165
UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELI STI NG ) SAHAM DI BURSA EFEK INDONESI A STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk, DAN PT APEXINDO PRATAMA DUTA Tbk TESIS MAULIDYA NURHARLIMA SIREGAR 1106031495 FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM JAKARTA JANUARI 2013 Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

  • Upload
    doanh

  • View
    224

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

TINJAUAN HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk, DAN PT APEXINDO

PRATAMA DUTA Tbk

TESIS

MAULIDYA NURHARLIMA SIREGAR 1106031495

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM JAKARTA

JANUARI 2013

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

TINJAUAN HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk, DAN PT APEXINDO

PRATAMA DUTA Tbk

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Hukum

MAULIDYA NURHARLIMA SIREGAR

1106031495

FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM

KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI JAKARTA

JANUARI 2013

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

iv

KATA PENGANTAR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perusahaan-perusahaan

tercatat yang sudah dihapuskan pencatatan sahamnya di Bursa untuk melakukan

pencatatan kembali (relisting) sahamnya di Bursa. Dari perusahaan-perusahaan

yang dihapuskan pencatatan sahamnya, penelitian ini melakukan obyek penelitian

pada tiga perusahaan antara lain: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk ( ),

PT Bukaka Teknik Utama Tbk ( ), PT Apexindo Pratama Duta Tbk

( ). Alasan dipilihnya ketiga perusahaan ini karena ketiga

perusahaan ini telah melakukan delisting pada waktu yang bersamaan yakni pada

tahun 2009 dan dalam waktu yang singkat ketiga perusahaan tersebut hendak

melakukan relisting di Bursa. Melihat pada status dari ketiga perusahaan tersebut

membuat pilihan mekanisme untuk melakukan relisting berbeda-beda dimana

mekanisme untuk melakukan relisting tidak diatur dalam Peraturan BEJ No. I-I

sehingga menimbulkan ketidakjelasan, ketidakseragaman dan kepastian hukum

yang terjadi di kalangan pelaku usaha khususnya Emiten yang hendak melakukan

relisting. Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban

mengenai mekanisme hukum yang paling tepat dilakukan oleh perusahaan yang

hendak melakukan relisting dikaitkan dengan pertimbangan hukum masing-

masing perusahaan dan untuk melihat juga akibat yang timbul apabila dilakukan

relisting terhadap pemegang saham minoritas dari perusahaan-perusahaan sebagai

bentuk pertanggungjawaban dari perusahaan terhadap pemegang sahamnya.

Penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

dan kesempurnaan tesis ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Dalam hal ini Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan waktu dan dana

maka penelitian ini jauh dari rasa memuaskan.

Alhamdulillah saya haturkan kepada Allah SWT atas limpahan berkat

dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Saya menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan

sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

tesis ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

v

1. Orang tua Penulis yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun

material serta doa yang tiada henti-hentinya selama masa persiapan tesis

hingga menempuh sidang tesis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan baik dan tepat pada waktunya.

2. Bapak Arman Nefi S.H.M.M, sebagai pembimbing tesis penulis yang selalu

membantu dan membimbing penulis serta selalu memberikan saran, kritik

dan masukan kepada penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan baik dan tepat pada waktunya.

3. Ibu Dr. Tri Hayati S.H., M.H dan Bapak Akhmad Budi Cahyono S.H., M.H,

selaku penguji untuk saran, kritik, dan waktunya untuk menguji tesis penulis.

4. Prof. DR. Rosa Agustina, S.H., M.H selaku Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibu Dr. Nurul Tri Hayati S.H., M.H

dan Bapak Heru Susetyo S.H., LL.M., M.Si sebagai jajaran Sekretariat

Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

5. Para dosen pengajar yang mengajar penulis semasa perkuliahan dan para staf

biro pendidikan lainnya, staf di perpustakaan, Pak Watijan, Pak Ari, Alm. Pak

Udin dan seluruh staf lainnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang

namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua ilmu,

bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada Penulis selama Penulis

menempuh masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

6. Keluarga Penulis sekalian, yakni Keluarga Bapak-Ibu Yusuf Siregar, keluarga

Bapak-Ibu Rapotan Siregar dan keluarga Bapak-Ibu Arjunadi Karnajaya serta

seluruh keluarga besar lainnya yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu

per satu, terima kasih atas dukungan moril dan semangat yang tak henti-

hentinya diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan baik.

7. Saudara-saudara Sepupu Penulis yakni Nurvita K Siregar, Vika Nurina, Vano

Siregar, Niti Agung Firmansyah, Dhea Gita Ardhana, Dwinanda Gita Safitri

dan para saudara-saudara sepupu lainnya yang namanya tidak bisa disebutkan

satu per satu yang telah memberikan dukungan moril, semangat, masukan

kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan tesisnya dengan baik.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

vi

8. Para narasumber baik yang bersedia dicantumkan namanya atau tidak

bersedia dicantumkan namanya, terima kasih banyak atas diskusi, informasi

yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dengan baik dan tepat waktu.

9. Sahabat terdekat penulis Tifanny Natalia Hakim, Lulu Latifa, Puri Paskatya

Yap, Mutiara Suseno, Tesalonika Barus, Irene Elfrida, Sheila Ramadhani

Alam, Anggia Kandhi, Adhika Paramartha Sajjana Wiyoso, Yahdi

Salampessy, Ammar Gill, Fahrurozi Muhammad, Omar Syarief Smith atas

dukungan moril, semangat, saran, kritik dan persahabatan yang selama ini

diberikan kepada penulis.

10. Sahabat penulis lainnya Winda Limengka, Nova Pudjianti, Michael Brata,

dan seluruh teman-teman Batch 8 di Lubis Ganie Surowidjojo Lawfirm,

terima kasih atas dukungan, semangat, persahabatan yang tak henti-hentinya

diberikan kepada penulis.

11. Seluruh teman-teman MHUI Kelas Ekonomi Reguler angkatan 2011, Adi

Sulistyo, Didy Supriadi, Fara Nita, Pirhot Nababan dan teman-teman lainnya

yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat,

dukungan dan pertemanan yang sudah tercipta selama ini dan senantiasa akan

ada.

12. Semua pihak lainnya yang telah membantu dan mendukung penulis selama

penulisan tesis, sidang yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima

kasih banyak atas bantuan dan dukungannya selama ini.

Jakarta, 21 Januari 2013

Penulis

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

viii

ABSTRAK

Nama : Maulidya Nurharlima Siregar

Program Studi : Ilmu Hukum Ekonomi (Magister Reguler)

Judul : Tinjauan Hukum Terhadap Mekanisme Pencatatan Kembali

(Relisting) Saham di Bursa Efek Indonesia Studi Pada: PT Jasa

Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, dan PT

Apexindo Pratama Duta Tbk.

Penulisan ini membahas mengenai mekanisme pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa yang dikaitkan dengan pertimbangan hukum yang mendasari perusahaan untuk melakukan relisting. Mekanisme pencatatan kembali saham di Bursa ini tidak diatur secara eksplisit dalam Peraturan BEJ No. I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Berkaitan dengan mekanisme pencatatan kembali saham ini harus dikaitkan dengan alasan perusahaan dihapus pencatatan sahamnya di Bursa. Sebagai konsekuensi dari pencatatan kembali saham di Bursa tentunya memberikan akibat hukum terhadap pemegang saham minoritas dari perusahaan-perusahaan yang melakukan relisting. Penulisan tesis ini menekankan studi pada tiga perusahaan yakni: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk, dengan alasan bahwa ketiga perusahaan tersebut sudah delisting sejak tahun 2009 dengan alasan yang berbeda sehingga mengakibatkan dipilihnya mekanisme relisting yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian doktrinal dengan melakukan pendekatan perbandingan (comparative approach) atas tindakan hukum yang akan diambil oleh perusahaan-perusahaan yang hendak mengajukan permohonan relisting. Pendekatan perbandingan ini juga membandingkan proses dan mekanisme delisting dan relisting di Indonesia dan di Amerika Serikat sebagai suatu landasan teori.

Kata Kunci:

Relisting; delisting, pencatatan saham kembali, akibat hukum pemegang saham

minoritas.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

ix

ABSTRACT

Name : Maulidya Nurharlima Siregar

Study Program : Business Law (Master Degree)

Title : Legal Review on Relisting Share Mechanism in Indonesia

Stock Exchange Study on: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT

Bukaka Teknik Utama Tbk, and PT Apexindo Pratama Duta

Tbk.

This thesis concerns on the mechanism of relisting share in Indonesia Stock Exchange related to legal consideration for the company to relist. The mechanism of relisting is not stipulated on BEJ Regulation No. I-I regarding Delisting and Relisting Share in Indonesia Stock Exchange. Pursuant to the mechanism of relisting, it must also be considered with the causes why a company was delisted. As a consequence of relisting share in Indonesia Stock Exchange, it can be stated that it will give legal effect on minority shareholder protection. Research of this thesis will be studied on three companies, such as: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, PT Bukaka Teknik Utama Tbk, and PT Apexindo Pratama Duta Tbk, due to the similarity were delisted on 2009. It can be said that with different causes creates different mechanism to relist their shares so that creates legal uncertainty among the investors. Because of that legal uncertainty it is also explained about which one of the mechanism is correct to be done. This thesis used doctrinal research with comparative approach on legal consideration that is taken by these three companies and on different mechanism to relist their share and the comparison on delisting and relisting process between Indonesia and United States

Keywords:

Relisting, delisting, minority shareholder protection.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iii KATA PENGANTAR........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................. vii ABSTRAK........................................................................................................... viii DAFTAR ISI........................................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 7 1.4 Kerangka Teori............................................................................... 8 1.5 Definisi Operasional..................................................................... 11

1.6. Metode Penelitian......................................................................... 13 1.7 Sistematika Penulisan................................................................... 16 BAB 2 TINJAUAN HUKUM TENTANG DELISTING DAN

RELISTING TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PELAKSANAAN RELISTING PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO

2.1 Jenis Pasar Modal di Indonesia..................................................... 20 2.1.1 Pasar Perdana.................................................................... 20 2.1.2 Pasar Sekunder atau Pasar Reguler................................... 21

2.2 Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia.................................. 23 2.2.1 Syarat Jumlah Pemegang Saham...................................... 24 2.2.2 Syarat Jumlah Saham........................................................ 25 2.2.3 Syarat Jumlah Aktiva........................................................ 25 2.2.4 Prosedur Pencatatan Saham dari Emiten.......................... 26 2.2.5 Prosedur Pencatatan Saham dari Perusahaan Publik........ 29

2.3 Pengertian Delisting...................................................................... 31 2.4 Persyaratan Delisting.................................................................... 33

2.4.1 Persyaratan Voluntary Delisting di Indonesia................... 33 2.4.2 Persyaratan Voluntary Delisting di Amerika.................... 34 2.4.3 Persyaratan Involuntary Delisting di Indonesia................ 35 2.4.4 Persyaratan Involuntary Delisting di Amerika.................. 36 2.5 Prosedur Delisting......................................................................... 36 2.5.1 Prosedur Voluntary Delisting di Indonesia....................... 37

2.5.1.1 Pembeian Saham Melalui Proses Tender Offer di Indonesia............................................................... 38

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

xi

2.5.2 Prosedur Voluntary Delisting di Amerika........................ 42 2.5.2.1 Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di

Amerika................................................................. 43 2.5.2.1.1 Disclosure.............................................. 44

2.5.2.1.2 Substantive Restrictions on Tender Offer...................................................... 46

2.5.2.1.3 Fraud Prohibition................................... 47 2.5.2.1.4 Special Bids............................................. 47

2.5.3 Prosedur Involuntary Delisting di Indonesia.................... 48 2.5.4 Prosedur Involuntary Delisting di Amerika...................... 48 2.6 Pengertian Relisting...................................................................... 49 2.7 Persyaratan Relisting di Indonesia................................................ 50 2.7.1 Persyaratan Umum Relisting............................................. 50 2.7.2 Persyaratan Relisting di Papan Utama.............................. 52 2.7.3 Persyaratan Relisting di Papan Pengembangan................ 53 2.8 Prosedur Relisting di Indonesia..................................................... 53 2.9 Prosedur Relisting di Amerika...................................................... 56

2.10 Pertimbangan Hukum PT JASS, PT BUKK, PT Apexindo Dalam Melakukan Relisting..................................................................... 57 2.10.1 Pertimbangan Hukum PT Jasa Angkasa Semesta Tbk

( )..................................................................... 57 2.10.2 Pertimbangan Hukum PT Bukaka Teknik Utama Tbk

( ).................................................................. 59 2.10.3 Pertimbangan Hukum PT Apexindo Pratama Duta Tbk ( )............................................................. 61

BAB 3 MEKANISME RELISTING SAHAM DI BURSA EFEK

INDONESIA STUDI PADA: PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO

3.1 Pihak-pihak Terkait Dalam Pasar Modal...................................... 66 3.1.1 Lembaga yang Bergerak di Pasar Modal.......................... 66 3.1.1.1 3.1.1.2 3.1.1.3 3.1.1.4 Lembaga Kliring dan Penjaminan ( 3.1.1.5 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

( 3.1.2 3.1.2.1 Biro Administrasi Efek ( 3.1.2.2 3.1.2.3 3.1.2.4 3.1.2.5 Pemeringkat Efek (Rating Company 3.1.3 3.2 3.3

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

xii

3.4 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering 3.4.1 Tahapan Penawara 3.4.1.1 Tahap Pra- 3.4.1.1.1 Tahap Pra-Emisi Internal Perusahaan... 80 3.4.1.1.2 Tahap Pra- 81 3.4.1.2 3.4.1.2.1 Tahap Emisi d 3.4.1.3 T 3.5 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue 3.6 Mekanisme Relisting Saham PT JASS di Bursa Efek

3.6.1 Secondary Public Offering 3.6.2 Mekanisme Right Issue 3.6.3 Prosedur Relisting 3.7 Mekanisme Relisting Saham PT BUKK di Bursa Efek

3.7.1 Mekanisme Right Issue

3.7.2 Prosedur Relisting 3.8 Mekanisme Relsiting Saham PT Apexindo di Bursa Efek 3.8.1 Mekanisme Right Issue 3.8.2 Prosedur Relisting BAB 4 AKIBAT HUKUM RELISTING TERHADAP

PERLINDUNGAN HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS (MINORITY SHAREHOLDERS) PADA PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO

4.1 Hak dan Kewenangan Pemegang Saham Dalam UU/40/2007... 107 4.2 Karakter Pemegang Saham Dalam Perusahaan Terbuka............ 110 4.3 Teori Stakeholding (Stakeholding Theory)................................. 114 4.4. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di

Amerika....................................................................................... 116 4.5 Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di

Indonesia..................................................................................... 120 4.5.1 Hak Perorangan............................................................... 120 4.5.1.1 Fiduciary Duty.................................................... 121 4.5.1.2 Business Judgement Rule.................................... 123 4.5.2 Pre-emptive Right........................................................... 124 4.5.3 Hak Derivatif................................................................... 125 4.5.4 Hak Pemeriksaan............................................................. 125

4.6. Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Hak Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo............................ 126 4.6.1 Hak Pemegang Saham Minoritas Untuk

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

xiii

Memperdagangkan Sahamnya di Bursa dan Membeli Saham Baru..................................................................... 127

4.6.2 Hak Suara Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholder Voting Rights)............................ 127

4.6.3 Hak Untuk Mendapatkan Dividen.................................. 130 4.6.4 Hak Derivatif................................................................... 130 4.6.5 Pre-emptive Right............................................................ 131 4.6.6 Monitoring and Supervising Rights................................ 131 4.6.7 Equal Participation on Tender Offer.............................. 132 4.6.8 Hak Untuk Mendapat Keterbukaan Informasi yang Harus Diumumkan Kepada Publik.................................. 133 4.6.9 Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Untuk Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan.... 134 4.6.10 Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Mengenai Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha........ 135 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan................................................................................. 138 5.2 Saran............................................................................................139 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 141

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekuatan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai

macam cara antara lain dengan melihat ketersediaan sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia (human resources), lembaga-lembaga

ekonomi (economic institutions), kapasitas produksi (productive capacity) dan

tingginya tingkat investasi.1 Investasi dalam hal ini dapat dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu investasi keuangan (financial investment), investasi komoditas

(commodity investment), dan investasi pada sektor riil. 2 Investasi komoditas

merupakan investasi yang dilakukan dengan menggunakan barang komoditas

yang dapat digantikan dengan komoditas lain dengan tipe yang sama atau disebut

juga dengan perdagangan berjangka (future trading). Investasi riil atau sering

disebut juga investasi langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan cara

mendirikan perusahaan pada sektor usaha tertentu, pembukaan perkebunan,

pertambangan dan lain-lain. Investasi keuangan dibagi menjadi menjadi dua yakni

investasi pada pasar uang dan investasi pada pasar modal. Investasi pada pasar

uang adalah investasi yang obyek investasinya berupa uang, biasanya dalam

bentuk valuta asing dan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh industri

perbankan, seperti sertifikat deposito, commercial paper, SBPU (Surat Berharga

Pasar Uang) dan lain sebagainya. 3 Sementara investasi pada pasar modal

merupakan investasi keuangan yang juga bisa berupa surat-surat berharga yang

diterbitkan oleh perusahaan, seperti saham, obligasi, waran, opsi, dan surat

1 Herbert E. Dougall dan Jack E. Gaumnitz, Capital Markets and Institutions, Ed. 5, (New Jersey: Prentice-Hall, Engelewood Cliffs, 07632), hlm. 1. nation may be measured in many ways. In part, it may be measured by the value of its accumulated wealth and by the rate at which this wealth grows through the savings and investment process. Or it may be measured in terms of its human and natural resources, its economic institutions, and its productive capacity.

2 Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal Pengetahuan Dasar , (Jaakrta: PT Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), hlm. 2.

3 Ibid.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

2

berharga lainnya.4 Melihat klasifikasi investasi keuangan yang dapat dilakukan

dalam pasar uang dan pasar modal, dapat dilihat perbedaan diantara keduanya

yakni terhadap obyek yang menjadi instrumen untuk diinvestasikan dan lembaga

keuangan yang mengeluarkan.

Perkembangan pasar modal di Indonesia pertama kali diperkenalkan

pada masa pemerintahan kolonial Belanda tahun 1912 dan masih beroperasi

hingga terjadinya perang dunia ke-2. Pada saat itu, Indonesia memiliki tiga Bursa

Efek antara lain: Bursa Efek Jakarta yang telah dibuka pada tahun 1912, Bursa

Efek Surabaya dan Semarang yang diperkenalkan pada tahun 1924.5 Pada tahun

1976 Presiden dalam Keputusan Presiden mendirikan Badan Pengawas Pasar

Modal (selanjutnya disebut dengan ) atau The Capital Market Supervisory Agency dibawah kepemimpinan Menteri Keuangan. Pada tahun

1987 1995, pemerintah melakukan perombakan peraturan yang sekiranya dapat

menghambat investor melakukan investasi di pasar modal untuk disesuaikan

terhadap perkembangan praktek pasar modal salah satunya dengan mengeluarkan

izin kepada pihak asing untuk ikut serta melakukan perdagangan efek (trading) pada pasar modal Indonesia.6 Dalam periode deregulasi ini juga dijelaskan bahwa

pihak penyelenggara Bursa yang sebelumnya hanya dilakukan oleh Bapepam, kini

Bapepam bertindak sebagai badan pembentuk peraturan (regulator) dan

masuknya lemabaga-lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia

(selanjutnya disebut ), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia

(selanjutnya disebut ), Reksa Dana, dan Manajer Investasi. Jika selama

tahun 1984-1988 tidak ada satu pun perusahaan yang go public, pada tahun 1989

sejak deregulasi dilancarkan pasar modal Indonesia benar-benar booming dimana

terdapat 37 perusahaan yang go public dan sahamnya tercatat di BEJ (listed).7

4 Ibid.

5 Margaret M. Price, Emerging Stock Markets A complete Investment Guide to New Markets Around The World, (Singapore: Mc-Graw-Hill Book Co, 1994), hlm. 265.

6 Kementerian Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal Indonesia.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

3

Periode deregulasi ini memberikan banyak perubahan-perubahan yang signifikan

terhadap kegiatan pasar modal di Indonesia. Perkembangan periode terakhir dari

pasar modal Indonesia (tahun 1995-sekarang) ditandai dengan lahirnya Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1995 (selanjutnya disebut dengan ).

UU/8/1995 memberi kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam

selaku Self Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam mudah

untuk bergerak dan menegakkan hukum sehingga menjamin kepastian hukum.

Disatu sisi pasar modal Indonesia memang mengalami kemajuan yang

signifikan sejak periode deregulasi namun perlu dilihat sisi lainnya dimana pasar

modal Indonesia belumlah mendapatkan kepercayaan dari publik internasional

sebagai pasar modal yang aman bagi para investor. Pada tahun 1997, Indonesia

menuai akibat yang sangat dahsyat dari moral hazard pelaku ekonomi, yaitu krisis

moneter yang menghancurkan perekonomian makro Indonesia. Akibat dari krisis

ekonomi ini sampai ke pasar modal Indonesia dimana beberapa perusahaan harus

dikenakan tindakan delisting oleh otoritas pasar modal, Indeks Harga Saham

Gabungan (selanjutnya disebut dengan ) anjlok, mata uang rupiah

mengalami depresiasi secara tajam terhadap US Dollar.8 Delisting yang dialami

pada tahun 1997-1998 akibat krisis moneter merupakan delisting yang terjadi

karena pengaruh paksaan dari kondisi perekonomian yang membuat perusahaan-

perusahaan listed tersebut untuk melakukan penghapusan pencatatan dari Bursa.

Namun adapun fakta bahwa sejak tahun 2002, terdapat 63 perusahaan yang

mengalami delisting, dimana 17 perusahaan diantaranya melakukan delisting

secara sukarela. 9 Melihat fakta yang terjadi pada tahun 1997, 2002-2006,

perusahaan-perusahaan yang sahamnya listed di Bursa mengalami delisting secara

paksa (involuntary delisting) oleh BEI dibandingkan dengan perusahaan yang

melakukan delisting secara sukarela (voluntary delisting).10

7 M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2010), hlm. 73.

8 Ibid., hlm. 74.

9 Indra Safitri, Transparansi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal , (Jakarta: Global Book & Publication Book Division, 1998), hlm. 6.

10 Ibid.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

4

Proses delisting tentunya memberikan dampak positif dan negatif bagi

suatu perusahaan, khususnya status perusahaan itu sendiri. Seperti yang kita

ketahui bahwa bentuk perusahaan dapat terdiri dari Perusahaan Tertutup (private company), Perusahaan Publik (public company), dan Perusahaan Terbuka yang

sahamnya dicatatkan di Bursa (public-listed company). Tentunya bentuk

perusahaan yang memungkinkan terbentuk ketika perusahaan tersebut telah

mengalami delisting adalah Perusahaan Tertutup dan Perusahaan Publik. Setiap

bentuk perusahaan tentu memiliki keuntungan dan kerugian yang tidak dapat

dipungkiri. Apabila perusahaan lebih banyak mengalami kerugian daripada

keuntungan maka perusahaan tersebut akan melakukan perubahan bentuk

perusahaan, salah satunya dengan melakukan upaya pencatatan kembali. Upaya

pencatatan kembali inilah yang disebut juga dengan relisting. Baik pengaturan

mengenai delisting ataupun relisting tidak diakomodir dalam UU/8/1995 ataupun

Peraturan Bapepam, melainkan diakomodir oleh Peraturan Bursa Efek dalam

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 tentang

Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan

Kembali (Relisting) Saham di Bursa (selanjutnya disebut

I - ). Selanjutnya mengenai suatu proses pencatatan saham di bursa maka

mengacu juga pada Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-

305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan

Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat

(selanjutnya disebut dengan - ).

Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi terhadap tiga

perusahaan yang sahamnya baru dihapuskan pencatatan dari BEJ dan hendak

melakukan proses pencatatan kembali. Perusahaan-perusahaan tersebut antara

lain: PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (selanjutnya disebut ), PT Bukaka

Teknik Utama (selanjutnya disebut ), PT Apexindo Pratama Duta

Tbk (selanjutnya disebut ). Alasan dipilihnya ketiga perusahaan

tersebut adalah: Pertama, perusahaan tersebut sama-sama sudah delisting sejak

tahun 2009 dan hendak mengajukan permohonan relisting yang akan diproses

pada tahun 2012. Dengan adanya keinginan relisting dari ketiga perusahaan

tersebut maka dapat diteliti lebih lanjut mengenai pertimbangan hukum dari

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

5

perusahaan-perusahaan terkait kondisi perusahaan mana yang lebih

menguntungkan apakah Perusahaan Publik, Perusahaan Tercatat, ataukah ketika

perusahaan tersebut berada dalam kondisi tertutup (private company). Kedua,

proses relisting yang dilakukan oleh ketiga PT tersebut pada prakteknya adalah

berbeda-beda satu sama lain dan ketiga proses tersebut pun tidak diatur dan

dijelaskan secara rinci pada peraturan Bursa Efek Jakarta nomor I-I (Surat

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004) tentang

Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting)

( - ). Ketiga, terkait dengan dampak yang paling

signifikan dari perusahaan yang sahamnya kembali tercatat (public listed company) adalah terhadap perlindungan hak pemegang saham minoritas (minority shareholder).

Berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang pencatatan saham kembali

(relisting) saham di Bursa Efek Indonesia ini, adapun penulisan ilmiah lainnya

yang membahas mengenai rangkaian proses pencatatan saham sebelum proses

pencatatan saham kembali (relisting) saham di Bursa. Penulisan ilmiah tersebut

antara lain adalah sebagai berikut:

1.

disusun oleh Alexander Lay, dkk dan diterbitkan oleh The Indonesia

Netherlands National Legal Reform Program (NLRP) membahas

mengenai relisting lebih pada persyaratan dan prosedur relisting itu

sendiri. Pada hakekatnya pembahasan mengenai relisting dalam kumpulan

tulisan ini hampir serupa dengan Peraturan BEJ No. I-I.

2. Jurnal Internasional yang membahas relisting dengan judul

yang membahas mengenai rencana relisting yang akan dilakukan oleh APR di London Stock Exchange dengan

persyaratan bahwa kondisi perekonomian perusahaan APR mengalami

perkembangan yang pesat. 11 Adapun Jurnal Internasional lainnya yang

membahas mengenai relisting dengan judul

11 Financial Times Limited, 5 September 2011, Proquest Document ID: 887624065, < http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/887624065?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.27 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

6

yang membahas mengenai latar

belakang dilakukannya relisting saham dengan alasan perusahaan tersebut

sempat mengalami kepailitan dan kemudian setelah perbaikan kondisi

perekonomiannya, perusahaan tersebut melakukan relisting dan

pergerakan sahamnya menjadi lebih kuat.12

3. Penulisan tesis mengenai perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas dengan fokus penelitian bukan pada perlindungan pemegang

saham setelah proses pencatatan kembali saham (relisting) melainkan

lebih difokuskan pada perlindungan bagi pemegang saham minoritas atas

transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang dilakukan oleh

Perusahaan Publik.13 Penulisan tesis serupa mengenai pemegang saham

minoritas juga telah ditulis oleh Misahardi Wilamarta dengan fokus

penelitian pada hak pemegang saham minoritas dalam rangka Good Corporate Governance.

Berkaitan dengan penulisan-penulisan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

tulisan-tulisan tersebut berbeda dengan fokus penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis karena penulis lebih menekankan pada mekanisme pencatatan saham

kembali (relisting) dan akibat hukum pencatatan saham kembali (relisting) bagi

perlindungan hak pemegang saham minoritas.

Dilihat dari pemaparan yang disebutkan sebelumnya, masih adanya

ketidakpastian mengenai proses dan mekanisme permohonan pencatatan kembali

(relisting) berkaitan dengan perbedaan latar belakang masing-masing perusahaan

yang sahamnya baru dihapuskan pencatatan (delisting) di bursa efek. Dengan

demikian maka penulis ingin melihat dan menganalisis mengenai pertimbangan

hukum perusahaan yang sahamnya dihapuskan pencatatan untuk segera

12 (Proquest Journal: The Financial Times Limited, 6 Oktober 2005), Proquest Document ID: 228806499,<http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/228806499?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.34 WIB.

13 Bangun Wijayanti, Perlindungan Bagi Pemegang Saham Minoritas Atas Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan yang Dilakukan oleh Perusahaan Go Publik, < http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=88571&lokasi=lokal>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.42 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

7

melakukan pencatatan kembali, mekanisme proses relisting dan akibat hukum

dari dicatatkannya kembali saham ketiga perusahaan tersebut terhadap eksistensi

hak pemegang saham minoritas. Oleh sebab itu penulisan ilmiah ini akan diberi

judul HUKUM TERHADAP MEKANISME PENCATATAN KEMBALI (RELISTING) SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA STUDI PADA: PT JASA ANGKASA SEMESTA Tbk, PT BUKAKA TEKNIK UTAMA Tbk,

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang dapat dibahas antara lain:

1. Bagaimana pertimbangan hukum dari perusahaan-perusahaan yang

sahamnya baru dihapuskan pencatatan (delisting) untuk melakukan

pencatatan kembali (relisting)?

2. Bagaimana mekanisme relisting yang hendak dilakukan oleh PT JASS,

PT BUKK dan PT Apexindo?

3. Bagaimana akibat hukum dari proses relisting terhadap perlindungan

hak pemegang saham minoritas?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sasaran yang hendak dicapai dalam

melakukan penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis lebih jelas mengenai pertimbangan hukum suatu

perusahaan yang sahamnya baru saja dihapuskan pencatatan

(delisting) untuk melakukan pencatatan kembali (relisting);

2. Menganalisis lebih jelas mengenai mekanisme pelaksanaan relisting

pada prakteknya dikaitkan dengan ketentuan yang diatur dalam

peraturan yang berlaku;

3. Menganalisis lebih jelas mengenai akibat hukum setelah

dilakukannya relisting terhadap perlindungan hak pemegang saham

minoritas.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

8

1.4. Kerangka Teori Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ilmiah

ini adalah teori hukum positivis atau positivisme hukum. Positivisme hukum

menyatakan bahwa yang dinamakan hukum hanyalah norma-norma yang telah

ditetapkan oleh negara. Salah satu tokoh positivisme hukum adalah John Austin

yang mengartikan hukum sebagai berikut:

superiors, sovereign and subject: by persons exercising supreme and subordinate government, in independent nations or independent 14

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas hukum adalah suatu produk dari

seseorang yang ditunjuk berdasarkan kewenangan dan kekuatan politik untuk

membuat suatu hukum baik oleh pihak pemerintah pusat atau pihak yang

diberikan mandat untuk membuat peraturan tersebut dalam suatu negara yang

berdaulat. Karena hukum harus dibentuk oleh pemerintah yang berwenang untuk

membuat hukum tersebut, maka menurut Austin bentuk hukum tersebut adalah

suatu perintah (command). Perintah atau command menurut Austin adalah:

is distinguished from other significations of desire by this peculiarity: that the party to whom it is directed is liable to evil from the other, in case he comply not with the desire. Being liable to evil from you if I comply not with a wish which you signify, I am bound or obliged by your command, or I lie under a duty to obey it. Whenever a duty lies, a command has been signified and whenever a command is signified, a duty is

15

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa command

merupakan suatu perintah dari penguasa atau pemerintah yang berwenang untuk

14 Joel Feinberg and Hyman Gross, Law in Philosophical Perspective, California: Wadsworth Publishing Company, ISBN 088210203X, hlm. 20.

15 C.h Himawan, Agus Brotosusilo dan Theodorus Sardjito, Filsafat Hukum Jilid I dan II , (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010), hlm. 210-211.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

9

membuat suatu hukum, dimana ketika suatu hukum dilahirkan maka orang harus

tunduk dan berkewajiban melaksanakan hukum tersebut. Jadi ketika ada suatu

perintah dari penguasa maka kewajiban untuk melaksanakannya dapat

dipaksakan.

Tokoh positivisme hukum selanjutnya adalah Hans Kelsen yang

memiliki pemikiran senada dengan Austin. Kelsen mengeluarkan suatu Teori

Hukum Murni atau The Pure Theory of Law yang menempatkan hukum tersendiri

dan tidak terpengaruhi oleh unsur-unsur lain yang sifatnya non-yuridis seperti

unsur psikologis, sosiologis, politis, historis bahkan etis.16 Bagi Kelsen hukum

adalah suatu sollens kategorie (kategori keharusan) bukannya sein kategorie

(kategori faktual). Hukum dikonstruksikan sebagai suatu keharusan yang

mengatur tingkah laku manusia sebagai mahluk rasional. Dalam hal ini yang

dipersoalkan oleh hukum bukan what the law ought to be what is the law).17 Hukum dalam

kacamata positivis merupakan perintah penguasa yang dituangkan dalam perintah

tertulis atau peraturan perundang-undangan sebagai konsepsi hukum nasional.

Berdasarkan pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( ),

menetapkan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

1945);

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

16 Hans Kelsen, Pure Theory of Law, (Translation From the Second Revised and Enlarged German Edition by Max Knight), (New Jersey: The Lawbook Exchange, LTD, 2005), hlm. 1. is called a pure theory of law, because it only describes the law and attempts to eliminate from the object of this description everything that is not strictly law: its aim is to free the science of law from alien elements of psychology, sociology, ethics and political theory.

17 Erman Radjagukguk, Filsafat Hukum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010, hlm. 71. sebagaimana adanya (as it is) yang dibedakan dari hukum sebagaimana seharusnya ada (law as it ought to be

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

10

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Dalam penulisan ilmiah ini peraturan perundang-undangan yang

digunakan adalah Undang-undang tentang Pasar Modal, Undang-undang tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta.

Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta merupakan peraturan yang

tidak termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan dalam UU/12/2011.

Namun berdasarkan pasal 8 ayat 1 UU/12/2011, peraturan perundang-undangan

diluar hierarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan diatas mencakup

peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,

Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat undang-undang atau

Pemerintah atas perintah Undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota,

Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat tetap diakui keberadaannya dan

mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan

perundang-undngan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Dalam hal ini Peraturan Bapepam merupakan peraturan yang dibentuk

Menteri Keuangan sementara Peraturan Bursa Efek Jakarta merupakan suatu

peraturan lainnya yang ditunjuk oleh Undang-undang Pasar Modal sehingga atas

dasar itu keberadaan Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Jakarta tetap

diakui dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian maka bukanlah

lembaga yang menerbitkan peraturan perundang-undangan itu yang menentukan

kedudukannya melainkan peraturan perundang-undangan mana yang

memerintahkan dan yang menentukan kedudukan peraturan perundang-undangan

dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia.18

18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 98.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

11

1.5. Definisi Operasional Penulisan dalam penelitian ilmiah ini menggunakan beberapa istilah

yang merupakan kata kunci yang perlu dijabarkan secara khusus. Hal ini

dimaksudkan agar terdapat persamaan atau persepsi antara penulis dan pembaca

terhadap beberapa hal tertentu. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak

Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari

efek.19

2. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.20

3. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh

Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang

diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.21

4. Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal

disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau

suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.22

5. Perseroan Terbatas (PT Tertutup) adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta

peraturan pelaksanaannya.23

19 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal , (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608), pasal 1 butir 5.

20 Ibid., pasal 1 butir 6.

21 Ibid., pasal 1 butir 15.

22 Ibid., pasal 1 butir 22. 23 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756), pasal 1 butir 1.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

12

6. Pencatatan (Listing) adalah pencantuman suatu Efek dalam daftar Efek

yang tercatat di Bursa sehingga dapat diperdagangkan di Bursa.24

7. Hari Bursa adalah hari diselenggarakannya perdagangan Efek di Bursa

yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari tersebut

merupakan hari libur nasional atau dinyatakan sebagai hari libur Bursa

oleh Bursa.25

8. Papan Utama adalah papan pencatatan yang disediakan untuk mencatatkan

saham dari perusahaan yang memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-

kurangnya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan memiliki

pengalaman operasional sekurang-kurangnya 36 bulan.26

9. Papan Pengembangan adalah papan pencatatan yang disediakan untuk

mencatatkan saham dari perusahaan yang memili Aktiva Berwujud Bersih

sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan

memiliki pengalaman operasional sekurang-kurangnya 12 bulan.27

10. Penghapusan Pencatatan (Delisting) adalah penghapusan Efek dari daftar

Efek yang tercatat di Bursa sehingga Efek tersebut tidak dapat

diperdagangkan di Bursa.28

11. Pencatatan Kembali (Relisting) adalah pencantuman kembali suatu Efek

dalam daftar Efek yang tercatat di Bursa, setelah Efek tersebut dihapuskan

pencatatannya di Bursa (Delisting).29

12. Perusahaan Tercatat adalah Emiten atau Perusahaan Publik yang efeknya

tercatat di Bursa.30

24 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, (Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004), angka I.16.

25 Ibid., angka I.6.

26 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, (Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004), angka I.9.

27 Ibid., angka I.10.

28 Ibid., angka I.14.

29 Ibid., angka I.13.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

13

13. Pengumuman adalah informasi yang disampaikan oleh Bursa baik dalam

bentuk tertulis, dokumen cetak, data elektronik maupun tampilan di layar

komputer melalui JATS atau website bursa.31

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

doktrinal atau penelitian yuridis normatif dimana penelitian ini akan

menempatkan hukum sebagai obyek perintah penguasa yang dituangkan dalam

perintah tertulis atau peraturan perundang-undangan sebagai konsepsi hukum

nasional. Penempatan obyek hukum seperti ini mengedepankan kepastian hukum

atau legitimasi dari perintah-perintah atau aturan-aturan yang telah dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian doktrinal ini dilakukan dengan

melakukan pendekatan perbandingan (comparative approach) dimana yang

dibandingkan dalam penelitian ini adalah pilihan atas suatu tindakan hukum yang

akan diambil oleh perusahaan-perusahaan yang hendak mengajukan permohonan

relisting setelah dilakukannya delisting. Comparative approach ini sifatnya

deskriptif yang tujuannya untuk mendapatkan informasi dan perbandingan hukum

terapan yang mempunyai sasaran tertentu32 yakni melihat mekanisme pencatatan

kembali saham (relisting) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada

prakteknya apakah telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Bapepam dan

Peraturan Bursa Efek Indonesia yang mengatur mengenai permasalahan relisting.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, jika dilihat dari

sudut sifatnya adalah penelitian deskriptif33 dimana penulis ingin menggambarkan

akibat hukum yang terjadi setelah proses pelaksanaan relisting terhadap

perlindungan pemegang saham minoritas (minority shareholder) disesuaikan

dengan ketentuan peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut. Perusahaan-

30 Ibid., angka I.16.

31 Ibid., angka I.15.

32 Peter Mahmud Marzuki, op.cit., hlm. 132.

33 Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, 2005), hlm. 4.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

14

perusahaan yang dijadikan sebagai studi kasus dalam penelitian ini adalah PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Alasan dipilihnya ketiga perusahaan tersebut

karena ketiga perusahaan tersebut telah melakukan delisting pada waktu yang

bersamaan yakni pada tahun 2009 dan dalam waktu yang singkat ketiga

perusahaan tersebut kembali hendak melakukan pencatatan kembali (relisting) di

Bursa. Mekanisme relisting yang dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut

berbeda satu sama lainnya dan ketiga mekanisme tersebut tidak diatur secara

eksplisit dalam Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor I-I sehingga hal ini

mengalami ketidakjelasan, ketidakseragaman dan kepastian hukum yang terjadi di

kalangan pelaku Bursa khususnya Emiten yang hendak relisting.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari bahan

hukum primer, sekunder dan tersier, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat berupa peraturan perundang-undangan Indonesia. Di dalam

Penelitian ini peraturan perundang-undangan yang akan digunakan antara

lain: Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

( UU/8/1995 ), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas ( UU/40/2007 ), Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal

( ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:

KEP-42/PM/1007 tentang Transaksi Efek (

), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor: KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum

Pengajuan Pernyataan Pendaftaran ( ),

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-122/BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaraan Dalam Rangka

Penawaran Umum ( ), Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1996 tentang

Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum (

), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

( ), Keputusan Ketua Badan Pengawas

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

15

Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan

Nomor IX.D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan

Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu ( ), Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-

412/BL/2009 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu ( ), Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan

Usaha Utama ( ), Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-

263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela (

No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:

KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum

Pemegang Saham ( ), Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-

179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang

Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan

Publik ( ), Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996 tentang Keterbukaan

Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik (

Bapepam No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian

Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik (

Bapepam No. ), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-432/BL/2011 tentang Penyampaian

Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik ( turan Bapepam ), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: KEP-

305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan

Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Oleh

Perusahaan Tercatat ( No. I - ), Keputusan Direksi PT

Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Penghapusan

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

16

Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) di Bursa

( No. I - );

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa, dan menjelaskan

bahan hukum primer. Dalam penulisan ilmiah ini bahan hukum sekunder

yang digunakan antara lain: buku-buku terkait pasar modal, jurnal hukum

bisnis baik nasional ataupun internasional, penelusuran internet, artikel

ilmiah dan surat kabar.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, yang dalam

penulisan ilmiah ini akan digunakan kamus .34

Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan studi kepustakaan dimana penulis membuat penelitian dengan meneliti

literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, dalam penulisan

ini penulis meneliti mengenai mekanisme relisting yang akan diambil oleh PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Selanjutnya, dalam penelitian ini, penulis

juga melakukan wawancara dengan narasumber yang dianggap ahli dalam hal-hal

atau pokok-pokok yang dibahas dalam penulisan ini, yakni Bapepam-LK selaku

badan pengawas sekaligus regulator dalam kegiatan pasar modal di Indonesia dan

Bursa Efek Indonesia.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini dibagi atas lima bab yang menjelaskan dan

mengambarkan permasalahan secara terpisah tetapi merupakan suatu kesatuan.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan Meliputi latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian,

teori yang digunakan, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

34 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: UI-Press, 2008), hlm. 32.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

17

Bab 2 Tinjauan Hukum Tentang Delisting dan Relisiting Terhadap Pertimbangan Hukum Pelaksanaan Relisting PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi jenis pasar modal di Indonesia, pencatatan saham di

Bursa Efek, pengertian delisting, persyaratan delisting di Indonesia

dan di Amerika, proses delisting, proses penawaran tender sukarela

di Indonesia, proses penawaran tender di Amerika, pengertian

relisting, syarat relisting di Indonesia dan di Amerika, proses

relisting pada papan utama, proses relisting pada papan tambahan,

proses relisting di Amerika, pertimbangan hukum PT JASS, PT

BUKK, PT Apexindo untuk melakukan relisting saham di Bursa

Efek Indonesia.

Bab 3 Mekanisme Relisting Saham di Bursa Efek Indonesia Studi Pada: PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi pihak-pihak yang terlibat dalam pasar modal, saham

sebagai efek, proses dan analisis mengenai mekanisme relisting PT

JASS dengan Secondary Public Offering, relisting PT BUKK

dengan Right Issue, dan relisting PT Apexindo dengan Right Issue,

Analisis mengenai mekanisme yang paling tepat digunakan untuk

melakukan relisting.

Bab 4 Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo Meliputi hak dan kewenangan pemegang saham dalam

UU/40/2007, karakter pemegang saham dalam perusahaan terbuka,

teori stakeholding, perlindungan hukum pemegang saham

minoritas di Amerika, perlindungan hukum pemegang saham

minoritas di Indonesia, dan akibat hukum relisting terhadap

perlindungan pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT

BUKK, dan PT Apexindo.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

18

Bab 5 Penutup Kesimpulan dan Saran.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

19

BAB 2 TINJAUAN HUKUM TENTANG DELISTING DAN RELISTING

TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PELAKSANAAN RELISTING PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO

Secara umum, Bursa Efek memiliki dua segmen utama, yaitu pasar

uang untuk jangka pendek dan pasar modal untuk jangka panjang. Pasar modal

pada hakikatnya adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund),

dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang. 35 Pasar

modal merupakan tempat untuk menginvestasikan barang modal guna

menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi yang pada akhirnya dapat

mendorong peningkatan kegiatan perekonomian yang sehat. Salah satu peranan

penting pasar modal dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal

menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi keuangan dan fungsi ekonomi.36

Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal dapat menyediakan

fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang

memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (pihak

yang menerbitkan efek atau Emiten), seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Disisi lain fungsi keuangannya karena pasar modal memberikan kemungkinan dan

kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana sesuai dengan karakter

investasi yang dipilih, yakni berkaitan dengan efek yang diterbitkan oleh Emiten

itu sendiri. Dilihat dari kedua fungsi tersebut maka pasar modal pun dibedakan

menjadi dua segmen yakni segmen non-sekuritas yang menyediakan dana dari

lembaga keuangan langsung kepada perusahaan dan segmen sekuritas yang

didefinisikan sebagai:

share. The price of share is there for determine by selling and buying pressure when the buying is stronger, we have a bull

35 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 23.

36 Ibid., hlm. 24.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

20

market and prices appreciate. The reverse is true when seller 37

2.1. Jenis Pasar Modal di Indonesia Pasar modal di Indonesia dapat dibagi dua, yaitu pasar perdana dan

pasar sekunder atau sering disebut juga sebagai pasar reguler. Pasar perdana

adalah pasar tempat pertama kali sekuritas baru dijual kepada investor oleh

perusahaan penerbit sekuritas tersebut, sementara pasar sekunder atau pasar

reguler adalah pasar tempat para investor memperdagangkan saham yang berasal

dari pasar perdana sehingga perusahaan penerbit sekuritas mendapat dana segar

ketika melakukan transaksi di pasar perdana.38 Perlu diketahui bahwa aktivitas

perdagangan di pasar reguler tidak akan memberikan tambahan dana kepada

perusahaan, melainkan keuntungan bagi investor yang melakukan jual beli saham

tersebut. Pasar sekunder atau pasar reguler di Indonesia adalah Bursa Efek

Indonesia.

2.1.1. Pasar Perdana Pasar perdana merupakan tempat dimana pihak perusahaan melakukan

penawaran efek kepada masyarakat. Pihak yang dapat melakukan penawaran

umum hanyalah Emiten yang telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran

kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan

Pernyataan Pendaftaran tersebut telah menjadi efektif pada hari ke-45 sejak

diterimanya Pernyataan Pendaftaran secara lengkap atau pada tanggal yang lebih

awal jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.39 Berbeda halnya dengan Perusahaan

Publik, dalam hal ini Perusahaan Publik bukanlah Emiten dan tidak melakukan

penawaran umum perdana, akan tetapi Perusahaan Publik tetap wajib untuk

37 Muhammad Nafik, HR., Bursa Efek dan Invesasi Syariah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2009), ilisasi dana jangka panjang untuk ditempatkan pada investasi jangka panjang di perusahaan-perusahaan produktif. Dalam sekmen ini, investor dapat membeli dan menjual sekuritas setiap saat sesuai dengan

38 Ibid.

39 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 70 ayat (1) jo. pasal 74 ayat (1).

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

21

menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Apabila dalam

Pernyataan Pendaftaran dinyatakan bahwa efek akan dicatatkan pada Bursa Efek

dan apabila persyaratan pencatatan tidak dipenuhi, maka penawaran efek batal

demi hukum dan pembayaran pesanan efek dimaksud wajib dikembalikan kepada

pemesan.40

Dalam melakukan penawaran umum di pasar perdana, pihak Emiten

wajib memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam dengan

tujuan guna melindungi para calon investor atau pembeli saham terhadap

kemungkinan adanya penipuan atau manipulasi dari pihak Emiten, pihak

Penjamin Emisi Efek, dan pihak Perantara Perdagangan Efek. Dalam kaitannya

dengan perlindungan terhadap para calon investor maka pihak Emiten harus

membuat prospektus yang isinya adalah informasi secara jelas tentang fakta

material atau tidak memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta material

mengenai keadaan perusahaannya.41

2.1.2. Pasar Sekunder atau Pasar Reguler Pasar sekunder adalah tempat diperdagangkannya sekuritas setelah

pasar perdana selesai. Pasar ini berfungsi untuk tetap menjaga perdagangan agar

tetap menjadi aktif, menfasilitasi proses penentuan harga melalui interaksi supply

dan demand, serta membantu perusahaan secara tidak langsung untuk mencari

dana baru. Dalam pasar sekunder inilah terjadi pencatatan saham sehingga efek-

efek perusahaan tersebut hanya boleh diperdagangkan di Bursa sehingga kegiatan

jual-beli saham perusahaan tidak terjadi diluar perusahaan. Seperti yang

disebutkan sebelumnya bahwa dana hasil perdagangan di Bursa tidak masuk

kedalam kas perusahaan melainkan ke dalam kas si penjual saham (investor) yang

bersangkutan.

