Upload
doanh
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
TINJAUAN HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk, DAN PT APEXINDO
PRATAMA DUTA Tbk
TESIS
MAULIDYA NURHARLIMA SIREGAR 1106031495
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM JAKARTA
JANUARI 2013
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
TINJAUAN HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk, DAN PT APEXINDO
PRATAMA DUTA Tbk
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Hukum
MAULIDYA NURHARLIMA SIREGAR
1106031495
FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI JAKARTA
JANUARI 2013
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perusahaan-perusahaan
tercatat yang sudah dihapuskan pencatatan sahamnya di Bursa untuk melakukan
pencatatan kembali (relisting) sahamnya di Bursa. Dari perusahaan-perusahaan
yang dihapuskan pencatatan sahamnya, penelitian ini melakukan obyek penelitian
pada tiga perusahaan antara lain: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk ( ),
PT Bukaka Teknik Utama Tbk ( ), PT Apexindo Pratama Duta Tbk
( ). Alasan dipilihnya ketiga perusahaan ini karena ketiga
perusahaan ini telah melakukan delisting pada waktu yang bersamaan yakni pada
tahun 2009 dan dalam waktu yang singkat ketiga perusahaan tersebut hendak
melakukan relisting di Bursa. Melihat pada status dari ketiga perusahaan tersebut
membuat pilihan mekanisme untuk melakukan relisting berbeda-beda dimana
mekanisme untuk melakukan relisting tidak diatur dalam Peraturan BEJ No. I-I
sehingga menimbulkan ketidakjelasan, ketidakseragaman dan kepastian hukum
yang terjadi di kalangan pelaku usaha khususnya Emiten yang hendak melakukan
relisting. Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban
mengenai mekanisme hukum yang paling tepat dilakukan oleh perusahaan yang
hendak melakukan relisting dikaitkan dengan pertimbangan hukum masing-
masing perusahaan dan untuk melihat juga akibat yang timbul apabila dilakukan
relisting terhadap pemegang saham minoritas dari perusahaan-perusahaan sebagai
bentuk pertanggungjawaban dari perusahaan terhadap pemegang sahamnya.
Penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan tesis ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
Dalam hal ini Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan waktu dan dana
maka penelitian ini jauh dari rasa memuaskan.
Alhamdulillah saya haturkan kepada Allah SWT atas limpahan berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
tesis ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
v
1. Orang tua Penulis yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
material serta doa yang tiada henti-hentinya selama masa persiapan tesis
hingga menempuh sidang tesis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan baik dan tepat pada waktunya.
2. Bapak Arman Nefi S.H.M.M, sebagai pembimbing tesis penulis yang selalu
membantu dan membimbing penulis serta selalu memberikan saran, kritik
dan masukan kepada penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan baik dan tepat pada waktunya.
3. Ibu Dr. Tri Hayati S.H., M.H dan Bapak Akhmad Budi Cahyono S.H., M.H,
selaku penguji untuk saran, kritik, dan waktunya untuk menguji tesis penulis.
4. Prof. DR. Rosa Agustina, S.H., M.H selaku Ketua Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibu Dr. Nurul Tri Hayati S.H., M.H
dan Bapak Heru Susetyo S.H., LL.M., M.Si sebagai jajaran Sekretariat
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
5. Para dosen pengajar yang mengajar penulis semasa perkuliahan dan para staf
biro pendidikan lainnya, staf di perpustakaan, Pak Watijan, Pak Ari, Alm. Pak
Udin dan seluruh staf lainnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang
namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua ilmu,
bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada Penulis selama Penulis
menempuh masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
6. Keluarga Penulis sekalian, yakni Keluarga Bapak-Ibu Yusuf Siregar, keluarga
Bapak-Ibu Rapotan Siregar dan keluarga Bapak-Ibu Arjunadi Karnajaya serta
seluruh keluarga besar lainnya yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu
per satu, terima kasih atas dukungan moril dan semangat yang tak henti-
hentinya diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan baik.
7. Saudara-saudara Sepupu Penulis yakni Nurvita K Siregar, Vika Nurina, Vano
Siregar, Niti Agung Firmansyah, Dhea Gita Ardhana, Dwinanda Gita Safitri
dan para saudara-saudara sepupu lainnya yang namanya tidak bisa disebutkan
satu per satu yang telah memberikan dukungan moril, semangat, masukan
kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan tesisnya dengan baik.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
vi
8. Para narasumber baik yang bersedia dicantumkan namanya atau tidak
bersedia dicantumkan namanya, terima kasih banyak atas diskusi, informasi
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik dan tepat waktu.
9. Sahabat terdekat penulis Tifanny Natalia Hakim, Lulu Latifa, Puri Paskatya
Yap, Mutiara Suseno, Tesalonika Barus, Irene Elfrida, Sheila Ramadhani
Alam, Anggia Kandhi, Adhika Paramartha Sajjana Wiyoso, Yahdi
Salampessy, Ammar Gill, Fahrurozi Muhammad, Omar Syarief Smith atas
dukungan moril, semangat, saran, kritik dan persahabatan yang selama ini
diberikan kepada penulis.
10. Sahabat penulis lainnya Winda Limengka, Nova Pudjianti, Michael Brata,
dan seluruh teman-teman Batch 8 di Lubis Ganie Surowidjojo Lawfirm,
terima kasih atas dukungan, semangat, persahabatan yang tak henti-hentinya
diberikan kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman MHUI Kelas Ekonomi Reguler angkatan 2011, Adi
Sulistyo, Didy Supriadi, Fara Nita, Pirhot Nababan dan teman-teman lainnya
yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat,
dukungan dan pertemanan yang sudah tercipta selama ini dan senantiasa akan
ada.
12. Semua pihak lainnya yang telah membantu dan mendukung penulis selama
penulisan tesis, sidang yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima
kasih banyak atas bantuan dan dukungannya selama ini.
Jakarta, 21 Januari 2013
Penulis
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
viii
ABSTRAK
Nama : Maulidya Nurharlima Siregar
Program Studi : Ilmu Hukum Ekonomi (Magister Reguler)
Judul : Tinjauan Hukum Terhadap Mekanisme Pencatatan Kembali
(Relisting) Saham di Bursa Efek Indonesia Studi Pada: PT Jasa
Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, dan PT
Apexindo Pratama Duta Tbk.
Penulisan ini membahas mengenai mekanisme pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa yang dikaitkan dengan pertimbangan hukum yang mendasari perusahaan untuk melakukan relisting. Mekanisme pencatatan kembali saham di Bursa ini tidak diatur secara eksplisit dalam Peraturan BEJ No. I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Berkaitan dengan mekanisme pencatatan kembali saham ini harus dikaitkan dengan alasan perusahaan dihapus pencatatan sahamnya di Bursa. Sebagai konsekuensi dari pencatatan kembali saham di Bursa tentunya memberikan akibat hukum terhadap pemegang saham minoritas dari perusahaan-perusahaan yang melakukan relisting. Penulisan tesis ini menekankan studi pada tiga perusahaan yakni: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk, dengan alasan bahwa ketiga perusahaan tersebut sudah delisting sejak tahun 2009 dengan alasan yang berbeda sehingga mengakibatkan dipilihnya mekanisme relisting yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian doktrinal dengan melakukan pendekatan perbandingan (comparative approach) atas tindakan hukum yang akan diambil oleh perusahaan-perusahaan yang hendak mengajukan permohonan relisting. Pendekatan perbandingan ini juga membandingkan proses dan mekanisme delisting dan relisting di Indonesia dan di Amerika Serikat sebagai suatu landasan teori.
Kata Kunci:
Relisting; delisting, pencatatan saham kembali, akibat hukum pemegang saham
minoritas.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
ix
ABSTRACT
Name : Maulidya Nurharlima Siregar
Study Program : Business Law (Master Degree)
Title : Legal Review on Relisting Share Mechanism in Indonesia
Stock Exchange Study on: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT
Bukaka Teknik Utama Tbk, and PT Apexindo Pratama Duta
Tbk.
This thesis concerns on the mechanism of relisting share in Indonesia Stock Exchange related to legal consideration for the company to relist. The mechanism of relisting is not stipulated on BEJ Regulation No. I-I regarding Delisting and Relisting Share in Indonesia Stock Exchange. Pursuant to the mechanism of relisting, it must also be considered with the causes why a company was delisted. As a consequence of relisting share in Indonesia Stock Exchange, it can be stated that it will give legal effect on minority shareholder protection. Research of this thesis will be studied on three companies, such as: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, and PT Apexindo Pratama Duta Tbk, due to the similarity were delisted on 2009. It can be said that with different causes creates different mechanism to relist their shares so that creates legal uncertainty among the investors. Because of that legal uncertainty it is also explained about which one of the mechanism is correct to be done. This thesis used doctrinal research with comparative approach on legal consideration that is taken by these three companies and on different mechanism to relist their share and the comparison on delisting and relisting process between Indonesia and United States
Keywords:
Relisting, delisting, minority shareholder protection.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iii KATA PENGANTAR........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................. vii ABSTRAK........................................................................................................... viii DAFTAR ISI........................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 7 1.4 Kerangka Teori............................................................................... 8 1.5 Definisi Operasional..................................................................... 11
1.6. Metode Penelitian......................................................................... 13 1.7 Sistematika Penulisan................................................................... 16 BAB 2 TINJAUAN HUKUM TENTANG DELISTING DAN
RELISTING TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PELAKSANAAN RELISTING PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO
2.1 Jenis Pasar Modal di Indonesia..................................................... 20 2.1.1 Pasar Perdana.................................................................... 20 2.1.2 Pasar Sekunder atau Pasar Reguler................................... 21
2.2 Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia.................................. 23 2.2.1 Syarat Jumlah Pemegang Saham...................................... 24 2.2.2 Syarat Jumlah Saham........................................................ 25 2.2.3 Syarat Jumlah Aktiva........................................................ 25 2.2.4 Prosedur Pencatatan Saham dari Emiten.......................... 26 2.2.5 Prosedur Pencatatan Saham dari Perusahaan Publik........ 29
2.3 Pengertian Delisting...................................................................... 31 2.4 Persyaratan Delisting.................................................................... 33
2.4.1 Persyaratan Voluntary Delisting di Indonesia................... 33 2.4.2 Persyaratan Voluntary Delisting di Amerika.................... 34 2.4.3 Persyaratan Involuntary Delisting di Indonesia................ 35 2.4.4 Persyaratan Involuntary Delisting di Amerika.................. 36 2.5 Prosedur Delisting......................................................................... 36 2.5.1 Prosedur Voluntary Delisting di Indonesia....................... 37
2.5.1.1 Pembeian Saham Melalui Proses Tender Offer di Indonesia............................................................... 38
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
xi
2.5.2 Prosedur Voluntary Delisting di Amerika........................ 42 2.5.2.1 Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di
Amerika................................................................. 43 2.5.2.1.1 Disclosure.............................................. 44
2.5.2.1.2 Substantive Restrictions on Tender Offer...................................................... 46
2.5.2.1.3 Fraud Prohibition................................... 47 2.5.2.1.4 Special Bids............................................. 47
2.5.3 Prosedur Involuntary Delisting di Indonesia.................... 48 2.5.4 Prosedur Involuntary Delisting di Amerika...................... 48 2.6 Pengertian Relisting...................................................................... 49 2.7 Persyaratan Relisting di Indonesia................................................ 50 2.7.1 Persyaratan Umum Relisting............................................. 50 2.7.2 Persyaratan Relisting di Papan Utama.............................. 52 2.7.3 Persyaratan Relisting di Papan Pengembangan................ 53 2.8 Prosedur Relisting di Indonesia..................................................... 53 2.9 Prosedur Relisting di Amerika...................................................... 56
2.10 Pertimbangan Hukum PT JASS, PT BUKK, PT Apexindo Dalam Melakukan Relisting..................................................................... 57 2.10.1 Pertimbangan Hukum PT Jasa Angkasa Semesta Tbk
( )..................................................................... 57 2.10.2 Pertimbangan Hukum PT Bukaka Teknik Utama Tbk
( ).................................................................. 59 2.10.3 Pertimbangan Hukum PT Apexindo Pratama Duta Tbk ( )............................................................. 61
BAB 3 MEKANISME RELISTING SAHAM DI BURSA EFEK
INDONESIA STUDI PADA: PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO
3.1 Pihak-pihak Terkait Dalam Pasar Modal...................................... 66 3.1.1 Lembaga yang Bergerak di Pasar Modal.......................... 66 3.1.1.1 3.1.1.2 3.1.1.3 3.1.1.4 Lembaga Kliring dan Penjaminan ( 3.1.1.5 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
( 3.1.2 3.1.2.1 Biro Administrasi Efek ( 3.1.2.2 3.1.2.3 3.1.2.4 3.1.2.5 Pemeringkat Efek (Rating Company 3.1.3 3.2 3.3
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
xii
3.4 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering 3.4.1 Tahapan Penawara 3.4.1.1 Tahap Pra- 3.4.1.1.1 Tahap Pra-Emisi Internal Perusahaan... 80 3.4.1.1.2 Tahap Pra- 81 3.4.1.2 3.4.1.2.1 Tahap Emisi d 3.4.1.3 T 3.5 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue 3.6 Mekanisme Relisting Saham PT JASS di Bursa Efek
3.6.1 Secondary Public Offering 3.6.2 Mekanisme Right Issue 3.6.3 Prosedur Relisting 3.7 Mekanisme Relisting Saham PT BUKK di Bursa Efek
3.7.1 Mekanisme Right Issue
3.7.2 Prosedur Relisting 3.8 Mekanisme Relsiting Saham PT Apexindo di Bursa Efek 3.8.1 Mekanisme Right Issue 3.8.2 Prosedur Relisting BAB 4 AKIBAT HUKUM RELISTING TERHADAP
PERLINDUNGAN HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS (MINORITY SHAREHOLDERS) PADA PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO
4.1 Hak dan Kewenangan Pemegang Saham Dalam UU/40/2007... 107 4.2 Karakter Pemegang Saham Dalam Perusahaan Terbuka............ 110 4.3 Teori Stakeholding (Stakeholding Theory)................................. 114 4.4. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di
Amerika....................................................................................... 116 4.5 Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di
Indonesia..................................................................................... 120 4.5.1 Hak Perorangan............................................................... 120 4.5.1.1 Fiduciary Duty.................................................... 121 4.5.1.2 Business Judgement Rule.................................... 123 4.5.2 Pre-emptive Right........................................................... 124 4.5.3 Hak Derivatif................................................................... 125 4.5.4 Hak Pemeriksaan............................................................. 125
4.6. Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Hak Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo............................ 126 4.6.1 Hak Pemegang Saham Minoritas Untuk
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
xiii
Memperdagangkan Sahamnya di Bursa dan Membeli Saham Baru..................................................................... 127
4.6.2 Hak Suara Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholder Voting Rights)............................ 127
4.6.3 Hak Untuk Mendapatkan Dividen.................................. 130 4.6.4 Hak Derivatif................................................................... 130 4.6.5 Pre-emptive Right............................................................ 131 4.6.6 Monitoring and Supervising Rights................................ 131 4.6.7 Equal Participation on Tender Offer.............................. 132 4.6.8 Hak Untuk Mendapat Keterbukaan Informasi yang Harus Diumumkan Kepada Publik.................................. 133 4.6.9 Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Untuk Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan.... 134 4.6.10 Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Mengenai Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha........ 135 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan................................................................................. 138 5.2 Saran............................................................................................139 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 141
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kekuatan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai
macam cara antara lain dengan melihat ketersediaan sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia (human resources), lembaga-lembaga
ekonomi (economic institutions), kapasitas produksi (productive capacity) dan
tingginya tingkat investasi.1 Investasi dalam hal ini dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu investasi keuangan (financial investment), investasi komoditas
(commodity investment), dan investasi pada sektor riil. 2 Investasi komoditas
merupakan investasi yang dilakukan dengan menggunakan barang komoditas
yang dapat digantikan dengan komoditas lain dengan tipe yang sama atau disebut
juga dengan perdagangan berjangka (future trading). Investasi riil atau sering
disebut juga investasi langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan cara
mendirikan perusahaan pada sektor usaha tertentu, pembukaan perkebunan,
pertambangan dan lain-lain. Investasi keuangan dibagi menjadi menjadi dua yakni
investasi pada pasar uang dan investasi pada pasar modal. Investasi pada pasar
uang adalah investasi yang obyek investasinya berupa uang, biasanya dalam
bentuk valuta asing dan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh industri
perbankan, seperti sertifikat deposito, commercial paper, SBPU (Surat Berharga
Pasar Uang) dan lain sebagainya. 3 Sementara investasi pada pasar modal
merupakan investasi keuangan yang juga bisa berupa surat-surat berharga yang
diterbitkan oleh perusahaan, seperti saham, obligasi, waran, opsi, dan surat
1 Herbert E. Dougall dan Jack E. Gaumnitz, Capital Markets and Institutions, Ed. 5, (New Jersey: Prentice-Hall, Engelewood Cliffs, 07632), hlm. 1. nation may be measured in many ways. In part, it may be measured by the value of its accumulated wealth and by the rate at which this wealth grows through the savings and investment process. Or it may be measured in terms of its human and natural resources, its economic institutions, and its productive capacity.
2 Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal Pengetahuan Dasar , (Jaakrta: PT Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), hlm. 2.
3 Ibid.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
2
berharga lainnya.4 Melihat klasifikasi investasi keuangan yang dapat dilakukan
dalam pasar uang dan pasar modal, dapat dilihat perbedaan diantara keduanya
yakni terhadap obyek yang menjadi instrumen untuk diinvestasikan dan lembaga
keuangan yang mengeluarkan.
Perkembangan pasar modal di Indonesia pertama kali diperkenalkan
pada masa pemerintahan kolonial Belanda tahun 1912 dan masih beroperasi
hingga terjadinya perang dunia ke-2. Pada saat itu, Indonesia memiliki tiga Bursa
Efek antara lain: Bursa Efek Jakarta yang telah dibuka pada tahun 1912, Bursa
Efek Surabaya dan Semarang yang diperkenalkan pada tahun 1924.5 Pada tahun
1976 Presiden dalam Keputusan Presiden mendirikan Badan Pengawas Pasar
Modal (selanjutnya disebut dengan ) atau The Capital Market Supervisory Agency dibawah kepemimpinan Menteri Keuangan. Pada tahun
1987 1995, pemerintah melakukan perombakan peraturan yang sekiranya dapat
menghambat investor melakukan investasi di pasar modal untuk disesuaikan
terhadap perkembangan praktek pasar modal salah satunya dengan mengeluarkan
izin kepada pihak asing untuk ikut serta melakukan perdagangan efek (trading) pada pasar modal Indonesia.6 Dalam periode deregulasi ini juga dijelaskan bahwa
pihak penyelenggara Bursa yang sebelumnya hanya dilakukan oleh Bapepam, kini
Bapepam bertindak sebagai badan pembentuk peraturan (regulator) dan
masuknya lemabaga-lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia
(selanjutnya disebut ), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia
(selanjutnya disebut ), Reksa Dana, dan Manajer Investasi. Jika selama
tahun 1984-1988 tidak ada satu pun perusahaan yang go public, pada tahun 1989
sejak deregulasi dilancarkan pasar modal Indonesia benar-benar booming dimana
terdapat 37 perusahaan yang go public dan sahamnya tercatat di BEJ (listed).7
4 Ibid.
5 Margaret M. Price, Emerging Stock Markets A complete Investment Guide to New Markets Around The World, (Singapore: Mc-Graw-Hill Book Co, 1994), hlm. 265.
6 Kementerian Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal Indonesia.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
3
Periode deregulasi ini memberikan banyak perubahan-perubahan yang signifikan
terhadap kegiatan pasar modal di Indonesia. Perkembangan periode terakhir dari
pasar modal Indonesia (tahun 1995-sekarang) ditandai dengan lahirnya Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1995 (selanjutnya disebut dengan ).
UU/8/1995 memberi kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam
selaku Self Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam mudah
untuk bergerak dan menegakkan hukum sehingga menjamin kepastian hukum.
Disatu sisi pasar modal Indonesia memang mengalami kemajuan yang
signifikan sejak periode deregulasi namun perlu dilihat sisi lainnya dimana pasar
modal Indonesia belumlah mendapatkan kepercayaan dari publik internasional
sebagai pasar modal yang aman bagi para investor. Pada tahun 1997, Indonesia
menuai akibat yang sangat dahsyat dari moral hazard pelaku ekonomi, yaitu krisis
moneter yang menghancurkan perekonomian makro Indonesia. Akibat dari krisis
ekonomi ini sampai ke pasar modal Indonesia dimana beberapa perusahaan harus
dikenakan tindakan delisting oleh otoritas pasar modal, Indeks Harga Saham
Gabungan (selanjutnya disebut dengan ) anjlok, mata uang rupiah
mengalami depresiasi secara tajam terhadap US Dollar.8 Delisting yang dialami
pada tahun 1997-1998 akibat krisis moneter merupakan delisting yang terjadi
karena pengaruh paksaan dari kondisi perekonomian yang membuat perusahaan-
perusahaan listed tersebut untuk melakukan penghapusan pencatatan dari Bursa.
Namun adapun fakta bahwa sejak tahun 2002, terdapat 63 perusahaan yang
mengalami delisting, dimana 17 perusahaan diantaranya melakukan delisting
secara sukarela. 9 Melihat fakta yang terjadi pada tahun 1997, 2002-2006,
perusahaan-perusahaan yang sahamnya listed di Bursa mengalami delisting secara
paksa (involuntary delisting) oleh BEI dibandingkan dengan perusahaan yang
melakukan delisting secara sukarela (voluntary delisting).10
7 M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 73.
8 Ibid., hlm. 74.
9 Indra Safitri, Transparansi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal , (Jakarta: Global Book & Publication Book Division, 1998), hlm. 6.
10 Ibid.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
4
Proses delisting tentunya memberikan dampak positif dan negatif bagi
suatu perusahaan, khususnya status perusahaan itu sendiri. Seperti yang kita
ketahui bahwa bentuk perusahaan dapat terdiri dari Perusahaan Tertutup (private company), Perusahaan Publik (public company), dan Perusahaan Terbuka yang
sahamnya dicatatkan di Bursa (public-listed company). Tentunya bentuk
perusahaan yang memungkinkan terbentuk ketika perusahaan tersebut telah
mengalami delisting adalah Perusahaan Tertutup dan Perusahaan Publik. Setiap
bentuk perusahaan tentu memiliki keuntungan dan kerugian yang tidak dapat
dipungkiri. Apabila perusahaan lebih banyak mengalami kerugian daripada
keuntungan maka perusahaan tersebut akan melakukan perubahan bentuk
perusahaan, salah satunya dengan melakukan upaya pencatatan kembali. Upaya
pencatatan kembali inilah yang disebut juga dengan relisting. Baik pengaturan
mengenai delisting ataupun relisting tidak diakomodir dalam UU/8/1995 ataupun
Peraturan Bapepam, melainkan diakomodir oleh Peraturan Bursa Efek dalam
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 tentang
Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan
Kembali (Relisting) Saham di Bursa (selanjutnya disebut
I - ). Selanjutnya mengenai suatu proses pencatatan saham di bursa maka
mengacu juga pada Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-
305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan
Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat
(selanjutnya disebut dengan - ).
Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi terhadap tiga
perusahaan yang sahamnya baru dihapuskan pencatatan dari BEJ dan hendak
melakukan proses pencatatan kembali. Perusahaan-perusahaan tersebut antara
lain: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (selanjutnya disebut ), PT Bukaka
Teknik Utama (selanjutnya disebut ), PT Apexindo Pratama Duta
Tbk (selanjutnya disebut ). Alasan dipilihnya ketiga perusahaan
tersebut adalah: Pertama, perusahaan tersebut sama-sama sudah delisting sejak
tahun 2009 dan hendak mengajukan permohonan relisting yang akan diproses
pada tahun 2012. Dengan adanya keinginan relisting dari ketiga perusahaan
tersebut maka dapat diteliti lebih lanjut mengenai pertimbangan hukum dari
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
5
perusahaan-perusahaan terkait kondisi perusahaan mana yang lebih
menguntungkan apakah Perusahaan Publik, Perusahaan Tercatat, ataukah ketika
perusahaan tersebut berada dalam kondisi tertutup (private company). Kedua,
proses relisting yang dilakukan oleh ketiga PT tersebut pada prakteknya adalah
berbeda-beda satu sama lain dan ketiga proses tersebut pun tidak diatur dan
dijelaskan secara rinci pada peraturan Bursa Efek Jakarta nomor I-I (Surat
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004) tentang
Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting)
( - ). Ketiga, terkait dengan dampak yang paling
signifikan dari perusahaan yang sahamnya kembali tercatat (public listed company) adalah terhadap perlindungan hak pemegang saham minoritas (minority shareholder).
Berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang pencatatan saham kembali
(relisting) saham di Bursa Efek Indonesia ini, adapun penulisan ilmiah lainnya
yang membahas mengenai rangkaian proses pencatatan saham sebelum proses
pencatatan saham kembali (relisting) saham di Bursa. Penulisan ilmiah tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
disusun oleh Alexander Lay, dkk dan diterbitkan oleh The Indonesia
Netherlands National Legal Reform Program (NLRP) membahas
mengenai relisting lebih pada persyaratan dan prosedur relisting itu
sendiri. Pada hakekatnya pembahasan mengenai relisting dalam kumpulan
tulisan ini hampir serupa dengan Peraturan BEJ No. I-I.
2. Jurnal Internasional yang membahas relisting dengan judul
yang membahas mengenai rencana relisting yang akan dilakukan oleh APR di London Stock Exchange dengan
persyaratan bahwa kondisi perekonomian perusahaan APR mengalami
perkembangan yang pesat. 11 Adapun Jurnal Internasional lainnya yang
membahas mengenai relisting dengan judul
11 Financial Times Limited, 5 September 2011, Proquest Document ID: 887624065, < http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/887624065?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.27 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
6
yang membahas mengenai latar
belakang dilakukannya relisting saham dengan alasan perusahaan tersebut
sempat mengalami kepailitan dan kemudian setelah perbaikan kondisi
perekonomiannya, perusahaan tersebut melakukan relisting dan
pergerakan sahamnya menjadi lebih kuat.12
3. Penulisan tesis mengenai perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dengan fokus penelitian bukan pada perlindungan pemegang
saham setelah proses pencatatan kembali saham (relisting) melainkan
lebih difokuskan pada perlindungan bagi pemegang saham minoritas atas
transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang dilakukan oleh
Perusahaan Publik.13 Penulisan tesis serupa mengenai pemegang saham
minoritas juga telah ditulis oleh Misahardi Wilamarta dengan fokus
penelitian pada hak pemegang saham minoritas dalam rangka Good Corporate Governance.
Berkaitan dengan penulisan-penulisan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
tulisan-tulisan tersebut berbeda dengan fokus penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis karena penulis lebih menekankan pada mekanisme pencatatan saham
kembali (relisting) dan akibat hukum pencatatan saham kembali (relisting) bagi
perlindungan hak pemegang saham minoritas.
Dilihat dari pemaparan yang disebutkan sebelumnya, masih adanya
ketidakpastian mengenai proses dan mekanisme permohonan pencatatan kembali
(relisting) berkaitan dengan perbedaan latar belakang masing-masing perusahaan
yang sahamnya baru dihapuskan pencatatan (delisting) di bursa efek. Dengan
demikian maka penulis ingin melihat dan menganalisis mengenai pertimbangan
hukum perusahaan yang sahamnya dihapuskan pencatatan untuk segera
12 (Proquest Journal: The Financial Times Limited, 6 Oktober 2005), Proquest Document ID: 228806499,<http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/228806499?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.34 WIB.
13 Bangun Wijayanti, Perlindungan Bagi Pemegang Saham Minoritas Atas Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan yang Dilakukan oleh Perusahaan Go Publik, < http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=88571&lokasi=lokal>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.42 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
7
melakukan pencatatan kembali, mekanisme proses relisting dan akibat hukum
dari dicatatkannya kembali saham ketiga perusahaan tersebut terhadap eksistensi
hak pemegang saham minoritas. Oleh sebab itu penulisan ilmiah ini akan diberi
judul HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk,
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang dapat dibahas antara lain:
1. Bagaimana pertimbangan hukum dari perusahaan-perusahaan yang
sahamnya baru dihapuskan pencatatan (delisting) untuk melakukan
pencatatan kembali (relisting)?
2. Bagaimana mekanisme relisting yang hendak dilakukan oleh PT JASS,
PT BUKK dan PT Apexindo?
3. Bagaimana akibat hukum dari proses relisting terhadap perlindungan
hak pemegang saham minoritas?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sasaran yang hendak dicapai dalam
melakukan penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis lebih jelas mengenai pertimbangan hukum suatu
perusahaan yang sahamnya baru saja dihapuskan pencatatan
(delisting) untuk melakukan pencatatan kembali (relisting);
2. Menganalisis lebih jelas mengenai mekanisme pelaksanaan relisting
pada prakteknya dikaitkan dengan ketentuan yang diatur dalam
peraturan yang berlaku;
3. Menganalisis lebih jelas mengenai akibat hukum setelah
dilakukannya relisting terhadap perlindungan hak pemegang saham
minoritas.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
8
1.4. Kerangka Teori Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ilmiah
ini adalah teori hukum positivis atau positivisme hukum. Positivisme hukum
menyatakan bahwa yang dinamakan hukum hanyalah norma-norma yang telah
ditetapkan oleh negara. Salah satu tokoh positivisme hukum adalah John Austin
yang mengartikan hukum sebagai berikut:
superiors, sovereign and subject: by persons exercising supreme and subordinate government, in independent nations or independent 14
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas hukum adalah suatu produk dari
seseorang yang ditunjuk berdasarkan kewenangan dan kekuatan politik untuk
membuat suatu hukum baik oleh pihak pemerintah pusat atau pihak yang
diberikan mandat untuk membuat peraturan tersebut dalam suatu negara yang
berdaulat. Karena hukum harus dibentuk oleh pemerintah yang berwenang untuk
membuat hukum tersebut, maka menurut Austin bentuk hukum tersebut adalah
suatu perintah (command). Perintah atau command menurut Austin adalah:
is distinguished from other significations of desire by this peculiarity: that the party to whom it is directed is liable to evil from the other, in case he comply not with the desire. Being liable to evil from you if I comply not with a wish which you signify, I am bound or obliged by your command, or I lie under a duty to obey it. Whenever a duty lies, a command has been signified and whenever a command is signified, a duty is
15
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa command
merupakan suatu perintah dari penguasa atau pemerintah yang berwenang untuk
14 Joel Feinberg and Hyman Gross, Law in Philosophical Perspective, California: Wadsworth Publishing Company, ISBN 088210203X, hlm. 20.
15 C.h Himawan, Agus Brotosusilo dan Theodorus Sardjito, Filsafat Hukum Jilid I dan II , (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010), hlm. 210-211.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
9
membuat suatu hukum, dimana ketika suatu hukum dilahirkan maka orang harus
tunduk dan berkewajiban melaksanakan hukum tersebut. Jadi ketika ada suatu
perintah dari penguasa maka kewajiban untuk melaksanakannya dapat
dipaksakan.
Tokoh positivisme hukum selanjutnya adalah Hans Kelsen yang
memiliki pemikiran senada dengan Austin. Kelsen mengeluarkan suatu Teori
Hukum Murni atau The Pure Theory of Law yang menempatkan hukum tersendiri
dan tidak terpengaruhi oleh unsur-unsur lain yang sifatnya non-yuridis seperti
unsur psikologis, sosiologis, politis, historis bahkan etis.16 Bagi Kelsen hukum
adalah suatu sollens kategorie (kategori keharusan) bukannya sein kategorie
(kategori faktual). Hukum dikonstruksikan sebagai suatu keharusan yang
mengatur tingkah laku manusia sebagai mahluk rasional. Dalam hal ini yang
dipersoalkan oleh hukum bukan what the law ought to be what is the law).17 Hukum dalam
kacamata positivis merupakan perintah penguasa yang dituangkan dalam perintah
tertulis atau peraturan perundang-undangan sebagai konsepsi hukum nasional.
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( ),
menetapkan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945);
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
16 Hans Kelsen, Pure Theory of Law, (Translation From the Second Revised and Enlarged German Edition by Max Knight), (New Jersey: The Lawbook Exchange, LTD, 2005), hlm. 1. is called a pure theory of law, because it only describes the law and attempts to eliminate from the object of this description everything that is not strictly law: its aim is to free the science of law from alien elements of psychology, sociology, ethics and political theory.
17 Erman Radjagukguk, Filsafat Hukum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010, hlm. 71. sebagaimana adanya (as it is) yang dibedakan dari hukum sebagaimana seharusnya ada (law as it ought to be
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
10
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Dalam penulisan ilmiah ini peraturan perundang-undangan yang
digunakan adalah Undang-undang tentang Pasar Modal, Undang-undang tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta.
Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta merupakan peraturan yang
tidak termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan dalam UU/12/2011.
Namun berdasarkan pasal 8 ayat 1 UU/12/2011, peraturan perundang-undangan
diluar hierarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan diatas mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat undang-undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat tetap diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undngan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
Dalam hal ini Peraturan Bapepam merupakan peraturan yang dibentuk
Menteri Keuangan sementara Peraturan Bursa Efek Jakarta merupakan suatu
peraturan lainnya yang ditunjuk oleh Undang-undang Pasar Modal sehingga atas
dasar itu keberadaan Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta tetap
diakui dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian maka bukanlah
lembaga yang menerbitkan peraturan perundang-undangan itu yang menentukan
kedudukannya melainkan peraturan perundang-undangan mana yang
memerintahkan dan yang menentukan kedudukan peraturan perundang-undangan
dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia.18
18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 98.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
11
1.5. Definisi Operasional Penulisan dalam penelitian ilmiah ini menggunakan beberapa istilah
yang merupakan kata kunci yang perlu dijabarkan secara khusus. Hal ini
dimaksudkan agar terdapat persamaan atau persepsi antara penulis dan pembaca
terhadap beberapa hal tertentu. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari
efek.19
2. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.20
3. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.21
4. Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal
disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau
suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.22
5. Perseroan Terbatas (PT Tertutup) adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.23
19 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal , (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608), pasal 1 butir 5.
