Upload
dinhduong
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI DI MUSEUM NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana humaniora
FENNY MEGA VANANI 0706279326
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI
DEPOK DESEMBER 2011
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, 2 Desember 2011
Fenny Mega Vanani
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Fenny Mega Vanani
NPM : 0706279326
Tanda Tangan:
Tanggal : 2 Desember 2011
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi yang diajukan oleh
Nama : Fenny Mega Vanani
NPM : 0706279326
Program Studi : Arkeologi
Judul : Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum
Nasional
ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Humaniora pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi
Penguji : Dr. Kresno Yulianto
Penguji : Dr. Ali Akbar
Ditetapkan di Tanggal
oleh
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Dr. Bambang Wibawarta ~IP. 196510231990031002)
iv
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Humaniora Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia.
Saya menyadari dalam proses penulisan skripsi ini, saya mendapat banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga pada
penyusunan skripsi ini. Tanpa bantuan dan bimbingan tersebut sangat sulit bagi
saya menghadapi kendala-kendala yang merintang datang silih berganti. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan materil dan
moril. Skripsi ini saya dedikasikan untuk Mama dan Papa yang tidak pernah
lelah mendoakan dan menyemangati saya, serta tidak pernah meninggalkan
saya saat berada dalam kesulitan;
2. Dr. Kresno Yulianto, selaku Ketua Departemen Arkeologi FIB UI yang
banyak memberikan pinjaman buku-buku dan masukkan demi kelancaran
penelitian saya;
3. Dr. Ninie Susanti, selaku Koordinator Program Studi S1 Arkeologi yang
telah banyak memberikan bantuan dan dukungan;
4. Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi, selaku pembimbing skripsi saya yang
dengan kesabarannya meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya;
5. Prof. Dr. Agus Aris Munandar, selaku pembimbing akademis selama ±4
tahun masa perkuliahan, dan semua pihak pengajar: Dr. Ali Akbar, Dr. R.
Cecep Eka Permana, Ingrid Harriet E. P, M.Si., Dr. Heriyanti Ongkodharma
Untoro, Dr. Irmawati Johan, Karina Arifin, Ph.D., Agi Ginanjar, M.Si., Dian
Sulistyowati, M.Hum., Ajeng Ayu Arainikasih, M.Arts., dan semua nama
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
vi
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kesabaran
dan semua ilmu yang telah diberikan kepada saya semasa kuliah;
6. Ibu Ekowati Sundari, M.Hum., selaku Kepala Bidang Koleksi Museum
Nasional yang tanpa bantuannya saya pasti tidak bisa melanjutkan penelitian
saya;
7. Bapak Trigangga, S.S., selaku Kepala Bidang Registrasi Museum Nasional;
Mas Gunawan, M.Hum, selaku staf Bidang Registrasi Museum Nasional
yang pertolongannya tidak terkira untuk mendapatkan data-data penelitian
dan semua pihak lainnya dari Museum Nasional saya ucapakan terima
kasih;
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, SEMUANYA, terima kasih atas
dukungan dan kebersamaan, terlebih atas penerimaan dan pengertiaannya
pada saya secara pribadi. Selalu berjuang dan tetap menjadi diri kita sendiri!
Akan sangat merindukan kalian;
9. Listya Desti Utami dan Huda Hafida, S.IKom., kalian pelengkap yang
Tuhan berikan sejak 10 tahun yang lalu. Terima kasih, kita akan terus
bersama selamanya;
10. Eka Vandesmar Prasetya Utama, S.T., mentor dan sahabat, untuk semua
suka dan duka, untuk semua kebersamaan dan pengorbanan, terima kasih.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Tangerang, 2 Desember 2011
Fenny Mega Vanani
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Fenny Mega Vanani
NPM : 0706279326
Program Studi : Arkeologi
Departemen : Arkeologi
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis karya : Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Tangerang, 2 Desember 2011 Yang menyatakan,
(Fenny Mega Vanani)
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama : Fenny Mega Vanani Program Studi : Arkeologi Judul : Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional Skripsi ini merupakan penelitian mengenai sistem dokumentasi pada koleksi arkeologi di Museum Nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan sistem dokumentasi yang telah dilakukan oleh Museum Nasional dalam memenuhi salah satu perannya sebagai lembaga yang berorientasi pada pengembangan edukasi masyarakat. Penelitian mengacu pada pengelolaan koleksi (management collection) berdasarkan prinsip dokumentasi dalam arkeologi. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa perbaikkan dokumentasi koleksi arkeologi perlu dilakukan dalam rangka memenuhi prinsip dokumentasi dalam arkeologi secara optimal dan memberikan starting point yang informatif sebagai bekal dalam melakukan penelitian koleksi lebih lanjut. Kata kunci: Dokumentasi koleksi, management collection, dokumentasi dalam arkeologi
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : Fenny Mega Vanani Study Program : Archaeology Title : Documentation of Archaeology Collection in National
Museum of Indonesia This graduate thesis is a study about documentation system of archaeology collection conducted in the National Museum of Indonesia. The purpose of this study is to examine the application of documentation system which has done by National Museum in order to meets one of its basic role as an institution concerned in public education development. The study referred to management collection in the term of documentation in archaeology. This research is qualitative method with descriptive explanation. The result of this study suggests that the development documentation of archaeology collection is needed in order to optimally apply documentation principal in archaeology and provide an informative provision as a starting point for further collection research. Key words: Documentation of collection, management collection, documentation in archaeology
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ………………………. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………… LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… KATA PENGANTAR……………………………………………………… LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………… ABSTRAK………………………………………………………………….. ABSTRACT……………………………………………………………….... DAFTAR ISI………………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. DAFTAR FOTO……………………………………………………………. DAFTAR TABEL…………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... 1. PENDAHULUAN…………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1.2 Perumusan Masalah……………………………………………..... 1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………. 1.4 Metode Penelitian………………………………………………….
1.4.1 Pengumpulan Data……………………………………....... 1.4.2 Pengolahan Data……………………………………........... 1.4.3 Sintesis dan Penyimpulan……………………………….....
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………...........
2. DOKUMENTASI DALAM ARKEOLOGI……….………………….. 2.1 Hakikat Data Arkeologi….………………………………………….. 2.2 Dimensi Arkeologi……….………………………………………….. 2.3 Manfaat Dokumentasi……………………………………………......
2.3.1 Dokumentasi Untuk Preservsi.………………………………. 2.3.2 Dokumentasi Untuk Penelitian..……………………………... 2.3.3 Dokumentasi Untuk Komunikasi…………………………….
3. KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL……………………
3.1 Keberadaan Koleksi Arkeologi………………………………………. 3.2 Keberagaman Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional……………..
3.2.1 Arca………………………………...………………………… 3.2.2 Prasasti……………………………………………………….. 3.2.3 Alat Upacara…………………………………………………. 3.2.4 Perhiasan…………………………………………………….. 3.2.5 Alat Rumah Tangga………………………………………….
iii
iiiivv
viiviii
ixx
xiixiiixivxv
1167889
1011
13131922252627
2929303338394042
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
xi Universitas Indonesia
3.2.6 Bagian Bangunan……………………………………………...
4. DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI……………………..…… 4.1 Sistem Dokumentasi………………………………………………….. 4.2 Penerapan Sistem Dokumentasi……………………………………… 4.3 Hasil Dokumentasi……………………………………………………
4.3.1 Dokumentasi Manual……………………………………..….. 4.3.2 Dokumentasi Digital……………………………………..…...
4.4 Tinjauan……………………………………………………………….
5. PENUTUP…………………………………………………………........... 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 5.2 Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR REFERENSI……………………………………………………..
42
46465051567479
878790
91
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perhitungan Atribut Bentuk ………...................................... 20
Gambar 2.2 Tahap Penelitian Arkeologi………...……………………… 22
Gambar 2.3 Fungsi Dasar Museum……………..…………...………….. 24
Gambar 2.4 Hakikat Data Arkeologi……………………….…………… 26
Gambar 3.1 Pembagian Bidang Koleksi………………………………… 31
Gambar 3.2 Pengelompokkan Koleksi………………………………….. 32
Gambar 4.1 Alur Penanganan Koleksi………………………………….. 51
Gambar 4.2 Database Koleksi………………………………………….. 53
Gambar 4.3 Kelompok Koleksi Berdasarkan Jenis……………………... 75
Gambar 4.4 Kelompok Koleksi Berdasarkan Bahan……………………. 76
Gambar 4.5 Diagram Persentase Dokumentasi Koleksi………………… 80
Gambar 4.6 Perbandingan Koleksi Dan Dokumentasi………………….. 81
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR FOTO
Foto 3.1 Arca Parvati……………………………………………….. 34
Foto 3.2 Arca Bhrkuti………………………………………………. 35
Foto 3.3 Arca Harihara……………………………………………… 36
Foto 3.4 Arca Nandi…………………………………………. ……... 37
Foto 3.5 Arca Manusia………………………………………………. 37
Foto 3.6 Prasasti Nomor Inventaris D175………………………….. 38
Foto 3.7 Alat Upacara: Mangkuk…………………………………… 40
Foto 3.8 Perhiasan: Hiasan Ikat Pinggang…………………………. 41
Foto 3.9 Bagian Bangunan: Relief Nomor Inventaris 433………….. 43
Foto 3.10 Bagian Bangunan: Relief Kancil Nomor Inventaris 422….. 44
Foto 3.11 Bagian Bangunan: Makara………………………………… 45
Foto 4.1 Lembar Inventaris Koleksi Halaman 1…………………….. 54
Foto 4.2 Lembar Inventaris Koleksi Halaman 2…………………….. 55
Foto 4.3 Informasi Pada Lembar Inventaris Koleksi……………….. 58
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kelompok Koleksi Arca…………………………………… 36
Tabel 3.2 Kelompok Koleksi Prasasti………………………………… 39
Tabel 3.3 Kelompok Koleksi Alat Upacara…………………………... 39
Tabel 3.4 Kelompok Koleksi Perhiasan………………………………. 41
Tabel 3.5 Kelompok Koleksi Alat Rumah Tangga…………………… 42
Tabel 3.6 Kelompok Koleksi Bagian Bangunan……………………... 44
Tabel 4.1 Tingkat Informasi Terisi…………………………………… 61
Tabel 4.2 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi…………….. 62
Tabel 4.3 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi (Setelah Eleminasi)………………………………………… 68
Tabel 4.4 Kelompok Koleksi Tanah Liat……………………………... 77
Tabel 4.5 Kelompok Koleksi Batu…………………………….……… 77
Tabel 4.6 Kelompok Koleksi Logam…………………......................... 78
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Informasi Terisi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo)
Lampiran 2 Tabel Persentase Tingkat Informasi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo)
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
1
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dokumentasi secara umum berasal dari kata document (Inggris) dan
documentum (Latin) yang berarti informasi atau data yang terekam atau dimuat
dalam suatu media yang digunakan untuk belajar, kesaksian, penelitian dan lain-
lain. Dokumentasi juga berarti mengumpulkan semua keterangan baik yang
berupa tulisan, foto, gambar, rekaman video, sketsa, peta atau karya-karya
monumental lain untuk kemudian disimpan dan digunakan bila diperlukan.1
Masih secara umum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dokumentasi berarti pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan
informasi di bidang pengetahuan, pemberian atau pengumpulan bukti dan
keterangan (gambar, kutipan, guntingan koran dan bahan referensi lain).
Dokumentasi juga memiliki fungsi sebagai suatu usaha untuk mengawetkan
informasi-informasi agar dapat dipergunakan lagi di masa mendatang sebagai
bahan untuk belajar, penyelidikan atau penelitian.
Dokumentasi (dokumen) dalam ilmu sejarah memiliki dua pengertian
sebagaimana yang dikutip dalam Buku Understanding History: A Primer
Historical Method, Louis Gottschalk menjabarkan pengertian pertama yang
berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah yang merupakan kebalikan dari
informasi lisan, artefak dan peninggalan arkeologi lainnya. Pengertian kedua dari
dokumentasi (dokumen) adalah dikaitkan dengan surat-surat resmi dan surat-surat
negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi dan lain-lainnya.
Gottschalk menambahkan secara lebih luas adalah berupa setiap proses
pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik bersifat tulisan, lisan,
ataupun gambar (Gottschalk, 1986).
1 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 338.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Dalam ilmu kebudayaan, dokumentasi merupakan usaha untuk
merekonstruksi proses kebudayaan yang terwakili oleh suatu benda budaya.
Konsep kebudayaan inilah yang perlu untuk dilestarikan. Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan tindakan
manusia yang kemudian menghasilkan suatu karya dalam kehidupan manusia dan
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2001: 72).
Manusia memiliki gagasan dan dengan bertindak manusia dapat
menghasilkan karya. Karya manusia tersebut merupakan benda budaya (material
culture). Dokumentasi penting dilakukan pada benda-benda budaya yang
dihasilkan oleh manusia sebagai upaya untuk merekonstruksi konsep kebudayaan
yang terwakili oleh suatu benda budaya. Konsep kebudayaan tersebut perlu untuk
dilestarikan.
Arkeologi yang merupakan disiplin ilmu yang mempelajari mengenai
kebudayaan manusia masa lampau melalui peninggalannya juga menekankan
pentingnya dokumentasi. Dokumentasi dalam arkeologi berarti merekam data
arkeologi dalam dimensi bentuk, ruang dan waktu, serta merekam hubungan
fungsional antara benda dengan hubungan temporalnya. Dokumentasi tersebut
dilakukan pada data arkeologi berupa benda-benda hasil modifikasi manusia yang
pada hakikatnya terbatas karena sebagian besar terkubur di tanah dan ditemukan
dalam keadaan tidak utuh.
Keberadaan benda yang terkubur tersebut mengharuskan para arkeolog
untuk melakukan ekskavasi yang terbatas secara ruang dan waktu. Dokumentasi
dilakukan dengan merekam konteks benda tersebut saat ditemukan dengan
melakukan perkaman verbal maupun piktorial. Dokumentasi dalam arkeologi juga
bermanfaat untuk memahami terjadinya proses formasi pada benda, seperti
terjadinya proses tingkah laku dan proses transformasi (Sharer dan Ashmore,
2003: 127−128).
Dalam arkeologi, data arkeologi tersebut sebagian besar merupakan benda-
benda budaya yang tidak utuh dan berada di bawah tanah. Keberadaan benda yang
di bawah tanah tersebut mengharuskan para arkeolog untuk melakukan ekskavasi
yang tidak dapat diulang, sehingga dokumentasi perlu dilakukan dengan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
3
Universitas Indonesia
perkaman verbal dan piktorial. Dengan demikian, dokumentasi merupakan tahap
penting dalam proses pengumpulan data.
Dokumentasi dalam penelitian ini terkait dengan dokumentasi dalam
museum, yaitu dokumentasi benda-benda budaya yang ada di museum.
Dokumentasi dalam museum berarti meregistrasi dan mengkatalogisasi setiap
benda yang masuk ke museum. Tujuannya adalah untuk memastikan benda
tersebut merupakan milik museum dan memudahkan pegawai museum untuk
dapat menanganinya secara efektif dan efisien serta memudahkan dalam
mengidentifikasi benda-benda bila ada kemungkinan terburuk terjadi pada benda
yang merupakan koleksi museum tersebut (Burcaw, 1997).
Dalam Buku Collection Management (1995), disebutkan hal yang sama
mengenai pentingnya melakukan dokumentasi koleksi bahwa dokumentasi
dilakukan untuk dapat memudahkan pegawai museum menemukan lokasi
penyimpanan koleksi dan memudahkan pengunjung ataupun peneliti mendapatkan
informasi terkait dengan koleksi tersebut. Koleksi harus didokumentasikan sesuai
dengan ketentuan tertentu sehingga museum dapat menghitung, melokasikan dan
menyediakan informasi mengenainya. Informasi tersebut kemudian dapat diakses
melalui pameran umum atau pelayanan informasi (Fahy, 1995: 2).
Di lain sisi, dokumentasi memiliki fungsi untuk menunjukkan makna pada
koleksi dan menunjukkan asosiasi serta konteks pada koleksi yang telah
kehilangan hubungan tersebut. Dokumentasi berfungsi mengembalikan konteks
dan menjadikannya bermakna. Dengan demikian dokumentasi koleksi dapat
menampilkan keterkaitan koleksi dengan konteks dan asosiasi dengan koleksi
lainnya.2
Dalam penelitian ini menggunakan definisi dokumentasi sebagaimana
yang dipaparkan oleh Burcaw, bahwa dokumentasi diperlukan untuk dapat
menangani koleksi secara efisien dan efektif. Sehingga pembatasan dalam
penelitian ini hanya menitikberatkan pada bentuk registrasi, inventarisasi dan
katalogisasi yang sudah ada di Museum Nasional.
2 Presentasi Guru Besar Universitas Indonesia Noerhadi Magetsari dalam forum diskusi “Pemaknaan Museum untuk Masa Kini”, seperti yang dikutip dari Kompas, Selasa 5 Mei 2009.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
4
Universitas Indonesia
Konteks yang dikembalikan dapat menciptakan makna melalui interpretasi
dari koleksi yang dipamerkan dan hasil interpretasi tersebut berguna untuk
memahami masa lampau serta sebagai bukti telah dilakukannya pelestarian bagi
kepentingan generasi masa mendatang melalui dokumentasi. Mengetahui makna
tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh museum sebagai usaha
untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan dan dengan demikian dapat juga
menjelaskan mengenai jati diri bangsa (Magetsari, 2008: 14).
Pada bagian ini terlihat bahwa melalui dokumentasi yang dilakukan oleh
museum sebagai lembaga yang menyimpan dan merawat benda-benda budaya
dapat memudahkan proses rekonstruksi kebudayaan. Hal tersebut tercermin dalam
fungsi museum sebagai tempat mengumpulkan, mendokumentasikan, merawat
dan menyediakan akses untuk melakukan penelitian (Fahy, 1995: 2).
Berbicara mengenai museum, International Council of Museum (ICOM)
mendefinisikan museum sebagai lembaga non-profit untuk kepentingan dan
pembangunan masyarakat yang terbuka untuk umum (ICOM, 1986)3. Banyak
fungsi museum lainnya lebih lanjut dijelaskan oleh lembaga-lembaga yang
menaungi museum.
Museum Association mendefinisikan museum sebagai tempat untuk
memamerkan koleksi dan interpretasi yang berkaitan dengan benda-benda budaya
untuk kepentingan masyarakat (Fahy, 1995: 2). American Association of Museum
mendefinisikan fungsi museum adalah untuk menyimpan koleksi demi
kepentingan pendidikan dan bertujuan untuk memberi keindahan bagi manusia
dan kesejahteraan manusia di masa depan (Kotler, 2008: 7). United Kingdom
Museums Association menjelaskan fungsi museum untuk memberikan informasi
yang berkaitan dengan keuntungan publik (McLean, 1997: 9).
Dilihat dari definisi museum tersebut, jika dikaitkan dengan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan dapat lebih luas lagi dijelaskan. Museum merupakan
tempat untuk menyimpan koleksi yang merupakan objek penelitian ilmiah 3 The ICOM Code of Professional Ethics disahkan dengan kesepakatan bersama pada General Assimbly ke‐15 di Buenos Aires, Argentina pada 4 November 1986. Kemudian diamandemen pada pertemuan ke‐20 di Barcelona, Spanyol pada 6 Juli 2001, mengganti judul menjadi ICOM Code of Ethics for Museums dan direvisi pada pertemuan ke‐21 di Seoul, Korea Selatan pada 8 Oktober 2004. Versi yang beredar di Indonesia merupakan cetakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Museum, 2008. Cetakan tersebut yang digunakan penulis sebagai kutipan.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
5
Universitas Indonesia
bertugas untuk mengadakan, melengkapi dan mengembangkan tersedianya objek
penelitian ilmiah bagi siapapun yang membutuhkan. Selain itu museum juga
bertugas untuk menyediakan sarana untuk kegiatan penelitian, selain museum
bertugas melaksanakan kegiatan penelitian itu sendiri dan menyebarluaskan hasil
penelitian tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan umumnya.4
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa peran utama
museum dapat diintisarikan berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
Diantaranya adalah sebagai penyediainformasi edukatif mengenai pengetahuan
kebudayaan kepada masyarakat pada umumnya melalui sistem dan tata penyajian
koleksi yang dapat menarik minat tertentu (Ambrose dan Paine, 2006).
Serangkaian kegiatan yang menyangkut dengan sistem dan tata penyajian koleksi
tersebut dimulai dari menyimpan, merawat, melakukan penelitian sampai
publikasi hasil penelitian tersebut tercakup dalam pengelolaan koleksi (Keene,
2002: 19).
Setelah memahami definisi museum sebagaimana yang telah dijabarkan
pada paragraf sebelumnya, maka disadari bahwa kegiatan museum berpusat pada
pengembangan koleksi, baik untuk pengembangan pengetahuan masyarakat
ataupun sebagai penyedia objek penelitian ilmiah. Sehingga untuk dapat
mengembangkan koleksi tersebut, museum perlu melakukan dokumentasi koleksi,
karena dokumentasi koleksi bertujuan untuk merekam kegiatan penelitian,
perawatan ataupun penyajian koleksi.
Perlu dipahami bahwa pemahaman mengenai dokumentasi koleksi tersebut
merupakan permasalahan krusial dan mendasar untuk dikembangkan pada
museum saat ini. Tanpa pengetahuan mengenai dokumentasi koleksi dan
pengembangan material budaya mustahil dapat merekonstruksi makna koleksi dan
memahami peran museum dalam masyarakat kontemporer (Fahy, 1995: 10).
Untuk itu, penerapan dokumentasi koleksi sangat menarik untuk dikaji
karena merupakan aspek terpenting dalam berlangsungnya kegiatan museum dan
lebih dari pada itu jika ditarik dari sudut pandang ilmu pengetahuan, maka
dokumentasi penting untuk melestarikan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam
4 Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pengelolaan Koleksi Direktorat Museum (2007) yang dikeluarkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
6
Universitas Indonesia
kaitan dokumentasi museologi dengan arkeologi, sebagaimana yang dikutip dari
Brian Fagan bahwa arkeologi memiliki tujuan dan satu prioritas utama, yaitu
untuk menjaga dan merawat peninggalan-peninggalan yang tersisa untuk generasi
seterusnya (Fagan, 2006: 63).
Konsep dokumentasi koleksi yang melatarbelakangi penelitian ini dapat
dilihat pada koleksi arkeologi di Museum Nasional. Diketahui bahwa koleksi
arkeologi di Museum Nasional sangat beragam dengan kuantitas yang banyak,
maka menarik untuk dikaji bagaimana penerapan sistem dokumentasi koleksi
arkeologi di museum tersebut berdasarkan prinsip dokumentasi dalam arkeologi.