Perdagagan saham di Bursa Efek Indonesia hanya dapat dilakukan

oleh Anggota Bursa dimana dalam hal ini perdagangan biasanya dilaksanakan

40 Ibid., pasal 76.

41 Ibid., pasal 78.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

22

oleh Wakil Perantara Perdagangan Efek yang ditunjuk oleh Anggota Bursa

tersebut, dengan cara perdagangan sebagai berikut:

1. Perdagangan Reguler

Perdagangan Reguler merupakan cara perdagangan yang diselenggarakan

berdasarkan mekanisme pasar, semacam lelang dan berjalan terus menerus

selama jam Bursa. Disini Wakil Perantara Perdagangan Efek dari Anggoa

Bursa akan menjual saham dengan mencatat harga penawarannya dan

jumlah saham yang akan dijualnya pada papan transaksi pada satu sisi

dimana dipihak lain ada yang membeli saham tersebut dengan

mencatatkan harga permintaannya serta jumlah saham yang akan dibelinya

dengan harga yang diatas harga permintaan.42

2. Perdagangan bukan Reguler

Perdagangan bukan Reguler ini tetap dilakukan pada jam Bursa, dan

terdiri dari: a) perdagangan dalam jumlah besar antar Anggota Bursa

dalam jumlah sekurang-kurangnya 200.000 (dua ratus ribu) saham, b)

perdagangan tutup sendiri yang dilakukan oleh setiap Anggota Bursa yang

memiliki pesanan beli dan pesanan jual pada harga dan jumlah yang sama,

c) transaksi saham antar pemodal asing yang porsi asingnya telah

mencapai 49% dari saham yang tercatat, dengan negosiasi secara

langsung, d) perdagangan saham di bawah standar unit perdagangan, yang

dewasa ini adalah 500 saham, dikenal dengan istilah odd lot atau lot

ganjil.43

3. Perdagangan Tunai

Pasar tunai adalah perdagangan efek yang dilakukan dengan prinsip

pembayaran dan penyerahan efek dilakukan pada saat bersamaan dan

dapat dilakukan antara Anggota Bursa pada jam Bursa.44

42 E.A. Koetin, Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di Indonesia, (Jakarta: US Agency for International Development Financial Markets Project 1994), hlm. 91.

43 Ibid., hlm. 94-95.

44 Ibid., hlm. 95.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

23

2.2. Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia Pencatatan saham merupakan tahap dimana perusahaan mencatatkan

dirinya di dalam papan perdagangan Bursa Efek sehingga saham-sahamnya akan

lebih mudah ditransaksikan oleh para pemodal yang telah membelinya atau oleh

para pemodal yang secara bersama-sama hendak membeli saham tersebut. Tanpa

adanya proses pencatatan saham di Bursa maka efek Emiten tersebut tidak akan

pernah dapat diperdagangkan di Bursa namun bukan berarti tanpa adanya

pencatatan saham, efek-efek Emiten tidak dapat diperdagangkan. Efek Emiten

tersebut tetap dapat diperdagangkan namun diperdagangkan diluar Bursa oleh

para investor itu sendiri.

Pencatatan saham ini sifatnya opsional bagi para Emiten, akan tetapi

bagi pemodal atau investor, pencatatan saham merupakan hal penting karena

dengan pencatatan efek dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan dan

keputusan untuk melakukan investasi oleh pemodal.45 Selain itu adapun manfaat

penting yang juga dirasakan oleh Emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa,

yakni:

a. Emiten dilihat sebagai suatu perusahaan yang dianggap memiliki sistem

pengelolaan atau manajemen yang baik.

b. Emiten dianggap memiliki prestise karena persyaratan pencatatan antara

satu Bursa dengan Bursa lainnya itu berbeda-berda. Hal ini dikarenakan

dengan dilakukannya pencatatan saham di Bursa, Emiten telah tunduk dan

telah memenuhi seluruh persyaratan pencatatan saham yang biasanya lebih

tinggi dibandingkan dengan persyaratan perusahaan yang tidak

mencatatkan sahamnya di Bursa.

c. Efek-efek Emiten yang dicatatkan di Bursa memiliki nilai likuiditas yang

lebih dan mempermudah Emiten untuk menjual saham yang dimilikinya.

Berdasarkan hal tersebut maka konsekuensi hukum yang harus dipatuhi oleh

Emiten adalah kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam

Peraturan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia.

45 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., penjelasan pasal 76.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

24

2.2.1. Syarat Jumlah Pemegang Saham Salah satu unsur penting dalam persyaratan pencatatan adalah jumlah

pemegang saham, yang diharuskan ada dalam suatu perusahaan yang mencatatkan

sahamnya di Bursa Efek tersebut. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya

bahwa salah satu tujuan dari pencatatan saham adalah memberikan likuiditas bagi

para pemegang sahamnya dengan banyaknya jumlah pemegang saham dari

perusahaan tersebut sehingga dimungkinkan bahwa semakin banyak pemegang

saham maka saham tersebut akan semakin likuid.46 Dalam Peraturan Bursa Efek

terlihat jelas bahwa persyaratan jumlah pemegang saham di Papan Utama adalah

paling sedikit 1000 pemegang saham yang memiliki efek di Anggota Bursa Efek,

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. bagi calon Perusahaan Tercatat yang melakukan penawaran umum, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum perdana;

2. bagi calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari Perusahaan Publik, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir selambat-lambatnya satu bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan;

3. bagi calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama enam bulan terakhir.47

Sementara untuk persyaratan jumlah pemegang saham di Papan Pengembangan

adalah paling sedikit 500 pemegang saham 48 yang memiliki rekening efek di

Anggota Bursa Efek dengan ketentuan pemegang saham yang sama dengan

ketentuan pemegang saham untuk pencatatan di Papan Utama.

46 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006), hlm. 296.

47 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka III.2.6.

48 Ibid., angka III.3.7.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

25

2.2.2. Syarat Jumlah Saham Jumlah saham merupakan hal penting yang perlu dipersyaratkan

berkaitan dengan likuiditas efek yang akan dicatatkan di Bursa. Berdasarkan

ketentuan Angka III.1.9 Peraturan BEJ No. I-A, dalam persyaratan umum jumlah

nilai nominal saham calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya adalah

Rp100,00 (seratus rupiah) dengan komposisi jumlah saham sekurang-kurangnya

sebesar:

a. 100.000.000 (seratus juta) saham dari jumlah saham yang dimiliki oleh

pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali

(minority shareholder) setelah penawaran umum atau perusahaan yang

sudah tercatat di Bursa Efek lain atau Perusahaan Publik yang belum

tercatat di Bursa Efek lain dalam periode lima Hari Bursa sebelum

permohonan Pencatatan di Papan Utama, atau sekurang-kurangnya 35%

dari modal disetor. 49 Dari kedua ketentuan yang mengatur komposisi

jumlah saham, dipilih manakah yang lebih kecil.

b. 50.000.000 (lima puluh juta) saham dari jumlah pemegang saham yang

bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholder)

setelah penawaran umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa

Efek lain atau Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain

dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan Pencatatan di Papan

Pengembangan, atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor.50 Dari

kedua ketentuan jumlah komposisi saham di Papan Pengembangan pun

dilihat makah yang lebih kecil.

2.2.3. Syarat Jumlah Aktiva Sama halnya dengan jumlah pemegang saham dan jumlah komposisi

saham, jumlah aktiva (asset) menunjukan besar atau tidaknya suatu perusahaan.

Jumlah aktiva merupakan salah satu persyaratan yang diatur oleh Bursa Efek

Indonesia untuk dipenuhi oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang hendak

49 Ibid., angka III.2.5.

50 Ibid., angka III.3.6.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

26

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan sasaran bahwa pihak

calon Perusahaan Tercatat adalah pihak yang memiliki kapitalisasi pasar besar.51

Terkait pencatatan saham di Papan Utama, calon Perusahaan Tercatat harus

memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net tangible Asset) sekurang-kurangnya

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar) berdasarkan Laporan Keuangan Auditan

terakhir.52 Sementara untuk pencatatan saham di Papan Pengembangan, aktiva

yang harus dimiliki oleh calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)53

2.2.4. Prosedur Pencatatan Saham dari Emiten Calon Perusahaan Tercatat dalam rangka penawaran umum perdana

yang bermaksud mencatatkan sahamnya di Bursa mengajukan permohonan

pencatatan ke Bursa dan membayar biaya pendaftaran permohonan pencatatan

sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) untuk Papan Utama atau

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk Papan Pengembangan dimana biaya

pencatatan tersebut akan dikurangi dengan biaya pencatatan awal.54 Permohonan

pencatatan ke Bursa tersebut wajib dilengkapi dengan dokumen dan informasi,

antara lain:55

1. Akta Pendirian atau Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berserta segala perubahannya dan Tanda Daftar Perusahaan;

2. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan pejabat satu tingkat dibawah Direksi;

51 Hamud M. Balfas, op.cit., hlm. 300.

52 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka III.2.4.

.I Net Tangible Assets adalah Total Aktiva dikurangi dengan Aktiva Tidak Berwujud, Aktiva Pajak Tanggungan, dan Total Kewajiban termasuk Hak Kepemilikan Minoritas

53 Ibid., angka III.3.4.

54 Ibid., angka IV.1.1.

55 Ibid., angka IV.1.3.1 IV.1.3.31

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

27

3. Struktur Organisasi Group yang menunjukan posisi calon Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada);

4. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan Komisaris yang ditandatangani oleh pihak bersangkutan;

5. Daftar Pemegang Saham berikut jumlah dan persentase kepemilikan pemegang saham beserta perubahannya selama tiga tahun terakhir;

6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris, dan keluarganya baik dalam calon Perusahaan Tercatat maupun afiliasi dari calon Perusahaan Tercatat tersebut;

7. Laporan Keuangan Tahunan Auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim Auditan terakhir (jika ada) atau Laporan Keuangan Auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;

8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan Pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,

kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya tiga tahun berikut asumsi

yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat, proyeksi keuangan atau studi kelayakan tersebut akan diumumkan di Bursa;

14. Tujuan penggunaan dana hasil penawaran umum; 15. Jumlah saham yang ditawarkan dan perkiraan harga penawaran; 16. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 17. Kebijakan dividen; 18. Transaksi atau perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak

afiliasi (termasuk jumlah dan kondisinya); 19. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak

terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;

20. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 21. Rasio kinerja, operasional, pertumbuhan, likuiditas dan

solvabilitas; 22. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di

Bapepam; 23. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan pencatatan; 24. Laporan penilaian oleh Penilai independen yang terdaftar di

Bapepam (jika ada); 25. Kontrak pengelolaan administrasi Efek dengan Biro Administrasi

Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;

26. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang mengenai analisa dampak lingkungan bagi calon Perusahaan Tercatat;

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

28

27. Khusus bagi calon Perusahaan Tercatat yang usahanya dibidang pertambangan: surat keterangan tentang konsesi yang masih berlaku dari instansi yang memberikan hak konsensi, surat keterangan tentang kontrak karya atau Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan daerah dari Instansi yang memberikannya, dokumen pendukung bahwa anggota Direksi memiliki kemampuan teknis dan pengalaman dibidang pertambangan, dan surat keterangan dari pihak independen yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat sudah memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara sesuai dengan jenis pertambangannya;

28. Bagi calon Perusahaan Tercatat yang bidang usahanya memerlukan konsensi atau izin pengelolaan seperti pengusahaan hutan atau jalan tol, surat keterangan dari instansi yang memberikan konsensi atau izin pengelolaan tersebut;

29. Surat pernyataan mengenai Direktur tidak terafiliasi; 30. Surat pernyataan kesediaan untuk membentuk Komite Audit

selambat-lambatnya enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat;

31. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan Komisaris.

Setelah mengajukan permohonan tersebut maka dokumen-dokumen akan diterima

oleh Bursa dan pihak calon Perusahaan Tercatat ini mengajukan presentasi

tentang perusahaannya kepada Bursa. Dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa

maka Bursa akan menyampaikan penolakan atau persetujuannya terhadap

permohonan pencatatan calon Perusahaan Tercatat. Apabila permohonan

pencatatan dari calon Perusahaan Tercatat disetujui secara prinsip oleh Bursa,

maka calon Perusahaan Tercatat dan Bursa menandatangani perjanjian

pendahuluan. Selanjutnya segera setelah Pernyataan Pendaftaran yang

disampaikan ke Bapepam menjadi efektif maka calon Perusahaan Tercatat wajib

menyampaikan informasi kepada Bursa. Persetujuan pencatatan akan diberikan

oleh Bursa apabila calon Perusahaan Tercatat memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Perjanjian Pendahuluan sebelumnya selambat-lambatnya lima

Hari Bursa setelah Bursa menerima dokumen tersebut secara lengkap. Pada

akhirnya pengumuman akan diberikan Bursa mengenai adanya pencatatan dan

perdagangan calon Perusahaan Tercatat selambat-lambatnya satu Hari Bursa

sebelum perdagangan saham dimulai.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

29

2.2.5. Prosedur Pencatatan Saham dari Perusahaan Publik Calon Perusahaan Tercatat yang merupakan Perusahaan Publik atau

Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek lain yang bermaksud mencatatkan

sahamnya di Bursa, wajib mengajukan permohonan pencatatan ke Bursa dan

membayar biaya pendaftaran permohonan pencatatan yang sama dengan Emiten,

baik di Papan Utama ataupun Papan Pengembangan. Perusahaan Publik yang

hendak mencatatkan sahamnya ini pun harus membuat permohonan pencatatan

dengan dilengkapi dokumen-dokumen antara lain:

1. Bukti Pernyataan Pendaftaran yang diajukan ke Bapepam telah menjadi efektif;

2. Akta Pendirian atau Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berserta segala perubahannya dan Tanda Daftar Perusahaan;

3. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan pejabat satu tingkat dibawah Direksi;

4. Struktur Organisasi Group yang menunjukan posisi calon Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada);

5. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan Komisaris yang ditandatangani oleh pihak bersangkutan;

6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris, dan keluarganya baik dalam calon Perusahaan Tercatat maupun afiliasi dari calon Perusahaan Tercatat tersebut;

7. Laporan Keuangan Tahunan Auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim Auditan terakhir (jika ada) atau Laporan Keuangan Auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;

8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan Pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,

kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya tiga tahun berikut asumsi

yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat, proyeksi keuangan atau studi kelayakan tersebut akan diumumkan di Bursa;

14. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 15. Kebijakan dividen; 16. Transaksi atau perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak

afiliasi (termasuk jumlah dan kondisinya);

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

30

17. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;

18. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 19. Rasio kinerja, operasional, pertumbuhan, likuiditas dan

solvabilitas; 20. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di

Bapepam; 21. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan pencatatan; 22. Laporan penilaian oleh Penilai independen yang terdaftar di

Bapepam (jika ada); 23. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang

mengenai analisa dampak lingkungan bagi calon Perusahaan Tercatat;

24. Khusus bagi calon Perusahaan Tercatat yang usahanya dibidang pertambangan: surat keterangan tentang konsesi yang masih berlaku dari instansi yang memberikan hak konsensi, surat keterangan tentang kontrak karya atau Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan daerah dari Instansi yang memberikannya, dokumen pendukung bahwa anggota Direksi memiliki kemampuan teknis dan pengalaman dibidang pertambangan, dan surat keterangan dari pihak independen yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat sudah memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara sesuai dengan jenis pertambangannya.

25. Bagi calon Perusahaan Tercatat yang bidang usahanya memerlukan konsensi atau izin pengelolaan seperti pengusahaan hutan atau jalan tol, surat keterangan dari instansi yang memberikan konsensi atau izin pengelolaan tersebut;

26. Fotokopi kontrak dengan KSEI mengenai pendaftaran efeknya dalam Penitipan Kolektif di KSEI;

27. Fotokopi kontrak pengelolaan administrasi efek dengan Biro Administrasi Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;

28. Informasi keterbukaan bagi calon Perusahaan Tercatat yang merupakan Perusahaan Publik sebanyak lima eksemplar;

29. Laporan komposisi pemegang saham; 30. Daftar nama dan specimen tanda tangan pejabat yang diberi

kewenangan menandatangani surat-menyurat yang disampaikan ke Bursa;

31. Surat pernyataan yang telah ditandatangani oleh Direksi calon Perusahaan Tercatat sesuai dengan format dalam peraturan;

32. Surat pernyataan tentang Direktur yang tidak terafiliasi; 33. Surat pernyataan kesediaan untuk membentuk Komite Audit

selambat-lambatnya enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat;

34. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan Komisaris.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

31

Permohonan pencatatan dianggap telah diterima apabila permohonan telah

diterima secara lengkap oleh Bursa. Pihak calon Perusahaan Tercatat wajib

melakukan presentasi tentang perusahaannya dihadapan Bursa dan Bursa

melakukan evaluasi atas dokumen dan informasi guna mengetahui kelayakan

pencatatan baik mengenai kelengkapan dokumen maupun pemenuhan substansi

persyaratan. Berkaitan dengan persetujuan atau penolakan akan diberikan oleh

Bursa setelah calon Perusahaan Tercatat memenuhi persyaratan pencatatan

selambat-lambatnya sepuluh Hari Bursa sejak Bursa memperoleh dokumen

dan/atau informasi secara lengkap. Pada akhirnya pengumuman akan diberikan

Bursa mengenai adanya pencatatan dan perdagangan calon Perusahaan Tercatat

selambat-lambatnya satu Hari Bursa sebelum perdagangan saham dimulai.

2.3. Pengertian Delisting Dalam kamus investasi, istilah delisting diartikan sebagai

penghapusan saham yang sebelumnya sudah tercatat dan diperdagangkan di Bursa

Efek.56 Selanjutnya berdasarkan huruf I.14 Peraturan BEJ No I-I, penghapusan

pencatatan atau delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di

Bursa sehingga efek tersebut tidak dapat diperdagangkan lagi di Bursa. Berbeda

dengan di Indonesia, di Amerika Serikat delisting sempat menjadi permasalahan

karena belum diatur dalam Securities Exchange Commission Act of 1934 (yang

selanjutnya disebut SEC Act ). Peraturan mengenai delisting ini dibentuk

untuk mempermudah proses penghapusan pencatatan (removing from listing and/or withdrawing from registration) dari ketentuan Section 12(b) SEC Act

1934 mengenai proses pencatatan (listing activity or registration). Pengertian

delisting dalam Section 12(d) SEC Act 1934 tidak diatur secara eksplisit

melainkan peraturan tersebut menyatakan bahwa efek yang sudah dicatatkan atau

didaftarkan di Bursa Efek dapat ditarik atau dihapuskan dari pencatatan dan

pendaftaran yang sudah dilakukan di Bursa dengan mengajukan permohonan

56 http://www.investopedia.com/terms/d/delisting.asp#axzz26P0o8gR2 of

a listed security from the exchange on which it trades.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

32

penarikan yang dilakukan oleh Emiten sendiri atau oleh Bursa Efek dimana efek

tersebut tercatat.57

Dilihat dari pengertian diatas, baik dari Peraturan BEJ No. I-I ataupun

SEC Act 1934 yang telah dikodifikasikan 15 U.S.C. § 78(d) maka delisting dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Permohonan delisting saham yang diajukan oleh Perusahaan Tercatat yang

bersangkutan (voluntary delisting).

Dengan voluntary delisting ini maka Perusahaan Tercatat secara sukarela

dengan pertimbangan hukum masing-masing perusahaan memutuskan

untuk melakukan penghapusan pencatatan dari Bursa Efek.

2. Permohonan delisting saham yang diajukan oleh Bursa (involuntary delisting)58

Dengan involuntary delisting ini maka pihak yang melakukan

penghapusan pencatatan atas saham Perusahaan Tercatat tersebut adalah

Bursa Efek. Hal ini dilakukan dengan segala pertimbangan bahwa

Perusahaan Tercatat telah melanggar ketentuan peraturan mengenai

pencatatan saham dan Perusahaan Tercatat telah melakukan Unusual Market Trading yang menyebabkan pergerakan pasar menjadi tidak adil

dan tidak berjalan seperti biasanya. Permohonan delisting akibat adanya

Unusual Market Trading ini dilakukan demi melindungi para investor dan

kepentingan publik (pemegang saham minoritas atau minority shareholders).

57 Security Exchange Commission 1934, disahkan pada 6 Juni 1934, dikodifikasikan dalam 15 U.S.C. § 78(d), diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 11.14 WIB. Peraturan

A Security registered with a national securities exchange may be withdrawn or stricken from listing and registration in accordance with the rules of the exchange and, upon such terms as the Commission or within such shorter period of time as the Commission may deem necessary to impose for protection of investors, upon application by the issuer or the

58 Security Exchange Commission 1934, Section 12(D), diakses pada tanggal 14

September 2012, pukul 11.20 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa The Commission may prescribe, by rule of regulation such additional procedures or requirements for extending unlisted trading privileges to any security as the Commisssion deems necessary or appropriate for the maintenance of fair and orderly markets, the protection of investors and the public interest, or otherwise in furtherance of the purposes of this title

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

33

2.4. Persyaratan Delisting Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa delisting dapat

dibedakan menjadi dua yakni voluntary delisting dan involuntary delisting yang

mana terhadap keduanya dihadapkan pada persyaratan yang berbeda-beda untuk

dapat melakukan penghapusan pencatatan.

2.4.1. Persyaratan Voluntary Delisting di Indonesia Berdasarkan ketentuan huruf III.2 Peraturan BEJ No. I-I, persyaratan

voluntary delisting antara lain:

1. Pengajuan permohonan delisting saham oleh Perusahaan Tercatat hanya

dapat dilakukan apabila telah tercatat di Bursa sekurang-kurangnya lima

tahun.

2. Rencana delisting telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang

Saham (yang selanjutnya disebut ).

3. Perusahaan Tercatat atau pihak lain yang ditunjuk wajib membeli saham

dari pemegang saham yang tidak menyetujui keputusan RUPS pada harga

dibawah ini dengan nilai tertinggi antara lain:

a. harga nominal

b. harga tertinggi di Pasar Reguler selama dua tahun terakhir sebelum

iklan pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor

penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir

hingga RUPS yang menyetujui delisting, ditambah premi berupa

tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan

sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) tiga bulan atau tingkat bunga obligasi

pemerintah lain yang setara yang berlaku pada saat ditetapkannya

putusan RUPS mengenai delisting. c. nilai wajar berdasarkan penilaian pihak independen yang terdaftar di

Bapepam dan ditunjuk oleh Perusahaan Tercatat atau pihak yang akan

melakukan pembelian saham serta disetujui oleh RUPS.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

34

2.4.2. Persyaratan Voluntary Delisting di Amerika Pengaturan mengenai voluntary delisting di Amerika diatur

berdasarkan ketentuan peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan SEC 1934

mengenai Removal from Listing and Registration terkait dengan persyaratan

voluntary delisting hanya ditunjukan kepada Emiten yang memiliki saham tercatat

di Bursa berdasarkan ketentuan Section 12(b) SEC 1934 yang dikodifikasikan

dalam 15.U.S.C § 78(l), menyatakan bahwa Emiten yang mencatatkan sahamnya

pada Bursa dengan mengisi aplikasi yang telah ditentukan oleh Bursa beserta

fotokopi asli form aplikasi tersebut yang isinya antara lain59:

a. informasi yang dituangkan secara detail mengenai Emiten atau pihak lain

yang ditunjuk secara langsung atau tidak langsung untuk mengendalikan

perusahaan (controller) atau pihak yang secara langsung atau tidak

langsung ditunjuk oleh dibawah pengawasan pengendali (controller), atau

penjamin efek sebagai kuasa untuk kepentingannya dan/atau untuk

kepentingan perusahaan, atau para pihak yang ditentukan lain oleh Bursa.

b. fotokopi anggaran dasar perusahaan, peraturan perusahaan, kontrak trust indentures, perjanjian penjaminan efek, ataupun dokumen lainnya yang

dilakukan oleh Emiten, atau pihak lain yang ditunjuk secara langsung atau

tidak langsung sebagai pengendali, atau pihak yang ditunjuk langsung atau

tidak langsung dibawah pengawasan pengendali.