20 Ibid., pasal 1 butir 6.
21 Ibid., pasal 1 butir 15.
22 Ibid., pasal 1 butir 22. 23 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756), pasal 1 butir 1.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
12
6. Pencatatan (Listing) adalah pencantuman suatu Efek dalam daftar Efek
yang tercatat di Bursa sehingga dapat diperdagangkan di Bursa.24
7. Hari Bursa adalah hari diselenggarakannya perdagangan Efek di Bursa
yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari tersebut
merupakan hari libur nasional atau dinyatakan sebagai hari libur Bursa
oleh Bursa.25
8. Papan Utama adalah papan pencatatan yang disediakan untuk mencatatkan
saham dari perusahaan yang memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-
kurangnya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan memiliki
pengalaman operasional sekurang-kurangnya 36 bulan.26
9. Papan Pengembangan adalah papan pencatatan yang disediakan untuk
mencatatkan saham dari perusahaan yang memili Aktiva Berwujud Bersih
sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan
memiliki pengalaman operasional sekurang-kurangnya 12 bulan.27
10. Penghapusan Pencatatan (Delisting) adalah penghapusan Efek dari daftar
Efek yang tercatat di Bursa sehingga Efek tersebut tidak dapat
diperdagangkan di Bursa.28
11. Pencatatan Kembali (Relisting) adalah pencantuman kembali suatu Efek
dalam daftar Efek yang tercatat di Bursa, setelah Efek tersebut dihapuskan
pencatatannya di Bursa (Delisting).29
12. Perusahaan Tercatat adalah Emiten atau Perusahaan Publik yang efeknya
tercatat di Bursa.30
24 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, (Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004), angka I.16.
25 Ibid., angka I.6.
26 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, (Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004), angka I.9.
27 Ibid., angka I.10.
28 Ibid., angka I.14.
29 Ibid., angka I.13.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
13
13. Pengumuman adalah informasi yang disampaikan oleh Bursa baik dalam
bentuk tertulis, dokumen cetak, data elektronik maupun tampilan di layar
komputer melalui JATS atau website bursa.31
1.6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
doktrinal atau penelitian yuridis normatif dimana penelitian ini akan
menempatkan hukum sebagai obyek perintah penguasa yang dituangkan dalam
perintah tertulis atau peraturan perundang-undangan sebagai konsepsi hukum
nasional. Penempatan obyek hukum seperti ini mengedepankan kepastian hukum
atau legitimasi dari perintah-perintah atau aturan-aturan yang telah dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian doktrinal ini dilakukan dengan
melakukan pendekatan perbandingan (comparative approach) dimana yang
dibandingkan dalam penelitian ini adalah pilihan atas suatu tindakan hukum yang
akan diambil oleh perusahaan-perusahaan yang hendak mengajukan permohonan
relisting setelah dilakukannya delisting. Comparative approach ini sifatnya
deskriptif yang tujuannya untuk mendapatkan informasi dan perbandingan hukum
terapan yang mempunyai sasaran tertentu32 yakni melihat mekanisme pencatatan
kembali saham (relisting) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada
prakteknya apakah telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Bapepam dan
Peraturan Bursa Efek Indonesia yang mengatur mengenai permasalahan relisting.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, jika dilihat dari
sudut sifatnya adalah penelitian deskriptif33 dimana penulis ingin menggambarkan
akibat hukum yang terjadi setelah proses pelaksanaan relisting terhadap
perlindungan pemegang saham minoritas (minority shareholder) disesuaikan
dengan ketentuan peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut. Perusahaan-
30 Ibid., angka I.16.
31 Ibid., angka I.15.
32 Peter Mahmud Marzuki, op.cit., hlm. 132.
33 Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, 2005), hlm. 4.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
14
perusahaan yang dijadikan sebagai studi kasus dalam penelitian ini adalah PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Alasan dipilihnya ketiga perusahaan tersebut
karena ketiga perusahaan tersebut telah melakukan delisting pada waktu yang
bersamaan yakni pada tahun 2009 dan dalam waktu yang singkat ketiga
perusahaan tersebut kembali hendak melakukan pencatatan kembali (relisting) di
Bursa. Mekanisme relisting yang dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut
berbeda satu sama lainnya dan ketiga mekanisme tersebut tidak diatur secara
eksplisit dalam Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor I-I sehingga hal ini
mengalami ketidakjelasan, ketidakseragaman dan kepastian hukum yang terjadi di
kalangan pelaku Bursa khususnya Emiten yang hendak relisting.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari bahan
hukum primer, sekunder dan tersier, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat berupa peraturan perundang-undangan Indonesia. Di dalam
Penelitian ini peraturan perundang-undangan yang akan digunakan antara
lain: Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
( UU/8/1995 ), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ( UU/40/2007 ), Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
( ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:
KEP-42/PM/1007 tentang Transaksi Efek (
), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum
Pengajuan Pernyataan Pendaftaran ( ),
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-122/BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaraan Dalam Rangka
Penawaran Umum ( ), Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1996 tentang
Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum (
), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
( ), Keputusan Ketua Badan Pengawas
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
15
Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan
Nomor IX.D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu ( ), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-
412/BL/2009 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu ( ), Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan
Usaha Utama ( ), Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-
263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela (
No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:
KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum
Pemegang Saham ( ), Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-
179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang
Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan
Publik ( ), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996 tentang Keterbukaan
Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik (
Bapepam No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik (
Bapepam No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-432/BL/2011 tentang Penyampaian
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik ( turan Bapepam ), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: KEP-
305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan
Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Oleh
Perusahaan Tercatat ( No. I - ), Keputusan Direksi PT
Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Penghapusan
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
16
Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) di Bursa
( No. I - );
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa, dan menjelaskan
bahan hukum primer. Dalam penulisan ilmiah ini bahan hukum sekunder
yang digunakan antara lain: buku-buku terkait pasar modal, jurnal hukum
bisnis baik nasional ataupun internasional, penelusuran internet, artikel
ilmiah dan surat kabar.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, yang dalam
penulisan ilmiah ini akan digunakan kamus .34
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan studi kepustakaan dimana penulis membuat penelitian dengan meneliti
literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, dalam penulisan
ini penulis meneliti mengenai mekanisme relisting yang akan diambil oleh PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Selanjutnya, dalam penelitian ini, penulis
juga melakukan wawancara dengan narasumber yang dianggap ahli dalam hal-hal
atau pokok-pokok yang dibahas dalam penulisan ini, yakni Bapepam-LK selaku
badan pengawas sekaligus regulator dalam kegiatan pasar modal di Indonesia dan
Bursa Efek Indonesia.
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan hukum ini dibagi atas lima bab yang menjelaskan dan
mengambarkan permasalahan secara terpisah tetapi merupakan suatu kesatuan.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan Meliputi latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian,
teori yang digunakan, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
34 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: UI-Press, 2008), hlm. 32.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
17
Bab 2 Tinjauan Hukum Tentang Delisting dan Relisiting Terhadap Pertimbangan Hukum Pelaksanaan Relisting PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi jenis pasar modal di Indonesia, pencatatan saham di
Bursa Efek, pengertian delisting, persyaratan delisting di Indonesia
dan di Amerika, proses delisting, proses penawaran tender sukarela
di Indonesia, proses penawaran tender di Amerika, pengertian
relisting, syarat relisting di Indonesia dan di Amerika, proses
relisting pada papan utama, proses relisting pada papan tambahan,
proses relisting di Amerika, pertimbangan hukum PT JASS, PT
BUKK, PT Apexindo untuk melakukan relisting saham di Bursa
Efek Indonesia.
Bab 3 Mekanisme Relisting Saham di Bursa Efek Indonesia Studi Pada: PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi pihak-pihak yang terlibat dalam pasar modal, saham
sebagai efek, proses dan analisis mengenai mekanisme relisting PT
JASS dengan Secondary Public Offering, relisting PT BUKK
dengan Right Issue, dan relisting PT Apexindo dengan Right Issue,
Analisis mengenai mekanisme yang paling tepat digunakan untuk
melakukan relisting.
Bab 4 Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi hak dan kewenangan pemegang saham dalam
UU/40/2007, karakter pemegang saham dalam perusahaan terbuka,
teori stakeholding, perlindungan hukum pemegang saham
minoritas di Amerika, perlindungan hukum pemegang saham
minoritas di Indonesia, dan akibat hukum relisting terhadap
perlindungan pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT
BUKK, dan PT Apexindo.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
18
Bab 5 Penutup Kesimpulan dan Saran.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
19
BAB 2 TINJAUAN HUKUM TENTANG DELISTING DAN RELISTING
TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PELAKSANAAN RELISTING PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO
Secara umum, Bursa Efek memiliki dua segmen utama, yaitu pasar
uang untuk jangka pendek dan pasar modal untuk jangka panjang. Pasar modal
pada hakikatnya adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund),
dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang. 35 Pasar
modal merupakan tempat untuk menginvestasikan barang modal guna
menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi yang pada akhirnya dapat
mendorong peningkatan kegiatan perekonomian yang sehat. Salah satu peranan
penting pasar modal dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi keuangan dan fungsi ekonomi.36
Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal dapat menyediakan
fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (pihak
yang menerbitkan efek atau Emiten), seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Disisi lain fungsi keuangannya karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana sesuai dengan karakter
investasi yang dipilih, yakni berkaitan dengan efek yang diterbitkan oleh Emiten
itu sendiri. Dilihat dari kedua fungsi tersebut maka pasar modal pun dibedakan
menjadi dua segmen yakni segmen non-sekuritas yang menyediakan dana dari
lembaga keuangan langsung kepada perusahaan dan segmen sekuritas yang
didefinisikan sebagai:
share. The price of share is there for determine by selling and buying pressure when the buying is stronger, we have a bull
35 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 23.
36 Ibid., hlm. 24.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
20
market and prices appreciate. The reverse is true when seller 37
2.1. Jenis Pasar Modal di Indonesia Pasar modal di Indonesia dapat dibagi dua, yaitu pasar perdana dan
pasar sekunder atau sering disebut juga sebagai pasar reguler. Pasar perdana
adalah pasar tempat pertama kali sekuritas baru dijual kepada investor oleh
perusahaan penerbit sekuritas tersebut, sementara pasar sekunder atau pasar
reguler adalah pasar tempat para investor memperdagangkan saham yang berasal
dari pasar perdana sehingga perusahaan penerbit sekuritas mendapat dana segar
ketika melakukan transaksi di pasar perdana.38 Perlu diketahui bahwa aktivitas
perdagangan di pasar reguler tidak akan memberikan tambahan dana kepada
perusahaan, melainkan keuntungan bagi investor yang melakukan jual beli saham
tersebut. Pasar sekunder atau pasar reguler di Indonesia adalah Bursa Efek
Indonesia.
2.1.1. Pasar Perdana Pasar perdana merupakan tempat dimana pihak perusahaan melakukan
penawaran efek kepada masyarakat. Pihak yang dapat melakukan penawaran
umum hanyalah Emiten yang telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran
kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan
Pernyataan Pendaftaran tersebut telah menjadi efektif pada hari ke-45 sejak
diterimanya Pernyataan Pendaftaran secara lengkap atau pada tanggal yang lebih
awal jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.39 Berbeda halnya dengan Perusahaan
Publik, dalam hal ini Perusahaan Publik bukanlah Emiten dan tidak melakukan
penawaran umum perdana, akan tetapi Perusahaan Publik tetap wajib untuk
37 Muhammad Nafik, HR., Bursa Efek dan Invesasi Syariah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2009), ilisasi dana jangka panjang untuk ditempatkan pada investasi jangka panjang di perusahaan-perusahaan produktif. Dalam sekmen ini, investor dapat membeli dan menjual sekuritas setiap saat sesuai dengan
38 Ibid.
39 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 70 ayat (1) jo. pasal 74 ayat (1).
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
21
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Apabila dalam
Pernyataan Pendaftaran dinyatakan bahwa efek akan dicatatkan pada Bursa Efek
dan apabila persyaratan pencatatan tidak dipenuhi, maka penawaran efek batal
demi hukum dan pembayaran pesanan efek dimaksud wajib dikembalikan kepada
pemesan.40
Dalam melakukan penawaran umum di pasar perdana, pihak Emiten
wajib memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam dengan
tujuan guna melindungi para calon investor atau pembeli saham terhadap
kemungkinan adanya penipuan atau manipulasi dari pihak Emiten, pihak
Penjamin Emisi Efek, dan pihak Perantara Perdagangan Efek. Dalam kaitannya
dengan perlindungan terhadap para calon investor maka pihak Emiten harus
membuat prospektus yang isinya adalah informasi secara jelas tentang fakta
material atau tidak memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta material
mengenai keadaan perusahaannya.41
2.1.2. Pasar Sekunder atau Pasar Reguler Pasar sekunder adalah tempat diperdagangkannya sekuritas setelah
pasar perdana selesai. Pasar ini berfungsi untuk tetap menjaga perdagangan agar
tetap menjadi aktif, menfasilitasi proses penentuan harga melalui interaksi supply
dan demand, serta membantu perusahaan secara tidak langsung untuk mencari
dana baru. Dalam pasar sekunder inilah terjadi pencatatan saham sehingga efek-
efek perusahaan tersebut hanya boleh diperdagangkan di Bursa sehingga kegiatan
jual-beli saham perusahaan tidak terjadi diluar perusahaan. Seperti yang
disebutkan sebelumnya bahwa dana hasil perdagangan di Bursa tidak masuk
kedalam kas perusahaan melainkan ke dalam kas si penjual saham (investor) yang
bersangkutan.
Perdagagan saham di Bursa Efek Indonesia hanya dapat dilakukan
oleh Anggota Bursa dimana dalam hal ini perdagangan biasanya dilaksanakan
40 Ibid., pasal 76.
41 Ibid., pasal 78.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
22
oleh Wakil Perantara Perdagangan Efek yang ditunjuk oleh Anggota Bursa
tersebut, dengan cara perdagangan sebagai berikut:
1. Perdagangan Reguler
Perdagangan Reguler merupakan cara perdagangan yang diselenggarakan
berdasarkan mekanisme pasar, semacam lelang dan berjalan terus menerus
selama jam Bursa. Disini Wakil Perantara Perdagangan Efek dari Anggoa
Bursa akan menjual saham dengan mencatat harga penawarannya dan
jumlah saham yang akan dijualnya pada papan transaksi pada satu sisi
dimana dipihak lain ada yang membeli saham tersebut dengan
mencatatkan harga permintaannya serta jumlah saham yang akan dibelinya
dengan harga yang diatas harga permintaan.42
2. Perdagangan bukan Reguler
Perdagangan bukan Reguler ini tetap dilakukan pada jam Bursa, dan
terdiri dari: a) perdagangan dalam jumlah besar antar Anggota Bursa
dalam jumlah sekurang-kurangnya 200.000 (dua ratus ribu) saham, b)
perdagangan tutup sendiri yang dilakukan oleh setiap Anggota Bursa yang
memiliki pesanan beli dan pesanan jual pada harga dan jumlah yang sama,
c) transaksi saham antar pemodal asing yang porsi asingnya telah
mencapai 49% dari saham yang tercatat, dengan negosiasi secara
langsung, d) perdagangan saham di bawah standar unit perdagangan, yang
dewasa ini adalah 500 saham, dikenal dengan istilah odd lot atau lot
ganjil.43
3. Perdagangan Tunai
Pasar tunai adalah perdagangan efek yang dilakukan dengan prinsip
pembayaran dan penyerahan efek dilakukan pada saat bersamaan dan
dapat dilakukan antara Anggota Bursa pada jam Bursa.44
42 E.A. Koetin, Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di Indonesia, (Jakarta: US Agency for International Development Financial Markets Project 1994), hlm. 91.
43 Ibid., hlm. 94-95.
44 Ibid., hlm. 95.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
23
2.2. Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia Pencatatan saham merupakan tahap dimana perusahaan mencatatkan
dirinya di dalam papan perdagangan Bursa Efek sehingga saham-sahamnya akan
lebih mudah ditransaksikan oleh para pemodal yang telah membelinya atau oleh
para pemodal yang secara bersama-sama hendak membeli saham tersebut. Tanpa
adanya proses pencatatan saham di Bursa maka efek Emiten tersebut tidak akan
pernah dapat diperdagangkan di Bursa namun bukan berarti tanpa adanya
pencatatan saham, efek-efek Emiten tidak dapat diperdagangkan. Efek Emiten
tersebut tetap dapat diperdagangkan namun diperdagangkan diluar Bursa oleh
para investor itu sendiri.
Pencatatan saham ini sifatnya opsional bagi para Emiten, akan tetapi
bagi pemodal atau investor, pencatatan saham merupakan hal penting karena
dengan pencatatan efek dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan dan
keputusan untuk melakukan investasi oleh pemodal.45 Selain itu adapun manfaat
penting yang juga dirasakan oleh Emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa,
yakni:
a. Emiten dilihat sebagai suatu perusahaan yang dianggap memiliki sistem
pengelolaan atau manajemen yang baik.
b. Emiten dianggap memiliki prestise karena persyaratan pencatatan antara
satu Bursa dengan Bursa lainnya itu berbeda-berda. Hal ini dikarenakan
dengan dilakukannya pencatatan saham di Bursa, Emiten telah tunduk dan
telah memenuhi seluruh persyaratan pencatatan saham yang biasanya lebih
tinggi dibandingkan dengan persyaratan perusahaan yang tidak
mencatatkan sahamnya di Bursa.
c. Efek-efek Emiten yang dicatatkan di Bursa memiliki nilai likuiditas yang
lebih dan mempermudah Emiten untuk menjual saham yang dimilikinya.
Berdasarkan hal tersebut maka konsekuensi hukum yang harus dipatuhi oleh
Emiten adalah kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia.
45 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., penjelasan pasal 76.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
24
2.2.1. Syarat Jumlah Pemegang Saham Salah satu unsur penting dalam persyaratan pencatatan adalah jumlah
pemegang saham, yang diharuskan ada dalam suatu perusahaan yang mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek tersebut. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya
bahwa salah satu tujuan dari pencatatan saham adalah memberikan likuiditas bagi
para pemegang sahamnya dengan banyaknya jumlah pemegang saham dari
perusahaan tersebut sehingga dimungkinkan bahwa semakin banyak pemegang
saham maka saham tersebut akan semakin likuid.46 Dalam Peraturan Bursa Efek
terlihat jelas bahwa persyaratan jumlah pemegang saham di Papan Utama adalah
paling sedikit 1000 pemegang saham yang memiliki efek di Anggota Bursa Efek,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. bagi calon Perusahaan Tercatat yang melakukan penawaran umum, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum perdana;
2. bagi calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari Perusahaan Publik, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir selambat-lambatnya satu bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan;
3. bagi calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama enam bulan terakhir.47
Sementara untuk persyaratan jumlah pemegang saham di Papan Pengembangan
adalah paling sedikit 500 pemegang saham 48 yang memiliki rekening efek di
Anggota Bursa Efek dengan ketentuan pemegang saham yang sama dengan
ketentuan pemegang saham untuk pencatatan di Papan Utama.
46 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006), hlm. 296.
47 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka III.2.6.
48 Ibid., angka III.3.7.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
25
2.2.2. Syarat Jumlah Saham Jumlah saham merupakan hal penting yang perlu dipersyaratkan
berkaitan dengan likuiditas efek yang akan dicatatkan di Bursa. Berdasarkan
ketentuan Angka III.1.9 Peraturan BEJ No. I-A, dalam persyaratan umum jumlah
nilai nominal saham calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya adalah
Rp100,00 (seratus rupiah) dengan komposisi jumlah saham sekurang-kurangnya
sebesar:
a. 100.000.000 (seratus juta) saham dari jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali
(minority shareholder) setelah penawaran umum atau perusahaan yang
sudah tercatat di Bursa Efek lain atau Perusahaan Publik yang belum
tercatat di Bursa Efek lain dalam periode lima Hari Bursa sebelum
permohonan Pencatatan di Papan Utama, atau sekurang-kurangnya 35%
dari modal disetor. 49 Dari kedua ketentuan yang mengatur komposisi
jumlah saham, dipilih manakah yang lebih kecil.
b. 50.000.000 (lima puluh juta) saham dari jumlah pemegang saham yang
bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholder)
setelah penawaran umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa
Efek lain atau Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain
dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan Pencatatan di Papan
Pengembangan, atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor.50 Dari
kedua ketentuan jumlah komposisi saham di Papan Pengembangan pun
dilihat makah yang lebih kecil.
2.2.3. Syarat Jumlah Aktiva Sama halnya dengan jumlah pemegang saham dan jumlah komposisi
saham, jumlah aktiva (asset) menunjukan besar atau tidaknya suatu perusahaan.
Jumlah aktiva merupakan salah satu persyaratan yang diatur oleh Bursa Efek
Indonesia untuk dipenuhi oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang hendak
49 Ibid., angka III.2.5.
50 Ibid., angka III.3.6.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
26
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan sasaran bahwa pihak
calon Perusahaan Tercatat adalah pihak yang memiliki kapitalisasi pasar besar.51
Terkait pencatatan saham di Papan Utama, calon Perusahaan Tercatat harus
memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net tangible Asset) sekurang-kurangnya
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar) berdasarkan Laporan Keuangan Auditan
terakhir.52 Sementara untuk pencatatan saham di Papan Pengembangan, aktiva
yang harus dimiliki oleh calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)53
2.2.4. Prosedur Pencatatan Saham dari Emiten Calon Perusahaan Tercatat dalam rangka penawaran umum perdana
yang bermaksud mencatatkan sahamnya di Bursa mengajukan permohonan
pencatatan ke Bursa dan membayar biaya pendaftaran permohonan pencatatan
sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) untuk Papan Utama atau
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk Papan Pengembangan dimana biaya
pencatatan tersebut akan dikurangi dengan biaya pencatatan awal.54 Permohonan
pencatatan ke Bursa tersebut wajib dilengkapi dengan dokumen dan informasi,
antara lain:55
1. Akta Pendirian atau Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berserta segala perubahannya dan Tanda Daftar Perusahaan;
2. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan pejabat satu tingkat dibawah Direksi;
51 Hamud M. Balfas, op.cit., hlm. 300.
52 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka III.2.4.
.I Net Tangible Assets adalah Total Aktiva dikurangi dengan Aktiva Tidak Berwujud, Aktiva Pajak Tanggungan, dan Total Kewajiban termasuk Hak Kepemilikan Minoritas
53 Ibid., angka III.3.4.
54 Ibid., angka IV.1.1.
55 Ibid., angka IV.1.3.1 IV.1.3.31
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
27
3. Struktur Organisasi Group yang menunjukan posisi calon Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada);
4. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan Komisaris yang ditandatangani oleh pihak bersangkutan;
5. Daftar Pemegang Saham berikut jumlah dan persentase kepemilikan pemegang saham beserta perubahannya selama tiga tahun terakhir;
6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris, dan keluarganya baik dalam calon Perusahaan Tercatat maupun afiliasi dari calon Perusahaan Tercatat tersebut;
7. Laporan Keuangan Tahunan Auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim Auditan terakhir (jika ada) atau Laporan Keuangan Auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;
8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan Pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,
kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya tiga tahun berikut asumsi
yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat, proyeksi keuangan atau studi kelayakan tersebut akan diumumkan di Bursa;
14. Tujuan penggunaan dana hasil penawaran umum; 15. Jumlah saham yang ditawarkan dan perkiraan harga penawaran; 16. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 17. Kebijakan dividen; 18. Transaksi atau perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak
afiliasi (termasuk jumlah dan kondisinya); 19. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak
terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;
20. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 21. Rasio kinerja, operasional, pertumbuhan, likuiditas dan
solvabilitas; 22. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di
Bapepam; 23. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan pencatatan; 24. Laporan penilaian oleh Penilai independen yang terdaftar di
Bapepam (jika ada); 25. Kontrak pengelolaan administrasi Efek dengan Biro Administrasi
Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;
26. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang mengenai analisa dampak lingkungan bagi calon Perusahaan Tercatat;
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
28
27. Khusus bagi calon Perusahaan Tercatat yang usahanya dibidang pertambangan: surat keterangan tentang konsesi yang masih berlaku dari instansi yang memberikan hak konsensi, surat keterangan tentang kontrak karya atau Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan daerah dari Instansi yang memberikannya, dokumen pendukung bahwa anggota Direksi memiliki kemampuan teknis dan pengalaman dibidang pertambangan, dan surat keterangan dari pihak independen yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat sudah memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara sesuai dengan jenis pertambangannya;
28. Bagi calon Perusahaan Tercatat yang bidang usahanya memerlukan konsensi atau izin pengelolaan seperti pengusahaan hutan atau jalan tol, surat keterangan dari instansi yang memberikan konsensi atau izin pengelolaan tersebut;
29. Surat pernyataan mengenai Direktur tidak terafiliasi; 30. Surat pernyataan kesediaan untuk membentuk Komite Audit
selambat-lambatnya enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat;
31. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan Komisaris.
Setelah mengajukan permohonan tersebut maka dokumen-dokumen akan diterima
oleh Bursa dan pihak calon Perusahaan Tercatat ini mengajukan presentasi
tentang perusahaannya kepada Bursa. Dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa
maka Bursa akan menyampaikan penolakan atau persetujuannya terhadap
permohonan pencatatan calon Perusahaan Tercatat. Apabila permohonan
pencatatan dari calon Perusahaan Tercatat disetujui secara prinsip oleh Bursa,
maka calon Perusahaan Tercatat dan Bursa menandatangani perjanjian
pendahuluan. Selanjutnya segera setelah Pernyataan Pendaftaran yang
disampaikan ke Bapepam menjadi efektif maka calon Perusahaan Tercatat wajib
menyampaikan informasi kepada Bursa. Persetujuan pencatatan akan diberikan
oleh Bursa apabila calon Perusahaan Tercatat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Perjanjian Pendahuluan sebelumnya selambat-lambatnya lima
Hari Bursa setelah Bursa menerima dokumen tersebut secara lengkap. Pada
akhirnya pengumuman akan diberikan Bursa mengenai adanya pencatatan dan
perdagangan calon Perusahaan Tercatat selambat-lambatnya satu Hari Bursa
sebelum perdagangan saham dimulai.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
29
2.2.5. Prosedur Pencatatan Saham dari Perusahaan Publik Calon Perusahaan Tercatat yang merupakan Perusahaan Publik atau
Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek lain yang bermaksud mencatatkan
sahamnya di Bursa, wajib mengajukan permohonan pencatatan ke Bursa dan
membayar biaya pendaftaran permohonan pencatatan yang sama dengan Emiten,
baik di Papan Utama ataupun Papan Pengembangan. Perusahaan Publik yang
hendak mencatatkan sahamnya ini pun harus membuat permohonan pencatatan
dengan dilengkapi dokumen-dokumen antara lain:
1. Bukti Pernyataan Pendaftaran yang diajukan ke Bapepam telah menjadi efektif;
2. Akta Pendirian atau Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berserta segala perubahannya dan Tanda Daftar Perusahaan;
3. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan pejabat satu tingkat dibawah Direksi;
4. Struktur Organisasi Group yang menunjukan posisi calon Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada);
5. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan Komisaris yang ditandatangani oleh pihak bersangkutan;
6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris, dan keluarganya baik dalam calon Perusahaan Tercatat maupun afiliasi dari calon Perusahaan Tercatat tersebut;
7. Laporan Keuangan Tahunan Auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim Auditan terakhir (jika ada) atau Laporan Keuangan Auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;
8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan Pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,
kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya tiga tahun berikut asumsi
yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat, proyeksi keuangan atau studi kelayakan tersebut akan diumumkan di Bursa;
14. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 15. Kebijakan dividen; 16. Transaksi atau perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak
afiliasi (termasuk jumlah dan kondisinya);
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
30
17. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;
18. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 19. Rasio kinerja, operasional, pertumbuhan, likuiditas dan
solvabilitas; 20. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di
Bapepam; 21. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan pencatatan; 22. Laporan penilaian oleh Penilai independen yang terdaftar di
Bapepam (jika ada); 23. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang
mengenai analisa dampak lingkungan bagi calon Perusahaan Tercatat;
24. Khusus bagi calon Perusahaan Tercatat yang usahanya dibidang pertambangan: surat keterangan tentang konsesi yang masih berlaku dari instansi yang memberikan hak konsensi, surat keterangan tentang kontrak karya atau Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan daerah dari Instansi yang memberikannya, dokumen pendukung bahwa anggota Direksi memiliki kemampuan teknis dan pengalaman dibidang pertambangan, dan surat keterangan dari pihak independen yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat sudah memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara sesuai dengan jenis pertambangannya.
25. Bagi calon Perusahaan Tercatat yang bidang usahanya memerlukan konsensi atau izin pengelolaan seperti pengusahaan hutan atau jalan tol, surat keterangan dari instansi yang memberikan konsensi atau izin pengelolaan tersebut;
26. Fotokopi kontrak dengan KSEI mengenai pendaftaran efeknya dalam Penitipan Kolektif di KSEI;
27. Fotokopi kontrak pengelolaan administrasi efek dengan Biro Administrasi Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;
28. Informasi keterbukaan bagi calon Perusahaan Tercatat yang merupakan Perusahaan Publik sebanyak lima eksemplar;
29. Laporan komposisi pemegang saham; 30. Daftar nama dan specimen tanda tangan pejabat yang diberi
kewenangan menandatangani surat-menyurat yang disampaikan ke Bursa;
31. Surat pernyataan yang telah ditandatangani oleh Direksi calon Perusahaan Tercatat sesuai dengan format dalam peraturan;
32. Surat pernyataan tentang Direktur yang tidak terafiliasi; 33. Surat pernyataan kesediaan untuk membentuk Komite Audit
selambat-lambatnya enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat;
34. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan Komisaris.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
31
Permohonan pencatatan dianggap telah diterima apabila permohonan telah
diterima secara lengkap oleh Bursa. Pihak calon Perusahaan Tercatat wajib
melakukan presentasi tentang perusahaannya dihadapan Bursa dan Bursa
melakukan evaluasi atas dokumen dan informasi guna mengetahui kelayakan
pencatatan baik mengenai kelengkapan dokumen maupun pemenuhan substansi
persyaratan. Berkaitan dengan persetujuan atau penolakan akan diberikan oleh
Bursa setelah calon Perusahaan Tercatat memenuhi persyaratan pencatatan
selambat-lambatnya sepuluh Hari Bursa sejak Bursa memperoleh dokumen
dan/atau informasi secara lengkap. Pada akhirnya pengumuman akan diberikan
Bursa mengenai adanya pencatatan dan perdagangan calon Perusahaan Tercatat
selambat-lambatnya satu Hari Bursa sebelum perdagangan saham dimulai.
2.3. Pengertian Delisting Dalam kamus investasi, istilah delisting diartikan sebagai
penghapusan saham yang sebelumnya sudah tercatat dan diperdagangkan di Bursa
Efek.56 Selanjutnya berdasarkan huruf I.14 Peraturan BEJ No I-I, penghapusan
pencatatan atau delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di
Bursa sehingga efek tersebut tidak dapat diperdagangkan lagi di Bursa. Berbeda
dengan di Indonesia, di Amerika Serikat delisting sempat menjadi permasalahan
karena belum diatur dalam Securities Exchange Commission Act of 1934 (yang
selanjutnya disebut SEC Act ). Peraturan mengenai delisting ini dibentuk
untuk mempermudah proses penghapusan pencatatan (removing from listing and/or withdrawing from registration) dari ketentuan Section 12(b) SEC Act
1934 mengenai proses pencatatan (listing activity or registration). Pengertian
delisting dalam Section 12(d) SEC Act 1934 tidak diatur secara eksplisit
melainkan peraturan tersebut menyatakan bahwa efek yang sudah dicatatkan atau
didaftarkan di Bursa Efek dapat ditarik atau dihapuskan dari pencatatan dan
pendaftaran yang sudah dilakukan di Bursa dengan mengajukan permohonan
56 http://www.investopedia.com/terms/d/delisting.asp#axzz26P0o8gR2 of
a listed security from the exchange on which it trades.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
32
penarikan yang dilakukan oleh Emiten sendiri atau oleh Bursa Efek dimana efek
tersebut tercatat.57
Dilihat dari pengertian diatas, baik dari Peraturan BEJ No. I-I ataupun
SEC Act 1934 yang telah dikodifikasikan 15 U.S.C. § 78(d) maka delisting dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Permohonan delisting saham yang diajukan oleh Perusahaan Tercatat yang
bersangkutan (voluntary delisting).
Dengan voluntary delisting ini maka Perusahaan Tercatat secara sukarela
dengan pertimbangan hukum masing-masing perusahaan memutuskan
untuk melakukan penghapusan pencatatan dari Bursa Efek.
2. Permohonan delisting saham yang diajukan oleh Bursa (involuntary delisting)58
Dengan involuntary delisting ini maka pihak yang melakukan
penghapusan pencatatan atas saham Perusahaan Tercatat tersebut adalah
Bursa Efek. Hal ini dilakukan dengan segala pertimbangan bahwa
Perusahaan Tercatat telah melanggar ketentuan peraturan mengenai
pencatatan saham dan Perusahaan Tercatat telah melakukan Unusual Market Trading yang menyebabkan pergerakan pasar menjadi tidak adil
dan tidak berjalan seperti biasanya. Permohonan delisting akibat adanya
Unusual Market Trading ini dilakukan demi melindungi para investor dan
kepentingan publik (pemegang saham minoritas atau minority shareholders).
57 Security Exchange Commission 1934, disahkan pada 6 Juni 1934, dikodifikasikan dalam 15 U.S.C. § 78(d), diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 11.14 WIB. Peraturan
A Security registered with a national securities exchange may be withdrawn or stricken from listing and registration in accordance with the rules of the exchange and, upon such terms as the Commission or within such shorter period of time as the Commission may deem necessary to impose for protection of investors, upon application by the issuer or the
58 Security Exchange Commission 1934, Section 12(D), diakses pada tanggal 14
September 2012, pukul 11.20 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa The Commission may prescribe, by rule of regulation such additional procedures or requirements for extending unlisted trading privileges to any security as the Commisssion deems necessary or appropriate for the maintenance of fair and orderly markets, the protection of investors and the public interest, or otherwise in furtherance of the purposes of this title
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
33
2.4. Persyaratan Delisting Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa delisting dapat
dibedakan menjadi dua yakni voluntary delisting dan involuntary delisting yang
mana terhadap keduanya dihadapkan pada persyaratan yang berbeda-beda untuk
dapat melakukan penghapusan pencatatan.
2.4.1. Persyaratan Voluntary Delisting di Indonesia Berdasarkan ketentuan huruf III.2 Peraturan BEJ No. I-I, persyaratan
voluntary delisting antara lain:
1. Pengajuan permohonan delisting saham oleh Perusahaan Tercatat hanya
dapat dilakukan apabila telah tercatat di Bursa sekurang-kurangnya lima
tahun.