Selain itu, Museum Nasional merupakan museum pusat yang sepatutnya
telah memiliki sistem dokumentasi yang dapat menjadi acuan bagi museum
lainnya. Dengan demikian, penelitian mengenai dokumentasi koleksi arkeologi ini
menjadi semakin menarik karena merupakan hal yang paling penting dalam
pengelolaan koleksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, timbul pertanyan mengenai sistem
dokumentasi yang diterapkan di Museum Nasional dalam menangani dokumentasi
koleksi arkeologi. Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimana
sistem dokumentasi koleksi arkeologi diterapkan di Museum Nasional dan apakah
sudah keseluruhan koleksi arkeologi Museum Nasional didokumentasikan?
Mengingat koleksi tersebut adalah koleksi arkeologi yang merupakan
benda-benda arkeologi untuk itu dokumentasinya harus sesuai dengan prinsip-
prinsip dokumentasi dalam arkeologi. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah
apakah sistem dokumentasi yang telah diterapkan selama ini di Museum Nasional
telah memenuhi prinsip-prinsip perekaman dalam arkeologi?
Berdasarkan alasan-alasan pada latar belakang dan pertanyaan yang timbul
pada paragraf sebelumnya, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini
adalah bagaimana sistem dokumentasi koleksi yang cocok untuk
diimplementasikan agar dokumentasi tersebut dapat menjadi sumber informasi
yang digunakan sebagai titik awal melakukan penelitian lebih lanjut.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
7
Universitas Indonesia
Mengingat informasi yang terdokumentasi tersebut adalah hal yang
penting, maka hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dokumentasi tersebut juga merupakan upaya untuk melestarikan koleksi itu
sendiri.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang dimaksudkan untuk
menambah khasanah pengetahuan mengenai dokumentasi koleksi. Terutama
mengenai dokumentasi koleksi arkeologi yang berada di Museum Nasional.
Dengan melihat permasalahan yang terdapat pada penelitian ini, maka
tujuan penelitian adalah menelusuri keterkaitan antara koleksi dengan
dokumentasinya, memahami sistem dokumentasi yang diterapkan di Museum
Nasional dan mengetahui sistem dokumentasi yang cocok untuk diterapkan pada
koleksi arkeologi di Museum Nasional.
Selain itu, tujuan lainnya adalah memberikan rekomendasi dalam bentuk
deskripsi secara menyeluruh mengenai katalog koleksi sebagai output dari
dokumentasi koleksi. Dengan demikian dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya dalam upaya penambahan kualitas sistem penyediaan informasi
ketika akan disampaikan dalam pameran.
Manfaat yang dapat timbul dari penelitian ini adalah rekomendasi yang
akan diberikan nantinya diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan
sistem dokumentasi koleksi arkeologi di Museum Nasional. Sehingga dapat
mengakomodir informasi-informasi arkeologi dalam dokumentasi koleksi
arkeologi Museum Nasional dan dapat dengan mudah diakses demi kepentingan
kemajuan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu arkeologi secara khusus.
Dilihat dari segi keilmuan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
titik awal ketertarikan penelitian mengenai arkeologi dan museologi serta
menimbulkan kerjasama yang baik antara arkeolog dengan praktisi museum untuk
berkolaborasi dalam memajukan ilmu pengetahuan. Secara keseluruhan hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu awal yang baik dalam praktek
permuseuman agar museum di Indonesia bisa menjadi jauh lebih baik lagi.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
8
Universitas Indonesia
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap pengumpulan
data, pengolahan data, sintesis dan penyimpulan.
1.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada dua kategori, yaitu data kepustakaan
dan data lapangan. Data kepustakaan dikumpulkan terkait dengan sistem
dokumentasi dan koleksi. Data yang dikumpulkan tersebut berupa buku, artikel
ataupun jurnal.
Pengumpulan data kepustakaan tersebut terutama berkaitan dengan ruang
lingkup dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional dan termasuk di
dalamnya mengenai koleksi yang ada pada dokumen tersebut. Hasil pengumpulan
data kepustakaan diketahui bahwa museum nasional memiliki 9020 koleksi
arkeologi yang terdiri dari beragam jenis dan masanya, tetapi belum diketahui
secara pasti berapa koleksi yang sudah didokumentasikan.
Setelah pengumpulan data kepustakaan tersebut, kemudian dilakukan
observasi dengan menghitung koleksi arkeologi Museum Nasional. Perhitungan
ini dibatasi hanya pada koleksi arkeologi yang dipamerkan, karena sebagian besar
koleksi arkeologi memang berada di ruang pameran.
Data lapangan juga di dapat dengan melakukan pengumpulan lembar
inventaris yang merupakan output dari kegiatan dokumentasi koleksi yang
dilakukan oleh pihak Museum Nasional. Lembar inventaris tersebut kemudian
dibukukan (dijilid) dan disebut oleh pihak Museum Nasional sebagai buku katalog
koleksi manual. Dalam setiap buku katalog koleksi berisikan sebanyak 100 lembar
inventaris yang masing-masing lembar inventaris terdiri dari 1 koleksi.
Selain itu, diketahui juga bahwa selain lembar inventaris tersebut ternyata
juga ada database koleksi yang oleh pihak Museum Nasional disebut sebagai
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
9
Universitas Indonesia
katalog koleksi digital5. Hasil observasi juga ditemukan ada 202 buku katalog
koleksi arkeologi di Museum Nasional.
Pengumpulan buku katalog koleksi tersebut dimaksudkan sebagai efisiensi
cara kerja dalam penelitian ini untuk mengetahui jumlah koleksi arkeologi.
Sehingga data yang dikumpulkan adalah isi dan jumlah koleksi arkeologi dari
katalog baik yang manual ataupun digital.
1.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis buku katalog koleksi
manual yang telah dikumpulkan dan memasukkan setiap informasi koleksi yang
ada di dalam buku katalog ke dalam tabel. Tabulasi dilakukan dengan melakukan
klasifikasi informasi koleksi yang terisi dan tidak terisi di dalam konten yang ada
di buku katalog.
Pada tahap tabulasi yang bertujuan untuk melihat informasi terisi ini,
digunakan satu buku katalog yang dianggap mewakili buku katalog lainnya. Hal
tersebut dilakukan mengingat konten pada setiap buku katalog adalah sama.
Sehingga satu buku katalog tersebut mewakili katalog lainnya dalam perihal
konten yang digunakan.6
Buku katalog koleksi yang dianggap mewakili itu berasal dari koleksi
emas Museum Nasional. Diketahui bahwa koleksi emas tersebut berasal dari
penggalian arkeologi di situs Wonoboyo yang oleh pemerintah diserahkan kepada
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan disimpan di Museum
Nasional sejak 18 Januari 1991. Karena koleksi tersebut merupakan koleksi emas
yang dianggap prestisius dan juga merupakan hadiah dari pemerintah, maka
5 Pihak Museum Nasional memiliki katalog koleksi yang dicetak dalam bentuk lembar inventaris koleksi yang kemudian dibukukan (dalam penelitian ini digunakan istilah “katalog manual”) dan katalog koleksi dengan mengunakan sistem komputer sebagai database (dalam penelitian ini digunakan istilah “katalog digital”). Diketahui juga bahwa katalog digital tersebut diisi berdasarkan informasi yang terdapat di dalam katalog manual.
6 Konten yang dimaksud dianataranya, jenis/nama benda, nomor registrasi, nomor inventaris, deskripisi benda, riwayat benda, dll.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
10
Universitas Indonesia
sebagai bentuk pertanggungjawaban katalog koleksi tersebut dibuat sebaik dan
selengkap7 mungkin setelah koleksi tersebut masuk ke Museum Nasional.
Setelah tabulasi tersebut selesai selanjutnya dilakukan perhitungan
mengenai informasi yang ada pada buku katalog koleksi arkeologi tersebut untuk
menunjukkan kadar informasi yang disajikan apakah sudah informatif atau belum
berdasarkan terisi atau tidaknya informasi dalam masing-masing konten.
Perhitungan ini disajikan dalam bentuk persentase menggunakan diagram batang
supaya terlihat jelas tingkat informasi yang tersaji pada masing-masing konten.
Tabulasi selanjutnya dilakukan untuk mengetahui jumlah koleksi
arkeologi. Hal ini dilakukan dengan perhitungan 202 buku katalog koleksi
arkeologi berdasarkan nomor registrasi dan nomor inventarisnya. Sehingga akan
terlihat berapa banyak buku yang akan dieleminasi berdasarkan kesamaan nomor
registrasi atau nomor inventaris (akibat cetak ganda/duplikasi).
Setelah tahap eleminasi tersebut, maka didapat hanya ada 167 buku
katalog. Dengan demikian akan didapat jumlah koleksi arkeologi berdasarkan
perhitungan jumlah lembar inventaris yang diketahui bahwa satu lembar
inventaris koleksi mewakili satu koleksi arkeologi.
Perhitungan mengenai jumlah selanjutnya juga dilakukan terhadap katalog
koleksi yang ada pada database (katalog digital). Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa dokumentasi yang dilakukan berjalan dengan sinkron. Dari
data yang dikumpulkan diketahui bahwa database tersebut diisi berdasarkan
buku-buku katalog manual.
1.4.3 Sintesis dan Penyimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah tabulasi selesai dilakukan
sehingga dapat menunjukkan jumlah koleksi arkeologi yang terdokumentasi
berdasarkan katalog manual dan digital. Kesimpulan juga dilakukan dari hasil
7 Sebagaimana yang diketahui penulis dari hasil perbincangan dengan Ibu Ekowati selaku Kepala Divisi Koleksi Prasejarah dan Arkeologi Museum Nasional pada bulan Mei 2011. Setelah dilakukan observasi dan mengamati keseluruhan buku katalog koleksi arkeologi Museum Nasional ternyata benar bahwa hanya buku katalog koleksi emas Wonoboyo yang dapat dikategorikan lebih baik dan lengkap daripada buku katalog koleksi arkeologi lainnya.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
11
Universitas Indonesia
tabulasi informasi yang tersaji dalam konten yang terdapat pada buku katalog
koleksi manual dengan melihat persentase tertinggi dan terendah.
Kemudian dalam penelitian ini, hasil akhir penelitian berisi kesimpulan
dan saran yang disampaikan dalam bentuk rekomendasi atau usulan. Rekomendasi
didapat dari hasil mensintesiskan keseluruhan komponen penelitian (teori dan data
lapangan) untuk mendapatkan suatu sistem dokumentasi yang baru, yang
mencakup prinsip dokumentasi dalam arkeologi dan dapat diimplementasikan
pada dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional.
Penelitian ini bersifat ilmiah dengan demikian hasil yang dijelaskan akan
mendahulukan kenyataan hasil penelitian daripada mempertahankan pendirian
awal. Hasil akhirnya akan memberikan rekomendasi sistemdokumentasi yang
lebih efektif dan efisien untuk memberikan informasi yang berkualitas sesuai
dengan teori dan standar yang telah dijelaskan sebelumnya untuk bisa
diimplementasikan menjadi katalog koleksi arkeologi Museum Nasional yang
dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
1.5 Sistematika Penulisan
Kerangka penulisan penelitian berdasarkan proses dan tahapan pekerjaan
yang dilakukan:
Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi mengenai 1) latar belakang
penelitian yang berisi mengenai definisi dokumentasi secara umum dan kaitannya
dengan keilmuan, cakupan dan pentingnya melakukan dokumentasi; 2) rumusan
permasalahan penelitian; 3) tujuan dan manfaat; 4) metode penelitian yang terdiri
dari metode pengumpulan data, pengolahan data, sintesis dan penyimpulan; 5)
sistematika penulisan.
Bab 2 merupakan bab teori penunjang yang memaparkan teori berkaitan
dengan 1) dokumentasi dalam arkeologi yang mencangkup mengenai hakikat data
arkeologi, dimensi arkeologi dan konsep atribut.
Bab 3 merupakan uraian deskriptif mengenai 1) keberadaan koleksi
arkeologi di Museum Nasional; dan 2) keberagaman koleksi arkeologi dan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
12
Universitas Indonesia
pengelompokan koleksi arkeologi yang telah dilakukan oleh pihak Museum
Nasional.
Bab 4 berisi mengenai deskripsi penerapan dokumentasi koleksi yang
telah dilakukan oleh Museum Nasional diantaranya dalam bentuk lembar
inventaris koleksi yang dibukukan menjadi buku katalog koleksi. Selanjutnya
adalah pengolahan data yang dilakukan dengan membuat tabel analisis. Analisis
dilakukan pada data dokumentasi manual, yaitu dokumentasi yang dilakukan
tanpa menggunakan teknologi komputer (berupa katalog manual) dan pada data
dokumentasi digital, yaitu dokumentasi yang dilakukan dengan menggunakan
teknologi komputer (berupa katalog digital atau database).
Bab 5 merupakan bagian penutup berupa kesimpulan dari hasil penelitian
dan saran.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
13
Universitas Indonesia
BAB 2 DOKUMENTASI DALAM ARKEOLOGI
2.1 Hakikat Data Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia masa lalu
melalui benda-benda peninggalannya. Dalam kajian kepurbakalaan Indonesia,
benda-benda peninggalan itu dikategorikan berasal dari periode prasejarah, klasik,
islam dan kolonial. Melalui benda-benda peninggalan tersebut arkeologi berusaha
merekonstruksi sejarah dan perilaku manusia masa lalu.
Benda-benda peninggalan tersebut dimodifikasi sedemikian rupa oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Benda-benda tersebut merupakan
benda-benda budaya atau material culture. Dalam perjalanannya benda-benda
tersebut mengalami proses yang panjang, baik yang mengalami proses pembuatan,
penggunaan, tidak digunakan lagi dan kemudian dibuang oleh penggunanya.
Sharer dan Ashmore dalam Buku Archaeology: Discovering Our Past
menjabarkan bahwa pada dasarnya arkeologi mempelajari peninggalan-
peninggalan masa lalu yang sudah berlangsung hingga ratusan abad lalu. Dengan
adanya aktivitas alam, maka peninggalan tersebut sebagian besar terpendam di
dalam tanah atau di dalam air dan ditemukan dalam keadaan tidak utuh. Dari yang
ditemukan hanya sebagian kecil yang dapat di rekonstruksi sebagai data arkeologi,
baik bentuk, ruang atau waktu. Dari yang direkonstruksi tersebut hanya sebagian
kecil yang dapat ditafsirkan.
Bentuk-bentuk data arkeologi, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sharer-
Ashmore (2003: 120−124), terdiri dari:
a. Artefak: semua benda yang dibuat atau diubah oleh manusia dan dapat
berpindah.
b. Ekofak: benda-benda berbahan dasar dari lingkungan hidup yang
berperan dalam kehidupan masyarakat di masa lampau terdiri dari abiota
dan biota.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
14
Universitas Indonesia
c. Fitur: artefak yang tidak dapat berpindah tanpa merusak tempat
kedudukannya (matriks). Misal, bangunan, lubang bekas tiang, dll.
d. Situs: sebidang tanah yang mengandung tinggalan-tinggalan kebudayaan
manusia masa lalu yang pernah berlangsung di suatu tempat dan
dilakukan oleh sekumpulan masyarakat.
e. Wilayah: sekumpulan situs atau data arkeologi yang cakupannya lebih
luas.
Sedangkan menurut Brian Fagan (2005: 120), data arkeologi adalah
material yang diakui oleh arkeolog memiliki nilai penting, semuanya
dikumpulkan dan direkam di dalam suatu penelitian. Bentuk data arkeologi
menurut Fagan, antara lain:
a. Artefak: benda yang dibuat dan dimodifikasi oleh manusia, benda keras.
b. Fitur: artefak dan asosiasi artefak yang tidak dapat dipindahkan dari
matriksnya, seperti postholes atau selokan/parit.
c. Struktur: rumah, lumbung, kuil, dan bangunan-bangunan lainnya yang
dapat diidentifikasi sebagai sisa-sisa yang masih berdiri, pola postholes,
dan bangunan lainnya yang berdiri di atas tanah.
d. Ekofak: seperti sisa-sisa makanan, misalkan tulang, bibit, atau lainnya
yang ditemukan dan dinyatakan sebagai akibat dari aktivitas manusia.
e. Subassemblages : sekumpulan artefak yang ditemukan di suatu asosiasi
yang berpola sehingga mencerminkan adanya pembagian perilaku budaya
suatu kelompok kecil (Fagan, 2005: 129).
f. Assemblages : sekumpulan subassemblages yang ditemukan di dalam
asosiasi kontemporer yang mencerminkan pola aktivitas semua komunitas
(Fagan, 2005: 129).
Bentuk data arkeologi tidak hanya empat data yang disebutkan diatas,
tetapi juga termasuk konteks ruang dan waktunya (Fagan, 2005: 120). Data
arkeologi dapat diidentifikasikan menjadi empat dimensi variabilitas di dalam
perilaku manusia yang ditunjukkan di dalam konteks ruang, antara lain:
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
15
Universitas Indonesia
a. Artefak: aktivitas individu manusia
b. Struktur: aktivitas kelompok atau aktivitas rumah tangga
c. Site: aktivitas komunitas, kelompok kontemporer dapat berupa rumah,
toko, kuil, dan struktur lainnya.
d. Wilayah: aktivitas kelompok manusia yang direfleksikan dengan
persebaran situs di suatu lanskap. Keempat level konteks ruang tersebut
mencerminkan perilaku budaya manusia (Fagan, 2005: 126).
Pada tahap pengumpulan data, semua bentuk data arkeologi yang
ditemukan tersebut tidak bisa lepas dari konteksnya. Fagan menjelaskan lebih
lanjut mengenai penentu data arkeologi yang kemudian dapat memudahkan
peneliti dalam mengidentifikasi benda-benda temuan (dimensi bentuk),
meletakkanya dalam suatu tempat tertentu dan menghubungkannya dengan benda-
benda temuan lainnya (dimensi ruang) dan memahami asal benda tersebut di masa
lampau (dimensi waktu).
Menurut Fagan (2005: 120−127) dan Sharer-Ashmore (2003: 132), faktor-
faktor penentu data arkeologi ada yang memiliki kesamaan definisi, antara lain:
a. Matriks, adalah fisik yang mencakup benda-benda yang berasosiasi di
dalamnya, contohnya batu kerikil, pasir, lumpur, dan banyak lainnya.
b. Provenience, adalah keletakan benda diukur tiga dimensinya secara
geografis. Horizontal, yaitu keletakannya dalam lintang dan bujur;
vertikal, yaitu kedalaman benda dari permukaan laut.
c. Asosiasi, adalah beberapa benda yang dianggap memiliki hubungan fisik
satu sama lain, berasal dari matriks yang sama. Asosiasi ini dapat dilihat
berdasarkan keterkaitan dengan permukaan dan stratigrafi.
d. Konteks, adalah seperangkat asosiasi data arkeologi, terutama berkaitan
dengan keadaan deposisinya. Konteks merupakan interpretasi hubungan
antara matriks, provenience dan asosiasi.
Sharer dan Ashmore menjelaskan konteks terbagi menjadi dua:
a. Konteks primer
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Konteks primer adalah kondisi matriks dan provenience belum mendapat
gangguan dari proses transformasi, baik oleh alam atau manusia sejak
pengendapannya yang pertama dibuat oleh pembuatnya atau pemakainya.
- Use Related Primary Context
Artefak belum pernah dipindah oleh si pembuat, diendapkan di tempat
di mana benda itu dibuat oleh masyarakat masa lalu dan digunakan.
Contoh, benda di ruang tamu.
- Transposed Primary Context
Artefak yang dibuat dan digunakan oleh si pembuat mengalami
perpindahan. Contoh, benda di gudang atau di tempat sampah.
b. Konteks sekunder
Konteks sekunder adalah kondisi matriks, provenience dan asosiasi telah
diubah sebagian atau seluruhnya oleh proses transformasi. Asosiasi data
dihasilkan dari proses transformasi.
- Use Related Secondary Context
Artefak yang dibuat oleh pembuatnya kemudian diambil dan
digunakan kembali dengan fungsi lain.
- Natural Secondary Context
Artefak sudah tidak ada lagi hubungannya dengan si pembuat, sudah
ditinggalkan.
Faktor-faktor penentu data arkeologi sebagaimana yang dituliskan dalam
Archaeology: Discovering Our Past, ada dua faktor penentu data arkeologi.
Pertama adalah behavioral processes dan transformational processes.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Mundardjito, bahwa dalam teori arkeologi
terdapat diskusi dan studi mendalam mengenai proses-proses budaya dan bukan-
budaya yang bertanggung jawab atas terbentukknya data arkeologi. Dijelaskan
oleh Schiffer, terdapat satu perjalanan panjang dari sebuah artefak, mulai dari saat
dibuat, dipakai dan dibuang, sampai kepada saat tidak berperan lagi dalam sistem
tingkah laku masyarakat masa lalu, untuk selanjutnya terbenam atau terendapkan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
17
Universitas Indonesia
dalam tanah sampai akhirnya ditemukan oleh arkeolog (Mundardjito, 1982: 498–
509).
Dalam perjalanan panjang tersebut terdapat faktor-faktor dan proses-
proses yang mengakibatkan terjadinya transformasi data arkeologi, yaitu artefak
mengalami perpindahan tempat, perubahan bentuk, pengurangan atau
penambahan jumlah dan pertukaran hubungan satu dengan yang lainnya.
Sedangkan faktor lainnya adalah proses tingkah laku dan proses
transformasi yang dinyatakan menurut Sharer-Ashmore, yaitu: proses tingkah laku
merupakan langkah pertama didalam formasi data arkeologi, setelah sisa-sisa
material tersebut terpendam, maka terjadi proses deposisi yang merupakan proses
transformasi. Proses transformasi ini ada yang terjadi secara natural dan ada yang
merupakan transformasi budaya.
Contoh dari transformasi natural adalah pembusukan material organik,
atau terkubur oleh sisa-sisa erupsi vulkanik. Sedangkan contoh transformasi
budaya (akibat aktivitas manusia) adalah pemakaian kembali artefak-artefak,
pembajakan tanah, penyimpanan artefak sebagai benda pusaka, dan pengrusakan
gedung.
Proses tingkah laku manusia adalah aktivitas manusia yang menghasilkan
peninggalan materi. Proses ini ada empat tahap, yaitu:
a. Acquisition, perolehan bahan baku untuk membuat alat atau suatu benda.
b. Manufacture, proses pembuatan alat atau benda.
c. Use, penggunaan.
d. Deposition, dibuang.