59 Security Exchange Commission 1934, yang dikodifikasikan dalam 15.U.S.C § 78(l), Section 12(b), r diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 15.26 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa A security may be registered on a national security exchange by the issuer filing an application with the exchang (and filing with the Commission such duplicate originals thereof as the Commission may require), which application shall contain: a) such information, in such details, as to the issuer and any person directly or indirectly controlling or controlled by, or under direct or indirect common control with, the issuer, and any guarantor of the security as to principal or interest or both, as the Commisssion may by rules and regulations require as necessary or appropriate in the publ ic interest or for the protection of investors, b) Such copies of articles of incorporation, bylaws, trust indentures, or corresponding documents by whatever name known, underwriting arrangement, and other similar documents of, and voting trust agreements with respect to, the issuer and the person directly or indirectly controlling or controlled by, or under direct or indirect common control with the issuer as the Commission may require as necessary or appropriate for the proper protection of investors and to insure fair dealing in the security, c) Such copies of material contracts, referred to in paragraph (1)(I) above, as the Commission may require as necessary or appropriate for the proper protection of investors and to insure fair dealing in the security

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

35

c. fotokopi kontrak-kontrak penting (material contract)60 yang diperlukan

oleh Bursa dengan kepentingan untuk melindungi kepentingan investor

dan menciptakan perdagangan efek yang adil, seperti kontrak-kontrak

yang dibuat untuk kepentingan transaksi yang tidak biasa (extraordinary course of business) yang dapat dieksekusi baik seluruhnya ataupun

sebagian setelah menyerahan aplikasi (filing application) atau kontrak

yang telah dieksekusi tidak lebih dari dua tahun sebelum penyerahan

aplikasi (filing application), atau kontrak yang berkaitan dengan hak

kekayaan intelektual, khususnya hak paten.

Terhadap Emiten yang telah mendaftarkan efeknya sesuai dengan persyaratan

yang telah disebutkan diatas, apabila hendak melakukan voluntary delisting tidak

tunduk pada kewajiban untuk pendaftaran berdasarkan ketentuan Section 12 (g) of

Act 15 U.S.C. 78l(b) dan kewajiban pelaporan berdasarkan ketentuan Section

15(d) Act 15 U.S.C. 78o(d).

2.4.3. Persyaratan Involuntary Delisting di Indonesia Berdasarkan ketentuan huruf III.3.1 peraturan BEJ No. I-I,

persyaratan involuntary delisting yang dilakukan oleh Bursa harus terpenuhi

sekurang-kurangnya satu kondisi dibawah ini:

1. Mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh

negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara

finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status

Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat

tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai.

2. Saham Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan

Pasar Tunai hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-

kurangnya selama 24 bulan terakhir.

60 Ibid., Material contracts referred to in Paragraph (1)(I) are any material contracts, not made in the ordinary course of business, which are to be executed in whole or in part at or after the filing of the application or which were made not more than two years before filing, and every material patent or contract for a material patent right shall be deemed a material

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

36

2.4.4. Persyaratan Involuntary Delisting di Amerika Berdasarkan ketentuan peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan

SEC Act 1934 mengenai Removal from Listing and Registration terkait dengan

involuntary delisting, pihak Bursa dapat mengisi Form 25 (17 CFR 249.25) untuk

melakukan penghapusan pencatatan atas efek Emiten yang telah terdaftar

berdasarkan ketentuan 12(b) peraturan ini dengan persyaratan antara lain:

a. efek tersebut telah diberi peringatan untuk segera dilepaskan karena sudah

tidak efektif 61 lagi untuk diperdagangkan.

b. efek tersebut telah memenuhi tanggal jatuh tempo untuk segera dilakukan

pembelian sesuai dengan harga efek tersebut yang mana hasil pembelian

tersebut akan dipegang oleh pemilik efek (Perusahaan Tercatat).62

c. efek tersebut yang secara keseluruhan telah terbukti secara hukum tidak

memiliki hak apapun bagi pemegangnya kecuali hak untuk mendapatkan

uang atas pembelian saham tersebut yang nilai dihitung secara adil oleh

Penilai (appraisal). d. hak-hak yang timbul dari efek tersebut sudah tidak ada lagi berdasarkan

penetapan dari pengadilan atau pejabat pemerintah lainnya yang memiliki

kewenangan untuk itu, dimana penetapan tersebut telah final atau

berkekuatan hukum tetap.

2.5. Prosedur Delisting Sama halnya dengan persyaratan delisting yang dibedakan sesuai

dengan klasifikasi delisting itu sendiri, maka untuk proses delisting pun juga

dibedakan menjadi dua, yakni:

61 Security Exchange Commission 1934, Huruf A(1) § 240.12d2-2 Removal from , diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 10.58 WIB. Peraturan

ini menyatakan bahwa The entire class of the security has been called for redemption, maturity, or retirement

62 Ibid., The entire class of the security has been redeemed or paid at maturity or

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

37

2.5.1. Prosedur Voluntary Delisting di Indonesia Perusahaan Tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana

delisting kepada Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal

kepada publik termasuk informasi mengenai alasan dan tujuan delisting sahamnya, pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham

yang ingin menjual saham perusahaan tercatat dan harga pembelian saham.

Keterbukaan informasi awal kepada publik disampaikan sekurang-kurangnya

dalam satu surat kabar berperedaran nasional yang sekurang-kurangnya

mencantumkan informasi tertentu. 63 Keterbukaan informasi tersebut dilakukan

bersamaan dengan pengumuman akan dilakukannya pemanggilan RUPS dan

sesegera mungkin disampaikan kepada Bursa. Apabila RUPS menyetujui rencana

delisting, maka Perusahaan Tercatat wajib melakukan keterbukaan informasi

melalui sekurang-kurangnya satu surat kabar berperedaran nasional mengenai tata

cara pembelian kembali saham 64 yang sesegera mungkin disampaikan kepada

Bursa. Selanjutnya, Perusahaan Tercatat menyampaikan permohonan delisting

saham kepada Bursa disertai dengan laporan pelaksanaan pembelian saham

kepada Bursa dan opini Konsultan Hukum independen yang menyatakan bahwa

proses pembelian saham yang dimaksud telah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Setelah permohonan delisting Perusahaan Tercatat diterima oleh Bursa

maka Bursa melakukan suspensi atas saham Perusahaan Tercatat yang berencana

untuk melakukan voluntary delisting. Delisting saham atas permohonan

Perusahaan Tercatat menjadi efektif setelah:

a. Perusahaan Tercatat memenuhi seluruh kewajibannya kepada Bursa.

b. Perusahaan Tercatat telah membayar biaya delisting efek sebesar 2 (dua)

kali biaya pencatatan efek tahunan terakhir.

63 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. angka III.2.2.2. alasan dan tujuan delisting saham, pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham yang ingin menjual saham Perusahaan Tercatat, dan perkiraan harga pembelian saham.

64 Ibid., i saham sekurang-kurangnya meliputi: harga pembelian saham, nama pihak yang bersedia melakukan pembelian saham dan apabila ada hubungan afilisasi dengan perusahaan tercatat, periode pembelian saham sekurang-kurangnya lima hari Bursa setelah tanggal iklan hasil RUPS, dan penunjukan Anggota Bursa Efek yang bertindak sebagai perantara pembeli.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

38

c. Bursa memberikan persetujuan delisting dan mengumumkan di Bursa.

2.5.1.1. Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di Indonesia Dalam rangka proses delisting, salah satu tahapan yang harus

dilakukan adalah pembelian saham yang semula tercatat di Bursa. Proses

pembelian saham ini dilakukan dengan mekanisme penawaran tender atau tender offer. Pengertian tender offer dalam kamus bisnis dan keuangan diartikan sebagai

berikut:

a. Tender offer is an offer to buy some or most of the stock in a publicly-traded company directly from shareholders for a price well above fair market value.65

b. Tender offer is a proposal to buy shares of stock from the stockholders of a corporation, made by a group or company that desires to obtain control of the corporation. A tender offer to purchase may be for cash or some type of corporate security of the acquiring company for example: stock, warrants, or debentures. Such an offer is sometimes subject to either a minimum or maximum that the offeror will accept and is communicated to the stocholders through newspaper advertisements or a general mailing to complete list of stockholders.66

c. A tender offer is when a corporation or other investor offers to buy a large portion of outstanding shares of another company, called the target company, usually at a price higher than the market price, it is called a tender offer. A tender offer is often part of a company trying to take over another company which current stockholders, individually or as a group, can accept or reject the offer.67

65 <http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Tender+Offer nition of pada tanggal 23 September 2012, pukul 17.31 WIB. Tender offer adalah

penawaran untuk membeli beberapa atau sebagian efek dari perusahaan publik langsung dari pemegang saham untuk harga yang sesuai atau diatas harga pasar.

66 <http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/tender+offeriakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 17.48 WIB. Tender Offer merupakan

suatu pernyataan penawaran untuk membeli saham dari pemegang saham suatu perusahaan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk melakukan pengendalian atas Perusahaan Sasarannya. Pembelian dengan tender offer ini dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan menggunakan saham, waran, atau pinjaman. Penawaran tender ini dilakukan dengan menetapkan harga yang wajar (a minimum or maximum) dan di publikasikan dalam surat kabar atau pengumuman untuk

67 <http://www.corporate-actions.net/Ternder-Offer.html>, diakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 18.40 WIB. Tender offer terjadi ketika suatu

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

39

Berdasarkan definisi-definisi yang disebutkan diatas maka dapat dikatakan bahwa

tender offer merupakan suatu penawaran untuk membeli sejumlah saham dalam

jumlah tertentu dari suatu Perusahaan Sasaran dengan harga diatas harga pasar

yang mana proses tender offer tersebut dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan

akan dipublikasikan dalam surat kabar untuk diketahui oleh publik.

Pengaturan mengenai tender offer diatur dalam Pasal 83 UU/8/1995

yang memberikan mandat kepada Bapepam untuk menetapkan pengaturan lebih

lanjut mengenai tender offer, yakni dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang

Penawaran Tender Sukarela (Voluntary tender offer). Berdasarkan Angka 1 huruf

a (3) penawaran tender sukarela adalah penawaran yang dilakukan secara sukarela

oleh pihak untuk memperoleh efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh

Perusahaan Sasaran dengan cara pembelian atau pertukaran dengan efek lainnya

melalui media massa. Pihak yang hendak melakukan perubahan terhadap status

perusahaannya menjadi PT Tertutup (Going Private) harus melakukan pembelian

kembali sahamnya melalui tender offer terhadap kepemilikan independen

sahamnya dengan memperhitungkan harga pembelian sesuai dengan harga pasar,

atau dengan harga yang adil yang ditentukan oleh Penilai yang independen

(independent appraisal) atau dengan harga diatas harga pasar seperti yang diatur

dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1. Proses voluntary tender offer yang dapat

ditempuh berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.F.1 adalah:

1. Adanya persetujuan RUPS terkait pembelian kembali saham berdasarkan

ketentuan Pasal 38 UU/40/2007.

2. Pihak yang akan melakukan penawaran tender sukarela wajib

menyampaikan pernyataan penawaran tender sukarela kepada Bapepam-

LK, serta tembusan kepada:

a. Bursa Efek dimana efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek

penawaran tender sukarela dicatatkan;

b. Perusahaan Sasaran;

perusahaan atau investor menawarkan untuk membeli saham dalam jumlah yang besar dari Perusahaan Sasaran yang biasanya dilakukan pada harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Tender offer juga dapat diartikan bahwa suatu perusahaan hendak mengambilalih perusahan lain dimana pemegang saham yang ada saat ini baik secara individu atau berkelompok dapat menerima atau menolak penawaran tersebut.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

40

c. Pihak lain yang telah menyampaikan pengumuman penawaran tender

sukarela atas efek bersifat ekuitas dari Perusahaan Sasaran yang sama

yang masa penawarannya belum berakhir.

3. Pernyataan penawaran tender sukarela memuat hal-hal sebagai berikut:

a. nama dan alamat Perusahaan Sasaran;

b. uraian lengkap68 mengenai efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek

penawaran tender sukarela;

c. persyaratan serta kondisi khusus dari penawaran tender sukarela;

d. nama Bursa Efek dimana efek bersifat ekuitas yang menjadi obyek

penawaran tender sukarela diperdagangkan;

e. hasil perhitungan harga efek bersifat ekuitas69;

f. nama, alamat, dan kewarganegaraan dari pihak yang melakukan

penawaran tender sukarela dan afiliasinya sehubungan dengan

penawaran tender sukarela dan keterangan apakah pihak tersebut

pernah dinyatakan pailit, pernah menjadi direktur atau komisaris yang

dinyatakan bersalah dan menyebabkan perseroan dinyatakan pailit,

pernah dihukum karena melakukan kejahatan di bidang keuangan,

atau pernah diperintahkan oleh pengadilan atau lembaga yang

68 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela, , ditetapkan di Jakarta, 3 lengkap mengenai efek bersifat ekuitas paling sedikit memuat informasi tentang: harga penawaran tender sukarela, waktu pelaksanaan penawaran tender sukarela, dan tata ca

69 Ibid., angka 4 huruf a. ntuk obyek penawaran tender sukarela berupa saham dan/atau waran, harga penawaran tender sukarela atas saham dan/atau waran kecuali ditentukan lain oleh Bapepam-LK, harus lebih tinggi dari: a) harga penawaran tender sukarela tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang sama dalam jangka waktu 180 hari sebelum pengumuman dalam paling sedikit 2 surat kabar harian berbahasa Indonesia, salah satu diantaranya berperedaran nasional, pada tanggal yang bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran tender sukarela kepada Bapepam-LK. b) harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di Bursa efek selama 90 hari terakhir sebelum pengumuman, dalam hal penawaran tender sukarela dilakukan atas saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek. c) harga rata-rata dari harga tertinggi pada perdagangan harian di Bursa Efek dalam waktu 12 bulan terakhir yang dihitung mundur dari hari perdagangan terakhir atas saham yang dimaksud, dalam hal saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran tidak diperdagangkan di Bursa Efek dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman. d) harga wajar yang ditetapkan oleh Penilai, dalam hal penawaran tender sukarela dilakukan atas saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran yang tidak tercatat di Bursa Efek.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

41

berwenang untuk menghentikan kegiatan usahanya yang berhubungan

dengan efek.

g. penjelasan tentang hubungan, kontrak, dan transaksi material 70

dengan perusahaan sasaran atau afiliasinya dalam jangka waktu tiga

tahun terakhir yang dilakukan oleh pihak yang akan melakukan

penawaran tender sukarela.

h. pernyataan pihak yang melakukan penawaran tender sukarela tentang

tersedianya dana yang cukup untuk menyelesaikan penawaran tender

sukarela yang didukung dengan pendapat dari Akuntan, Bank, atau

Perusahaan Efek;

i. pernyataan tentang tujuan penawaran tender sukarela dan setiap

rencana atas Perusahaan Sasaran setelah penawaran tender sukarela

selesai dilaksanakan, diantaranya rencana untuk mengubah struktur

modal, kebijakan dividen, atau mengubah manajemen;

j. penjelasan tentang jumlah dan persentase efek Perusahaan Sasaran

yang dimiliki baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang

melakukan penawaran tender sukarela termasuk opsi untuk membeli

atau hak untuk memperoleh dividen atau manfaat lain serta kuasa

untuk menggunakan hak suara dalam RUPS Perusahaan Sasaran;

k. informasi tambahan yang diperlukan agar penyataan dalam

penawaran tender tidak menyesatkan.

4. Seluruh informasi yang dimuat dalam penawaran tender sukarela wajib

diumumkan dalam paling sedikit 2 surat kabar harian berbahasa

Indonesia, salah satu diantaranya berperedaran nasional, pada tanggal

yang bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran tender

sukarela kepada Bapepam-LK.

5. Pernyataan tender sukarela tidak dapat dibatalkan setelah pengumuman,

kecuali memperoleh persetujuan Bapepam-LK.

6. Pernyataan penawaran tender sukarela menjadi efektif dengan:

70 Ibid., angka 2 huruf b(6). ubungan, kontrak, dan transaksi material meliputi kontrak penjualan/pembelian, hubungan keagenan, dan hubungan kepengurusan

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

42

a. atas lewatnya waktu 15 hari sejak tanggal pernyataan penawaran

tender sukarela diterima Bapepam-LK secara lengkap, yaitu telah

memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan dalam peraturan ini atau

atas lewatnya waktu 15 hari sejak tanggal perubahan terakhir yang

disampaikan pihak yang melakukan penawaran tender sukarela atau

yang diminta Bapepam-LK dipenuhi;

b. atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam-LK bahwa tidak ada lagi

perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang diperlukan.

7. Masa pelaksanaan penawaran tender sukarela wajib dimulai paling lambat

dua hari kerja setelah pernyataan penawaran tender sukarela menjadi

efektif dan paling sedikit 30 hari dan dapat diperpanjang paling lama

menjadi 90 hari, kecuali disetujui oleh Bapepam-LK.

8. Pelaporan dilakukan oleh pihak yang melakukan penawaran tender

sukarela kepada Bapepam-LK paling lambat 10 hari kerja sejak tanggal

penyelesaian penawaran tender sukarela berakhir.

2.5.2. Prosedur Voluntary Delisting di Amerika Tidak jauh berbeda dengan prosedur voluntary delisting yang diatur

dalam Peraturan BEJ No. I-I, peraturan § 240.12d2-2 dibawah ketentuan SEC Act

1934 mengenai Removal from Listing and Registration juga mengatur prosedur

voluntary delisting yakni dengan mengisi dan menyerahkan (file an application)

Form 25 dengan terlebih dahulu melakukan hal-hal berikut ini:

a. Emiten harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari peraturan perundang-

undangan yang ada terkait dengan pendirian Perusahaan Tercatat tersebut

dan/atau dengan Peraturan Bursa Efek dimana efek Perusahaan Tercatat

tersebut dicatatkan, dengan tujuan untuk melakukan penghapusan

pencatatan dari Bursa.

b. dalam jangka waktu kurang dari 10 hari sebelum Emiten menyerahkan

aplikasi Form 25 kepada Bursa (commission), Emiten harus melakukan

pemberitahuan tertulis (written notice) terkait dengan keinginannya untuk

melakukan voluntary delisting. Pemberitahuan tertulis ini harus mencakup

penjelasan mengenai jenis efek yang hendak dihapuskan pencatatannya

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

43

bersamaan dengan pernyataan mengenai fakta material yang berkaitan

dengan alasan dilakukannya voluntary delisting.

c. pemberitahuan tertulis (written notice) tersebut harus diumumkan secara

publik melalui press release atau melalui website yang dapat diakses oleh

publik. Pemberitahuan tertulis dalam website ini harus tetap ada sampai

tanggal efektif delisting. d. tanggal efektif delisting adalah 10 hari setelah Form 25 telah disetujui oleh

Bursa (commission).

e. setelah Form 25 telah diterima maka Emiten tidak memiliki kewajiban

pelaporan71 dibawah ketentuan Section 13(a) Act (15 U.S.C 78 m(a)) dan

peraturan mengenai pendaftaran dalam Section 12(b) § 240.12d2-2.

2.5.2.1.Pembelian Saham Melalui Proses Tender Offer di Amerika

Pengaturan mengenai tender offer di Amerika diatur dalam Sections

14(d) dan 14(e) SEC Act 1934, tetapi tidak satupun dalam pengaturan tersebut

yang menjelaskan mengenai definisi tender offer. Beberapa praktisi berpendapat

bahwa pada tahun 1968 Congress berkehendak untuk mengatur mengenai tender offer yang sifatnya konvensional dalam Sections 14(d) dan 14(e) sebagai bagian

dari Williams Act, namun beberapa hakim dan beberapa pihak dalam Security Exchange Commission menolak hal tersebut karena dianggap tidak konsisten

dengan pemahaman umum (konvensional) mengenai tender offer dalam SEC

Act.72

Dalam pengertian konvensional tender offer di Amerika harus dibuat

dengan melakukan pengumuman kepada publik yang ditunjukan kepada para

71 Security Exchange Commission, September 2012, pukul 22.49 WIB. Peraturan ini

menyatakan bahwa setiap Emiten yang sahamnya didaftarkan sesuai dengan Section 78(l) harus melakukan kewajiban pelaporan kepada Commission demi kepentingan investor dan untuk memastikan perdagangan efek yang adil, antara lain: a) informasi dan dokumen mengenai kondisi Emiten terkait dengan pernyataan pendaftaran (termasuk fotokopinya); b) laporan tahunan (termasuk fotokopinya) yang telah dianalisis oleh Akuntan independen dan laporan pertengahan tahun apabila Commission meminta.

72 aHarvard Law Review: Vol. 86, No. 7 (May, 1973), hlm. 1250,

< http://www.jstor.org/stable/1340067 >, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

44

pemegang saham untuk melakukan penawaran atas saham mereka dengan harga

yang ditentukan secara spesifik dan dalam kurun waktu terbatas, yang biasanya

tidak lebih dari dua minggu. 73 Proses pembayaran atas saham tersebut dapat

dilakukan baik secara tunai atau ditukarkan dengan efek lainnya. Proses tender offer yang konvensional ini biasanya digunakan untuk mengambil alih saham

perusahaan lain dengan tujuan untuk melakukan pengendalian ataupun

pengambilalihan saham tanpa hak untuk mengendalikan. Konvensional tender offer dinilai sebagai mekanisme yang lebih murah dan lebih sederhana.

Permasalahan yang timbul dari konvensional tender offer ini adalah tidak adanya

ketentuan dalam peraturan yang menyatakan bahwa perlunya dilakukan

keterbukaan berkaitan dengan pembelian saham secara tunai, sementara disatu sisi

peraturan mengatur mengenai kewajiban untuk melakukan keterbukaan apabila

melakukan tender offer dengan pertukaran efek lainnya.

Williams Act mengatur mengenai adanya lima ketentuan tambahan

dalam SEC Act 1934, khususnya dalam Sections 14(d) paragraph (I) yang

mengatur mengenai kewajiban keterbukaan dalam tender offer baik yang

dilakukan secara tunai ataupun dengan menukarkan efek lainnya dan ketentuan

mengenai batasan-batasan dalam proses tender offer yang diatur dalam

Paragraphs (5)-(7) serta yang terakhir dalam Section 14(e) yang mengatur

mengenai antifraud.74

2.5.2.1.1. Disclosure Dalam Section 14 (d)(I) mengatur mengenai setiap pihak yang hendak

melakukan tender offer dengan kepemilikan saham yang lebih dari 5% sesuai

dengan klasifikasi saham yang terdaftar menurut ketentuan SEC Act 1934

diharuskan untuk melakukan keterbukaan mengenai informasi-informasi material,

khususnya apabila adanya keinginan untuk melakukan pengambilalihan

perusahaan. Kewajiban melakukan keterbukaan informasi ini bertujuan agar pihak

publik mengetahui situasi mengenai tender offer yang akan dilakukan sehingga

73 Ibid.

74 Ibid.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

45

publik dapat menentukan sikap untuk menjual sahamnya atau untuk

mempertahankan sahamnya dalam perubahan kepemilikan managemen yang

baru.75 Ketentuan mengenai informasi-informasi material yang harus dilaporkan

antara lain berkaitan dengan:76

1. Kewajiban pengelola perusahaan untuk menerima atau menolak

permohonan dari pihak penawar;

2. Kewajiban pengelola perusahaan untuk membuka kontrak kerja

(employment contracts)77 dengan pihak penawar;

3. Kewajiban pengelola perusahaan untuk memberitahu mengenai pihak

yang akan menjual sahamnya;

4. Kewajiban pengelola perusahaan untuk melakukan keterbukaan informasi

atas informasi material yang bukan menjadi milik publik;

5. Tindakan yang ditempuh oleh pengelola perusahaan terhadap adanya

penawaran berganda dan merger.

