemik untuk pengobatan kanker (Bowden et al, 1998
dalam Muhsinin, 2010). Kemoterapi mencakup obat-obat antimikroba dan
sitotoksik (Brooker, 2001). Koda-Kimble et al (2002) dan Tierney et al
(2006) dalam Perwitasari (2009) mengatakan bahwa pengobatan kanker
dengan kemoterapi dapat menimbulkan efek mual dan muntah. Namun mual
dan muntah masih terus menjadi hal yang dapat m,enimbulkan stress
meskipun agen antiemetik untuk saat ini lebih efektif (Rhodes & Mc. Daniel
(2001).
Jika masalah mual dan muntah ini tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi kondisi penderitabaik fisik maupun psikologis seperti, lemah,
nafsu makan menurun, status gizi kurang baik, dehidrasi, gangguan elektrolit
dan pneumonia aspirasi (Alsagoff-Hood, 1995 dalam Perwitasari, 2003).
Rasa mual dan muntah akibat efek samping dari kemoterapi dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita. Untuk itu diperlukan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan terutama mual dan
muntah seperti relaksasi dan distraksi. Dalam hal ini diperlukan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan
masalah karya ilmiah ini adalah asuhan keperawatan pada anak S dengan
leukemia limfositik akut pro kemoterapi.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia limfositik akut yang mengalami
mual-muntah akibat kemoterapi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada An. S dengan leukemia
limfositik akut terkait efek samping kemoterapi di ruang Teratai
Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
b. Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan pada kasus An. S
dengan leukemia limfositik akut terkait efek samping kemoterapi di
ruang Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada An. S dengan leukemia
limfositik akut terkait efek samping kemoterapi di ruang Teratai
Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
d. Menggambarkan teknik nonfarmakologi yang digunakan untuk
mengontrol rasa mual dan muntah akibat efek samping dari
kemoterapi pada An. S dengan leukemia limfositik akut di ruang
Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
e. Menggambarkan analisis distraksi yang digunakan untuk mengontrol
efek samping dari kemoterapi khususnya mual muntah pada An. S
dengan leukemia limfositik akut di ruang Teratai Lantai 3 Selatan
RSUP Fatmawati.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :
1. Rumah sakit/Institusi
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Rumah
sakit tentang efektivitas teknik nonfarmakologis untuk mengontrol efek
samping dari kemoterapi khususnya rasa mual dan muntah pada penderita
leukemia.
2. Institusi pendidikan
Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai
masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus
anak dengan masalah onkologi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya
ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Penderita Leukemia Limfositik Akut yang Mengalami
Mual-Muntah di RSUP Fatmawati Jakarta”.
2.1 Pengertian Leukemia
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel yang lain (Corwin, 2009).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer and
Bare, 2002).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maligna melakukan
transformasi yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum
yang normal (Greer dkk, 1999 dalam Price, 2006).
Jadi leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan proliferasi sel darah putih dalam sumsum tulang.
2.2 Etiologi
Penyebab dasar leukemia tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor predisposisi genetik maupun faktor lingkungan berperan terhadap
kejadian leukemia, seperti insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung
anak-anak yang terserang. Pada kembar monozigot (identik) insiden
meningkat sampai 20%. Individu dengan kelainan kromosom, seperti sindrom
Down mempunyai insiden leukemia akut dua puluh kali lipat. Faktor
lingkungan berupa pajanan dengan radiasi pergion dosis tinggi disertai
manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian serta zat-zat
kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
agen antineoplastik) berperan terhadap kejadian leukemia (Price & Wilson,
2006).
2.3 Klasifikasi Leukemia
Klasifikasi leukemia yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi dari
FAB ( French-American-British). Klasifikasi ini klasifikasi morfologi dan
didasarkan pada diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam
sumsum tulang. Bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada
anak-anak adalah leukemia limfoid akut (acute lymphooid leukemia, ALL)
dan leukemia nonlimfoid (mielogenus) akut (acute nonlymphoid
[myelogenous] leukemia, ANLL/AML). Sinonim untuk ALL meliputi
leukemia limfatik, limfositik, limfoblastik, dan limfoblastoid. Istilah leukemia
sel tunas (stem cell) atau sel blast juga mengacu pada leukemia tipe limfoid.
Sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia granulositik, mielositik,
monositik, mielogenus, monoblastik, dan monomieloblastik. Leukemia
granulositik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil (Wong, 2009).
Klasifikasi Kelompok Kooperatif FAB mengenal Leukemia Akut Leukemia Limfoblastik Akut
L – 1 Leukemia Limfositik Akut anak-anak, populasi sel homogen
L – 2 Leukemia Limfositik Akut pada dewasa, populasi sel heterogen
L – 3 Leukemia jenis limfoma Burkit sel besar, populasi sel homogen
Leukemia Mieloblastik Akut
M – 0 Berdiferensiasi minimal
M – 1 Diferensiasi granulositik tanpa maturasi
M – 2 Diferensiasi granulositik dengan maturasi sampai stadium promielositik
M – 3 Diferensiasi granulositik dengan promielosit hipergranular, dihubungkan
dengan koagulasi intravaskular diseminata
M – 4 Leukemia mielomonosit akut; garis sel monosit dan granulosit
M – 5a Leukemia monosi akut; berdiferensiasi buruk
M – 5b Leukemia monosit akut; berdiferensiasi baik
M - 6 Eritroblastosi yang menonjol dengan diseriptropoiesis berat
M – 7 Leukemia megakariosit Dari Gralnick HR et al: Clasification of acute leukemie, Ann intern Med 87 (6): 740-753, 1977; Bennett JM et al: Criteria for the diagnosis of acute leukemia. Ann Intern med 103 (3): 460-462, 1985: Sacher RA, McPherson R: Widman’s clinical interpretation of laborratory tests, ed 112, Philadelphia. 2000, FA Davis (Price & Wilson, 2006)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
2.4 Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk
sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan hematopoiesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah
merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan
pembesaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang
serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (ekhimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker
juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan (Smeltzer
& Bare, 2002).
2.5 Gambaran Klinis
Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Adapun gejala
yang tampak pada penderita leukemia akut diantaranya :
1) Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia.
2) Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.
3) Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.
4) Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Nyeri tulang yang
berhubungan dengan leukemia biasanya bersifat progresif.
5) Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan
peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
6) Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
7) Gejala sistem saraf pusat dapat terjadi seperti sakit kepala hebat, muntah,
iritabilitas, letargi (Corwin,2009).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
2.6 Komplikasi
1) Anak-anak yang selamat dari leukemia mengalami peningkatan risiko
untuk terjadi keganasan baru dimasa selanjutnya dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak sakit leukemia.
2) Regimen terapi, termasuk transplantasi sumsum tulang, dihubungkan
dengan depresi sumsum tulang temporer, dan peningkatan risiko
perkembangan infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian.
3) Bahkan pada terapi dan remisi yang berhasil, sel-sel leukemik masih
tetap ada, meninggalkan gejala sisa penyakit (Corwin, 2009).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1) Hitung Darah Lengkap (HDL), urinalisis, dan kimia darah diprogramkan
untuk mengkaji status kesehatan secara umum. Urinalisis 24 jam
digunakan untuk mendeteksi asam homovanilik, asam vanilimandelik, dan
katekolamin pada neuroblastoma.
2) Apusan darah perifer diambil untuk menentukan jenis sel dan
maturitasnya.
3) Sinar–X dada diambil pada semua anak sebagai dasar atau untuk
diagnosis.
4) Ultrasonografi sering digunakan sebagai alat untuk skrining.
5) Scan tulang merupakan metode yang sangat peka untuk mendeteksi lesi
tulang, tetapi tidak dapat membedakan antara keganasan dan inflamasi.
6) Aspirasi atau biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penegakan diagnosis
definitif leukemia.
7) Pungsi lumbal dilakukan untuk analisis cairan serebrospinal (CSS)
kemungkinan adanya sel-sel leukemia, sel tumor otak, dan kanker lainnya
yang dapat bermetastasis ke medula spinalis dan otak.
8) Teknik pencitraan (CT scan, ultrasonografi, MRI) digunakan untuk
mendeteksi massa tumor padat.
9) Biopsi sangat kritis dalam menentukan klasifikasi dan tahap kanker
(Muscari, 2005)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
2.8 Penatalaksanaan Medis
Salah satu terapi pada ALL adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah
penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel
tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular (Smeltzer & Bare,
2002). Sukarja (2000, dalam Perwitasari 2006) menjelaskan bahwa
kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-
obat antikanker yang disebut sitostatika.
Tujuan dari kemoterapi adalah untuk mematikan sisa sel-sel kanker yang
mungkin sudah beredar di dalam tubuh yang tidak terdeteksi oleh
pemeriksaan, untuk mencegah kekambuhan, serta pada stadium yang lanjut,
kemoterapi diberikan sebagai terapi yang utama (Noorwati (2009) dalam
Muhsinin (2010).
Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik dengan atau
tanpa iradiasi kranial, diberikan dalam empat fase, yaitu :
1) Terapi induksi, yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang
dari 5 % sel-sel leukemia dalam sumsum tulang. Terapi induksi dimulai
segera setelah diagnosis ditegakkan dan berlangsung selama 4 – 6
minggu. Obat-obatan yang digunakan untuk induksi pada ALL adalah
kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin, dan L-asparaginase,
dengan atau tanpa doksorubisin (daunorubisin).
2) Terapi profilaksis SSP, yang mencegah agar sel-sel leukemia tidak
menginvasi SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui
kemoterapi intratekal dengan metotreksat, sitarabin, dan hidrokortison
3) Terapi intensifikasi atau konsolidasi, yang menghilangkan sel-sel
leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan terapi intensifikasi lambat
(delayed intensification), yang mencegah timbulnya klon leukemik yang
resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai kemoterapi sistemik
meliputi pemberian L-asparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang,
sitarabin, vinkristin dan merkaptopurin, selama periode beberapa bulan.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
4) Terapi rumatan, yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indusi dan konsolidasi selesai dan
berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya
mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat kombinasi yang
meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu
sekali, dan terapi intratekal secara periodik diberikan selama 2 tahun
kemudian.
5) Reinduksi sesudah relaps. Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum
tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya relaps/kekambuhan
penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi
reinduksi dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi
obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi
rumatannya dilaksanakan setelah remisi (Wong, 2009).
Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping berupa infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, anoreksia, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa, dan
rambut rontok.