Proses formasi adalah proses, peristiwa apapun yang menghasilkan atau
mengubah data arkeologi. Proses formasi ada dua, yaitu:
a. Behavioral, aktivitas manusia yang menghasilkan peninggalan materi.
b. Transformational, baik manusia (budaya), maupun proses alamiah yang
mengubah peninggalan yang dihasilkan oleh tingkah laku (Sharer-
Ashmore, 2003: 127−128).
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
18
Universitas Indonesia
Faktor-faktor dan proses yang mengakibatkan terjadinya transformasi data
arkeologi adalah artefak mengalami:
a. Perpindahan tempat,
b. Perubahan bentuk,
c. Pengurangan/penambahan jumlah,
d. Pertukaran hubungan satu dengan yang lain (Sharer-Ashmore, 2003: 128).
Proses Pembentukan Budaya (Yang Mempengaruhi Data)
a. Cultural Formation Processes (Proses-Proses Pembentukan Budaya),
adalah proses-proses budaya yang mempengaruhi pembentukan data
arkeologi.
b. c-Transform (Cultural Transform), adalah prinsip atau hukum yang
digunakan untuk menangani masalah perubahan data arkeologi yang
dilakukan terutama oleh kegiatan manusia.
c. n-Transform (non-Transform), adalah transformasi bukan budaya, prinsip
atau hukum yang menggarap masalah perubahan yang disebabkan oleh
alam (Sharer, 2003: 128).
Menurut Fagan, semua itu terbagi dalam konsep dibawah ini:
a. Diawali dengan tingkah laku manusia tidak semuanya menghasilkan
kebudayaan materi
b. Kemudian kebudayaan materi ada yang bertahan dan ada yang tidak
bertahan
c. Kebudayaan materi yang masih bertahan lama
d. Kebudayaan materi yang ditemukan
e. Kebudayaan yang tahan lama dan dapat dianalisis/gejalanya dapat
dimengerti (Fagan, 2005: 120)
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
19
Universitas Indonesia
2.2 Dimensi Arkeologi
Arkeolog menekankan perhatian pada penjelasan mengenai tiga dimensi
arkeologi, yaitu bentuk, ruang dan waktu. Dengan mengetahui ketiga dimensi
tersebut dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas menuju
tahap penafsiran. Dengan memperhatikan ketiga dimensi tersebut, menurut
Spaulding dalam The Dimensions of Archaeology8, secara implisit juga dapat
dijelaskan hubungan antar dimensi (interrelationship).
a. Bentuk (form)
Fisik benda, keseluruhan ciri yang terlihat secara langsung pada benda
tersebut dan dapat dilakukan pengukuran. Untuk menganalisis bentuk dapat
dilihat dari atribut yang menempel pada benda tersebut. Atribut yang dimaksud
adalah ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada setiap benda yang memungkinkannya
menjadi dasar untuk dikelompokkan. Atribut terdiri dari bentuk (ukuran),
teknologi (bahan baku yang digunakan) dan stilistik (gaya, ciri-ciri fisik seperti
warna, tekstur dan hiasan) (Fagan, 2005: 252). Atribut terbagi menjadi dua jenis,
yaitu atribut kuantitatif dan atribut kualitatif (Spaulding, 1971: 25−30).
Atribut kuantitatif adalah perhitungan atribut dengan mengunakan skala
matematis dan alat pengukur satuan. Misal, panjang, tinggi, lebar dan berat.
Sedangkan kualitatif atribut biasanya menggunakan penilaian personal yang
memungkinkannya terbagi dalam rasio tertentu. Misal, benda digolongkan ke
dalam kategori “besar”, “kecil” atau “sedang”. Atribut membantu peneliti untuk
melakukan klasifikasi yang berguna dalam penyusunan data yang acak menjadi
teratur, menyederhanakan ciri-ciri yang bermacam-macam dari sekumpulan
artefak, dan memudahkan pemahaman hubungan kronologis dengan
membandingkan kelompok atribut yang lain.
8 Tulisan Albert C. Spaulding dalam Buku Man’s Imprint From The Past oleh James Deetz, 1971.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
20
Universitas Indonesia
b. Ruang (space)
Posisi artefak secara tiga dimensi geografis diukur berdasarkan bujur,
lintang dan kedalaman benda saat ditemukan. Perhitungan tersebut dilakukan saat
posisi benda masih in situ yang didokumentasikan dengan memperhatikan
asosiasi dengan temuan disekitarnya. Pengukuran ruang yang juga menghasilkan
titik koordinat temuan.
Dalam beberapa kasus, perhitungan ruang ini memiliki informasi yang
istimewa dengan asosiasinya, seperti bekal kubur, diketahui karena ditemukan
dekat dengan tulang manusia dan artefak lain yang dikuburkan dalam posisi yang
dekat dengan tulang-tulang tersebut ditemukan. Tentunya perhitungan tersebut
sangatlah penting untuk dapat melakukan interpretasi berdasarkan hubungan
Gambar 2.1 Perhitungan Atribut Bentuk
Ilustrasi: Vanani
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
21
Universitas Indonesia
vertikal (perbedaan stratigrafi) dan horizontal (persebaran artefak dalam satu
stratigrafi). Perhitungan tersebut juga tidak lepas dari hukum superposisi yang
harus selalu disadari saat melakukan penggalian arkeologi.
c. Waktu (time)
Dimensi waktu berbeda dengan dimensi bentuk dan dimensi ruang yang
dapat melakukan pengukuran langsung saat ditemukan. Perhitungan waktu
didapat setelah perhitungan bentuk dan ruang telah didapat untuk memastikannya
secara kronologis dan mengetahui waktu artefak itu berasal, waktu dibuat hingga
tidak digunakan lagi lalu terdeposisi. Perhitungan dimensi waktu terbagi menjadi
dua tipe, yaitu perhitungan waktu relatif dan perhitungan waktu absolut.
Untuk perhitungan waktu relatif bisa dilakukan dengan mengkaitkan
temuan dengan suatu kejadian tertentu yang pernah berlangsung di lokasi tersebut.
Tentunya harus memperhatikan asosiasi, stratigrafi dan memperhatikan hukum
superposisi serta faktor formasi yang bisa saja mempengaruhi keberadaan artefak.
Perhitungan waktu absolut dapat dipastikan melalui sistem pertanggalan,
misal candrasangkala atau angka tahun dan temuan-temuan yang berasal dari
masa prasejarah bisa dipastikan masuk dalam skala waktu prasejarah. Perhitungan
absolut juga dapat dilakukan dengan carbon dating, geochronology, dan hidrasi
obsidian.
Ketiga dimensi tersebut dapat juga dilihat sebagai hubungan antar dimensi,
seperti bentuk-ruang, bentuk-waktu, ruang-waktu dan bentuk-ruang-waktu.
Dengan memahami dimensi arkeologi, diharapkan pada akhirnya dapat
memahami mental template kebudayaan tertentu. Mental template adalah gagasan
atau ide tentang suatu benda yang diekspresikan pada benda tersebut. Mental
template dipengaruhi oleh teknologi, fungsi, tradisi dan inovasi.
Mengetahui gagasan tersebut merupakan salah satu tujuan arkeologi, yaitu
merekonstruksi sejarah kebudayaan, cara-cara hidup dan memahami proses
budaya. Dimensi-dimensi merupakan langkah awal dalam mencapai rekonstruksi
tersebut, sehingga penting untuk dipahami dan direkam (didokumentasikan) untuk
dapat menghasilkan interpretasi yang sesuai dengan data arkeologi.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
2.3 Manfa
Seb
telah dijel
pada haki
dibatasi r
membantu
lainnya y
penelitian
Pa
dokument
tersebut
keseluruha
semua asp
pengamata
aat Dokum
bagaimana
laskan pada
katnya data
ruang dan
u berjalanny
yang memi
observasi,
ada tahap o
tasi (pereka
dapat men
an. Dokum
pek yang b
an.
mentasi
yang telah
a subbab d
a arkeologi
waktu, se
ya proses p
iliki tahap
deskripsi da
Gambar 2.2
bservasi (p
aman) data
nunjukkan
mentasi terse
berhubunga
Observas
disinggung
di atas, dok
terbatas. P
ehingga do
penelitian a
an peneliti
an eksplana
2 Tahap Pen
Ilustrasi: V
pengumpula
a yang di
matriks,
ebut dilaku
an dengan b
i
Deskrip
pada bab se
kumentasi a
Proses pengu
okumentasi
arkeologi.
ian, arkeol
asi (Deetz, 1
nelitian Ark
Vanani
an data) dip
itemukan d
provenienc
ukan secara
benda terse
psi
Ek
Unive
ebelumnya
arkeologi d
umpulan da
penting d
Sama seper
logi juga
1967).
keologi
perlukan ke
di lapangan
ce, asosias
a verbal da
ebut tidak t
splanasi
ersitas Indo
dan seperti
dilakukan k
ata tersebut
dilakukan u
rti disiplin
memiliki
ecermatan d
n. Dokume
si dan ko
an piktorial
tertinggal d
22
onesia
yang
karena
t juga
untuk
ilmu
tahap
dalam
entasi
onteks
agar
dalam
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
23
Universitas Indonesia
Dokumentasi bertujuan untuk dapat merekam ketiga dimensi pada benda
yang akan mempengaruhi proses deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi
(penafsiran data). Ketiga dimensi tersebut adalah bentuk, ruang dan waktu. Dalam
tahap deskripsi, yaitu integrasi data bertujuan untuk meletakkan data tersebut
dalam konteks suatu tempat tertentu dan hubungannya dengan data lain yang
ditemukan (dimensi ruang) dan meletakkannya dalam kronologi kejadian di masa
lampau (dimensi waktu) dan kemudian mengidentifikasinya kedalam beberapa
tipe berdasarkan atribut yang terlihat (dimensi bentuk).
Dokumentasi arkeologi dapat dilakukan dengan cara penggambaran,
pemetaan dan fotografi. Penggambaran artefak dengan menggunakan pengukuran
panjang, lebar dan tinggi. Penggambaran ditunjukkan dari berbagai sisi (misal
tampak depan dan tampak samping, tampak atas atau bawah). Penggambaran
wilayah dilakukan dengan terlebih dahulu membagi wilayah menggunakan garis
imajiner axis dan ordinat (garis x dan y) untuk memudahkan pengukuran.
Pemetaan wilayah juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu,
seperti teodolit. Dalam membuat peta yang harus diperhatikan diantaranya, arah,
ukuran dan ketinggian (kontur). Peta sederhana biasanya digambarkan dengan
denah. Dalam pemetaan skala besar arkeologi dibantu dengan teknologi GPS
(Geographical Positioning System) atau GIS (Geographical Information System)
yang memungkinkan perekaman data spasial.
Dokumentasi arkeologi harus merekam keadaan dan kondisi benda atau
wilayah sebagaimana adanya tanpa ada yang terlewatkan. Setiap detail yang ada
pada wilayah harus terekam, seperti vegetasi atau rumah penduduk, sedangkan
pada artefak, seperti patahan atau retakan. Fotografi arkeologi juga digunakan
karena dapat memberikan data apa adanya dengan objektif dan ringkas. Artinya
fotografi tidak mengubah secara visual benda yang terekam menurut besar,
dimensi, jumlah dan warna sesuai dengan data sebenarnya.
Fotografi melengkapi data verbal dan piktorial yang mengurangi
sedikitnya keaslian data karena baik atau buruk penggambaran dan penulisan
bahasa tergantung pada kemahiran si penulis atau si penggambar. Fotografi
memiliki keunggulan lain, yaitu mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
24
Universitas Indonesia
perekaman dan daya penglihatan lebih baik dari mata sehingga cahaya yang tidak
terlihat oleh mata bisa ikut terekam.
Namun demikian, fotografi juga memiliki kekurangan seperti sifatnya
yang sekali kerja, artinya jika perekaman itu gagal maka kemungkinan data yang
terekam tidak bisa dipakai sama sekali dan tidak mungkin bisa diulang lagi. Selain
itu, secara teknis dapat terjadi distorsi, misalnya sebuah kotak akan terlihat
trapesium karena perekaman dari sudut yang salah, parallax atau garis lurus akan
terlihat melengkung (asimatis) dan kerumitan dalam pencahayaan.
Dalam manfaatnya bagi museum, dokumentasi merupakan alat
penghubung antara peran museum sebagai lembaga yang bertugas dalam
pengembangan koleksi yang dimiliki. Pengembangan koleksi dapat dilakukan
dengan preservasi, penelitian koleksi dan komunikasi.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Peter van Mensch, seorang pakar
museologi dari Reindwardt Academie Amsterdam dalam presentasinya yang
disampaikan sebagai keynote speech dalam konferensi Japanese Museum
Gambar 2.3 Fungsi Dasar Museum
Sumber: van Mensch, 2003
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Management Academy pada tanggal 7 Desember 2003 di Tokyo9, bahwa museum
memiliki suatu konsep manajemen memori kultural yang merupakan kunci dalam
pengaktualisasian peran museum.
Dari Gambar 2.3 diketahui bahwa konsep kunci yang dimaksud oleh van
Mensch adalah penelitian, preservasi dan komunikasi. Preservasi mencakup
pengertian pemeliharaan fisik ataupun administrasi koleksi, termasuk di dalamnya
masalah manajemen koleksi yang terdiri dari pengumpulan, pendokumentasian,
konservasi dan restorasi koleksi. Penelitian mengacu pada penelitian terhadap
koleksi dan berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu dan komunikasi mencakup
kegiatan penyebaran hasil penelitian berupa pengetahuan atau informasi yang
berkaitan dengan koleksi dalam bentuk pameran, program-program pendidikan
dan publikasi (Magetsari, 2008: 13).
2.3.1 Dokumentasi Untuk Preservasi Koleksi
Preservasi berarti melakukan perwatan dan pemeliharan pada koleksi agar
koleksi tersebut tetap awet hingga masa mendatang. Dalam kaitannya dengan
perawatan tersebut terdapat sistem dokumentasi yang diterapkan agar segala
sesuatu yang ada pada koleksi tersebut dapat dipergunakan sewaktu-waktu jika
dibutuhkan.
Preservasi dalam hal ini berarti juga pemeliharaan dan pelestarian koleksi
museum dan berhubungan dengan penelitian dan komunikasi. Dengan melakukan
perawatan yang berkelanjutan dapat menjamin ketersediaan objek untuk
penelitian selanjutnya dan pengembangan pengetahuan yang dapat
dikomunikasikan. Dalam pengertian tersebut, maka preservasi memiliki hubungan
yang terkait erat dan berkelanjutan dengan penelitian koleksi dan komunikasi (van
Mensch, 2003).
9 Keynote address, konferensi Japanese Museum Management Academy ke‐4 (4th annual conference Japanese Museum Management Academy (JMMA)), Tokyo, 7 Desember 2003. Dipublikasi oleh E. Mizushima (ed.), Museum management in the 21st century (Museum Management Academy, Tokyo 2004) 3‐19.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
2.3.2 Do
Un
perannya d
yang bers
yang men
sebagaima
Ar
fragmenta
fragmenta
data yang
mengetahu
Pro
gejala-geja
itulah dok
yang timb
Dokument
dipertangg
okumentasi
ntuk dapat m
dalam kron
sifat ilmiah.
nentukan rua
ana yang dit
rkeolog m
aris dan terp
aris itu yang
potensial d
ui kebudaya
oses penelit
ala yang tim
kumentasi a
bul dari pen
tasi berper
gungjawabk
Untuk Pene
menghasilk
nologi sejara
. Dalam pe
ang liingku
tunjukkan p
melakukan
pendam di
g kemudian
dan lebih se
aan masa la
tian yang pa
mbul selam
arkeologi pe
ngumpulan
ran penting
kan.
Gambar 2
elitian Kole
kan informa
ah kebudaya
enelitian ini
up penelitian
pada bagan
penelitian
bawah tana
dapat ditem
edikit lagi y
ampau.
anjang mem
ma proses p
erlu dilakuk
n data, peng
g untuk m
2.4 Hakikat
Sumber: Deet
reko
dat
eksi
asi yang dap
aan, harus d
i arkeologi
n koleksi, m
2.2.
yang sis
ah atau di d
mukan dan
yang dapat
mbutuhkan k
penelitian te
kan untuk d
golahan dat
menghasilka
Data Arkeo
tz, 1967
interpretas
onstruksi be
ta yang terk
Unive
pat dipertan
dilakukan pe
merupakan
memiliki ta
stematis d
dalam air,
dibina ulan
di rekonstru
kecermatan
ersebut berl
dapat merek
ta hingga i
an informa
ologi
si
entuk
kubur
ersitas Indo
nggungjawa
enelitian ter
n subject m
hapan pene
dari data
sedikit dari
ng untuk me
uksi untuk
dalam mer
langsung. U
kam semua
interpretasi
asi yang
26
onesia
abkan
rlebih
matter
elitian
yang
i data
enjadi
dapat
rekam
Untuk
jejak
data.
dapat
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
27
Universitas Indonesia
Penelitian arkeologi juga seringkali dilakukan pada benda-benda arkeologi
yang menjadi koleksi museum sebagai objek penelitian. Hasil penelitian arkeologi
tersebut memaparkan pengetahuan atau informasi yang terkandung dalam suatu
objek dan menjadikannya bermakna.
Informasi tersebut kemudian dapat direntangkan dalam kronologi sejarah
untuk melengkapi penelitian sebelumnya atau membuka peluang dilakukannya
penelitian lebih lanjut terkait topik tertentu. Sekali lagi, dokumentasi bertugas
untuk merekam informasi dari setiap penelitian tersebut.
Dokumentasi koleksi bertujuan untuk mengumpulkan informasi fisik dan
informasi lain yang mungkin diperlukan dalam penelitian lebih lanjut. Dengan
demikian dokumentasi juga berperan sebagai titik awal dilakukannya penelitian
lebih lanjut mengenai nilai atau makna lain dari objek yang berguna untuk
menampilkan berbagai sisi nilai dan makna yang sebelumnya tidak diketahui.
Delibas ić10 menjelaskan, “…dalam proses untuk memastikan makna dari
suatu objek museum faktor terpenting yang timbul adalah makna objek tersebut
secara individual dan kolektif, sama pentingnya dengan hubungan (asosiasi) objek
tersebut dengan objek lain dan dengan ruang objek tersebut pernah ditempatkan.”
(Maroević, 1995: 24). Dengan demikian setiap kali dilakukan pemastian terhadap
makna benda tersebut melalui penelitian, peneliti harus melihatnya dari berbagai
aspek yang bisa ditimbulkan oleh benda itu sendiri dari hasil penelitian
sebelumnya mengenai objek yang sama. Di bagian ini penting sekali untuk
merekam setiap hasil penelitian sebelumnya agar dapat terlihat perkembangan
makna yang telah tercapai pada suatu objek museum.
2.3.3 Dokumentasi Untuk Komunikasi
Sebuah koleksi museum adalah suatu setting yang memiliki banyak sisi
sebagai objek museum yang dihasilkan melalui interpretasi yang dilatarbelakangi
subject matter peneliti. Koleksi tersebut bertindak sebagai suatu unit objek
individual yang tidak digunakan lagi dan dengan demikian mengandung lebih
10 Maroević mengutipnya dari Delibas ić, E. 1991. Znak I Muzej (Sign and museum). Diploma thesis, Faculty of Philosophy, University of Zagreb. Halaman 34.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
28
Universitas Indonesia
banyak kisah yang terakumulasi dan tertransfer menjadi nilai yang lebih tinggi
lagi.
Melalui interpretasi penelitian sebagaimana yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka kisah-kisah yang terakumulasi tersebut merupakan
pengetahuan atau informasi yang harus dikomunikasikan. Pengetahuan atau
informasi tersebut dapat berupa data sebuah objek, fisik dan strukturnya, sejarah
dan lingkungannya, atau makna dan spesifikasinya yang dapat dipindahkan ke
dalam media tulisan, kertas, ilustrasi, film atau rekaman lainnya, sebagai suatu
upaya untuk mengkomunikasikannya (Maroević, 1995: 26).
Komunikasi tersebut juga dapat diakses melalui pameran atau penyajian
objek penelitian yang merupakan koleksi museum. Penyajian objek yang disertai
dengan hasil interpretasinya menyampaikan pesan yang dapat merangsang
pengunjung untuk melihat objek bukan sebagai benda mati (Magetsari, 2008: 13).
Sebagaimana yang dijelaskan Delibas ić, bahwa museum merupakan
institusi yang memungkinkan informasi-informasi dari hasil interpretasi penelitian
tesebut tercipta dan kemudian merepresentasikan informasi-informasi dan
gagasan-gagasan kebudayaan tertentu dengan berbagai macam cara penyajian atau
pameran. Penyajian atau pameran tersebut dapat berupa berbagai macam jaringan
yang berkelanjutan dan interaktif melalui simbol-simbol atau sistem simbol yang
dimengerti oleh pengakses informasi untuk dapat diserap, yaitu masyarakat
(Maroevic, 1995: 28).
Mengingat informasi yang akan disajikan tersebut adalah hal yang sangat
fundamental, maka dibutuhkan kecermatan dan keteraturan dalam proses
dokumentasi. Dengan adanya dokumentasi tersebut kegiatan museum seperti
pengumpulan, preservasi dan konservasi, serta komunikasi ini akan dapat berjalan
berkesinambungan jika tidak dapat dikatakan saling ketergantungan (Magetsari,
2008: 13).
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
29
Universitas Indonesia
BAB 3 KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL
3.1 Keberadaan Koleksi Arkeologi
Koleksi arkeologi yang merupakan milik Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen. Sekarang Genootschap van Kunsten en Wetenschappen bernama
Museum Nasional berada di Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta 10110.
Pada abad ke-18 di Eropa berkembang kegiatan intelektual yang
menghasilkan kemajuan pengetahuan ilmiah. Salah satu perkumpulan ilmiah
adalah De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah
Belanda) yang didirikan di Haarlem tahun 1752.
Berdasarkan pada perkumpulan tersebut, maka di Batavia didirikan pula
perkumpulan ilmiah yang sifatnya independen pada 1778 yang disebut
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang mempunyai
semboyan Ten Nutte van het Gemeen.11 Salah seorang pendirinya yang bernama J.
C. M. Radermacher menyumbangkan salah satu rumah di Kalibesar sebagai
markas perkumpulan tersebut.