2. Rencana delisting telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham (yang selanjutnya disebut ).
3. Perusahaan Tercatat atau pihak lain yang ditunjuk wajib membeli saham
dari pemegang saham yang tidak menyetujui keputusan RUPS pada harga
dibawah ini dengan nilai tertinggi antara lain:
a. harga nominal
b. harga tertinggi di Pasar Reguler selama dua tahun terakhir sebelum
iklan pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor
penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir
hingga RUPS yang menyetujui delisting, ditambah premi berupa
tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan
sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) tiga bulan atau tingkat bunga obligasi
pemerintah lain yang setara yang berlaku pada saat ditetapkannya
putusan RUPS mengenai delisting. c. nilai wajar berdasarkan penilaian pihak independen yang terdaftar di
Bapepam dan ditunjuk oleh Perusahaan Tercatat atau pihak yang akan
melakukan pembelian saham serta disetujui oleh RUPS.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
34
2.4.2. Persyaratan Voluntary Delisting di Amerika Pengaturan mengenai voluntary delisting di Amerika diatur
berdasarkan ketentuan peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan SEC 1934
mengenai Removal from Listing and Registration terkait dengan persyaratan
voluntary delisting hanya ditunjukan kepada Emiten yang memiliki saham tercatat
di Bursa berdasarkan ketentuan Section 12(b) SEC 1934 yang dikodifikasikan
dalam 15.U.S.C § 78(l), menyatakan bahwa Emiten yang mencatatkan sahamnya
pada Bursa dengan mengisi aplikasi yang telah ditentukan oleh Bursa beserta
fotokopi asli form aplikasi tersebut yang isinya antara lain59:
a. informasi yang dituangkan secara detail mengenai Emiten atau pihak lain
yang ditunjuk secara langsung atau tidak langsung untuk mengendalikan
perusahaan (controller) atau pihak yang secara langsung atau tidak
langsung ditunjuk oleh dibawah pengawasan pengendali (controller), atau
penjamin efek sebagai kuasa untuk kepentingannya dan/atau untuk
kepentingan perusahaan, atau para pihak yang ditentukan lain oleh Bursa.
b. fotokopi anggaran dasar perusahaan, peraturan perusahaan, kontrak trust indentures, perjanjian penjaminan efek, ataupun dokumen lainnya yang
dilakukan oleh Emiten, atau pihak lain yang ditunjuk secara langsung atau
tidak langsung sebagai pengendali, atau pihak yang ditunjuk langsung atau
tidak langsung dibawah pengawasan pengendali.
59 Security Exchange Commission 1934, yang dikodifikasikan dalam 15.U.S.C § 78(l), Section 12(b), r diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 15.26 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa A security may be registered on a national security exchange by the issuer filing an application with the exchang (and filing with the Commission such duplicate originals thereof as the Commission may require), which application shall contain: a) such information, in such details, as to the issuer and any person directly or indirectly controlling or controlled by, or under direct or indirect common control with, the issuer, and any guarantor of the security as to principal or interest or both, as the Commisssion may by rules and regulations require as necessary or appropriate in the publ ic interest or for the protection of investors, b) Such copies of articles of incorporation, bylaws, trust indentures, or corresponding documents by whatever name known, underwriting arrangement, and other similar documents of, and voting trust agreements with respect to, the issuer and the person directly or indirectly controlling or controlled by, or under direct or indirect common control with the issuer as the Commission may require as necessary or appropriate for the proper protection of investors and to insure fair dealing in the security, c) Such copies of material contracts, referred to in paragraph (1)(I) above, as the Commission may require as necessary or appropriate for the proper protection of investors and to insure fair dealing in the security
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
35
c. fotokopi kontrak-kontrak penting (material contract)60 yang diperlukan
oleh Bursa dengan kepentingan untuk melindungi kepentingan investor
dan menciptakan perdagangan efek yang adil, seperti kontrak-kontrak
yang dibuat untuk kepentingan transaksi yang tidak biasa (extraordinary course of business) yang dapat dieksekusi baik seluruhnya ataupun
sebagian setelah menyerahan aplikasi (filing application) atau kontrak
yang telah dieksekusi tidak lebih dari dua tahun sebelum penyerahan
aplikasi (filing application), atau kontrak yang berkaitan dengan hak
kekayaan intelektual, khususnya hak paten.
Terhadap Emiten yang telah mendaftarkan efeknya sesuai dengan persyaratan
yang telah disebutkan diatas, apabila hendak melakukan voluntary delisting tidak
tunduk pada kewajiban untuk pendaftaran berdasarkan ketentuan Section 12 (g) of
Act 15 U.S.C. 78l(b) dan kewajiban pelaporan berdasarkan ketentuan Section
15(d) Act 15 U.S.C. 78o(d).
2.4.3. Persyaratan Involuntary Delisting di Indonesia Berdasarkan ketentuan huruf III.3.1 peraturan BEJ No. I-I,
persyaratan involuntary delisting yang dilakukan oleh Bursa harus terpenuhi
sekurang-kurangnya satu kondisi dibawah ini:
1. Mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara
finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status
Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat
tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai.
2. Saham Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan
Pasar Tunai hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-
kurangnya selama 24 bulan terakhir.
60 Ibid., Material contracts referred to in Paragraph (1)(I) are any material contracts, not made in the ordinary course of business, which are to be executed in whole or in part at or after the filing of the application or which were made not more than two years before filing, and every material patent or contract for a material patent right shall be deemed a material
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
36
2.4.4. Persyaratan Involuntary Delisting di Amerika Berdasarkan ketentuan peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan
SEC Act 1934 mengenai Removal from Listing and Registration terkait dengan
involuntary delisting, pihak Bursa dapat mengisi Form 25 (17 CFR 249.25) untuk
melakukan penghapusan pencatatan atas efek Emiten yang telah terdaftar
berdasarkan ketentuan 12(b) peraturan ini dengan persyaratan antara lain:
a. efek tersebut telah diberi peringatan untuk segera dilepaskan karena sudah
tidak efektif 61 lagi untuk diperdagangkan.
b. efek tersebut telah memenuhi tanggal jatuh tempo untuk segera dilakukan
pembelian sesuai dengan harga efek tersebut yang mana hasil pembelian
tersebut akan dipegang oleh pemilik efek (Perusahaan Tercatat).62
c. efek tersebut yang secara keseluruhan telah terbukti secara hukum tidak
memiliki hak apapun bagi pemegangnya kecuali hak untuk mendapatkan
uang atas pembelian saham tersebut yang nilai dihitung secara adil oleh
Penilai (appraisal). d. hak-hak yang timbul dari efek tersebut sudah tidak ada lagi berdasarkan
penetapan dari pengadilan atau pejabat pemerintah lainnya yang memiliki
kewenangan untuk itu, dimana penetapan tersebut telah final atau
berkekuatan hukum tetap.
2.5. Prosedur Delisting Sama halnya dengan persyaratan delisting yang dibedakan sesuai
dengan klasifikasi delisting itu sendiri, maka untuk proses delisting pun juga
dibedakan menjadi dua, yakni:
61 Security Exchange Commission 1934, Huruf A(1) § 240.12d2-2 Removal from , diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 10.58 WIB. Peraturan
ini menyatakan bahwa The entire class of the security has been called for redemption, maturity, or retirement
62 Ibid., The entire class of the security has been redeemed or paid at maturity or
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
37
2.5.1. Prosedur Voluntary Delisting di Indonesia Perusahaan Tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana
delisting kepada Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal
kepada publik termasuk informasi mengenai alasan dan tujuan delisting sahamnya, pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham
yang ingin menjual saham perusahaan tercatat dan harga pembelian saham.
Keterbukaan informasi awal kepada publik disampaikan sekurang-kurangnya
dalam satu surat kabar berperedaran nasional yang sekurang-kurangnya
mencantumkan informasi tertentu. 63 Keterbukaan informasi tersebut dilakukan
bersamaan dengan pengumuman akan dilakukannya pemanggilan RUPS dan
sesegera mungkin disampaikan kepada Bursa. Apabila RUPS menyetujui rencana
delisting, maka Perusahaan Tercatat wajib melakukan keterbukaan informasi
melalui sekurang-kurangnya satu surat kabar berperedaran nasional mengenai tata
cara pembelian kembali saham 64 yang sesegera mungkin disampaikan kepada
Bursa. Selanjutnya, Perusahaan Tercatat menyampaikan permohonan delisting
saham kepada Bursa disertai dengan laporan pelaksanaan pembelian saham
kepada Bursa dan opini Konsultan Hukum independen yang menyatakan bahwa
proses pembelian saham yang dimaksud telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Setelah permohonan delisting Perusahaan Tercatat diterima oleh Bursa
maka Bursa melakukan suspensi atas saham Perusahaan Tercatat yang berencana
untuk melakukan voluntary delisting. Delisting saham atas permohonan
Perusahaan Tercatat menjadi efektif setelah:
a. Perusahaan Tercatat memenuhi seluruh kewajibannya kepada Bursa.
b. Perusahaan Tercatat telah membayar biaya delisting efek sebesar 2 (dua)
kali biaya pencatatan efek tahunan terakhir.
63 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. angka III.2.2.2. alasan dan tujuan delisting saham, pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham yang ingin menjual saham Perusahaan Tercatat, dan perkiraan harga pembelian saham.
64 Ibid., i saham sekurang-kurangnya meliputi: harga pembelian saham, nama pihak yang bersedia melakukan pembelian saham dan apabila ada hubungan afilisasi dengan perusahaan tercatat, periode pembelian saham sekurang-kurangnya lima hari Bursa setelah tanggal iklan hasil RUPS, dan penunjukan Anggota Bursa Efek yang bertindak sebagai perantara pembeli.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
38
c. Bursa memberikan persetujuan delisting dan mengumumkan di Bursa.
2.5.1.1. Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di Indonesia Dalam rangka proses delisting, salah satu tahapan yang harus
dilakukan adalah pembelian saham yang semula tercatat di Bursa. Proses
pembelian saham ini dilakukan dengan mekanisme penawaran tender atau tender offer. Pengertian tender offer dalam kamus bisnis dan keuangan diartikan sebagai
berikut:
a. Tender offer is an offer to buy some or most of the stock in a publicly-traded company directly from shareholders for a price well above fair market value.65
b. Tender offer is a proposal to buy shares of stock from the stockholders of a corporation, made by a group or company that desires to obtain control of the corporation. A tender offer to purchase may be for cash or some type of corporate security of the acquiring company for example: stock, warrants, or debentures. Such an offer is sometimes subject to either a minimum or maximum that the offeror will accept and is communicated to the stocholders through newspaper advertisements or a general mailing to complete list of stockholders.66
c. A tender offer is when a corporation or other investor offers to buy a large portion of outstanding shares of another company, called the target company, usually at a price higher than the market price, it is called a tender offer. A tender offer is often part of a company trying to take over another company which current stockholders, individually or as a group, can accept or reject the offer.67
65 <http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Tender+Offer nition of pada tanggal 23 September 2012, pukul 17.31 WIB. Tender offer adalah
penawaran untuk membeli beberapa atau sebagian efek dari perusahaan publik langsung dari pemegang saham untuk harga yang sesuai atau diatas harga pasar.
66 <http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/tender+offeriakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 17.48 WIB. Tender Offer merupakan
suatu pernyataan penawaran untuk membeli saham dari pemegang saham suatu perusahaan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk melakukan pengendalian atas Perusahaan Sasarannya. Pembelian dengan tender offer ini dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan menggunakan saham, waran, atau pinjaman. Penawaran tender ini dilakukan dengan menetapkan harga yang wajar (a minimum or maximum) dan di publikasikan dalam surat kabar atau pengumuman untuk
67 <http://www.corporate-actions.net/Ternder-Offer.html>, diakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 18.40 WIB. Tender offer terjadi ketika suatu
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
39
Berdasarkan definisi-definisi yang disebutkan diatas maka dapat dikatakan bahwa
tender offer merupakan suatu penawaran untuk membeli sejumlah saham dalam
jumlah tertentu dari suatu Perusahaan Sasaran dengan harga diatas harga pasar
yang mana proses tender offer tersebut dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan
akan dipublikasikan dalam surat kabar untuk diketahui oleh publik.
Pengaturan mengenai tender offer diatur dalam Pasal 83 UU/8/1995
yang memberikan mandat kepada Bapepam untuk menetapkan pengaturan lebih
lanjut mengenai tender offer, yakni dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang
Penawaran Tender Sukarela (Voluntary tender offer). Berdasarkan Angka 1 huruf
a (3) penawaran tender sukarela adalah penawaran yang dilakukan secara sukarela
oleh pihak untuk memperoleh efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh
Perusahaan Sasaran dengan cara pembelian atau pertukaran dengan efek lainnya
melalui media massa. Pihak yang hendak melakukan perubahan terhadap status
perusahaannya menjadi PT Tertutup (Going Private) harus melakukan pembelian
kembali sahamnya melalui tender offer terhadap kepemilikan independen
sahamnya dengan memperhitungkan harga pembelian sesuai dengan harga pasar,
atau dengan harga yang adil yang ditentukan oleh Penilai yang independen
(independent appraisal) atau dengan harga diatas harga pasar seperti yang diatur
dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1. Proses voluntary tender offer yang dapat
ditempuh berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.F.1 adalah:
1. Adanya persetujuan RUPS terkait pembelian kembali saham berdasarkan
ketentuan Pasal 38 UU/40/2007.
2. Pihak yang akan melakukan penawaran tender sukarela wajib
menyampaikan pernyataan penawaran tender sukarela kepada Bapepam-
LK, serta tembusan kepada:
a. Bursa Efek dimana efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek
penawaran tender sukarela dicatatkan;
b. Perusahaan Sasaran;
perusahaan atau investor menawarkan untuk membeli saham dalam jumlah yang besar dari Perusahaan Sasaran yang biasanya dilakukan pada harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Tender offer juga dapat diartikan bahwa suatu perusahaan hendak mengambilalih perusahan lain dimana pemegang saham yang ada saat ini baik secara individu atau berkelompok dapat menerima atau menolak penawaran tersebut.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
40
c. Pihak lain yang telah menyampaikan pengumuman penawaran tender
sukarela atas efek bersifat ekuitas dari Perusahaan Sasaran yang sama
yang masa penawarannya belum berakhir.
3. Pernyataan penawaran tender sukarela memuat hal-hal sebagai berikut:
a. nama dan alamat Perusahaan Sasaran;
b. uraian lengkap68 mengenai efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek
penawaran tender sukarela;
c. persyaratan serta kondisi khusus dari penawaran tender sukarela;
d. nama Bursa Efek dimana efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek
penawaran tender sukarela diperdagangkan;
e. hasil perhitungan harga efek bersifat ekuitas69;
f. nama, alamat, dan kewarganegaraan dari pihak yang melakukan
penawaran tender sukarela dan afiliasinya sehubungan dengan
penawaran tender sukarela dan keterangan apakah pihak tersebut
pernah dinyatakan pailit, pernah menjadi direktur atau komisaris yang
dinyatakan bersalah dan menyebabkan perseroan dinyatakan pailit,
pernah dihukum karena melakukan kejahatan di bidang keuangan,
atau pernah diperintahkan oleh pengadilan atau lembaga yang
68 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela, , ditetapkan di Jakarta, 3 lengkap mengenai efek bersifat ekuitas paling sedikit memuat informasi tentang: harga penawaran tender sukarela, waktu pelaksanaan penawaran tender sukarela, dan tata ca
69 Ibid., angka 4 huruf a. ntuk obyek penawaran tender sukarela berupa saham dan/atau waran, harga penawaran tender sukarela atas saham dan/atau waran kecuali ditentukan lain oleh Bapepam-LK, harus lebih tinggi dari: a) harga penawaran tender sukarela tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang sama dalam jangka waktu 180 hari sebelum pengumuman dalam paling sedikit 2 surat kabar harian berbahasa Indonesia, salah satu diantaranya berperedaran nasional, pada tanggal yang bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran tender sukarela kepada Bapepam-LK. b) harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di Bursa efek selama 90 hari terakhir sebelum pengumuman, dalam hal penawaran tender sukarela dilakukan atas saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek. c) harga rata-rata dari harga tertinggi pada perdagangan harian di Bursa Efek dalam waktu 12 bulan terakhir yang dihitung mundur dari hari perdagangan terakhir atas saham yang dimaksud, dalam hal saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran tidak diperdagangkan di Bursa Efek dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman. d) harga wajar yang ditetapkan oleh Penilai, dalam hal penawaran tender sukarela dilakukan atas saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran yang tidak tercatat di Bursa Efek.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
41
berwenang untuk menghentikan kegiatan usahanya yang berhubungan
dengan efek.
g. penjelasan tentang hubungan, kontrak, dan transaksi material 70
dengan perusahaan sasaran atau afiliasinya dalam jangka waktu tiga
tahun terakhir yang dilakukan oleh pihak yang akan melakukan
penawaran tender sukarela.
h. pernyataan pihak yang melakukan penawaran tender sukarela tentang
tersedianya dana yang cukup untuk menyelesaikan penawaran tender
sukarela yang didukung dengan pendapat dari Akuntan, Bank, atau
Perusahaan Efek;
i. pernyataan tentang tujuan penawaran tender sukarela dan setiap
rencana atas Perusahaan Sasaran setelah penawaran tender sukarela
selesai dilaksanakan, diantaranya rencana untuk mengubah struktur
modal, kebijakan dividen, atau mengubah manajemen;
j. penjelasan tentang jumlah dan persentase efek Perusahaan Sasaran
yang dimiliki baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang
melakukan penawaran tender sukarela termasuk opsi untuk membeli
atau hak untuk memperoleh dividen atau manfaat lain serta kuasa
untuk menggunakan hak suara dalam RUPS Perusahaan Sasaran;
k. informasi tambahan yang diperlukan agar penyataan dalam
penawaran tender tidak menyesatkan.
4. Seluruh informasi yang dimuat dalam penawaran tender sukarela wajib
diumumkan dalam paling sedikit 2 surat kabar harian berbahasa
Indonesia, salah satu diantaranya berperedaran nasional, pada tanggal
yang bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran tender
sukarela kepada Bapepam-LK.
5. Pernyataan tender sukarela tidak dapat dibatalkan setelah pengumuman,
kecuali memperoleh persetujuan Bapepam-LK.
6. Pernyataan penawaran tender sukarela menjadi efektif dengan:
70 Ibid., angka 2 huruf b(6). ubungan, kontrak, dan transaksi material meliputi kontrak penjualan/pembelian, hubungan keagenan, dan hubungan kepengurusan
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
42
a. atas lewatnya waktu 15 hari sejak tanggal pernyataan penawaran
tender sukarela diterima Bapepam-LK secara lengkap, yaitu telah
memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan dalam peraturan ini atau
atas lewatnya waktu 15 hari sejak tanggal perubahan terakhir yang
disampaikan pihak yang melakukan penawaran tender sukarela atau
yang diminta Bapepam-LK dipenuhi;
b. atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam-LK bahwa tidak ada lagi
perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang diperlukan.
7. Masa pelaksanaan penawaran tender sukarela wajib dimulai paling lambat
dua hari kerja setelah pernyataan penawaran tender sukarela menjadi
efektif dan paling sedikit 30 hari dan dapat diperpanjang paling lama
menjadi 90 hari, kecuali disetujui oleh Bapepam-LK.
8. Pelaporan dilakukan oleh pihak yang melakukan penawaran tender
sukarela kepada Bapepam-LK paling lambat 10 hari kerja sejak tanggal
penyelesaian penawaran tender sukarela berakhir.
2.5.2. Prosedur Voluntary Delisting di Amerika Tidak jauh berbeda dengan prosedur voluntary delisting yang diatur
dalam Peraturan BEJ No. I-I, peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan SEC Act
1934 mengenai Removal from Listing and Registration juga mengatur prosedur
voluntary delisting yakni dengan mengisi dan menyerahkan (file an application)
Form 25 dengan terlebih dahulu melakukan hal-hal berikut ini:
a. Emiten harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari peraturan perundang-
undangan yang ada terkait dengan pendirian Perusahaan Tercatat tersebut
dan/atau dengan Peraturan Bursa Efek dimana efek Perusahaan Tercatat
tersebut dicatatkan, dengan tujuan untuk melakukan penghapusan
pencatatan dari Bursa.
b. dalam jangka waktu kurang dari 10 hari sebelum Emiten menyerahkan
aplikasi Form 25 kepada Bursa (commission), Emiten harus melakukan
pemberitahuan tertulis (written notice) terkait dengan keinginannya untuk
melakukan voluntary delisting. Pemberitahuan tertulis ini harus mencakup
penjelasan mengenai jenis efek yang hendak dihapuskan pencatatannya
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
43
bersamaan dengan pernyataan mengenai fakta material yang berkaitan
dengan alasan dilakukannya voluntary delisting.
c. pemberitahuan tertulis (written notice) tersebut harus diumumkan secara
publik melalui press release atau melalui website yang dapat diakses oleh
publik. Pemberitahuan tertulis dalam website ini harus tetap ada sampai
tanggal efektif delisting. d. tanggal efektif delisting adalah 10 hari setelah Form 25 telah disetujui oleh
Bursa (commission).
e. setelah Form 25 telah diterima maka Emiten tidak memiliki kewajiban
pelaporan71 dibawah ketentuan Section 13(a) Act (15 U.S.C 78 m(a)) dan
peraturan mengenai pendaftaran dalam Section 12(b) § 240.12d2-2.
2.5.2.1.Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di Amerika
Pengaturan mengenai tender offer di Amerika diatur dalam Sections
14(d) dan 14(e) SEC Act 1934, tetapi tidak satupun dalam pengaturan tersebut
yang menjelaskan mengenai definisi tender offer. Beberapa praktisi berpendapat
bahwa pada tahun 1968 Congress berkehendak untuk mengatur mengenai tender offer yang sifatnya konvensional dalam Sections 14(d) dan 14(e) sebagai bagian
dari Williams Act, namun beberapa hakim dan beberapa pihak dalam Security Exchange Commission menolak hal tersebut karena dianggap tidak konsisten
dengan pemahaman umum (konvensional) mengenai tender offer dalam SEC
Act.72
Dalam pengertian konvensional tender offer di Amerika harus dibuat
dengan melakukan pengumuman kepada publik yang ditunjukan kepada para
71 Security Exchange Commission, September 2012, pukul 22.49 WIB. Peraturan ini
menyatakan bahwa setiap Emiten yang sahamnya didaftarkan sesuai dengan Section 78(l) harus melakukan kewajiban pelaporan kepada Commission demi kepentingan investor dan untuk memastikan perdagangan efek yang adil, antara lain: a) informasi dan dokumen mengenai kondisi Emiten terkait dengan pernyataan pendaftaran (termasuk fotokopinya); b) laporan tahunan (termasuk fotokopinya) yang telah dianalisis oleh Akuntan independen dan laporan pertengahan tahun apabila Commission meminta.
72 aHarvard Law Review: Vol. 86, No. 7 (May, 1973), hlm. 1250,
< http://www.jstor.org/stable/1340067 >, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
44
pemegang saham untuk melakukan penawaran atas saham mereka dengan harga
yang ditentukan secara spesifik dan dalam kurun waktu terbatas, yang biasanya
tidak lebih dari dua minggu. 73 Proses pembayaran atas saham tersebut dapat
dilakukan baik secara tunai atau ditukarkan dengan efek lainnya. Proses tender offer yang konvensional ini biasanya digunakan untuk mengambil alih saham
perusahaan lain dengan tujuan untuk melakukan pengendalian ataupun
pengambilalihan saham tanpa hak untuk mengendalikan. Konvensional tender offer dinilai sebagai mekanisme yang lebih murah dan lebih sederhana.
Permasalahan yang timbul dari konvensional tender offer ini adalah tidak adanya
ketentuan dalam peraturan yang menyatakan bahwa perlunya dilakukan
keterbukaan berkaitan dengan pembelian saham secara tunai, sementara disatu sisi
peraturan mengatur mengenai kewajiban untuk melakukan keterbukaan apabila
melakukan tender offer dengan pertukaran efek lainnya.
Williams Act mengatur mengenai adanya lima ketentuan tambahan
dalam SEC Act 1934, khususnya dalam Sections 14(d) paragraph (I) yang
mengatur mengenai kewajiban keterbukaan dalam tender offer baik yang
dilakukan secara tunai ataupun dengan menukarkan efek lainnya dan ketentuan
mengenai batasan-batasan dalam proses tender offer yang diatur dalam
Paragraphs (5)-(7) serta yang terakhir dalam Section 14(e) yang mengatur
mengenai antifraud.74
2.5.2.1.1. Disclosure Dalam Section 14 (d)(I) mengatur mengenai setiap pihak yang hendak
melakukan tender offer dengan kepemilikan saham yang lebih dari 5% sesuai
dengan klasifikasi saham yang terdaftar menurut ketentuan SEC Act 1934
diharuskan untuk melakukan keterbukaan mengenai informasi-informasi material,
khususnya apabila adanya keinginan untuk melakukan pengambilalihan
perusahaan. Kewajiban melakukan keterbukaan informasi ini bertujuan agar pihak
publik mengetahui situasi mengenai tender offer yang akan dilakukan sehingga
73 Ibid.
74 Ibid.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
45
publik dapat menentukan sikap untuk menjual sahamnya atau untuk
mempertahankan sahamnya dalam perubahan kepemilikan managemen yang
baru.75 Ketentuan mengenai informasi-informasi material yang harus dilaporkan
antara lain berkaitan dengan:76
1. Kewajiban pengelola perusahaan untuk menerima atau menolak
permohonan dari pihak penawar;
2. Kewajiban pengelola perusahaan untuk membuka kontrak kerja
(employment contracts)77 dengan pihak penawar;
3. Kewajiban pengelola perusahaan untuk memberitahu mengenai pihak
yang akan menjual sahamnya;
4. Kewajiban pengelola perusahaan untuk melakukan keterbukaan informasi
atas informasi material yang bukan menjadi milik publik;
5. Tindakan yang ditempuh oleh pengelola perusahaan terhadap adanya
penawaran berganda dan merger.
75 Ibid.,
substantial, timely disclosure in situations where tender offers were potentially being used to gain
investment in a company that might be changing hands and undergoing significant
76 The
Business Lawyer: Vol. 25, No. 2 (January 1970), hlm. 466, <http://www.jstor.org/stable/40685015>, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.57 WIB.
of disclosure will be analyzed under the following categories: (1) mrecommended acceptance or rejection, and if a recommendation is made the content of the
management group will tender his share; -
77 Ibid., formation of certain members of the management group that have employment contracts with the offeror would be material information that shall be disclosed.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
46
2.5.2.1.2. Substantive Restrictions on Tender Offers Berkaitan dengan kewajiban melakukan keterbukaan informasi,
berikut ini adapun batasan-batasan yang berkatian dengan pelaksanaan proses
tender offer itu sendiri, antara lain:
1. adanya persetujuan yang diberikan kepada pemegang saham untuk
menarik saham yang telah didepositokan berkaitan dengan tender offer,
dalam jangka waktu tujuh hari pertama dari penawaran tersebut, atau 60
hari apabila pihak penawar belom membayar sejumlah saham atau belum
menukarkan saham yang ditawarkan dengan efek lainnya. Tujuan
ketentuan ini adalah untuk memberikan jaminan kepada setiap pemegang
saham bahwa dalam jangka waktu singkat (a minimum period of time)
untuk membuat suatu keputusan terkait penawaran sahamnya tanpa
dirugikan oleh pemegang saham lainnya.78
2. adanya kebolehan bagi para pihak dalam melakukan tender offer untuk
membeli secara pro rata semua saham yang ditawarkan apabila keterangan
mengenai jumlah saham lebih ditekankan daripada para pihak yang
berpartisipasi dalam proses tender offer tersebut, dalam jangka waktu
sepuluh hari pertama sejak penawaran.79
3. adanya kebolehan untuk menaikan harga beli atas saham yang ditawarkan
oleh pemegang saham, termasuk saham yang ditawarkan dengan harga
beli yang paling rendah.80
78 Harvard Law Review, op.cit., hlm. 1258-1259. to withdraw securities deposited pursuant to a tender offer during the first 7 days of an offer, or after 60 days if the offeror has not purchased or returned the securities by then. In conjuction with Section 14(d)(I), Section 14 (d)(5)-(7) generally guarantee each shareholder a minimum period of time in which to make an informed decision on whether to tender his shares, without being disadvantaged with respect to other shareholders.
79 Ibid., a pro rata basis from among all shares tendered during the first 10 days of the offer, if more shares than the party specified have been tendered in that time.
80 Ibid., offer be paid to all tendering shareholders, even to those who tendered in response to the lower
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
47
2.5.2.1.3. Fraud Prohibition Secara umum pertanggungjawaban pengelola perusahaan kepada
pemegang saham terkait dengan proses tender offer ini sangat berkaitan erat
dengan penyampaian keterbukaan informasi yang harus disebutkan seperti yang
sudah ditentukan sebelumnya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola perusahaan
ini diatur dalam Section 14(e) SEC Act 1934 yang menyatakan:
unlawful for any person to make any untrue statement of a material fact or omit to state any material fact necessary in order to make the statements made, in the light of the circumstances under which they are made, not misleading, or to engage in any fraudulent, deceptive or manipulative acts or practices, in connection with any tender offer or request or invitation for tenders or any solicitation of security holders in
81
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam proses tender offer setiap pihak,
khususnya pengelola perusahaan tidak boleh membuat pernyataan yang tidak
sebenarnya atau pernyataan yang menyesatkan tentang informasi material yang
berkaitan dengan proses tender offer.
2.5.2.1.4. Special Bids Harga pelelangan yang digunakan dalam melakukan proses tender
offer adalah harga pasar terkait jenis saham tertentu yang akan ditawarkan dengan
tujuan agar saham yang dibeli masih dapat diperdagangkan dalam pasar regular
walaupun dengan harga yang tinggi. Pihak pembeli dalam hal ini mengumumkan
jumlah harga tertentu atas suatu saham dengan menyebutkan jumlah saham yang
diinginkan dan besarnya harga penawaran tetap. Harga penawaran ini biasanya
lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham untuk jumlah saham yang sejenis.
Persamaan tender offer dengan harga pelelangan dengan tender offer
konvensional adalah tindakan tender offer sama-sama dilakukan dan ditawarkan
kepada seluruh pemegang saham di Perusahaan Publik. Adapun perbedaan tender offer dengan menggunakan harga pelelangan dan tender offer dengan cara
81 Carl Krasik, op.cit.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
48
konvensional dimana tender offer dengan harga pelelangan ini tidak meliputi atau
mencakup jangka waktu dimana saham tersebut pertama kali ditempatkan. 82
Proses tender offer dengan menggunakan harga pelelangan ini harus dilakukan
dan dibayar secepatnya sampai pelelangan telah selesai atau ditarik (tidak pernah
dilakukan).
2.5.3. Prosedur Involuntary Delisting di Indonesia Peraturan BEJ No. I-I secara jelas menjelaskan mengenai prosedur
involuntary delisting dimana apabila terdapat indikasi bahwa Perusahaan Tercatat
mengalami satu atau lebih persyaratan involuntary delisting seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, maka Bursa Efek dapat melakukan dengar pendapat
dengan Perusahaan Tercatat. Dalam hal Bursa memutuskan untuk melakukan
delisting saham Perusahaan Tercatat maka Bursa akan memberitahukan jadwal
pelaksanaannya kepada Perusahaan Tercatat pada Hari Bursa yang sama
diputuskannya delisting saham yang dimaksud dengan tembusan kepada
Bapepam. Keputusan delisting saham Perusahaan Tercatat dan jadwal
pelaksanaannya diumumkan di Bursa selambat-lambatnya pada awal sesi I Hari
Bursa berikutnya setelah diputuskannya delisting saham yang dimaksud. Apabila
memang dipandang perlu Bursa dapat melakukan suspensi selama lima Hari
Bursa dan selanjutnya diperdagangkan hanya di Pasar Negosiasi selama 20 Hari
Bursa sebelum tanggal efektif delising. Proses delisting akan berlaku efektif pada
tanggal yang ditetapkan oleh Bursa dalam keputusan delisting dan diumumkan di
Bursa.
2.5.4. Prosedur Involuntary Delisting di Amerika Sama halnya dengan proses voluntary delisting di Amerika Serikat,
pengaturan involuntary delisting dalam SEC Act 1934 cukup dilakukan dengan
mengisi dan menyerahkan Form 25 kepada Commission apabila Bursa memiliki
dasar pertimbangan yang kuat bahwa efek dari Perusahaan Tercatat sudah tidak
efektif lagi untuk diperdagangkan. Namun, berkaitan dengan penyerahan aplikasi
82 Harvard Law Review, op.cit., hlm. 1262.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
49
Form 25 tentang penghapusan pencatatan, adapun hal-hal yang harus dipenuhi
berdasarkan peraturan huruf b(1) § 240.12d2-2:
a. pemberitahuan kepada Emiten mengenai keputusan Bursa untuk
melakukan penghapusan pencatatan sahamnya.
b. kesempatan kepada Emiten untuk melakukan banding kepada Direksi dari
Bursa Efek nasional atau lembaga yang ditunjuk oleh Direksi (national
the board).
c. pemberitahuan secara umum (public notice) atas keputusan Bursa Efek
untuk melakukan penghapusan pencatatan saham dengan melakukan press release atau mencantumkannya di website. Pengumuman ini harus
dilakukan kurang dari 10 hari sebelum delisting menjadi efektif dan harus
tetap diumumkan dalam website sampai delisting menjadi efektif.
d. tanggal efektif delisting adalah 10 hari setelah Form 25 telah disetujui oleh
Bursa (commission).
2.6. Pengertian Relisting
Dalam kamus bisnis dan investasi, Relisting diartikan sebagai:
return to listed status for a stock after having been
delisted from an exchange for not being in compliance with the
house in order and meets listing requirements, it can apply to 83
Adapun definisi lain yang diberikan untuk menjelaskan mengenai relisting, yakni:
exchange after it has been
removed for not being in compliance with listing requirements.
such as bankruptcy or a share price that has fallen below
83 <http://www.investopedia.com/terms/r/relisted.asp#axzz27IxxfAI6ukul 22.54 WIB. elisting merupakan
pencatatan kembali saham yang telah dihapuskan pencatatan dari Bursa Efek karena tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan pengaturan Bursa Efek terkait dengan pencatatan. Pencatatan kembali saham akan dilakukan ketika perusahaan sudah merasa bahwa perusahaannya telah
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
50
minimum requirements. When a company returns to fiscal 84
Peraturan BEJ No. I-I memberikan definisi mengenai relisting sebagai suatu
tindakan perusahaan untuk melakukan pencantuman kembali suatu efek dalam
daftar efek yang tercatat di Bursa, setelah efek tersebut dihapuskan pencatatannya
di Bursa (delisting).
Dari ketiga pengertian mengenai relisting yang sudah disebutkan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa relisting adalah suatu pencatatan kembali
saham di Bursa Efek setelah saham tersebut mengalami penghapusan pencatatan
dengan berbagai alasan, yakni: perusahaan tersebut tidak memenuhi kriteria
mengenai pencatatan saham seperti yang sudah ditentukan oleh Bursa, perusahaan
tersebut mengalami kepailitan, atau saham dari perusahaan tersebut tidak
mengalami perdagangan yang bagus karena selalu mengalami penurunan nilai
hingga dibawah persyaratan.