75 Ibid.,

substantial, timely disclosure in situations where tender offers were potentially being used to gain

investment in a company that might be changing hands and undergoing significant

76 The

Business Lawyer: Vol. 25, No. 2 (January 1970), hlm. 466, <http://www.jstor.org/stable/40685015>, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.57 WIB.

of disclosure will be analyzed under the following categories: (1) mrecommended acceptance or rejection, and if a recommendation is made the content of the

management group will tender his share; -

77 Ibid., formation of certain members of the management group that have employment contracts with the offeror would be material information that shall be disclosed.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

46

2.5.2.1.2. Substantive Restrictions on Tender Offers Berkaitan dengan kewajiban melakukan keterbukaan informasi,

berikut ini adapun batasan-batasan yang berkatian dengan pelaksanaan proses

tender offer itu sendiri, antara lain:

1. adanya persetujuan yang diberikan kepada pemegang saham untuk

menarik saham yang telah didepositokan berkaitan dengan tender offer,

dalam jangka waktu tujuh hari pertama dari penawaran tersebut, atau 60

hari apabila pihak penawar belom membayar sejumlah saham atau belum

menukarkan saham yang ditawarkan dengan efek lainnya. Tujuan

ketentuan ini adalah untuk memberikan jaminan kepada setiap pemegang

saham bahwa dalam jangka waktu singkat (a minimum period of time)

untuk membuat suatu keputusan terkait penawaran sahamnya tanpa

dirugikan oleh pemegang saham lainnya.78

2. adanya kebolehan bagi para pihak dalam melakukan tender offer untuk

membeli secara pro rata semua saham yang ditawarkan apabila keterangan

mengenai jumlah saham lebih ditekankan daripada para pihak yang

berpartisipasi dalam proses tender offer tersebut, dalam jangka waktu

sepuluh hari pertama sejak penawaran.79

3. adanya kebolehan untuk menaikan harga beli atas saham yang ditawarkan

oleh pemegang saham, termasuk saham yang ditawarkan dengan harga

beli yang paling rendah.80

78 Harvard Law Review, op.cit., hlm. 1258-1259. to withdraw securities deposited pursuant to a tender offer during the first 7 days of an offer, or after 60 days if the offeror has not purchased or returned the securities by then. In conjuction with Section 14(d)(I), Section 14 (d)(5)-(7) generally guarantee each shareholder a minimum period of time in which to make an informed decision on whether to tender his shares, without being disadvantaged with respect to other shareholders.

79 Ibid., a pro rata basis from among all shares tendered during the first 10 days of the offer, if more shares than the party specified have been tendered in that time.

80 Ibid., offer be paid to all tendering shareholders, even to those who tendered in response to the lower

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

47

2.5.2.1.3. Fraud Prohibition Secara umum pertanggungjawaban pengelola perusahaan kepada

pemegang saham terkait dengan proses tender offer ini sangat berkaitan erat

dengan penyampaian keterbukaan informasi yang harus disebutkan seperti yang

sudah ditentukan sebelumnya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola perusahaan

ini diatur dalam Section 14(e) SEC Act 1934 yang menyatakan:

unlawful for any person to make any untrue statement of a material fact or omit to state any material fact necessary in order to make the statements made, in the light of the circumstances under which they are made, not misleading, or to engage in any fraudulent, deceptive or manipulative acts or practices, in connection with any tender offer or request or invitation for tenders or any solicitation of security holders in

81

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam proses tender offer setiap pihak,

khususnya pengelola perusahaan tidak boleh membuat pernyataan yang tidak

sebenarnya atau pernyataan yang menyesatkan tentang informasi material yang

berkaitan dengan proses tender offer.

2.5.2.1.4. Special Bids Harga pelelangan yang digunakan dalam melakukan proses tender

offer adalah harga pasar terkait jenis saham tertentu yang akan ditawarkan dengan

tujuan agar saham yang dibeli masih dapat diperdagangkan dalam pasar regular

walaupun dengan harga yang tinggi. Pihak pembeli dalam hal ini mengumumkan

jumlah harga tertentu atas suatu saham dengan menyebutkan jumlah saham yang

diinginkan dan besarnya harga penawaran tetap. Harga penawaran ini biasanya

lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham untuk jumlah saham yang sejenis.

Persamaan tender offer dengan harga pelelangan dengan tender offer

konvensional adalah tindakan tender offer sama-sama dilakukan dan ditawarkan

kepada seluruh pemegang saham di Perusahaan Publik. Adapun perbedaan tender offer dengan menggunakan harga pelelangan dan tender offer dengan cara

81 Carl Krasik, op.cit.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

48

konvensional dimana tender offer dengan harga pelelangan ini tidak meliputi atau

mencakup jangka waktu dimana saham tersebut pertama kali ditempatkan. 82

Proses tender offer dengan menggunakan harga pelelangan ini harus dilakukan

dan dibayar secepatnya sampai pelelangan telah selesai atau ditarik (tidak pernah

dilakukan).

2.5.3. Prosedur Involuntary Delisting di Indonesia Peraturan BEJ No. I-I secara jelas menjelaskan mengenai prosedur

involuntary delisting dimana apabila terdapat indikasi bahwa Perusahaan Tercatat

mengalami satu atau lebih persyaratan involuntary delisting seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, maka Bursa Efek dapat melakukan dengar pendapat

dengan Perusahaan Tercatat. Dalam hal Bursa memutuskan untuk melakukan

delisting saham Perusahaan Tercatat maka Bursa akan memberitahukan jadwal

pelaksanaannya kepada Perusahaan Tercatat pada Hari Bursa yang sama

diputuskannya delisting saham yang dimaksud dengan tembusan kepada

Bapepam. Keputusan delisting saham Perusahaan Tercatat dan jadwal

pelaksanaannya diumumkan di Bursa selambat-lambatnya pada awal sesi I Hari

Bursa berikutnya setelah diputuskannya delisting saham yang dimaksud. Apabila

memang dipandang perlu Bursa dapat melakukan suspensi selama lima Hari

Bursa dan selanjutnya diperdagangkan hanya di Pasar Negosiasi selama 20 Hari

Bursa sebelum tanggal efektif delising. Proses delisting akan berlaku efektif pada

tanggal yang ditetapkan oleh Bursa dalam keputusan delisting dan diumumkan di

Bursa.

2.5.4. Prosedur Involuntary Delisting di Amerika Sama halnya dengan proses voluntary delisting di Amerika Serikat,

pengaturan involuntary delisting dalam SEC Act 1934 cukup dilakukan dengan

mengisi dan menyerahkan Form 25 kepada Commission apabila Bursa memiliki

dasar pertimbangan yang kuat bahwa efek dari Perusahaan Tercatat sudah tidak

efektif lagi untuk diperdagangkan. Namun, berkaitan dengan penyerahan aplikasi

82 Harvard Law Review, op.cit., hlm. 1262.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

49

Form 25 tentang penghapusan pencatatan, adapun hal-hal yang harus dipenuhi

berdasarkan peraturan huruf b(1) § 240.12d2-2:

a. pemberitahuan kepada Emiten mengenai keputusan Bursa untuk

melakukan penghapusan pencatatan sahamnya.

b. kesempatan kepada Emiten untuk melakukan banding kepada Direksi dari

Bursa Efek nasional atau lembaga yang ditunjuk oleh Direksi (national

the board).

c. pemberitahuan secara umum (public notice) atas keputusan Bursa Efek

untuk melakukan penghapusan pencatatan saham dengan melakukan press release atau mencantumkannya di website. Pengumuman ini harus

dilakukan kurang dari 10 hari sebelum delisting menjadi efektif dan harus

tetap diumumkan dalam website sampai delisting menjadi efektif.

d. tanggal efektif delisting adalah 10 hari setelah Form 25 telah disetujui oleh

Bursa (commission).

2.6. Pengertian Relisting

Dalam kamus bisnis dan investasi, Relisting diartikan sebagai:

return to listed status for a stock after having been

delisted from an exchange for not being in compliance with the

house in order and meets listing requirements, it can apply to 83

Adapun definisi lain yang diberikan untuk menjelaskan mengenai relisting, yakni:

exchange after it has been

removed for not being in compliance with listing requirements.

such as bankruptcy or a share price that has fallen below

83 <http://www.investopedia.com/terms/r/relisted.asp#axzz27IxxfAI6ukul 22.54 WIB. elisting merupakan

pencatatan kembali saham yang telah dihapuskan pencatatan dari Bursa Efek karena tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan pengaturan Bursa Efek terkait dengan pencatatan. Pencatatan kembali saham akan dilakukan ketika perusahaan sudah merasa bahwa perusahaannya telah

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

50

minimum requirements. When a company returns to fiscal 84

Peraturan BEJ No. I-I memberikan definisi mengenai relisting sebagai suatu

tindakan perusahaan untuk melakukan pencantuman kembali suatu efek dalam

daftar efek yang tercatat di Bursa, setelah efek tersebut dihapuskan pencatatannya

di Bursa (delisting).

Dari ketiga pengertian mengenai relisting yang sudah disebutkan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa relisting adalah suatu pencatatan kembali

saham di Bursa Efek setelah saham tersebut mengalami penghapusan pencatatan

dengan berbagai alasan, yakni: perusahaan tersebut tidak memenuhi kriteria

mengenai pencatatan saham seperti yang sudah ditentukan oleh Bursa, perusahaan

tersebut mengalami kepailitan, atau saham dari perusahaan tersebut tidak

mengalami perdagangan yang bagus karena selalu mengalami penurunan nilai

hingga dibawah persyaratan.

2.7 Persyaratan Relisting di Indonesia Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia dapat dilakukan dalam dua

papan pencatatan, yakni: pencatatan saham di Papan Utama dan pencatatan saham

di Papan Pengembangan. Begitu pula dengan mekanisme pencatatan kembali

maka perusahaan harus menentukan di papan manakah calon Perusahaan Tercatat

tersebut akan mencatatkan sahamnya kembali. Berikut adalah persyaratan-

persyaratan untuk melakukan relisting berdasarkan Peraturan BEJ No.I-I, antara

lain:

2.7.1. Persyaratan Umum Relisting Persyaratan umum relisting ini terdiri dari:85

84 <http://www.investorwords.com/18491/relisted.html>, diakses pada tanggal 23 September 2012, pukul 23.04 WIB.

85 Alexander Lay, dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, (Jakarta: The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2010), hlm. 845.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

51

1. Perusahan Tercatat yang sahamnya dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di Bursa, dapat mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada Bursa paling cepat 6 (enam) bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa.

2. Pernyataan pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam masih tetap menjadi efektif.

3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting oleh Bursa atau telah merealisasikan hal-hal yang mendasari permohonan delisting saham saat menjadi Perusahaan Tercatat sebelumnya.

4. Adanya pernyataan Direksi dan Komisaris yang menyatakan bahwa calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum atau menghadapi suatu masalah yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan.

5. Calon Perusahaan Tercatat boleh merupakan anak perusahaan atau induk perusahaan dari Perusahaan Tercatat, dengan ketentuan: a. jika terjadi putus hubungan afiliasi antara calon Perusahaan

Tercatat dengan Perusahaan Tercatat, masing-masing perusahaan mampu menjalankan kegiatan operasinya secara memadai berdasarkan penilaian pihak independen;

b. berdasarkan Laporan Keuangan Proforma Perusahaan Tercatat tanpa mengkonsolidasi dengan Laporan Keuangan calon Perusahaan Tercatat, Perusahaan Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan;

c. berdasarkan Laporan Keuangan Proforma calon Perusahaan Tercatat dapat dikonsolidasi ke Laporan Keuangan Perusahaan Tercatat, calon Perusahaan Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan.

6. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris.

7. Memiliki Direktur tidak terafiliasi86 sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dari jajaran anggota Direksi.

8. Memiliki Komite Audit. 9. Memiliki Sekretaris Perusahaan. 10. Harga saham dan nilai nominal saham calon Perusahaan Tercatat

sekurang-kurangnya Rp100,00 (seratus rupiah).87

86 Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, op.cit., angka IV.1.8. Peraturan ini menyatakan bahwa Direktur yang tidak terafiliasi adalah: a) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan sebelum penunjukan sebagai Direktur tidak terafiliasi; b) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Komisaris atau Direksi lainnya dari perusahaan tercatat; c) tidak bekerja rangkap sebagai Direksi pada perusahaan lain; d) tidak menjadi orang dalam pada lembaga atau profesi penunjang pasar modal yang jasanya digunakan oleh perusahaan tercatat selama 6 (enam) bulan sebelum penunjukan sebagai Direktur.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

52

11. Direksi dan Komisaris calon Perusahaan Tercatat harus memiliki reputasi baik.

2.7.2 Persyaratan Relisting di Papan Utama Berkaitan dengan dibaginya tempat pencatatan saham dalam Bursa

Efek Indonesia, maka dengan ini persyaratan relisting pun diatur lebih khusus

sesuai dengan tempat dimana saham tersebut akan dicatatkan. Persyaratan

relisting di papan utama antara lain:88

1. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana diatur dalam Peraturan BEJ No. 1-I.

2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 bulan berturut-turut.

3. Laporan keuangan calon Perusahaan Tercatat telah diaudit sekurang-kurangnya tiga tahun buku terakhir, dengan ketentuan Laporan Keuangan Auditan dua tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Auditan Interim terkahir (jika ada) memperoleh Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

4. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tagible Asset) sekurang-kurangnya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar).

5. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan relisting sekurang-kurangnya 100.000.000 (seratus juta) saham atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor, dilihat mana yang paling kecil.

6. Jumlah pemegang saham paling sedikit seribu pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek.89

87 Ibid., angka IV.1.11. Peraturan ini menyatakan bahwa ketentuan bagi perusahaan yang

tercatat di Bursa Efek lain, harga saham yang sekurang-kurangnya Rp100,00 adalah berdasarkan harga rata-rata penutupan saham selama 25 hari terjadi transaksi di Bursa Efek lain tersebut atau bagi perusahaan yang tidak tercatat di Bursa Efek lain, harga saham yang sekurang-kurangnya Rp100,00 adalah berdasarkan harga wajar saham sesuai dengan hasil penilaian pihak independen.

88 Alexander Lay, op.cit., hlm. 847.

89 Bursa Efek Jakarta (b), op.cit., angka IV.2.6. Peraturan ini menyatakan bahwa ketentuan tersebut antara lain: a) bagi calon Perusahaan Tercatat yang tidak tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode 5 Hari Bursa sebelum permohonan relisting; b) bagi calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama enam bulan terakhir.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

53

2.7.3. Persyaratan Relisting di Papan Pengembangan Berbeda dengan pengaturan persyaratan relisting di papan utama,

persyaratan relisting di Papan Pengembangan ini mengatur lebih ringkas,

diantaranya:90

1. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan BEJ No.I-I.

2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, secara substansi telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya 12 bulan penuh berturut-turut.

3. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan Keuangan Auditan Interim terakhir (jika ada) memperoleh Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

4. Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

5. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan pencatatan sekurang-kurangnya 50.000.000 (lima puluh juta) saham atau sekurang-kurangnya 35% dari modal disetor, mana yang lebih kecil.

6. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek.

2.8. Prosedur Relisting di Indonesia Calon Perusahaan Tercatat yang hendak mencatatkan kembali

sahamnya di Bursa, wajib mengajukan permohonan Relisting kepada Bursa dan

membayar pendaftaran permohonan pencatatan sebesar Rp15.000.000,00 (lima

belas juta rupiah) untuk pencatatan di Papan Utama dan membayar sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk pencatatan di Papan Pengembangan.

Biaya permohonan pencatatan kembali tersebut sifatnya akan dikurangkan dengan

biaya pencatatan awal saham91 apabila permohonan relisting diterima oleh Bursa.

90 Alexander Lay., op.cit.

91 Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, op.cit., angka VIII.2.4 yang menyatakan bahwa biaya pencatatan awal untuk saham perusahaan yang akan dicatatkan kembali

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

54

Permohonan relisting tersebut wajib dilengkapi sekurang-kurangnya dengan

dokumen dan informasi sebagai berikut:92

1. Bukti pernyataan pendaftaran dari Bapepam masih menjadi efektif; 2. Akta pendirian/Anggaran Dasar calon Perusahaan Tercatat beserta

perubahan dan tanda daftar perusahaan; 3. Struktur organisasi calon Perusahaan Tercatat sampai dengan

pejabat satu tingkat dibawah direksi; 4. Struktur organisasi Group yang menunjukan posisi calon

Perusahaan Tercatat dalam Group (jika ada); 5. Riwayat hidup terbaru dari masing-masing anggota Direksi dan

Komisaris yang ditandatangani oleh yang bersangkutan; 6. Daftar yang memuat kepemilikan saham dan hubungan bisnis yang

berkaitan dengan Direksi, Komisaris dan keluarganya baik dalam perusahaan tercatat maupun afiliasinya dari Calon Perusahaan Tercatat tersebut;

7. Laporan Keuangan Tahunan auditan tiga tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Interim auditan terakhir (jika ada) atau laporan keuangan auditan sejak beroperasinya calon Perusahaan Tercatat yang masa operasionalnya kurang dari tiga tahun;

8. Sejarah singkat perusahaan; 9. Uraian mengenai kegiatan usaha perusahaan; 10. Nomor Pokok Wajib Pajak; 11. Analisis dan pembahasan oleh manajemen tentang kegiatan usaha,

kinerja dan posisi keuangan; 12. Analisis tentang risiko usaha dan prospek usaha; 13. Proyeksi keuangan sekurang-kurangnya 3 tahun berikut asumsi

yang digunakan atau studi kelayakan bagi calon Perusahaan Tercatat;

14. Keterangan tentang jumlah efek yang dicatatkan; 15. Kebijakan dividen; 16. Transaksi/perjanjian, piutang dan kewajiban dengan pihak afiliasi

(termasuk jumlah dan kondisinya); 17. Piutang calon Perusahaan Tercatat yang dijamin oleh pihak

terafiliasi dan/atau hutang pihak ketiga atau hutang pihak terafiliasi yang dijamin calon Perusahaan Tercatat;

18. Ringkasan dari kontrak-kontrak yang nilainya material; 19. Rasio kinerja operasional, pertumbuhan, likuiditas dan solvabilitas; 20. Pendapat dari segi hukum oleh Konsultan Hukum yang terdaftar di

Bapepam;

(relisting) atau telah tercatat di Bursa Efek lain, ditetapkan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap kelipatan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dari Nilai Kapitalisasi Saham, sekurang-kurangnya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

92 Alexander Lay, op.cit., hlm. 849.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

55

21. Bukti pembayaran biaya pendaftaran permohonan relisting; 22. Laporan penilai oleh Penilai Independen yang terdaftar di Bapepam

(jika ada); 23. Fotokopi kontrak pengelolaan administrasi efek dengan Biro

Administrasi Efek atau pernyataan dari calon Perusahaan Tercatat apabila administrasi efeknya dikelola sendiri;

24. Fotokopi izin yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang yang disesuaikan dengan kegiatan usaha calon Perusahaan Tercatat;

25. Fotokopi kontrak dengan KSEI mengenai pendaftaran efeknya dalam Penitipan Kolektif di KSEI;

26. Informasi keterbukaan sebanyak lima eksemplar; 27. Laporan komposisi pemegang saham; 28. Daftar nama dan spesimen tanda tangan pejabat yang diberi

kewenangan menanda tangani surat-menyurat yang disampaikan ke Bursa;

29. Surat pernyataan tentang kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditandatangani oleh Direksi calon Perusahaan Tercatat;

30. Daftar Komite Audit; 31. Surat pernyataan mengenai Direktur tidak terafiliasi; 32. Surat pernyataan mengenai pemenuhan kualifikasi Direksi dan

Komisaris.

Apabila calon Perusahaan Tercatat telah melengkapi formulir permohonan seperti

yang telah disebutkan diatas maka permohoan pencatatan kembali telah diterima

secara lengkap oleh Bursa. Untuk kepentingan persetujuan permohonan relisting

maka calon Perusahaan Tercatat wajib melakukan presentasi tentang

perusahaannya kepada Bursa. 93 Berkaitan dengan permohonan relisting maka

Bursa dalam hal ini mendapat kewenangan penuh untuk melakukan persetujuan

atau penolakan terhadap permohonan relisting yang akan diberikan selambat-

lambatnya sepuluh Hari Bursa sejak Bursa memperoleh dokumen atau informasi

permohonan secara lengkap. Apabila permohonan relisting disetujui maka Bursa

mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham Calon Perusahaan

Tercatat selambat-lambatnya satu Hari Bursa sebelum perdagangan saham

tersebut dimulai.

93 , Proquest Journal: International Financial Law Review, Oktober 2004, ISSN: 02636969, <http://search.proquest.com/docview/233199383?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.58 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

56

2.9. Prosedur Relisting di Amerika Berdasarkan ketentuan dalam SEC Act 1934, apabila suatu

perusahaan hendak melakukan suatu proses pencatatan kembali maka perusahaan

tersebut harus mengisi aplikasi atau permohonan mengenai izin untuk melakukan

upaya pencatatan kembali atas saham yang sebelumnya telah dihapuskan

pencatatannya. Ketentuan mengenai persyaratan ini ditentukan dalam § 240.12.f-1

dimana permohonan relisting dapat ditunjukan kepada suatu Bursa Efek yang

telah menghapuskan pencatatan saham terdahulu berdasarkan ketentuan Section

12 (f)(2)(A) 15.U.S.C 78 l (2)(A) dengan mengisi surat permohonan yang

diterbitkan oleh Pejabat Bursa Efek yang bersangkutan:

a. Nama dari pemohon (issuer);

b. Jenis efek yang akan dilakukan pencatatan kembali (title of security);

c. Nama Bursa Efek yang telah menghapuskan saham terdahulunya;

d. Melaporkan informasi atas transaksi dari efek (transaction information)

yang akan dilakukan pencatatan kembali sesuai dengan § 242.601;94

e. Mencantumkan tanggal dimana Bursa melakukan penghentian sementara

dari saham yang telah dihapuskan pencatatannya sebelumnya;

f. Informasi-informasi yang diperlukan untuk dicantumkan guna membantu

proses pencatatan kembali saham berkaitan dengan konsistensi likuiditas

efek yang akan dicatatkan kembali tersebut dan kondisi pemohon untuk

menjaga perdagangan yang adil dan teratur di bursa serta perdagangan

efek yang memberikan perlindungan terhadap investor;

94 Security Exchange Commission, § 242.601, ,

diakses pada tanggal 25 September, pukul 11.41 WIB. Peraturan ini menyatakan bahwa laporan rencana transaksi efek tersebut harus mengandung sekurang-kurangnya informasi tentang: a) efek yang sudah pernah tercatat dan efek Nasdaq atau efek-efek dengan klasifikasi sama yang akan dugunakan sesuai rencana; b) melaporkan transaksi atas efek yang sudah dicatatkan kepada broker atau kepada pihak yang melakukan transaksi atas efek tersebut sesuai dengan rencana; c) memberikan pelaporan atas suatu transaksi secara berurutan dan penjualan terakhir atas efek tersebut sesuai rencana; d) pelaporan atas transaksi tersebut dilakukan bersamaan dengan pelaporan dari Bursa Efek berkaitan dengan rencana transaksi efek tersebut; e) metode dan standard yang digunakan untuk pelaporan; f) pelaporan atas peraturan atau prosedur yang digunakan untuk membuat laporan transaksi atau penjualan terakhir yang bebas penipuan atau manipulasi; g) laporan transaksi tersebut atau data penjualan terakhir harus dapat dengan mudah diakses oleh penjual untuk menentukan market place dimana saham tersebut akan ditransaksikan.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

57

g. Fotokopi dari permohonan yang sudah dikirimkan oleh pemohon kepada

Bursa Efek dimana efek tersebut akan dilakukan pencatatan kembali.

2.10. Pertimbangan Hukum PT JASS, PT BUKK, PT Apexindo Dalam Melakukan Relisting

2.10.1. Pertimbangan Hukum PT Jasa Angkasa Semesta PT JASS merupakan suatu perusahaan yang didirikan pada tahun

1984 dibawah nama JAS Airport Service yang bergerak dibidang penyedia jasa di

Bandara International Soekarno Hatta (airport commercial operations).95 Dalam

kegiatan operasionalnya, PT JASS melayani maskapai penerbangan Cathay

Pacific, Malaysian Airlines, Lufthansa dan Singapore Airlines sebagai konsumen

prioritas (first customer). Adapun konsumen lainnya yang berupa non-airlines,

antara lain ANZ, Permata Bank, Citibank, P&G, Shangri-La, dan Standard

Chartered. 96 Pada tahun 2000, perusahan mulai memperluas bisnis pelayanan

cargo dan gudang penyimpanan (cargo handling and warehousing business)

ketika PT Cardig Air telah menyerahkan bisnisnya kepada JAS.

PT JASS pertama kali sahamnya dicatatkan di Bursa Efek Surabaya 97 Sebagai Perusahaan Terbuka yang sahamnya tercatat

di Bursa Efek, jalan yang harus ditempuh PT JASS untuk mempertahankan posisi

sahamnya di Bursa, tidaklah berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan PT JASS

telah diberi peringatan sejak tahun 2007 oleh BEI perihal akan dilakukannya

delisting saham PT JASS dari Bursa Efek. 98 Setelah diberikan peringatan maka

PT JASS mengalami suspensi tidak boleh melakukan aktivitas perdagangan

sahamnya di Bursa yang kemudian berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-

167/BEJ-CAT/P/11-2007 tanggal 30 November 2007, perihal Pencatatan Efek-

95 <http://ptjas.co.id/about-us/history/ pada tanggal 3 September 2012, pukul 19.58 WIB.