Selama masa pendudukan Inggris (1811−1816), Letnan Gubernur Sir
Thomas Stamford Raffles menjadi ketua perkumpulan ilmiah tersebut. Karena
ketertarikannya pada sejarah, antropologi dan arkeologi dan semakin
bertambahnya jumlah koleksi perkumpulan tersebut, Raffles memerintahkan
pembangunan baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk
Literary Society.12
11 Rufaedah, Dedah., dkk., 2006., hlm. 1‐3. Arti semboyan Ten Nutte van het Gemeen adalah untuk kepentingan masyarakat umum. Karena gagasan pendirian lembaga ilmiah ini adalah independen, maka tujuan lembaga ini juga bersifat luas, yaitu memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan dan menerbitkan hasil penelitian. Mengingat jasa perkumpulan tersebut yang besar bagi kemajuan bidang ilmiah, maka pada tahun 1933 perkumpulan tersebut memperoleh gelar Koninklijk dan berubah nama dari Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
12 Idem. Literary Society dulu disebut Socièteit de Harmonie, berlokasi di Jalan Majapahit no.3. Sekarang tempat tersebut berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara RI.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
30
Universitas Indonesia
Jumlah koleksi milik perkumpulan ilmiah tersebut terus meningkat hingga
museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung. Pada tahun 1862
pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung
museum baru di Koningsplein (sekarang jalan Medan Merdeka) dan baru dibuka
untuk umum pada 1868.
Museum ini sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia sebagai
Museum Gajah atau Gedung gajah, karena pada bagian depan museum terdapat
sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand yang
pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Mengingat pentingnya museum
ini bagi bangsa Indonesia, maka sejak 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia
menyerah museum kepeda pemerintah Indonesia menjadi Museum Pusat.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
092/O/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya
menjadi Museum Nasional dan berada dibawah Direktorat Jenderal Kebudayan.
Sistem pedokumentasian koleksi sudah dilakukan sejak Museum Nasional
ditangani oleh bangsa Belanda. Buku registrasi yang pertama kali dibuat oleh
pengurus Museum Nasional adalah TBG13.
3.2 Keberagaman Koleksi Arkeologi
Dalam katalog terbitan Museum Nasional tahun 2004 dikatakan bahwa
koleksi arkeologi di Museum Nasional mencapai 9020 benda. Setengah dari
jumlah tersebut dipamerkan di ruang pamer gedung arca Museum Nasional dan
setengahnya lagi disimpan dan hanya dipamerkan di waktu-waktu tertentu
(Soemadio, 2004: 5).
Di dalam penyusunan koleksi arkeologi yang beragam tersebut, Museum
Nasional telah membatasi ruang lingkup koleksi arkeologi. Koleksi arkeologi
yang dimaksud tidak mengacu pada keilmuan arkeologi yang ruang lingkupnya
termasuk dari masa prasejarah. Di Museum Nasional koleksi arkeologi yang
dimaksud adalah yang berasal dari masa klasik di Indonesia
13 Tijdscrift voor Indische Taal, Land‐en Volkenkunde Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Be
arca, alat
terbuat da
tersebut d
Nasional s
Di
karena me
tambahan,
Koentjaran
Manusia d
Sosial dan
enda-benda
upacara, al
ari emas, p
didasarkan p
sebagaiman
dalam ruan
engikuti tem
, tema p
ningrat, tap
dan Lingku
n Pola Pemu
Seksi Pra
yang terma
at rumah ta
perunggu,
pada pemba
na yang di il
ng pamer, k
ma dari pam
pameran
pi hanya te
ungan; 2) I
ukiman dan
asejarah
Gambar
S
asuk ke dal
angga, perh
tanah liat,
agian bidan
lustrasikan o
koleksi arke
meran terseb
disesuaikan
erbagi berd
Ilmu Penge
4) Khasana
BidaPrasejaArkeo
Seksi Ark
3.1 Pembag
Sumber: Mus
lam koleks
iasan dan b
dan batu
ng koleksi y
oleh gamba
eologi tidak
but. Di ruan
n dengan
dasarkan em
etahuan dan
ah dan Kera
ang arah & ologi
keologi
gian Bidang
eum Nasional
Unive
i arkeologi
bagian bang
(Gambar 3
yang diterap
ar 3.1.
k di kelomp
ng pameran
tujuh u
mpat tema
n Teknolog
amik.
Seksi Num& Kera
g Koleksi
l
ersitas Indo
adalah pra
gunan, baik
3.2). Pemb
pkan di Mu
pokkan terse
n pada bang
unsur univ
besar, yai
gi; 3) Organ
mismatik amik
31
onesia
asasti,
yang
bagian
useum
endiri
gunan
versal
itu 1)
nisasi
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ko
dan telah
dikumpulk
kegiatan p
tersebut te
karena itu
nilai relig
Buddha.
Be
kuat dan
tinggi unt
arca dewa
arkeologi
Le
prasejarah
dengan m
•
•
•
•
•
•
•
•
oleksi arkeo
dikumpulka
kan dari Pu
pengumpul
erdapat kete
u banyak sek
gi yang ke
enda-benda
demikian ju
tuk menyen
a-dewi Hind
di Museum
ebih lanjut
h, yaitu mas
munculnya k
KoleksBerdasa
• Arca man
• Arca dewa
• Arca binat
• Prasasti
• Alat upaca
• Perhiasan
• Alat ruma
• Bagian ba
ologi seluru
an sejak ak
ulau Jawa,
an benda t
ertarikan kh
kali benda-
ental mewa
seni terseb
uga pada b
nangkan de
du-Buddha
m Nasional.
, masa kl
sa sejarah y
kerajaan-ker
si Arkeologiarkan Bentu
usia
a & dewi
tang
ara
n
ah tangga
angunan
Gambar 3.
Su
uhnya beras
khir abad XV
karena pad
terutama d
husus meng
-benda yang
akili ciri kh
but banyak
benda-benda
wa-dewi ya
yang mend
lasik secar
yang telah m
rajaan yang
uk
.2 Pengelom
umber: Soema
sal dari ber
VIII. Kolek
da masa pem
dilakukan d
genai hubun
g dikumpulk
has masyar
menunjukk
a religi yan
ang dijunju
dominasi se
ra umum
mengenal tu
menganut
KoleBerda
• Batu
• Terakota
• Kayu
• Emas
• Perak
• Perungg
• Campura
mpokkan K
adio, 2004
Unive
rbagai temp
ksi arkeolog
merintahan
di Pulau Ja
ngan antara
kan memili
rakat penga
kan pengar
ng memiliki
ung. Sehing
ebagian bes
merupakan
ulisan. Masa
sistem relig
ksi Arkeologasarkan Bah
a
u
an logam la
Koleksi
ersitas Indo
pat di Indo
gi sebagian
Hindia-Be
awa. Pada
a seni dan r
iki nilai sen
anut Hindu
ruh agama
i nilai seni
gga tidak se
sar jenis ko
n masa se
a klasik dit
gi tertentu,
gi an
in
32
onesia
onesia
besar
elanda
masa
religi,
ni dan
u dan
yang
yang
edikit
oleksi
etelah
tandai
misal
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
33
Universitas Indonesia
Hindu dan Buddha. Dalam sejarah kebudayaan diketahui bahwa masa klasik
berkembang antara abad ke-4 sampai abad ke-15 (Poesponegoro, 2008: 3).
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid II menjelaskan bahwa
karakteristik masa klasik dipengaruhi oleh unsur kebudayaan india yang sangat
kental dengan unsur-unsur seni. Dengan ditemukannya prasasti-prasasti batu yang
menceritakan kejadian-kejadian tertentu dan perintah-perintah sang raja yang
harus dituangkan dalam nasakah-naskah kuno yang juga berisi mengenai keadaan
alam saat itu. Adapun pengaruh yang sangat kental terlihat pada masa awal
perkembangan kerajaan Hindu terpengaruh oleh India dikuatkan dalam tulisan Edi
Sedyawati dalam artikel “The Making of Indonesian Art”.
Sumber yang banyak digunakan dari masa klasik adalah naskah yang
banyak menggunakan bahasa Sanskerta aksara Pallava, arca-arca batu, arsitektur
batu dan prasasti batu. Kesemua sumber tersebut menunjukkan adanya suatu
keterdesakan untuk menghasilkan suatu bentuk gaya baru di Indonesia sebagai
hasil persentuhan dengan kebudayaan India.
Menurut Sedyawati sebagaimana mengaci pada pernyataan F. D. K. Bosc
yang berjasa dalam pengembangan koleksi arkeologi Museum Nasional, terlihat
bahwa dalam penggunaan gaya naturalistik tersebut terdapat suatu hubungan yang
berjalan beriringan antara penggambaran tubuh manusia dengan tumbuhan yang
ada pada arca-arca klasik. Contohnya adalah banyaknya penggambaran tumbuhan
teratai pada relief-relief candi yang memiliki makna filosofis kehidupan yang
tercipta dari air sebagai hal yang dianggap suci dan membawa kebaikan dari
Brahma (dewa pencipta) (Sedyawati, 1999: 99).
Untuk menjelaskan lebih lanjut, seperti yang digambarkan pada Gambar
3.2, maka koleksi arkeologi diuraikan berdasarkan klasifikasi bentuk dan bahan.
3.2.1 Arca
Keberagaman koleksi arkeologi ini juga dapat dilihat dari ragam hias yang
digunakan pada pemahatan arca batu sebagai contoh. Lihat pada arca Parvati
dengan nomor inventaris 256a/103b, tinggi 2 meter terbuat dari batu dan berasal
dari Candi Rimbi, Jombang, Jawa Timur abad ke-13 dan arca Harihara (Foto 3.3).
Arca Parvati yang terletak di ruang pamer bangunan induk Museum Nasional. Ciri
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
khas masa
sehingga m
perwujuda
Ar
dipamerka
138 cm d
Bhrkuti in
terlihat da
bharali bh
a Majapahi
menurut Ke
an Tribhuwa
rca lain y
an permane
dan berasal
ni memiliki
ari akarnya
hrkuti (Soem
it terlihat d
empers di d
ana, yaitu ib
yang juga
en adalah ar
dari Cand
ciri keraja
a. Pada bag
madio, 2004
F
dari hiasan
dalam Ancie
bu dari Hay
menjadi b
rca Bhrkuti
di Jago, Ma
aan Singasa
gian kepala
4: 75).
oto 3.1 Arc
Foto: Va
teratai yan
ent Indones
yam Wuruk
bagian dar
dengan no
alang, Jawa
ari, yaitu hi
a arca terda
ca Parvati
anani
Unive
ng keluar
sian Art arc
(Soemadio
i koleksi
omor invent
a Timur ab
iasan terata
apat tulisan
ersitas Indo
dari jamba
ca ini merup
, 2004: 67).
arkeologi
taris 112a, t
bad ke-13.
ai yang lang
n yang berb
34
onesia
angan,
pakan
.
yang
tinggi
Arca
gsung
bunyi
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ad
nomor inv
Nasional.
186b, arca
berasal da
inventaris
bangunan
Siva.
Be
dipamerka
yang berju
da pula arca
ventaris 226
Ada pula
a Bhairawa
ari abad ke
49150, arca
induk deng
erdasarkan
an keseluruh
umlah 278
a Dhyani Bu
6, 227, 225
arca Ganes
yang menar
e-14 ditemu
a Nandi (Fo
gan nomor
Tabel 3.1
han berjum
, arca dew
F
uddha yang
, 224 yang
sha dari C
rik perhatia
ukan di Pa
oto 3.4) yan
inventaris
, diketahui
lah 535. Te
wi 72, arca
Foto 3.2 Arc
Foto: Va
g berasal da
terletak di
andi Banon
an karena uk
adang, Sum
ng berada d
324d, nand
i bahwa j
erdiri dari ar
manusia y
ca Bhrkuti
anani
Unive
ari Candi Bo
aula pintu
n dengan n
kurannya ya
matera Barat
di tengah tam
di merupka
umlah kol
rca dewa hi
ang termas
ersitas Indo
orobudur de
masuk Mu
nomor inven
ang sangat t
t dengan n
man ruang p
n wahana D
leksi arca
indu dan Bu
suk di dalam
35
onesia
engan
useum
ntaris
tinggi
nomor
pamer
Dewa
yang
uddha
mnya
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
adalah ar
berjumlah
Arca
Dewa
Dewi
Manusi
BinatanLingga Yoni
ca perwuju
h 32.
a TanaLiat
0
0
ia 0
ng 0
0
udan raja/ra
Ta
Hindu
ah t
Batu
182
65
122
32
29
F
atu dan pe
abel 3.1 Kel
u Logam
22
0
0
0
2
Foto 3.3 Ar
Foto: V
endeta berj
lompok Kol
Tanah Liat
0
0
0
0
0
rca Harihara
Vanani Unive
umlah 122
leksi Arca
Buddha
Batu L
45
6
0
0
0
a
ersitas Indo
2, arca bin
JuLogam
29 2
1
0 1
0
0
36
onesia
natang
umlah
278
72
122
32
31
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Foto 3
Foto 3.
Fo
3.5 Arca M
Foto
.4 Arca Nan
oto: Vanani
anusia (Per
: Vanani
Unive
ndi
empuan)
ersitas Indo
37
onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
3.2.2 Pra
Pra
menjadi o
inventaris
175. Prasa
untuk men
asasti
asasti juga
objek pene
D 16 yang
asti dibuat d
ngurus bang
F
a merupaka
elitian. Pras
terdapat di
dengan alas
gunan keaga
Foto 3.6 Pra
an bagian
sasti batu
beranda tim
san khusus s
amaan yang
asasti Nomo
Foto: Van
dari kolek
tulis sebag
mur dan pra
seperti pem
g disebut pra
or Inventaris
nani
Unive
si arkeolog
gai contoh
asasti bernom
mbebasan pa
asasti sima.
s D175
ersitas Indo
gi yang ba
dengan n
mor inventa
ajak suatu d
38
onesia
anyak
nomor
aris D
daerah
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
39
Universitas Indonesia
Prasasti yang dipamerkan sebagaimana yang terdapat di dalam Tabel 3.2
keseluruhan berjumlah 161, terdiri dari prasasti dengan Bahasa Sansekerta
berjumlah 17, Bahasa Jawa Kuno berjumlah 125, Bahasa Sunda kuno berjumlah 5
yang terdiri dari lempengan perunggu, Bahasa Melayu Kuno berjumlah 3 dan
Bahasa Jawa Modern berjumlah 2. Prasasti yang tidak terbaca karena hurufnya
yang terpahat tidak terlihat lagi sehingga tidak dapat diidentifikasikan bahasa
yang digunakan sejumlah 10 prasasti.
Tabel 3.2 Kelompok Koleksi Prasasti
3.2.3 Alat Upacara
Kelompok koleksi alat upacara kebanyakan merupakan koleksi yang
berbahan logam, yaitu emas dan perunggu berjumlah keseluruhan 67. Di
antaranya adalah tasbih, mangkuk upacara, jimat/amulet, piring upacara, wadah
jimat, peripih, cepuk, genta (lonceng) dan tempat air suci.
Tabel 3.3 Kelompok Koleksi Alat Upacara
Alat Upacara Tanah Liat Batu Logam Jumlah
Tasbih 0 0 2 2
Mangkuk 0 0 27 27
Prasasti Tanah Liat
Batu Logam Jumlah
Bahasa Sansekerta 0 17 0 17
Bahasa Jawa Kuno 0 87 37 124
Bahasa Sunda Kuno 0 0 5 5
Bahasa Melayu Kuno 0 3 0 3
Bahasa Jawa Modern 0 2 0 2
Tidak Teridentifikasi 0 10 0 10
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Jimat/APiring WadahPeripihCepuk Genta Tempa
3.2.4 Pe
Di
koleksi pe
emas berju
Amulet
h Jimat h
at Air Suci
rhiasan
antara kole
erhiasan ya
umlah kesel
eksi arkeolo
ang terbuat
luruhan 283
Foto 3.7
0 0 0 0 0 0 0
ogi Museum
dari emas
3.
7 Alat Upac
Foto: Van
0 0 0 0 0 0 0
m Nasional
yang dipa
cara: Mangk
nani
Unive
2 10 1
16 3 3 2
termasuk ju
amerkan di
kuk
ersitas Indo
2 10 1
16 3 3 2
uga di dala
ruang khas
40
onesia
mnya
sanah
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
P
Cincin Hiasan TGelang Kelat BahHiasan IkMahkota Hiasan RHiasan DBandul TBagian KHiasan PKemalua
Perhiasan
Telinga
hu kat Pinggan
Rambut Dada Tali Kasta Kalung
enutup n
Tabel 3.4 K
E
ng
Foto 3.8
Kelompok K
Emas P
57 88 26 18 9
12 23 19 7
13
11
8 Perhiasan
Foto
Koleksi Perh
Perak Per
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
: Hiasan Ika
o: Vanani
Unive
hiasan
runggu C
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
at Pinggang
ersitas Indo
Campuran
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
g
41
onesia
Jumlah
57 88 26 18 9
12 23 19 7
13
11
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
42
Universitas Indonesia
3.2.5 Alat Rumah Tangga
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.2, maka yang termasuk ke dalam
kelompok koleksi Alat Rumah Tangga adalah sebagaimana terlihat pada Tabel
3.5. Kelompok koleksi Alat Rumah Tangga keseluruhan berjumlah 46.
Perhitungan tersebut mengacu hanya pada koleksi yang dipamerkan dan bersifat
utuh.
Tabel 3.5 Kelompok Koleksi Alat Rumah Tangga
Alat Rumah Tangga Tanah Liat Batu Logam Jumlah
Lumpang 0 3 0 3
Cepuk 0 0 19 19
Wadah 3 0 10 13
Kendi 2 0 0 2
Piring 1 0 4 5
Cermin 0 0 1 1
Mangkuk 0 0 1 1
Nampan 0 0 2 2
3.2.6 Bagian Bangunan
Keberagaman koleksi arkeologi lainnya juga terlihat dari benda-benda
yang berasal dari bagian-bagian bangunan, seperti relief, antefix, lingga yoni,
makara, kepala kala dan chaitya. Bermacam-macam relief dipajang di dinding
utara ruang pamer bangunan induk. Di antaranya relief-relief yang berasal dari
masa Majapahit dengan nomer inventaris, 396a, 429 dan 433.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Re
yang terb
burung ka
dengan no
Ad
tangga me
dataran ti
bersama d
yang rupa
kala-maka
160–162).
14 Keseluruh
elief dengan
buat dari te
ancil dan bu
omor invent
da pula mak
enuju taman
inggi Dieng
dengan kebu
anya seperti
ara yang ter
.
han benda yan
Foto 3.9
n nomor inv
erakota14 m
urung kakak
taris 422 dan
kara seperti
n bangunan
g, Jawa Te
udayaan Hi
i ikan berb
rdapat di b
ng terbuat dar
9 Bagian Ba
ventaris 431
menggambar
k tua yang b
n 440.
i yang ditun
induk deng
engah. Rag
indu. Maka
belalai gajah
bangunan-ba
ri tanah liat ol
angunan: Re
Foto: Va
1 mencerita
rkan bentuk
berasal dari
njukkan pad
gan nomor i
am hias m
ara adalah s
h dan serin
angunan ca
leh Museum N
elief Nomor
anani
Unive
akan kisah P
k flora ata
Sumatera S
da Foto 3.1
inventaris 4
makara datan
semacam bi
ngkali dihub
andi (Van D
Nasional diseb
r Inventaris
ersitas Indo
Panji. Relie
au fauna se
Selatan abad
1 terletak d
410d berasa
ng di Indo
inatang don
bungkan de
Der Hoop,
but terakota.
433
43
onesia
ef lain
eperti
d ke-8
di sisi
al dari
onesia
ngeng
engan
1949:
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ke
yang ditun
Bagian B
Relief Antefiks Makara Umpak MedalionMenara SKotak PeKemunca
Fot
eseluruhan
njukkan di T
Tab
Bangunan
n Sudut eripih ak
to 3.10 Bagi
kelompok k
Tabel 3.6.
bel 3.6 Kelo
Tanah Lia
7
27 2 0 0 0 0 3
ian Bangun
koleksi Bag
ompok Kole
at Bat
37
52153251
nan: Relief K
Foto: Vanan
gian Bangu
eksi Bagian
tu Lo
7
Kancil Nom
ni
Unive
unan berjum
Bangunan
ogam
0
0 0 0 0 0 0 0
mor Inventar
ersitas Indo
mlah 118 se
Jumlah
44
32 23 5 3 2 5 4
ris 422
44
onesia
eperti
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ke
pedagang,
atau kelom
Pusat Pen
Purbakala
eseluruhan
, hibah dari
mpok. Ada
nelitian Ark
a (Soemadio
koleksi ark
i pemilik y
juga yang
keologi Na
o, 2004: 7).
Foto 3.1
keologi dik
yang sebena
dikumpulka
asional dan
1 Bagian B
Foto: V
kumpulkan
arnya dan ju
an dari hasi
Direktorat
Bangunan: M
Vanani
Unive
dengan car
uga titipan
il penelitian
t Peninggal
Makara
ersitas Indo
ra membeli
dari perora
n dan diberi
lan Sejarah
45
onesia
i dari
angan
i oleh
h dan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
46
Universitas Indonesia
BAB 4 DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL
Setelah menguraikan keberagaman koleksi arkeologi yang ada di Museum
Nasional, maka tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah menguraikan sistem
dokumentasi yang digunakan di Museum Nasional.
4.1 Sistem Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi koleksi Museum Nasional terdiri dari registrasi,
inventarisasi dan katalogisasi. Pengertian registrasi, inventarisasi dan katalogisasi
adalah suatu kegiatan pencatatan mengenai keadaan koleksi (keluar-masuknya
koleksi) serta pendeskripsian koleksi secara verbal (tertulis) dan piktorial (foto
atau gambar) yang diuraikan secara singkat dan jelas.15
Registrasi adalah kegiatan pencatatan suatu benda, setelah benda tersebut
ditentukan secara resmi menjadi koleksi museum ke dalam buku induk registrasi.
Pencatatan dilakukan pula terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan
koleksi tersebut, seperti berita acara, surat wasiat, dsb. Hasil pencatatan ini sangat
diperlukan untuk penelitian koleksi lebih lanjut, karena merupakan sumber
informasi awal dari koleksi tersebut.