2.7 Persyaratan Relisting di Indonesia Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia dapat dilakukan dalam dua
papan pencatatan, yakni: pencatatan saham di Papan Utama dan pencatatan saham
di Papan Pengembangan. Begitu pula dengan mekanisme pencatatan kembali
maka perusahaan harus menentukan di papan manakah calon Perusahaan Tercatat
tersebut akan mencatatkan sahamnya kembali. Berikut adalah persyaratan-
persyaratan untuk melakukan relisting berdasarkan Peraturan BEJ No.I-I, antara
lain:
2.7.1. Persyaratan Umum Relisting Persyaratan umum relisting ini terdiri dari:85
84 <http://www.investorwords.com/18491/relisted.html>, diakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 23.04 WIB.
85 Alexander Lay, dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, (Jakarta: The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2010), hlm. 845.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
51
1. Perusahan Tercatat yang sahamnya dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di Bursa, dapat mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada Bursa paling cepat 6 (enam) bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa.
2. Pernyataan pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam masih tetap menjadi efektif.
3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting oleh Bursa atau telah merealisasikan hal-hal yang mendasari permohonan delisting saham saat menjadi Perusahaan Tercatat sebelumnya.
4. Adanya pernyataan Direksi dan Komisaris yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum atau menghadapi suatu masalah yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan.
5. Calon Perusahaan Tercatat boleh merupakan anak perusahaan atau induk perusahaan dari Perusahaan Tercatat, dengan ketentuan: a. jika terjadi putus hubungan afiliasi antara calon Perusahaan
Tercatat dengan Perusahaan Tercatat, masing-masing perusahaan mampu menjalankan kegiatan operasinya secara memadai berdasarkan penilaian pihak independen;
b. berdasarkan Laporan Keuangan Proforma Perusahaan Tercatat tanpa mengkonsolidasi dengan Laporan Keuangan calon Perusahaan Tercatat, Perusahaan Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan;
c. berdasarkan Laporan Keuangan Proforma calon Perusahaan Tercatat dapat dikonsolidasi ke Laporan Keuangan Perusahaan Tercatat, calon Perusahaan Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan.
6. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris.
7. Memiliki Direktur tidak terafiliasi86 sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dari jajaran anggota Direksi.
8. Memiliki Komite Audit. 9. Memiliki Sekretaris Perusahaan. 10. Harga saham dan nilai nominal saham calon Perusahaan Tercatat
sekurang-kurangnya Rp100,00 (seratus rupiah).87
86 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, op.cit., angka IV.1.8. Peraturan ini menyatakan bahwa Direktur yang tidak terafiliasi adalah: a) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan sebelum penunjukan sebagai Direktur tidak terafiliasi; b) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Komisaris atau Direksi lainnya dari perusahaan tercatat; c) tidak bekerja rangkap sebagai Direksi pada perusahaan lain; d) tidak menjadi orang dalam pada lembaga atau profesi penunjang pasar modal yang jasanya digunakan oleh perusahaan tercatat selama 6 (enam) bulan sebelum penunjukan sebagai Direktur.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
52
11. Direksi dan Komisaris calon Perusahaan Tercatat harus memiliki reputasi baik.
2.7.2 Persyaratan Relisting di Papan Utama Berkaitan dengan dibaginya tempat pencatatan saham dalam Bursa
Efek Indonesia, maka dengan ini persyaratan relisting pun diatur lebih khusus
sesuai dengan tempat dimana saham tersebut akan dicatatkan. Persyaratan
relisting di papan utama antara lain:88
1. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana diatur dalam Peraturan BEJ No. 1-I.
2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 bulan berturut-turut.
3. Laporan keuangan calon Perusahaan Tercatat telah diaudit sekurang-kurangnya tiga tahun buku terakhir, dengan ketentuan Laporan Keuangan Auditan dua tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Auditan Interim terkahir (jika ada) memperoleh Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
4. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tagible Asset) sekurang-kurangnya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar).
5. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan relisting sekurang-kurangnya 100.000.000 (seratus juta) saham atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor, dilihat mana yang paling kecil.
6. Jumlah pemegang saham paling sedikit seribu pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek.89
87 Ibid., angka IV.1.11. Peraturan ini menyatakan bahwa ketentuan bagi perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek lain, harga saham yang sekurang-kurangnya Rp100,00 adalah berdasarkan harga rata-rata penutupan saham selama 25 hari terjadi transaksi di Bursa Efek lain tersebut atau bagi perusahaan yang tidak tercatat di Bursa Efek lain, harga saham yang sekurang-kurangnya Rp100,00 adalah berdasarkan harga wajar saham sesuai dengan hasil penilaian pihak independen.
88 Alexander Lay, op.cit., hlm. 847.
89 Bursa Efek Jakarta (b), op.cit., angka IV.2.6. Peraturan ini menyatakan bahwa ketentuan tersebut antara lain: a) bagi calon Perusahaan Tercatat yang tidak tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode 5 Hari Bursa sebelum permohonan relisting; b) bagi calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama enam bulan terakhir.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
53
2.7.3. Persyaratan Relisting di Papan Pengembangan Berbeda dengan pengaturan persyaratan relisting di papan utama,
persyaratan relisting di Papan Pengembangan ini mengatur lebih ringkas,
diantaranya:90
1. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan BEJ No.I-I.
2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, secara substansi telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya 12 bulan penuh berturut-turut.
3. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan Keuangan Auditan Interim terakhir (jika ada) memperoleh Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
4. Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
5. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan pencatatan sekurang-kurangnya 50.000.000 (lima puluh juta) saham atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor, mana yang lebih kecil.
6. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek.
2.8. Prosedur Relisting di Indonesia Calon Perusahaan Tercatat yang hendak mencatatkan kembali
sahamnya di Bursa, wajib mengajukan permohonan Relisting kepada Bursa dan
membayar pendaftaran permohonan pencatatan sebesar Rp15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah) untuk pencatatan di Papan Utama dan membayar sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk pencatatan di Papan Pengembangan.
Biaya permohonan pencatatan kembali tersebut sifatnya akan dikurangkan dengan
biaya pencatatan awal saham91 apabila permohonan relisting diterima oleh Bursa.
90 Alexander Lay., op.cit.
91 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka VIII.2.4 yang menyatakan bahwa biaya pencatatan awal untuk saham perusahaan yang akan dicatatkan kembali
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
54
Permohonan relisting tersebut wajib dilengkapi sekurang-kurangnya dengan
dokumen dan informasi sebagai berikut:92
1. Bukti pernyataan pendaftaran dari Bapepam masih menjadi efektif; 2. Akta pendirian/Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat beserta
perubahan dan tanda daftar perusahaan; 3. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan
pejabat satu tingkat dibawah direksi; 4. Struktur organisasi Group yang menunjukan posisi calon
Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada); 5. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan
Komisaris yang ditandatangani oleh yang bersangkutan; 6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang
berkaitan dengan Direksi, Komisaris dan keluarganya baik dalam perusahaan tercatat maupun afiliasinya dari Calon Perusahaan Tercatat tersebut;
7. Laporan Keuangan Tahunan auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim auditan terakhir (jika ada) atau laporan keuangan auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;
8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,
kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya 3 tahun berikut asumsi
yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat;
14. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 15. Kebijakan dividen; 16. Transaksi/perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak afiliasi
(termasuk jumlah dan kondisinya); 17. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak
terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;
18. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 19. Rasio kinerja operasional, pertumbuhan, likuiditas dan solvabilitas; 20. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di
Bapepam;
(relisting) atau telah tercatat di Bursa Efek lain, ditetapkan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap kelipatan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dari Nilai Kapitalisasi Saham, sekurang-kurangnya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
92 Alexander Lay, op.cit., hlm. 849.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
55
21. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan relisting; 22. Laporan penilai oleh Penilai Independen yang terdaftar di Bapepam
(jika ada); 23. Fotokopi kontrak pengelolaan administrasi efek dengan Biro
Administrasi Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;
24. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang yang disesuaikan dengan kegiatan usaha calon Perusahaan Tercatat;
25. Fotokopi kontrak dengan KSEI mengenai pendaftaran efeknya dalam Penitipan Kolektif di KSEI;
26. Informasi keterbukaan sebanyak lima eksemplar; 27. Laporan komposisi pemegang saham; 28. Daftar nama dan spesimen tanda tangan pejabat yang diberi
kewenangan menanda tangani surat-menyurat yang disampaikan ke Bursa;
29. Surat pernyataan tentang kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditandatangani oleh Direksi calon Perusahaan Tercatat;
30. Daftar Komite Audit; 31. Surat pernyataan mengenai Direktur tidak terafiliasi; 32. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan
Komisaris.
Apabila calon Perusahaan Tercatat telah melengkapi formulir permohonan seperti
yang telah disebutkan diatas maka permohoan pencatatan kembali telah diterima
secara lengkap oleh Bursa. Untuk kepentingan persetujuan permohonan relisting
maka calon Perusahaan Tercatat wajib melakukan presentasi tentang
perusahaannya kepada Bursa. 93 Berkaitan dengan permohonan relisting maka
Bursa dalam hal ini mendapat kewenangan penuh untuk melakukan persetujuan
atau penolakan terhadap permohonan relisting yang akan diberikan selambat-
lambatnya sepuluh Hari Bursa sejak Bursa memperoleh dokumen atau informasi
permohonan secara lengkap. Apabila permohonan relisting disetujui maka Bursa
mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham Calon Perusahaan
Tercatat selambat-lambatnya satu Hari Bursa sebelum perdagangan saham
tersebut dimulai.
93 , Proquest Journal: International Financial Law Review, Oktober 2004, ISSN: 02636969, <http://search.proquest.com/docview/233199383?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.58 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
56
2.9. Prosedur Relisting di Amerika Berdasarkan ketentuan dalam SEC Act 1934, apabila suatu
perusahaan hendak melakukan suatu proses pencatatan kembali maka perusahaan
tersebut harus mengisi aplikasi atau permohonan mengenai izin untuk melakukan
upaya pencatatan kembali atas saham yang sebelumnya telah dihapuskan
pencatatannya. Ketentuan mengenai persyaratan ini ditentukan dalam § 240.12.f-1
dimana permohonan relisting dapat ditunjukan kepada suatu Bursa Efek yang
telah menghapuskan pencatatan saham terdahulu berdasarkan ketentuan Section
12 (f)(2)(A) 15.U.S.C 78 l (2)(A) dengan mengisi surat permohonan yang
diterbitkan oleh Pejabat Bursa Efek yang bersangkutan:
a. Nama dari pemohon (issuer);
b. Jenis efek yang akan dilakukan pencatatan kembali (title of security);
c. Nama Bursa Efek yang telah menghapuskan saham terdahulunya;
d. Melaporkan informasi atas transaksi dari efek (transaction information)
yang akan dilakukan pencatatan kembali sesuai dengan § 242.601;94
e. Mencantumkan tanggal dimana Bursa melakukan penghentian sementara
dari saham yang telah dihapuskan pencatatannya sebelumnya;
f. Informasi-informasi yang diperlukan untuk dicantumkan guna membantu
proses pencatatan kembali saham berkaitan dengan konsistensi likuiditas
efek yang akan dicatatkan kembali tersebut dan kondisi pemohon untuk
menjaga perdagangan yang adil dan teratur di bursa serta perdagangan
efek yang memberikan perlindungan terhadap investor;
94 Security Exchange Commission, § 242.601, ,
diakses pada tanggal 25 September, pukul 11.41 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa laporan rencana transaksi efek tersebut harus mengandung sekurang-kurangnya informasi tentang: a) efek yang sudah pernah tercatat dan efek Nasdaq atau efek-efek dengan klasifikasi sama yang akan dugunakan sesuai rencana; b) melaporkan transaksi atas efek yang sudah dicatatkan kepada broker atau kepada pihak yang melakukan transaksi atas efek tersebut sesuai dengan rencana; c) memberikan pelaporan atas suatu transaksi secara berurutan dan penjualan terakhir atas efek tersebut sesuai rencana; d) pelaporan atas transaksi tersebut dilakukan bersamaan dengan pelaporan dari Bursa Efek berkaitan dengan rencana transaksi efek tersebut; e) metode dan standard yang digunakan untuk pelaporan; f) pelaporan atas peraturan atau prosedur yang digunakan untuk membuat laporan transaksi atau penjualan terakhir yang bebas penipuan atau manipulasi; g) laporan transaksi tersebut atau data penjualan terakhir harus dapat dengan mudah diakses oleh penjual untuk menentukan market place dimana saham tersebut akan ditransaksikan.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
57
g. Fotokopi dari permohonan yang sudah dikirimkan oleh pemohon kepada
Bursa Efek dimana efek tersebut akan dilakukan pencatatan kembali.
2.10. Pertimbangan Hukum PT JASS, PT BUKK, PT Apexindo Dalam Melakukan Relisting
2.10.1. Pertimbangan Hukum PT Jasa Angkasa Semesta PT JASS merupakan suatu perusahaan yang didirikan pada tahun
1984 dibawah nama JAS Airport Service yang bergerak dibidang penyedia jasa di
Bandara International Soekarno Hatta (airport commercial operations).95 Dalam
kegiatan operasionalnya, PT JASS melayani maskapai penerbangan Cathay
Pacific, Malaysian Airlines, Lufthansa dan Singapore Airlines sebagai konsumen
prioritas (first customer). Adapun konsumen lainnya yang berupa non-airlines,
antara lain ANZ, Permata Bank, Citibank, P&G, Shangri-La, dan Standard
Chartered. 96 Pada tahun 2000, perusahan mulai memperluas bisnis pelayanan
cargo dan gudang penyimpanan (cargo handling and warehousing business)
ketika PT Cardig Air telah menyerahkan bisnisnya kepada JAS.
PT JASS pertama kali sahamnya dicatatkan di Bursa Efek Surabaya 97 Sebagai Perusahaan Terbuka yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek, jalan yang harus ditempuh PT JASS untuk mempertahankan posisi
sahamnya di Bursa, tidaklah berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan PT JASS
telah diberi peringatan sejak tahun 2007 oleh BEI perihal akan dilakukannya
delisting saham PT JASS dari Bursa Efek. 98 Setelah diberikan peringatan maka
PT JASS mengalami suspensi tidak boleh melakukan aktivitas perdagangan
sahamnya di Bursa yang kemudian berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-
167/BEJ-CAT/P/11-2007 tanggal 30 November 2007, perihal Pencatatan Efek-
95 <http://ptjas.co.id/about-us/history/ pada tanggal 3 September 2012, pukul 19.58 WIB.
96 <http://ptjas.co.id/non-airlines/ Customers Non- pada tanggal 3 September 2012, pukul 20.02 WIB.
97 <http://ptjas.co.id/about-us/history/>, op.cit.
98 <http://economy.okezone.com/read/2009/11/30/278/280270/bei-sudah-peringati-7-emiten-delisting 2009, pukul 13.36 WIB), diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 22.07 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
58
efek Bersifat Ekuitas Perusahaan Tercatat yang Berasal dari Bursa Efek Surabaya
dan Mengacu pada Ketentuan III.3.1, Peraturan Pencatatan Bursa No. I-I tentang
Penghapusan Pencatatan Efek (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting)
Saham di Bursa mengumumkan bahwa salah satu dari tujuh Emiten yang
sahamnya dihapuskan pencatatan dari Bursa adalah PT JASS. Alasan Bursa
melakukan penghapusan pencatatan efek PT JASS (delisting) antara lain:
a. PT JASS mengalami kondisi atau peristiwa, yang secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat,
baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status
Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat
tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai;
b. Saham PT JASS sebagai Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di
Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi
sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.
c. PT JASS tidak sanggup memenuhi kriteria volume dan frekuensi
perdagangan saham yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia.99
Delisting PT JASS berlaku efektif sejak tanggal 1 Desember 2009.
Setelah sahamnya dihapuskan pencatatan oleh Bursa, PT JASS melakukan
pencatatan kembali (relisting) yang mana permohonan untuk melakukan relisting
telah diajukan PT JASS pada bulan Desember 2009.100 PT JASS akan melakukan
pencatatan kembali sahamnya sejumlah batas minimum yang dipersyaratkan
dalam peraturan yaitu 10%. Saat ini status PT JASS masih merupakan suatu
Perusahaan Terbuka.
99 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2 Oktober 2012, pukul 10.30 WIB. Bapak Yudi Pramono menyatakan bahwa PT JASS tidak sanggup memenuhi kriteria volume dan frekuensi perdagangan saham mengingat tidak diaturnya kriteria volume dan frekuensi perdagangan saham pada BES.
100 <http://finance.detik.com/read/2010/07/08/125633/1395451/6/bahana-incar-obligasi-jasa-marga-dan-relisting-jasa-angkasa,> Relisting Jasa
Presiden Direktur PT Bahana Securities, Eko Yuliantoro bahwa proses permohonan relisting sudah diajukan JASS pada Desember 2009 dan Bahana Securities disini telah mendapatkan mandat mulai bulan Mei 2010 dan akan terus dikerjakan sesuai jadwa. Diharapkan, relisting bisa terjadi di akhir tahun 2010.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
59
Pertimbangan hukum PT JASS untuk melakukan upaya relisting
saham perseroan adalah untuk ekspansi usaha dan menambah layanan ke beberapa
Bandar Udara lainnya di Indonesia.101 Selain itu PT JASS juga mengalami kondisi
keuangan yang mengalami peningkatan yang signifikan dimana perseroan akan
menginvestasikan dana sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar) untuk
mengembangkan bisnis Ground Handling Service, Lounge and Cargo Service
(warehouse). 102 Berkaitan dengan perbaikan kondisi finansial PT JASS yang
sudah membaik maka dalam hal ini PT JASS hendak melakukan upaya pencatatan
kembali saham (relisting) karena dirasa saham yang dimiliki PT JASS sudah
cukup likuid dan dapat mengikuti pergerakan saham di Bursa Efek secara adil dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Upaya pencatatan kembali saham yang
dilakukan PT JASS ini bertujuan juga untuk memperbaiki volume transaksi dan
frekuensi perdagangan saham PT JASS itu sendiri.103
2.10.2. Pertimbangan Hukum PT Bukaka Teknik Utama Tbk
PT BUKK pertama kali didirikan pada tahun 1978 dengan perusahan
yang berskala kecil dengan satu produksi dan sedikit tenaga kerja. Namun
sekarang ini PT BUKK telah menjadi perusahaan besar dan memiliki banyak
tenaga kerja. Ruang lingkup kegiatan usaha (business unit) PT BUKK meliputi:
steel tower (dalam bidang manufaktur dan konstruksi), steel bridge (dalam bidang
infrastruktur), oil and gas equipments (dalam bidang minyak dan gas bumi
dengan biaya produksi yg rendah), plant system (dalam bidang ketenagalistrikan)
dan machine (membuat mesin-masin pabrik).104
101 Relisting atau Kembali Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Mekanisme Secondary Public Offering
http://www.inilah.com/read/detail/598461/jasa-angkasa-relisting-dengan-spo/,> (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14/46 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.39 WIB.
102 http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/17252>, (Selasa 8 Juni 2012, pukul 14.18 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.54 WIB.
103 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), op.cit.
104 <http://www.bukaka.com/about/unitusaha.phpiakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.29 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
60
Berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-167/BEJ-CAT/P/11-2007
tanggal 30 November 2007, perihal Pencatatan Efek-efek Bersifat Ekuitas
Perusahaan Tercatat yang Berasal dari Bursa Efek Surabaya dan Mengacu pada
Ketentuan III.3.1, Peraturan Pencatatan Bursa No. I-I tentang Penghapusan
Pencatatan Efek (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa
mengumumkan bahwa salah satu dari tujuh Emiten yang sahamnya dihapuskan
pencatatan dari Bursa adalah PT BUKK. Bursa melakukan penghapusan saham
dari PT BUKK dikarenakan:105
a. PT BUKK mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan baik secara
finansial ataupun hukum.
b. PT BUKK pun dinilai tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang
baik.
c. Saham-saham PT BUKK terkena suspensi di Pasar Regular dan Pasar
Tunai, dan hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya
selama 24 bulan terakhir.
d. Adanya status disclaimer pada laporan keuangan per Desember 2005,
dimana PT BUKK masih memiliki utang yang harus diselesaikan sekitar
US$ 89 Juta.106
Sama halnya dengan PT JASS, delisting PT BUKK berlaku efektif
sejak 1 Desember 2009. Status PT BUKK yang pada saat ini sebagai perusahaan
terbuka hendak melakukan relisting dan pihak BEI pun sangat mendukung
rencana PT BUKK tersebut. Akan tetapi proses relisting yang hendak dilakukan
PT BUKK terbentur dengan kepemilikan saham di publik. 107 Seperti yang
105 <http://regional.kompas.com/read/2009/11/30/1514317/bei.hapus.tujuh.saham.eks.bursa.surabaya> ovember 2009, pukul 15.14 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.54 WIB.
106 Relisting http://www.bisnis.com/articles/bukaka-berharap-relisting-secepatnya>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 19.55 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.18 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
61
diketahui, sekitar 54% saham PT BUKK beredar di publik namun sekitar 52%
saham dimiliki oleh satu investor, yakni Akses Karya Indonesia Bhd. 108
Pertimbangan hukum yang paling mendasar dari PT BUKK untuk melakukan
relisting adalah sudah dituntaskannya pembayaran utang sebesar US$ 89 juta.109
PT BUKK berencana untuk melakukan relisting juga dikarenakan adanya
pertimbangan pertanggungjawaban terhadap masyarakat yang telah berinvestasi
dan perusahaan juga ingin mengembangkan kinerja perusahaannya.110
2.10.3. Pertimbangan Hukum
PT Apexindo pertama kali didirikan pada tahun 1984 dengan kegiatan
usaha sebagai kontraktor pengeboran yang bergerak pada industri minyak dan gas
bumi (offshore and onshore drilling services to oil and gas). Dengan kondisi
perusahaan yang tercatat di Bursa, maka saham PT Apexindo dapat
diperdagangkan kepada publik. Hampir setiap tahunnya PT Apexindo melakukan
perkembangan terhadap kegiatan usahanya tidak hanya di Indonesia tetapi di Asia
Tenggara. Pada tahun 2001, PT Apexindo melakukan merger dengan PT Medco
Antareja, salah satu perusahaan onshore drilling contractor terbesar di Indonesia,
dimana PT Apexindo sebagai surviving company. Pada bulan Juli 2002, PT
Apexindo merupakan perusahaan offshore drilling sector yang tercatat di Bursa
107 <http://www.investor.co.id/home/bukaka-diharapkan-tambah-jumlah-saham-jika-
relisting/27238 Relisting2012, pukul 7.59 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 12.17 WIB.
108 <http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/03/emiten-bei-bukaka-berniat-relisting/>, Relisting tanggal 5
dikhawatirkan akan tetap stagnan dan tidak likuid.
109 Asia Pulse Pty Ltd, , Proquest Journal Business and Economics, 15 Desember 2011, ISSN: 910909242, <http://search.proquest.com/docview/910909242?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.30 WIB.
110 Relisting http://investasi.kontan.co.id/news/bukaka-ajukan-relisting-ke-bei>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 17.02 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.35 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
62
Efek Jakarta melalui penawaran umum perdana (IPO) dengan harga saham Rp.
550,-111
Pada tahun 2009, PT Apexindo meminta kepada Bursa untuk
melakukan upaya penghapusan pencatatan secara sukarela (voluntary delisting)
sehingga pada tanggal 11 Maret 2009 berdasarkan Pengumuman Bursa No.Peng-
001/BEI.PSR/UPT/03-2009, Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian
sementara perdagangan efek perseroan.112 Berdasarkan keterangan dari Corporate Secretary PT Apexindo, delisting ini dilatarbelakangi oleh permintaan pemegang
saham terkait dengan chain listing sehingga para pemegang saham PT Apexindo
telah menyetujui rencana delisting tersebut pada Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (yang selanjutnya disebut ) pada tanggal 5 Maret 2009.113
Pencatatan berantai ini (chain listing) karena PT Apexindo dinilai telah
berkontribusi lebih dari 50% pendapatan PT Mitra Rajasa Tbk (yang selanjutnya
disebut MIRA ) yang berubah namanya menjadi PT Mitra International
Resources TBK.114 Berkaitan dengan chain listing tersebut adapun alasan yang
melatarbelakangi dilakukannya delisting PT Apexindo, yakni tidak likuidnya
saham sisa (1,86%) setelah 98,14% dari total saham yang dikeluarkan perseroan
diakuisisi oleh MIRA melalui Mira International Holding Ptd Ltd (MIH).115 Status
111 <http://www.apexindo.com/diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 20.18 WIB.
112 Pengumuman Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Tercatat di Papan: Utama) No.Peng-004/BEI.PSR/SPT/03-penghentian sementara perdagangan efek PT Apexindo Pratama Duta Tbk di seluruh Pasar pada hari Rabu, 1 April 2009 mulai sesi 1 Perdagangan Efek.
113 <http://finance.detik.com/read/2009/04/02/165717/1109281/6/persetujuan-delisting-apexindo-keluar-pekan-depan Delisting Apexindo 2009), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.02 WIB.
114 <http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/42742-delisting_apexindo_tidak_akan_dikaji_ulang Delisting (Minggu, 22 Maret 2009, pukul 07.26), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.09
Tbk telah merubah namanya menjadi PT Mitra International Resources dengan mengambil alih 100% kepemilikan saham pada PT Realita Jaya Mandiri dan PT Masindo Artha Resources dengan
115 <http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/09/03/06/35607-pemegang-saham-apexindo-setujui-rencana-delisting
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
63
perusahaan PT Apexindo setelah mengalami delisting adalah sebagai Perusahaan
Terbuka.
Dengan penghapusan pencatatan saham PT Apexindo yang dilakukan
secara sukarela, ternyata PT Apexindo pun memiliki keinginan yang sama untuk
melakukan relisting. Rencana relisting ini dinyatakan oleh Tuscany Investment
Group Ltd sebagai pemilik baru PT Apexindo dengan melakukan restrukturisasi
utang setelah membeli sebesar 93,95% saham Sabre System International Pte
(yang selanjutnya disebut ) dari PT Mitra International Resources Tbk
(MIRA). 116 Proses relisting yang akan dilakukan Tuscany ini disertai dengan
rencana penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(yang selanjutnya disebut dengan ) dan IPO.117
Pertimbangan hukum yang dilakukan PT Apexindo untuk melakukan
relisting dikarenakan sudah mulai membaiknya kinerja perusahaan dengan
dilakukakannya restrukturisasi utang yang dilakukan Tuscany Investment Group
Ltd. Proses relisting diangkap sebagai suatu peluang investasi bagi PT Apexindo
untuk menambah modal.118 Adapun pertimbangan hukum lainnya terkait dengan
ekspansi perusahaan yang tentunya membutuhkan modal yang besar dimana
modal ini harus didapatkan dari dana segar yang akan dilakukan oleh perusahaan
dengan mekanisme right issue dan juga dengan tetap melakukan pendekatan
terhadap kreditur terkait restrukturisasi utangnya.
Rencana Delisting
o tinggal 1,61% yang dimiliki oleh pendiri perusahaan (founder) dan 0,25% yang dimiliki oleh publik.
116 <http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1775559/saham-apexindo-akan-relisting-di-bei> Relisting September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 21.51 WIB.
l Pte Ltd (SSI) dilakukan pada tanggal 28 Juni 2011 dengan nilai penjualan sebesar US$ 40 Juta
117 <http://investasi.kontan.co.id/news/tuscany-siapkan-tiga-opsi-bayar-utang-pada-kreditur,2011, 08.05 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.57 WIB.
118 Agustina Mel Relisting di http://idsaham.com/news-saham-Saham-Apexindo-akan-Relisting-di-BEI--Inilahcom-
222151.html>, (18 September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.10 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
64
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan dari PT JASS, PT BUKK,
dan PT Apexindo yang akan melakukan relisting saham maka dapat ditarik garis
besar bahwa pertimbangan hukum perusahaan yang hendak melakukan relisting
saham adalah adanya kepastian hukum untuk nilai saham yang dimiliki ketiga
perusahaan tersebut dimana nilai saham tersebut dilihat dari adanya pergerakan
permintaan dan penawaran di Bursa Efek dan adanya insentif pengurangan pajak
kepada Emiten yang hendak mencatatkan sahamnya lebih dari 35% dari ketentuan
yang berlaku saat ini 40%. 119 Dalam melakukan relisting pertimbangan-
pertimbangan hukum perusahaan tidak lepas dari pertimbangan - pertimbangan
ekonomi perusahaan karena berbicara tentang relisting maka erat kaitannya
dengan hukum dan kegiatan perekonomian dalam rangka investasi tidak langsung.
Pertimbangan-pertimbangan lainnya yang berkaitan dengan pertimbangan hukum
perusahaan yang hendak melakukan relisting adalah dengan yang memiliki
kondisi finansial dan kinerja perusahaan yang sudah membaik dari waktu ketika
perusahaan-perusahaan tersebut dihapuskan pencatatan sahamnya. Suatu
perusahaan dapat melakukan proses pencatatan kembali ketika situasi atau kinerja
perusahaan tersebut, baik struktur managemen atau struktur keuangan telah
berubah, diantaranya: kondisi saham yang akan dicatatkan telah kembali likuid
sehingga perdagangan di Bursa pun membaik. 120 Dengan membaiknya
perdagangan di Bursa maka pihak perusahaan yang hendak mencatatkan
sahamnya kembali dapat meraih nilai keuntungan yang lebih baik dari
sebelumnya karena sahamnya dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder.121
119 http://www.indonesiafinancetoday.com/read/32733/Otoritas-Bursa-Dukung-
Perluasan-Insentif-Pajak>, (Rabu, 5 September 2012), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.53 WIB.
120 New Straits Times Press, Ltd, Relisting Proquest Journal: Malaysian Business, 16 April 2012, ISSN: 01265504, < http://search.proquest.com/docview/1009282086?accountid=48149,> diakses pada tanggal 25
Company may relist when the situation changes, ie, when the shareholders feel market sentiment is better and that they are able to obtain better value, or there is a
121 M. Irsan Nasarudin, dkk, op.cit., hlm. 216.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
65
Selain itu pertimbangan lainnya perusahaan melakukan relisting
saham adalah untuk melakukan ekspansi bisnis dengan tujuan dapat memperoleh
modal yang lebih tinggi dari status perusahaan mereka sebelum kembali tercatat
(relisting) di Bursa. Dengan kondisi perusahaan yang akan melakukan ekspansi,
pertimbangan hukum dari relisting saham di Bursa ini pun dapat meningkatkan
prestise, kredibilitas dan publisitas perusahaan itu sendiri sehingga banyak
investor yang akan berinvestasi122 sehingga dapat memperbesar kapitalisasi dari
perusahaan tersebut guna menyesuaikan dengan sasaran dari ketentuan Peraturan
Bursa Efek terkait dengan Pencatatan Saham. Berdasarkan hal-hal yang sudah
disebutkan diatas, maka dengan ini siklus efek suatu perusahaan dapat mengalami
listing, delisting dan relisting sehingga keadaan efek tetap harus dapat
diperdagangkan dan diawasi guna melindungi Emiten, Perusahaan Publik dan
tentunya Investor.123
122 Relisting, Renminbi Bonds, Proquest Journal: Business and Economics-Banking and Finance Law-
International Law, Januari 2011, ISSN: 02626969, < http://search.proquest.com/docview/819652812?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25
Relisting in Asia is a primary goal of the process as investors will want an exit in order to recoup the capital that is provided in order to
123 E.A. Koetin, Analisis Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992), hlm. 105.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
66
BAB 3 MEKANISME RELISTING SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
STUDI PADA: PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO
3.1. Pihak-pihak Terkait Dalam Pasar Modal Pasar modal di Indonesia memiliki peran dan fungsi yang strategis
dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia
usaha dan sarana investasi bagi masyarakat. Dengan keberadaan pasar modal
tentunya memberikan manfaat tidak hanya kepada investor tetapi juga kepada
pemerintah karena sejalan dengan pemerataan pembangunan, adanya kesempatan
kerja bagi masyarakat dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengurangi
ketegangan sosial dalam masyarakat. Ketiga, manfaat pasar modal juga dirasakan
bagi perusahaan dan perkembangan dunia usaha karena dapat memberikan
kesempatan perusahaan untuk mengembangkan dirinya menjadi perusahaan
dengan prospek kinerja yang lebih baik, lebih sehat dan lebih adil dengan
keterbukaan informasi. Dibalik manfaat yang dapat dipetik dari keberadaan pasar
modal, tentunya ada pihak-pihak terkait yang turut serta terlibat dalam pasar
modal sehari-hari. Keberadaan pihak-pihak tersebut diakui legitimasinya oleh
pemerintah karena diatur dalam Undang-undang Pasar Modal dan peraturan
terkait lainnya. Pihak-pihak tersebut dapat terbagi dalam:
3.1.1. Lembaga yang Bergerak di Pasar Modal 3.1.1.1. Bapepam
Bapepam sebagai Self Regulatory Organization (SRO) memiliki tiga
fungsi utama, yaitu melakukan pembinaan pengaturan dan pengawasan.124 Fungsi
pengaturan yang dilakukan oleh Bapepam terbukti dengan adanya sekumpulan
peraturan-peraturan Bapepam guna untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pasar
modal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Disisi lain, fungsi pembinaan dan
pengawasan dilakukan dengan menempuh upaya-upaya yang sifatnya preventif
yang terbukti dari adanya pembinaan dan pengarahan serta upaya-upaya lainnya
124 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 3 ayat 1.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
67
yang sifatnya represif dengan adanya kewenangan Bapepam untuk melakukan
pemeriksaan, penyidikan dan pengenaan sanksi.
3.1.1.2. Bursa Efek Indonesia Berdasarkan ketentuan Pasal 6 jo Pasal 8 UU/8/1995, yang dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Bursa Efek adalah perusahaan yang
telah mendapatkan izin usaha dari Bapepam dengan komposisi pemegang saham
adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan
kegiatan sebagai Perantara Perdagangan efek. Bursa Efek juga diwajibkan untuk
membuat peraturan-peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan,
kesepadanan Efek, kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa, dan hal-hal lainnya
yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Efek. Dalam hal melakukan pengawasan
pasar, Bursa Efek dapat menempuh dua cara yakni: melakukan pengawasan
sebagai kontrol internal bagi sistem pembukuan atau keuangan Anggota Bursa
dan melakukan pendeteksian dini (early warning) dalam memonitor transaksi
setiap saat di lantai Bursa. 125 Perdagangan saham di Bursa Efek saat ini
merupakan perdagangan saham tanpa warkat (scriptless trading).