96 <http://ptjas.co.id/non-airlines/ Customers Non- pada tanggal 3 September 2012, pukul 20.02 WIB.

97 <http://ptjas.co.id/about-us/history/>, op.cit.

98 <http://economy.okezone.com/read/2009/11/30/278/280270/bei-sudah-peringati-7-emiten-delisting 2009, pukul 13.36 WIB), diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 22.07 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

58

efek Bersifat Ekuitas Perusahaan Tercatat yang Berasal dari Bursa Efek Surabaya

dan Mengacu pada Ketentuan III.3.1, Peraturan Pencatatan Bursa No. I-I tentang

Penghapusan Pencatatan Efek (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting)

Saham di Bursa mengumumkan bahwa salah satu dari tujuh Emiten yang

sahamnya dihapuskan pencatatan dari Bursa adalah PT JASS. Alasan Bursa

melakukan penghapusan pencatatan efek PT JASS (delisting) antara lain:

a. PT JASS mengalami kondisi atau peristiwa, yang secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat,

baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status

Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat

tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai;

b. Saham PT JASS sebagai Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di

Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi

sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.

c. PT JASS tidak sanggup memenuhi kriteria volume dan frekuensi

perdagangan saham yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia.99

Delisting PT JASS berlaku efektif sejak tanggal 1 Desember 2009.

Setelah sahamnya dihapuskan pencatatan oleh Bursa, PT JASS melakukan

pencatatan kembali (relisting) yang mana permohonan untuk melakukan relisting

telah diajukan PT JASS pada bulan Desember 2009.100 PT JASS akan melakukan

pencatatan kembali sahamnya sejumlah batas minimum yang dipersyaratkan

dalam peraturan yaitu 10%. Saat ini status PT JASS masih merupakan suatu

Perusahaan Terbuka.

99 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2 Oktober 2012, pukul 10.30 WIB. Bapak Yudi Pramono menyatakan bahwa PT JASS tidak sanggup memenuhi kriteria volume dan frekuensi perdagangan saham mengingat tidak diaturnya kriteria volume dan frekuensi perdagangan saham pada BES.

100 <http://finance.detik.com/read/2010/07/08/125633/1395451/6/bahana-incar-obligasi-jasa-marga-dan-relisting-jasa-angkasa,> Relisting Jasa

Presiden Direktur PT Bahana Securities, Eko Yuliantoro bahwa proses permohonan relisting sudah diajukan JASS pada Desember 2009 dan Bahana Securities disini telah mendapatkan mandat mulai bulan Mei 2010 dan akan terus dikerjakan sesuai jadwa. Diharapkan, relisting bisa terjadi di akhir tahun 2010.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

59

Pertimbangan hukum PT JASS untuk melakukan upaya relisting

saham perseroan adalah untuk ekspansi usaha dan menambah layanan ke beberapa

Bandar Udara lainnya di Indonesia.101 Selain itu PT JASS juga mengalami kondisi

keuangan yang mengalami peningkatan yang signifikan dimana perseroan akan

menginvestasikan dana sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar) untuk

mengembangkan bisnis Ground Handling Service, Lounge and Cargo Service

(warehouse). 102 Berkaitan dengan perbaikan kondisi finansial PT JASS yang

sudah membaik maka dalam hal ini PT JASS hendak melakukan upaya pencatatan

kembali saham (relisting) karena dirasa saham yang dimiliki PT JASS sudah

cukup likuid dan dapat mengikuti pergerakan saham di Bursa Efek secara adil dan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Upaya pencatatan kembali saham yang

dilakukan PT JASS ini bertujuan juga untuk memperbaiki volume transaksi dan

frekuensi perdagangan saham PT JASS itu sendiri.103

2.10.2. Pertimbangan Hukum PT Bukaka Teknik Utama Tbk

PT BUKK pertama kali didirikan pada tahun 1978 dengan perusahan

yang berskala kecil dengan satu produksi dan sedikit tenaga kerja. Namun

sekarang ini PT BUKK telah menjadi perusahaan besar dan memiliki banyak

tenaga kerja. Ruang lingkup kegiatan usaha (business unit) PT BUKK meliputi:

steel tower (dalam bidang manufaktur dan konstruksi), steel bridge (dalam bidang

infrastruktur), oil and gas equipments (dalam bidang minyak dan gas bumi

dengan biaya produksi yg rendah), plant system (dalam bidang ketenagalistrikan)

dan machine (membuat mesin-masin pabrik).104

101 Relisting atau Kembali Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Mekanisme Secondary Public Offering

http://www.inilah.com/read/detail/598461/jasa-angkasa-relisting-dengan-spo/,> (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14/46 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.39 WIB.

102 http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/17252>, (Selasa 8 Juni 2012, pukul 14.18 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.54 WIB.

103 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), op.cit.

104 <http://www.bukaka.com/about/unitusaha.phpiakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.29 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

60

Berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-167/BEJ-CAT/P/11-2007

tanggal 30 November 2007, perihal Pencatatan Efek-efek Bersifat Ekuitas

Perusahaan Tercatat yang Berasal dari Bursa Efek Surabaya dan Mengacu pada

Ketentuan III.3.1, Peraturan Pencatatan Bursa No. I-I tentang Penghapusan

Pencatatan Efek (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa

mengumumkan bahwa salah satu dari tujuh Emiten yang sahamnya dihapuskan

pencatatan dari Bursa adalah PT BUKK. Bursa melakukan penghapusan saham

dari PT BUKK dikarenakan:105

a. PT BUKK mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan baik secara

finansial ataupun hukum.

b. PT BUKK pun dinilai tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang

baik.

c. Saham-saham PT BUKK terkena suspensi di Pasar Regular dan Pasar

Tunai, dan hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya

selama 24 bulan terakhir.

d. Adanya status disclaimer pada laporan keuangan per Desember 2005,

dimana PT BUKK masih memiliki utang yang harus diselesaikan sekitar

US$ 89 Juta.106

Sama halnya dengan PT JASS, delisting PT BUKK berlaku efektif

sejak 1 Desember 2009. Status PT BUKK yang pada saat ini sebagai perusahaan

terbuka hendak melakukan relisting dan pihak BEI pun sangat mendukung

rencana PT BUKK tersebut. Akan tetapi proses relisting yang hendak dilakukan

PT BUKK terbentur dengan kepemilikan saham di publik. 107 Seperti yang

105 <http://regional.kompas.com/read/2009/11/30/1514317/bei.hapus.tujuh.saham.eks.bursa.surabaya> ovember 2009, pukul 15.14 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.54 WIB.

106 Relisting http://www.bisnis.com/articles/bukaka-berharap-relisting-secepatnya>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 19.55 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.18 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

61

diketahui, sekitar 54% saham PT BUKK beredar di publik namun sekitar 52%

saham dimiliki oleh satu investor, yakni Akses Karya Indonesia Bhd. 108

Pertimbangan hukum yang paling mendasar dari PT BUKK untuk melakukan

relisting adalah sudah dituntaskannya pembayaran utang sebesar US$ 89 juta.109

PT BUKK berencana untuk melakukan relisting juga dikarenakan adanya

pertimbangan pertanggungjawaban terhadap masyarakat yang telah berinvestasi

dan perusahaan juga ingin mengembangkan kinerja perusahaannya.110

2.10.3. Pertimbangan Hukum

PT Apexindo pertama kali didirikan pada tahun 1984 dengan kegiatan

usaha sebagai kontraktor pengeboran yang bergerak pada industri minyak dan gas

bumi (offshore and onshore drilling services to oil and gas). Dengan kondisi

perusahaan yang tercatat di Bursa, maka saham PT Apexindo dapat

diperdagangkan kepada publik. Hampir setiap tahunnya PT Apexindo melakukan

perkembangan terhadap kegiatan usahanya tidak hanya di Indonesia tetapi di Asia

Tenggara. Pada tahun 2001, PT Apexindo melakukan merger dengan PT Medco

Antareja, salah satu perusahaan onshore drilling contractor terbesar di Indonesia,

dimana PT Apexindo sebagai surviving company. Pada bulan Juli 2002, PT

Apexindo merupakan perusahaan offshore drilling sector yang tercatat di Bursa

107 <http://www.investor.co.id/home/bukaka-diharapkan-tambah-jumlah-saham-jika-

relisting/27238 Relisting2012, pukul 7.59 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 12.17 WIB.

108 <http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/03/emiten-bei-bukaka-berniat-relisting/>, Relisting tanggal 5

dikhawatirkan akan tetap stagnan dan tidak likuid.

109 Asia Pulse Pty Ltd, , Proquest Journal Business and Economics, 15 Desember 2011, ISSN: 910909242, <http://search.proquest.com/docview/910909242?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.30 WIB.

110 Relisting http://investasi.kontan.co.id/news/bukaka-ajukan-relisting-ke-bei>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 17.02 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.35 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

62

Efek Jakarta melalui penawaran umum perdana (IPO) dengan harga saham Rp.

550,-111

Pada tahun 2009, PT Apexindo meminta kepada Bursa untuk

melakukan upaya penghapusan pencatatan secara sukarela (voluntary delisting)

sehingga pada tanggal 11 Maret 2009 berdasarkan Pengumuman Bursa No.Peng-

001/BEI.PSR/UPT/03-2009, Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian

sementara perdagangan efek perseroan.112 Berdasarkan keterangan dari Corporate Secretary PT Apexindo, delisting ini dilatarbelakangi oleh permintaan pemegang

saham terkait dengan chain listing sehingga para pemegang saham PT Apexindo

telah menyetujui rencana delisting tersebut pada Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa (yang selanjutnya disebut ) pada tanggal 5 Maret 2009.113

Pencatatan berantai ini (chain listing) karena PT Apexindo dinilai telah

berkontribusi lebih dari 50% pendapatan PT Mitra Rajasa Tbk (yang selanjutnya

disebut MIRA ) yang berubah namanya menjadi PT Mitra International

Resources TBK.114 Berkaitan dengan chain listing tersebut adapun alasan yang

melatarbelakangi dilakukannya delisting PT Apexindo, yakni tidak likuidnya

saham sisa (1,86%) setelah 98,14% dari total saham yang dikeluarkan perseroan

diakuisisi oleh MIRA melalui Mira International Holding Ptd Ltd (MIH).115 Status

111 <http://www.apexindo.com/diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 20.18 WIB.

112 Pengumuman Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT Apexindo Pratama Duta Tbk (Tercatat di Papan: Utama) No.Peng-004/BEI.PSR/SPT/03-penghentian sementara perdagangan efek PT Apexindo Pratama Duta Tbk di seluruh Pasar pada hari Rabu, 1 April 2009 mulai sesi 1 Perdagangan Efek.

113 <http://finance.detik.com/read/2009/04/02/165717/1109281/6/persetujuan-delisting-apexindo-keluar-pekan-depan Delisting Apexindo 2009), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.02 WIB.

114 <http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/42742-delisting_apexindo_tidak_akan_dikaji_ulang Delisting (Minggu, 22 Maret 2009, pukul 07.26), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.09

Tbk telah merubah namanya menjadi PT Mitra International Resources dengan mengambil alih 100% kepemilikan saham pada PT Realita Jaya Mandiri dan PT Masindo Artha Resources dengan

115 <http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/09/03/06/35607-pemegang-saham-apexindo-setujui-rencana-delisting

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

63

perusahaan PT Apexindo setelah mengalami delisting adalah sebagai Perusahaan

Terbuka.

Dengan penghapusan pencatatan saham PT Apexindo yang dilakukan

secara sukarela, ternyata PT Apexindo pun memiliki keinginan yang sama untuk

melakukan relisting. Rencana relisting ini dinyatakan oleh Tuscany Investment

Group Ltd sebagai pemilik baru PT Apexindo dengan melakukan restrukturisasi

utang setelah membeli sebesar 93,95% saham Sabre System International Pte

(yang selanjutnya disebut ) dari PT Mitra International Resources Tbk

(MIRA). 116 Proses relisting yang akan dilakukan Tuscany ini disertai dengan

rencana penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(yang selanjutnya disebut dengan ) dan IPO.117

Pertimbangan hukum yang dilakukan PT Apexindo untuk melakukan

relisting dikarenakan sudah mulai membaiknya kinerja perusahaan dengan

dilakukakannya restrukturisasi utang yang dilakukan Tuscany Investment Group

Ltd. Proses relisting diangkap sebagai suatu peluang investasi bagi PT Apexindo

untuk menambah modal.118 Adapun pertimbangan hukum lainnya terkait dengan

ekspansi perusahaan yang tentunya membutuhkan modal yang besar dimana

modal ini harus didapatkan dari dana segar yang akan dilakukan oleh perusahaan

dengan mekanisme right issue dan juga dengan tetap melakukan pendekatan

terhadap kreditur terkait restrukturisasi utangnya.

Rencana Delisting

o tinggal 1,61% yang dimiliki oleh pendiri perusahaan (founder) dan 0,25% yang dimiliki oleh publik.

116 <http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1775559/saham-apexindo-akan-relisting-di-bei> Relisting September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 21.51 WIB.

l Pte Ltd (SSI) dilakukan pada tanggal 28 Juni 2011 dengan nilai penjualan sebesar US$ 40 Juta

117 <http://investasi.kontan.co.id/news/tuscany-siapkan-tiga-opsi-bayar-utang-pada-kreditur,2011, 08.05 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.57 WIB.

118 Agustina Mel Relisting di http://idsaham.com/news-saham-Saham-Apexindo-akan-Relisting-di-BEI--Inilahcom-

222151.html>, (18 September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.10 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

64

Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan dari PT JASS, PT BUKK,

dan PT Apexindo yang akan melakukan relisting saham maka dapat ditarik garis

besar bahwa pertimbangan hukum perusahaan yang hendak melakukan relisting

saham adalah adanya kepastian hukum untuk nilai saham yang dimiliki ketiga

perusahaan tersebut dimana nilai saham tersebut dilihat dari adanya pergerakan

permintaan dan penawaran di Bursa Efek dan adanya insentif pengurangan pajak

kepada Emiten yang hendak mencatatkan sahamnya lebih dari 35% dari ketentuan

yang berlaku saat ini 40%. 119 Dalam melakukan relisting pertimbangan-

pertimbangan hukum perusahaan tidak lepas dari pertimbangan - pertimbangan

ekonomi perusahaan karena berbicara tentang relisting maka erat kaitannya

dengan hukum dan kegiatan perekonomian dalam rangka investasi tidak langsung.

Pertimbangan-pertimbangan lainnya yang berkaitan dengan pertimbangan hukum

perusahaan yang hendak melakukan relisting adalah dengan yang memiliki

kondisi finansial dan kinerja perusahaan yang sudah membaik dari waktu ketika

perusahaan-perusahaan tersebut dihapuskan pencatatan sahamnya. Suatu

perusahaan dapat melakukan proses pencatatan kembali ketika situasi atau kinerja

perusahaan tersebut, baik struktur managemen atau struktur keuangan telah

berubah, diantaranya: kondisi saham yang akan dicatatkan telah kembali likuid

sehingga perdagangan di Bursa pun membaik. 120 Dengan membaiknya

perdagangan di Bursa maka pihak perusahaan yang hendak mencatatkan

sahamnya kembali dapat meraih nilai keuntungan yang lebih baik dari

sebelumnya karena sahamnya dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder.121

119 http://www.indonesiafinancetoday.com/read/32733/Otoritas-Bursa-Dukung-

Perluasan-Insentif-Pajak>, (Rabu, 5 September 2012), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.53 WIB.

120 New Straits Times Press, Ltd, Relisting Proquest Journal: Malaysian Business, 16 April 2012, ISSN: 01265504, < http://search.proquest.com/docview/1009282086?accountid=48149,> diakses pada tanggal 25

Company may relist when the situation changes, ie, when the shareholders feel market sentiment is better and that they are able to obtain better value, or there is a

121 M. Irsan Nasarudin, dkk, op.cit., hlm. 216.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

65

Selain itu pertimbangan lainnya perusahaan melakukan relisting

saham adalah untuk melakukan ekspansi bisnis dengan tujuan dapat memperoleh

modal yang lebih tinggi dari status perusahaan mereka sebelum kembali tercatat

(relisting) di Bursa. Dengan kondisi perusahaan yang akan melakukan ekspansi,

pertimbangan hukum dari relisting saham di Bursa ini pun dapat meningkatkan

prestise, kredibilitas dan publisitas perusahaan itu sendiri sehingga banyak

investor yang akan berinvestasi122 sehingga dapat memperbesar kapitalisasi dari

perusahaan tersebut guna menyesuaikan dengan sasaran dari ketentuan Peraturan

Bursa Efek terkait dengan Pencatatan Saham. Berdasarkan hal-hal yang sudah

disebutkan diatas, maka dengan ini siklus efek suatu perusahaan dapat mengalami

listing, delisting dan relisting sehingga keadaan efek tetap harus dapat

diperdagangkan dan diawasi guna melindungi Emiten, Perusahaan Publik dan

tentunya Investor.123

122 Relisting, Renminbi Bonds, Proquest Journal: Business and Economics-Banking and Finance Law-

International Law, Januari 2011, ISSN: 02626969, < http://search.proquest.com/docview/819652812?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25

Relisting in Asia is a primary goal of the process as investors will want an exit in order to recoup the capital that is provided in order to

123 E.A. Koetin, Analisis Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992), hlm. 105.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

66

BAB 3 MEKANISME RELISTING SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

STUDI PADA: PT JASS, PT BUKK, DAN PT APEXINDO

3.1. Pihak-pihak Terkait Dalam Pasar Modal Pasar modal di Indonesia memiliki peran dan fungsi yang strategis

dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia

usaha dan sarana investasi bagi masyarakat. Dengan keberadaan pasar modal

tentunya memberikan manfaat tidak hanya kepada investor tetapi juga kepada

pemerintah karena sejalan dengan pemerataan pembangunan, adanya kesempatan

kerja bagi masyarakat dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengurangi

ketegangan sosial dalam masyarakat. Ketiga, manfaat pasar modal juga dirasakan

bagi perusahaan dan perkembangan dunia usaha karena dapat memberikan

kesempatan perusahaan untuk mengembangkan dirinya menjadi perusahaan

dengan prospek kinerja yang lebih baik, lebih sehat dan lebih adil dengan

keterbukaan informasi. Dibalik manfaat yang dapat dipetik dari keberadaan pasar

modal, tentunya ada pihak-pihak terkait yang turut serta terlibat dalam pasar

modal sehari-hari. Keberadaan pihak-pihak tersebut diakui legitimasinya oleh

pemerintah karena diatur dalam Undang-undang Pasar Modal dan peraturan

terkait lainnya. Pihak-pihak tersebut dapat terbagi dalam:

3.1.1. Lembaga yang Bergerak di Pasar Modal 3.1.1.1. Bapepam

Bapepam sebagai Self Regulatory Organization (SRO) memiliki tiga

fungsi utama, yaitu melakukan pembinaan pengaturan dan pengawasan.124 Fungsi

pengaturan yang dilakukan oleh Bapepam terbukti dengan adanya sekumpulan

peraturan-peraturan Bapepam guna untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pasar

modal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Disisi lain, fungsi pembinaan dan

pengawasan dilakukan dengan menempuh upaya-upaya yang sifatnya preventif

yang terbukti dari adanya pembinaan dan pengarahan serta upaya-upaya lainnya

124 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 3 ayat 1.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

67

yang sifatnya represif dengan adanya kewenangan Bapepam untuk melakukan

pemeriksaan, penyidikan dan pengenaan sanksi.

3.1.1.2. Bursa Efek Indonesia Berdasarkan ketentuan Pasal 6 jo Pasal 8 UU/8/1995, yang dapat

menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Bursa Efek adalah perusahaan yang

telah mendapatkan izin usaha dari Bapepam dengan komposisi pemegang saham

adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan

kegiatan sebagai Perantara Perdagangan efek. Bursa Efek juga diwajibkan untuk

membuat peraturan-peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan,

kesepadanan Efek, kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa, dan hal-hal lainnya

yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Efek. Dalam hal melakukan pengawasan

pasar, Bursa Efek dapat menempuh dua cara yakni: melakukan pengawasan

sebagai kontrol internal bagi sistem pembukuan atau keuangan Anggota Bursa

dan melakukan pendeteksian dini (early warning) dalam memonitor transaksi

setiap saat di lantai Bursa. 125 Perdagangan saham di Bursa Efek saat ini

merupakan perdagangan saham tanpa warkat (scriptless trading).

Bursa Efek dalam hal ini dilarang membuat peraturan yang melarang

atau menghalangi Emiten atau Biro Administrasi Efek untuk mendaftar Efek yang

diperoleh melalui Transaksi di Luar Bursa 126 atau mensyaratkan bahwa

pemindahan Efek harus didasarkan pada Transaksi Bursa, akan tetapi Bursa Efek

dapat melarang anggotanya untuk melaksanakan transaksi di luar Bursa atas Efek

yang tercatat di Bursa Efek.127

125 M. Irsan Nasarudin, dkk., op cit., hlm. 126.

126 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-42/PM/1997 tentang , ditetapkan di Jakarta, 26 Desember 1997,

tersebut pada tanggal transaksi tersebut mulai meningkat, wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian transaksi tersebut pada tanggal yang ditentukan dan wajib mengirim konfirmasi atas Transaksi di Luar Bursa kepada Perusahaan Efek lain atau pihak lain yang menjadi pihak dalam Transaksi di Luar Bursa pada

127 Ibid., angka 2 huruf (a).

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

68

3.1.1.3. Perusahaan Efek Berdasarkan Pasal 1 butir 21 UU/8/1995, Perusahaan Efek adalah

pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Pedagang

Efek, dan/atau Manajer Investasi. Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang

membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi

kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang

tidak terjual.128 Berdasarkan Pasal 39 UU/8/1995, Penjamin Emisi Efek wajib

mematuhi semua kontrak penjamin emisi sebagaimana dimuat dalam Pernyataan

Pendaftaran. Kontrak penjamin emisi terdiri dari:129

a. Full commitment (kesanggupan penuh) dimana Penjamin Emisi Efek

bertanggung jawab untuk mengambil sisa efek yang tidak terjual.

b. Best Effort Commitment (kesanggupan terbaik) dimana Penjamin Emisi

Efek tidak bertanggung jawab atas sisa efek yang terjual tetapi Penjamin

Emisi Efek akan berusaha sebaik-baiknya agar efek yang ditawarkan dapat

terjual dalam kuantitas yang paling tinggi.

c. Standby Commitment (kesanggupan siaga) dimana Penjamin Emisi Efek

berkomitmen agar saham yang tidak terjual di Pasar Perdana dapat dibeli

oleh Penjamin Emisi Efek pada harga tertentu.

d. All or None Commitment (kesanggupan semua atau tidak sama sekali)

dimana Penjamin Emisi Efek akan berusaha menjual semua efek agar laku

semuanya tetapi apabila efek tersebut tidak laku semuanya, maka transaksi

dengan pemodal yang ada akan dibatalkan.

Perantara Pedagang Efek merupakan pihak yang melakukan kegiatan

usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan pihak lain.

Dalam hal ini Perantara Pedagang Efek tidak boleh melakukan kegiatan usaha

sekaligus demi kepentingan sendiri dan kepentingan pihak lain karena akan

memungkinkan terjadinya conflict of interest dan perdaganan yang tidak adil.