Registrasi diperlukan dalam proses pinjam-meminjam koleksi atau koleksi
yang untuk sementara meninggalkan pengawasan museum, untuk beberapa
maksud, misalya untuk pengujian atau identifikasi. Registrasi sebaiknya disusun
untuk membantu menginspeksi secara periodik terhadap koleksi untuk
terjaminnya ketepatan dalam menangani koleksi, serta untuk mengetahui jumlah
koleksi yang dimiliki, titipan, atau yang dikeluarkan. Sehingga dapat dicegah
adanya penipuan atau pengakuan dari seseorang atas kepemilikan koleksi tersebut,
dan dapat membantu peneliti dalam penelitian. Data koleksi yang dicatat dalam
lembar registrasi dalam format sebagai berikut:
15 Pengelolaan Koleksi Museum, Direktorat Museum, Direktorat Jenderal Sejarah dan
Kepurbakalaan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, diterbitkan tahun 2007.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
47
Universitas Indonesia
1. nomor registrasi
2. nomor invetarisasi
3. nama koleksi (umum atau khusus)
4. uraian singkat
5. tempat pembuatan
6. tempat perolehan
7. cara perolehan
8. ukuran
9. tanggal/tahun masuk
10. harga
11. keterangan
Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan pencatatan benda-benda yang
dijadikan koleksi museum ke dalam buku inventarisasi koleksi. Data dari buku
registrasi sebagian besar dimasukan ke dalam buku inventarisasi. Selain dicatat
dalam buku inventarisasi, setiap koleksi juga harus dibuatkan kartu inventarisasi.
Kegiatan inventarisasi koleksi meliputi: a. pemberian nomor; b. klasifikasi
berdasarkan jenis, bahan, nama benda, fungsi, periode, dan teknik pembuatan; c.
identifikasi yang meliputi: tempat asal dibuat, tempat asal ditemukan, tempat
penyimpanan, cara didapat, tanggal masuk, keadaan benda, keterangan singkat,
tanggal dikerjakan, dikerjakan oleh dan keterangan lainnya. Koleksi yang telah
diinventarisir dibuatkan katalog koleksi untuk memberikan informasi lengkap.
Data koleksi yang dicatat dalam kartu inventarisasi meliputi:
1. Nomor registrasi
2. Nomor inventarisasi
3. Nama koleksi
4. Uraian singkat
5. Tempat pembuatan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
48
Universitas Indonesia
6. Tempat perolehan
7. Cara perolehan
8. Ukuran
9. Tanggal/tahun masuk
10. keterangan
Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Keterangan tentang data koleksi yang dicatat dalam buku dan kartu
inventarisasi berbeda dengan data koleksi yang ditulis dalam buku dan kartu
registrasi, yaitu tidak mencantumkan harga, tetapi uraian koleksi lebih lengkap
dari buku registrasi. Dalam kegiatan registrasi dan inventarisasi dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Penomoran
Koleksi yang diregistrasi dan diinventarisasi diberi nomor registrasi dan
inventarisasi. Penomoran ini untuk mengamankan dan mempermudah dalam
pengelolaan koleksi. Penomoran pada registrasi koleksi adalah penomoran kepada
seluruh koleksi museum secara berurutan, berdasarkan masuknya koleksi ke
museum. Sedangkan penomoran inventarisasi koleksi didasarkan kepada jenis
klasifikasi dan jumlah koleksi dalam satu jenis klasifikasi koleksi, kemudian
diikuti oleh nomor urut koleksi dalam satu jenis klasifikasi.
b. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan pengelompokan koleksi berdasarkan kriteria
tertentu, yaitu menurut disiplin ilmu, subdisiplin ilmu, serta berdasarkan jenis,
bahan, asal daerah, dan kronologi. Tujuan klasifikasi adalah untuk menciptakan
pengelompokkan dan mempermudah dalam pengelolaan dan penelitian koleksi
sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pendidikan, studi
dan rekreasi.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
49
Universitas Indonesia
c. Katalogisasi Koleksi
Katalogisasi koleksi merupakan suatu kegiatan merekam, baik secara
verbal maupun visual, serta menguraikan identifikasi koleksi pada lembaran kerja
yang mempunyai format tertentu. Katalogisasi bertujuan untuk menghasilkan
kartu katalog koleksi yang berisi bahan informasi tentang koleksi dan latar
belakangnya secara lengkap serta dapat dijadikan sumber penelitan dan bahan
publikasi. Setiap katalog hanya mencatat satu benda atau satu kelompok kesatuan
kecil saja. Daftar informasi yang tercantum di dalam kartu katalog koleksi, antara
lain:
1. Nama dan alamat museum
2. Nomor inventaris/katalog
3. Nama benda
4. Deskripsi, disusun sesingkat mungkin dan sejelas mungkin
5. Ukuran dan timbangan
6. Tempat asal
7. Kurun waktu/zaman
8. Cara mendapatkannya/pengadaannya
9. Tanggal pengadaannya
10. Lokasi penyimpanan di museum
11. Referensi publikasi/informasi
12. Keterangan lain-lain.
Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Katalog ini sebaiknya dibuat dalam rangkap ganda. Satu set disusun secara
berurutan dan disimpan dalam buku jepitan yang mudah memasang dan
membongkarnya, sebab kemungkinan perlu penambahan data informasi di
kemudian hari. Satu set lagi disimpan dalam filing cabinet untuk katalog subjek.
Katalog subjek adalah setiap koleksi menurut identitasnya dapat diklasifikasikan
ke dalam kelompok koleksi lainnya dalam satu unit tertentu.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Dengan mengelompokkan variabel informasi yang tercantum dalam
katalog koleksi akan dapat dilihat keterangan yang tercantum terisi lengkap atau
tidak. Sehingga akan didapat kelompok katalog yang informatif atau kurang
informatif.
4.2 Penerapan Sistem Dokumentasi
Dokumentasi koleksi oleh Museum Nasional secara umum sudah
dilakukan sejak perkumpulan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen di akhir abad ke-18. Dokumentasi tersebut tercatat dalam buku
induk registrasi yang masih berbahasa Belanda, yaitu TBG, KBG dan NBG16.
Ketika bangunan tersebut resmi menjadi milik pemerintahan Indonesia dilakukan
kegiatan dokumentasi ulang yang merujuk pada catatan berbahasa Belanda
tersebut.
Akhir tahun 1990-an dokumentasi telah dilakukan merujuk pada teori
yang dikeluarkan oleh ICOM dan diadaptasi oleh Direktorat Permuseuman
Republik Indonesia. Dokumentasi koleksi dibagi dalam dua kategori umum:
a. Pertama, termasuk dokumentasi yang biasanya disertai fungsi registrasi.
Dokumen utama ini merupakan status legal dari sebuah objek atau pada
pinjam-meminjam di museum, serta objek yang berpindah-pindah dan
dijaga di bawah pengawasan museum. Dokumentasi registrasi yang baik
memasukan pula catatan dari dokumen resmi, seperti bukti legal
kepemilikan atau pemilik objek. Sistem dokumentasi berhubungan antara
objek dengan nomor khusus, misalnya nomor inventaris dan nomor
pinjam-meminjam, dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan
informasi objek atau lokasi yang terakhir, dokumentasi objek dalam
pinjam-meminjam sebaiknya menunjukkan semua aktivitas objek tersebut
sewaktu di bawah pengawasan museum.
b. Kedua, termasuk dokumentasi yang disertai dengan fungsi kuratorial, yang
memberikan informasi yang lebih luas mengenai sebuah objek dan
16 Jenis buku registrasi yang dibuat oleh pengelola perkumpulan Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
me
keb
tep
pen
dan
Pe
kar
4.3 Hasil
Mu
an mulai
koleksi. L
sistem ber
Ma
buku men
dikenal d
lembar-lem
komputer)
Pa
dengan k
enempatkan
budayaan d
pat pada wa
nerangan y
n bila perlu
ndokument
rtu tik.
Dokument
useum Nasi
dilakukan p
Lembar-lemb
rurutan sesu
asing-masin
ndokumenta
dengan istil
mbar inven
).
ada tahun 2
komputerisa
n objek pa
dan ilmu pen
aktunya, disi
yang tepat,
u dibuat dup
tasian yang
tasi
ional terus m
perhitungan
bar inventa
uai dengan n
ng buku ter
asikan serat
lah katalog
ntaris koleks
2005, Muse
asi. Pekerj
Gamba
Sumb
ada tempat
ngetahuan.
impan di lo
disertai den
plikat dokum
umum dila
melakukan
n koleksi de
aris koleksi
nomor regis
rdiri dari se
tus benda. B
g manual (
si yang dik
eum Nasio
jaan terseb
ar 4.1 Alur P
ber: Direktorat
t yang tep
Dokumenta
okasi yang a
ngan metod
mentasi yan
akukan di m
perbaikan-p
engan meng
tersebut ke
strasi dan no
ratus halam
Buku terseb
merupakan
kerjakan tan
onal mulai
but memak
Penanganan
t Permuseuma
Unive
pat dan pe
asi koleksi s
aman dan te
de penyimp
g disimpan
museum ad
perbaikan se
ggunakan le
emudian dib
omor invent
man yang be
but oleh M
katalog y
npa menggu
merintis d
kan waktu
n Koleksi
an, 2002
ersitas Indo
enting di d
sebaiknya d
rpelihara de
panan yang
di luar mus
dalah pemb
ejak tahun 1
embar inven
bukukan de
tarisasi.
erarti dalam
Museum Nas
yang terdiri
unakan tekn
database ko
u lama k
51
onesia
dalam
dibuat
engan
baik,
seum.
buatan
1990-
ntaris
engan
m satu
sional
i dari
nologi
oleksi
karena
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
52
Universitas Indonesia
mengharuskan dilakukannya perhitungan ulang dan pemberian nomor registrasi
serta nomor inventaris ulang (reregistrasi dan reinventarisasi) berdasarkan lembar-
lembar inventarisasi yang telah dibukukan.
Program komputer untuk menghasilkan database tersebut terus diperbarui
untuk mendapatkan sistem dokumentasi koleksi yang akurat dan efisien. Hingga
kini, secara umum dokumentasi dengan komputerisasi tersebut masih terus
dilakukan. Jenis yang kedua ini oleh Museum Nasional dikenal dengan istilah
katalog digital, yaitu katalogisasi dengan menggunakan program komputer.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Univeersitas Indo
53
onesia
Gam
bar
4.2
Dat
abas
e K
olek
si
Sum
ber:
Mus
eum
Nas
iona
l, 20
11
,
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Footo 4.1 Lemmbar Inventa
Foto: V
aris Koleksi
anani
Unive
Halaman 1
ersitas Indo
54
onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Footo 4.2 Lemmbar Inventa
Foto: V
aris Koleksi
Vanani
Unive
i Halaman 2
ersitas Indo
2
55
onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
56
Universitas Indonesia
4.3.1 Dokumentasi Manual
Dokumentasi manual dilakukan dengan cara diketik menggunakan mesin
tik elektrik atau komputer, kemudian dicetak menjadi lembar Inventaris Koleksi.
Lembar-lembar tersebut kemudian dijilid atau dibukukan sebanyak 202 buku
katalog koleksi arkeologi. Masing-masing buku berisikan Lembar Inventaris
Koleksi yang memiliki konten sebagai berikut:
a. Nomor: Nomor inventaris dan nomor registrasi.
b. Jenis/nama benda.
c. Asal ditemukan benda.
d. Tempat penyimpanan.
e. Piktorial: nomor foto, nomor negatif film, nomor slide, nomor gambar dan
lain-lain.
f. Deskripsi benda: bentuk, ukuran (dalam cm), bahan (media, jenis cat, dll),
warna, motif/gambar/gaya, teknik pembuatan, judul dan lain-lain.
g. Riwayat benda: asal benda (desa, kecamatan, kabupaten, propinsi,
negara), latar belakang (artis/pembuat), kegunaan/fungsi benda, tanggal
perolehan (tgl/bln/thn), cara perolehan benda, tahun pembuatan benda dan
umur benda/zaman.
h. kondisi benda.
i. keterangan (cara perolehan, rujukan ke hasil penelitian/interpretasi,
referensi, nomor inventaris lama, dll.).
j. deskripsi.
Konten tersebut merupakan hal penting yang menentukan ketersediaan
informasi berkaitan dengan koleksi. Semua buku katalog memiliki konten yang
sama dan masing-masing buku berisi 100 halaman Lembar Inventaris Koleksi
yang berarti terdapat 100 koleksi terdokumentasi dalam setiap buku.
Lembar Inventaris Koleksi menjadi satu-satunya produk dalam
dokumentasi koleksi Museum Nasional dan tidak dibedakan prakteknya dengan
katalog lain atau lembar registrasi lainnya. Kegiatan dokumentasi semuanya
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
57
Universitas Indonesia
bermuara pada Lembar Inventaris Koleksi yang dibukukan tersebut. Berkaitan
dengan hal itu, berikut adalah contoh satu Lembar Koleksi Arkeologi pada buku
katalog koleksi arkeologi yang memiliki dua halaman seperti yang ditunjukkan
Foto 4.1 dan Foto 4.2.
Pada Lembar Inventaris Koleksi tersebut saat dianalisis ternyata terlihat
beberapa informasi yang juga lazim dijumpai pada Lembar Inventaris Koleksi
lainnya. Informasi tersebut ditunjukkan dengan angka 1-5 sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 4.3. Nomor 1 terlihat bahwa keterangan piktorial tidak terisi,
sama dengan nomor 3 diberi tanda garis pendek atau strip (−) yang berarti tidak
terisi. Pada nomor 2 didapat dengan jelas bahwa keterangan terisi.
Pada nomor 4 menunjukkan ada coretan pada isi sebelumnya tetapi tidak
diketahui dengan pasti apa maksud dari coretan tersebut, tidak ada keterangan lain
yang menyertainya, jika merupakan kesalahan tetapi tidak ditemui koreksi
terhadap kesalahan tersebut. Hal ini juga sama seperti yang ditunjukkan nomor 5,
yaitu keterangan sebelumnya diberi tanda tanya (?) tanpa diketahui pasti artinya.
Sehingga informasi pada nomor 4 dan nomor 5 dianggap tidak terisi.
Pada informasi nomor 4 dan nomor 5, tidak diketahui sebab yang pasti
mengapa informasi sebelumnya yang terisi dicoret atau diberi tanda tanya karena
tidak diikuti dengan perbaikan atau keterangan lain yang menyertainya. Sebagai
akibatnya, maka pembaca atau pengguna Lembar Inventaris Koleksi tersebut akan
kebingungan mengenai masih berlaku atau tidaknya keterangan yang terisi
sebelumnya.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Fotto 4.3 Informmasi Pada L
Foto: V
Lembar Inv
Vanani
Unive
ventaris Kole
ersitas Indo
eksi
58
onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Sebagai akibat lain, informasi nomor 4 dan 5 yang relatif tinggi
frekuensinya dapat menimbulkan kebimbangan bagi pembaca atau pengguna
Lembar Inventaris Koleksi mengenai kesahihan isi dari Lembar Inventaris Koleksi
itu sendiri. Dengan demikian, Lembar Inventaris Koleksi tersebut memberikan
asumsi bahwa keterangan yang diberikan belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah pengamatan dilakukan terhadap Lembar Inventaris Koleksi,
selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap keseluruhan informasi yang ada pada
buku katalog koleksi emas Wonoboyo yang dijadikan contoh17 dengan
memperhatikan uraian sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Hasilnya
adalah Tabel Informasi Terisi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi
Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo).18
Analisis dilakukan dengan melihat informasi seperti yang telah
ditunjukkan pada Gambar 4.3. Informasi-informasi tersebut dinilai sebagai
berikut:
a. untuk informasi yang ditunjukan oleh nomor 2, menunjukkan bahwa
keterangan tersebut terisi, maka pada kolom konten tersebut diberi tanda
(√),
b. untuk informasi yang ditunjukkan nomor 1 dan nomor 3, menunjukkan
bahwa keterangan tersebut tidak terisi sama sekali ataupun diberi tanda
garis pendek atau strip (−), maka pada kolom konten tersebut diberi tanda
(−),
c. untuk informasi yang ditunjukkan nomor 4 dan 5, menunjukkan bahwa
informasi tersebut terisi, namun diberi tanda tanya (?) ataupun dicoret,
maka konten tersebut dimasukkan ke dalam kategori tidak terisi dengan
alasan yang telah dijelaskan sebelumnya dan diberi tanda (−).
17 Lihat halaman 9.
Pada proses pengumpulan data telah dipilih satu contoh buku katalog yang diperlakukan paling baik sebagaimana nilai dari koleksi itu sendiri. Buku katalog yang dipilih berasal dari koleksi arkeologi berbahan emas, yaitu temuan‐temuan dari situs Wonoboyo.
18 Lampiran 1.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Hasil dari proses analisis tersebut diketahui bahwa dalam buku katalog
koleksi emas Wonoboyo yang digunakan sebagai contoh terdapat 97 koleksi
arkeologi dan dimulai dengan nomor inventaris 8833–8865 q dan nomor registrasi
dengan 6 digit angka dimulai dari 29651–29747. Dengan jumlah keseluruhan
informasi yang teranalisis sebanyak 2716, jumlah terisi termasuk juga yang
ditandai dengan tanda (√) sebanyak 1811, dengan tanda (–) sebanyak 905.
Dengan hasil perhitungan tersebut kemudian dapat diketahui tingkat
informasi berdasarkan informasi yang terisi dan tidak terisi pada konten buku
katalog koleksi emas Wonoboyo tersebut. Perhitungannya adalah dengan
mengganti tanda (√) menjadi angka pembobotnya.
Angka pembobot adalah nilai yang diberikan bagi informasi yang terisi
berdasarkan urutan kontennya. Angka pembobot ini bertujuan untuk membedakan
informasi yang terisi dengan tidak terisi secara matematis. Sehingga dapat
mempermudah perhitungan persentase tingkat informasi yang tersaji berdasarkan
terisi atau tidaknya informasi dalam buku katalog.
Pada konten Nomor Registrasi, Nomor Inventaris dan Jenis/Nama Benda
yang sudah pasti terisi dijadikan sebagai acuan, sehingga tidak perlu diberikan
angka pembobot. Angka pembobot diberikan mulai dari konten Asal Ditemukan
Benda sampai konten Deskripsi, yang berarti angka pembobotnya berkisar dari 1
sampai 25 mengikuti urutan konten pada Lembar Inventaris Koleksi.
Sebagai contoh, pada konten Asal Ditemukan Benda untuk informasi yang
terisi diberikan angka pembobot 1 karena informasi Asal Ditemukan Benda
berada pada konten urutan pertama (urutan ke-1 setelah Nomor Registrasi, Nomor
Inventaris dan Jenis/Nama Benda). Pada konten Tempat Penyimpanan informasi
yang terisi diberikan angka pembobot 2 karena informasi Tempat Penyimpanan
berada pada konten urutan kedua, sedangkan pada konten Deskripsi diberikan
angka pembobot 25 yang berarti informasi Deskripsi berada pada konten urutan
ke-25.
Setelah pemberian nilai berdasarkan angka pembobot tadi, maka
perhitungan dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai dalam satu
konten untuk mendapatkan jumlah pembobotan. Jumlah pembobotan dibagi
dengan angka pembobotnya untuk mendapatkan jumlah informasi terisi.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
61
Universitas Indonesia
Setelah jumlah informasi terisi diketahui kemudian dijadikan kedalam
bentuk persen dengan cara jumlah informasi terisi dibagi jumlah koleksi yang ada
pada buku katalog koleksi emas Wonoboyo. Persentase ini dapat dilihat pada
Lampiran 2. Tabel Persentase Tingkat Informasi Pada Satu Buku Katalog Koleksi
Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo).
Hasil yang didapat adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 dengan
rata-rata tingkat informasi pada buku katalog koleksi arkeologi (koleksi emas
Wonoboyo adalah 62.7% terisi.
Tabel 4.1 Tingkat Informasi Terisi
Konten Teranalisis Informasi Terisi
Asal Ditemukan Benda 100%
Tempat Penyimpanan 100%
Piktorial: Nomor Foto 0%
Piktorial: Nomor Negatif Film 0%
Piktorial: Nomor Slide 0%
Piktorial: Nomor Gambar 0%
Piktorial: Lain-lain 0%
Deskripsi: Bentuk 99%
Deskripsi: Ukuran 99%
Deskripsi: Bahan 100%
Deskripsi: Warna 100%
Deskripsi: Motif/Gambar/Gaya 2%
Deskripsi: Teknik Pembuatan 98%
Deskripsi: Judul 0%
Deskripsi: Lain-lain 1%
Riwayat: Asal Benda 100%
Riwayat: Latar Belakang 1%
Riwayat: Kegunaan/Fungsi 100%
Riwayat: Tanggal Peroleh 94%
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
62
Universitas Indonesia
Riwayat: Cara Perolehan 100%
Riwayat: Tahun Pembuatan Benda 99%
Riwayat: Umur Benda/Zaman 100%
Kondisi Benda 100%
Keterangan 93%
Deskripsi 81%
Setelah analisis mengenai tingkat informasi terisi tersebut, selanjutnya
analisis dilakukan pada keseluruhan buku katalog koleksi arkeologi yang
berjumlah 202 buku untuk mengetahui jumlah koleksi arkeologi yang terekam.
Dengan mempertimbangkan kekurangan teknis, yaitu penjilidan yang dilakukan
sekedarnya terlihat dari rapuhnya penampang buku yang dapat memungkinkan
Lembar Inventaris Koleksi terpisah dari buku, maka analisis dilakukan dengan
melihat pada nomor registrasi dan nomor inventaris awal dan akhir.