Bursa Efek dalam hal ini dilarang membuat peraturan yang melarang
atau menghalangi Emiten atau Biro Administrasi Efek untuk mendaftar Efek yang
diperoleh melalui Transaksi di Luar Bursa 126 atau mensyaratkan bahwa
pemindahan Efek harus didasarkan pada Transaksi Bursa, akan tetapi Bursa Efek
dapat melarang anggotanya untuk melaksanakan transaksi di luar Bursa atas Efek
yang tercatat di Bursa Efek.127
125 M. Irsan Nasarudin, dkk., op cit., hlm. 126.
126 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-42/PM/1997 tentang , ditetapkan di Jakarta, 26 Desember 1997,
tersebut pada tanggal transaksi tersebut mulai meningkat, wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian transaksi tersebut pada tanggal yang ditentukan dan wajib mengirim konfirmasi atas Transaksi di Luar Bursa kepada Perusahaan Efek lain atau pihak lain yang menjadi pihak dalam Transaksi di Luar Bursa pada
127 Ibid., angka 2 huruf (a).
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
68
3.1.1.3. Perusahaan Efek Berdasarkan Pasal 1 butir 21 UU/8/1995, Perusahaan Efek adalah
pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Pedagang
Efek, dan/atau Manajer Investasi. Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang
membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
tidak terjual.128 Berdasarkan Pasal 39 UU/8/1995, Penjamin Emisi Efek wajib
mematuhi semua kontrak penjamin emisi sebagaimana dimuat dalam Pernyataan
Pendaftaran. Kontrak penjamin emisi terdiri dari:129
a. Full commitment (kesanggupan penuh) dimana Penjamin Emisi Efek
bertanggung jawab untuk mengambil sisa efek yang tidak terjual.
b. Best Effort Commitment (kesanggupan terbaik) dimana Penjamin Emisi
Efek tidak bertanggung jawab atas sisa efek yang terjual tetapi Penjamin
Emisi Efek akan berusaha sebaik-baiknya agar efek yang ditawarkan dapat
terjual dalam kuantitas yang paling tinggi.
c. Standby Commitment (kesanggupan siaga) dimana Penjamin Emisi Efek
berkomitmen agar saham yang tidak terjual di Pasar Perdana dapat dibeli
oleh Penjamin Emisi Efek pada harga tertentu.
d. All or None Commitment (kesanggupan semua atau tidak sama sekali)
dimana Penjamin Emisi Efek akan berusaha menjual semua efek agar laku
semuanya tetapi apabila efek tersebut tidak laku semuanya, maka transaksi
dengan pemodal yang ada akan dibatalkan.
Perantara Pedagang Efek merupakan pihak yang melakukan kegiatan
usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan pihak lain.
Dalam hal ini Perantara Pedagang Efek tidak boleh melakukan kegiatan usaha
sekaligus demi kepentingan sendiri dan kepentingan pihak lain karena akan
memungkinkan terjadinya conflict of interest dan perdaganan yang tidak adil.
Perantara Pedagang Efek memiliki Wakil Perantaran Pedagang Efek yang
128 M. Irsan Nasarudin, op.cit., hlm. 144.
129 Ibid., hlm. 145-146.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
69
merupakan orang perorangan yang telah mendapatkan izin dari Bapepam untuk
bertugas mewakili kepentingan perusahaan efek untuk melaksanakan perdagangan
efek. Sementara untuk Manajer Investasi tugasya adalah untuk mengelola
portofolio (kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perseorangan, usaha bersama,
asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi) untuk kepentingan investor kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.130
3.1.1.4. Lembaga Kliring dan Berdasarkan Pasal 14 UU/8/1995, Lembaga Kliring dan Penjaminan
didirikan dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian Transaksi Bursa yang teratur, wajar dan efisien. Selain
melaksanakan fungsi kliring, KPEI juga menjamin penyelesaian transaksi di
Bursa Efek yang pelaksanaannya dengan menempatkan KPEI sebagai counter-party dari anggota Bursa yang melakukan transaksi. Jaminan yang dimaksud
dapat berupa dana, efek, dan jaminan bank kustodian untuk menyelesaikan
transaksi tertentu dimana nilai jaminan ditentukan menurut nilai pasar dan
meminta jaminan tambahan apabila diperlukan.131
3.1.1.5. KSEI melaksanakan fungsi sebagai kustodian sentral yang aman
dalam rangka penitipan efek dengan kewajiban memenuhi persyaratan teknis
tertentu. Oleh karena itu, jasa kustodian yang tersedia di KSEI harus lengkap
seperti:132
a. Bidang penatausahaan rekening efek untuk menyimpan kas dan efek.
130 Ibid., hlm. 148. 131 Ibid., hlm. 149.
132 Ibid
penyampaian laporan mengenai jasa-jasa lain yang perlu diketahui oleh pemegang, pelaksanaan pemberian kuasa-kuasa untuk hadir dan memberikan suara dalam RUPS, dan pemberian informasi kepada Emiten mengenai kepemilikan efek dalam penitipan kolektif dan pelaporan kegiatan
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
70
b. Penerimaan dan distribusi dividen, bunga, pokok pinjaman, saham bonus,
dan hak-hak lainnya.
c. Pemindahan efek keluar dan masuk penitipan kolektif.
d. Pemindahan efek dari satu rekening ke rekening lainnya berdasarkan
instruksi atau tanpa pembayaran.
e. Penjualan hak atau pecahannya dan pelaksanaan hak yang timbul dari
pemilikan efek.
f. Pembayaran pajak maupun penerimaan restitusi pajak.
3.1.2. Lembaga Penunjang Dalam Pasar Modal 3.1.2.1.
Berdasarkan Pasal 1 butir 3 UU/8/1995, BAE adalah pihak yang
berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Sebagai lembaga penunjang dalam
pasar modal, BAE juga melakukan penyelesaian transaksi melalui
pemindahbukuan dan BAE pun dituntut untuk selalu dapat mengikuti dan
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap praktik-praktik yang berlaku saat
ini.
3.1.2.2. Kustodian Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya. 133 Berdasarkan Pasal 45 UU/8/1995,
kustodian hanya dapat mengeluarkan efek atau dana yang tercatat pada rekening
efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening atau pihak yang diberi
wewenang untuk bertindak atas namanya. Selain itu kustodian juga berkewajiban
untuk mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan pembukuan,
data, keterangan tertulis yang berhubungan dengan:134
133 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 1 butir 8.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
71
a. Nasabah yang efeknya disimpan pada bank kustodian.
b. Posisi efek yang disimpan pada bank kustodian.
c. Buku daftar nasabah dan administrasi penyimpanan serta hak nasabah
yang melekat pada efek yang dititipkan.
d. Tempat penyimpanan yang aman dan terpisah.
3.1.2.3. Wali Amanat Berdasarkan Pasal 1 butir 30 UU/8/1995, wali amanat adalah pihak
yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Sementara terkait
dengan kegiatan usaha sebagai wali amanat, dapat dilakukan oleh bank umum dan
pihak lain dimana wali amanat dilarang mempunyai hubungan afiliasi dengan
Emiten, mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang di dalam dan diluar
pengadilan dan mempunyai hubungan kredit dengan Emiten yang dapat
mengakibatkan benturan kepentingan dan merangkap jabatan sebagai penanggung
dalam emisi efek bersifat utang yang sama.135
3.1.2.4. Penasihat Investasi Penasihat Investasi adalah pihak yang memberikan nasihat kepada
pihak lain baik secara lisan ataupun tertulis mengenai penjualan dan pembelian
efek dengan memperoleh imbalan jasa. Berkaitan dengan tugasnya yang
memberikan nasihat kepada pihak lain, maka dalam hal ini pihak yang ingin
menjadi Penasihat Investasi haruslah pihak yang memenuhi persyaratan tertentu
yakni memiliki keahlian dalam bidang analisis efek.
3.1.2.5. Pemeringkat Efek (Rating Company) Tugas lembaga pemeringkat efek adalah menentukan peringkat suatu
efek dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan gambaran
134 M. Irsan Nasarudin , op.cit., hlm. 172.
135 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal
51 jo. pasal 54.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
72
mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang dinilai berkaitan dengan resiko
gagal bayar (default risk).136
3.1.3. Profesi Penunjang Berdasarkan ketentuan Pasal 64 UU/8/1995, profesi penunjang pasar
modal terdiri dari: Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, dan
profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal ini profesi
penunjang pasar modal harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam dan wajib
memberikan pendapat atau penilaian yang independen.137
3.2. Perusahaan Publik dan Emiten Perusahaan Publik dan Emiten merupakan pihak-pihak yang
seringkali kita jumpai dalam kegiatan pasar modal. Perlu diketahui dan dipahami
dari awal bahwa keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 6 UU/8/1995, Emiten adalah pihak-pihak
yang melakukan penawaran umum, sementara Perusahaan Publik yang dijelaskan
dalam Pasal 1 butir 22 UU/8/1995 adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal yang disetor
sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah
pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Dilihat dari kedua definisi tersebut maka dapat dilihat perbedaannya
bahwa Emiten secara otomatis adalah Perusahaan Publik karena ketika Emiten
melakukan penawaran umum perdana maka jumlah komposisi pemegang saham
dan komposisi modal disetor yang dimiliki oleh Emiten sekurang-kurangnya
sesuai dengan jumlah komposisi pemegang saham dan modal disetor yang
dimiliki oleh Perusahaan Publik. Sementara Perusahaan Publik belum tentu
merupakan Emiten, karena pada hakekatnya Perusahaan Publik belum tentu
136 M. Irsan Nasarudin, op.cit., mengandung arti bagi calon investor yang mana simbol ini juga dipakai secara internasional sehingga investor
137 Ibid., pasal 64 jo. pasal 67.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
73
melakukan penawaran umum. Dengan kata lain, Perusahaan Publik dapat menjadi
Emiten pada saat Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penawaran umum
menjadi efektif.
Terlepas dari perbedaan antara Perusahaan Publik dan Emiten,
keduanya memiliki persamaan yang harus dipenuhi dalam hal melakukan
keterbukaan informasi, antara lain:
1. Setiap Perusahaan Publik atau Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya
telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir
hari kerja kedua setelah keputusan atau terdapatnya informasi atau Fakta
Material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek atau keputusan
investasi pemodal.138
2. Penyampaian Laporan Keuangan Berkala seperti Laporan Keuangan
Tahunan dan Laporan Keuangan Tengah Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik sebanyak dua eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli dan
disertai dengan laporan dalam bentuk salinan elektronik (soft copy).139
3. Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah
menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam-
138 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, No.X.K.1 , ditetapkan di Jakarta, 24 Januari 1996, angka 1. Peraturan ini menyebutkan informasi atau Fakta Material yang dapat mempengaruhi harga efek dan keputusan investasi pemodal antara lain: a) penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan, b) pemecahan saham atau pembagian dividen saham, c) pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya, d) perolehan atau kehilangan kontrak penting, e) produk atau penemuan baru yang berarti, f) perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen, g) pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang, h) penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya, i) pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material, j) perselisihan tenaga kerja yang relatif penting, k) tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau direktur dan komisaris perusahaan, l) pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain, m) penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan, n) penggantian Wali Amanat, o) Perubahan tahun fiskal perusahaan.
139 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011, turan Bapepam No.X.K.2 , ditetapkan di Jakarta, 5 Juli 2011, angka 1 jo. a gan lengkap yang terdiri dari: Laporan Posisi Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode Komparatif, jika Emiten atau Perusahaan Publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya, d
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
74
LK paling lama empat bulan setelah tahun buku berakhir, yang dibuat
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) paling kurang dua eksemplar,
satu diantaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam
bentuk dokumen elektronik (softcopy). 140 Laporan tahunan ini wajib
dimuat dalam halaman website Emiten atau Perusahaan Publik bersamaan
dengan disampaikan laporan tahunan tersebut kepada Bapepam-LK.
3.3. Saham Sebagai Efek di Pasar Modal Pengertian efek dalam SEC Act 1934, disebutkan bahwa istilah efek
(securities) adalah:
bond, debenture, evidence of indebtedness, certificate of interest or participation in any profit-sharing agreement, collateral-trust certificate, renegotiation certificate or subscription, transferable share, investment contract, voting-trust certificate, certificate of deposit for a security, fractional undivided interest in oil, gas, or other mineral rights, any put, call, straddle, option, or privilege on any security, certificate of deposit, or group or index of securities (including any interest therein or based on the value thereof), or any put, call, straddle, option, or privilege entered into a national securities exchange relating to foreign currency, or, in general, any
certificate of interest or participation in, temporary or interim certificate for, receipt for, guarantee of, or warrant or right to
141
Dalam UU/8/1995 mengatur ruang lingkup efek lebih sederhana dibandingkan
dengan ketentuan dalam SEC Act 1934. UU/8/1995 hanya memberikan
penjelasan mengenai efek dalam Pasal 1 butir 5 bahwa efek merupakan surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif, kontrak berjangka
140 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-432/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
, ditetapkan di Jakarta, 1 Agustus 2012, angka 1 huruf (a) jo. huruf (c).
141 Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi , (Bandung: PT Alumni, 2008), hlm. 83.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
75
atas efek dan setiap derivatif dari efek. Namun, baik dari pengertian dalam
UU/8/1995 ataupun dalam pengertian SEC Act 1934, terlihat bahwa saham
merupakan salah satu bagian dari efek dan merupakan instrumen yang paling
umum dikenal dan diperdagangkan di pasar modal. Saham adalah sertifikat yang
menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. 142 Saham juga dianggap
sebagai bentuk penyertaan seseorang di dalam modal Perseroan Terbatas karena
pada dasarnya saham merupakan modal dari suatu Perseroan Terbatas sehingga
memiliki sifat yang tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan pemindahan
hak.143
Jenis saham berdasarkan hak tagihnya dapat digolongkan menjadi tiga
jenis saham, yaitu:
1. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan jenis saham yang paling sering digunakan oleh
Emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dimana pada umumnya
besarnya harga nominal saham ini tergantung pada keinginan Emiten yang
tentunya berbeda dengan harga perdana dari suatu saham. Saham biasa
memiliki karakteristik antara lain:
a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi;
b. Hak suara proposional pada pemilihan Direksi serta keputusan lain
yang ditetapkan dalam RUPS;
c. Hak klaim terakhir untuk mendapatkan pembagian dividen;
d. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan
kepada masyarakat;
e. Hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS.
142 Bapepam-<www.bapepam.go.id/old/old/.../BAB%20IIa.pdf> , diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 15.11 WIB.
143 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 48 jo. pasal 56.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
76
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen ini merupakan saham yang memberikan prioritas kepada
pemegangnya seperti:144
a. Hak terlebih dahulu kepada pemegangnya untuk menerima dividen
atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif.
b. Hak terlebih dahulu untuk mendapat pembagian sisa kekayaan
perseroan dalam hal likuidasi.
c. Hak untuk menarik kembali saham setelah jangka waktu tertentu dan
hak untuk menukar saham dengan klasifikasi saham lainnya.
3. Saham Istimewa
Dalam ketentuan Pasal 53 ayat (4) huruf b UU/40/2007 mejelaskan bahwa
saham istimewa atau golden share merupakan saham yang memiliki hak
khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau Komisaris.
Sementara dalam hukum pasar modal Indonesia, saham istimewa dikenal
dengan nama saham dwiwarna dimana saham ini dimiliki oleh pemerintah
Indonesia dan jumlahnya satu buah.145
Dalam kegiatan perdagangan di Bursa Efek, saham yang diperjualbelikan di pasar
modal ini berbeda jenis tingkatannya sesuai dengan nilai jaminan yang diberikan
oleh saham tersebut, antara lain:146
1. Saham Utilitas (Utility Stock) Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usaha dibidang sarana dan prasarana umum misalnya telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. Saham dari perusahaan ini banyak diminati oleh pemodal sebab sampai sekarang kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah sehingga berisiko kecil meskipun tidak dapat dikatakan tidak memiliki risiko.
144 Ibid., pasal 53 ayat (4) huruf c-d.
145 M. Irsan Nasarudin, op.cit., hlm. 194.
146 Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 4-5.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
77
2. Saham Blue Chip (Blue Chips Stock) Saham yang termasuk kategori saham blue chip adalah saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan seperti saham-saham dalam perusahaan multinasional. Adapaun konsekuensi dari saham blue chip ini karena biasanya dividen yang diterima para pemodal akan kecil sehingga bagi investor tidak begitu menguntungkan.
3. Saham Perusahaan Berkembang (Establish Growth Stock) Establish Growth Stock adalah saham dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat dimana saham perusahaan ini menjanjikan keuntungan yang besar di masa depan. Perusahaan ini pada umumnya memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansialnya kurang sehingga memerlukan investasi yang relatif besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Contoh saham ini adalah saham TELKOM.
4. Saham Perusahaan Tumbuh (Emerging Growth Stock) Emerging Growth Stock adalah saham dari perusahaan yang baru mulai berkembang dan baru memasuki pasar untuk jenis produksi atau jasa yang dihasilkannya. Risiko pemodal di perusahaan ini lebih besar karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian.
5. Saham Perusahan Penny (Penny Stock) Penny Stock adalah saham dari perusahaan yang baru memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan bisnisnya sehingga pemodal yang memiliki saham perusahaan ini harus siap menerima risiko kehilangan seluruh investasinya.
3.4. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Penawaran Umum Perdana (yang selanjutnya disebut )
didefinisikan dalam Pasal 1 butir 15 UU/8/1995 sebagai kegiatan penawaran efek
yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan
tata cara yang diatur dalam Undang-undang dan Peraturan Pelaksana lainnya.
Secara sederhana IPO dapat diartikan sebagai suatu aksi korporasi dimana
Perusahaan Tertutup pertama kalinya melakukan penawaran kepada publik untuk
menjadi suatu Perusahaan Terbuka. Disisi lain, suatu penawaran efek dikatakan
bukan merupakan penawaran umum berdasarkan UU/8/1995 apabila nilai seluruh
dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
78
rupiah). 147 Beberapa alasan atau motivasi dari perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO antara lain:148
1. Biaya dalam penambahan modal yang sedikit lebih rendah (cost capital literature) dibandingkan dengan menggunakan sarana pembiayaan lainnya
seperti: pemberian kredit atau obligasi.
2. IPO dapat memberikan keuntungan secara personal kepada pemegang
saham untuk menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan pribadi.
3. IPO merupakan salah satu sarana untuk mengambil alih saham perusahaan
lain pada tingkatan harga tertentu.
4. IPO merupakan suatu langkah strategis untuk memperluas susunan
pemegang saham dalam suatu perusahaan.
Adapun beberapa manfaat suatu perusahaan yang melakukan IPO,
antara lain:
1. Memperoleh dana pembiayaan dalam jumlah besar dan pasti;
2. Meningkatkan efisiensi usaha, memperbesar laba perusahaan dan
meningkatkan profesionalisme pengelolaan perusahaan;
3. Meningkatkan partisiasi masyarakat dalam pemilikan saham.149
IPO merupakan suatu kebijakan perusahaan yang memiliki dampak signifikan
terhadap kepemilikan saham dan managemen dalam suatu perusahaan. Dampak-
dampak tersebut adalah:
147 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1995 tentang Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996, angka 3.
148 The Journal of Finance, Vol. 61, No. 1, (February, 2006), hlm. 405-406, <
http://www.jstor.org/stable/3699345 >, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.52 WIB.
which say that the firms conduct a public offering when external equity will minimize their cost of capital (thereby maximizing the value of the company); Second, an IPO allows insiders to cash out and opportunistically sell shares in the IPO for personal gain; Third, IPOs may facilitate takeover activities which we can say IPO can serve as a first step toward having a company taken over at an attractive price; Forth, IPO may serve as strategic moves which can broaden the ownership
149 Jusuf Anwar, op.cit., hlm. 215.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
79
1. IPO membuat perusahaan mengubah struktrur organisasi perusahaan dan
kepemilikian dan juga membuat perusahaan tunduk pada ketentuan
peraturan-peraturan dalam bidang pasar modal.150
2. Dengan melakukan IPO maka perusahaan secara langsung memberikan
akses kepada publik mengenai data dan informasi perusahaan.151
3. Terjadinya perubahan kepemimpinan dalam perusahaan dimana pendiri
atau bukan pendiri perusahaan ikut serta dalam memimpin perusahaan
dengan alasan meningkatnya jumlah pemegang saham.
4. Emiten dikenal banyak oleh publik sehingga publik turut serta dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja Emiten.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa dengan melakukan IPO maka
perusahaan tersebut mendapat suntikan dana yang sangat besar sehingga pada
umumnya dana-dana dari hasil IPO tersebut akan digunakan untuk berbagai
kebutuhan, diantaranya:152
1. Ekspansi atau perluasan usaha; 2. Pembelian mesin-mesin baru; 3. Memperbaiki struktur permodalan; 4. Meningkatkan investasi di anak perusahaan; 5. Melunasi sebagian utang; 6. Menambah modal kerja.
3.4.1. Tahapan Penawaran Umum Perdana
Dalam melakukan IPO, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
oleh perusahaan, diantaranya adalah:
150 f Founder Influence: Management, Ownership and Strategic Management Journal, Vol. 24, No. 8
(August, 2003), hlm. 711, < http://www.jstor.org/stable/20060570>, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.18 WIB. exchange rules and norms, thereby providing a reasonable basis for inter-firm comparison.
151 Ibid., comprehensive public data on public corporations.
152 Wiji Purwanta dan Hendy Fakhruddin, Mengenal Pasar Modal, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 29.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
80
3.4.1.1. Tahap Pra-Emisi Tahap Pra-Emisi ini harus dilalui oleh perusahaan yang hendak
melakukan IPO dapat dibagi lagi menjadi dua tahap, yaitu: tahap pra-emisi di
internal perusahaan dan tahap pra-emisi di Bapepam.
3.4.1.1.1 Tahap Pra-Emisi di Internal Perusahaan Pada tahap pra-emisi dalam internal perusahaan, pertama-tama
perusahaan melakukan due diligence terhadap keadaan keuangan, aset, kewajiban
kepada pihak lain dan kewajiban pihak lain terhadap perusahaan. Dari laporan due diligence tersebut dapat terlihat mengenai kondisi perusahaan seperti permodalan,
aset, struktur organisasi perusahaan itu sendiri serta utang dan piutang yang
dimiliki perusahan. Setelah dilakukannya due diligence maka pihak managemen
perusahaan yang diwakili oleh para anggota Direksi membuat suatu rencana
perusahaan untuk melakukan go public dengan mekanisme IPO. Rencana
perusahaan untuk melakukan go public tersebut harus disetujui oleh RUPS sesuai
dengan kuorum yang ditentukan dalam UU/40/2007 yang mana dari keputusan
RUPS tersebut akan dijadikan landasan hukum untuk melakukan perubahan
Anggaran Dasar perusahaan dan melaksanakan mekanisme IPO.
Setelah RUPS menyetujui rencana IPO maka pihak perusahaan
menentukan pihak-pihak yang dapat membantu kelancaran dalam melakukan
penawaran umum, antara lain:
1. Penjamin Emisi Efek atau underwriter untuk menjamin terjualnya efek
baik berupa saham atau obligasi. Apabila efek yang akan dikeluarkan
berupa obligasi maka dalam hal ini Wali Amanat juga berperan sebagai
representatif para pemegang obligasi.
2. Biro Administrasi Efek dan Lembaga Kustodian yang berfungsi untuk
membantu mengadministrasikan saham.
3. Akuntan Publik untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan Emiten
dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
4. Notaris untuk membuat dokumen serta melegalisasi dokumen-dokumen
hukum seperti perubahan Anggaran Dasar, perjanjian-perjanjian yang
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
81
dibuat perusahaan dengan pihak-pihak lain terkait dengan penawaran
umum.
5. Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum mengenai
semua hal yang berkaitan dengan aspek hukum dalam penawaran umum.
6. Penilai atau Independent Appraisal untuk memberikan penilaian riil atas
aktiva perusahaan.
Setelah pihak-pihak yang dapat membantu kelancaran perusahaan untuk
melakukan IPO maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan perusahaan
adalah menyiapkan semua dokumen dan perjanjian-perjanjian yang diperlukan
untuk melakukan penawaran umum. Dokumen-dokumen tersebut antara lain:153
1. Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran; 2. Prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran, dokumen lain yang diwajibkan
dan berhubungan dengan proses go public; 3. Rencana jadwal emisi; 4. Konsep efek yang akan dikeluarkan; 5. Laporan keuangan; 6. Rencana penggunaan dana (dirinci pertahun); 7. Legal audit (pendapat dari Akuntan Publik); 8. Legal opinion (pendapat dari Konsultan Hukum); 9. Riwayat hidup Direksi dan Komisaris; 10. Perjanjian Penjamin Emisi; 11. Perjanjian Agen Penjualan; 12. Perjanjian Perwaliamanatan apabila efek yang akan dikeluarkan berupa
obligasi; 13. Perjanjian dengan Bursa Efek; 14. Kontrak pengelolaan saham; 15. Kesanggupan calon Emiten untuk menyerahkan semua laporan sesuai
dengan ketentuan UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam terkait.
3.4.1.1.2. Tahap Pra-Emisi di Bapepam Setelah tahap pra-emisi dalam internal perusahaan telah dilakukan
oleh perusahaan maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap pra-
emisi di Bapepam. Dalam tahap ini perusahaan melakukan public expose dan
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Pernyataan Pendaftaran
153 Sawidji Widioatmodjo, op.cit., hlm. 55-56.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
82
dan dokumen pendukung wajib dibuat dalam bentuk naskah tercetak (hardcopy)
dalam dua rangkap, masing-masing wajib dijilid atau disatukan dengan cara lain
atau terdiri atas beberapa bagian sebagai satu kesatuan dan salinan elektronik
(softcopy). 154 Emiten dan Setiap Pihak yang memberikan pendapat atau
keterangan dan atas persetujuannya bertanggung jawab secara penuh atas
informasi yang diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran. Setelah Pernyataan
Pendaftaran diterima oleh Bapepam maka Bapepam melakukan evaluasi atas
kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi, keterbukaan aspek
hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen. Apabila Bapepam merasa bahwa
informasi yang disampaikan dalam Pernyataan Pendaftaran kurang lengkap maka
Bapepam dapat meminta perubahan dan/atau tambahan informasi kepada Emiten
untuk tujuan penelaahan atau pengungkapan keterbukaan kepada publik. Atas
perubahan yang dimintakan oleh Bapepam tersebut, Emiten wajib menyampaikan
perubahan dan/atau tambahan informasi atas Pernyataan Pendaftaran dalam waktu
paling lama sepuluh hari kerja sejak diterimanya permintaan Bapepam.155
Apabila kecukupan dan objektivitas informasi yang diungkapkan
dalam Pernyataan Pendaftaran selesai ditelaah oleh Bapepam dan Bapepam tidak
mempunyai tanggapan lebih lanjut serta ketika Emiten telah mengkonfirmasi ada
atau tidak adanya perubahan informasi atau telah menyampaikan informasi
mengenai jumlah dan harga penawaran efek, penjaminan emisi efek maka
Bapepam dapat mengeluarkan Pernyataan Pendaftaran yang efektif atas dasar
lewatnya jangka waktu 45 hari sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran diterima
Bapepam secara lengkap atau 45 hari sejak tanggal perubahan terakhir yang
disampaikan Emiten atau yang diminta Bapepam terpenuhi.156
154 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran,
, ditetapkan di Jakarta, 30 Desember 2011, angka 1 jo. adimaksud dengan dokumen-dokumen pendukung kecuali informasi tertentu seperti informasi harga penawaran dan tanggal efektif yang belum dapat ditentukan pada saat pengajuan Pernyataan Pendaftaran.
155 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-122-BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum,
, ditetapkan di Jakarta, 29 Mei 2009, angka 3 huruf (c).
156 Ibid., angka 4 huruf (a) dan huruf (b).
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
83
3.4.1.2. Tahap Emisi Sama halnya dengan tahap pra-emisi, tahap emisi dalam hal ini juga
dibagi menjadi dua tahapan, yakni tahap emisi di pasar perdana dan tahap emisi di
pasar sekunder.
3.4.1.2.1. Tahap Emisi di Pasar Perdana Dalam rangka penawaran umum dilakukan oleh para Penjamin Emisi
Efek dengan bantuan para Agen Penjualan Efek maka Emiten wajib
melaksanakan penawaran umum paling lambat dua hari kerja setelah Pernyataan
Pendaftaran menjadi efektif.157 Penjatahan efek untuk suatu penawaran umum
efek kepada investor wajib diselesaikan paling lambat dua hari kerja setelah
berakhirnya masa penawaran umum. Dalam hal penyerahan Efek beserta bukti
kepemilikan efek wajib dilakukan kepada kepada investor paling lambat dua hari
kerja setelah tanggal penjatahan.158
3.4.1.2.2. Tahap Emisi di Pasar Sekunder Tahap emisi di Pasar Sekunder ini hanya ditunjukan untuk Emiten
yang hendak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek. Apabila efek yang ditawarkan
akan dicatatkan maka pencatatan tersebut wajib dilaksanakan paling lambat satu
hari kerja setelah tanggal penyerahan efek. Lalu untuk selanjutnya maka Emiten
tunduk pada ketentuan pencatatan seperti yang ditentukan dalam Peraturan BEJ
No. I-A.
3.4.1.3. Tahap Sesudah Emisi Tahap sesudah emisi ini merupakan tahapan dimana Emiten harus
tunduk pada ketentuan Peraturan Bapepam untuk melakukan keterbukaan
informasi yang berkaitan dengan penyampaian Laporan Berkala misalnya laporan
realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum (dalam Peraturan Bapepam No.
X.K.4), laporan tahunan yang disesuaikan dengan Peraturan Bapepam No.X.K.6
157 Ibid., angka 5 huruf (a) jo. huruf (b).
158 Ibid., angka 5 huruf (k).
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
84
dan laporan tengah tahunan serta laporan yang harus segera diumumkan kepada
publik (Peraturan Bapepam No.X.K.1).
3.5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue)
Dalam Pasal 1 ayat 5 UU/8/1995 maupun penjelasannya tidak
mengklasifikasikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau right sebagai suatu
efek. Tetapi dari pengaturan yang dilakukan oleh Bapepam maka Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu ini diklasifikasikan sebagai suatu efek. Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (yang selanjutnya disebut dengan HMETD ) adalah hak yang
melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk
membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi
saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut
wajib dapat dialihkan.159 Adapun alasan yang menyatakan bahwa HMETD adalah
suatu efek dimana pengeluaran HMETD dianggap merupakan suatu tindakan
melakukan panawaran umum yaitu sebagai kegiatan untuk menghimpun dana
masyarakat.160
Dalam hal perusahaan hendak melakukan penambahan modal saham
melalui HMETD maka perusahaan tersebut wajib mengadakan RUPS untuk
mempertimbangkan dan meyetujui rencana penawaran yang dimaksud. Untuk
dapat melaksanakan RUPS dalam rangka penawaran umum dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu maka wajib dipenuhi hal-hal berikut ini:161
1. Perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum atau Perusahaan Publik telah mengajukan Pernyataan Pendaftaran 162 dan Dokumen
159 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, ditetapkan di Jakarta, 17 Juli 2003, angka 1.
160 Hamud M. Balfas, op.cit., hlm. 107.
161 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, , op.cit., angka 7.
162 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terkebih Dahulu, , ditetapkan di Jakarta, 13 Maret 2000, angka 2., k suatu penawaran sekurang-kurangnya terdiri
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
85
pendukungnya 163 kepada Bapepam serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk penawaran umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selambat-lambatnya 28 hari sebelum RUPS;
2. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis terhadap Pernyataan Pendaftaran yang telah disampaikan.
Apabila hal-hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan RUPS telah dipenuhi
oleh perusahaan kecuali dinyatakan lain oleh Bapepam, maka Pernyataan
Pendaftaran yang disyaratkan tersebut sebelumnya menjadi efektif setelah
mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPS mengenai
penawaran dengan HMETD. Informasi penting penawaran HMETD yang wajib
diumumkan sebelum RUPS perihal penawaran umum dengan HMETD antara
lain:164
dari: a) surat pengantar Pernyataan Pendaftaran; b) prospektus; c) dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran tersebut.
163 Ibid., jadwal penawaran umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; b) perjanjian yang menetapkan pembelian efek yang tidak dipesan melalui penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (jika ada); c) perjanjian perwaliamanatan (jika ada); d) perjanjian penanggungan (jika ada); e) informasi penggunaan dana dari hasil penawaran umum sebelumnya; f) laporan keuangan yang merupakan laporan Akuntan yang berkaitan dengan Laporan Keuangan yang disajikan untuk jangka waktu dua tahun terakhir yang terdiri dari neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti Laporan Komitmen dan Kontinjensi untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang bergerak dalam bidang perbankan. Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran melebihi 180 hari dari laporan keuangan terakhir, maka laporan keuangan tahunan terakhir harus dilengkapi dengan Laporan Keuangan Interim yang telah diaudit sehingga jangka waktu antara tanggal efektif Pernyataan Pendaftaran dan tanggal Laporan Keuangan Interim tidak melampaui 180 hari; g) surat dari Akuntan (Comfort Letter) sehubungan dengan perubahan keadaan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan; h) surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi; i) keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan/atau proyeksi jika dicantumkan dalam prospektus; j) kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen; k) laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil penawaran umum); l) surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur; m) dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu atau Peraturan Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama Perusahaan, dalam hal penggunaan dana untuk ekspansi termasuk pembelian aktiva; n) pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal sesuai dengan Formulir No.IX.C.1-4 Lampiran 4 Peraturan No.IX.C.1; o) informasi lain sesuai dengan permintaan Bapepam yang dipandang perlu dalam penelaahan Pernyataan Pendaftaran sepanjang dapat
164 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, , op.cit., angka 14.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
86
1. Nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon, teleks, faksimili, e-mail, dan kontak pos;
2. Uraian mengenai efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan HMETD;
3. Tanggal RUPS; 4. Tanggal pencatatan pemegang saham yang mempunyai HMETD pada
Daftar Pemegang Saham atau nomor kupon untuk menentukan HMETD; 5. Tanggal terakhir dari pelaksanaan HMETD dengan pemberitahuan bahwa
hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut tidak berlaku lagi dan tanggal terakhir pembayaran;
6. Periode perdagangan HMETD; 7. Harga pelaksanaan efek; 8. Rasio HMETD atas saham yang ada; 9. Tata cara pemesanan efek; 10. Uraian mengenai perlakuan efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan
HMETD dalam bentuk pecahan; 11. Pernyataan mengenai tata cara pengalihan HMETD; 12. Tata cara penerbitan dan penyampaian bukti HMETD serta efek; 13. Nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya HMETD dan saham yang
mendasarinya tercatat (jika ada); 14. Rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan saham saham atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham dalam waktu 12 bulan setelah tanggal efektif;
15. Nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) apabila ada;
16. Dampak dilusi dari penerbitan efek baru; 17. Penggunaan dana hasil penawaran umum dengan HMETD; 18. Ringkasan analisis dan pembahasan oleh manajemen; 19. Informasi tentang tempat prospektus dapat diperoleh.