2.9 Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada anak yang menderita leukemia secara langsung
akan terkait dengan regimen terapi yang diberikan. Oleh karena itu perawat
mempunyai peranan penting dalam mengkaji masalah-masalah yang dialami
pasien yang menjalani kemoterapi. Di dalam memberikan asuhan
keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses
keperawatan yaitu; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
2.9.1 Pengkajian pada leukemia meliputi :
1) Riwayat kesehatan
a. Gambaran tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien, seperti adanya
massa atau pembengkakan yang abnormal, pucat, kecenderungan
mengalami memar, nyeri lokal yang persisten, demam yang
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
berlangsung lama, sakit kepala sering, kadang-kadang disertai muntah,
perubahan penglihatan yang mendadak, dan penurunan berat badan
yang cepat dan berlebihan.
b. Riwayat pranatal seperti adanya pajanan terhadap radiasi ionisasi,
infeksi maternal, obat-obatan, dan penggunaan zat. Selain itu riwayat
abnormalitas kromosom, gangguan kekebalan, keganasan sebelumnya,
dan riwayat keluarga terhadap kanker.
c. Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, pantau adanya peningkatan suhu
akibat demam, pantau peningkatan dan penurunan berat badan, dan
pantau tekanan darah, dapat rendah (sepsis) atau tinggi (tumor
ginjal/neuroblastoma)
2) Aktivitas :
Gejala: Kelelahan, malaise, kelemahan, serta ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Tanda: Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
3) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi
Tanda: Takikardia, murmur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit
saraf kranial dan atau tanda perdarahan serebral.
4) Eliminasi
Gejala: Diare; nyeri tekan perianal dan nyeri, darah merah terang pada
tisu, feses hitam, darah pada urine, penurunan keluaran urin.
5) Integritas Ego
Gejala: Perasaaan tak berdaya atau tak ada harapan
Tanda: Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan alam perasaan, kacau.
6) Makanan/Cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan
rasa/penyimpangan rasa, penurunan berat badan, faringitis, disfagia.
Tanda: Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,
hepatomegali, ikterik, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi gusi (infiltrasi
gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
7) Neurosensori
Gejala: Kurang atau penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan,
kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kebas, kesemutan,
parastesia.
Tanda: Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi; nyeri tekan
sternal, kram otot.
Tanda: Perilaku berhati-hati, distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
9) Pernapasan
Gejala: Napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: Dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronkhi, penurunan bunyi
napas.
10) Keamanan
Gejala: Riwayat infeksi saat ini atau dahulu, riwayat jatuh, gangguan
penglihatan atau kerusakan, perdarahan spontan tak terkontrol dengan
trauma minimal.
Tanda: Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan retinal,
perdarahan gusi, atau epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati
(sehubungan dengan invasi jaringan), papiledema dan eksoftalmus,
infiltrat leukemik pada dermis.
11) Seksualitas
Gejala: Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia,
impoten.
12) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya benzene, fenilbutazon,
dan kloramfenikol; kadar ionisasi radiasi berlebihan; pengobatan
kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkelat, gangguan
kromosom, contoh sindrom Down atau anemia Franconi aplastik.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 3,9 hari
Rencana Pemulangan: Dapat memerlukan bantuan dalam terapi dan
pengobatan/alat, belanja, persiapan makanan, aktivitas perawatan diri,
pemeliharaan rumah, transportasi
Prioritas keperawatan: Mencegah terjadinya infeksi selama fase akut
penyakit/pengobatan. Mempertahankan volume dari sirkulasi darah,
Menghilangkan rasa nyeri. Meningkatkan fungsi fisik secara optimal.
Memberikan dukungan psikologis. Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan: Komplikasi penyakit dapat dicegah atau minimal,
nyeri hilang atau terkontrol, aktivitas sehari-hari terpenuhi oleh diri
sendiri atau dengan bantuan, klien dapat menerima kenyataan penyakit
yang dideritanya, klien memahami proses penyakit/prognosis dan
program terapeutik (Doenges, 2000).
2.9.2 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan Wong (2009) diagnosis keperawatan yang dapat
ditemukan pada klien dengan leukemia adalah: risiko cedera (proses
malignan/keganasan, terapi), risiko infeksi, risiko cedera (perdarahan,
sistitis hemoragika), risiko defisit volume cairan, perubahan membran
mukosa, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kerusakan
integritas kulit, hambatan mobilitas fisik, gangguan citra tubuh, nyeri,
ketakutan, defisit aktivitas pengalihan, perubahan proses keluarga, dan
duka cita adaptif. Sedangkan menurut Doenges (2000) diagnosis
keperawatan pada klien dengan leukemia adalah risiko tinggi terhadap
infeksi, risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, nyeri akut,
intoleransi aktivitas, kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang
penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Menurut Muscari
(2005) diagnosis keperawatan yang dapat diangkat pada klien dengan
leukemia diantaranya risiko cedera, risiko infeksi, risiko trauma, risiko
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
kekurangan volume cairan, gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh, gangguan membran mukosa oral, nyeri, risiko gangguan
pertumbuhan, risiko gangguan perkembangan, gangguan proses
keluarga, dan duka cita adaptif.
2.9.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi/tindakan keperawatan pada anak yang menderita leukemia
menurut Muscari (2005) adalah sebagai berikut :
1) Bantu dalam menjamin remisi sebagian atau lengkap dari penyakit
dengan pemberian kemoterapi dan dengan pencegahan, atau
meminimalkan, komplikasi kemoterapi, radiasi, dan transplantasi
sumsum tulang (BMT, bone marrow transplant).
a. Beri agens kemoterapi sesuai dengan daftar obat
Ikuti pedoman dan kebijakan institusi untuk pemberian obat.
Amati adanya tanda-tanda infiltrasidan iritasi pada area infus
(nyeri, rasa tersengat, membengkak, atau kemerahan) segera
hentikan infus jika terjadi infiltrasi. Amati anak selama 20 menit
untuk memperhatikan adanaya tanda-tanda anafilaksis. Hentikan
infus jika diduga terjadi reaksi.
b. Pantau adanya efek samping kemoterapi yang spesifik, demikian
juga dengan efek samping umum seperti infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa,
alopesia, dan efek samping lain seperti diare atau konstipasi,
nyeri, kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, hepatotoksik/toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan,
toksik pulmonal, kardiotoksik, dan ototoksik.
c. Pantau adanya efek samping radiasi dan deskuamasi kulit yang
lembab atau kering, mulut kering, sakit tenggorok, kehilangan
indra pengecap, dan parotitis.
d. Pantau adanya komplikasi transplantasi sumsum tulang (BMT).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
2) Pantau dan minimalkan kedaruratan onkologi pediatrik.
a. Sindrom lisis tumor akut (dikarakteristikan dengan perubahan
tingkat kesadaran; letargi, mual, muntah, pruritus, nyeri
pinggang, oliguria, dan tetanus).
b. Hiperleukositosis (hitung sel darah putih [SDP] >100.000/mm3
c. Sindrom vena kava superior.
).
3) Cegah infeksi.
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
b. Minimalkan anak terpajan dengan orang yang terinfeksi.
c. Gunakan teknik aseptik yang ketat untuk semua prosedur
invasif, gunakan teknik yang tepat antara lain mencuci tangan.
d. Pastikan bahwa anak baru mendapatkan imunisasi tidak aktif.
Jangan memberikan virus hidup untuk anak-anak yang
terimunosupresi. Beri imunoglobulin varisela zoster pada anak
yang terpajan varisela (cacar air).
e. Berikan obat-obatan yang dapat mencakup antibiotik dan faktor
penstimulasi koloni granulosit (GCSF).
4) Cegah trauma akibat perdarahan dan imobilitas.
a. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan dan kerusakan integritas
kulit. Observasi adanya perdarahan gastrointestinal dan
genitourinaria. Pantau nilai hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit dengan rutin.
b. Minimalkan prosedur pungsi kulit, seperti injeksi intramuskular
dan pungsi vena.
c. Hindari senyawa yang mengandung aspirin yang dapat
mengganggu fungsi trombosit.
d. Minimalkan risiko sistitis hemoragik dengan menganjurkan
untuk banyak minum dan berkemih yang sering.
e. Gerakan anak dengan hati-hati, beri alas tempat tidur, dan
gunakan matras pereda tekanan.
f. Beri perawatan kulit, terutama di sekitar mulut dan anus yang
merupakan tempat ulserasi akan muncul.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
g. Cegah ulserasi rektum dengan menjaga kebersihan area tersebut.
5) Pertahankan hidrasi yang adekuat.
a. Pantau asupan dan haluaran cairan.
b. Anjurkan asupan cairan sedikit tapi sering.
c. Beri cairan melalui intravena.
6) Anjurkan nutrisi yang adekuat.
a. Beri makanan yang diinginkan dan dapat ditoleransi oleh anak.
b. Beri antiemetik selama 24 jam untuk meminimalkan mual.
c. Anjurkan pemberian makan ketika anak terlihat lapar.
d. Buat makanan tampak menarik dan ciptakan lingkungan yang
menyenangkan.
7) Cegah mukositis.
a. Pantau adanya tanda-tanda kerusakan.
b. Beri perawatan mulut. Gunakan sikat gigi yang lembut,
bersihkan mulut dengan frekuensi yang sering, dan beri anestesi
lokal untuk menghilangkan nyeri, terutama sebelum makan.
c. Berikan pelembab bibir.
d. Hindari kapas usap gliserin-lemon dan iritan lainnya. Hindari
pemberian hidrogen peroksida yang dapat menyebabkan erosi
jaringan, dan susu magnesium (antasid atau laksatif) yang
menyebabkan mukosa kering.
8) Cegah nyeri.
a. Minimalkan prosedur yang menyakitkan jika memungkinkan.
b. Beri analgesik untuk pencegahan dan kaji efektifitasnya.
c. Gunakan tindakan penghilang nyeri nonfarmakologik.
9) Tingkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
a. Perbolehkan anak berpartisipasi dalam perawatan diri jika
memungkinkan.
b. Anjurkan aktivitas sesuai usia yang dapat diatur oleh anak.
c. Pertahankan anak kontak dengan sekolah.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
d. Bantu anak dalam melakukan koping terhadap gangguan citra
tubuh seperti alopesia dan peningkatan atau penurunan berat
badan.
10) Bantu keluarga dalam melakukan koping terhadap gangguan
anak.
a. Anjurkan anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka.
b. Bantu dengan keterampilan koping.
c. Berikan penyuluhan bagi anak dan keluarga untuk
penatalaksanaan penyakit dan pengobatan, termasuk
konsekuensi jangka panjang.
11) Bantu anak dan keluarga dalam proses berduka.
a. Beri kontak yang konsisten dengan keluarga untuk membina
hubungan saling percaya.
b. Bantu keluarga dalam perencanaan untuk tahap terminal
penyakit.
c. Berikan dukungan spiritual dan dukungan lainnya.