Tabel 4.2 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi19
Buku No. Inventaris (awal-akhir)
No. Registrasi Lembar Keterangan
1 856-935a 8541 8599 59 kurang dari 100 2 6245-4207 (125b) 8600 8700 101 3 6626-480b a-d 10201 10300 100 4 5366 (D.205-E.23) 10301 10341 41 kurang dari 100 5 E24a-b-18f/4897 10342 10441 100 6 E.24 a-b - E.87 a-b 10342 10400 59 kurang dari 100 7 E.88a-c -8740 10401 10500 100 8 8741-7731/C.95 10501 10600 100 9 6585/C87-558b 10601 10700 100 10 559-31a 10701 10800 100 11 32-71 10801 10900 100 12 72-171 10901 11000 100 13 172-271 11001 11100 100 14 272-371 11101 11200 100 15 372-471 11201 11300 100
19 Sumber: Museum Nasional. Dengan modifikasi pada baris Keterangan.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
63
Universitas Indonesia
16 472-571 11301 11400 100 17 572-671 11401 11500 100 18 672-771 11501 11600 100 19 772-871 11601 11700 100 20 872-971 11701 11800 100 21 972-1071 11801 11900 100 22 1072-1171 11901 12000 100 23 1172-1271 12001 12100 100 24 1272-1371 12101 12200 100 25 1372-1471 12201 12300 100 26 1472-1571 12301 12400 100 27 1572-1671 12401 12500 100 28 1613-1712 12442 12541 100 29 1672-1771 12501 12600 100 30 1713-1812 12542 12641 100 31 1772-1871 12601 12700 100 32 1813-1912 12642 12741 100 33 1872-1971 12701 12800 100 34 1972-2012 12801 12841 41 kurang dari 100 35 2013-2112 12842 12941 100 36 2113-2212 12942 13041 100 37 2213-2312 13042 13141 100 38 2313-2412 13142 13241 100 39 2372-2471 13201 13300 100 40 2413-2512 13242 13341 100 41 2513-2612 13342 13441 100 42 2613-2712 13442 13541 100 43 2972-3071 13801 13900 100 44 3951-4050 13901 14000 100 45 4072-4171 14001 14100 100 46 4208-4307 14101 14199 99 kurang dari 100 47 4326-4425 14200 14299 100 48 3472-5371 14301 14400 100 49 3572-3671 14401 14500 100 50 4641-4740 14501 14599 99 kurang dari 100 51 4741-4840 14600 14699 100 52 4841-4940 14700 14800 101 53 3972-4071 14801 14900 100 54 5401-5500 14901 15000 100 55 5441-5540 14941 15040 100 56 12371-12620 23049 23148 100 57 12371-12620 23049 23148 100 ganda 58 9014-9113 24351 24450 100 ganda
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
64
Universitas Indonesia
59 9014-9113 24351 24450 100 60 9114-9213 24451 24550 100 ganda 61 9114-9213 24451 24550 100 62 9614-9313 24551 24650 100 63 9214-9313 24551 24650 100 64 9414-9513 24751 24850 100 ganda 65 9414-9513 24751 24850 100 66 9514-9613 24851 24950 100 67 9614-9713 29051 29150 100 68 9714-9813 29151 29250 100 69 9814-9913 29151 29250 100 70 9814-9913 29251 29350 100 71 9714-9813 29251 29350 100 72 9914-10013 29351 29450 100 73 9914-10013 29351 29450 100 ganda 74 10014-10113 29451 29549 99 kurang dari 100 75 10014-10107 29451 29543 93 kurang dari 100 76 8877h-8923 29550 29650 101 77 8877-8923 29550 29650 101 78 8833-8865 29651 29747 97 kurang dari 100 79 8833-8865 29651 29747 97 ganda 80 13114-13213 29952 30051 100 ganda 81 13114-13213 29952 30051 100 82 13214-13314 30252 30351 100 83 13214-13313 30252 30351 100 84 13314-13413 30352 30451 100 85 13314-13413 30352 30451 100 ganda 86 13414-13513 30452 30551 100 ganda 87 13414-13513 30452 30551 100 88 13514-13613 30552 30651 100 ganda 89 13514-13613 30552 30651 100 90 13614-13713 30652 30751 100 91 13614-13713 30652 30751 100 ganda 92 13714-13813 30752 30851 100 93 13814-13913 30852 30951 100 94 13814-13913 30852 30951 100 ganda 95 13914-14013 30952 31051 100 96 14014-14113 31052 31151 100 97 14014-14113 31052 31151 100 ganda 98 10114-10213 32448 32547 100 99 10114-10213 32448 32547 100 ganda 100 10214-10313 32548 32647 100 ganda 101 10214-10313 32548 32647 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
65
Universitas Indonesia
102 10314-10413 32648 32747 100 ganda 103 10314-10413 32648 32747 100 104 10414-10513 32748 32847 100 ganda 105 10414-10513 32748 32847 100 106 10514-10613 32848 32947 100 ganda 107 10514-10613 32848 32947 100 108 10614-10713 32948 33047 100 109 10614-10713 32948 33047 100 ganda 110 10714-10813 33048 33147 100 ganda 111 10714-10813 33048 33147 100 112 10814-10913 33148 33247 100 113 10814-10913 33148 33247 100 ganda 114 341-JR88/15730 33248 33348 101 115 341-JR88/15730 33248 33346 99 kurang dari 100 116 682 s/4608-15722 33347 33446 100 117 11114-11213 37199 37298 100 118 11214-11313 37299 37398 100 119 11214-11313 37299 37398 100 ganda 120 11314-11413 37399 37498 100 ganda 121 11314-11413 37399 37498 100 122 11414-11513 37499 37598 100 123 11414-11513 37499 37598 100 ganda 124 11514-11613 37599 37698 100 ganda 125 11514-11613 37599 37698 100 126 11614-11713 37699 37798 100 127 11614-11713 37699 37798 100 ganda 128 11714-11813 37799 37898 100 ganda 129 11714-11813 37799 37898 100 130 11814-11913 37899 37998 100 131 11914-12013 37999 38098 100 132 11914-12013 37999 38098 100 ganda 133 12014-12113 38099 38198 100 ganda 134 12014-12113 38099 38198 100 135 14114-14213 43565 43664 100 136 14114-14213 43565 43664 100 ganda 137 14214-14313 43665 43764 100 ganda 138 14214-14313 43665 43764 100 139 14314-14414 43765 43864 100 140 14314-14413 43765 43864 100 141 14414-14513 43865 43964 100 142 14414-14513 43865 43964 100 ganda 143 14514-14613 43965 44064 100 ganda 144 14514-14613 43965 44064 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
66
Universitas Indonesia
145 14614-14713 44065 44164 100 ganda 146 14614-14713 44065 44164 100 147 14714-14813 44165 44264 100 148 14814-14913 44265 44364 100 149 14914-15013 44365 44464 100 150 15014-15113 44465 44564 100 151 12314-12412 44534 46632 2099 dikoreksi 152 15114-15213 44565 44664 100 153 12414-12513 44634 46733 2100 dikoreksi 154 15214-15313 44665 44763 99 kurang dari 100 155 15314-15413 44764 44863 100 156 12114-12213 46334 46433 100 157 12214-12313 46434 46533 100 158 12514-12613 46734 46833 100 159 12614-12713 46834 46933 100 160 12714-12813 46934 47033 100 161 12814-12913 47034 47133 100 162 12914-13013 47134 47233 100 163 13014-13113 47234 47333 100 164 15414-15513 50570 50667 98 kurang dari 100 165 15514-15613 50668 50767 100 166 15614-15721 50768 50866 99 kurang dari 100 167 8878a-9009 50867 50965 99 kurang dari 100 168 8865 r-8850 53842 53941 100 169 7305-7329 55960 56059 100 170 7202-16125 56060 56160 101 171 16126-16232 56161 56260 100 172 16233-16464 56261 56360 100 173 16465-16564 56361 56460 100 174 16565-16599 56461 56560 100 175 16765-16799 56561 56585 25 kurang dari 100 176 820-1194 59545 59644 100
177 1199-
7921g61/16907 59645 59744 100
178 1195-7921 L8/17190
59745 59844 100
179 1195-7921 L8/17190
59745 59844 100 ganda
180 7921d17/17191-
17290 59845 59944 100
181 17291-17391 59945 60044 100 182 7921D179/17392 - 60045 60144 100 183 17492-17591 60145 60244 100 184 17592-17701 60245 60344 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
67
Universitas Indonesia
185 8576-17702/17765 60345 60394 50 kurang dari 100 186 3002-3100 61606 61704 99 kurang dari 100 187 5541-5640 61705 61804 100 188 6001-6100 61805 61904 100 189 6201-6300 61905 62004 100 190 111k/8527-753 65877 65975 99 kurang dari 100 191 754-985 L/17958 65977 66076 100 192 985m/17962-1539d 66077 66176 100 193 1570-4141 66177 66276 100 194 8374-6196 66277 66376 100 195 6198-6643 66377 66476 100 196 6676-7956b 66487 66576 90 kurang dari 100
197 7958-6673 66577 66676 100 Lemb inv. Lebih
66477-66486 198 17941-18107 66677 66776 100 199 18108-18215 66777 66876 100 200 18216-18316 66877 66976 100 201 18317-18416 66977 67076 100 202 18417-18516 67077 67176 100
Hasil yang didapat adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. dengan
mengurutkan nomor registrasi dan nomor inventaris diketahui bahwa ternyata ada
buku yang ganda. Menurut informasi yang didapat saat analisis ini dilakukan,
ternyata pada saat dilakukan pendokumentasian koleksi Museum Nasional
melakukan penjilidan rangkap. Satu jilid diberikan sebagai pertanggungjawaban
pada pemerintah dan satu jilid lainnya disimpan oleh pihak Museum Nasional.
Namun demikian, ada 35 jilid ganda yang masih disimpan oleh pihak Museum
Nasional.
Dengan memperhitungan alasan tersebut, maka dilakukan penyusunan
ulang dengan mengeleminasi satu buku yang ganda. Hasilnya didapat dari 202
buku katalog koleksi arkeologi yang dikumpulkan hanya ada 167 buku katalog
koleksi arkeologi sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 4.3.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
68
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi (Setelah Eleminasi)
BukuNo. Inventaris (awal-
akhir) No. Registrasi Lembar
1 856-935a 8541 8599 59 2 6245-4207 (125b) 8600 8700 101 3 6626-480b a-d 10201 10300 100 4 5366 (D.205-E.23) 10301 10341 41 5 E24a-b-18f/4897 10342 10441 100 6 E.24 a-b - E.87 a-b 10342 10400 59 7 E.88a-c -8740 10401 10500 100 8 8741-7731/C.95 10501 10600 100 9 6585/C87-558b 10601 10700 100 10 559-31a 10701 10800 100 11 32-71 10801 10900 100 12 72-171 10901 11000 100 13 172-271 11001 11100 100 14 272-371 11101 11200 100 15 372-471 11201 11300 100 16 472-571 11301 11400 100 17 572-671 11401 11500 100 18 672-771 11501 11600 100 19 772-871 11601 11700 100 20 872-971 11701 11800 100 21 972-1071 11801 11900 100 22 1072-1171 11901 12000 100 23 1172-1271 12001 12100 100 24 1272-1371 12101 12200 100 25 1372-1471 12201 12300 100 26 1472-1571 12301 12400 100 27 1572-1671 12401 12500 100 28 1613-1712 12442 12541 100 29 1672-1771 12501 12600 100 30 1713-1812 12542 12641 100 31 1772-1871 12601 12700 100 32 1813-1912 12642 12741 100 33 1872-1971 12701 12800 100 34 1972-2012 12801 12841 41 35 2013-2112 12842 12941 100 36 2113-2212 12942 13041 100 37 2213-2312 13042 13141 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
69
Universitas Indonesia
38 2313-2412 13142 13241 100 39 2372-2471 13201 13300 100 40 2413-2512 13242 13341 100 41 2513-2612 13342 13441 100 42 2613-2712 13442 13541 100 43 2972-3071 13801 13900 100 44 3951-4050 13901 14000 100 45 4072-4171 14001 14100 100 46 4208-4307 14101 14199 99 47 4326-4425 14200 14299 100 48 3472-5371 14301 14400 100 49 3572-3671 14401 14500 100 50 4641-4740 14501 14599 99 51 4741-4840 14600 14699 100 52 4841-4940 14700 14800 101 53 3972-4071 14801 14900 100 54 5401-5500 14901 15000 100 55 5441-5540 14941 15040 100 56 12371-12620 23049 23148 100 57 9014-9113 24351 24450 100 58 9114-9213 24451 24550 100 59 9614-9313 24551 24650 100 60 9214-9313 24551 24650 100 61 9414-9513 24751 24850 100 62 9514-9613 24851 24950 100 63 9614-9713 29051 29150 100 64 9714-9813 29151 29250 100 65 9814-9913 29151 29250 100 66 9814-9913 29251 29350 100 67 9714-9813 29251 29350 100 68 9914-10013 29351 29450 100 69 10014-10113 29451 29549 99 70 10014-10107 29451 29543 93 71 8877h-8923 29550 29650 101 72 8877-8923 29550 29650 101 73 8833-8865 29651 29747 97 74 13114-13213 29952 30051 100 75 13214-13314 30252 30351 100 76 13214-13313 30252 30351 100 77 13314-13413 30352 30451 100 78 13414-13513 30452 30551 100 79 13514-13613 30552 30651 100 80 13614-13713 30652 30751 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
70
Universitas Indonesia
81 13714-13813 30752 30851 100 82 13814-13913 30852 30951 100 83 13914-14013 30952 31051 100 84 14014-14113 31052 31151 100 85 10114-10213 32448 32547 100 86 10214-10313 32548 32647 100 87 10314-10413 32648 32747 100 88 10414-10513 32748 32847 100 89 10514-10613 32848 32947 100 90 10614-10713 32948 33047 100 91 10714-10813 33048 33147 100 92 10814-10913 33148 33247 100 93 341-JR88/15730 33248 33348 101 94 341-JR88/15730 33248 33346 99 95 682 s/4608-15722 33347 33446 100 96 11114-11213 37199 37298 100 97 11214-11313 37299 37398 100 98 11314-11413 37399 37498 100 99 11414-11513 37499 37598 100 100 11514-11613 37599 37698 100 101 11614-11713 37699 37798 100 102 11714-11813 37799 37898 100 103 11814-11913 37899 37998 100 104 11914-12013 37999 38098 100 105 12014-12113 38099 38198 100 106 14114-14213 43565 43664 100 107 14214-14313 43665 43764 100 108 14314-14414 43765 43864 100 109 14314-14413 43765 43864 100 110 14414-14513 43865 43964 100 111 14514-14613 43965 44064 100 112 14614-14713 44065 44164 100 113 14714-14813 44165 44264 100 114 14814-14913 44265 44364 100 115 14914-15013 44365 44464 100 116 15014-15113 44465 44564 100 117 12314-12412 44534 46632 2099 118 15114-15213 44565 44664 100 119 12414-12513 44634 46733 2100 120 15214-15313 44665 44763 99 121 15314-15413 44764 44863 100 122 12114-12213 46334 46433 100 123 12214-12313 46434 46533 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
71
Universitas Indonesia
124 12514-12613 46734 46833 100 125 12614-12713 46834 46933 100 126 12714-12813 46934 47033 100 127 12814-12913 47034 47133 100 128 12914-13013 47134 47233 100 129 13014-13113 47234 47333 100 130 15414-15513 50570 50667 98 131 15514-15613 50668 50767 100 132 15614-15721 50768 50866 99 133 8878a-9009 50867 50965 99 134 8865 r-8850 53842 53941 100 135 7305-7329 55960 56059 100 136 7202-16125 56060 56160 101 137 16126-16232 56161 56260 100 138 16233-16464 56261 56360 100 139 16465-16564 56361 56460 100 140 16565-16599 56461 56560 100 141 16765-16799 56561 56585 25 142 820-1194 59545 59644 100 143 1199-7921g61/16907 59645 59744 100 144 1195-7921 L8/17190 59745 59844 100 145 7921d17/17191-17290 59845 59944 100 146 17291-17391 59945 60044 100 147 7921D179/17392 - 60045 60144 100 148 17492-17591 60145 60244 100 149 17592-17701 60245 60344 100 150 8576-17702/17765 60345 60394 50 151 3002-3100 61606 61704 99 152 5541-5640 61705 61804 100 153 6001-6100 61805 61904 100 154 6201-6300 61905 62004 100 155 111k/8527-753 65877 65975 99 156 754-985 L/17958 65977 66076 100 157 985m/17962-1539d 66077 66176 100 158 1570-4141 66177 66276 100 159 8374-6196 66277 66376 100 160 6198-6643 66377 66476 100 161 6676-7956b 66487 66576 90 162 7958-6673 66577 66676 100 163 17941-18107 66677 66776 100 164 18108-18215 66777 66876 100 165 18216-18316 66877 66976 100 166 18317-18416 66977 67076 100
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
72
Universitas Indonesia
167 18417-18516 67077 67176 100 Total 16150
Sumber: Museum Nasional20
Diketahui bahwa dari perhitungan jumlah koleksi per buku berdasarkan
range nomor registrasi serta nomor inventarisasi awal dan akhir, maka ditemukan
bahwa ada buku yang tidak tepat 100 lembar, berarti juga tidak tepat 100 koleksi
yang terdokumentasi. Sebagai contoh, seperti yang ditunjukkan pada kolom
nomor 1, 4 dan 6 (Tabel 4.3) jumlah lembar hanya mencapai 59, 41 dan 59, berarti
juga bahwa sejumlah tersebut koleksi yang terdokumentasi.
Hal lain yang didapat adalah bahwa penyusunan pada buku-buku tersebut
tidak sistematis yang berarti terdapat pengulangan nomor registrasi. Sehingga dari
range nomor registrasi didapat kelebihan lembar, padahal kenyataannya tidak ada
buku yang dijilid mencapai lebih dari 100 lembar. Sebagai contoh, pada kolom
151 dan 153 yang menunjukkan 2099 dan 2100 lembar.
Penyusunan buku tersebut juga tidak kronologis, artinya terdapat koleksi
etnografi yang terjilid dalam koleksi arkeologi. Pada nomor registrasi dan nomor
inventaris juga ditemukan pengulangan nomor. Nomor registrasi dan nomor
inventaris pada koleksi yang sebelumnya sudah terjilid terulang masuk ke dalam
jilid yang lain.
Hal lain yang didapat adalah bahwa terjadi dua kali penomoran registrasi
atau penomoran inventaris pada koleksi yang sama. Hal ini tentu akan
menyebabkan kesalahan pada perhitungan jumlah koleksi. Jika jumlah koleksi
keseluruhan dihitung berdasarkan nomor registrasi, maka akan terjadi kesalahan
perhitungan, karena nomor registrasi yang berbeda diterapkan pada koleksi yang
sama.
Pada Tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa berdasarkan urutan nomor
registrasi dan nomor inventaris terdapat beberapa buku yang nomor registrasinya
terpaut jauh dari seharusnya (sebagai contoh lihat kolom 42−43; 55−56; 62−63).
20 Dimodifikasi dengan menghilangkan buku yang tercatat ganda.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
73
Universitas Indonesia
Diketahui bahwa nomor registrasi diberikan dengan berurutan dan teratur dari
nomor terkecil ke nomor terbesar.
Ambil contoh yang terjadi pada buku dengan nomor inventaris
2613−2712, nomor registrasi 13442−13541 (Tabel 4.3 kolom 42) dan sandingkan
dengan buku bernomor inventaris 2972−3071, nomor registrasi 13801−13900.
Jika didasarkan pada fakta bahwa nomor registrasi diberikan berurutan dan
teratur, maka range kedua buku tersebut terpaut 261. Hal tersebut bisa berarti
bahwa ada 261 koleksi pada 261 lembar inventaris yang dibukukan.
Pada kolom 55 dan 56 terpaut 8010 nomor registrasi dan pada kolom 62
dan 63 terpaut 4102 nomor registrasi. Dari hasil analisis tidak diketahui dengan
pasti apa yang menyebabkan keterpautan sebesar jumlah tersebut.
Untuk memperhitungkan jumlah koleksi berdasarkan katalog manual
tersebut tidak mungkin didapat jumlah yang pasti mengingat kekurangan-
kekurangan yang telah diuraikan dalam proses analisis ini. Untuk mendapatkan
jumlah taksiran koleksi arkeologi yang dimiliki oleh Museum Nasional dan sudah
terdokumentasi, maka dapat dilakukan pendaftaran nomor registrasi dan nomor
inventaris dengan berurutan dan menjumlah Lembar Inventaris yang terjilid dalam
setiap buku.
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa buku ganda yang ada di Tabel 4.2 telah
dihilangkan, dengan demikian tidak terjadi perhitungan ganda juga. Untuk
mendapatkan jumlah taksiran bisa dilihat lembar koleksi yang terjilid dalam buku
katalog lalu dijumlahkan keseluruhan dan dikurangi dengan jumlah lembar yang
mencapai 2099 dan 2100. Hasilnya didapat jumlah 16150 Lembar Inventaris
Koleksi yang berarti terdapat 16150 koleksi.
Tentu saja jumlah tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya jika dijadikan jumlah nyata kesuluruhan jumlah koleksi arkeologi
Museum Nasional. Mengingat kekurangan-kekurangan seperti terjadinya tumpang
tindih kelompok koleksi etnografi dan arkeologi, serta terjadinya pengulangan
nomor registrasi dan nomor inventaris pada beberapa koleksi. Sehingga jumlah
tersebut bisa saja jauh dari kenyataan sebenarnya.
Namun, dari hasil pengurutan ini didapat jumlah pembanding. Pada awal
bab telah disinggung bahwa berdasarkan keterangan yang diterbitkan oleh
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
74
Universitas Indonesia
Museum Nasional tahun 200421 jumlah koleksi arkeologi yang ada di Museum
Nasional adalah 9020 koleksi. sedangkan dari jumlah yang didapat dari Tabel 4.3
adalah 16150 koleksi. Tentunya dengan segala kekurangan yang telah dijelaskan
pada paragraf sebelumnya, jumlah tersebut masih terpaut sangat banyak.
4.3.2 Dokumentasi Digital
Sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar 4.2 bahwa Museum Nasional
telah melakukan dokumentasi secara komputerisasi untuk mendapatkan database
koleksi. Database tersebut didapat dari data Lembar Inventaris Koleksi yang telah
dibukukan kemudian di input ke dalam program komputer.
Dengan sistem komputer yang digunakan tersebut, kekurangan-
kekurangan seperti penjilidan tidak sistematis yang menyebabkan terulangnya
nomor registrasi (nomor registrasi ganda) dapat ditanggulangi agar tidak terjadi.
Begitu juga dengan sistem penjilidan yang tidak kronologis, seperti masuknya
koleksi etnografi ke kelompok koleksi arkeologi juga dapat ditanggulangi.
Pengamatan dilakukan dengan mencocokkan konten database dan konten
yang ada pada buku katalog koleksi manual. Hasilnya didapat bahwa baik
database ataupun buku katalog koleksi manual memiliki konten yang sama.
Adapun perbedaannya hanya terletak pada klasifikasi koleksi, pada database
klasifikasi koleksi dikelompokkan berdasarkan jenisnya (lihat Gambar 4.3).
Database koleksi Museum Nasional dapat ditelusuri dengan mengetahui
terlebih dahulu kelompok jenis dari koleksi tersebut, dalam hal ini kelompok jenis
koleksi tersebut adalah koleksi arkeologi. Dengan menggunakan kata kunci
“arkeologi” maka akan didapat kelompok database koleksi arkeologi.