Dalam hal efek yang mendasari pengalihan HMETD yang dilakukan oleh Emiten
atau Perusahaan Publik, tercatat di Bursa Efek maka HMETD tersebut wajib
dicatatkan pula di Bursa Efek yang sama. Perdagangan HMETD dimulai setelah
berakhirnya distribusi HMETD dan berlangsung sekurang-kurangnya lima hari
kerja dan paling lama 30 hari kerja setelah tanggal distribusi HMETD berakhir.
Bukti HMETD tersebut wajib tersedia dan didistribusikan dalam satu hari kerja
setelah Daftar Pemegang Saham yang berhak atas HMETD. Berkaitan dengan hal
tersebut maka Bursa Efek wajib secara otomatis mencatatkan HMETD yang
berhubungan dengan efek yang tercatat tanpa biaya pencatatan tambahan.
HMETD yang tercatat ini dapat juga diperdagangkan di luar Bursa.165
165 Ibid., angka 21.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
87
Dalam hubungannya dengan HMETD, perusahaan wajib mengadakan
alokasi efek yang tidak dipesan, pada harga pemesanan yang sama kepada semua
pemegang saham yang menyatakan berminat untuk membeli efek tambahan pada
periode pelaksanaan hak dimaksud. Pembayaran untuk efek tambahan
dilaksanakan dalam satu hari kerja setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek
tambahan. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh
kepada perusahaan untuk efek tambahan dimaksud dalam dua hari kerja setelah
berakhirnya perdagangan HMETD. Dalam hal adanya pemesanan yang tidak
terpenuhi maka Emiten yang telah melakukan penawaran umum atau Perusahan
Publik wajib mengembalikan uang untuk bagian pemesanan yang tidak terpenuhi
pada dua hari kerja setelah tanggal penjatahan. Setelah penjatahan efek dilakukan
maka semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan HMETD, termasuk
tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya lima tahun dan perusahaan tersebut wajib menunjuk Akuntan
yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan pemeriksaan khusus mengenai
pelaksanaan HMETD.166
Dalam hal Emiten yang telah melakukan penawaran umum dan
Perusahaan Publik ini bermaksud untuk menambah modal dalam jumlah yang
telah ditetapkan maka sebelum dilaksanakannya penerbitan HMETD, perusahaan
yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk membeli
efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa
efek yang tidak diambil. Tahapan akhir setelah dilakukannya penawaran umum
dengan HMETD ini adalah dengan melakukan pengumuman sekurang-kurangnya
dalam satu surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional yang
mana salinan dari pengumuman tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya hari kerja kedua setelah pengumuman yang dimaksud.167
166 Ibid., awajib disampaikan oleh perusahaan kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal
167 Ibid., angka 27.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
88
3.6. Mekanisme Relisting Saham PT JASS di Bursa Efek Indonesia PT JASS pada awalnya merupakan suatu Emiten yang pada tahun
2004 sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES). Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, PT JASS telah mengalami delisting pada tahun 2009
dengan alasan bahwa PT JASS telah mengalami kondisi atau peristiwa yang
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan
Tercatat secara finansial atau secara hukum, saham PT JASS tidak likuid karena
tidak dapat diperdagangkan di Pasar Reguler, dan PT JASS tidak sanggup
memenuhi kriteria volume dan frekuensi perdagangan yang ditetapkan oleh Bursa
Efek Indonesia. Akibat dari alasan dilakukannya involuntary delisting oleh Bursa
maka konsekuensi hukum yang timbul berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No.
I-I ketika PT JASS akan melakukan relisting adalah dengan memperbaiki kondisi
yang menyebabkan dilakukannya involuntary delisting oleh Bursa. Dalam hal ini
PT JASS telah mengalami kondisi atau peristiwa yang secara finansial
berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha secara finansial atau secara
hukum dan tidak memenuhi volume dan frekuensi perdagangan di Bursa yang
mengakibatkan sahamnya tidak likuid. Dengan demikian jalan yang dapat
ditempuh untuk memperbaiki kondisi yang menyebabkan PT JASS dilakukan
involuntary delisting oleh Bursa adalah:
a. Mencari atau menambahkan modal baru kedalam kas perusahaan;
b. Mencari pemegang saham baru, diluar pemegang pemegang saham PT
JASS yang telah ada sebelumnya sehingga mengakibatkan perdagangan
saham PT JASS dikemudian hari menjadi lebih likuid.168
Berdasarkan keterangan dari Direktur PT Bahana Securities Andi Sidharta,
pencatatan kembali (relisting) saham PT JASS akan dilakukan melalui
mekanisme Secondary Public Offering (yang selanjutnya disebut SPO ) sebesar
10%. 169 Selanjutnya pihak PT Bahana Securities menjelaskan bahwa proses
168 Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Bapak Bayu Samodro menyatakan bahwa apabila alasan dilakukannya delisting oleh Bursa adalah karena saham perusahaan tersebut tidak likuid dan karena adanya kondisi yang berpengaruh pada finansial atau secara hukum maka solusi untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan mencari sumber dana baru (fresh start) dan menambah jumlah kepemilikan saham dari perusahaan tersebut.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
89
relisting saham PT JASS yang akan dilakukan dengan mekanisme SPO sedikit
mengalami penundaan dikarenakan masih menunggunya keputusan pemegang
saham dari Singapura. 170 Berkaitan dengan pernyataan bahwa PT JASS akan
melakukan relisting melalui mekanisme SPO maka dalam hal ini tidak dapat
dilakukan. Secara hukum, mekanisme SPO diatur dalam SEC Act 1934 dan
diaplikasikan di Amerika sementara di Indonesia tidak ada peraturan mengenai
mengenai SPO.171 Apabila hendak berbicara mengenai penawaran umum untuk
kedua kalinya maka ketentuan hukum di Indonesia mengaturnya dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahuku (HMETD) atau sering disebut juga dengan Right Issue.
3.6.1. Secondary Public Offering Secondary Public Offering diartikan sebagai:
where a company sells shares that it has not previously issued. This increases the number of shares outstanding, which can (though does not always) lead to dilution of share value. A secondary public offering occurs on the primary market and therefore should not be confused with secondary market tran 172
169 Relisting Triwulan IV-
http://finance.detik.com/read/2010/06/14/153404/1377949/6/lepas-10-saham-jasa-angkasa-relisting-triwulan-iv-2010>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 15.34 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.12 WIB.
170 Relisting <http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/18738>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14.46 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.54 WIB.
171 Putu Chandrawati, (Bagian Penilaian Perusahaan Pabrikan Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Ibu Putu menyatakan bahwa secara terminologi Secondary Public Offering diartikan sebagai penawaran umum kedua kalinya sehingga aplikasinya sama dengan penawaran umum perdana (IPO). Di Indonesia tidak diatur mengenai Secondary Public Offering karena pada dasarnya apabila hendak mengeluarkan saham setelah dilakukannya IPO maka pihak perusahaan wajib menawarkannya pada pemegang saham yang ada atau dengan mekanisme right issue.
172 http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Secondary+Public+Offering>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.23 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
90
Berdasarkan pengertian diatas maka SPO dapat didefinisikan sebagai penawaran
umum perdana (IPO) yang dilakukan kedua kalinya dimana saham yang
dikeluarkan adalah saham baru yang belum pernah dikeluarkan pada proses IPO.
Dengan adanya jumlah penambahan saham dalam suatu perusahaan tertentu
kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya dilusi saham. Secara hukum,
pelaksanaan SPO sama dengan IPO dimana keduanya dilakukan pada Pasar
Perdana dan tidak akan mempengaruhi pergerakan nilai saham pada Pasar
Sekunder atau Pasar Reguler.
Dalam pelaksanaannya, SPO memiliki dua tipe antara lain:173
a. SPO yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri yang biasanya bertujuan
untuk menambah modal perusahaan;
b. SPO yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas (majority shareholders) di perusahaan tersebut.
Dalam hal pelaksanaan SPO yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri dampak
yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya dilusi saham akibat adanya
penambahan jumlah saham baru yang sekaligus mengakibatkan bertambahnya
jumlah pemegang saham. Sementara untuk SPO yang dilakukan oleh pemegang
saham mayoritas, dampak yang mungkin ditimbulkan adalah tidak terjadinya
dilusi saham karena pemegang saham yang ada saat ini dalam suatu perusahaan
yang melakukan SPO adalah pemegang saham yang membeli saham dari
pemegang saham terdahulu. Selain itu pada umumnya, guna menambahkan modal
perusahaan, SPO dilakukan dengan dengan pinjaman modal atau utang (standard business loan).174 Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua perusahaan mempunyai
saham yang dapat dijual sehingga cara yang dapat ditempuh ketika melakukan
173 http://www.davemanuel.com/investor-dictionary/secondary-offering/>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.34 WIB. There are asically two types of secondary offering: a) a secondary offering done by the company itself (using to raise capital); b) a secondary offering done by some of the major shareholders in the
174 http://www.businessfinance.com/secondary-public-offering.htm>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.53 WIB. public offering a more common approach to raise capital is through a standard business loan. Not all busineses have shares available for sale so more traditional financing options may be a better
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
91
SPO adalah dengan melakukan pinjaman atau utang. Hal yang perlu diperhatikan
apabila perusahaan melakukan pinjaman adalah pihak peminjam benar-benar
merupakan pihak yang dapat meminjamkan sejumlah dana dan hal yang tidak
kalah pentingnya adalah suku bunga pinjaman yang rendah.
3.6.2. Mekanisme Right Issue Saham PT JASS Dalam rangka melakukan penambahan modal dan jumlah kepemilikan
saham publik, PT JASS dapat melakukan HMETD atau right issue. Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT JASS adalah dengan mengeluarkan
saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus ditempuh
beberapa hal antara lain:
1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal
pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT JASS dalam
sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang
berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja
kedua setelah pengumuman tersebut. 2. Pelaksanaan RUPS PT JASS untuk menyetujui atau tidak rencana
penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT JASS yang berhak atas right issue adalah pemegang
saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam delapan hari
kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT JASS bertujuan untuk
menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan right issue, PT JASS wajib memperoleh
jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada
harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.
5. PT JASS mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga
pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan
berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
92
6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode
perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan
tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue
dilaksanakan.
7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja
setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.
8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh
kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja
setelah berakhirnya perdagangan right issue.
9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka
semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue
termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT JASS untuk
jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.
10. PT JASS wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang
dilakukan oleh PT JASS dan disampaikan kepada Bapepam dalam jangka
waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.
3.6.3. Prosedur Relisting Saham PT JASS PT JASS sebelum delisting dari Bursa Efek telah mencatatkan
sahamnya di Papan Pengembangan maka apabila perusahaan tersebut hendak
melakukan upaya relisting maka PT JASS akan mencatatkan sahamnya pada
Papan Pengembangan. Dalam hal ini prosedur relisting saham yang dapat
ditempuh PT JASS antara lain:
1. PT JASS harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada Bursa
paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT JASS
mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada pertengahan Juli
2010 dan seterusnya PT JASS dapat melakukan permohonan relisting.
2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam
Papan Pengembangan.
3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting
oleh Bursa dimana pada saat ini PT JASS sudah mengalami perbaikan
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
93
kondisi finansial yang ditandai dengan adanya peningkatan keuntungan.
Sementara untuk memperbaiki kondisi saham yang likuid dan pemenuhan
volume perdagangan saham di Bursa Efek maka PT JASS dapat
melakukan dengan mekanisme HMETD atau right issue sesuai dengan
ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam No.IX.D.1.
4. PT JASS harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih efektif.
Dalam hal PT JASS melakukan right issue maka Pernyataan Pendaftaran
yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah Pernyataan
Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT JASS melakukan right issue. 5. PT JASS harus memenuhi komposisi struktur organisasi perusahaannya
dimana PT JASS harus memiliki Komisaris Independen sekurang-
kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya
satu orang, dan kondisi perusahaan PT JASS harus dalam keadaan yang
bebas dari sengketa hukum.
6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT JASS telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business), yaitu
penyedia jasa di Bandara International Soekarno Hatta (airport commercial operations) sekurang-kurangnya 12 bulan.
7. PT JASS harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku
terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan
Keuangan Auditan Interim.
8. PT JASS harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-kurangnya
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
9. PT JASS harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 500
pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek
yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa, dengan
jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas yang tercatat pada
tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sekurang-kurangnya
50.000.000 (lima puluh juta) atau sekurang-kurangnya 35% dari modal
yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.
10. PT JASS mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan membayar
permohonan pencatatan sebesar Rp10.000.000,00 untuk Papan
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
94
Pengembangan serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan kondisi perusahaannya.
11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT
JASS wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada Bursa.
12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka
Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan
relisting PT JASS dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak Bursa
memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.
13. Apabila permohonan relisting PT JASS diterima maka PT JASS wajib
membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan sesuai
dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua Hari
Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke Bursa.
14. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham
calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa
sebelum perdagangan saham dimulai.
3.7. Mekanisme Relisting Saham PT BUKK di Bursa Efek Indonesia PT BUKK sebelumnya telah melakukan penawaran umum perdana
sehingga statusnya adalah sebagai Emiten. PT BUKK mengalami involuntary
delisting dari Papan Pengembangan pada tahun 2009 dengan alasan bahwa PT
BUKK mengalami kondisi, atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan, baik secara finansial atau secara
hukum dan perdagangan saham PT BUKK sebelumnya tidak memenuhi standar
volume dan frekuensi perdagangan di Bursa Efek sehingga PT BUKK di suspensi
oleh Bursa. Setelah dilakukannya suspensi oleh Bursa pun PT BUKK belum
menunjukan pemulihan yang baik sehingga Bursa melakukan delisting.
Dalam hal PT BUKK hendak melakukan proses relisting maka yang
harus diperhatikan oleh PT BUKK adalah memenuhi jumlah saham ke publik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kepemilikan saham PT BUKK
sekitar 54% saham PT BUKK beredar di publik namun sekitar 52% saham
dimiliki oleh satu investor, yakni Akses Karya Indonesia Bhd. Dengan melihat
kondisi kepemilikan saham pada PT BUKK maka dapat dikatakan bahwa
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
95
pemegang saham bukan pengendali sangat sedikit jumlahnya sehingga dapat
dikatakan bahwa Akses Karya Indonesia Bhd merupakan pemegang saham
mayoritas. Dengan adanya komposisi kepemilikan saham yang seperti ini maka
dapat dikatakan bahwa kondisi saham PT BUKK tidak likuid untuk
diperdagangkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka langkah yang dapat
ditempuh PT BUKK adalah dengan melakukan penambahan saham ke publik
dengan mekanisme right issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 175
Mekanisme right issue ini dilakukan dengan alasan bahwa PT BUKK tidak dapat
melakukan IPO karena PT BUKK telah melakukan IPO sebelumnya. Dengan
demikian maka proses penawaran umum yang mungkin dilakukan oleh PT BUKK
adalah melalui mekanisme right issue.
3.7.1. Mekanisme Right Issue Saham PT BUKK Sama halnya dengan mekanisme right issue saham yang dilakukan
oleh PT JASS maka dalam rangka melakukan penambahan modal dan jumlah
kepemilikan saham publik, PT BUKK dapat melakukan HMETD atau right issue.
Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT BUKK adalah dengan
mengeluarkan saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus
ditempuh beberapa hal antara lain:
1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal
pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT BUKK dalam
sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang
berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja
kedua setelah pengumuman tersebut.
175 Pengumuman PT Kustodian Sentral Efek (KSEI) Nomor: KSEI-11302/JKS/0512 perihal Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PT Bukaka Teknik
PT BUKK akan dilakukan pada tanggal 6 Juni 2012 di Engineering Center PT Bukaka Teknik Utama Tbk, Jl. Raya Bekasi Cibinong Km. 19,5 Cileungsi, Bogor 16820, dengan agenda RUPS Luar Biasa adalah persetujuan pelaksanaan relisting dengan mekanisme right issue dan persetujuan penjualan saham Bukaka yang berada di PT Bhaskara Utama Sedaya sebesar 32,45% atau sebanyak 3.245 lembar saham.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
96
2. Pelaksanaan RUPS PT BUKK untuk menyetujui atau tidak rencana
penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT BUKK yang berhak atas right issue adalah
pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam
delapan hari kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT BUKK bertujuan untuk
menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan right issue, PT BUKK wajib memperoleh
jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada
harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.
5. PT BUKK mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga
pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan
berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.
6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode
perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan
tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue
dilaksanakan.
7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja
setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.
8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh
kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja
setelah berakhirnya perdagangan right issue.
9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka
semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue
termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT BUKK untuk
jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.
10. PT BUKK wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang
dilakukan oleh PT BUKK dan disampaikan kepada Bapepam dalam
jangka waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
97
3.7.2. Prosedur Relisting Saham PT BUKK Prosedur relisting yang dilakukan PT BUKK pada prinsipnya adalah
sama dengan yang akan dilakukan oleh PT JASS. Hal ini didasari dengan alasan:
status perusahaan keduanya yang sama-sama merupakan perusahaan terbuka dan
keduanya sama-sama merupakan perusahaan yang sebelumnya tercatat dalam
Papan Pengembangan. Apabila hendak diurutkan secara sistematis maka prosedur
relisting PT BUKK antara lain:
1. PT BUKK harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada
Bursa paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT
BUKK mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada pertengahan
Juli 2010 dan seterusnya PT BUKK dapat melakukan permohonan
relisting.
2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam
Papan Pengembangan.
3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting
oleh Bursa dimana pada saat ini PT BUKK sudah mengalami perbaikan
kondisi finansial yang ditandai dengan lunasnya pembayaran utang
sebesar US$ 89 juta. Sementara untuk penyebaran kepemilikan saham
publik maka PT BUKK dapat melakukan dengan mekanisme HMETD
atau right issue sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam
No.IX.D.1. Namun perlu diingat dengan bertambahnya pemegang saham
baru maka pemegang saham baru tersebut harus menambah jumlah saham
ke publik.
4. PT BUKK harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih efektif.
Dalam hal PT BUKK melakukan right issue maka Pernyataan Pendaftaran
yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah Pernyataan
Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT BUKK melakukan right issue. 5. PT BUKK harus memenuhi komposisi struktur organisasi perusahaannya
dimana PT BUKK harus memiliki Komisaris Independen sekurang-
kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya
satu orang, dan kondisi perusahaan PT BUKK harus dalam keadaan yang
bebas dari sengketa hukum.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
98
6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT BUKK telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yakni
dalam bidang konstruksi dan infrastrukstur, sekurang-kurangnya 12 bulan.
7. PT BUKK harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku
terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan
Keuangan Auditan Interim.
8. PT BUKK harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-kurangnya
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
9. PT BUKK harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 500
pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek
yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa, dengan
jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas yang tercatat pada
tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sekurang-kurangnya
50.000.000 (lima puluh juta) atau sekurang-kurangnya 35% dari modal
yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.
10. PT BUKK mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan
membayar permohonan pencatatan sebesar Rp10.000.000,00 untuk Papan
Pengembangan serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan kondisi perusahaannya.
11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT
BUKK wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada Bursa.
12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka
Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan
relisting PT BUKK dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak Bursa
memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.
13. Apabila permohonan relisting PT BUKK diterima maka PT BUKK wajib
membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan sesuai
dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua Hari
Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke Bursa.
15. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham
Calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa
sebelum perdagangan saham dimulai.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
99
3.8. Mekanisme Relisting Saham PT Apexindo di Bursa Efek Indonesia Pada mulanya PT Apexindo telah melakukan IPO pada tahun 2002
yang selanjutnya dilanjuti dengan mekanisme pencatatan saham pada Papan
Utama. Akan tetapi keberadaan PT Apexindo di lantai Bursa Efek tidak berjalan
lama karena pada tahun 2009 PT Apexindo telah melakukan voluntary delisting
akibat chain listing. Pelaksanaan voluntary delisting disetujui oleh para pemegang
saham PT Apexindo dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (yang
selanjutnya disebut ) pada tanggal 5 Maret 2009. Pencatatan berantai
ini (chain listing) karena PT Apexindo dinilai telah berkontribusi lebih dari 50%
pendapatan PT Mitra Rajasa Tbk (yang selanjutnya disebut ) yang
berubah namanya menjadi PT Mitra International Resources TBK. Berkaitan
dengan chain listing tersebut adapun alasan lainnya yang melatarbelakangi
dilakukannya delisting PT Apexindo, yakni tidak likuidnya saham sisa (1,86%)
setelah 98,14% dari total saham yang dikeluarkan perseroan diakuisisi oleh MIRA
melalui Mira International Holding Ptd Ltd (MIH).
Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam hal ini PT Apexindo akan
melakukan relisting karena telah direstrukturisasinya utang yang dimiliki oleh PT
Apexindo. Namun untuk memperbaiki kondisi yang dialami oleh PT Apexindo
ketika di delisting maka apabila PT Apexindo hendak melakukan relisting maka
untuk menambah modal kedalam perusahaan PT Apexindo hanya diperbolehkan
melakukan right issue bukan IPO berdasarkan ketentuan Angka 2 Peraturan
Bapepam No.IX.D.1. Proses HMETD yang bertujuan untuk melakukan
penambahan modal, berdasarkan Angka 26 Peraturan Bapepam No.IX.D.1 maka
PT Apexindo harus terlebih dahulu memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk
membeli efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas efek dalam hal
terdapat sisa efek yang tidak dapat diambil.
3.8.1. Mekanisme Right Issue Saham PT Apexindo Latar belakang pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT
Apexindo ini didasari untuk penambahan jumlah kepemilikan saham di publik
sehingga saham PT Apexindo menjadi likuid setelah dilakukannya restrukturisasi.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
100
Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT Apexindo adalah dengan
mengeluarkan saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus
ditempuh beberapa hal antara lain:
1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal
pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT Apexindo dalam
sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang
berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja
kedua setelah pengumuman tersebut. 2. Pelaksanaan RUPS PT Apexindo untuk menyetujui atau tidak rencana
penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT Apexindo yang berhak atas right issue adalah
pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam
delapan hari kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT Apexindo bertujuan untuk
menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan right issue, PT Apexindo wajib memperoleh
jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada
harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.
5. PT Apexindo mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga
pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan
berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.
6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode
perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan
tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue
dilaksanakan.
7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja
setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.
8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh
kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja
setelah berakhirnya perdagangan right issue.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
101
9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka
semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue
termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT Apexindo untuk
jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.
10. PT Apexindo wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang
dilakukan oleh PT Apexindo dan disampaikan kepada Bapepam dalam
jangka waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.
3.8.2. Prosedur Relisting Saham PT Apexindo
Pada prinsipnya prosedur relisting yang akan dilakukan oleh PT
Apexindo sama dengan PT JASS dan PT BUKK karena ketiga perusahaan ini
melakukan mekanisme relisting dengan right issue. Akan tetapi dalam prosedur
pencatatan kembali saham PT Apexindo ini akan berbeda dengan pencatatan
kembali saham PT JASS dan PT BUKK karena dalam hal ini prosedur pencatatan
kembali saham PT Apexindo akan dilakukan di Papan Utama. Berikut ini adalah
susunan secara sistematis prosedur relisting yang akan dilakukan oleh PT
Apexindo:
1. PT Apexindo harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada
Bursa paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT
Apexindo mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada
pertengahan Juli 2010 dan seterusnya PT Apexindo dapat melakukan
permohonan relisting.
2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam
Papan Utama.
3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting
oleh Bursa dimana pada saat ini PT Apexindo sudah melakukan
restrukturisasi utangnya. Sementara untuk penambahan modal PT
Apexindo dapat melakukan dengan mekanisme HMETD atau right issue
sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam No.IX.D.1. Namun
perlu diingat bahwa dengan tujuan right issue sebagai penambahan modal
maka PT Apexindo harus mencari pihak yang akan menjamin untuk
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
102
membeli saham yang akan dikeluarkan PT Apexindo sekurang-kurangnya
pada harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak
diambil.
4. PT Apexindo harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih
efektif. Dalam hal PT Apexindo melakukan right issue maka Pernyataan
Pendaftaran yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah
Pernyataan Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT Apexindo
melakukan right issue. 5. PT Apexindo harus memenuhi komposisi struktur organisasi
perusahaannya dimana PT Apexindo harus memiliki Komisaris
Independen sekurang-kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi
sekurang-kurangnya satu orang, dan kondisi perusahaan PT Apexindo
harus dalam keadaan yang bebas dari sengketa hukum.
6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT Apexindo telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yakni
dalam bidang offshore dan onshore drilling, sekurang-kurangnya 36
bulan.
7. PT Apexindo harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku
terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan
Keuangan Auditan Interim.
8. PT Apexindo harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-
kurangnya sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
9. PT Apexindo harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 1000
pemegang saham dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan
relisting dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas
yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa
sekurang-kurangnya 100.000.000 (seratus juta) atau sekurang-kurangnya
35% dari modal yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.
10. PT Apexindo mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan
membayar permohonan pencatatan sebesar Rp15.000.000,00 untuk Papan
Utama serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
kondisi perusahaannya.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
103
11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT
Apexindo wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada
Bursa.
12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka
Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan
relisting PT Apexindo dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak
Bursa memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.
13. Apabila permohonan relisting PT Apexindo diterima maka PT Apexindo
wajib membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan
sesuai dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua
Hari Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke
Bursa.
16. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham
calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa
sebelum perdagangan saham dimulai.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya mekanisme
untuk melakukan relisting adalah dengan melakukan right issue. Apabila suatu
perusahaan sudah mengalami delisting dan hendak melakukan relisting maka
kondisi perusahaan tersebut haruslah sebagai Perusahaan Terbuka. Hal ini
dikarenakan apabila setelah dilakukannya delisting status perusahaan tersebut
adalah Perusahaan Tertutup maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan
relisting melainkan melakukan pencatatan ulang saham di bursa yang didahului
dengan IPO berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No. I-A.
Langkah paling penting yang harus dilakukan Perusahaan Terbuka
yang telah mengalami delisting untuk melakukan pencatatan saham kembali
adalah dengan memperbaiki kondisi perusahaan yang menjadi sebab dilakukannya
delisting. Alasan dilakukannya delisting tentunya sangat mempengaruhi
mekanisme yang akan diambil oleh perusahaan ketika melakukan relisting,
terutama dalam ketiga contoh kondisi perusahaan ini maka ketiganya akan
melakukan penawaran saham baru kepada publik guna menunjang kondisi
finansial perusahaannya dan komposisi kepemilikan pemegang saham publik agar
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
104
saham-sahamnya likuid, maka mekanisme yang paling sesuai dan paling tepat
untuk dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan relisting adalah dengan
mekanisme right issue, sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam
No.IX.D.1. Selain itu, menurut pendapat Direktur Penilaian Perusahaan BEI,
Hoesen menyatakan bahwa relisting dengan penambahan saham baru dianggap
dapat melindungi saham-saham publik sebelumnya.176 Dengan demikian, apabila
ketiga perusahaan tersebut melakukan relisting dengan menggunakan mekanisme
right issue maka secara sekaligus ketiga perusahaan tersebut telah melindungi
saham-saham publik yang sudah ada sebelumnya.
Adapun mekanisme lainnya yang dapat dilakukan untuk melakukan
relisting adalah dengan menyerahkan permohonan relisting dengan Pernyataan
Pendaftaran yang sudah ada yakni: Pernyataan Pendaftaran ketika suatu
perusahaan menjadi Emiten pada saat melakukan penawaran umum ataupun
Pernyataan Pendaftaran ketika perusahaan tersebut menjadi Perusahaan
Publik. 177 Hal ini dimungkinkan apabila kondisi perusahaan ketika dilakukan
involuntary delisting oleh Bursa hanya dengan alasan tidak tunduk pada
compliance seperti tidak menyerahkan laporan keuangan pada Bursa Efek dalam
kurun waktu yang sudah ditentukan dan bukan karena kondisi finansial atau
kondisi hukum yang berpengaruh secara signifikan pada kondisi perusahaan yang
mengakibatkan sahamnya menjadi tidak likuid.178 Dengan alasan delisting yang
seperti ini maka dimungkinkan untuk perusahaan tersebut melakukan relisting
176 Relisting <www.tempo.co/read/news/2012/09/27/088432336/Sekar-Bumi-Relisting-Lagi>, (Kamis 27 September 2012, pukul 1650), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.00 WIB.
177 Bekti Anwar (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek Bapepam-LK), site visit interview, pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 11.30 WIB. Pak Bekti mengatakan bahwa relisting dilakukan hanya dengan mengajukan permohonan saja kepada Bursa Efek seperti prosedur relisting yang dilakukan di Amerika. Namun apabila mekanisme relisting dengan menggunakan corporate action ini dilakukan semata-mata hanya untuk memenuhi perbaikan kondisi akibat dilakukannya delisting sebelumnya dan secara hukum hal ini diatur oleh Peraturan BEJ No.I-I. Dalam hal dilakukannya corporate action untuk mengeluarkan atau menawarkan saham baru maka mekanisme paling tepat digunakan adalah right issue, karena status perusahaan yang hendak melakukan relisting adalah perusahaan terbuka.
178 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2 Oktober 2012, pukul 10.30 WIB, op.cit.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
105
tanpa melakukan corporate action apapun, dalam hal ini adalah dengan
mekanisme right issue.
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa mekanisme
relisting dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. mengajukan permohonan saja dengan menyerahkan Pernyataan
Pendaftaran yang masih efektif tanpa melakukan corporate action apapun,
asalkan perusahaan telah memperbaiki kondisi yang dijadikan sebagai
alasan dilakukannya delisting, berdasarkan Peraturan BEJ No. I-I;
2. mengajukan permohonan dengan melakukan corporate action sebagai
alasan untuk memberbaiki kondisi perusahaan ketika dilakukannya
delisting dengan cara mengeluarkan saham baru guna menambahkan
modal dan menambah pemegang saham publik dengan mekanisme right issue berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No. I-I jo. Peraturan Bapepam
No.IX.D.1. Pernyataan Pendaftaran yang diserahkan bersamaan dengan
permohonan relisting adalah Pernyataan Pendaftaran terakhir ketika
perusahaan melakukan right issue.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
106
BAB IV AKIBAT HUKUM RELISTING TERHADAP PERLINDUNGAN HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS (MINORITY SHAREHOLDERS)
PADA PT JASS, PT BUKK DAN PT APEXINDO
Perseroan Terbatas PT berdasarkan
UU/40/2007 merupakan suatu badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan peraturan
pelaksananya. Dalam menjalankan suatu PT perlu memperhatikan Good Corporate Governance GCGperusahaan yang baik. Menurut Sutan Remy Sjahdeini GCG adalah suatu konsep
yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan,
dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang
membentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-
masing unsur dari struktur perseroan itu, melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Direksi, Komisaris, juga mengatur hubungan-hubungan antara unsur-
unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang pada
hakekatnya merupakan stakeholders dari perseroan, yaitu Negara yang
berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan dan
masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal
perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon
kreditor perseroan.179
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Sutan Remy Sjahdeini diatas
maka salah satu unsur untuk menerapkan GCG adalah struktur dan tugas dari
organ perseroan. Dalam UU/40/2007, organ perseroan terdiri dari RUPS, Direksi
dan Dewan Komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam UU/40/2007 atau anggaran dasar. 180 Sementara
179 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 2.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
107
Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun
diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 181 Berbeda dengan
kewenangan Direksi untuk mengurus dan menjalankan perseroan, Dewan
Komisaris dalam hal ini merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi.182 Pada Bab IV tesis ini, organ perusahaan yang
akan dibahas lebih dalam adalah RUPS yang didalamnya terdiri dari para
pemegang saham.
4.1. Hak dan Kewenangan Pemegang Saham dalam UU/40/2007 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kedudukan pemegang
saham dalam PT diwakili oleh RUPS dan memiliki wewenang yang tidak dimiliki
oleh Direksi ataupun Dewan Komisaris akan tetapi dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya RUPS juga harus memperhatikan dan tidak boleh melanggar
kedudukan, kewenangan dan kepentingan pemegang saham minoritas, organ-
organ perseroan lainnya serta stakeholder seperti kreditor, karyawan, distributor
serta mitra bisnis dari perusahaan tersebut maupun masyarakat disekitar
lingkungan tempat perseroan tersebut berdiri. 183 Sebagai organ yang mewakili
kepentingan para pemegang saham maka sudah sewajarnya bahwa semua
keputusan yang berkaitan dengan struktur organisasi perseroan dan kepentingan
pemegang saham semisal perubahan anggaran dasar, permohonan agar perseroan
dinyatakan pailit, pembubaran perseroan, penambahan modal perseroan dan
pengeluaran saham baru dan penggunaan laba perseroan adalah wewenang
180 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
op.cit., pasal 1 butir 4.
181 Ibid., pasal 1 butir 5.
182 Ibid., pasal 1 butir 6.
183 Dhaniswara K Harjono, Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas: Tinjauan Terhadap Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia, 2008), hlm. 317.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
108
RUPS.184 Dengan kewenangan-kewenangan yang dimiliki RUPS maka bentuk
pertanggungjawaban pemegang saham ini hanya sebesar jumlah setoran atas
seluruh saham yang dimilikinya kedalam kas perseroan dan tidak mencakup
pertanggungjawaban secara pribadi. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban
terbatas pemegang saham ini diatur dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU/40/2007.
Pertanggungjawaban terbatas tersebut dapat disimpangi apabila terpenuhi kondisi-
kondisi berikut ini:
1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.
2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan
pribadi.
3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan.
4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan.185
Dalam UU/40/2007 dijelaskan secara jelas mengenai hak-hak yang dimiliki oleh
pemegang saham antara lain:
1. Hak untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya. Hak suara yang dimiliki oleh
pemegang saham ini dapat digunakan untuk menentukan hal-hal yang
penting dalam pengelolaan PT, antara lain: perubahan anggaran dasar, hak
tagih sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang
telah diambilnya, pembelian kembali saham perseroan, penambahan
modal, pengurangan modal, kebijakan pembagian dividen dan sisa
184 Fred B.G Tambunan, Pandangan Yuridis Tentang PT dan Organ-<http://hukumonline.com/berita/baca/hol3788/pandangan-yuridis-tentang-pt-dan-organorgannya>, diakses pada tanggal 3 November 2012, pukul 20.24 WIB.