Perantara Pedagang Efek memiliki Wakil Perantaran Pedagang Efek yang

128 M. Irsan Nasarudin, op.cit., hlm. 144.

129 Ibid., hlm. 145-146.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

69

merupakan orang perorangan yang telah mendapatkan izin dari Bapepam untuk

bertugas mewakili kepentingan perusahaan efek untuk melaksanakan perdagangan

efek. Sementara untuk Manajer Investasi tugasya adalah untuk mengelola

portofolio (kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perseorangan, usaha bersama,

asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi) untuk kepentingan investor kecuali

perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan

usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.130

3.1.1.4. Lembaga Kliring dan Berdasarkan Pasal 14 UU/8/1995, Lembaga Kliring dan Penjaminan

didirikan dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan

penyelesaian Transaksi Bursa yang teratur, wajar dan efisien. Selain

melaksanakan fungsi kliring, KPEI juga menjamin penyelesaian transaksi di

Bursa Efek yang pelaksanaannya dengan menempatkan KPEI sebagai counter-party dari anggota Bursa yang melakukan transaksi. Jaminan yang dimaksud

dapat berupa dana, efek, dan jaminan bank kustodian untuk menyelesaikan

transaksi tertentu dimana nilai jaminan ditentukan menurut nilai pasar dan

meminta jaminan tambahan apabila diperlukan.131

3.1.1.5. KSEI melaksanakan fungsi sebagai kustodian sentral yang aman

dalam rangka penitipan efek dengan kewajiban memenuhi persyaratan teknis

tertentu. Oleh karena itu, jasa kustodian yang tersedia di KSEI harus lengkap

seperti:132

a. Bidang penatausahaan rekening efek untuk menyimpan kas dan efek.

130 Ibid., hlm. 148. 131 Ibid., hlm. 149.

132 Ibid

penyampaian laporan mengenai jasa-jasa lain yang perlu diketahui oleh pemegang, pelaksanaan pemberian kuasa-kuasa untuk hadir dan memberikan suara dalam RUPS, dan pemberian informasi kepada Emiten mengenai kepemilikan efek dalam penitipan kolektif dan pelaporan kegiatan

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

70

b. Penerimaan dan distribusi dividen, bunga, pokok pinjaman, saham bonus,

dan hak-hak lainnya.

c. Pemindahan efek keluar dan masuk penitipan kolektif.

d. Pemindahan efek dari satu rekening ke rekening lainnya berdasarkan

instruksi atau tanpa pembayaran.

e. Penjualan hak atau pecahannya dan pelaksanaan hak yang timbul dari

pemilikan efek.

f. Pembayaran pajak maupun penerimaan restitusi pajak.

3.1.2. Lembaga Penunjang Dalam Pasar Modal 3.1.2.1.

Berdasarkan Pasal 1 butir 3 UU/8/1995, BAE adalah pihak yang

berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan

pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Sebagai lembaga penunjang dalam

pasar modal, BAE juga melakukan penyelesaian transaksi melalui

pemindahbukuan dan BAE pun dituntut untuk selalu dapat mengikuti dan

melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap praktik-praktik yang berlaku saat

ini.

3.1.2.2. Kustodian Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan

harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain termasuk menerima dividen,

bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang

rekening yang menjadi nasabahnya. 133 Berdasarkan Pasal 45 UU/8/1995,

kustodian hanya dapat mengeluarkan efek atau dana yang tercatat pada rekening

efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening atau pihak yang diberi

wewenang untuk bertindak atas namanya. Selain itu kustodian juga berkewajiban

untuk mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan pembukuan,

data, keterangan tertulis yang berhubungan dengan:134

133 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal 1 butir 8.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

71

a. Nasabah yang efeknya disimpan pada bank kustodian.

b. Posisi efek yang disimpan pada bank kustodian.

c. Buku daftar nasabah dan administrasi penyimpanan serta hak nasabah

yang melekat pada efek yang dititipkan.

d. Tempat penyimpanan yang aman dan terpisah.

3.1.2.3. Wali Amanat Berdasarkan Pasal 1 butir 30 UU/8/1995, wali amanat adalah pihak

yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Sementara terkait

dengan kegiatan usaha sebagai wali amanat, dapat dilakukan oleh bank umum dan

pihak lain dimana wali amanat dilarang mempunyai hubungan afiliasi dengan

Emiten, mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang di dalam dan diluar

pengadilan dan mempunyai hubungan kredit dengan Emiten yang dapat

mengakibatkan benturan kepentingan dan merangkap jabatan sebagai penanggung

dalam emisi efek bersifat utang yang sama.135

3.1.2.4. Penasihat Investasi Penasihat Investasi adalah pihak yang memberikan nasihat kepada

pihak lain baik secara lisan ataupun tertulis mengenai penjualan dan pembelian

efek dengan memperoleh imbalan jasa. Berkaitan dengan tugasnya yang

memberikan nasihat kepada pihak lain, maka dalam hal ini pihak yang ingin

menjadi Penasihat Investasi haruslah pihak yang memenuhi persyaratan tertentu

yakni memiliki keahlian dalam bidang analisis efek.

3.1.2.5. Pemeringkat Efek (Rating Company) Tugas lembaga pemeringkat efek adalah menentukan peringkat suatu

efek dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan gambaran

134 M. Irsan Nasarudin , op.cit., hlm. 172.

135 Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, op.cit., pasal

51 jo. pasal 54.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

72

mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang dinilai berkaitan dengan resiko

gagal bayar (default risk).136

3.1.3. Profesi Penunjang Berdasarkan ketentuan Pasal 64 UU/8/1995, profesi penunjang pasar

modal terdiri dari: Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, dan

profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal ini profesi

penunjang pasar modal harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam dan wajib

memberikan pendapat atau penilaian yang independen.137

3.2. Perusahaan Publik dan Emiten Perusahaan Publik dan Emiten merupakan pihak-pihak yang

seringkali kita jumpai dalam kegiatan pasar modal. Perlu diketahui dan dipahami

dari awal bahwa keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 6 UU/8/1995, Emiten adalah pihak-pihak

yang melakukan penawaran umum, sementara Perusahaan Publik yang dijelaskan

dalam Pasal 1 butir 22 UU/8/1995 adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal yang disetor

sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah

pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Dilihat dari kedua definisi tersebut maka dapat dilihat perbedaannya

bahwa Emiten secara otomatis adalah Perusahaan Publik karena ketika Emiten

melakukan penawaran umum perdana maka jumlah komposisi pemegang saham

dan komposisi modal disetor yang dimiliki oleh Emiten sekurang-kurangnya

sesuai dengan jumlah komposisi pemegang saham dan modal disetor yang

dimiliki oleh Perusahaan Publik. Sementara Perusahaan Publik belum tentu

merupakan Emiten, karena pada hakekatnya Perusahaan Publik belum tentu

136 M. Irsan Nasarudin, op.cit., mengandung arti bagi calon investor yang mana simbol ini juga dipakai secara internasional sehingga investor

137 Ibid., pasal 64 jo. pasal 67.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

73

melakukan penawaran umum. Dengan kata lain, Perusahaan Publik dapat menjadi

Emiten pada saat Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penawaran umum

menjadi efektif.

Terlepas dari perbedaan antara Perusahaan Publik dan Emiten,

keduanya memiliki persamaan yang harus dipenuhi dalam hal melakukan

keterbukaan informasi, antara lain:

1. Setiap Perusahaan Publik atau Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya

telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan

mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir

hari kerja kedua setelah keputusan atau terdapatnya informasi atau Fakta

Material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek atau keputusan

investasi pemodal.138

2. Penyampaian Laporan Keuangan Berkala seperti Laporan Keuangan

Tahunan dan Laporan Keuangan Tengah Tahunan Emiten atau Perusahaan

Publik sebanyak dua eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli dan

disertai dengan laporan dalam bentuk salinan elektronik (soft copy).139

3. Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah

menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam-

138 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, No.X.K.1 , ditetapkan di Jakarta, 24 Januari 1996, angka 1. Peraturan ini menyebutkan informasi atau Fakta Material yang dapat mempengaruhi harga efek dan keputusan investasi pemodal antara lain: a) penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan, b) pemecahan saham atau pembagian dividen saham, c) pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya, d) perolehan atau kehilangan kontrak penting, e) produk atau penemuan baru yang berarti, f) perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen, g) pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang, h) penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya, i) pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material, j) perselisihan tenaga kerja yang relatif penting, k) tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau direktur dan komisaris perusahaan, l) pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain, m) penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan, n) penggantian Wali Amanat, o) Perubahan tahun fiskal perusahaan.

139 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011, turan Bapepam No.X.K.2 , ditetapkan di Jakarta, 5 Juli 2011, angka 1 jo. a gan lengkap yang terdiri dari: Laporan Posisi Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode Komparatif, jika Emiten atau Perusahaan Publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya, d

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

74

LK paling lama empat bulan setelah tahun buku berakhir, yang dibuat

dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) paling kurang dua eksemplar,

satu diantaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam

bentuk dokumen elektronik (softcopy). 140 Laporan tahunan ini wajib

dimuat dalam halaman website Emiten atau Perusahaan Publik bersamaan

dengan disampaikan laporan tahunan tersebut kepada Bapepam-LK.

3.3. Saham Sebagai Efek di Pasar Modal Pengertian efek dalam SEC Act 1934, disebutkan bahwa istilah efek

(securities) adalah:

bond, debenture, evidence of indebtedness, certificate of interest or participation in any profit-sharing agreement, collateral-trust certificate, renegotiation certificate or subscription, transferable share, investment contract, voting-trust certificate, certificate of deposit for a security, fractional undivided interest in oil, gas, or other mineral rights, any put, call, straddle, option, or privilege on any security, certificate of deposit, or group or index of securities (including any interest therein or based on the value thereof), or any put, call, straddle, option, or privilege entered into a national securities exchange relating to foreign currency, or, in general, any

certificate of interest or participation in, temporary or interim certificate for, receipt for, guarantee of, or warrant or right to

141

Dalam UU/8/1995 mengatur ruang lingkup efek lebih sederhana dibandingkan

dengan ketentuan dalam SEC Act 1934. UU/8/1995 hanya memberikan

penjelasan mengenai efek dalam Pasal 1 butir 5 bahwa efek merupakan surat

berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,

tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif, kontrak berjangka

140 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-432/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,

, ditetapkan di Jakarta, 1 Agustus 2012, angka 1 huruf (a) jo. huruf (c).

141 Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi , (Bandung: PT Alumni, 2008), hlm. 83.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

75

atas efek dan setiap derivatif dari efek. Namun, baik dari pengertian dalam

UU/8/1995 ataupun dalam pengertian SEC Act 1934, terlihat bahwa saham

merupakan salah satu bagian dari efek dan merupakan instrumen yang paling

umum dikenal dan diperdagangkan di pasar modal. Saham adalah sertifikat yang

menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki

hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. 142 Saham juga dianggap

sebagai bentuk penyertaan seseorang di dalam modal Perseroan Terbatas karena

pada dasarnya saham merupakan modal dari suatu Perseroan Terbatas sehingga

memiliki sifat yang tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan pemindahan

hak.143

Jenis saham berdasarkan hak tagihnya dapat digolongkan menjadi tiga

jenis saham, yaitu:

1. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa merupakan jenis saham yang paling sering digunakan oleh

Emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dimana pada umumnya

besarnya harga nominal saham ini tergantung pada keinginan Emiten yang

tentunya berbeda dengan harga perdana dari suatu saham. Saham biasa

memiliki karakteristik antara lain:

a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi;

b. Hak suara proposional pada pemilihan Direksi serta keputusan lain

yang ditetapkan dalam RUPS;

c. Hak klaim terakhir untuk mendapatkan pembagian dividen;

d. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan

kepada masyarakat;

e. Hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS.

142 Bapepam-<www.bapepam.go.id/old/old/.../BAB%20IIa.pdf> , diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 15.11 WIB.

143 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 48 jo. pasal 56.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

76

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen ini merupakan saham yang memberikan prioritas kepada

pemegangnya seperti:144

a. Hak terlebih dahulu kepada pemegangnya untuk menerima dividen

atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif.

b. Hak terlebih dahulu untuk mendapat pembagian sisa kekayaan

perseroan dalam hal likuidasi.

c. Hak untuk menarik kembali saham setelah jangka waktu tertentu dan

hak untuk menukar saham dengan klasifikasi saham lainnya.

3. Saham Istimewa

Dalam ketentuan Pasal 53 ayat (4) huruf b UU/40/2007 mejelaskan bahwa

saham istimewa atau golden share merupakan saham yang memiliki hak

khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau Komisaris.

Sementara dalam hukum pasar modal Indonesia, saham istimewa dikenal

dengan nama saham dwiwarna dimana saham ini dimiliki oleh pemerintah

Indonesia dan jumlahnya satu buah.145

Dalam kegiatan perdagangan di Bursa Efek, saham yang diperjualbelikan di pasar

modal ini berbeda jenis tingkatannya sesuai dengan nilai jaminan yang diberikan

oleh saham tersebut, antara lain:146

1. Saham Utilitas (Utility Stock) Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usaha dibidang sarana dan prasarana umum misalnya telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. Saham dari perusahaan ini banyak diminati oleh pemodal sebab sampai sekarang kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah sehingga berisiko kecil meskipun tidak dapat dikatakan tidak memiliki risiko.

144 Ibid., pasal 53 ayat (4) huruf c-d.

145 M. Irsan Nasarudin, op.cit., hlm. 194.

146 Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 4-5.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

77

2. Saham Blue Chip (Blue Chips Stock) Saham yang termasuk kategori saham blue chip adalah saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan seperti saham-saham dalam perusahaan multinasional. Adapaun konsekuensi dari saham blue chip ini karena biasanya dividen yang diterima para pemodal akan kecil sehingga bagi investor tidak begitu menguntungkan.

3. Saham Perusahaan Berkembang (Establish Growth Stock) Establish Growth Stock adalah saham dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat dimana saham perusahaan ini menjanjikan keuntungan yang besar di masa depan. Perusahaan ini pada umumnya memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansialnya kurang sehingga memerlukan investasi yang relatif besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Contoh saham ini adalah saham TELKOM.

4. Saham Perusahaan Tumbuh (Emerging Growth Stock) Emerging Growth Stock adalah saham dari perusahaan yang baru mulai berkembang dan baru memasuki pasar untuk jenis produksi atau jasa yang dihasilkannya. Risiko pemodal di perusahaan ini lebih besar karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian.

5. Saham Perusahan Penny (Penny Stock) Penny Stock adalah saham dari perusahaan yang baru memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan bisnisnya sehingga pemodal yang memiliki saham perusahaan ini harus siap menerima risiko kehilangan seluruh investasinya.

3.4. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Penawaran Umum Perdana (yang selanjutnya disebut )

didefinisikan dalam Pasal 1 butir 15 UU/8/1995 sebagai kegiatan penawaran efek

yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan

tata cara yang diatur dalam Undang-undang dan Peraturan Pelaksana lainnya.

Secara sederhana IPO dapat diartikan sebagai suatu aksi korporasi dimana

Perusahaan Tertutup pertama kalinya melakukan penawaran kepada publik untuk

menjadi suatu Perusahaan Terbuka. Disisi lain, suatu penawaran efek dikatakan

bukan merupakan penawaran umum berdasarkan UU/8/1995 apabila nilai seluruh

dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

78

rupiah). 147 Beberapa alasan atau motivasi dari perusahaan-perusahaan yang

melakukan IPO antara lain:148

1. Biaya dalam penambahan modal yang sedikit lebih rendah (cost capital literature) dibandingkan dengan menggunakan sarana pembiayaan lainnya

seperti: pemberian kredit atau obligasi.

2. IPO dapat memberikan keuntungan secara personal kepada pemegang

saham untuk menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan pribadi.

3. IPO merupakan salah satu sarana untuk mengambil alih saham perusahaan

lain pada tingkatan harga tertentu.

4. IPO merupakan suatu langkah strategis untuk memperluas susunan

pemegang saham dalam suatu perusahaan.

Adapun beberapa manfaat suatu perusahaan yang melakukan IPO,

antara lain:

1. Memperoleh dana pembiayaan dalam jumlah besar dan pasti;

2. Meningkatkan efisiensi usaha, memperbesar laba perusahaan dan

meningkatkan profesionalisme pengelolaan perusahaan;

3. Meningkatkan partisiasi masyarakat dalam pemilikan saham.149

IPO merupakan suatu kebijakan perusahaan yang memiliki dampak signifikan

terhadap kepemilikan saham dan managemen dalam suatu perusahaan. Dampak-

dampak tersebut adalah:

147 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1995 tentang Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996, angka 3.

148 The Journal of Finance, Vol. 61, No. 1, (February, 2006), hlm. 405-406, <

http://www.jstor.org/stable/3699345 >, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.52 WIB.

which say that the firms conduct a public offering when external equity will minimize their cost of capital (thereby maximizing the value of the company); Second, an IPO allows insiders to cash out and opportunistically sell shares in the IPO for personal gain; Third, IPOs may facilitate takeover activities which we can say IPO can serve as a first step toward having a company taken over at an attractive price; Forth, IPO may serve as strategic moves which can broaden the ownership

149 Jusuf Anwar, op.cit., hlm. 215.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

79

1. IPO membuat perusahaan mengubah struktrur organisasi perusahaan dan

kepemilikian dan juga membuat perusahaan tunduk pada ketentuan

peraturan-peraturan dalam bidang pasar modal.150

2. Dengan melakukan IPO maka perusahaan secara langsung memberikan

akses kepada publik mengenai data dan informasi perusahaan.151

3. Terjadinya perubahan kepemimpinan dalam perusahaan dimana pendiri

atau bukan pendiri perusahaan ikut serta dalam memimpin perusahaan

dengan alasan meningkatnya jumlah pemegang saham.

4. Emiten dikenal banyak oleh publik sehingga publik turut serta dalam

melakukan pengawasan terhadap kinerja Emiten.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa dengan melakukan IPO maka

perusahaan tersebut mendapat suntikan dana yang sangat besar sehingga pada

umumnya dana-dana dari hasil IPO tersebut akan digunakan untuk berbagai

kebutuhan, diantaranya:152

1. Ekspansi atau perluasan usaha; 2. Pembelian mesin-mesin baru; 3. Memperbaiki struktur permodalan; 4. Meningkatkan investasi di anak perusahaan; 5. Melunasi sebagian utang; 6. Menambah modal kerja.

3.4.1. Tahapan Penawaran Umum Perdana

Dalam melakukan IPO, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan

oleh perusahaan, diantaranya adalah:

150 f Founder Influence: Management, Ownership and Strategic Management Journal, Vol. 24, No. 8

(August, 2003), hlm. 711, < http://www.jstor.org/stable/20060570>, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.18 WIB. exchange rules and norms, thereby providing a reasonable basis for inter-firm comparison.

151 Ibid., comprehensive public data on public corporations.

152 Wiji Purwanta dan Hendy Fakhruddin, Mengenal Pasar Modal, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 29.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

80

3.4.1.1. Tahap Pra-Emisi Tahap Pra-Emisi ini harus dilalui oleh perusahaan yang hendak

melakukan IPO dapat dibagi lagi menjadi dua tahap, yaitu: tahap pra-emisi di

internal perusahaan dan tahap pra-emisi di Bapepam.

3.4.1.1.1 Tahap Pra-Emisi di Internal Perusahaan Pada tahap pra-emisi dalam internal perusahaan, pertama-tama

perusahaan melakukan due diligence terhadap keadaan keuangan, aset, kewajiban

kepada pihak lain dan kewajiban pihak lain terhadap perusahaan. Dari laporan due diligence tersebut dapat terlihat mengenai kondisi perusahaan seperti permodalan,

aset, struktur organisasi perusahaan itu sendiri serta utang dan piutang yang

dimiliki perusahan. Setelah dilakukannya due diligence maka pihak managemen

perusahaan yang diwakili oleh para anggota Direksi membuat suatu rencana

perusahaan untuk melakukan go public dengan mekanisme IPO. Rencana

perusahaan untuk melakukan go public tersebut harus disetujui oleh RUPS sesuai

dengan kuorum yang ditentukan dalam UU/40/2007 yang mana dari keputusan

RUPS tersebut akan dijadikan landasan hukum untuk melakukan perubahan

Anggaran Dasar perusahaan dan melaksanakan mekanisme IPO.

Setelah RUPS menyetujui rencana IPO maka pihak perusahaan

menentukan pihak-pihak yang dapat membantu kelancaran dalam melakukan

penawaran umum, antara lain:

1. Penjamin Emisi Efek atau underwriter untuk menjamin terjualnya efek

baik berupa saham atau obligasi. Apabila efek yang akan dikeluarkan

berupa obligasi maka dalam hal ini Wali Amanat juga berperan sebagai

representatif para pemegang obligasi.

2. Biro Administrasi Efek dan Lembaga Kustodian yang berfungsi untuk

membantu mengadministrasikan saham.

3. Akuntan Publik untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan Emiten

dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

4. Notaris untuk membuat dokumen serta melegalisasi dokumen-dokumen

hukum seperti perubahan Anggaran Dasar, perjanjian-perjanjian yang

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

81

dibuat perusahaan dengan pihak-pihak lain terkait dengan penawaran

umum.

5. Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum mengenai

semua hal yang berkaitan dengan aspek hukum dalam penawaran umum.

6. Penilai atau Independent Appraisal untuk memberikan penilaian riil atas

aktiva perusahaan.

Setelah pihak-pihak yang dapat membantu kelancaran perusahaan untuk

melakukan IPO maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan perusahaan

adalah menyiapkan semua dokumen dan perjanjian-perjanjian yang diperlukan

untuk melakukan penawaran umum. Dokumen-dokumen tersebut antara lain:153

1. Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran; 2. Prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran, dokumen lain yang diwajibkan

dan berhubungan dengan proses go public; 3. Rencana jadwal emisi; 4. Konsep efek yang akan dikeluarkan; 5. Laporan keuangan; 6. Rencana penggunaan dana (dirinci pertahun); 7. Legal audit (pendapat dari Akuntan Publik); 8. Legal opinion (pendapat dari Konsultan Hukum); 9. Riwayat hidup Direksi dan Komisaris; 10. Perjanjian Penjamin Emisi; 11. Perjanjian Agen Penjualan; 12. Perjanjian Perwaliamanatan apabila efek yang akan dikeluarkan berupa

obligasi; 13. Perjanjian dengan Bursa Efek; 14. Kontrak pengelolaan saham; 15. Kesanggupan calon Emiten untuk menyerahkan semua laporan sesuai

dengan ketentuan UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam terkait.

3.4.1.1.2. Tahap Pra-Emisi di Bapepam Setelah tahap pra-emisi dalam internal perusahaan telah dilakukan

oleh perusahaan maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap pra-

emisi di Bapepam. Dalam tahap ini perusahaan melakukan public expose dan

menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Pernyataan Pendaftaran

153 Sawidji Widioatmodjo, op.cit., hlm. 55-56.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

82

dan dokumen pendukung wajib dibuat dalam bentuk naskah tercetak (hardcopy)

dalam dua rangkap, masing-masing wajib dijilid atau disatukan dengan cara lain

atau terdiri atas beberapa bagian sebagai satu kesatuan dan salinan elektronik

(softcopy). 154 Emiten dan Setiap Pihak yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya bertanggung jawab secara penuh atas

informasi yang diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran. Setelah Pernyataan

Pendaftaran diterima oleh Bapepam maka Bapepam melakukan evaluasi atas

kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi, keterbukaan aspek

hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen. Apabila Bapepam merasa bahwa

informasi yang disampaikan dalam Pernyataan Pendaftaran kurang lengkap maka

Bapepam dapat meminta perubahan dan/atau tambahan informasi kepada Emiten

untuk tujuan penelaahan atau pengungkapan keterbukaan kepada publik. Atas

perubahan yang dimintakan oleh Bapepam tersebut, Emiten wajib menyampaikan

perubahan dan/atau tambahan informasi atas Pernyataan Pendaftaran dalam waktu

paling lama sepuluh hari kerja sejak diterimanya permintaan Bapepam.155

Apabila kecukupan dan objektivitas informasi yang diungkapkan

dalam Pernyataan Pendaftaran selesai ditelaah oleh Bapepam dan Bapepam tidak

mempunyai tanggapan lebih lanjut serta ketika Emiten telah mengkonfirmasi ada

atau tidak adanya perubahan informasi atau telah menyampaikan informasi

mengenai jumlah dan harga penawaran efek, penjaminan emisi efek maka

Bapepam dapat mengeluarkan Pernyataan Pendaftaran yang efektif atas dasar

lewatnya jangka waktu 45 hari sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran diterima

Bapepam secara lengkap atau 45 hari sejak tanggal perubahan terakhir yang

disampaikan Emiten atau yang diminta Bapepam terpenuhi.156

154 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran,

, ditetapkan di Jakarta, 30 Desember 2011, angka 1 jo. adimaksud dengan dokumen-dokumen pendukung kecuali informasi tertentu seperti informasi harga penawaran dan tanggal efektif yang belum dapat ditentukan pada saat pengajuan Pernyataan Pendaftaran.