21 Bambang Soemadio dalam Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional, tahun 2004.
Halaman 5.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ha
arkeologi
apa saja y
daftar kole
asil yang d
sebanyak 7
yang termasu
eksi arkeolo
Gam
Jenis Ko
didapat ada
7126 koleks
uk ke dalam
ogi yang me
mbar 4.3 Kla
Su
oleksi
lah tercatat
si. Namun
m jumlah te
enyertai jum
asifikasi Ko
umber: Museu
Pras
Ark
Num
Ke
Ge
Etn
Se
t di dalam
demikian ti
rsebut. Den
mlah yang d
leksi Berda
um Nasional
Unive
sejarah
keologi
mismatik
ramik
ografi
nografi
jarah
database
idak diketah
ngan kata la
didapat terse
asarkan Jeni
ersitas Indo
tersebut ko
hui dengan
ain tidak ter
ebut.
is
75
onesia
oleksi
pasti
rdapat
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Un
tersebut, m
kelompok
ditetapkan
bahan ses
tanah liat2
Se
pertama, y
kolom bah
dengan kla
Ha
menunjuk
jenisnya.
22 Museum 23 Soemadi
Gambar
ntuk menge
maka perlu
k koleksiny
n klasifikas
suai dengan22, batu dan
lanjutnya,
yaitu jenis k
han lalu ke
asifikasi pa
asilnya adal
kkan bahwa
Database h
Nasional meno membagi lo3.2, halaman
Tanah
• Wada
• Relie
• Arca
Gam
etahui kole
u dilakukan
ya adalah
si koleksi y
n keilmuan
logam23:
penelusura
koleksi arke
etik “tanah
da Gambar
lah tidak d
a kebanyak
hanya meng
nggunakan istogam ke dala 39.
h Liat
ah
ef
mbar 4.4 Kla
eksi apa sa
n penelusur
arkeologi.
yang ingin
n arkeologi
an dilakuka
eologi. Pad
liat” dan k
4.4.
ditemukan k
kan koleksi
gelompokka
tilah terakota am emas, pera
Bat
• Arca
• Prasa
• Relie
• Maka
asifikasi Ko
Ilustrasi: V
aja yang te
ran kata ku
Dalam pro
n diketahui
, yaitu ber
an dengan
a database
kemudian m
klasifikasi t
tidak dike
an koleksi
untuk bahan ak, perunggu
tu
asti
f
ara
leksi Berda
Vanani
Unive
ermasuk ke
unci lain s
osedur ini,
informasin
rdasarkan k
mengetikk
ketik “arke
mencari satu
tersebut. H
elompokkan
pada dua k
tanah liat. dan campura
Loga
• Arca
• Prasa
• Perhi
• Wada
asarkan Bah
ersitas Indo
e dalam ju
setelah dike
, awalnya
nya berdas
kelompok b
kan kata k
eologi” dan
u per satu s
asil penelu
n lagi ke d
kelompok b
an logam lain
am
asti
asan
ah
han
76
onesia
umlah
etahui
telah
arkan
bahan
kunci
pada
sesuai
usuran
dalam
besar,
n. Lihat
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
77
Universitas Indonesia
yaitu kelompok koleksi arkeologi dan bahan yang digunakan pada koleksi
tersebut.
Sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, seluruh koleksi arkeologi
berbahan tanah liat dinamakan terakota dan dikelompokkan berdasarkan fungsi,
yaitu sebagai alat rumah tangga dan tidak diketahui fungsinya. Sedangkan untuk
membagi lagi kelompok alat rumah tangga yang sebanyak 909 tersebut ke dalam
klasifikasi berdasarkan bentuknya tidak dapat ditelusuri.
Tabel 4.4 Kelompok Koleksi Terakota (Tanah Liat)
Berbeda dengan kelompok tanah liat, kelompok bahan batu lebih tidak
memungkinkan untuk dilakukan penelusuran berdasarkan klasifikasi bentuknya.
Karena koleksi batu tidak terdaftar secara keseluruhan untuk bisa dibagi lagi, yang
bisa didapat adalah jumlah arca batu sebanyak 230 dan pelandas sebanyak 2.
Hasilnya adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kelompok Koleksi Batu
No. Fungsi Jumlah
1. Alat Rumah Tangga 909
2. Tidak Diketahui 19
No. Bentuk Jumlah
1. Arca 230
2. Pelandas 2
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
78
Universitas Indonesia
Hal yang sama juga terjadi pada koleksi berbahan logam. Berdasarkan
penelusuran dengan menggunakan database tidak didapat penggolongan
berdasarkan bentuk. Hasil penelusuran hanya memperlihatkan kelompok koleksi
berdasarkan unsur bahan logam tersebut, seperti emas, perunggu, perak ataupun
campuran seperti yang di perlihatkan Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kelompok Koleksi Logam
Dari hasil penelusuran didapat jumlah koleksi arkeologi, yaitu sebanyak
7126. Jumlah tersebut secara otomatis keluar ketika mengetikkan kelompok
koleksi arkeologi. Kemudian dari jumlah tersebut dicoba untuk ditelusuri
pembagiannya seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan didapat bahwa koleksi
berbahan tanah liat berjumlah 928, berbahan batu berjumlah 851 dan berbahan
logam berjumlah 4124. Namun, dari jumlah ketiga kelompok bahan tersebut tidak
tepat 7126 sebagaimana yang didapat dari jumlah keseluruhan kelompok koleksi
arkeologi di database, melainkan hanya berjumlah 5903.
No. Bahan Jumlah
1. Emas 1253 2. Perunggu 1281 3. Perak 1314 4. Logam Lapis Emas 11 5. Kuningan 46 6. Besi 86 7. Tembaga 113 8. Tembaga Campur 5 9. Kuningan Campur 10 10. Emas dan Perak 2 11. Besi dan Tembaga 3
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
79
Universitas Indonesia
Perincian lain yang didapat adalah pada koleksi berbahan logam, yaitu
mata uang perak sebanyak 91224, cermin perunggu sebanyak 154 dan arca
perunggu sebanyak 376. Lainnya adalah campuran tembaga dengan perunggu
sebanyak 8 yang merupakan rantai genta. Selain hal tersebut tidak dapat ditelusuri
lagi mengenai jumlah koleksi dan klasifikasinya melalui database.
Dari hasil penelusuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa baik katalog
koleksi manual (buku katalog) dengan database tidak data jumlah koleksi yang
sama. Sedangkan jumlah awal yang didapat dari Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi
Museum Nasional yang diterbitkan tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah koleksi
arkeologi Museum Nasional adalah 9020 koleksi. Dengan dilakukannya
penelusuran pada sistem dokumentasi yang diterapkan oleh Museum Nasional
ternyata jumlah tersebut tidak ditemukan.
4.4 Tinjauan
Berdasarkan hasil penelusuran mengenai dokumentasi koleksi arkeologi
yang diterapkan di Museum Nasional diketahui bahwa sistem dokumentasi yang
diterapkan merupakan suatu kesatuan. Hal tersebut dapat dilihat, pertama, tidak
ada pemisahan antara registrasi dan inventarisasi yang keseluruhan bermuara pada
buku katalog koleksi; kedua, buku katalog koleksi tersebut merupakan acuan
dalam membuat database katalog koleksi.
Akibat yang timbul dari sistem yang terhubung tersebut, maka tidak bisa
dipastikan apakah database telah mencukupi dalam menyediakan keterangan
terkait koleksi arkeologi, baik dari segi jumlah, kondisi ataupun keterangan lain
yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian terkait koleksi tersebut. Hal tersebut
dikarenakan kondisi buku katalog koleksi arkeologi masih kurang informatif dan
tidak bisa dipastikan kesahihannya.
Seperti yang diketahui dari hasil perhitungan Lembar Inventaris Koleksi
yang terjilid dalam 167 buku koleksi arkeologi dengan segala kekurangan yang
telah diuraikan sebelumnya, didapat jumlah koleksi arkeologi adalah 16150
24 Berdasarkan Gambar 4.3, maka seharusnya mata uang ini masuk ke dalam kelompok jenis
koleksi Numismatik.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
koleksi. S
Petunjuk
koleksi. s
ditemukan
De
didapat di
sudah te
Penyimpu
Nasional p
mengguna
5903, mak
25 Dengan
katalog m
4
P
Sementara
Koleksi Ar
sedangkan
n sebanyak
engan meng
agram pers
rdokumenta
ulan ini men
pada tahun
akan data ju
ka didapat p
pertimbanganmanual.
Ga
43%
Persenta
yang dilan
rkeologi M
dari hasil
5903.
ggunakan da
entase doku
asi dan j
nggunakan
2004, yaitu
umlah kolek
persentase s
n bahwa kata
ambar 4.5 D
57
ase Dok
nsir oleh pi
Museum Nas
penelusura
ata jumlah k
umentasi un
jumlah ko
data jumla
u sebanyak
ksi dari has
eperti yang
alog digital d
Diagram Per
Ilustra
7%
umenta
ihak Muse
sional pada
an database
koleksi yang
ntuk menunj
oleksi yang
ah koleksi y
9020 dan m
sil penelusu
tunjukkan p
dibuat untuk
rsentase Dok
asi: Vanani
Unive
asi Kolek
Jumlah KolTerdokume
Jumlah KolTerdokume
um Nasion
a tahun 20
e koleksi a
g muncul da
jukkan jum
g belum
yang dilans
membandin
uran katalog
pada Gamb
meminimalis
kumentasi K
ersitas Indo
ksi
leksi Sudah entasi
leksi Belum entasi
nal dalam
04 adalah
arkeologi h
ari penelitia
mlah koleksi
terdokume
sir oleh Mu
ngkannya de
g digital25,
bar 4.5.
sir kekuranga
Koleksi
80
onesia
Buku
9020
hanya
an ini,
yang
entasi.
useum
engan
yaitu
n dari
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Ha
koleksi ya
sudah terd
persentse
terdokume
dokument
koleksi ya
asilnya ada
ang dilansir
dokumentas
tersebut d
entasi selur
tasi belum
ang dipamer
Gam
Koleksi
Kol
s
alah koleks
r oleh Muse
si dan sisany
dapat men
ruhnya atau
dilakukan
rkan ataupu
mbar 4.6 Per
i ArkeoNasi
leksi Arkedipam
Koleksi Arkesudah terdo
si arkeolog
eum Nasion
ya 43% bel
njawab per
u belum kol
seluruhnya
un koleksi ya
rbandingan
Ilustrasi:
ologi Muonal
eologi yamerkan
eologi yang okumentasi
i di Muse
nal pada tah
lum terdoku
rtanyaan p
leksi arkeol
a pada kol
ang tidak di
Koleksi Da
: Vanani
Unive
useum
ang
eum Nasion
hun 2004 h
umentasi. D
enelitian m
logi yang a
leksi arkeo
ipamerkan.
an Dokumen
ersitas Indo
nal dari ju
hanya 57%
Dengan dem
mengenai s
ada, yaitu b
ologi, baik
ntasi
81
onesia
umlah
yang
mikian
sudah
bahwa
bagi
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
82
Universitas Indonesia
Dilihat dari segi kualitas informasi yang disajikan dalam buku katalog
koleksi arkeologi, dengan mengacu pada buku katalog koleksi emas Wonoboyo,
hanya didapat perhitungan tingkat informasi, yaitu 62.7% informatif berdasarkan
terisi atau tidaknya keterangan pada konten katalog. Jika pada buku katalog
koleksi emas yang dianggap prestisius saja hanya menghasil 62.7% informatif,
lalu bagaimana dengan katalog koleksi lain.
Selain itu, diketahui bahwa hasil penelitian terkini terkait dengan koleksi
museum tidak pernah direvisi atau ditambahkan, sehingga tidak pernah ada
pembaruan atau penambahan informasi dalam dokumentasinya. Deskripsi,
referensi dan riwayat koleksi dilakukan pada tahun 1980-an.
Dari kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian
ini bahwa:
a. koleksi arkeologi belum seluruhnya terdokumentasi, jika dilihat dari
jumlah koleksi yang dipamerkan dan perbedaan jumlah koleksi
arkeologi yang terpaut banyak berdasarkan data katalog koleksi
manual ataupun digital,
b. sudah ada koleksi arkeologi yang terdokumentasi, namun masih belum
terisi kontennya,
c. adapun yang sudah terisi tetapi belum memenuhi prinsip dokumentasi
dalam arkeologi.
Oleh karena itu, untuk dapat mendokumentasikan keseluruahan koleksi
arekologi pertama yang harus dipertegas adalah ruang lingkup koleksi arkeologi
itu sendiri. Benda arekologi apa saja yang termasuk kedalam koleksi arkeologi.
Pengelompokkan dan pendefinisian yang tepat mengenai koleksi arkeologi harus
jelas.
Misal, gerabah yang termasuk kedalam koleksi arkeologi adalah gerabah
yang berbahan tanah liat dan pasti berasal dari antara abad ke-4 hingga ke-15. Hal
tersebut harus dipertegas lagi dalam menangani koleksi arkeologi. sehingga dapat
memudahkan dokumentasi selanjutnya, dengan cara memastikannya melalui
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
83
Universitas Indonesia
referensi yang sudah pasti dan untuk itu diperlukan konteks lainnya untuk
mempertegas.
Untuk melengkapi konten informasi yang ada pada setiap dokumentasi
koleksi (dalam hal ini dalam katalog koleksi yang merupakan produk dari
dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional), maka setiap dan keseluruhan
konten informasi harus bersifat “wajib isi”. Dalam pengertian ini, konten
informasi yang tidak terisi akan mempengaruhi input informasi lainnya, sehingga
setiap konten informasi wajib terisi untuk memastikan konten informasi lainnya
juga terisi.
Lalu bagaimana dengan penerapan prinsip dokumentasi dalam arkeologi
pada sistem dokumentasi koleksi arkeologi? dengan menimbang keseluruhan data
dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka pada tahap akhir penelitian
ini didapat sebuah sintesis antara prinsip-prinsip dokumentasi dalam arkeologi
yang harus terpenuhi dalam dokumentasi koleksi arkeologi dengan sistem
dokumentasi yang telah diterapkan selama ini pada koleksi arkeologi Museum
Nasional. Hasilnya adalah sebuah output penelitian yang dapat dijadikan
rekomendasi dalam perbaikan sistem yang ada sekarang guna mengakomodir
informasi-informasi arkeologi di dalam dokumentasi koleksi arkeologi.
Sebelum benda arkeologi yang masuk ke dalam museum lalu
didokumentasikan, benda arkeologi tersebut memiliki konteks yang terkandung
didalamnya, yaitu matriks, provienience dan asosiasi. Matriks berkaitan dengan
lapisan tanah atau lingkungan ketika benda tersebut ditemukan, provienience
berkaitan dengan keletakannya secara geografis dalam koordinat garis lintang dan
bujur dan wilayah mulai dari skala besar ke skala kecil, serta asosiasi yang
merupakan keterkaitan benda tersebut dengan benda lainnya yang ditemukan
(dapat dicantumkan daftar benda lain yang berelasi).
Pada matriks dapat diberi keterangan yang lebih umum mengenai
lingkungan saat benda tersebut ditemukan, karena tidak semua benda-benda
tesebut didapat dari penggalian arkeologi yang jelas dokumentasinya. Misal, pada
benda yang ditemukan oleh masyarakat dan diberikan ke museum tanpa diketahui
dengan pasti pada lapisan mana ditemukannya karena merupakan area
persawahan, maka pada matriks dapat diisi area persawahan sebagai lingkungan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
84
Universitas Indonesia
asal. Bentuk lingkungan umum lainnya, seperti lingkungan pantai dan linkgungan
pegunungan.
Setelah benda tersebut ditemukan tentunya benda tersebut harus dijelaskan
berdasarkan dimensinya, dimensi bentuk, ruang dan waktu. Dimensi bentuk
menitikberatkan pada atribut benda, yaitu atribut bentuk (ukuran dalam panjang,
tinggi, lebar dan berat), atribut teknologi (bahan baku yang digunakan dan cara
buat) dan atribut stilistik (gaya atau ciri-ciri fisik seperti warna, tekstur dan
hiasan).26
Pada dimensi bentuk, dengan mengetahui atribut dari benda tersebut, maka
benda dapat digolongkan berdasarkan bagian-bagian bentuk dari benda tersebut.
Misal, gerabah, pada bagian bentuk terdapat dikelompokkan lagi ke dalam cerat,
tutup, dasar, badan, dll.
Dimensi ruang diketahui berdasarkan konteks dan penjelasan mengenai
dimensi waktu akan menempatkan benda tersebut ke dalam zaman atau masa
benda tersebut berasal.
Di dalam dokumentasi koleksi juga diperlukan deskripsi yang jelas dan
sesuai dengan fakta mengenai benda tersebut. Deskripsi dilakukan dengan dua
cara, yaitu deskripsi verbal dan piktorial. Deskripsi piktorial dimaksudkan untuk
melengkapi dan mempertegas deskripsi verbalnya. Deskripsi piktorial dilakukan
dengan gambar (sketsa benda) dan foto.
Pada dokumentasi koleksi juga diperlukan keterangan lain seperti cara
perolehan. Jika diperoleh melalui hibah atau hadiah harus mencantukan nama
individu atau institusi yang memberi. Jika diperoleh melalui ekskavasi, maka
harus disertakan laporan ekskavasinya.
Selanjutnya ketika benda tersebut masuk ke museum, maka pihak museum
akan menempatkannya di tempat koleksi, baik di ruang pameran ataupun di ruang
penyimpanan (gudang). Tempat penyimpanan harus dicantumkan dalam
dokumentasi dan harus menghadirkan keterangan yang aktual dan akurat. Dalam
pengertian jika di simpan di ruang pameran, maka dicantumkan nomor fitrin atau
jika disimpan di gudang, maka dicantumkan posisinya dan perlakuan preservasi
26 Albert C. Spaulding, The Dimension of Archaeology, tahun 1971. Halaman 25−30.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
85
Universitas Indonesia
yang didapat benda tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
mengelola atau menemukan koleksi tersebut apabila diperlukan sewaktu-waktu.
Selain keterangan tempat penyimpanan juga diberikan keterangan
mengenai penelitian terkait dengan benda tersebut (siapa penelitinya dan hasil
penelitiannya) dan riwayat mengenai pameran yang pernah menyertakan benda
tersebut. Hal ini bertujuan agar informasi terkait dengan benda tersebut bersifat
aktual.
Keseluruhan uraian tersebut digunakan sebagai konten dalam sistem
dokumentasi digital yang sudah ada di Museum Nasional. Tujuannya adalah agar
dapat menghasilkan database koleksi arkeologi yang memuat informasi-informasi
arkeologi sebagai titik awal dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait
dengan benda tersebut.
Misalkan, pada kelompok kolesi arca, setelah mengelompokkannya
berdasarkan bahan, maka perlu ditambahkan subkelompok, yaitu arca dewa, dewi,
manusia atau binatang. Contoh pada prasasti dapat dikelompokkan berdasarkan
bahan, yaitu batu atau logam dan pada subkelompok dapat ditambahkan pilihan
bahasa yang digunakan pada prasasti tersebut, seperti bahasa sansekerta, bahasa
jawa kuno, bahasa melayu kuno atau bahasa sunda kuno.
Demikian pula pada alat upacara dan alat rumah tangga, misalkan gerabah,
setelah dikelompokkan berdasarkan bahan, tanah liat, logam atau batu, maka pada
subkelompok ditambahkan pilihan seperti bagian bentuknya, yaitu cerat, badan,
bagian dasar, tutup dan pegangan. Semua konten informasi bersifat wajib isi,
sehingga keseluruhan informasi pada benda tersebut terekam dalam sistem
dokumentasi ini.
Pengisian dokumentasi koleksi arekologi juga harus diisi oleh orang yang
berasal dari disiplin ilmu arkeologi, sehingga dapat memudahkan pengisian
keseluruhan sistem dokumentasi koleksi arkeologi. Konten informasi yang
digunakan baik pada sistem dokumentasi manual ataupun sistem dokumentasi
digital harus diselaraskan.
Maksudnya adalah bahwa jika database koleksi diisi berdasarkan apa yang
disediakan pada lembar inventaris koleksi secara manual dan lembar inventaris
koleksi secara manual tersebut diisi oleh orang yang berlatarbelakang ilmu
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
86
Universitas Indonesia
arkeologi, maka isi dari subkelompok tersebut harus sesuai dengan yang ada pada
pilihan subkelompok di database koleksi. Dengan demikian terlihat bahwa sistem
dokumentasi tersebut memiliki kesamaan informasi.
Dengan menerapkan rekomendasi ini dalam katalog koleksi arkeologi,
maka museum telah melakukan pendekatan yang signifikan dalam memudahkan
para peneliti, khususnya arkeolog, dalam melakukan interpretasi melalui
rekonstruksi sejarah kebudayaan, rekonstruksi cara-cara hidup dan pemahaman
proses budaya.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
87
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis mengenai koleksi arkeologi dan dengan
mempertimbangkan teori yang telah diuraikan mengenai dokumentasi koleksi
arkeologi, maka didapat dua poin utama kesimpulan. Poin pertama mengenai
sistem dokumentasi yang selama ini diterapkan oleh pihak Museum Nasional dan
poin kedua mengenai koleksi arkeologi yang disimpan di Museum Nasional.
Pada Bab 4 telah diuraikan bagaimana sistem dokumentasi yang selama ini
dipraktekkan oleh pihak Museum Nasional ternyata masih belum memenuhi
kriteria dokumentasi arkeologi, mengingat penelitian ini terfokus pada
penanganan dokumentasi koleksi arkeologi. Hingga proses analisis selesai
dilakukan, tidak ditemukan adanya dokumentasi koleksi arkeologi yang memuat
informasi arkeologi.
Perangkat yang digunakan untuk bisa menghasilkan informasi arkeologi
itu juga tidak terlihat selama proses pengumpulan data ataupun analisis data.
Perangkat yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 2,
mengenai dimensi bentuk, ruang dan waktu. Selain itu juga tidak ditemukan
adanya informasi yang lengkap mengenai atribut koleksi itu sendiri yang
merupakan inti dari dokumentasi.
Kekurangan lain yang dapat disimpulkan adalah sistem dokumentasi yang
dilakukan hingga saat ini dapat dikatakan tidak menghasilkan informasi apapun
yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti misalnya, tidak ada pebaruan
informasi mengenai koleksi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap
koleksi tersebut. Hal ini terlihat dari buku katalog manual yang tidak terawat
dengan baik dari sejak dijilid pada tahun 1990-an.