2.9.4 Evaluasi hasil akhir
Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah anak
mengalami remisi penyakit sebagian atau lengkap, anak tidak
mengalami kedaruratan onkologik, tidak mengalami infeksi,
menunjukkan tidak ada perdarahan, mempertahankan hidrasi yang
adekuat, mendapatkan nutrisi yang baik, mempertahankan keutuhan
membran mukosa, terbebas dari rasa nyeri, berfungsi pada tingkat
perkembangan yang normal, dan keluarga melakukan koping terhadap
penyakit, dan keluarga melakukan koping terhadap proses berduka
(Muscari, 2005).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 3 ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian
Klien yang dikelola adalah An. S, berusia 11 tahun, pendidikan sekolah dasar
(SD), masuk ke rumah sakit tanggal 24 April 2013 dengan diagnosa Akut
Limphositik Leukemia B. Lineage HR (Relapse). Keluhan utama klien masuk
rumah sakit adalah teraba benjolan di leher klien. Keluhan ini dirasakan oleh
klien 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit, klien merasakan nyeri tulang di sekitar punggung dan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit timbul sariawan dan ada perdarahan gusi.
Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah dirawat di rumah sakit pada
tahun 2005, yaitu saat klien berumur 3,5 tahun. Klien dirawat karena
kondisinya yang lemah, nafsu makan menurun, sering demam, dan tampak
memar tanpa sebab di tubuhnya. Kemudian klien mendapatkan perawatan
kemoterapi di rumah sakit selama 2 bulan. Pada tahun 2009 klien kembali
dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama dan klien mendapatkan
perawatan selama 2 bulan. Dalam riwayat penyakit keluarga, menurut orang
tua klien, di dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
leukemia ataupun jenis kanker yang lain.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien tanggal 27 Mei 2013 didapatkan
data kesadaran compos mentis, berat badan saat dikaji 29 Kg (sebelumnya
BB 27 Kg), tinggi badan 139 cm, LLA 20 cm, status gizi klien baik, suhu
badan 37,2o C, frekuensi pernapasan 22 x/menit, nadi 84 x/menit dan tekanan
darah 100/70 mmHg. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe
diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut
rontok, konjungtiva pucat, warna pink muda, sklera tak ikterik, membran
mukosa pucat, bentuk dada simetris, retraksi tidak ada, bunyi napas vesikuler,
bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik, abdomen datar, supel, bising
usus ada, ± 5 – 10 x/menit, klien mengeluh mual dan muntah setelah
pemberian kemoterapi, nafsu makan menurun, klien juga mengeluh nyeri
setelah pemberian kemoterapi melalui intratekal. Klien tampak lemah dan
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
lebih banyak di tempat tidur, kaki kanan dan kiri klien tampak mengecil tidak
sesuai dengan proporsi tubuh klien, kekuatan otot ekstremitas atas 5555|5555
dan ekstremitas bawah 4444|4444
. Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal
27 Mei 2013 didapatkan hasil hemoglobin 9,0 gr/dl, hematokrit 26 %,
leukosit 2,2 ribu/ul, trombosit 139 ribu/ul, eritrosit 3,24 juta/uL. Hitung jenis :
basofil 0%, eosinofil 1%, neutrofil 77%, limfosit 16%, monosit 3%, luc 4%,
retikulosit 3,8%. Fungsi hati : SGOT 57 U/l, SGPT 199 U/l. Pemeriksaan
gambaran darah tepi didapatkan gambaran eritrosit : anisositosis, normositik
normokrom, dan makrositik, polikromasi (+), leukosit kesan jumlah menurun,
morfologi normal, tidak didapatkan blas, trombosit kesan jumlah menurun,
morfologi normal, kesan : anemia dimorfik, leukopenia, trombositopenia,
pansitopenia. Hasil urinalisa menunjukkan urobilinogen 0,2 E.U./dl, protein
urine negative, BJ urine 1,010, bilirubin negative, keton negative, nitrit
negative, pH 6,0, lekosit negative, darah/HB negative, glukosa urine negative,
reduksi negative, warna yellow, kejernihan clear, sedimen urine : epitel
positif (+), lekosit 2 – 1 /LPB, eritrosit 0 – 1 /LPB, silinder negative/LPK,
kristal negative, bakteri negative. Pemeriksaan BMP tanggal 24 April 2013
didapatkan gambaran sumsum tulang sesuai dengan ALL Relapse. Hasil
rontgen paru tanggal 1 Mei 2013 didapatkan gambaran cardiomegali, aortae
baik, paru : corakan bronkhovaskuler kasar.
3.2 Masalah Keperawatan
Data-data yang didapatkan dari hasil pengkajian an. S dikelompokkan dalam
analisis data. Hasil analisis data menunjukkan adanya beberapa masalah pada
kasus An. S yaitu mual dan muntah. Selain itu masalah risiko infeksi diangkat
berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit yang
dideritanya. Masalah risiko cedera diangkat berhubungan dengan proses
penyakit dan pengobatan kemoterapi yang sedang diberikan. Hasil pengkajian
dan analisis data pada An. S menunjukkan beberapa masalah keperawatan
yaitu risiko cedera, risiko infeksi, risiko kekurangan volume cairan, mual,
risiko perdarahan, dan intoleran aktivitas. Adapun masalah keperawatan
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
berdasarkan prioritas masalah adalah risiko cedera, risiko infeksi, mual dan
keletihan.
3.3 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan prioritas
masalah keperawatan maka rencana keperawatan yang disusun adalah sebagai
berikut :
Diagnosis 1 : Risiko cedera
Tujuan : Klien tidak mengalami komplikasi akibat kemoterapi, klien
mengalami remisi parsial atau total dari penyakit.
Intervensi Keperawatan :
Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan dari pemberian kemoterapi.
Jelaskan prosedur pelaksanaan kemoterapi.
Lakukan anamnesis yang cermat untuk mendeteksi adanya riwayat reaksi
alergi.
Ikuti pedoman pemberian agens kemoterapi.
Berikan agens kemoterapi sesuai program.
Bantu prosedur pemberian agens kemoterapi (misal : pungsi lumbal untuk
pemberian intratekal).
Amati tanda-tanda infiltrasi pada lokasi infus/penyuntikan iv (rasa nyeri,
tersengat, pembengkakan, kemerahan).
Segera hentikan infus jika terjadi tanda-tanda infiltrasi.
Amati keadaan klien selama 20 menit sesudah pemberian infus.
Hentikan pemberian infus obat dan bilas selang infus dengan larutan salin
normal jikadicurigai adanya reaksi.
Cegah terjadinya infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan mulut.
Kolaborasi untuk menghindari pemakaian obat yang mengandung aspirin.
(Sumber : Wong, 2009)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Diagnosis 2 : Risiko infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan :
Pantau tanda dan gejala infeksi (misal : suhu tubuh, denyut jantung,
pernapasan, nadi, dan lain-lain).
Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolut
hitung jenis, protein serum, dan albumin).
Anjurkan semua pengunjung dan tenaga kesehatan untuk melakukan
teknik mencuci tangan dengan prinsip 6 benar.
Gunakan teknik aseptik setiap melakukan tindakan invasif.
Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga personal higiene untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
Ajarkan klien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar.
Batasi jumlah pengunjung, jika diperlukan.
Terapkan kewaspadaan universal.
Pertahankan teknik isolasi jika diperlukan.
Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan.
(Sumber : Doenges, 2000, Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC, 2012)
Diagnosis 3 : Mual
Tujuan : Rasa mual berkurang, selera makan meningkat, status nutrisi
adekuat.
Intervensi Keperawatan :
Pantau gejala subjektif mual pada klien.
Kaji penyebab mual (misal efek samping kemoterapi).
Pantau adanya peningkatan atau penurunan berat badan.
Pantau turgor kulit.
Pantau tingkat energi, keletihan , dan kelemahan.
Pantau asupan kalori dan makanan.
Pantau tanda-tanda vital.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Pantau status hidrasi klien.
Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab mual.
Anjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
Ajarkan klien untuk mengalihkan perhatian (distraksi) klien dari rasa
mualnya dengan membacakan buku cerita ataupun menonton film.
Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam jika dirasakan mual.
Kolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum pemberian kemoterapi.
(Sumber : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, 2012)
Diagnosis 4 : Keletihan
Tujuan : Rasa letih berkurang.
Intervensi Keperawatan :
Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari,
terutama sebelum dan setelah beraktivitas.
Tingkatkan jam tidur total pada malam hari.
Atur jadwal aktivitas setiap hari untuk menghemat energi.
Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat.
Berikan dorongan untuk teknik relaksasi.
(Sumber : Smeltzer & Bare, 2002)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada an. S dengan leukemia yang sedang menjalani pengobatan
kemoterapi di ruang Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Analisis situasi
yang dilakukan meliputi tentang profil lahan praktek, analisis hasil pengkajian,
masalah keperawatan, intervensi, alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi.
4.1 Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit umum pemerintah
di Jakarta. Rumah sakit Fatmawati terletak di jalan RS Fatmawati Cilandak
Jakarta Selatan. Salah satu pelayanan rumah sakit fatmawati adalah pelayanan
rawat inap yang terdiri dari suite room & VIP, kelas I, kelas II, kelas III, dan
Khusus. Ruang Teratai lantai 3 Selatan merupakan ruang perawatan anak
kelas III penyakit dalam yang terbagi atas ruang perawatan non infeksi, ruang
perawatan infeksi dan High Care Unit. Ruang teratai lantai 3 selatan ini
memiliki kapasitas 37 tempat tidur. Ruangan ini merawat pasien anak mulai
usia 1 bulan sampai usia 18 tahun.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan
Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang ada pada an. S dengan
leukemia akut adalah masalah risiko cedera, risiko infeksi, mual, dan
keletihan. Masalah risiko cedera diangkat karena berhubungan dengan proses
pengobatan kemoterapi dan penyakit leukemia yang dialami klien, yang
sudah diderita sejak tahun 2005. Sedangkan masalah risiko infeksi diangkat
karena kondisi klien yang lemah karena anemia yang dapat mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh. Masalah mual diangkat berhubungan dengan
adanya perubahan respon dari klien setelah pemberian kemoterapi.
Sedangkan masalah keletihan diangkat berhubungan dengan anemia yang
diakibatkan karena proses penyakit yang diderita klien.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Masalah risiko cedera yang diangkat pada kasus an. S disebabkan oleh proses
pengobatan kemoterapi. Selain itu penyakit leukemia ini sudah diderita oleh
klien sangat lama yaitu sejak tahun 2005. Hal ini sesuai dengan teori yang
dinyatakan oleh Wong (2009) bahwa agens kemoterapi bersifat vesikan
(agens yang menimbulkan sklerosis) yang dapat menimbulkan kerusakan sel
yang berat bahkan jika obat yang masuk jaringan sekitar hanya sedikit. Oleh
karena itu, pemberian obat-obat kemoterapi harus dilakukan sesuai dengan
pedoman pemberian kemoterapi yang telah tersedia untuk mencegah
kerusakan jaringan pada tubuh klien. Perawat harus memahami protokol
tindakan yang dibuat menurut kebijakan rumah sakit dan
mengimplementasikannya dengan segera.