185 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 3 ayat 2.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
109
kekayaan hasil likuidasi, pengangkatan dan pemberhentian anggota
Direksi dan Komisaris, persetujuan pengalihan kekayaan perseroan atau
menjaminkan kekayaan perseroan sebagai jaminan utang lebih dari 50%
dari jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih,
rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan serta pemisahan
perseroan serta perhitungan-perhitungan dalam laporan tahunan. Hak suara
yang terkadung dalam klasifikasi saham dengan jenis yang sama ini
memberikan hak yang sama juga kepada pemegangnya. Ketentuan dalam
Pasal 85 UU/40/2007 ini merupakan pengaplikasian prinsip keadilan
(fairness) dengan asas musyawarah untuk mufakat.
2. Hak untuk ditawarkan terlebih dahulu sejumlah saham yang seimbang
dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang saham (pre-emptive right). Ketentuan pre-emptive right ini diatur dalam Pasal 43 ayat 1
UU/40/2007.
3. Hak untuk menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga
melalui akta pemindahan hak. Pemindahan hak ini diatur dalam Pasal 56
jo. Pasal 58 UU/40/2007.
4. Hak untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri
apabila pemegang saham merasa dirugikan karena tindakan perseroan
yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar akibat dari
keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 62
UU/40/2007).
5. Hak untuk memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari
Direksi dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 75 UU/40/2007).
6. Hak untuk mengajukan gugatan kepada Direksi melalui Pengadilan Negeri
yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
perseroan. (Pasal 97 ayat 6 UU/40/2007).
7. Hak untuk mengajukan gugatan kepada Dewan Komisaris melalui
Pengadilan Negeri yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian kepada perseroan. (Pasal 114 ayat 6 UU/40/2007).
8. Hak untuk mengajukan permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan
dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
110
dugaan bahwa perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga atau anggota Direksi atau
Dewan Komisaris. (Pasal 138 ayat (1), (2), dan (3) UU/40/2007).
9. Hak unuk mengajukan usul mengenai pembubaran perseroan kepada
RUPS. (Pasal 144 UU/40/2007).
4.2. Karakter Pemegang Saham Dalam Perusahaan Terbuka Perusahaan Terbuka pada hakikatnya memiliki fungsi sebagai institusi
sosial yang berdiri sendiri daripada sebagai suatu hak milik pribadi dari para
pemegang saham. Berdasarkan Teori Organ Perusahaan (Organic Theory of Corporate Life), pemegang saham dalam Perusahaan Terbuka tidak dapat
digolongkan sebagai pemilik tunggal dari Perusahaan Terbuka karena terdapat
pemisahan antara kepemilikan saham (ownership of shares) dan pemegang
kendali dalam kegiatan perusahaan (control which rests with management).186
Pemisahan seperti ini memberikan pemegang kendali perusahaan untuk mencapai
tujuannya dibandingkan keuntungan maksimum atas saham yang dimilikinya.
Sebagai suatu institusi sosial yang berdiri sendiri, dalam mengelola Perusahaan
Terbuka tidak ada satu kelompok khusus yang mengelola melainkan setiap pihak
dalam Perusahaan Terbuka tersebut seperti pemegang saham, Direksi, karyawan
atau investor memiliki hak untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan. Selain
itu yang menjadi kepentingan utama Perusahaan Terbuka adalah kepentingan
publik sehingga publik memiliki hak untuk memastikan perusahaan tersebut
berjalan sesuai dengan kepentingannya.
Dengan berlakunya UU/40/2007 di Indonesia, diperlukan penyesuaian
terhadap ketentuan yang mengatur tentang pokok-pokok anggaran dasar perseroan
yang melakukan penawaran umum efek (Emiten) dan Perusahaan Publik.
Anggaran dasar perseroan yang melakukan penawaran umum (Emiten) atau
Perusahaan Publik pada dasarnya adalah sama dengan ketentuan pengaturan
186 Janice Dean, Directing Public Companies Company Law and Stakeholder Society, (London: Cavendish Publishing Limited, 2001), hlm. 4. corporate life, shareholders cannot properly be regarded as the sole owners of public companies, gimanagement). This separation gives the management some latitude to pursue goals other than
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
111
anggaran dasar dalam UU/40/2007, hanya saja ada beberapa ketentuan yang
mengatur secara khusus mengenai perusahaan terbuka. Anggaran dasar perseroan
yang melakukan penawaran umum (Emiten) atau Perusahaan Publik terdiri dari:
1. Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan Pada akhir nama perseroan yang telah melakukan penawaran umum (Emiten) atau Perusahaan Publik wajib ditambahkan kata
kedudukan atau tempat domisili perusahaan terbuka tersebut 2. Jangka Waktu Berdirinya Perseroan
Jangka waktu berdirinya perseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang terbatas atau tidak terbatas. Biasanya Perusahaan Terbuka menentukan jangka waktu perseroan secara tidak terbatas.
3. Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha Perseroan 4. Permodalan
Pengaturan permodalan untuk Perusahaan Terbuka ini tidak jauh berbeda dengan permodalan pada Perusahaan Tertutup karena pada Perusahaan terbuka, ketentuan modal disetor harus sama dengan modal ditempatkan. Sementara untuk penyetoran dalam bentuk lain selain uang diperbolehkan, khususnya penyetoran dalam bentuk benda berwujud maupun tidak berwujud. Penyetoran modal dalam bentuk selain uang ini sesuai dengan ketentuan Pasal 34 UU/40/2007. Dalam hal RUPS yang memutuskan untuk menyetujui penawaran umum, harus diputuskan mengenai jumlah maksimal saham yang akan dikeluarkan kepada masyarakat serta memberi kuasa kepada Komisaris untuk menyatakan realisasi jumlah saham yang telah dikeluarkan dalam penawaran umum tersebut.
5. Pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas Ketentuan mengenai efek bersifat ekuitas inilah yang menjadi dasar pembeda antara anggaran dasar PT Tertutup dengan anggaran dasar Perusahaan Terbuka. Setiap penambahan modal melalui pengeluaran efek bersifat ekuitas yang dilakukan dengan pemesanan, maka hal tersebut wajib dilakukan dengan memberikan HMETD kepada pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan pada tanggal yang ditentukan RUPS yang menyetujui pengeluaran efek bersifat ekuitas dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah saham yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan atas nama pemegang saham masing-masing pada tanggal tersebut.
6. Penambahan Modal Dasar Perseroan Sama halnya dengan penambahan modal pada Perusahaan Tertutup, penambahan modal pada Perusahaan Terbuka hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS dan perubahan anggaran dasar tersebut harus disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
112
7. Saham Saham perseroan ini merupakan saham atas nama dimana dapat berupa saham dengan nilai nominal atau saham tanpa nilai nominal. Untuk pengeluaran saham tanpa nilai nominal wajib dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar wajib memuat ketentuan mengenai perlakuan pecahan nilai nominal saham, hak pemegang pecahan nilai nominal saham, dan bukti kepemilikan pecahan nilai nominal saham.
8. Bukti Kepemilikan Saham Dalam hal saham perseroan tidak masuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, maka perseroan wajib memberikan bukti pemilikan saham berupa surat saham atau surat kolektif saham kepada pemegang sahamnya. Sementara dalam hal saham perseroan masuk dalam Penitipan Kolektif Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, maka perseroan wajib menerbitkan sertifikat atau konfirmasi tertulis kepada Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan sebagai tanda bukti pencatatan dalam buku daftar pemegang saham perseroan.
9. Surat Saham dan Surat Kolektif Saham yang Rusak atau Hilang Berkaitan dengan surat saham dan surat kolektif saham yang rusak atau hilang dapat dimintakan penggantian.
10. Penitipan Kolektif Saham dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian harus dicatat dalam buku daftar pemegang saham perseroan atas nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian untuk kepentingan pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Apabila saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat atas nama Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dimaksud untuk kepentingan pemegang rekening pada Bank Kustodian atau perusahaan efek tersebut. Kemudian, apabila saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian merupakan bagian dari Portofolio Efek Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka perseroan akan mencatatkan saham tersebut dalam buku daftar pemegang saham perseroan atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemilik Unit Penyertaan dari Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif tersebut.
11. Pemindahan Hak atas Saham Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama pihak yang memindahkan hak dan oleh atau atas nama pihak yang menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan. Dokumen pemindahan hak atas saham tersebut harus ditentukan atau disetujui oleh Direksi.
12. Anggota Direksi dan Anggota Komisaris
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
113
Persyaratan untuk anggota Direksi dan Komisaris perseroan wajib mengikuti ketentuan dalam UU/40/2007.
13. Rencana Kerja, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Tahunan dan Penggunaan Laba Direksi wajib membuat dan melaksanakan rencana kerja tahunan dimana rencana kerja tahunan wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh persetujuan. Berkaitan dengan persetujuan laporan tahunan, pengesahan laporan keuangan tahunan serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris, dan keputusan penggunaan laba ditetapkan oleh RUPS.
14. RUPS RUPS dapat diadakan baik di tempat kedudukan perseroan, tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya, atau tempat kedudukan Bursa Efek dimana saham perseroan tersebut dicatatkan. RUPS dipimpin oleh seorang anggota Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak hadir atau berhalangan, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi. Dalam hal semua anggota Direksi tidak hadir atau berhalangan, maka RUPS dipimpin oleh pemegang saham yang hadir dalam RUPS yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Sebagai suatu perusahaan terbuka maka apabila suatu perusahaan hendak melakukan RUPS maka diperlukan pengumuman penyelenggaraan RUPS yang dilakukan paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan. Pemanggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 hari sebelum RUPS. Untuk pemanggilan RUPS kedua dilakukan paling lambat tujuh hari sebelum RUPS kedua dilakukan dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS dan disertai bahwa RUPS pertama telah diselenggarakan tetapi tidak mencapai kuorum. Dalam panggilan RUPS wajib dicantumkan tanggal, waktu, tempat, mata acara, dan pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sesuai dengan UUPT kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.187
Berkaitan dengan penjelasan diatas maka tidak dapat disimpulkan
bahwa sebagai Perusahaan Terbuka melepaskan diri dari sifat dasar perseroan
seperti yang dijelaskan dalam UU/40/2007. Ketentuan UU/40/2007 masih berlaku
untuk mengatur mengenai Perusahaan Terbuka ketika beberapa ketentuan tidak
diatur dalam UU/8/1995 dan peraturan pelaksananya. Sebagai Perusahaan
187 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 14 Mei 2008.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
114
Terbuka selain mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait, yang
terpenting adalah tunduk pada ketentuan anggaran dasar perusahaan itu sendiri
yang mengatur paling sedikit sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bapepam
No.IX.J.1.
4.3. Teori Stakeholding (Stakeholding Theory) Teori stakeholding bertujuan untuk menjelaskan bahwa ada beberapa
pihak yang terlibat dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk
dipertimbangkan dalam membuat keputusan (corporate decision making).
Stakeholder ini dapat dilakukan dengan partisipasi langsung, dengan perwakilan
atau pertimbangan lain yang dilakukan oleh manajemen internal perusahaan
terhadap kepentingan mereka. Pertimbangan terhadap kepentingan stakeholder ini
juga bertujuan untuk mencegah conflict of interest. Adapun beberapa contoh yang
diberikan oleh Janet Williamson mengenai perlindungan terhadap stakeholder antara lain:
impact upon their employment with the company; customers are affected by decisions on the price, specifications and standards of products; suppliers are affected by purchasing decisions; creditors are affected by financial procedures; and local community is affected by recruitment policy and environmental impact. 188
Dari contoh yang diungkapkan diatas maka dapat dilihat bahwa stakeholders
dapat terdiri dari: karyawan perusahaan yang terpengaruh atas sistem
kepegawaian dalam perusahaan tersebut, investor yang terpengaruh atas harga,
spesifikasi dan standar dari suatu barang, distributor yang terengaruh dengan
jumlah pembelian, kreditor yang terpengaruh dengan sistem dan prosedur
pembiayaan serta komunitas atau masyarakat lokal pada daerah tempat
perusahaan tersebut berada yang memiliki akibat terhadap lingkungan. Dengan
teori stakeholding ini ingin memperlihatkan bahwa dalam rangka mewujudkan
GCG, Perusahaan Terbuka tidak hanya memperhatikan keuntungan maksimal
188 Ibid., hlm. 12.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
115
bagi pemegang sahamnya melainkan turut memperhatikan kepentingan-
kepentingan dari pihak-pihak yang terkena akibat dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Perusahaan Terbuka.
Selanjutnya, menurut Donaldson and Preston, pengertian normatif
untuk stakeholding dijelaskan sebagai berikut:
ers are persons or groups with legitimate interests in procedural and/or substantive aspects of corporate activity. Stakeholders are identified by their interests in the corporation, whether the corporation has any corresponding functional interest in them; (2) The interests of stakeholders are of intrinsic value. That is, each group of stakeholders merits consideration for its own sake and not merely because of its ability to further the interests of some other group, such
189
Dari pengertian diatas maka dapat diartikan bahwa stakeholder adalah pihak atau
kelompok yang memiliki kepentingan baik secara prosedural atau substantif dari
kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perusahaan Terbuka. Kepentingan
stakeholder merupakan nilai dasar yang dipertimbangkan dan tidak hanya terbatas
pada kepentingan para pemegang saham.
Sementara di Jepang dan Jerman, memberikan penjelasan mengenai
teori stakeholding itu sendiri yang berupa:
that appear to come closer to optimizing long-term private and social returns. The greater focus on long-term corporate position-encouraged by an onwership structure and governance process that incorporate the interests of employees, suppliers, customers and the local community-allow the Japanese and German economies to better capture
190
189 Ibid., hlm. 13.
190 Ibid.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
116
Baik di Negara Jepang ataupun Jerman, teori stakeholding ini sama-sama
mengedepankan kepentingan secara privat dan kepentingan sosial guna mencapai
keuntungan yang maksimal dalam berinvestasi.
4.4. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di Amerika Kepentingan pemegang saham minoritas baik dalam Perusahaan
Tertutup ataupun Perusahaan Terbuka seringkali mendapatkan perlakuan yang
tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas.
Pengadilan di Amerika Serikat mengakui hak pemegang saham minoritas baik
berupa hak perorangan secara langsung ataupun hak derivatif dan juga melihat
fiduciary duty dari pemegang saham mayoritas dalam mengambil keputusan
kepada perusahaan dan pemegang saham mayoritas agar tidak melampaui
batas. 191 Pemegang saham minoritas pada dasarnya merupakan investor yang
memegang saham dalam jumlah yang kecil dan tidak memiliki kewenangan untuk
mengendalikan perusahaan.192 Adapun beberapa kasus yang terjadi di Amerika
yang dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk melegitimasi perlindungan
hukum terhadap pemegang saham minoritas antara lain:
1. Canonical case of Dodge v Ford Motor Co. Dalam kasus ini menjelaskan mengenai pengendalian penuh (absolute control) terhadap perusahaan dimana Henry Ford menolak untuk
menaikan dividen para pemegang saham tetapi lebih memilih untuk
berinvestasi kembali atau menanamkan modal kembali pada kegiatan
usaha yang dilakukannya. The Dodge Brothers, selaku pemegang saham
pada Ford Motor merasa kesal akibat penolakan untuk menaikan dividen
191 Proquest Journal of Corporation Law, Spring
2003, ISSN: 0360795X, < http://search.proquest.com/docview/220810571?accountid=17242>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.39 WIB. minority shareholders to relief, through either direct or derivative actions. The more traditional
pragmatically have control over corporate decision-making owe a duty to the corporation and to the
192 The Yale Law Journal, vol. 113, No. 1 (October, 2003), hlm. 119, < http://www.jstor.org/stable/3657465 >, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.51 WIB. shareholders-investors holding small, noncontrolling interests in corporation.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
117
para pemegang saham. Henry Ford merupakan pemegang saham terbesar
dalam Ford Motor Company dengan komposisi 50% lebih saham
dimilikinya. Kasus ini menjadi bermasalah karena mempengaruhi kondisi
pemegang saham minoritas pada perusahaan tersebut dimana hak mereka
untuk mendapatkan keuntungan atas saham yang disetorkan kepada
perusahaan tidak diterima. Pengadilan tidak serta merta menyatakan
bahwa hal utama yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah untuk
memaksimalkan keuntungan pemegang saham tetapi juga harus dilakukan
secara adil dan seimbang.193 Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa Direksi
suatu perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan pemegang
saham mayoritas tetapi juga harus memperhatikan kepentingan seluruh
pemegang saham dalam suatu perusahaan, termasuk pemegang saham
minoritas.
2. Joy v North and Power Within the Corporation Kasus ini terjadi karena Doris Joy, selaku pemegang saham minoritas
menggugat Dewan Direksi dan pegawai dari Citytrust, Inc karena telah
melanggar fiduciary duty. Dasar gugatan Joy karena Citytrust telah
memperpanjang pembiayaan perusahaan pembangunan real estate, Katz
Corporation, tanpa persetujuan dari kreditor. Citytrust dibawah
kepemimpinan Nelson Notrh telah berjalan cukup lama, yang mana pada
saat ini Nelson North telah dipekerjakan oleh Katz. Setelah Joy
melayangkan gugatan, Dewan Direksi Citytrust telah membentuk Komite
Litigasi (Special Litigation Committee). Permasalahan antara Joy dengan
North dapat dilihat secara mudah sebagai prinsip pemaksimalan
keuntungan pemegang saham. Pengadilan yang menangani kasus ini telah
memperbolehkan pemegang saham untuk menggugat Dewan Direksi
193 Ibid., that they must do so equitably. The court made its underlying concern for minority shareholders quite plain that there should be no confusion (of which there is evidence) of the duties which Mr. Ford conceives that he and the stockholders owe to the general public and the duties which in law he and his codirectors owe to protesting, minority stockholders.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
118
dalam hal Direksi tersebut tidak menjalankan kewenangannya untuk
kepentingan perusahaan.
Perhatian yang diutamakan oleh pengadilan dalam hal ini adalah tidak
adanya peran pemegang saham mayoritas. Dengan demikian maka
Citytrust hanya bergantung pada kepengurusan yang dilakukan oleh
Dewan Direksi. Kemudian Citytrust telah mewakili perusahaan Berle -
Means yang merupakan Perusahaan Publik dengan banyak investor publik
dan kepengurusan yang profesional. Dalam Perusahaan Publik tersebut,
setiap pemegang saham baik dengan komposisi kepemilikan saham yang
kecil dapat mengawasi managemen perusahaan yang berakibat pada
kekurangan pendapatan perusahaan akibat pelanggaran fiduciary duty atau managerial failure or abuse.194
Pemisahan kepemilikan dan pengendalian atas Perusahaan Publik
kepada Katz merupakan kesalahan sebelumnya dibawah pengawasan
Citytrust yang mana manajemen Citytrust telah mengeksploitasi
kewenangannya demi kepentingan atau keuntungan pribadi, anak CEO
yang mengambil keuntungan dari perpanjangan kredit yang dilakukan oleh
Citytrust. Dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian atas
Perusahaan Publik maka
D
tujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh Direksi yang berakibat pada kerugian perusahaan.195
194 Ibid., hlm. 133. enterprise, would lack the financial incentive to watch over the enterprise or to intervine in cases
195 Ibid., hlm. 134. shareholders needed a way to call directors to account. The Berle-Means hypohothesis explains minorities are presumed to be without adequate power or inventive to prevent abus. The stake of
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
119
3. Pearlman v Feldman Dalam kasus ini pihak pemegang saham mayoritas melakukan transaksi
dan menggunakan keuntungan atas transaksi tersebut demi
kepentingannya sendiri dan tidak menjalankan kewenangannya untuk
melakukan transaksi demi kepentingan perusahaan. Keuntungan yang
didapat tersebut seharusnya menjadi milik perusahaan dan dapat dibagikan
secara pro-rata kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas secara pro-rata, sesuai dengan jumlah komposisi saham
yang telah disetorkan kedalam perusahaan. Kasus ini ingin menegaskan
bahwa tidak adanya persamaan diantara para pemegang saham minoritas
untuk mendapatkan hasil penjualan perusahaan secara pro-rata.196
Melihat contoh ketiga putusan diatas maka dapat dilihat bahwa Pengadilan di
Amerika Serikat berjaga-jaga untuk melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas, baik dengan adanya pemegang saham mayoritas atau tidak adanya
pemegang saham mayoritas, mengacu pada kepengurusan perusahaan. Dengan
adanya putusan Mahkamah Agung Delaware yang menyatakan bahwa adanya
kewajiban untuk melindungi pemegang saham minoritas, dengan demikian secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kepentingan pemegang saham minoritas yang
harus dilindungi adalah:
1. Pembagian keuntungan perusahaan secara pro-rata.
2. Hak untuk menyatakan suaranya (voting rights).
3. Hak untuk dibeli sahamnya dengan nilai yang wajar (appraisal). 4. Hak untuk diperdagangkan sahamnya dalam bursa apabila pemegang
saham minoritas tersebut berada pada Perusahaan Terbuka.
5. Hak untuk mendapatkan ganti rugi (remedy) akibat pelanggaran hak-hak
yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas.
6. Hak untuk dibeli sahamnya secara adil oleh pemegang saham yang lain
atau oleh perusahaan akibat terjadinya likuiditas perusahaan.
196 National Black Law Journal, Vol. 19, No. 1 (2005/2006), hlm. 61-62.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
120
4.5. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di Indonesia Perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas di
Indonesia dan di Amerika memiliki persamaan dimana setiap pemegang saham
memiliki satu hak suara yang tidak dapat dibagi-bagi. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa UU/40/2007 telah mengatur mengenai
perlindungan bagi pemegang saham secara keseluruhan, termasuk pemegang
saham minoritas didalamnya. Apabila melihat dalam ketentuan UU/40/2007,
bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dapat
dibagi menjadi:
4.5.1. Hak Perorangan Subyek hukum pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu orang-
perseorangan dan badan hukum. Setiap subyek hukum memiliki hak yang melekat
pada dirinya dalam hal ini pemegang saham merupakan orang-perorangan yang
memiliki hak yang dilindungi oleh hukum. Pemegang saham minoritas dalam hal
ini memiliki hak perorangan dimana pemegang saham berhak meminta kepada
perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham minoritas atau
perseroan. Berdasarkan Pasal 62 ayat 1, tindakan tersebut dapat berupa:
1. Perubahan anggaran dasar.
2. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai
lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau
3. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
Berkaitan dengan hal tersebut apabila saham yang diminta pemegang saham
minoritas untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian saham 197 maka
197 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pketentuan: a) pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; b) jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
121
perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. Selain itu
pemegang saham minoritas berhak juga untuk menggugat perseroan ke
Pengadilan Negeri apabila dirugikan akibat keputusan RUPS, Direksi dan/atau
Dewan Komisaris (Pasal 61 ayat 1 UU/40/2007). Gugatan juga dapat dilayangkan
oleh pemegang saham minoritas kepada Direksi (Pasal 97 ayat 6 UU/40/2007)
dan Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat 6 UU/40/2007) yang karena kesalahannya
mengakibatkan kerugian pada perseroan. Tindakan Direksi dan/atau Dewan
Komisaris yang dapat merugikan pemegang saham minoritas adalah tindakan
yang melanggar fiduciary duty dan business judgement rule.
4.5.1.1. Fiduciary Duty Fiduciary duties are not special duties;; they have no moral footing;;
they are the same of sort obligations, derived and enforced in the same way as
other contractual undertakings.198 Berdasarkan pengertian diatas maka fiduciary
duty adalah suatu tugas biasa yang tidak terikat oleh kewajiban-kewajiban moral
yang mengatur mengenai kewajiban-kewajiban yang dapat dilaksanakan dan
dipaksakan sesuai dengan kontrak yang mendasarinya. Apabila dikaitkan dengan
hukum perusahaan, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus
bertitik tolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya
berdasarkan tiga prinsip, yaitu: kepercayaan yang diberikan oleh perseroan
kepadanya (fiduciary duty), prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta
kehati-hatian tindakan Direksi (duty of skill and care) dan tugas-tugas yang
berdasarkan ketentuan undang-undang (statutory duties). 199 Oleh sebab itu,
Direksi diwajibkan untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan itikad baik
untuk kepentingan perseroan.
198 Journal of Law and Economics, Vol. 36 No. 1, Part 2, John M. Collin Centennial Conference in Law and Economics at The University of Chicago, 1993, hlm. 427., < http://www.jstor.org/stable/725483>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.17 WIB.
199 Dhaniswara K Harjano, op.cit., hlm. 331.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
122
Dalam hukum Amerika, para anggota Direksi dalam suatu perusahaan
memiliki dua tugas terpenting (fiduciary duty) dalam mengelola dan menjalankan
perusahaannya, antara lain:
1. Duty of Loyalty
Konsep duty of loyalty ini diartikan sebagai:
company should act in the interest of the company, and not in their own interests. The easiest way to comply with this duty is to engaged in transaction t 200
Konsep duty of loyalty ini menyatakan bahwa setiap anggota Direksi
dalam melaksanakan tugasnya harus mengedepankan kepentingan anggota
perusahaan daripada kepentingan pribadinya sebagai seorang anggota
Direksi sehingga memperkecil terjadinya conflict of interest. Oleh karena
itu setiap anggota Direksi harus bersifat mandiri sehingga dalam membuat
keputusan tidak terjadi conflict of interest yang nantinya dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2. Duty of Care Duty of care adalah suatu konsep yang menggambarkan hal berikut:
no conflict of interest. The duty of care is the duty to pay attention and try to make a good decision. They do not to make sensible decision. They only shown up, pay attention and make a decision that is
201
Dengan memegang prinsip duty of care (prinsip kehati-hatian), setiap
anggota Direksi pasti akan membuat suatu keputusan yang baik dan
200 http://www.oecd.org/dataoecd/50/53/1872746.pdf>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.25 WIB.
201 Ibid.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
123
terlepas dari conflict of interest. Pembuatan keputusan yang bebas dari
conflict of interest disebut juga dengan business judgement rule.202
Dalam konsep sistem hukum common law, fiduciary duty diartikan
sebagai suatu tugas dari seorang trustee yang terbit dari suatu hubungan hukum
antara trustee tersebut dengan pihak principal yang disebut dengan beneficiary.203
Beneficiary ini memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee sementara
pihak trustee memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.
Berdasarkan hal tersebut, maka Direksi dalam hal ini memiliki dua tugas utama
dalam korporasi yaitu pengurusan dan perwakilan. 204 Prinsip fiduciary duty
berlaku bagi Direksi yang menjalankan tugasnya untuk mengurus perusahaan.
Dalam menjalankan kedua tugasnya tersebut, Direksi dapat melakukan peran
sebagai wali (as trustee) dan sebagai agen (as an agent) dari sebuah korproasi.
4.5.1.2. Business Judgement Rule Dalam diartikan
sebagai:
Rule immunizes management from liability in corporate transaction undertaken within power of corporation and authority of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with duty of 205
Berdasarkan pengertian diatas maka business judgement rule juga dimaksudkan
untuk melindungi kepentingan anggota Direksi dari pertanggungjawaban
diambilnya keputusan usaha tertentu yang mengakibatkan kerugian bagi
perseroan. Business judgment rule membuat para anggota Direksi tidak dapat
diganggu gugat atau ditolak oleh pengadilan atau oleh pemegang saham. Para 202 Ibid.
203 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 51.
204 Ibid., hlm. 52.
205 Henry Campbell Black, , (St. Paul Minnesota, USA: West Publishing Co, 1979), hlm. 200.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
124
anggota Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang
timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis oleh anggota Direksi
yang bersangkutan sekalipun pertimbangan tersebut keliru. Business judgment
rule adalah:
presumption that in making a business decision, the directors of corporation acted on an informed basis in good faith and in a honest belief that the action was taken in the best interest of the compa 206
Perlindungan business judgment rule dikatakan tidak berlaku bagi anggota Direksi
perseroan jika dalam transaksi bisnis yang dilakukan oleh Direksi diketahui
bahwa Direksi tersebut telah berupaya mengedepankan kepentingan pribadinya
atau telah terdorong untuk membuat syarat-syarat transaksi yang dilakukan demi
kepentingan pribadinya.
4.5.2. Pre-emptive right Pre-emptive right merupakan hak untuk ditawarkan terlebih dahulu
sejumlah saham yang seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi yang
sama. Penawaran harga saham yang ditawarkan kepada pemegang saham
minoritas harus sama dengan harga saham yang ditawarkan kepada pihak lain.
Dalam perusahaan terbuka pre-emptive right ini diatur dalam ketentuan Pasal 82
ayat 2 UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam No.IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu atau biasa dikenal dengan HMETD atau right issue. Berdasarkan
Pasal 82 UU/8/1995, Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik
untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen atau
pemegang saham minoritas apabila Emiten atau Perusahaan Publik tersebut
melakukan transaksi dimana berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi
Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama atau pemegang saham mayoritas
Emiten atau Perusahaan Publik yang dimaksud. Sementara dalam Peraturan
Bapepam No.IX.D.1, HMETD adalah hak yang melekat pada saham yang
206 Hukum Bisnis (Volume 14, Juli 2001), hlm. 99.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
125
memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru,
termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut wajib dapat dialihkan.
4.5.3. Hak Derivatif Hak Derivatif adalah kewenangan pemegang saham minoritas untuk
menggugat Direksi atau Dewan Komisaris dengan mengatasnamakan PT melalui
Pengadilan Negeri. Gugatan yang diajukan pemegang saham minoritas adalah
semata-mata demi kepentingan PT. (Pasal 97 ayat 6 jo. Pasal 114 ayat 6
UU/40/2007). Gugatan atas nama PT yang bukan atas nama pribadi, tentunya
membawa sejumlah implikasi atau masalah karena dalam penuntutan oleh
pemegang saham minoritas, biaya terlebih dahulu dikeluarkan oleh pemegang
saham minoritas. Namun apabila perkara tersebut akhirnya dimenangkan oleh
pemegang saham minoritas, maka hasilnya menjadi milik PT sehingga pada saat
perkaranya menang, barulah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam perkara tersebut
diperhitungkan dan dibayar oleh PT kepada pemegang saham minoritas.207
Selain itu hak derivatif yang dimiliki pemegang saham minoritas
adalah hak untuk meminta diselenggarakannya RUPS atas nama PT. Pemegang
saham minoritas juga berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Hak suara yang terkadung dalam
klasifikasi saham dengan jenis yang sama ini memberikan hak yang sama juga
kepada pemegangnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 85 UU/40/2007.
4.5.4. Hak Pemeriksaan Hak pemeriksaan merupakan hak pemegang saham minoritas untuk
dapat mengajukan permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa
perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga atau anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau
207 Misahardi Wilamarta, op.cit., hlm. 312.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
126
pihak ketiga sesuai dengan ketentuan Pasal 138 ayat (1), (2), (3) UU/40/2007.
Pada dasarnya pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dilakukan oleh
Dewan Komisaris. Akan tetapi pada praktiknya baik Direksi maupun Dewan
Komisaris melakukan kesalahan atau kelalaian yang mengakibatkan kerugian
pada PT sehingga pemegang saham minoritas dalam hal ini dapat mengajukan
permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan dengan dugaan bahwa perseroan
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau
pihak ketiga.
4.6. Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Hak Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo
Suatu perusahaan yang telah melakukan relisting tentunya dapat
melakukan perdagangan saham di Bursa. Sebagai suatu perusahaan yang sudah
kembali tercatat di Bursa, pihak managemen PT JASS, PT BUKK dan PT
Apexindo harus dapat memberi insentif kepada investor untuk dapat berinvestasi
dengan memilih saham pada perusahaan-perusahaannya. Sebagai perusahaan yang
sudah relisting maka PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo memiliki
kemampuan untuk berkompetisi dengan perusahaan lain atas produk efek (saham)
yang diperdagangkan di Bursa. Perdagangan saham di Bursa memiliki
kemampuan untuk meningkatkan modal perusahaan sehingga pihak managemen
harus dapat meningkatkan harga saham yang diperdagangkan tersebut dan
membuat saham-sahamnya menjadi likuid. Akibat dilakukannya relisting, PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo selaku perusahaan tercatat harus
memperhatikan perlindungan hukum bagi para pemegang saham baik pemegang
saham mayoritas ataupun minoritas dan juga stakeholder. Dengan adanya
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, sebagai contoh, dapat
mencegah recapitalizations (penambahan modal kembali) dan cost-saving mergers (penyimpanan dana penggabungan perusahaan) atau tindakan korporasi
lainnya yang dapat menghalangi perlindungan hukum terhadap pemegang
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
127
saham. 208 Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai perlindungan
pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo setelah
ketiga perusahaan tersebut melakukan relisting.
4.6.1. Hak Pemegang Saham Minoritas Untuk Memperdagangkan Sahamnya di Bursa dan Membeli Saham Baru
Dengan status PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo yang telah
melakukan pencatatan kembali sahamnya di Bursa maka dampak yang
ditimbulkan kepada pemegang saham minoritas salah satunya adalah hak untuk
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperdagangkan sahamnya di
Bursa. Pemegang saham minoritas disini juga berperan sebagai investor sehingga
dapat menjual saham yang dimilikinya untuk mendapatkan dana atau untuk
membeli saham dalam rangka berinvestasi. Dengan dilakukannya relisting
tentunya memberikan likuiditas atas saham-saham yang dikeluarkan oleh PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo tersebut sehingga perusahaan dapat kembali
terlihat baik, bonafit dan dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
4.6.2. Hak Suara Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholder Voting Rights)
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa
hak suara atau hak pilih yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas di
Indonesia adalah satu saham satu hak suara. Hal ini sejalan dengan hak suara
pemegang saham minoritas di Amerika yang telah ditetapkan New York Stock
Exchange bahwa untuk Perusahaan Terbuka baik yang tercatat atau tidak tercatat
di Bursa Efek, hak suara yang dimiliki adalah satu saham satu hak suara (one share, one vote requirement).209 Adapun ketentuan dalam Rule 19 c 4 SEC Act,
208 the The Journal of Legal Studies, Vol. 6, No. 2, (Jun, 1977), hlm. 281, <
http://www.jstor.org/stable/723990 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.19 WIB.
209 -4 and Colombia Law Review, Vol. 89, No. 5, (June, 1989), hlm. 982 <
http://www.jstor.org/stable/1122934 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 13.22 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
128
bahwa terhadap perusahaan yang sudah merupakan Perusahaan Publik tidak boleh
membatasi atau menghilangkan hak suara terhadap pemegang saham yang
memiliki saham yang tidak lebih dari jumlah saham tertentu, sebagai contoh 10%
saham keseluruhan.210
Perusahaan Terbuka seperti PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo,
hak suara pemegang saham minoritas inipun dilindungi oleh undang-undang.
Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tidak ditentukan secara eksplisit
mengenai hak suara pemegang saham pada Perusahaan Terbuka sehingga
mengenai ketentuan hak suara pemegang saham minoritas mengacu pada
ketentuan UU/40/2007. Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas
ini ditentukan dalam Pasal 52 ayat 1 huruf (a) jo. Pasal 52 ayat (4) jo Pasal 85
UU/40/2007 dimana pemegang saham minoritas berhak untuk mengeluarkan
suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya dan saham tersebut tidak
dapat dibagi-bagi.
Perlindugan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam PT
JASS, PT BUKK dan PT Apexindo ini juga dilindungi dalam Peraturan BEJ No.
I-I ketika suatu Perusahaan Terbuka hendak melakukan relisting maka
perusahaan-perusahaan tersebut harus memiliki sejumlah pemegang saham
tertentu. PT JASS dan PT BUKK merupakan Perusahaan Terbuka yang semula
tercatat di Papan Pengembangan, dalam hal PT JASS dan PT BUKK hendak
melakukan relisting di Papan Pengembangan maka berdasarkan Angka IV.3.6
Peraturan BEJ No. I-I, PT JASS dan PT BUKK harus memiliki sejumlah
pemegang saham minoritas dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan
relisting sekurang-kurangnya adalah 50.000.000 (lima puluh juta) saham atau
sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima persen) dari modal disetor. Sementara
untuk PT Apexindo yang sebelumnya sahamnya tercatat di Papan Utama, ketika
PT Apexindo hendak melakukan relisting di Papan Utama maka berdasarkan
ketentuan Angka IV.2.5 Peraturan BEJ No. I-I, PT Apexindo harus memiliki
sejumlah pemegang saham minoritas dalam periode lima Hari Bursa sebelum
210 Ibid., hlm. 984-985. diluting the voting rights of existing shareholders by any of several enumerated devices: (a)
n more than some
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
129
permohonan relisting sekurang-kurangya adalah 100.000.000 (seratus juta) saham
atau sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima persen) dari modal disetor.
Dengan adanya ketentuan persyaratan mengenai jumlah pemegang saham
minoritas dalam suatu Perusahaan Terbuka maka tentunya terdapat hak-hak suara
atas saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT
BUKK dan PT Apexindo yang hendak melakukan relisting.
Pelaksanaan RUPS terdiri dari RUPS tahunan dan RUPS lainnya,
dimana penyelenggaraan RUPS ini dapat diajukan oleh pemegang saham
minoritas atas permintaan satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-
sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih
kecil. 211 Dalam rangka keseragaman informasi mengenai rencana atau
pelaksanaan RUPS, Perusahaan Terbuka wajib memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. RUPS hendaknya direncanakan dengan matang dalam menentukan tempat, waktu, penyelenggaraan, prosedur serta agenda rapat, sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan;
2. Dalam pelaksanaannya, sedapat mungkin menghindari adanya perubahan-perubahan tempat, waktu, dan agenda rapat yang dapat membingungkan para pemegang saham;
3. Sebelum rencana rapat diumumkan, perusahaan wajib menyampaikan terlebih dahulu agenda rapat tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-lambatnya tujuh hari sebelum pemberitahuan;
4. Perusahaan wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya dua hari kerja setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam dua surat kabar berbahasa Indonesia, salah satunya berperedaran nasional;
5. Perusahaan menengah atau kecil wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya dua hari kerja setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam satu surat kabar harian berbahasa Indonesia.212
211 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 79 ayat 2 huruf (a).
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
130
4.6.3. Hak Untuk Mendapatkan Dividen Dividen dibagikan kepada seluruh pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas di dalamnya dari seluruh laba bersih 213 setelah
dikurangi penyisihan untuk cadangan. Dividen tersebut hanya boleh dibagikan
apabila perseroan mempunya saldo laba yang positif. 214 Pemegang saham
minoritas seringkali diperlakukan dengan itikad tidak baik (bad faith) oleh Direksi
perihal pembagian dividen akan tetapi apabila pemegang saham minoritas
memiliki bukti bahwa pemegang saham minoritas diperlakukan dengan itikad
tidak baik maka pemegang minoritas dapat menggugat Direksi dengan dasar
gugatan adanya itikad tidak baik. 215 Dengan demikian maka dapat dikatakan
bahwa pemegang saham minoritas PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo
memiliki hak untuk mendapatkan dividen sesuai dengan besarnya saham yang
dimilikinya. Apabila hak pemegang saham minoritas untuk mendapatkan dividen
ini dilanggar atau dibatasi oleh Direksi maka pemegang saham minoritas PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo dapat mengajukan gugatan kepada Direksi
Perusahaan-perusahaan Terbuka tersebut.
4.6.4. Hak Derivatif Pemegang saham minoritas dalam Perusahaan Terbuka, PT JASS, PT
BUKK dan PT Apexindo dapat mengajukan gugatan kepada perseroan dalam hal
atas tindakan yang dilakukan Direksi dan/atau Dewan Komisaris merugikan
kepentingan pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT
Apexindo. Selain itu, pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan
212 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996.
213 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit.,
214 Ibid., penjelasan pdalam tahun buku berjalan yang telah menutup akumulasi kerugian perseroan dari tahun buku sebelumnya.
215 Duke Bar Journal Vol. 2, No. 2, (Spring, 1952), hlm. 123, <http://www.jstor.org/stable/1370858>, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 15.10 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
131
PT Apexindo juga dapat mengajukan gugatan atas nama Perseroan Terbuka
kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris dalam hal Direksi dan/atau Dewan
Komisaris melakukan tindakan yang merugikan kepentingan perseroan.
4.6.5. Pre-emptive Right Dalam perusahaan terbuka pre-emptive right ini diatur dalam
ketentuan Pasal 82 ayat 2 UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam No.IX.D.1 tentang
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau biasa dikenal dengan HMETD atau
right issue. Berdasarkan Pasal 82 UU/8/1995, Bapepam dapat mewajibkan Emiten
atau Perusahaan Publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang
saham independen atau pemegang saham minoritas apabila Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut melakukan transaksi dimana berbenturan dengan
kepentingan ekonomis pribadi Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama
atau Pemegang Saham Mayoritas Emiten atau Perusahaan Publik yang dimaksud.
Sementara dalam Peraturan Bapepam No.IX.D.1, HMETD adalah hak yang
melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk
membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi
saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut
wajib dapat dialihkan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam hal pelaksanaan
relisting PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo yang dilakukan dengan
menggunakan mekanisme right issue merupakan salah satu bentuk upaya
pemenuhan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas yang
terdapat dalam PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo.
4.6.6. Monitoring and Supervising Rights Pemegang saham minoritas dalam suatu Perusahaan Terbuka,
termasuk juga Perusahaan Tercatat dapat juga melakukan pengawasan guna
meningkatkan pendapatan perusahaan atau meningkatkan kinerja managemen.216
216 Managerial and Decision Economics, Vol. 15, No. 4, Special Issue: Aspects of Corporate Governance, (July-
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
132
Hak pemeriksaan yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas PT JASS, PT
BUKK dan PT Apexindo dalam hal ini adalah hak untuk melakukan pemeriksaan
dalam hal adanya dugaan bahwa:
1. Perusahaan Terbuka tersebut telah melakukan suatu perbuatan
melawan hukum yang dapat mengakibatkan kerugian pada perseroan
dan tentunya kerugian pada pemegang saham minoritas itu sendiri.
2. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham
atau pihak ketiga.
Berdasarkan hal tersebut diatas, pemegang saham minoritas dapat mengajukan
permohonan secara tertulis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Perusahaan Terbuka tersebut, daerah
kedudukan PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo.
4.6.7. Hak Berpartisipasi Dalam Penawaran Tender (Equal Participation on Tender Offer)
Sebagai suatu Perusahaan Terbuka yang sudah kembali mencatatkan
sahamnya di bursa efek, PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo tunduk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Perusahaan Terbuka sehingga
segala aspek kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan Terbuka tersebut
memperhatikan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas.
Sebagai contoh apabila ketika PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo telah
melakukan relisting dan pihak perusahaan-perusahaan tersebut hendak melakukan
penawaran tender maka PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo harus
memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dalam hal persamaan
kesempatan yang diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk melakukan
penawaran tender atas saham yang dimilikinya.217 Dengan demikian pemegang
saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo berhak untuk August, 1994), hlm. 292, < http://www.jstor.org/stable/2487716 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.35 WIB.
217 Anupan Chander, op.cit., hlm 148. equal opportunity to
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
133
berpartisipasi dalam rangka penawaran tender yang akan dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut.
4.6.8. Hak Untuk Mendapat Keterbukaan Informasi yang Harus Diumumkan Kepada Publik
Pemegang saham minoritas PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo
memiliki hak untuk mendapatkan akses informasi mengenai perusahaan-
perusahaan mereka secara jelas. Oleh sebab itu sebagai suatu Perusahaan Terbuka,
dalam hal ini ketika PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo menjadi Perusahaan
Tercatat tentunya berkewajiban untuk melakukan keterbukaan informasi yang
harus diumumkan kepada publik yang mana informasi atau fakta material tersebut
dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal. Berdasarkan
Peraturan Bapepam No.X.K.1, informasi atau fakta material tersebut terdiri dari:
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan;
2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;
3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat
utang;
8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
material jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material;
10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau Direksi dan
Komisaris perusahaan;
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain;
13. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan;
14. Penggantian Wali Amanat;
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
134
4.6.9. Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Untuk Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan
Berdasarkan ketentuan Angka 1 huruf e Peraturan Bapepam
No.IX.E.1, benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan
perusahaan tersebut. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan wajib
terlebih dahulu disetujui oleh pemegang saham independen atau pemegang saham
minoritas atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam RUPS
sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Persetujuan tersebut harus ditegaskan
dalam bentuk akta notariil. Pengumuman mengenai RUPS untuk menyetujui suatu
transaksi yang mengandung benturan kepentingan, harus meliputi informasi
sebagai berikut:
1. Uraian mengenai transaksi paling kurang meliputi obyek transaksi yang bersangkutan, nilai transaksi yang bersangkutan, nama pihak-pihak yang mengadakan transaksi dan hubungan mereka dengan Perusahaan yang bersangkutan dan sifat dari benturan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi tersebut.
2. Ringkasan laporan penilai, paling kurang meliputi informasi: identitas pihak, obyek penilaian, tujuan penilaian, asumsi, pendekatan dan metode penilaian, kesimpulan nilai dan pendapat kewajaran atas transaksi.
3. Keterangan tentang RUPS selanjutnya yang direncanakan akan diselenggarakan jika kuorum kehadiran pemegang saham independen (pemegang saham minoritas) yang disyaratkan tidak diperoleh dalam rapat pertama, pernyataan tentang persyaratan pemberian suara dalam rencana transaksi tersebut dan pemberian suara setuju yang disyaratkan dalam setiap rapat.
4. Penjelasan, pertimbangan, dan alasan dilakukannya transaksi tersebut, dibandingkan dengan apabila dilakukan transaksi lain yang sejenis yang tidak mengandung benturan kepentingan.
5. Rencana perusahaan, data perusahaan dan informasi lainnya. 6. Pernyataan Dewan Komisaris dan Direksi yang menyatakan bahwa
semua informasi materil telah diungkapkan dan informasi tersebut tidak menyesatkan.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
135
7. Ringkasan laporan tenaga ahli atau konsultan independen, jika dianggap perlu oleh Bapepam-LK.218
Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam hal ini pemegang saham minoritas PT
JASS, PT BUKK dan PT Apexindo wajib memberikan persetujuannya dalam
RUPS perihal adanya transaksi benturan kepentingan yang akan dilakukan PT
JASS, PT BUKK dan PT Apexindo.
4.6.10. Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Mengenai Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha
Berdasarkan ketentuan Angka 1 huruf a (2) Peraturan Bapepam
No.IX.E.2, transaksi material adalah setiap:
1. Penyertaan dalam badan usaha, proyek dan/atau kegiatan usaha tertentu;
2. Pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar aset atau segmen usaha;
3. Sewa menyewa aset;
4. Pinjam meminjam dana;
5. Menjaminkan aset; dan/atau
6. Memberikan jaminan perusahaan
dengan nilai 20% (dua puluh persen) atau lebih dari ekuitas perusahaan yang
dilakukan dalam satu kali atau dalam suatu rangkaian transaksi untuk suatu tujuan
atau kegiatan tertentu. Pada Perusahaan Terbuka seperti PT JASS, PT BUKK, dan
PT Apexindo yang telah melakukan relisting, perlindungan hukum terhadap
pemegang minoritas dalam rangka adanya transaksi material dan perubahan
kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo,
antara lain:
1. Pemberitahuan informasi 219 mengenai transaksi material kepada
masyarakat dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa
218 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu,
, ditetapkan di Jakarta, 25 November 2009., angka 4a.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
136
Indonesia yang berperedaran nasional dan menyampaikan dokumen
pendukungnya kepada Bapepam dan LK paling lambat dua hari kerja
setelah tanggal ditandatanganinya perjanjian transaksi material dengan
nilai transaksi 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh
persen) dari ekuitas perusahaan. Dalam hal ini pemegang saham minoritas
dapat dikatagorikan sebagai masyarakat yang wajib mendapatkan
informasi yang sama dengan pemegang saham minoritas atau masyarakat
lain mengenai transaksi material.
2. Perusahaan yang melakukan transaksi material dengan nilai transaksi lebih
dari 50% (lima puluh persen) dari ekuitas perusahaan diwajibkan untuk
memperoleh persetujuan RUPS. 220 Dalam hal ini pemegang saham
minoritas memiliki hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS perihal
transaksi material yang dilakukan oleh perusahaan. Pemegang saham
minoritas dalam transaksi material ini juga berhak mendapatkan informasi
atau data-data terkait transaksi material ini terlebih dahulu sebelum
dilaksanakannya RUPS.
219 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, , ditetapkan di Jak ngka 2 (2) peraturan
ini, informasi yang dimaksud mencakup: a) uraian mengenai transaksi material yang dilakukan, paling sedikit meliputi obyek transaksi, nilai transaksi, dan pihak-pihak yang melakukan transaksi (nama, alamat, telepon, faksimili, pengurusan dan pengawasan); b) penjelasan, pertimbangan dan alasan dilakukannya transaksi material serta pengaruh transaksi tersebut pada kondisi keuangan perusahaan; c) ringkasan laporan penilai paling sedikit meliputi identitas pihak, obyek penilaian, tujuan penilaian, asumsi-asumsi dan kondisi pembatas, pendekatan dan metode penilaian, kesimpulan nilai, dan pendapat kewajaran atas transaksi.
220 Ibid., No.IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik dan Anggaran Dasar Perusahaan; b) Dalam agenda RUPS harus ada acara khusus mengenai penjelasan tentang transaksi material yang akan dilakukan; c) penjelasan oleh perusahaan dalam RUPS mengenai transaksi material dan seluruh informasi terkaitnya; d) mengumumkan paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional dalam waktu bersamaan dengan pengumuman RUPS dengan informasi terkait lainnya; e) dalam hal terdapat perubahan atau penambahan informasi maka penambahan informasi tersebut wajib diumumkan paling lambat dua hari kerja sebelum RUPS; f) menyediakan data tentang transaksi material bagi pemegang saham yang paling sedikit meliputi informasi-informasi terkait, laporan penilaian dan dokumen mengenai informasi; g) data mengenai transaksi material wajib tersedia bagi pemegang saham sejak pengumuman RUPS dan disampaikan kepada Bapepam-LK dalam waktu bersamaan dengan pengumuman RUPS dalam rangka persetujuan transaksi material; h) jangka waktu antara tanggal penilaian dan tanggal pelaksanaan RUPS tidak boleh melebihi enam bulan.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
137
3. Pemegang saham minoritas berhak memberikan persetujuan dalam RUPS
perihal perubahan kegiatan usaha utama yang akan dilakukan oleh PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Dalam agenda RUPS harus ada acara
khusus mengenai studi pembahasan kelayakan tentang perubahan kegiatan
usaha utama perusahaan tersebut.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
138
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang sudah dijelaskan pada
bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan antara lain:
a. Pertimbangan pertimbangan hukum dari PT JASS, PT BUKK, dan
PT Apexindo antara lain: adanya kepastian hukum untuk nilai saham
yang dimiliki ketiga perusahaan tersebut dimana nilai saham tersebut
dilihat dari adanya pergerakan permintaan dan penawaran di Bursa
Efek sehingga menambah prestise, kredibilitas, dan publisitas PT
JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo, adanya insentif pengurangan
pajak kepada Emiten yang hendak mencatatkan sahamnya lebih dari
35% dan sebagai perwujudan pertanggungjawaban terhadap pemegang
saham minoritas. Pertimbangan hukum perusahaan juga tidak lepas
dari pertimbangan - pertimbangan ekonomi antara lain: pulihnya
kondisi saham PT JASS sehingga perusahaan tersebut sudah cukup
likuid dan dapat mengikuti pergerakan perdagangan saham di Bursa
Efek secara adil, perbaikan volume transaksi dan frekuensi
perdagangan saham PT JASS, pulihnya kondisi finansial PT BUKK
dan PT Apexindo akibat telah dilakukannya restrukturisasi utang dan
pengembangan kegiatan usaha atau ekspansi bisnis.
b. Mekanisme relisting yang hendak dilakukan oleh PT JASS, PT BUKK
dan PT Apexindo adalah mekanisme relisting dengan right issue atau
HMETD, mengingat bahwa ketiga perusahaan tersebut adalah Emiten
yang harus memperbaiki kondisi finansial perusahaan dan komposisi
kepemilikan pemegang saham publik sebelum melakukan relisting.
c. Akibat hukum dari proses relisting terhadap perlindungan hak
pemegang saham minoritas antara lain munculnya hak pemegang
saham minoritas untuk memperdagangkan sahamnya di Bursa dan
membeli saham baru yang ditawarkan di Bursa dengan harga yang
wajar sesuai dengan demand and supply di Bursa. Selain itu adapun
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
139
hak pemegang saham minoritas lainnya yang harus dilindungi akibat
relisting antara lain hak: mengeluarkan suara (voting rights) dalam
RUPS, mendapatkan dividen, mengajukan gugatan kepada perusahaan
(hak derivatif), ditawarkan terlebih dahulu terhadap pembelian saham
(Pre-emptive right atau HMETD), memantau dan mengawasi jalannya
perusahaan (monitoring and supervising rights), turut berpartisipasi
secara seimbang dalam penawaran tender (equal participation on tender offer), mendapatkan keterbukaan informasi terhadap hal-hal
yang harus diumumkan kepada publik, memberikan persetujuan
mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan hak
untuk memberikan persetujuan mengenai transaksi material dan
perubahan kegiatan usaha.
5.2. Saran Berkaitan dengan pembahasan-pembahasan dalam tesis ini, maka
adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain:
1. Pertimbangan hukum perusahaan yang hendak melakukan pencatatan
kembali saham (relisting) harus disertai dengan tindakan konkrit guna
memperbaiki hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya delisting seperti
kondisi finansial atau kondisi hukum yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kelangsungan usaha perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan
tersebut sudah memiliki kondisi perusahaan yang baik maka perusahaan
tersebut harus tetap mempertimbangkan akibat perusahaan tersebut setelah
relisting karena tanpa adanya penambahan komposisi kepemilikan saham
publik akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut tidak bergerak.
2. Bursa Efek Indonesia sebaiknya mengatur secara eksplisit mengenai
mekanisme relisting sehingga untuk kedepan tidak ada kesalahan dalam
melakukan mekanisme relisting saham di Bursa. Selain itu Bursa Efek
Indonesia dapat secepatnya merealisasikan rencana pembuatan peraturan
yang berkaitan dengan penambahan komposisi kepemilikan saham publik
agar tidak menimbulkan dilusi saham dengan disertai ketentuan jumlah
saham tertentu yang akan ditawarkan ke publik (floating share). Dalam
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
140
rencana pembuatan peraturan ini sebaiknya Bursa Efek Indonesia juga
memperhatikan kepentingan para stakeholder khususnya Emiten dan
Penjamin Emisi Efek (Underwritter) terkait dengan jumlah saham yang
sudah ditawarkan ke publik tersebut tidak laku dijual.
3. Perusahaan yang hendak melakukan relisting sebaiknya lebih
memperhatikan pemenuhan hak-hak pemegang saham minoritas dalam
internal perusahaan itu sendiri. Selain itu perlindungan pemegang saham
minoritas juga dapat dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia dengan cara
merevisi peraturan pencatatan, Peraturan BEJ No. I-A. Revisi peraturan
pencatatan dan Peraturan BEJ No. I-I dengan mengubah jumlah saham
yang dicatatkan untuk meningkatkan komposisi kepemilikan saham oleh
pemegang saham minoritas. Dengan semakin ketatnya komposisi
kepemilikan pemegang saham minoritas maka akan membuat
perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas tersebut menjadi lebih
besar terutama dalam hal voting rights dan kesempatan yang sama seperti
pemegang saham mayoritas atau pengendali untuk memperdagangkan
sahamnya di Bursa dan membeli saham baru yang ditawarkan di Bursa.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
141
DAFTAR PUSTAKA
BUKU: Anwar, Jusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung:
PT Alumni, 2008. Balfas, Hamud M, Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Tatanusa, 2006. Black, Henry Campbell, , St. Paul Minnesota, USA: West
Publishing Co, 1979. Bragg, Steven M, Running A Public Company From IPO to SEC Reporting, New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2009. C.h Himawan, C.h, dkk, Filsafat Hukum Jilid I dan II, Depok: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2010. Dougal, Herbert E. dan Jack E, Gaumnits, Capital Markets and Institutions, Ed. 5,
New Jersey: Prentice-Hall, Engelewood Cliffs, 07632. Gregoriou, Greg N., Initial Public Offerings, Burlington: Butterworth-
Heinemann, 2006. Harjono, Dhaniswara K, Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas: Tinjauan
Terhadap Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia, 2008.
Harris, Freddy dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban
Pemberitahuan Oleh Direksi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Janice Dean, Directing Public Companies Company Law and Stakeholder Society,
London: Cavendish Publishing Limited, 2001. Joel Feinberg dan Hyman Gross, Law in Philosophical Perspective, California:
Wadsworth Publishing Company, ISBN 088210203X. Kelsen, Hans, Pure Theory of Law, (Translation From the Second Revised and
Enlarged German Edition by Max Knight), New Jersey: The Lawbook Exchange, LTD, 2005.
Koetin, E.A., Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di Indonesia, Jakarta: US
Agency for International Development Financial Markets Project, 1994. ___________, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992 Lay, Alexander, dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, Jakarta: The Indonesia
Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2010.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
142
Mamudji, Sri, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, 2005.
Manan, Abdul, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011. Nafik HR, Muhammad, Bursa Efek dan Invesasi Syariah, Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta, 2009. Nassarudin, M. Irsan dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2010. Purwanta, Wiji dan Hendy Fakhruddin, Mengenal Pasar Modal, Jakarta: Salemba
Empat, 2006. Price, Margaret M, Emerging Stock Markets A Complete Investment Guide to New
Markets Around The World, Singapore: Mc-Graw-Hill Book Co, 1994. Radjagukguk, Erman, Filsafat Hukum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2010. Safitri, Indra, Transparansi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal,
Jakarta: Global Book & Publication Book Division, 1998. Sitompul, Asril, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya,
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: UI-Press,
2008. Wilamarta, Misahardi, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good
Corporate Governance, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Widioatmodjo, Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal Pengetahuan
Dasar, Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika, 1996. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
143
Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.
Kementerian Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal Indonesia.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-42/PM/1997
, ditetapkan di Jakarta, 26 Desember 1997.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran, , ditetapkan di Jakarta, 30 Desember 2011.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-122-BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 29 Mei 2009.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1995
tentang Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003
tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, ditetapkan di Jakarta, 17 Juli 2003.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000
tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terkebih Dahulu,
, ditetapkan di Jakarta, 13 Maret 2000. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-412/BL/2009 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, , ditetapkan di Jakarta, 25 November 2009.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, , ditetapkan di Jakarta, 28 November 2011.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela, , ditetapkan di Jakarta, 31 Mei 2011.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
144
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham,
, ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik,
, ditetapkan di Jakarta, 14 Mei 2008. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996
tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, , ditetapkan di Jakarta, 24 Januari 1996.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 5 Juli 2011.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-432/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 1 Agustus 2012.
Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-
305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004.
Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-
308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004.
Security Exchange Commission 1934, disahkan pada 6 Juni 1934, dikodifikasikan
dalam 15 U.S.C. § 78(d), diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 11.14 WIB.
Security Exchange Commission 1934, dikodifikasikan dalam 15.U.S.C § 78(l),
Section 12(b), r tanggal 14 September 2012, pukul 15.26 WIB.
Security Exchange Commission 1934, Huruf A(1) § 240.12d2- Removal from
, diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 10.58 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
145
Security Exchange Commission, Section 13(a) Act (15 U.S.C 78 m(a)), ses pada tanggal 19 September 2012,
pukul 22.49 WIB. Security Exchange Commission, § 242.601,
Reports and Last Sale Data with Respect to Transaction in NMS (National , diakses pada tanggal 25 September, pukul 11.41
WIB. JURNAL: Art,
Proquest Journal of Corporation Law, Spring 2003, ISSN: 0360795X, < http://search.proquest.com/docview/220810571?accountid=17242>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.39 WIB.
Asia Pulse Pty Ltd, , Proquest Journal
Business and Economics, 15 Desember 2011, ISSN: 910909242, <http://search.proquest.com/docview/910909242?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.30 WIB.
Bastian, Rahmat, Proquest Journal: International Financial Law
Review, Oktober 2004, ISSN: 02636969, <http://search.proquest.com/docview/233199383?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.58 WIB.
Butz, David A,
Managerial and Decision Economics, Vol. 15, No. 4, Special Issue: Aspects of Corporate Governance, (July-August, 1994), < http://www.jstor.org/stable/2487716 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.35 WIB.
Brau,
The Journal of Finance, Vol. 61, No. 1, (February, 2006), < http://www.jstor.org/stable/3699345 >, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.52 WIB.
Chander, Anupam, The Yale Law
Journal, vol. 113, No. 1 (October, 2003), < http://www.jstor.org/stable/3657465 >, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.51 WIB.
Easterbrook, Frank H dan
Journal of Law and Economics, Vol. 36 No. 1, Part 2, John M. Collin Centennial Conference in Law and Economics at The University of
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
146
Chicago, 1993, < http://www.jstor.org/stable/725483>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.17 WIB.
Gathi, James Thuo,
National Black Law Journal, Vol. 19, No. 1 (2005/2006).
(Proquest Journal: The Financial Times Limited, 6 Oktober 2005), Proquest Document ID: 228806499, <http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/228806499?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.34 WIB.
a
Harvard Law Review: Vol. 86, No. 7 (May, 1973), < http://www.jstor.org/stable/1340067 >, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB.
Proquest Journal: Business and Economics-Banking and Finance Law-International Law, Januari 2011, ISSN: 02626969, <http://search.proquest.com/docview/819652812?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.43 WIB.
Isley, Hugh G., f The Minority Shareholder To The Corporate
Duke Bar Journal Vol. 2, No. 2, (Spring, 1952), <http://www.jstor.org/stable/1370858>, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 15.10 WIB.
Krasik, Carl, The
Business Lawyer: Vol. 25, No. 2 (January 1970), <http://www.jstor.org/stable/40685015>, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.57 WIB.
Lowenstein, Louis -4
Colombia Law Review, Vol. 89, No. 5, (June, 1989), < http://www.jstor.org/stable/1122934 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 13.22 WIB.
Nelson, Teresa,
Strategic Management Journal, Vol. 24, No. 8 (August, 2003), < http://www.jstor.org/stable/20060570>, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.18 WIB.
Proquest Journal:
Malaysian Business, 16 April 2012, ISSN: 01265504,
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
147
<http://search.proquest.com/docview/1009282086?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.34 WIB
Proquest Journal: The
Financial Times Limited, 5 September 2011, Proquest Document ID: 887624065, <http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/887624065?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.27 WIB.
Sjahdeni, Sutan Remy,
Hukum Bisnis (Volume 14, Juli 2001). Winter, Ralph K.
The Journal of Legal Studies, Vol. 6, No. 2, (Jun, 1977), < http://www.jstor.org/stable/723990 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.19 WIB.
TESIS: Wijayanti, Bangun, Perlindungan Bagi Pemegang Saham Minoritas Atas
Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan yang Dilakukan oleh Perusahaan Go Publik, <http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=88571&lokasi=lokal>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.42 WIB.
INTERNET: Black, Bernard. S.,
http://www.oecd.org/dataoecd/50/53/1872746.pdf>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.25 WIB.
Cakti, Gita Arwana, Relisting <
http://www.bisnis.com/articles/bukaka-berharap-relisting-secepatnya>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 19.55 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.18 WIB.
Relisting
<www.tempo.co/read/news/2012/09/27/088432336/Sekar-Bumi-Relisting-Lagi>, (Kamis 27 September 2012, pukul 1650), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.00 WIB.
Iman,
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/32733/Otoritas-Bursa-Dukung-
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
148
Perluasan-Insentif-Pajak>, (Rabu, 5 September 2012), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.53 WIB.
Melani, Agustina, Relisting atau
Kembali Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Mekanisme Secondary Public Offering <http://www.inilah.com/read/detail/598461/jasa-angkasa-relisting-dengan-spo/,> (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14/46 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.39 WIB.
___________ Relisting
< http://idsaham.com/news-saham-Saham-Apexindo-akan-Relisting-di-BEI--Inilahcom-222151.html>, (18 September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.10 WIB.
Relisting
<http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/18738>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14.46 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.54 WIB.
Nerisa, Arianto Tri Wibowo, Delisting
<bisnis.news.viva.co.id/news/read/25252-bei_imbau_apexindo_untuk_delisting>, (Rabu, 28 Januari 2009, pukul 13.42 WIB), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.05 WIB.
___________ Chain Listing Diperteg
<bisnis.news.viva.co.id/news/read/58050-aturan_chain_listing_dipertegas>, (Jumat 15 Mei 2009, pukul 10.32 WIB), diakses pada tanggal 12 Januari 2012 pukul 16.20 WIB.
ws Chain Listing
<www.thejakartaglobe.com/business/idx-review-chain-listing-regulations/308755>, (27 Februari 2009), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 18.00 WIB
<m.antaranews.com/berita/269999/penambahan-jumlah-saham-disambut-positif-emiten>, (Rabu, 3 Agustus 2011, pukul 15.45 WIB), diakses pada tangal 12 Januari 2012, pukul 17.00 WIB.
Prayogi, Whery Enggo,
http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/17252>, (Selasa 8 Juni 2012, pukul 14.18 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.54 WIB.
___________, Relisitng Triwulan IV-
<http://finance.detik.com/read/2010/06/14/153404/1377949/6/lepas-10-
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
149
saham-jasa-angkasa-relisting-triwulan-iv-2010>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 15.34 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.12 WIB.
Tambunan, Fred B.G, Pandangan Yuridis Tentang PT dan Organ-
<http://hukumonline.com/berita/baca/hol3788/pandangan-yuridis-tentang-pt-dan-organorgannya>, diakses pada tanggal 3 November 2012, pukul 20.24 WIB.
<www.thejakartaglobe.com/business/apexindo-suspends-stock-may-delist/306014>, (28 Januari 2009), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 17.15 WIB.
Yani, Irma, Relisting
http://investasi.kontan.co.id/news/bukaka-ajukan-relisting-ke-bei>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 17.02 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.35 WIB.
<http://financial-
dictionary.thefreedictionary.com/Secondary+Public+Offering>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.23 WIB.
http://www.davemanuel.com/investor-dictionary/secondary-offering/>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.34 WIB.
< http://www.businessfinance.com/secondary-
public-offering.htm>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.53 WIB.
<http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Tender+Offer>,
Tender <http://www.investopedia.com/terms/d/delisting.asp#axzz26P0o8gR2>,
9.17 WIB. <http://www.investopedia.com/terms/r/relisted.asp#axzz27IxxfAI6>,
<http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/tender+offer>,
<http://www.corporate-actions.net/Tender-Offer.html>,
. <http://ptjas.co.id/about-us/history/>,
diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 19.58 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
150
<http://ptjas.co.id/non-airlines/>, -
3 September 2012, pukul 20.02 WIB. <http://economy.okezone.com/read/2009/11/30/278/280270/bei-sudah-peringati-
7-emiten-delisting>, DelistingNovember 2009, pukul 13.36 WIB), diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 22.07 WIB.
<http://finance.detik.com/read/2010/07/08/125633/1395451/6/bahana-incar-
obligasi-jasa-marga-dan-relisting-jasa-angkasa,> Jasa Marga dan Relisting 2012, pukul 22.51 WIB.
<http://www.bukaka.com/about/unitusaha.php>,
<http://regional.kompas.com/read/2009/11/30/1514317/bei.hapus.tujuh.saham.eks
.bursa.surabaya>, 30 November 2009, pukul 15.14 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.54 WIB.
<http://www.investor.co.id/home/bukaka-diharapkan-tambah-jumlah-saham-jika-
relisting/27238>, m Jika RelistingSeptember 2012, pukul 12.17 WIB.
<http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/03/emiten-bei-bukaka-berniat-
relisting/>, Relisting2012, diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 12.23 WIB.
<http://www.apexindo.com/>,
<http://finance.detik.com/read/2009/04/02/165717/1109281/6/persetujuan-
delisting-apexindo-keluar-pekan-depan> Delisting Apexindo
2012, pukul 21.02 WIB. <http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/42742-
delisting_apexindo_tidak_akan_dikaji_ulang>, Delisting Apexindo Tidak kul 07.26), diakses pada
tanggal 12 September 2012, pukul 21.09 WIB. <http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/09/03/06/35607-
pemegang-saham-apexindo-setujui-rencana-delisting>, Apexindo Setujui Rencana Delistingdiakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.19 WIB.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
151
<http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1775559/saham-apexindo-akan-
relisting-di-bei>, Relisting ul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 21.51 WIB.
<http://investasi.kontan.co.id/news/tuscany-siapkan-tiga-opsi-bayar-utang-pada-
kreditur,> (Jumat, 9 Desember 2011, 08.05 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.57 WIB.
Bapepam-
<www.bapepam.go.id/old/old/.../BAB%20IIa.pdf> , diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 15.11 WIB.
WAWANCARA: Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek
Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek
Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Putu Chandrawati, (Bagian Penilaian Perusahaan Pabrikan Bapepam-LK), site
visit interview, 3 Oktober 2012. Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2
Oktober 2012, pukul 10.30 WIB. Call Center Bursa Efek Indonesia PENGUMUMAN: Pengumuman Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT Apexindo Pratama
Duta Tbk (Tercatat di Papan: Utama) No.Peng-004/BEI.PSR/SPT/03-2009. Pengumuman PT Kustodian Sentral Efek (KSEI) Nomor: KSEI-11302/JKS/0512
perihal Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PT Bukaka Teknik Utama, Tbk, tanggal 22 Mei 2012.
Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013