Semua tanggal referensi yang dicantumkan dalam keterangan pada buku
katalog tersebut juga berasal dari penelitian lama. Hingga saat ini, informasi yang
tidak terisi saat buku katalog tersebut dibuat masih tetap tidak juga terisi. Hal
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
88
Universitas Indonesia
tersebut memberikan kesan bahwa, setelah dijilid tidak ada tindak lanjut lainnya
yang terhadap dokumentasi tersebut.
Sebagaimana juga yang terlihat pada proses analisis bahwa katalog manual
tersebut memiliki kekurangan seperti penyusunan yang tidak sistematis dan tidak
kronologis. Kekurangan tersebut tampaknya dicoba untuk diminimalisir dengan
menggunakan sistem komputerisasi untuk menghasilkan database. Ternyata
hasilnya pun masih jauh dari kriteria dokumentasi arkeologi dan dokumentasi
museologi.
Hal tersebut terlihat bahwa ketika dianalisis ternyata masih sulit untuk
mendapatkan informasi mengenai koleksi yang tidak didapat pada dokumentasi
manual dan masih juga tidak didapat di dokumentasi digital. Hal lain yang juga
tidak dapat dikesampingkan adalah keterpautan jumlah yang cukup besar antara
jumlah koleksi taksiran pada dokumentasi manual dengan dokumentasi digital.
Pada dokumentasi manual jumlah taksiran koleksi arkeologi
terdokumentasi adalah sebesar 16150. Sedangkan jumlah yang terdapat pada
dokumentasi digital yang secara otomatis diketahui hanya dengan mengetikkan
koleksi arkeologi adalah sebanyak 7126, apabila ditelusuri lebih lanjut, maka
jumlah tersebut berkurang menjadi 5903. Jumlah tersebut bahkan tidak mencapai
setengah dari jumlah taksiran yang didapat dari penjumlahan Lembar Inventaris
Koleksi yang diasumsikan bahwa satu Lembar Inventaris Koleksi mewakili satu
koleksi arkeologi.
Sementara itu, Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional
terbitan Museum Nasional tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah koleksi
arkeologi ada sebanyak 9020 tidak dapat dibuktikan kebenaranya pada penelitian
ini. Terpaut kurang lebih 2000 koleksi jika dibandingkan dengan jumlah yang
dihasilkan melalui perhitungan komputerisasi.
Pada akhirnya, dari kekurangan tersebut terlihat bahwa antara jumlah
koleksi yang dipamerkan dan tidak dipamerkan tidak memiliki sistem
dokumentasi yang tepat. Dalam arti, jumlah koleksi yang dipamerkan sangat
sedikit dari jumlah koleksi yang disimpan sehingga menimbulkan pertanyaan
apakah selebihnya tersimpan di gudang saja. Data jumlah koleksi yang didapatkan
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
89
Universitas Indonesia
dari penelusuran katalog, baik katalog manual ataupun katalog digital jelas tidak
sinkron.
Dokumentasi digital yang dilakukan diharapkan dapat menutup
kekurangan besar seperti ketidaktahuan jumlah pasti dari koleksi Museum
Nasional, dalam penelitian ini khususnya koleksi arkeologi, ternyata bahkan tidak
dapat memberikan informasi arkeologis terkait dengan koleksi arkeologi tersebut.
Lihat saja pada analisis yang dilakukan dengan menelusuri kelompok koleksi
berdasarkan jenisnya.
Kelompok koleksi tersebut memang memiliki jumlah yang secara otomatis
muncul, namun saat ditelusuri lebih lanjut tidak mampu menampilkan daftar
koleksi berdasarkan bahan dan bentuk. Sehingga informasi tersebut sulit diakses
dan akhirnya terkesan sama saja tidak informatifnya dengan dokumentasi katalog
manual.
Pada kenyataannya dari hasil analisis juga dapat disimpulkan bahwa
Museum Nasional tidak memiliki jumlah pasti mengenai koleksinya. Secara
khusus dalam hal ini adalah jumlah pasti dari koleksi arkeologi. Sehingga
menimbulkan pertanyaan lain, yaitu bagaimana Museum Nasional dapat
menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola, merawat dan
melestarikan koleksi, sementara dokumetansi koleksi yang merupakan sentral dari
kegiatan museum seperti, preservasi, penelitian dan komunikasi tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara kualitas.
Kualitas dokumentasi koleksi Museum Nasional dapat dilihat berdasarkan
persentase informasi yang disajikan dalam satu buku katalog. Sebagaimana yang
telah diuraikan pada proses analisis, didapat bahwa dalam satu buku katalog
penyajian informasi hanya 62.7% yang tersaji. Jumlah tersebut tentu saja masih
kurang jika pada prinsipnya museum juga berperan sebagai pelestari ilmu
pengetahuan.
Persentase tersebut tentu saja jauh dari yang diharapkan dapat dipenuhi
oleh museum. Museum diharapkan untuk dapat menjadi lembaga yang
menyajikan 100% informasi terkait dengan cabang ilmu. Karena fungsi dari
museum yang juga merupakan lembaga pencerdas masyarakat melalui pameran
yang dapat diakses oleh masyarakat secara umum.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
90
Universitas Indonesia
Dengan kenyataan seperti yang didapat dari hasil analisis dalam penelitian
ini secara garis besar Museum Nasional belum menjalankan dengan penuh
perannya sebagai museum yang berorientasi pada koleksi dan pengembangan
koleksi bagi ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat secara umum.
Untuk itu diperlukan perbaikan mendasar dalam sistem dokumentasi koleksi
Museum Nasional, dan khususnya dalam sistem dokumentasi koleksi arkeologi.
5.2 Saran
Untuk memperbaiki kualitas dokumentasi koleksi arkeologi agar dapat
menyajikan informasi arkeologi, maka yang pertama harus diperbaiki adalah
katalog koleksi mengikuti rekomendasi yang telah diberikan melalui penelitian
ini. Penambahan yang diperlukan adalah keterangan dimensi bentuk, ruang dan
waktu serta konteks koleksi saat ditemukan sebelum masuk ke museum.
Sebagai contoh, benda-benda koleksi yang didapat dari hasil ekskavasi
hendaknya menyertakan laporan ekskavasi. Sehingga asosiasi dan konteks dari
benda tersebut masih melekat walaupun telah melalui proses museolisasi.
Selanjutnya, dalam hal mengenai jumlah koleksi saran yang bisa diberikan
sebagaimana mempertimbangan hasil dari analisis dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan perhitungan ulang berdasarkan pada benda koleksi (reaccount
based on collection). Perhitungan langsung berdasarkan koleksi yang ada
memungkinkan perekaman yang menyeluruh terhadap koleksi arkeologi Museum
Nasional.
Perhitungan tersebut tentunya dilakukan secara manual satu per satu
merujuk pada koleksi arkeologi baik yang disimpan di gudang ataupun yang
dipamerkan. Dengan perhitungan langsung tersebut, pihak museum juga dapat
memastikan kondisi terkini koleksi. perhitungan langsung juga memiliki
kelebihan bahwa tidak akan terjadinya tumpang tindih koleksi ataupun kesalahan
tidak sistematis dan tidak kronologis dokumentasi yang dilakukakan.
Dengan melakukan perhitungan tersebut, pihak museum juga dapat
mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya secara langsung. Untuk itu,
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
91
Universitas Indonesia
dokumentasi-dokumentasi yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan
sebagai referensi saja tapi sudah tidak perlu dijadikan acuan dalam sistem
dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional.
Mengingat keberagaman koleksi arkeologi yang dimiliki oleh Museum
Nasional tentunya perhitungan berdasarkan koleksi secara langsung tersebut akan
memakan waktu yang tidak sebentar dan diperlukan tenaga yang berkualifikasi
untuk dapat melakukan dokumentasi arkeologis. Maka, diperlukan metode dan
teknik untuk dapat melakukan perhitungan yang efektif dan efisien.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
91
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Ambrose, Timothy. & Paine, Crispin. 2006. Museum Basics. London: Routledge. Attahiyyat, Candrian, (ed.). 1995. Bangunan Cagar Budaya di Wilayah DKI
Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Burcaw, G.E. 1997. Introduction to Museum Work. London: Atlamira. Deetz, James. 1967. Invitation to Archaeology. New York: National History
Press. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2002. Pengelolaan Koleksi Museum.
Jakarta: Direktorat Museum. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fagan, Brian. 2006. Archaeology: A Brief Introduction Ninth Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall. Fahy, Anne, (ed.). 1995. Collections Management. London: Routledge. Gottschalk, Louis. 1986. Understanding History: A Primer of Historical Method.
Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press. Hodder, Ian. 1992. Theory and Practice in Archaeology. London: Routledge. International Council of Museums. 2006. ICOM Code of Ethics for Museums.
Paris: Nory. Keene, Susan. 2002. Managing Conservation in Museum Second Edition. Oxford:
Butterworth-Heinemann. Knell, Simon, (ed.). 1994. Care of Collections. London: Routledge. Kotler, Neil G., Philip dan Wendy I. 2008. Museum Marketing and Strategy:
Designing Missions, Building Audiences, Generating Revenue and Resources. California: Jossey-Bass Aa Wiley Imprit.
Magetsari, Noerhadi. 2008. “Filsafat Museologi”, Museografia, vol. II no. 2
halaman 5. Jakarta: Direktorat Museum. McLean, Fiona. 1989. Marketing The Museum. London: Routledge.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
92
Universitas Indonesia
Maroević, Ivo. 1995. “The Museum Message: Between The Document and Information” halaman 23–36, artikel dalam Eilean Hooper-Greenhill (ed.). Museum, Media, Message. London: Routledge.
Pearce, Susan M. 1998. Interpreting Objects and Collections. London: Routledge. Poesponegoro, Marwati Djoened., dan Nugroho Notosusanto (ed.). 2008.
Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka. Rufaedah, Dedah., dkk. 2006. Pengembangan Museum Nasional. Jakarta:
Museum Nasional. Sedyawati, Edi. 1999. The Making of Indonesian Art. Halaman 99. Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. 2003. Archaeology: Discovering Our
Past. New York: McGraw-Hill Higher Education. Soemadio, Bambang., dkk. 2004. Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional.
Jakarta: Museum Nasional. Sukendar, Haris. 1976. “Catatan Sementara Mengenai Pola Hias dan Fungsi
Manik-manik Dari Prasejarah Di Indonesia” halaman 54–68, dalam Buletin Yaoerna: Berita Ilmu-Ilmu Sosial dan Kebudyaan. Jakarta: Yayasan Perpustakaan Nasional.
Spaulding, Albert C. 1971. “The Dimension of Archaeology” halaman 23−39,
artikel dalam James Deetz. Man’s Imprint From The Past. Kanada: Little, Brown and Company.
Van Der Hoop. 1949. Indonesische Siermotieven Ragam-ragam Perhiasan
Indonesia Indonesian Ornamental Design. Jakarta: Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen.
Van Mensch, Peter. 2003. Museology And Management: Enemies Or Friends.
Current Tendencies in Theoretical Museology and Museum Management in Europe. Makalah disampaikan dalam konferensi Japanese Museum Management Academy pada tanggal 7 Desember 2003, Tokyo.
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Inventaris Registrasi No. Foto No. Negatif Film No. Slide No. Gambar Lain‐lain Bentuk Ukuran (cm)Bahan (media, jenis
cat, dll)Warna
Motif/Gambar/G
aya
Teknik
PembuatanJudul Lain‐lain
Asal Benda (Desa, Kec.,
Kab., Prop,. Negara)
Latar Belakang
(artis/pembuat)
Tahun
Pembuatan
Kegunaan/Fungsi
Benda
Tanggal
Peroleh
Umur
Benda/ZamanCara Perolehan
1. 8833 29651 Arkeologi/Bandul Tali Kasta √ √ – – – – – √ – √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
2. 8834 29652 Arkeologi/Bandul Tali Kasta √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
3. 8835 29653 Arkeologi/Bandul Tali Kasta √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
4. 8836 29654 Arkeologi/Bandul Tali Kasta √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
5. 8837 29655 Arkeologi/Hiasan Ikat Pinggang √ √ – – – – – √ √ √ √ – ? – – √ – √ ? √ √ √ √ √ √
6. 8838 29656 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
7. 8839 29657 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
8. 8840 29658 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
9. 8841 29659 Arkeologi/Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
10. 8842 29660 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ √ √ – – √ – √ ? √ √ √ √ √ √
11. 8843 29661 Arkeologi/Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
12. 8844 29662 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
13. 8845 29663 Arkeologi/Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
14. 8846 29664 Arkeologi/Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
15. 8847 29665 Arkeologi/Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
16. 8848 29666 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
17. 8849 29667 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ – √ √ √ √ √ ?
18. 8850 29668 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ √ √ – – √ √ √ √ √ – √ √ √ ?
19. 8851 29669 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – – – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
20. 8852 29670 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
21. 8853 29671 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
22. 8854 29672 Cincin √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
23. 8855 29673 Arkeologi/Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
24. 8856 29674 Arkeologi/Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
25. 8857 29675 Arkeologi/Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
26. 8858 29676 Arkeologi/Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
27. 8859A 29677 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
28. 8859 B 1‐10 29678 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
29. 8859 C 1‐9 29679 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
30. 8859 D 1‐9 29680 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
31. 8859 E 1‐10 29681 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
32. 8859 F 1‐10 29682 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
33. 8859 G 1‐9 29683 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
34. 8859 H 1‐10 29684 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
35. 8859 I 1‐10 29685 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
36. 8859 J 1‐10 29686 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
37. 8859 K1‐10 29687 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
38. 8859 L 29688 Gelang Piligre √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
39. 8860 a 29689 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
40. 8860 b 29690 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
41. 8860 c 29691 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
42. 8860 d 29692 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
43. 8860 e 29693 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
44. 8860 f 29694 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
45. 8860 g 29695 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ – ?
46. 8860 h 29696 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
47. 8890 i 29697 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ – √ √ √ √ – √
48. 8860 I 29698 Arkeologi/Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ ? √ √ √ √ – √
49. 8860 m 29699 Arkeologi/Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ ? √ √ √ √ – √
50. 8860 j 29700 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ – ?
51. 8860 k 29701 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ – √
52. 8860 L 29702 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ – ?
53. 8860 M 29703 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
54. 8860 n 29704 Fragmen Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
55. 8860 O 29705 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
56. 8860 R 29706 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
57. 8860 S 29707 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
58. 8860 T 29708 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
59. 8860 u 29709 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
60. 8860 V 29710 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
61 8860 w 29711 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
62. 8860 X 29712 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
63. 8860 Y 29713 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
64. 8860 Z 29714 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
65. 8860 aa 29715 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
66. 8860 bb 29716 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
67. 8860 cc 29717 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
68. 8860 dd 29718 Bagian Kalung √ √ – – – – – ? √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
69. 8860 EE 29719 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
70. 8860 ff 29720 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
71. 8860 gg 29721 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
72. 8860 hh 29722 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
73. 8860 ii 29723 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
74. 8860 jj 29724 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
75. 8860 kk 29725 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
76. 8860 LL 29726 Fragmen Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
77. 8861 29727 Hiasan Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ ? √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
78. 8862 29728 Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ ? √ – √ √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
79. 8863 29729 Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
80. 8864 29730 Hiasan Telinga √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
81. 8865 a 29731 Bagian Kalung √ – – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
82. 8865 b 29732 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
83. 8865 c 29733 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ ?
84. 8865 d 29734 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
85. 8865 e 29735 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
86. 8865 f 29736 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
87. 8865 g 29737 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
88. 8865 h 29738 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
89. 8865 i 29739 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
90. 8865 j 29740 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
91. 8865 k 29741 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
92. 8865 L 29742 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
93. 8865 m 29743 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
94. 8865 n 29744 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
95. 8865 o 29745 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
96. 8865 p 29746 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
97. 8865 q 29747 Bagian Kalung √ √ – – – – – √ √ √ √ – √ – – √ – √ √ √ √ √ √ √ √
LAMPIRAN 1. TABEL INFORMASI TERISI PADA SATU BUKU KATALOG KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL (KOLEKSI EMAS WONOBOYO)
Kondisi Benda Keterangan Deskripsi
Nomor
No.
Piktorial
Jenis/Nama BendaAsal Ditemukan
Benda
Tempat
Penyimpanan
Deskripsi Benda Riwayat Benda
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Inventaris Registrasi No. Foto No. Negatif Film No. Slide No. Gambar Lain‐lain Bentuk Ukuran (cm)Bahan (media, jenis
cat, dll)Warna
Motif/Gambar/
Gaya
Teknik
PembuatanJudul Lain‐lain
Asal Benda (Desa, Kec., Kab.,
Prop,. Negara)
Latar Belakang
(artis/pembuat)
Tahun
Pembuatan
Kegunaan/Fungsi
Benda
Tanggal
Peroleh
Umur
Benda/ZamanCara Perolehan
1. 8833 29651 Arkeologi/Bandul Tali Kasta 1 2 – – – – – 8 – 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 25
2. 8834 29652 Arkeologi/Bandul Tali Kasta 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 253. 8835 29653 Arkeologi/Bandul Tali Kasta 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 254. 8836 29654 Arkeologi/Bandul Tali Kasta 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 255. 8837 29655 Arkeologi/Hiasan Ikat Pinggang 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – ? – – 16 – 18 – 20 21 22 23 24 256. 8838 29656 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 257. 8839 29657 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 258. 8840 29658 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 25
LAMPIRAN 2. TABEL PERSENTASE TINGKAT INFORMASI PADA SATU BUKU KATALOG KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL (KOLEKSI EMAS WONOBOYO)
Deskripsi Benda Riwayat BendaKondisi
BendaDeskripsiNo.
NomorJenis/Nama Benda
Asal Ditemukan
Benda
Tempat
Penyimpanan
PiktorialKeterangan
9. 8841 29659 Arkeologi/Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2510. 8842 29660 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 12 13 – – 16 – 18 – 20 21 22 23 24 2511. 8843 29661 Arkeologi/Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2512. 8844 29662 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –13. 8845 29663 Arkeologi/Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2514. 8846 29664 Arkeologi/Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2515. 8847 29665 Arkeologi/Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2516. 8848 29666 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2517. 8849 29667 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 – 20 21 22 23 24 –18. 8850 29668 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 12 13 – – 16 17 18 19 20 – 22 23 24 –19. 8851 29669 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – – – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –20. 8852 29670 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2521. 8853 29671 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –22. 8854 29672 Cincin 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2523. 8855 29673 Arkeologi/Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2524. 8856 29674 Arkeologi/Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2525. 8857 29675 Arkeologi/Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2526. 8858 29676 Arkeologi/Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2527. 8859A 29677 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2528. 8859 B 1‐10 29678 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2529. 8859 C 1‐9 29679 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 25g g30. 8859 D 1‐9 29680 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2531. 8859 E 1‐10 29681 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2532. 8859 F 1‐10 29682 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2533. 8859 G 1‐9 29683 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2534. 8859 H 1‐10 29684 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2535. 8859 I 1‐10 29685 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2536. 8859 J 1‐10 29686 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2537. 8859 K1‐10 29687 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2538. 8859 L 29688 Gelang Piligre 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2539. 8860 a 29689 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –40. 8860 b 29690 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –41. 8860 c 29691 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –42. 8860 d 29692 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –43. 8860 e 29693 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 –44. 8860 f 29694 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2545. 8860 g 29695 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 – –46. 8860 h 29696 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2547. 8890 i 29697 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 – 20 21 22 23 – 2548. 8860 I 29698 Arkeologi/Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 – 20 21 22 23 – 2549. 8860 m 29699 Arkeologi/Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 – 20 21 22 23 – 2550. 8860 j 29700 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 – –50. 8860 j 29700 Bagian Kalung 1 2 8 9 10 11 13 16 18 19 20 21 22 2351. 8860 k 29701 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 – 2552. 8860 L 29702 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 – –53. 8860 M 29703 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2554. 8860 n 29704 Fragmen Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2555. 8860 O 29705 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2556. 8860 R 29706 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2557. 8860 S 29707 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2558. 8860 T 29708 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2559. 8860 u 29709 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2560. 8860 V 29710 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2561 8860 w 29711 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2562. 8860 X 29712 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2563. 8860 Y 29713 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2564. 8860 Z 29714 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2565. 8860 aa 29715 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2566. 8860 bb 29716 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2567. 8860 cc 29717 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2568. 8860 dd 29718 Bagian Kalung 1 2 – – – – – – 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 ‐69. 8860 EE 29719 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2570. 8860 ff 29720 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2571. 8860 gg 29721 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2571. 8860 gg 29721 Fragmen Bagian Kalung 1 2 8 9 10 11 13 16 18 19 20 21 22 23 24 2572. 8860 hh 29722 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2573. 8860 ii 29723 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2574. 8860 jj 29724 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2575. 8860 kk 29725 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2576. 8860 LL 29726 Fragmen Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2577. 8861 29727 Hiasan Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2578. 8862 29728 Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – 15 16 – 18 19 20 21 22 23 24 ‐79. 8863 29729 Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2580. 8864 29730 Hiasan Telinga 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 ‐81. 8865 a 29731 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 ‐82. 8865 b 29732 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2583. 8865 c 29733 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 ‐84. 8865 d 29734 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2585. 8865 e 29735 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2586. 8865 f 29736 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2587. 8865 g 29737 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2588. 8865 h 29738 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2589. 8865 i 29739 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2590. 8865 j 29740 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2591. 8865 k 29741 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2592 8865 L 29742 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2592. 8865 L 29742 Bagian Kalung 1 2 8 9 10 11 13 16 18 19 20 21 22 23 24 2593. 8865 m 29743 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2594. 8865 n 29744 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2595. 8865 o 29745 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2596. 8865 p 29746 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 2597. 8865 q 29747 Bagian Kalung 1 2 – – – – – 8 9 10 11 – 13 – – 16 – 18 19 20 21 22 23 24 25
Jumlah
Koleksi97
Jumlah Pembobotan 97 194 0 0 0 0 0 768 864 970 1067 24 1235 0 15 1552 17 1746 1729 1940 2016 2134 2231 2160 1975Jumlah Informasi Terisi 97 97 0 0 0 0 0 96 96 97 97 2 95 0 1 97 1 97 91 97 96 97 97 90 79Persentase Konten Terisi 100% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 99% 99% 100% 100% 2% 98% 0% 1% 100% 1% 100% 94% 100% 99% 100% 100% 93% 81%
80%
100%
100% 100% 99% 99% 100% 100% 98% 100% 100% 94% 100% 99% 100% 100% 93%81%
INFORMASI YANG TERSEDIA
0%
20%
40%
60%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0% 0% 0% 0% 0% 2% 0% 1% 1%
KONTEN
persentase
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011