Masalah risiko infeksi pada kasus an. S diangkat karena kondisi klien yang
lemah akibat anemia sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh klien. Hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Wong (2009) bahwa proses leukemia
dan sebagian besar agens kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang
(mielosupresi). Hal ini mengakibatkan jumlah sel darah menurun sehingga
dapat menimbulkan masalah sekunder berupa infeksi, perdarahan, dan
anemia. Sedangkan Smeltzer dan Bare (2002) mengatakan bahwa limfosit
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya hematopoiesis normal
menjadi terhambat dan mengakibatkan jumlah leukosit, sel darah merah, dan
trombosit menurun. Pada pemeriksaan klinis biasanya ditemukan kelemahan
dan kelelahan, kecenderungan perdarahan, ptekie dan ekimosis, nyeri, sakit
kepala, muntah, demam, dan infeksi. Muscari (2005) mengatakan bahwa sel
leukemia ganas berasal dari sel prekusor pada elemen pembentuk darah. Sel-
sel ini dapat terakumulasi dan mendesak elemen normal dalam sumsum
tulang yang dapat mengakibatkan supresi sumsum tulang sehingga terjadi
penurunan produksi sel darah merah. Hal ini merupakan predisposisi
terjadinya infeksi akibat neutropenia dan terjadinya perdarahan akibat
trombositopenia.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Adapun masalah mual dirasakan oleh klien setelah pemberian obat-obat
kemoterapi. Wong (2009) juga menjelaskan bahwa kemoterapi dapat
menimbulkan efek samping diantaranya mual dan muntah yang dapat terjadi
sesaat setelah pemberian beberapa obat kemoterapi seperti daunorubisin,
vinkristin, L-asparaginase, metotreksat, mekloretamin, merkaptopurin, sitosin
arabinosida,siklofosfamid dan dakarbazin. Selain itu efek samping
kemoterapi juga dapat menimbulkan anoreksia, ulserasi mukosa, neuropati,
sistitis hemoragika, alopesia, moon face, dan perubahan mood.
Masalah keletihan yang dialami oleh klien disebabkan karena anemia yang
diderita klien akibat proses penyakit yang diderita klien. Sesuai dengan yang
dikatakan oleh Smeltzer dan Bare (2002) bahwa keletihan sering dialami oleh
penderita kanker. Keletihan ini mungkin ditandai dengan kurang minat
terhadap aktivitas yang biasa dilakukan, kurang motivasi, dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Selain itu pasien sering tidak banyak
bicara dan berespon lambat ketika diajak bicara dan tampak pucat dengan
muskulatur facial yang rileks.
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko
cedera pada an. S difokuskan pada saat pemberian obat-obat kemoterapi.
Dengan pemberian obat kemoterapi yang tepat dan sesuai dengan protokol
yang telah ditentukan oleh rumah sakit diharapkan klien tidak mengalami
komplikasi akibat kemoterapi. Smeltzer dan Bare (2002) mengatakan bahwa
toksisitas yang berkaitan dengan kemoterapi dapat akut atau kronik. Sel-sel
dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi (misalnya epitelium, sumsum
tulang, folikel rambut, sperma) sangat rentan terhadap kerusakan akibat abat-
obat kemoterapi. Dalam perawatan pada klien, penulis melakukan intervensi-
intervensi untuk mencegah terjadinya cedera dengan cara menjelaskan pada
klien dan keluarga tujuan dari pemberian kemoterapi, menjelaskan prosedur
pelaksanaan kemoterapi, memberikan agens kemoterapi sesuai dengan
protokol yang ada di rumah sakit, mengamati tanda-tanda infiltrasi pada
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
lokasi infus/penyuntikan, mengamati keadaan klien selama 20 menit sesudah
pemberian obat kemoterapi. Selain itu sebelum diberikan obat kemoterapi,
klien diberi cairan NaCl untuk hidrasi dan jika perlu kolaborasi dalam
pemberian transfusi PRC atau trombosit.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi pada an. S lebih
difokuskan pada pembatasan pengunjung dan tenaga kesehatan yang masuk
ke ruangan klien serta teknik aseptik yang dilakukan setiap akan melakukan
tindakan terhadap klien. Wong (2009) mengatakan bahwa pertahanan pertama
untuk melawan infeksi adalah pencegahan. Perawat harus dapat
mengendalikan penularan infeksi meliputi pemakaian ruang rawat pribadi
terhadap klien, membatasi semua pengunjung dan petugas kesehatan yang
sedang menderita infeksi aktif serta teknik mencuci tangan yang ketat dengan
menggunakan larutan antiseptik.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah mual pada klien
difokuskan pada pengurangan rasa mual yang dirasakan klien dengan
pemberian antiemetik sebelum diberikan pengobatan kemoterapi, klien pun
dianjurkan untuk makan dengan porsi makanan sedikit tapi sering, dan
memotivasi klien untuk makan selagi hangat. Selain itu juga klien dilakukan
distraksi untuk pengalihan perhatian dari rasa mual yang dirasakan, misalnya
dengan distraksi seperti membaca buku cerita atau menonton film kesukaan
klien ataupun bermain games. Selain itu, klien juga diajarkan teknik relaksasi
napas dalam. Diharapkan dengan distraksi (mengalihkan perhatian), klien
dapat melupakan mual yang dirasakannya. Schneider (2000) dalam Hayati
(2009) menyebutkan bahwa intervensi distraksi efektif dilakukan karena
individu akan berkonsentrasi pada stimulus yang menarik atau menyenangkan
daripada berfokus pada gejala yang tidak menyenangkan. Satu contoh
distraksi yang efektif adalah musik, dimana musik dapat menurunkan nyeri
fisiologis, stres, dan cemas dengan mengalihkan perhatian seseorang dari
nyeri. Musik mempunyai efek yang dapat menurunkan denyut jantung,
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan
mengubah persepsi waktu (Guzetta, 1989 dalam Potter & Perry, 2006).
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi keletihan yang dirasakan oleh
klien difokuskan pada pembatasan aktivitas sehari-hari, mengajarkan teknik
relaksasi, memotivasi untuk mengatur jadwal aktivitas, meningkatkan jadwal
tidur di malam hari. Smeltzer & Bare menjelaskan bahwa strategi
keperawatan dirancang untuk meminimalkan keletihan dan membantu klien
mengatasi keletihan.
Terkait mual dan muntah, Ezzone et al (1998 dalam Garrett et al, 2003 dalam
Hayati, 2009) menyimpulkan bahwa musik mempunyai efek yang bermanfaat
terhadap mual dan muntah. Musik dapat menurunkan intensitas mual dan
muntah di antara pasien kanker bila diterapkan bersama dengan pemberian
antiemetik farmakologis. Selain musik, Schneider (2000 dalam Hayati, 2009)
mendapatkan bahwa distraksi dengan virtual reality (teknik simulasi
komputer) menimbulkan keluaran klinik yang positif pada anak usia 10-17
tahun yang mendapatkan kemoterapi.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Asuhan keperawatan pada anak yang menderita leukemia secara langsung
berhubungan dengan regimen terapinya. Perawat yang bekerja bersama
keluarga yang memiliki anak yang menderita leukemia memiliki peranan
suportif yang signifikan dalam membantu mereka memahami berbagai
macam terapi, mencegah, atau mengatasi efek samping atau toksisitas yang
telah diperkirakan, mengamati timbulnya efek terapi di masa depan, dan
membantu anak serta keluarga agar dapat hidup normal dan mampu
mengatasi aspek-aspek emosional akibat penyakit yang di derita klien.
Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan
pasien. Dalam hal ini perawat merupakan sarana untuk memberikan
dukungan dan menentramkan perasaan cemas, selain memberikan penjelasan
yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik, prosedur dan rencana terapi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Sejak saat sebelum diagnosis ditegakkan hingga saat terapi dihentikan, anak
yang menderita leukemia harus menjalani sejumlah tes seperti aspirasi atau
biopsi sumsum tulang dan pungsi lumbal. Selain itu penusukan jari tangan
dan pungsi vena untuk pemeriksaan analisis darah dan infus obat dilakukan
berkali-kali pada anak dan sangat sering dijumpai di rumah sakit. Hal ini
dapat menyebabkan risiko cedera pada anak. Oleh karena itu anak dan
keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai setiap prosedur dan hasil yang
diharapkan dari prosedur tersebut.
Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker di masa kanak-kanak
adalah infeksi berat, hal ini merupakan akibat sekunder dari kondisi
neutropenia. Anak paling rentan mengalami infeksi berat adalah pada saat
diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh), selama terapi imunosupresi,
dan sesudah pelaksanaan terapi antibiotik yang lama sehingga
mempredisposisi pertumbuhan mikroorganisme yang resisten. Pertahanan
pertama dalam melawan infeksi adalah pencegahan. Pencegahan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah membatasi jumlah pengunjung dan teknik
mencuci tangan dengan prinsip 6 benar serta menggunakan antiseptik,
penggunaan teknik aseptik untuk segala tindakan invasif. Selain itu gizi juga
merupakan komponen penting dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-
kalori yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik
terhadap infeksi dan meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.
Wong (2009) menyebutkan bahwa mual dan muntah yang terjadi sesaat
setelah pemberian obat kemoterapi dapat menjadi persoalan yang berat.
Tonato, Roila, dan Del Favero (1994, dalam Wong, 2009) menyebutkan
bahwa agens antagonis-serotonin (mis. ondansentron merupakan obat yang
efektif untuk mengendalikan mual dan muntah sesudah terapi kemoterapi
yang bersifat emetogenik. Selain pemberian antiemetik, penelitian yang
dilakukan oleh Hayati (2009) menjelaskan bahwa teknik relaksasi dan
distraksi merupakan salah satu teknik nonfarmakologis yang dapat dilakukan
untuk penanganan efek samping kemoterapi khususnya mual muntah pada
anak.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Setelah melakukan asuhan keperawatan, penulis membuat dokumentasi dan
pelaporan. Potter dan Perry (2005) menyebutkan bahwa dokumentasi
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi
juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam
memberikan perawatan. Beberapa tipe pencatatan digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi tentang klien. Catatan merupakan sumber data
yang bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota tim perawatan
kesehatan. Sedangkan menurut Kozier (2011) catatan adalah komunikasi
tertulis atau berbasis komputer. Proses membuat entri pada catatan klien
disebut perekaman, pencatatan, atau pendokumentasian. Pencatatan
membuktikan tentang apa yang telah dilakukan oleh perawat, dan secara
efektif mengkomunikasikan status dan kemajuan klien. Proses keperawatan
membentuk suatu pendekatan perawat dan pendokumentasian yang baik.
Dengan melakukan sistem pendokumentasian yang baik diharapkan
penanganan terhadap masalah klien menjadi lebih optimal.
4.5 Evaluasi
Setelah intervensi keperawatan selama tiga hari dilakukan pengobatan
kemoterapi didapatkan hasil bahwa masalah risiko cedera tidak terjadi,
ditandai dengan tidak adanya perdarahan. Risiko infeksi tidak terjadi, ditandai
dengan klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Mual yang dirasakan
klien menjadi berkurang, dan keletihan yang dirasakan oleh klien menjadi
berkurang. Klien tampak lebih tenang dan dapat melakukan aktivitas sehari-
hari.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Leukemia tidak hanya menyerang anak-anak yang berumur dibawah satu
tahun saja, tetapi dapat juga menyerang anak usia sekolah yang berusia 11
tahun. Berdasarkan hasil pengkajian, gejala yang ditemukan pada anak
dengan leukemia adalah mual, penurunan nafsu makan, lemah, letih, pucat,
dan anemia.
Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan
adalah mual, risiko cedera, keletihan, risiko infeksi, risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan, dan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan.
Masalah yang menjadi prioritas masalah keperawatan adalah mual, risiko
cedera, keletihan, dan risiko infeksi.
Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya pada kasus kelolaan yang
menderita leukemia meliputi: melakukan pengawasan selama pemberian
kemoterapi, menganjurkan anak untuk menyikat gigi dengan menggunakan
sikat yang lembut, melakukan teknik aseptik setiap melakukan tindakan
invasif dan melakukan teknik mencuci tangan dengan prinsip enam benar,
membatasi jumlah pengunjung, memotivasi anak untuk makan dengan porsi
sedikit tapi sering dan makan saat makanan masih hangat, melakukan
distraksi seperti membacakan cerita, bermain games, ataupun menonton film.
juga teknik relaksasi napas dalam, dan mengatur jadwal aktivitas anak
sehari-hari.
Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan
yaitu mual yang dirasakan klien menjadi berkurang, risiko cedera tidak
terjadi, rasa letih menjadi berkurang, risiko infeksi tidak terjadi, risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi, dan risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan tidak terjadi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Perawat hendaknya dapat melakukan pendekatan dengan menggunakan
asuhan keperawatan untuk mengantisipasi terjadinya mual-muntah, risiko
cedera, keletihan, risiko infeksi, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan, dan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan dengan
melakukan pengkajian mengenai penyakit yang diderita klien dan jenis
obat yang akan diberikan. Perawat perlu memberikan rasa tenang pada
anak sebelum melakukan kemoterapi sebagai tindakan penunjang yaitu
dengan teknik distraksi dan relaksasi. Perawat secara aktif melatih
keterampilan dan meningkatkan pengetahuannya sehingga mampu
melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Selain itu perlu
dilakukan pelatihan-pelatihan secara intensif sehingga perawat dapat
melakukan prosedur pemberian kemoterapi dengan prinsip atraumatic
care.
5.2.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Bagi ilmu keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan leukemia limfositik akut dan menambahkan literatur tentang
tatalaksana asuhan keperawatan pada penderita leukemia limfositik akut.
5.2.3 Bagi Penelitian
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan
penelitian terkait asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak penderita
leukemia limfositik akut.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C.L., & Sowden, L.A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik. Edisi 5. Alih bahasa : Ns. Eny Meiliya, S.Kep. Jakarta : EGC
Corwin, E.J., (2009). Buku saku patofisiologi, Edisi 3, Alih bahasa ; Nike Budi
Subekti. Jakarta : EGC Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Alih bahasa; I Made Kariasa & Ni Made Sumarwati. Jakarta ; EGC
Doloksaribu, T.M. (2011). Respon dan Koping anak Penderita Leukemia
Limfoblastik Akut dalam menjalani terapi di Jakarta dan Sekitarnya : Studi Grounded Theory. (diunduh tanggal 7 Juni 2013)
Handayani, W. & Haribowo, A.S. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta : Salemba Medika Hayati, H. (2009). Pengaruh Distraksi oleh Keluarga Terhadap Mual-Muntah
akibat Kemoterapi pada Anak usia Prasekolah di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. (diunduh tanggal 30 Mei 2013)
Herdman, T.H. (2012). Nanda International; Diagnosis keperawatan; definisi dan
klasifikasi 2012 – 2014). Alih bahasa; Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC
James, S.R., & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children : Principles &
Practice. Third Edition. St. Louis, Missouri : Saunders Elseiver Kumar, V., Contran, R.S., & Robbins, S.L. (2007). Buku ajar patologi robbins.
(Ed. 7). 2. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC Muhsinin, (2010). Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Mual Dan Muntah
Pada Anak Yang Menderita Kanker Saat Menjalani Kemoterapi Di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Di Banjarmasin (diunduh tanggal 30 Mei 2013)
Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. (Ed. 3). Alih
bahasa: Alfrina Hany, S.Kp. Jakarta : EGC Otto, S.E. (2005). Buku saku keperawatan onkologi. Alih bahasa Jane Freyana
Budi, S. Kp, MappSc. Jakarta :EGC
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.. (Ed. 4). Alih bahasa: Yasmin Asih... [et al]. Jakarta : EGC
Price, S.A., & Wison, L.M. (2006). Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. (Ed. 6). Alih bahasa; dr. Brahm U. Pendit, dr. Huriawati Hartanto, dr. Pita Wulansari, dan dr. Dewi Asih Mahanani. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah
Brunner & Suddarth. (Ed. 8). Alih bahasa : dr. H. Y. Kuncara, Monica Ester, S.Kp, dr. Andry Hartono, DAN & Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta : EGC
Suryati. (2010). Hubungan koping orang tua dan karakteristik anak dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia batita dan prasekolah penderita leukemia limfositik akut di RSAB Harapan Kita Jakarta. (diunduh tanggal 7 Juni 2013)
Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan ;
diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. (Ed. 9). Alih bahasa; Ns. Esty Wahyuningsih, S.Kep. Jakarta : EGC
WHO. (2009). Incidence of Childhood Leukemia. Europe : ENHIS (diunduh
tanggal 29 Mei 2013) Wong, D.L., Eaton – Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &
Schwartz. (2009). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Ed. 6).Alih bahasa; Andri Hartono, Sari Kurnianingsih, & Setiawan. Jakarta : EGC
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Lampiran 1
Pengkajian
11.. Identitas Klien
Nama : An. S
No. Rekam Medic : 00667629
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 04 Desember 2001
Usia : 11 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Status marital : Belum menikah
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku bangsa : Betawi
Nama Ayah/Ibu : Tn. B / Ny. D
Pekerjaan Ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan Ibu : Perawat
Alamat : Jln. RS Fatmawati No. 10 Rt 004/010 Pd. Labu Cilandak
Jakarta Selatan
Pendidikan Ayah : Sarjana
Pendidikan Ibu : SPK
Tanggal masuk RS : 24 April 2013
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2013
Diagnosa Medis : Acute Lymphocytic Leukemia L1 B Lineage HR
(Relapse)
22.. Riwayat Kesehatan
2.1 Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien masuk RS dengan keluhan teraba benjolan di leher, ini dirasakan sejak 3
bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu klien merasakan nyeri di sekitar
tulang sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan timbul sariawan serta
perdarahan gusi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
2.2 Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pada tahun 2005 klien pernah dirawat di RS dengan keluhan sering mengalami
demam yang naik turun serta timbul memar pada kulit dan gusi berdarah, nafsu
makan menurun. Saat itu klien pertama kali dinyatakan menderita leukemia
limfositik akut. Dan klien mengalami relaps pada tahun 2009.
2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keluarga, tidak ada riwayat penyakit keganasan di keluarga.
33.. Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : menurut keluarga, selama hamil ibu rutin memeriksakan
kehamilannya dan tidak pernah menderita sakit yang serius yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit .
Intranatal : Klien lahir spontan, di tolong oleh bidan, berat lahir klien 3500
gram dan panjang badan 50 cm.
Postnatal : klien dirawat oleh orang tuanya, klien mendapatkan ASI
sampai berumur 1,5 tahun.
Tindakan (operasi) : Selama ini klien belum pernah dilakukan tindakan
pembedahan apapun.
Alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan,
ataupun udara.
Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Imunisasi : Menurut keluarga, klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap
44.. Riwayat Keluarga (Genogram)
An. S (11 Thn)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Keterangan Gambar :
= Sudah meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
55.. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : Sejak kecil klien tinggal bersama orang tuanya. Klien
diasuh dan dididik oleh orang tuanya.
Hubungan dengan anggota keluarga : Klien tinggal bersama orang tuanya.
Klien memiliki seorang kakak laki-laki berumur 18 tahun. Hubungan klien
dengan keluarga sangat baik, hal ini ditandai dengan ibu, bapak dan kakak
klien yang selalu bergantian menunggu klien di rumah sakit.
Hubungan dengan teman sebaya : Klien memiliki banyak teman.
Hubungan klien dengan teman-teman sebayanya cukup baik, hal ini
terlihat saat klien bercanda dengan teman-temannya di rumah sakit.
Pembawaan secara umum : Klien merupakan anak yang kreatif dan senang
membaca buku.
Lingkungan rumah : Menurut keluarga, lingkungan di sekitar rumah klien
cukup menyenangkan. Sekeliling rumah klien masih banyak pepohonan
sehingga lingkungan sekitar tampak asri. Tempat tinggal klien pun dekat
dengan rumah sakit. Sehingga memudahkan klien dan keluarga untuk
menjalani perawatan lanjutan terhadap penyakit yang di derita oleh klien.
66.. Kebutuhan Dasar
Makanan yang disukai : Menurut keluarga, klien sangat menyukai
masakan dari ayam dan juga sayur-sayuran. Tetapi di rumah sakit setelah
kemoterapi klien selalu mengeluh mual dan makanan yang disediakan
tidak pernah habis.
Makanan yang tidak disukai : Keluarga mengatakan bahwa selama di
rumah tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Pola makan : Pagi : jam 07.00 wib
Siang : jam 13.00 wib
Malam : jam 19.00 wib
Pola tidur : Siang : 2 jam/hari
Malam : 8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada kebiasaan khusus yang dilakukan
oleh klien sebelum tidur.
Mandi : Klien mandi sendiri, 2 x sehari
Aktivitas bermain : di rumah klien lebih banyak bermain bersama
keluarganya. Di rumah sakit, klien lebih banyak di tempat tidur membaca
buku cerita atau bermain games dan menonton film. Kadang-kadang klien
membuat kreatifitas seperti membuat origami.
Eliminasi : BAK : 5 – 6 x/hari BAB : 1 x/hari
77.. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Diagnosa Medis : Acute Limphositik Leukemia B. Lineage HR (Relapse)
Tindakan operasi : Tidak dilakukan tidakan operasi
Status nutrisi : Diet MB 2240 kkal/hari
Status cairan : Terpasang cairan NaCl 0,9 % untuk pemberian therapi
kemoterapi
Obat-obatan :
Dexamethason 3 x 4 tablet (po)
Nistatin 3 x 500 000 ui (po)
Colistin 3 x 500 000 ui (po)
Vometa 3 x 5 ml (po)
Lesicol 3 x 300 mg (po)
Paracetamol 3 X 1 cc (K/P)
Zinkid 1 x 10 ml (po)
Leucogen 300 mg selama 7 hari (iv)
Daunorubicine 30 mg (iv)
Vinkristin 1,5 mg (iv)
Metotreksat 12 mg (intra tekal)
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Dexamethason 1,2 mg (intra tekal)
L. Asparginase 6000 ui (iv)
Aktivitas : Aktivitas klien terbatas
Hasil Laboratorium :
Tanggal 27 Mei 2013
Hematologi
Hemoglobin 9,0 g/dl
Hematokrit 26 %
Lekosit 2,2 ribu/ul
Trombosit 139 ribu/ul
Eritrosit 3,24 juta/uL
Ver/Her/Kher/Rdw
VER 87,0 fl
HER 29,5 pg
KHER 33,9 g/dl
RDW 15,5 %
Hitung Jenis
Basofil 0 %
Eosinofil 1 %
Neutrofil 77 %
Limfosit 16 %
Monosit 3 %
Luc 4 %
Retikulosit 3,8 %
Kimia Klinik
Fungsi Hati
SGOT 57 U/l
SGPT 199 U/l
Fungsi Ginjal
Ureum darah 19 mg/dl
Kreatinin darah 0,2 mg/dl
Urinalisa
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Urobilinogen 0,2 E.U/dl
Protein urine negative
Berat jenis 1,010
Bilirubin negative
Keton negative
Nitrit negative
pH 6,0
Lekosit negative
Darah/HB negative
Glukosa urine/reduksi negative
Warna yellow
Kejernihan clear
Sedimen Urine
Epitel positive
Lekosit 2 – 1 /LPB
Eritrosit 0 – 1 /LPB
Silinder negative /LPK
Kristal negative
Bakteri negative
Lain-lain negative
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit : anisositosis, normositik normokrom, dan makrositik,
polikromasi (+)
Lekosit : kesan jumlah menurun, morfologi normal, tidak didapatkan blas
Trombosit : Kesan jumlah menurun, morfologi normal
Kesan : anemia dimorfik, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia.
Hasil Pemeriksaan penunjang :
Tanggal 17 Mei 2013
Echocardiografi
Kesan : Normal Echoparamete
Tanggal 1 Mei 2013
Foto Thorax
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Kedua sinus dan diafragma baik
Mediastinum superior tak melebar
Jantung : ukuran dan bentuk normal
Cti = 0,55 (N : 0,49 – 0,41 cm), aorta baik
Paru : corakan bronchovasculer kasar
Kedua hilus tak prominent
Tulang-tulang Costae dan soft tissue baik
Kesan : Cardiomegali, aortae baik
Paru : Corakan bronkhovaskuler kasar
Data Tambahan :
Tanggal 24 April 2013
Hasil BMP
Tempat Aspirasi : SIAS DEXTRA
Keterangan klinis : ALL RELAPSE
Eritroid : (-)
Mieloid : Giant metamielosit : (-)
Giant stab : (-)
Hipersegmentasi : (-)
Giant myelocyte : (-)
Jumlah megakariosit : Tidak ditemukan
Bentuk Megakariosit : Tidak ditemukan
Pembentukan trombosit : Kurang
Kesimpulan : Gambaran sumsum tulang sesuai dengan ALL Relapse
7 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis
TB/BB(Persentil) : 139 cm / 29 kg
Mata : bentuk simetris, konjungtiva pucat, anemis, warna pink muda,
fungsi penglihatan baik
Hidung : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, fungsi
pernapasan baik.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Mulut : bentuk bibir simetris, warna merah muda, mulut bersih, tidak ada
karies, fungsi pengecapan baik.
Telinga : kedua telinga simetris, tidak ada serumen, tidak tampak tanda-
tanda peradangan, fungsi pendengaran baik.
Leher : tidak teraba benjolan, tidak tampak pembesaran kelenjar getah
bening.
Dada : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada
retraksi, tidak sesak.
Jantung : bunyi S1 dan S2 normal, tidak terdengar murmur ataupun gallop.
Paru-paru : bunyi napas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.
Abdomen : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, bising usus
5 - 10 x/menit, klien mengeluh mual setelah pemberian kemoterapi dan
klien tampak menghindari bau masakan setiap selesai kemoterapi.
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstrimitas : klien tampak lemah, kaki kanan dan kiri klien tampak
mengecil, tidak sesuai dengan proporsi tubuh klien, klien tampak berjalan
dengan perlahan-lahan, tangan kanan dan kiri tidak tampak kelainan.
Kulit : kulit tampak bersih, tidak ada pruritus, tidak kering.
Tanda-tanda vital : suhu : 37,2o
C, frekuensi pernapasan 22 x/menit, nadi
84 x/menit, tekanan darah 100/70 mmHg.
9. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Kemandirian dan bergaul : klien termasuk anak yang mandiri dan pandai
bergaul
Motorik Halus : klien mampu menulis tanpa merangkai huruf, mampu
menguasai beberapa keterampilan seperti membuat origami, bermain video
games, mampu bermain komputer.
Kognitif dan bahasa : klien mampu mengumpulkan benda-benda
miliknya dalam satu tempat, klien tampak senang membaca buku cerita.
Motorik kasar : klien mampu berjalan tanpa dibantu.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Analisis Data No Data Klien Masalah Keperawatan
1 DS : Klien merasa lemah dan mudah lelah DO : Klien tampak pucat Klien tampak lemah Hb : 9,0 g/dl Ht : 26 % Leukosit : 2,2 ribu/ul Trombosit : 139 ribu/ul Eritrosit : 3,24 juta/uL Eosinofil : 1 % Neutrofil : 77 % Limfosit : 16 %
Risiko cedera
2 DS : Klien mengeluh lemas dan lemah DO : Klien menderita ALL Klien sedang pengobatan kemoterapi Hb : 9,0 g/dl Leukosit : 2,2 ribu/ul Trombosit : 139 ribu/ul Eritrosit : 3,24 juta/uL Eosinofil : 1 % Neutrofil : 77 % Limfosit : 16 %
Risiko infeksi
3 DS : Klien mengatakan mual DO : Klien tampak malas makan Klien makan habis setengah porsi Klien baru selesai mendapatkan
pemberian obat kemoterapi
Mual (terkaji tanggal 29 Mei 2013)
4 DS : Klien mengeluh lemas DO : Klien tampak lemah Klien tampak pucat Kedua kaki klien tampak mengecil Klien tampak lebih banyak di tempat tidur Hasil Hb : 9,0 g/dl
Keletihan
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1 : Risiko cedera (berhubungan dengan proses malignan/keganasan,
terapi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam, diharapkan
cedera tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi :
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 110/65 mmHg, Nadi : 75-100
x/menit, Pernapasan : 20-30 x/menit, Suhu : 36,5oC - 37,2o
Tidak ada perdarahan, reaksi alergi, ataupun infiltrasi di area infus/suntikan.
C)
Nilai laboratorium dalam batas normal ( Hb : 11 – 16 g/dl, Ht : 31 – 43 %,
leukosit : 6.000 – 17.000 µl, trombosit : 150.000 – 400.000 µl).
Rencana intervensi keperawatan Intervensi Rasional
1. Jelaskan tujuan dari pemberian kemoterapi.
2. Berikan agens kemoterapi sesuai program. 3. Amati tanda-tanda infiltrasi pada lokasi
infus/penyuntikan seperti rasa nyeri, tersengat, pembengkakan, dan kemerahan.
4. Segera hentikan infus jika terjadi tanda-
tanda infiltrasi. 5. Lakukan anamnesis untuk mendeteksi
adanya riwayat reaksi alergi. 6. Amati keadaan klien selama 20 menit
sesudah pemberian infus. 7. Cegah terjadinya infeksi seperti menjaga
kebersihan diri dan mulut.
8. Batasi aktivitas yang dapat meningkatkan cedera.
9. Kolaborasi menghindari pemakaian obat
yang mengandung aspirin.
1. Informasi yang jelas sangat dibutuhkan oleh keluarga.
2. Untuk keadekuatan pemberian kemotrapi. 3. Untuk mencegah kerusakan jaringan yang
berat.
4. Mencegah terjadi kerusakan jaringan yang meluas.
5. Untuk mencegah reaksi anafilaksis. 6. Mendeteksi adanya tanda-tanda anafilaksis
seperti sianosis, hipotensi, mengi, dan urtikaria).
7. Infeksi dapat meningkatkan kecenderungan terjadi perdarahan.
8. Mencegah terjadinya perdarahan akibat
cedera. 9. Aspirin dapat mengganggu fungsi
trombosit
Diagnosa 2 : Risiko infeksi (berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder; gangguan dalam kematangan sel darah putih, peningkatan jumlah
limfosit imatur, imunosupresi, efek kemoterapi).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi :
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Personal higiene adekuat.
Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5oC – 37,2o
Rencana Intervensi Keperawatan :
C, Nadi: 75 – 100
x/menit, Pernapasan: 20 – 30 x/menit, Tekanan darah 110/65 mmHg)
Intervensi Rasional 1. Pantau tanda dan gejala infeksi.
2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. 3. Gunakan teknik aseptik setiap melakukan
tindakan invasif. 4. Anjurkan klien dan keluarga untuk
menjaga personal higiene untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
5. Ajarkan klien dan keluarga teknik
mencuci tangan yang benar dengan prinsip 6 benar.
6. Batasi jumlah pengunjung, jika
diperlukan. 7. Pertahankan teknik isolasi jika diperlukan. 8. Kolaborasi pemberian antibiotik jika
diperlukan. 9. Pantau hasil laboratorium (hitung darah
lengkap, hitung granulosit, absolut hitung jenis, protein serum, dan albumin).
1. Untuk mendeteksi terjadinya infeksi.
2. Daya tahan tubuh yang menurun rentan terhadap terjadinya infeksi.
3. Teknik aseptik mencegah terjadinya
infeksi. 4. Kebersihan diri yang baik dapat melindungi
tubuh dari agen yang dapat menyebabkan infeksi.
5. Membiasaskan diri menjaga kebersihan
untuk menurunkan risiko infeksi. 6. Meminimalkan kontak dari sumber infeksi
yang berasal dari luar.
7. Melindungi dari sumber potensial infeksi. 8. Dapat diberikan secara profilaktik atau
mengobati infeksi khusus. 9. Penurunan jumlah sel darah putih
normal/matur dapat diakibatkan oleh proses penyakit atau kemoterapi dan dapat meningkatkan risiko infeksi.
Diagnosa 3 : Mual (berhubungan dengan efek samping kemoterapi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
rasa mual berkurang.
Kriteria Evaluasi :
Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5oC – 37,2o
Selera makan meningkat.
C, Nadi: 75 – 100
x/menit, Pernapasan: 20 – 30 x/menit, Tekanan darah 110/65 mmHg).
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Porsi makan yang disediakan habis sesuai dengan kebutuhan.
Rencana Intervensi : Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab mual (misal efek samping kemoterapi).
2. Pantau asupan kalori dan makanan.
3. Anjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi
makanan dalam keadaan hangat.
5. Anjurkan klien untuk membaca buku cerita atau bermain games.
6. Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas
dalam jika dirasakan mual. 7. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
sebelum pemberian kemoterapi.
1. Mengetahui sumber terjadinya mual.
2. Mengetahui jumlah kalori dan makanan yang dapat dikonsumsi oleh klien.
3. Porsi sedikit tapi sering dapat meminimalkan rasa mual yang dirasakaan klien akibat kemoterapi.
4. Makanan yang dikonsumsi dalam keadaan
hangat dapat menurunkan rangsangan mual.
5. Membaca buku atau bermain games
merupakan cara mengalihkan perhatian klien dari rasa mual
6. Teknik relaksasi napas dalam dapat
mengurangi rasa mual.
7. Antiemetik dapat menurunkan sensasi mual.
Diagnosa 4 : Keletihan (berhubungan dengan anemia akibat proses penyakit)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
rasa letih berkurang.
Kriteria Evaluasi :
Kegiatan aktivitas dan istirahat klien seimbang.
Klien dapat menghemat energi.
Memiliki ketahanan yang adekuat untuk aktivitas.
Rencana Intervensi : Intervensi Rasional
1. Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan setelah beraktivitas.
2. Tingkatkan jam tidur total pada malam hari.
3. Atur jadwal aktivitas setiap hari untuk menghemat energi.
1. Selama istirahat, energi dihemat dan tingkat energi diperbarui. Beberapa periode istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat dibanding satu kali periode istirahat yang panjang.
2. Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi.
3. Pengaturan kembali aktivitas dapat
mengurangi kehilangan energi dan mengurangi stresor.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
4. Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat.
5. Berikan dorongan untuk teknik relaksasi, imajinasi mental.
4. Penipisan kalori dan protein menurunkan toleransi aktivitas.
5. Peningkatan relaksasi dan istirahat, akan
menurunkan keletihan fisik.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Lampiran 4
CATATAN KEPERAWATAN
Hari 1 : 28 Mei 2013 Waktu Implementasi Evaluasi
Dinas sore 14.00–21.00
DS :Ttubuh merasa lemah DO : Hasil lab Hb : 9,0 g/dl Suhu tubuh 37o
Diagnosa : Risiko infeksi C
Pantau tanda-tanda vital dan tanda infeksi.
Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga personal higiene.
Ajarkan klien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar.
Batasi jumlah pengunjung. Pantau hasil laoratorium
S. : Tubuh masih terasa lemah O : Suhu tubuh : 37o
Hb : 9,0 g/dl C
Leukosit 2,2 ribu/ul Limfosit 16% A : Masalah masih beresiko untuk terjadi P : Anjurkan klien untuk tetap
menjaga kebersihan diri. Anjurkan klien selalu
melaksanakan teknik mencuci tangan yang benar.
Pantau tanda-tanda vital klien Batasi jumlah pengunjung yang
datang Pantau hasil laboratorium Berikan therapi sesuai program.
15.00–21.00 DS : Klien merasacepat lelah
DO : Hb : 9,0 g/dl Hasil trombosit : 139 ribu/ul Konjungtiva tampak anemis. Kaki klien tampak mengecil. Diagnosa : risiko cedera Pantau tanda-tanda vital Pantau tanda-tanda perdarahan Anjurkan untuk menjaga
kebersihan mulut dengan menggunakan sikat gigi yang lembut.
Anjurkan klien untuk menggunakan lotion agar tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Pantau hasil laboratorium. Kolaborasi dalam pemberian
therapi.
S : Klien mengatakan malas aktivitas O : Konjungtiva tampak anemis Mukosa mulut lembab Hb 9,0 g/dl Trombosit 139 ribu/ul A : Masalah cedera masih berisiko P : Anjurkan klien menjaga
kebersihan mulut dengan menggosok gigi menggunakan sikat gigi yang lembut
Anjurkan klien untuk tetap berhati-hati dalam beraktivitas.
Pantau tanda-tanda perdarahan. Pantau hasil laboratorium Berikan therapi sesuai program
!5.00-21.00 DS : Klien merasa lelah. DO : Klien tampak lemah. Kedua kaki klien tampak
mengecil. Klien jarang beraktivitas keluar
kamar klien. Diagnosa : Keletihan Berikan motivasi untuk istirahat
S : Klien mengatakan masih merasa lelah.
O : Klien masih tampak lemah Klien jarang kelihatan beraktivitas. A : Masalah belum teratasi P : Terus memotivasi klien untuk
beristirahat beberapa periode.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
beberapa periode. Anjurkan untuk meningkatkan
jam tidur total pada malam hari. Mengatur jadwal untuk
melakukan aktivitas. Memotivasi dalam pemberian
asupan protein dan kalori yang adekuat.
Memberikan motivasi untuk teknik relaksasi, imajinasi mental.
Menganjurkan untuk meningkatkan jam tidur di malam hari.
Memotivasi untuk asupan protein dan kalori yang adekuat.
Memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi.
Hari 2 : 29 Mei 2013 Waktu Implementasi Evaluasi
Dinas sore 14.00–21.00
DS : Klien mengatakan kakinya masih terasa lelah. DO : Klien sedang pengobatan
kemoterapi. Terpasang infus berisi obat
kemoterapi. Kaki klien tampak mengecil. Diagnosa : Risiko cedera Pantau tanda-tanda vital klien Jelaskan tujuan dari kemoterapi
yang sedang diberikan. Berikan agens kemoterapi sesuai
program. Amati tanda-tanda infiltrasi pada
lokasi infus seperti rasa nyeri, tersengat, bengakak, dan kemerahan.
Segera hentikan infus jika terjadi tanda-tanda infiltrasi.
Lakukan anamnesa mengenai riwayat alergi.
Pantau klien selama 20 menit sesudah pemberian kemoterapi.
Inspeksi kulit dan membran mukosa setiap hari.
Laporkan jika ada tanda dan gejala hemoragi.
Anjurkan klien untuk menyikat giginya dengan sikat gigi yang lembut.
Berikan therapi sesuai program. Pantau hasil laboratorium.
S : Klien mengatakan masih lelah dan kakinya masih dirasakan lemah.
O : Tampak terpasang infus berisi obat
kemoterapi Klien tampak berbaring di tempat
tidur. Hb : 9,0 g/dl Ht : 26 % Leukosit : 2,2 ribu/ul Trombosit : 139 ribu/ul Eritrosit : 3,24 juta/uL Eosinofil : 1 % Neutrofil : 77 % Limfosit : 16 % A : Masalah cedera masih berisiko P : Pantau tanda-tanda vital klien. Pantau adanya tanda-tanda
infiltrasi pada lokasi infus. Pantau klien selama 20 menit
sesudah pemberian kemoterapi. Pantau tanda-tanda perdarahan. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan diri. Anjurkan klien untuk menyikat
giginya dengan sikat gigi yang lembut.
Berikan therapi sesuai program. Pantau hasil laboratorium.
14.00–21.00 DS : Klien mengatakan masih merasa lemah DO : Klien sedang program
pengobatan kemoterapi. Terpasang infus berisi obat
kemoterapi Hasil laboratorium : Hb : 9,0 g/dl,
leukosit : 2,2 ribu/ul, neutrofil :
S : Klien ingin tiduran terus. O : Klien sedang terpasang infus
berisi obat kemoterapi Suhu btubuh : 37,2o
Hasil lab : Hb : 9,0 g/dl, leukosit : 2,2 ribu/ul, neutrofil : 77 %,
C, Nadi : 98 x/menit, RR : 20 x/menit, TD : 100/70 mmHg
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
77 %, limfosit : 16 %. Diagnosa : Risiko infeksi Pantau tanda-tanda vital klien. Pantau tanda-tanda infeksi. Gunakan teknik asetik setiap
melakukan tidakan invasif. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan diri dan mulut. Anjurkan untuk selalu mencuci
tangan dengan benar. Batasi jumlah pengunjung yang
datang. Kolaborasi pemberian antibiotik
jika diperlukan. Pantau hasil laboratorium.
limfosit : 16 % A : Risiko infeksi masih belum teratasi P : Pantau tanda-tanda vital klien. Pantau tanda-tanda infeksi. Gunakan teknik aseptik setiap
melakukan tindakan invasif. Batasi jumlah pengunjung. Anjurkan untuk selalu mencuci
tangan dengan prinsip 6 benar.
14.00–21.00 DS : Klien mengeluh mual DO : Klien tampak tidak selera untuk
makan. Klien sedang dalam pengobatan
kemoterapi Diagnosa : Mual Kaji penyebab mual. Pantau asupan kalori dan
makanan. Anjurkan klien untuk makan
dengan porsi sedikit tapi sering. Motivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan dalam keadaan hangat.
Anjurkan keluarga untuk mengalihkan perhatian klien dari rasa mualnya, misal denagn bercerita atau bermain games.
Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam.
Kolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum pemberian makan.
S : Klien mengatakan perutnya terasa mual O : Klien tampak malas makan. Klien makan habis setengah porsi. A : Masalah teratasi sebagian. P : Pantau asupan klaori dan makanan. Anjurkan untuk makan denagn
porsi sedikit tapi sering. Motivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan dalam keadaan hangat
Anjurkan keluarga untuk menemani klien makan sambil bercerita.
Berikan antiemetik sebelum makan.
!5.00-21.00 DS : Klien merasa lelah agak berkurang. DO : Klien mulai melakukan aktivitas
sedikit. Kedua kaki klien tampak
mengecil. Klien masih jarang beraktivitas
keluar kamar klien. Diagnosa : Keletihan Berikan terus motivasi untuk
istirahat beberapa periode. Anjurkan untuk meningkatkan
jam tidur total pada malam hari. Mengatur jadwal untuk
melakukan aktivitas. Memotivasi dalam pemberian
asupan protein dan kalori yang adekuat.
S : Klien mengatakan sudah tidak terlalu lelah.
O : Klien sudah mulai melakukan
aktivitas kecil. Klien masih jarang kelihatan
beraktivitas. A : Masalah teratasi sebagian. P : Terus memotivasi klien untuk
beristirahat beberapa periode. Menganjurkan untuk
meningkatkan jam tidur di malam hari.
Memotivasi untuk asupan protein dan kalori yang adekuat.
Memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Memberikan motivasi untuk teknik relaksasi, imajinasi mental.
Hari 3 : 30 Mei 2013 Waktu Implementasi Evaluasi
Dinas sore 14.00–21.00
DS : Klien mengatakan sudah tidak terlalu lelah. DO : Klien sedang selesi pengobatan
kemoterapi. Kaki klien masih tampak
mengecil. Diagnosa : Risiko cedera Lakukan inspeksi kulit dan
membran mukosa setiap hari untuk mendeteksi adanya perdarahan.
Laporkan tanda dan gejala hemoragi.
Anjurkan klien untuk menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus.
Anjurkan untuk melakukan aktivitas dengan hati-hati.
Pantau hasil laboratorium.
S : Klien mengatakan mau jalan keluar bersama ayahnya. O : Klien tampak lebih segar. Hb : 11,3 g/dl Ht : 26 % Leukosit : 2,7 ribu/ul Trombosit : 190 ribu/ul Eritrosit : 3,24 juta/uL Eosinofil : 1 % Neutrofil : 77 % Limfosit : 16 % A : Masalah cedera masih berisiko P : Pantau tanda-tanda vital klien. Lakukan inspeksi kulit dan
membran mukosa setiap hari. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan diri dan mulut. Anjurkan untuk selalu berhati-
hati setiap melakukan aktivitas. Pantau hasil laboratorium.
14.00–21.00 DS : Klien mengatakan sudah merasa mendingan. DO : Klien tampak bertenaga. Wajah klien tidak tampak pucat. Konjungtiva tidak anemis. Diagnosa : Risiko infeksi Pantau tanda-tanda vital klien. Pantau tanda-tanda infeksi. Gunakan teknik asetik setiap
melakukan tidakan invasif. Pertahankan untuk menjaga
kebersihan diri dan mulut. Anjurkan untuk selalu mencuci
tangan dengan benar. Batasi jumlah pengunjung yang
datang. Kolaborasi pemberian antibiotik
jika diperlukan. Pantau hasil laboratorium.
S : Klien mengatakan sudah tidak begitu lemah . O : Suhu btubuh : 36,8o
Hasil lab : Hb : 11,3 g/dl, leukosit : 2,7 ribu/ul, hasil pemeriksaan urine lengkap gram negative batang ditemukan leukosit 0 – 1 /LPK
C, Nadi : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, TD : 110/70 mmHg
A : Masalah infeksi masih berisiko untuk terjadi P : Pantau tanda-tanda vital klien. Pantau tanda-tanda infeksi. Gunakan teknik aseptik setiap
melakukan tindakan invasif. Batasi jumlah pengunjung. Anjurkan untuk selalu mencuci
tangan dengan prinsip 6 benar. Pertahankan untuk menjaga
kebersihan mulut dan diri. 14.00–21.00 DS : Klien mengatakan mual
berkurang. DO : Klien tampak mulai mau untuk
makan.
S : Klien mengatakan sudah tidak brgitu mual. O : Klien tampak mau makan. Klien makan habis 3/4 porsi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Klien sudah mendapat pengobatan kemoterapi
Diagnosa : Mual Pantau asupan kalori dan
makanan. Hindari makanan yang dapat
mengiritasi membran mukosa. Anjurkan klien untuk makan
dengan porsi sedikit tapi sering. Motivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan dalam keadaan hangat.
Sediakan makanan yang disukai anak.
Anjurkan keluarga untuk mengalihkan perhatian klien dari rasa mualnya, misal denagn bercerita atau bermain games.
Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam bila dirasakan mual.
Kolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum pemberian makan.
A : Masalah teratasi sebagian. P : Pantau asupan klaori dan makanan. Anjurkan keluarga untuk
menyediakan makanan yang disukai klien.
Anjurkan klien untuk makan denagn porsi sedikit tapi sering.
Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dalam keadaan hangat
Anjurkan keluarga untuk menemani klien makan sambil bercerita.
Berikan antiemetik sebelum makan.
!5.00-21.00 DS : Klien sudah tidak merasakan lelah
DO : Klien melakukan aktivitas biasa. Kedua kaki klien tampak
mengecil. Klien tampak berjalan keluar
kamar klien. Diagnosa : Keletihan Berikan terus motivasi untuk
istirahat beberapa periode. Anjurkan untuk meningkatkan
jam tidur total pada malam hari. Mengatur jadwal untuk
melakukan aktivitas. Memotivasi dalam pemberian
asupan protein dan kalori yang adekuat.
Memberikan motivasi untuk teknik relaksasi, imajinasi mental.
S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan lelah.
O : Klien sudah melakukan aktivitas
seperti biasa. Klien tampak beraktivitas. A : Masalah sudah teratasi. P : Terus memotivasi klien untuk
beristirahat beberapa periode. Menganjurkan untuk meningkatkan
jam tidur di malam hari. Memotivasi untuk asupan protein
dan kalori yang adekuat. Memotivasi untuk melakukan
teknik relaksasi.
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
WOC Leukemia Etiologi:
-Faktor genetik
-sindrom Down
-Sinar radio aktif
-Zat-zat kimiawi
- Obat
imunosupresif
LEUKEMIA
neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara
merata sumsum tulang oleh sel neoplasi (Robbins & Kummar ,1995)
Leukemia Limfositik Akut
KLASIFIKASI
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Pada anak-anak LLA dan LMA
(80 % LLA)
Proliferasi abnormal sel darah putih yang immature dalam pembentukan jaringan darah pada tubuh. Infiltrasi dan penggantian jaringan tubuh dengan sel leukemik yang non fungsional
Akumulasi sel-sel
dalam sumsum tulang
depresi pembentukan elemen darah oleh
sumsum tulang
Invasi sel leukemik
dalam bone marrow
Kelemahan tulang
Meningkat-kan tekanan pada periosteum
Resiko Cedera
Nyeri Sendi
RBCs
WBC
normal
platelet
Anemia
Pallor Fatigue
keletihan & kelemahan
Neutropenia
Risiko Infeksi
Resiko
perdarahan
Gangguan
metabolisme Organ
Invasi sel leukemik
extramedullar CNS
Hipermetabolisme (katabolisme )
Kelaparan sel
kaheksia
Gangguan nutrisi
Spleen, liver,
kelenjar limpa
membesar dan
mengalami
fibrosis
Hepatospleenomegali Limphadenopathy
Gangguan Ginjal,testis,
prostat,ovarium, GI tract,
paru-paru
Infiltrasi sel
leukemic ke
meningen
otak
Iritasi
meningen
Infiltrasi saraf kranial
Peningkatan
TIK
Pusing berat, mual,
muntah, papil edema,
irritability, lhetargi, coma
Nyeri dan kekakuan pada leher
dan punggung
saraf cranial VII Saraf spinal
Lumbalsarkal pleksus
hipotalamus cerebellum
Kelemahan eksremitas bawah, nyeri pada kaki, dan
kesulitan berkemih
Tanda dan Gejala
umum -Anemia
-Suhu tubuh tinggi dan
mudah infeksi
-Perdarahan
-Penurunan kesadaran
-Penurunan nafsu makan
-Kelemahan dan kelelahan
Program terapi 1. Memperbaiki keadaan umum
dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah dan
Pemberian antibiotik
2. Pengobatan spesifik
Induksi untuk mencapai remisi:
kemoterapi.
Pengobatan imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel
leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna
Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
berhasil jika jumlah sel muda kurang dari 5%.
2.Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui
intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel yang rusak
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
darah tepi
Pemeriksaan
biopsi limfa
Pemeriksaan
sumsum
tulang
Penatalaksanaan
Insiden:
Menyerang anak
di bawah 15 th
ALL di diagnose
ketila anak
berusia 2- 6tahun
Efek samping kemoterapi:
Alopesia
Stomatitis
Leucopenia
Infeksi
sekunder(kandidiasis)
Lampiran 5
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013
Rencana Asuhan Keperawatan
Resiko infeksi
Resiko injuri
Mual
Nyeri akut
Keletihan/kelemahan
Intervensi:
1. Monitor penurunan sel darah putih
2. Isolasikan anak dari orang yang berpenyakit infeksi
3. Pertahankan teknik hygiene
4. Monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
5. Hindari pengukuran suhu tubuh melalui rectal, suppositories
(obat rangsang), atau enema,
6. Periksa kulit dan membrane mukosa setiap hari
7. Berikan antibiotic sesuai order
8. Berikan granulocyte (monosit dan basofil) sesuai order
9. Atur keseimbangan antara istirahat dan aktivitas untuk
menghindari keletihan
Intervensi:
1. Kaji adanya nyeri.
2. Observasi TTV.
3. Posisikan nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan
bantal.
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
5. Bantu / berikan aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
6. Berikan obat sesuai indikasi: analgesic, contoh: asematinofen
(tylenol).
7. Narkotik, misal: kodein, meperdin (demetol), morfin,
hidromorfan (dilaudis).
Intervensi:
1. Inspeksi kulit dan membrane mukosa setiap hari untuk mendeteksi
tanda-tanda perdarahan
2. Laporkan tanda dan gejala hemoragi
3. Gunakan sikat gigi yang lunak untuk menghindari perdarahan gusi,
berikan oral hygiene secara teratur
4. Jangan berikan aspirin atau produk yang mengandung aspirin
5. Waspadai gejala CNS (sakit kepala, pandangan kabur) hasil dari
hemoragi intracranial
6. Handle gently, ganti posisi dengan hati-hati,
Intervensi:
1. Pantau berat badan
2. Sediakan makanan yang disukai anak
3. Sertakan anak dan orangtua dalam pemilihan makanan
4. Buat sarapan tinggi masukan kalori yang mungkin
5. Usulkan makanan kecil selama interval waktu makan,
6. Hindari akanan yang dapat mengiritasi membrane mukosa oral
7. Konsultasi dengan dokter dan ahli gizi untuk mengetahui menu
special yang dibutuhkan
8. Sediakan suplemen protein antara makan (seperti eggnogs,
milkshakes)
Intervensi:
1. Kaji tingkat kelemahan klien
2. Beri lingkungan tenang
3. Jadwalkan makanan sekitar kemoterapi
Referensi:
BROWN, P. (2006). Answers to key questions about childhood
leukemia—for the generalist. CONTEMPORARY PEDIATRICS
Vol. 23, No. 3
Greenberg, Cindy Smith. (1988). Nursing Care Planning Guides for
Children. Baltimore:Williams and Wilkins
Hockenberry, Marilyn J et al. (2003). Wong’s nursing care of infants and children 7
th ed. St Louise: Mosby. Inc.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1988. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI
Analisis praktik..., Ni Nengah Kusuma, FIK UI, 2013