155 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-122-BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum,

, ditetapkan di Jakarta, 29 Mei 2009, angka 3 huruf (c).

156 Ibid., angka 4 huruf (a) dan huruf (b).

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

83

3.4.1.2. Tahap Emisi Sama halnya dengan tahap pra-emisi, tahap emisi dalam hal ini juga

dibagi menjadi dua tahapan, yakni tahap emisi di pasar perdana dan tahap emisi di

pasar sekunder.

3.4.1.2.1. Tahap Emisi di Pasar Perdana Dalam rangka penawaran umum dilakukan oleh para Penjamin Emisi

Efek dengan bantuan para Agen Penjualan Efek maka Emiten wajib

melaksanakan penawaran umum paling lambat dua hari kerja setelah Pernyataan

Pendaftaran menjadi efektif.157 Penjatahan efek untuk suatu penawaran umum

efek kepada investor wajib diselesaikan paling lambat dua hari kerja setelah

berakhirnya masa penawaran umum. Dalam hal penyerahan Efek beserta bukti

kepemilikan efek wajib dilakukan kepada kepada investor paling lambat dua hari

kerja setelah tanggal penjatahan.158

3.4.1.2.2. Tahap Emisi di Pasar Sekunder Tahap emisi di Pasar Sekunder ini hanya ditunjukan untuk Emiten

yang hendak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek. Apabila efek yang ditawarkan

akan dicatatkan maka pencatatan tersebut wajib dilaksanakan paling lambat satu

hari kerja setelah tanggal penyerahan efek. Lalu untuk selanjutnya maka Emiten

tunduk pada ketentuan pencatatan seperti yang ditentukan dalam Peraturan BEJ

No. I-A.

3.4.1.3. Tahap Sesudah Emisi Tahap sesudah emisi ini merupakan tahapan dimana Emiten harus

tunduk pada ketentuan Peraturan Bapepam untuk melakukan keterbukaan

informasi yang berkaitan dengan penyampaian Laporan Berkala misalnya laporan

realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum (dalam Peraturan Bapepam No.

X.K.4), laporan tahunan yang disesuaikan dengan Peraturan Bapepam No.X.K.6

157 Ibid., angka 5 huruf (a) jo. huruf (b).

158 Ibid., angka 5 huruf (k).

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

84

dan laporan tengah tahunan serta laporan yang harus segera diumumkan kepada

publik (Peraturan Bapepam No.X.K.1).

3.5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue)

Dalam Pasal 1 ayat 5 UU/8/1995 maupun penjelasannya tidak

mengklasifikasikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau right sebagai suatu

efek. Tetapi dari pengaturan yang dilakukan oleh Bapepam maka Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu ini diklasifikasikan sebagai suatu efek. Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (yang selanjutnya disebut dengan HMETD ) adalah hak yang

melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk

membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi

saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut

wajib dapat dialihkan.159 Adapun alasan yang menyatakan bahwa HMETD adalah

suatu efek dimana pengeluaran HMETD dianggap merupakan suatu tindakan

melakukan panawaran umum yaitu sebagai kegiatan untuk menghimpun dana

masyarakat.160

Dalam hal perusahaan hendak melakukan penambahan modal saham

melalui HMETD maka perusahaan tersebut wajib mengadakan RUPS untuk

mempertimbangkan dan meyetujui rencana penawaran yang dimaksud. Untuk

dapat melaksanakan RUPS dalam rangka penawaran umum dengan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu maka wajib dipenuhi hal-hal berikut ini:161

1. Perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum atau Perusahaan Publik telah mengajukan Pernyataan Pendaftaran 162 dan Dokumen

159 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, ditetapkan di Jakarta, 17 Juli 2003, angka 1.

160 Hamud M. Balfas, op.cit., hlm. 107.

161 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, , op.cit., angka 7.

162 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terkebih Dahulu, , ditetapkan di Jakarta, 13 Maret 2000, angka 2., k suatu penawaran sekurang-kurangnya terdiri

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

85

pendukungnya 163 kepada Bapepam serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk penawaran umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selambat-lambatnya 28 hari sebelum RUPS;

2. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis terhadap Pernyataan Pendaftaran yang telah disampaikan.

Apabila hal-hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan RUPS telah dipenuhi

oleh perusahaan kecuali dinyatakan lain oleh Bapepam, maka Pernyataan

Pendaftaran yang disyaratkan tersebut sebelumnya menjadi efektif setelah

mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPS mengenai

penawaran dengan HMETD. Informasi penting penawaran HMETD yang wajib

diumumkan sebelum RUPS perihal penawaran umum dengan HMETD antara

lain:164

dari: a) surat pengantar Pernyataan Pendaftaran; b) prospektus; c) dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran tersebut.

163 Ibid., jadwal penawaran umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; b) perjanjian yang menetapkan pembelian efek yang tidak dipesan melalui penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (jika ada); c) perjanjian perwaliamanatan (jika ada); d) perjanjian penanggungan (jika ada); e) informasi penggunaan dana dari hasil penawaran umum sebelumnya; f) laporan keuangan yang merupakan laporan Akuntan yang berkaitan dengan Laporan Keuangan yang disajikan untuk jangka waktu dua tahun terakhir yang terdiri dari neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti Laporan Komitmen dan Kontinjensi untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang bergerak dalam bidang perbankan. Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran melebihi 180 hari dari laporan keuangan terakhir, maka laporan keuangan tahunan terakhir harus dilengkapi dengan Laporan Keuangan Interim yang telah diaudit sehingga jangka waktu antara tanggal efektif Pernyataan Pendaftaran dan tanggal Laporan Keuangan Interim tidak melampaui 180 hari; g) surat dari Akuntan (Comfort Letter) sehubungan dengan perubahan keadaan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan; h) surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi; i) keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan/atau proyeksi jika dicantumkan dalam prospektus; j) kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen; k) laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil penawaran umum); l) surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur; m) dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu atau Peraturan Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama Perusahaan, dalam hal penggunaan dana untuk ekspansi termasuk pembelian aktiva; n) pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal sesuai dengan Formulir No.IX.C.1-4 Lampiran 4 Peraturan No.IX.C.1; o) informasi lain sesuai dengan permintaan Bapepam yang dipandang perlu dalam penelaahan Pernyataan Pendaftaran sepanjang dapat

164 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, , op.cit., angka 14.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

86

1. Nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon, teleks, faksimili, e-mail, dan kontak pos;

2. Uraian mengenai efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan HMETD;

3. Tanggal RUPS; 4. Tanggal pencatatan pemegang saham yang mempunyai HMETD pada

Daftar Pemegang Saham atau nomor kupon untuk menentukan HMETD; 5. Tanggal terakhir dari pelaksanaan HMETD dengan pemberitahuan bahwa

hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut tidak berlaku lagi dan tanggal terakhir pembayaran;

6. Periode perdagangan HMETD; 7. Harga pelaksanaan efek; 8. Rasio HMETD atas saham yang ada; 9. Tata cara pemesanan efek; 10. Uraian mengenai perlakuan efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan

HMETD dalam bentuk pecahan; 11. Pernyataan mengenai tata cara pengalihan HMETD; 12. Tata cara penerbitan dan penyampaian bukti HMETD serta efek; 13. Nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya HMETD dan saham yang

mendasarinya tercatat (jika ada); 14. Rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak

mengeluarkan saham saham atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham dalam waktu 12 bulan setelah tanggal efektif;

15. Nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) apabila ada;

16. Dampak dilusi dari penerbitan efek baru; 17. Penggunaan dana hasil penawaran umum dengan HMETD; 18. Ringkasan analisis dan pembahasan oleh manajemen; 19. Informasi tentang tempat prospektus dapat diperoleh.

Dalam hal efek yang mendasari pengalihan HMETD yang dilakukan oleh Emiten

atau Perusahaan Publik, tercatat di Bursa Efek maka HMETD tersebut wajib

dicatatkan pula di Bursa Efek yang sama. Perdagangan HMETD dimulai setelah

berakhirnya distribusi HMETD dan berlangsung sekurang-kurangnya lima hari

kerja dan paling lama 30 hari kerja setelah tanggal distribusi HMETD berakhir.

Bukti HMETD tersebut wajib tersedia dan didistribusikan dalam satu hari kerja

setelah Daftar Pemegang Saham yang berhak atas HMETD. Berkaitan dengan hal

tersebut maka Bursa Efek wajib secara otomatis mencatatkan HMETD yang

berhubungan dengan efek yang tercatat tanpa biaya pencatatan tambahan.

HMETD yang tercatat ini dapat juga diperdagangkan di luar Bursa.165

165 Ibid., angka 21.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

87

Dalam hubungannya dengan HMETD, perusahaan wajib mengadakan

alokasi efek yang tidak dipesan, pada harga pemesanan yang sama kepada semua

pemegang saham yang menyatakan berminat untuk membeli efek tambahan pada

periode pelaksanaan hak dimaksud. Pembayaran untuk efek tambahan

dilaksanakan dalam satu hari kerja setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek

tambahan. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh

kepada perusahaan untuk efek tambahan dimaksud dalam dua hari kerja setelah

berakhirnya perdagangan HMETD. Dalam hal adanya pemesanan yang tidak

terpenuhi maka Emiten yang telah melakukan penawaran umum atau Perusahan

Publik wajib mengembalikan uang untuk bagian pemesanan yang tidak terpenuhi

pada dua hari kerja setelah tanggal penjatahan. Setelah penjatahan efek dilakukan

maka semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan HMETD, termasuk

tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu

sekurang-kurangnya lima tahun dan perusahaan tersebut wajib menunjuk Akuntan

yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan pemeriksaan khusus mengenai

pelaksanaan HMETD.166

Dalam hal Emiten yang telah melakukan penawaran umum dan

Perusahaan Publik ini bermaksud untuk menambah modal dalam jumlah yang

telah ditetapkan maka sebelum dilaksanakannya penerbitan HMETD, perusahaan

yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk membeli

efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa

efek yang tidak diambil. Tahapan akhir setelah dilakukannya penawaran umum

dengan HMETD ini adalah dengan melakukan pengumuman sekurang-kurangnya

dalam satu surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional yang

mana salinan dari pengumuman tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam

selambat-lambatnya hari kerja kedua setelah pengumuman yang dimaksud.167

166 Ibid., awajib disampaikan oleh perusahaan kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal

167 Ibid., angka 27.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

88

3.6. Mekanisme Relisting Saham PT JASS di Bursa Efek Indonesia PT JASS pada awalnya merupakan suatu Emiten yang pada tahun

2004 sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES). Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, PT JASS telah mengalami delisting pada tahun 2009

dengan alasan bahwa PT JASS telah mengalami kondisi atau peristiwa yang

secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan

Tercatat secara finansial atau secara hukum, saham PT JASS tidak likuid karena

tidak dapat diperdagangkan di Pasar Reguler, dan PT JASS tidak sanggup

memenuhi kriteria volume dan frekuensi perdagangan yang ditetapkan oleh Bursa

Efek Indonesia. Akibat dari alasan dilakukannya involuntary delisting oleh Bursa

maka konsekuensi hukum yang timbul berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No.

I-I ketika PT JASS akan melakukan relisting adalah dengan memperbaiki kondisi

yang menyebabkan dilakukannya involuntary delisting oleh Bursa. Dalam hal ini

PT JASS telah mengalami kondisi atau peristiwa yang secara finansial

berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha secara finansial atau secara

hukum dan tidak memenuhi volume dan frekuensi perdagangan di Bursa yang

mengakibatkan sahamnya tidak likuid. Dengan demikian jalan yang dapat

ditempuh untuk memperbaiki kondisi yang menyebabkan PT JASS dilakukan

involuntary delisting oleh Bursa adalah:

a. Mencari atau menambahkan modal baru kedalam kas perusahaan;

b. Mencari pemegang saham baru, diluar pemegang pemegang saham PT

JASS yang telah ada sebelumnya sehingga mengakibatkan perdagangan

saham PT JASS dikemudian hari menjadi lebih likuid.168

Berdasarkan keterangan dari Direktur PT Bahana Securities Andi Sidharta,

pencatatan kembali (relisting) saham PT JASS akan dilakukan melalui

mekanisme Secondary Public Offering (yang selanjutnya disebut SPO ) sebesar

10%. 169 Selanjutnya pihak PT Bahana Securities menjelaskan bahwa proses

168 Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Bapak Bayu Samodro menyatakan bahwa apabila alasan dilakukannya delisting oleh Bursa adalah karena saham perusahaan tersebut tidak likuid dan karena adanya kondisi yang berpengaruh pada finansial atau secara hukum maka solusi untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan mencari sumber dana baru (fresh start) dan menambah jumlah kepemilikan saham dari perusahaan tersebut.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

89

relisting saham PT JASS yang akan dilakukan dengan mekanisme SPO sedikit

mengalami penundaan dikarenakan masih menunggunya keputusan pemegang

saham dari Singapura. 170 Berkaitan dengan pernyataan bahwa PT JASS akan

melakukan relisting melalui mekanisme SPO maka dalam hal ini tidak dapat

dilakukan. Secara hukum, mekanisme SPO diatur dalam SEC Act 1934 dan

diaplikasikan di Amerika sementara di Indonesia tidak ada peraturan mengenai

mengenai SPO.171 Apabila hendak berbicara mengenai penawaran umum untuk

kedua kalinya maka ketentuan hukum di Indonesia mengaturnya dengan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahuku (HMETD) atau sering disebut juga dengan Right Issue.

3.6.1. Secondary Public Offering Secondary Public Offering diartikan sebagai:

where a company sells shares that it has not previously issued. This increases the number of shares outstanding, which can (though does not always) lead to dilution of share value. A secondary public offering occurs on the primary market and therefore should not be confused with secondary market tran 172

169 Relisting Triwulan IV-

http://finance.detik.com/read/2010/06/14/153404/1377949/6/lepas-10-saham-jasa-angkasa-relisting-triwulan-iv-2010>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 15.34 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.12 WIB.

170 Relisting <http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/18738>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14.46 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.54 WIB.

171 Putu Chandrawati, (Bagian Penilaian Perusahaan Pabrikan Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Ibu Putu menyatakan bahwa secara terminologi Secondary Public Offering diartikan sebagai penawaran umum kedua kalinya sehingga aplikasinya sama dengan penawaran umum perdana (IPO). Di Indonesia tidak diatur mengenai Secondary Public Offering karena pada dasarnya apabila hendak mengeluarkan saham setelah dilakukannya IPO maka pihak perusahaan wajib menawarkannya pada pemegang saham yang ada atau dengan mekanisme right issue.

172 http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Secondary+Public+Offering>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.23 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

90

Berdasarkan pengertian diatas maka SPO dapat didefinisikan sebagai penawaran

umum perdana (IPO) yang dilakukan kedua kalinya dimana saham yang

dikeluarkan adalah saham baru yang belum pernah dikeluarkan pada proses IPO.

Dengan adanya jumlah penambahan saham dalam suatu perusahaan tertentu

kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya dilusi saham. Secara hukum,

pelaksanaan SPO sama dengan IPO dimana keduanya dilakukan pada Pasar

Perdana dan tidak akan mempengaruhi pergerakan nilai saham pada Pasar

Sekunder atau Pasar Reguler.

Dalam pelaksanaannya, SPO memiliki dua tipe antara lain:173

a. SPO yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri yang biasanya bertujuan

untuk menambah modal perusahaan;

b. SPO yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas (majority shareholders) di perusahaan tersebut.

Dalam hal pelaksanaan SPO yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri dampak

yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya dilusi saham akibat adanya

penambahan jumlah saham baru yang sekaligus mengakibatkan bertambahnya

jumlah pemegang saham. Sementara untuk SPO yang dilakukan oleh pemegang

saham mayoritas, dampak yang mungkin ditimbulkan adalah tidak terjadinya

dilusi saham karena pemegang saham yang ada saat ini dalam suatu perusahaan

yang melakukan SPO adalah pemegang saham yang membeli saham dari

pemegang saham terdahulu. Selain itu pada umumnya, guna menambahkan modal

perusahaan, SPO dilakukan dengan dengan pinjaman modal atau utang (standard business loan).174 Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua perusahaan mempunyai

saham yang dapat dijual sehingga cara yang dapat ditempuh ketika melakukan

173 http://www.davemanuel.com/investor-dictionary/secondary-offering/>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.34 WIB. There are asically two types of secondary offering: a) a secondary offering done by the company itself (using to raise capital); b) a secondary offering done by some of the major shareholders in the

174 http://www.businessfinance.com/secondary-public-offering.htm>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.53 WIB. public offering a more common approach to raise capital is through a standard business loan. Not all busineses have shares available for sale so more traditional financing options may be a better

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

91

SPO adalah dengan melakukan pinjaman atau utang. Hal yang perlu diperhatikan

apabila perusahaan melakukan pinjaman adalah pihak peminjam benar-benar

merupakan pihak yang dapat meminjamkan sejumlah dana dan hal yang tidak

kalah pentingnya adalah suku bunga pinjaman yang rendah.

3.6.2. Mekanisme Right Issue Saham PT JASS Dalam rangka melakukan penambahan modal dan jumlah kepemilikan

saham publik, PT JASS dapat melakukan HMETD atau right issue. Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT JASS adalah dengan mengeluarkan

saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus ditempuh

beberapa hal antara lain:

1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal

pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT JASS dalam

sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang

berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja

kedua setelah pengumuman tersebut. 2. Pelaksanaan RUPS PT JASS untuk menyetujui atau tidak rencana

penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT JASS yang berhak atas right issue adalah pemegang

saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam delapan hari

kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT JASS bertujuan untuk

menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum

dilaksanakannya penerbitan right issue, PT JASS wajib memperoleh

jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada

harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.

5. PT JASS mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga

pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan

berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

92

6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode

perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan

tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue

dilaksanakan.

7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja

setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.

8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh

kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja

setelah berakhirnya perdagangan right issue.

9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka

semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue

termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT JASS untuk

jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.

10. PT JASS wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk

melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang

dilakukan oleh PT JASS dan disampaikan kepada Bapepam dalam jangka

waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.

3.6.3. Prosedur Relisting Saham PT JASS PT JASS sebelum delisting dari Bursa Efek telah mencatatkan

sahamnya di Papan Pengembangan maka apabila perusahaan tersebut hendak

melakukan upaya relisting maka PT JASS akan mencatatkan sahamnya pada

Papan Pengembangan. Dalam hal ini prosedur relisting saham yang dapat

ditempuh PT JASS antara lain:

1. PT JASS harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada Bursa

paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT JASS

mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada pertengahan Juli

2010 dan seterusnya PT JASS dapat melakukan permohonan relisting.

2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam

Papan Pengembangan.

3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting

oleh Bursa dimana pada saat ini PT JASS sudah mengalami perbaikan

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

93

kondisi finansial yang ditandai dengan adanya peningkatan keuntungan.

Sementara untuk memperbaiki kondisi saham yang likuid dan pemenuhan

volume perdagangan saham di Bursa Efek maka PT JASS dapat

melakukan dengan mekanisme HMETD atau right issue sesuai dengan

ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam No.IX.D.1.

4. PT JASS harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih efektif.

Dalam hal PT JASS melakukan right issue maka Pernyataan Pendaftaran

yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah Pernyataan

Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT JASS melakukan right issue. 5. PT JASS harus memenuhi komposisi struktur organisasi perusahaannya

dimana PT JASS harus memiliki Komisaris Independen sekurang-

kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya

satu orang, dan kondisi perusahaan PT JASS harus dalam keadaan yang

bebas dari sengketa hukum.

6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT JASS telah

melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business), yaitu

penyedia jasa di Bandara International Soekarno Hatta (airport commercial operations) sekurang-kurangnya 12 bulan.

7. PT JASS harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku

terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan

Keuangan Auditan Interim.

8. PT JASS harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-kurangnya

sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

9. PT JASS harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 500

pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek

yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa, dengan

jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas yang tercatat pada

tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sekurang-kurangnya

50.000.000 (lima puluh juta) atau sekurang-kurangnya 35% dari modal

yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.

10. PT JASS mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan membayar

permohonan pencatatan sebesar Rp10.000.000,00 untuk Papan

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

94

Pengembangan serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan kondisi perusahaannya.

11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT

JASS wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada Bursa.

12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka

Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan

relisting PT JASS dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak Bursa

memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.

13. Apabila permohonan relisting PT JASS diterima maka PT JASS wajib

membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan sesuai

dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua Hari

Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke Bursa.

14. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham

calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa

sebelum perdagangan saham dimulai.

3.7. Mekanisme Relisting Saham PT BUKK di Bursa Efek Indonesia PT BUKK sebelumnya telah melakukan penawaran umum perdana

sehingga statusnya adalah sebagai Emiten. PT BUKK mengalami involuntary

delisting dari Papan Pengembangan pada tahun 2009 dengan alasan bahwa PT

BUKK mengalami kondisi, atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh

negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan, baik secara finansial atau secara

hukum dan perdagangan saham PT BUKK sebelumnya tidak memenuhi standar

volume dan frekuensi perdagangan di Bursa Efek sehingga PT BUKK di suspensi

oleh Bursa. Setelah dilakukannya suspensi oleh Bursa pun PT BUKK belum

menunjukan pemulihan yang baik sehingga Bursa melakukan delisting.

Dalam hal PT BUKK hendak melakukan proses relisting maka yang

harus diperhatikan oleh PT BUKK adalah memenuhi jumlah saham ke publik.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kepemilikan saham PT BUKK

sekitar 54% saham PT BUKK beredar di publik namun sekitar 52% saham

dimiliki oleh satu investor, yakni Akses Karya Indonesia Bhd. Dengan melihat

kondisi kepemilikan saham pada PT BUKK maka dapat dikatakan bahwa

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

95

pemegang saham bukan pengendali sangat sedikit jumlahnya sehingga dapat

dikatakan bahwa Akses Karya Indonesia Bhd merupakan pemegang saham

mayoritas. Dengan adanya komposisi kepemilikan saham yang seperti ini maka

dapat dikatakan bahwa kondisi saham PT BUKK tidak likuid untuk

diperdagangkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka langkah yang dapat

ditempuh PT BUKK adalah dengan melakukan penambahan saham ke publik

dengan mekanisme right issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 175

Mekanisme right issue ini dilakukan dengan alasan bahwa PT BUKK tidak dapat

melakukan IPO karena PT BUKK telah melakukan IPO sebelumnya. Dengan

demikian maka proses penawaran umum yang mungkin dilakukan oleh PT BUKK

adalah melalui mekanisme right issue.

3.7.1. Mekanisme Right Issue Saham PT BUKK Sama halnya dengan mekanisme right issue saham yang dilakukan

oleh PT JASS maka dalam rangka melakukan penambahan modal dan jumlah

kepemilikan saham publik, PT BUKK dapat melakukan HMETD atau right issue.

Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT BUKK adalah dengan

mengeluarkan saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus

ditempuh beberapa hal antara lain:

1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal

pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT BUKK dalam

sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang

berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja

kedua setelah pengumuman tersebut.

175 Pengumuman PT Kustodian Sentral Efek (KSEI) Nomor: KSEI-11302/JKS/0512 perihal Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PT Bukaka Teknik

PT BUKK akan dilakukan pada tanggal 6 Juni 2012 di Engineering Center PT Bukaka Teknik Utama Tbk, Jl. Raya Bekasi Cibinong Km. 19,5 Cileungsi, Bogor 16820, dengan agenda RUPS Luar Biasa adalah persetujuan pelaksanaan relisting dengan mekanisme right issue dan persetujuan penjualan saham Bukaka yang berada di PT Bhaskara Utama Sedaya sebesar 32,45% atau sebanyak 3.245 lembar saham.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

96

2. Pelaksanaan RUPS PT BUKK untuk menyetujui atau tidak rencana

penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT BUKK yang berhak atas right issue adalah

pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam

delapan hari kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT BUKK bertujuan untuk

menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum

dilaksanakannya penerbitan right issue, PT BUKK wajib memperoleh

jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada

harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.

5. PT BUKK mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga

pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan

berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.

6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode

perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan

tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue

dilaksanakan.

7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja

setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.

8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh

kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja

setelah berakhirnya perdagangan right issue.

9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka

semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue

termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT BUKK untuk

jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.

10. PT BUKK wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk

melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang

dilakukan oleh PT BUKK dan disampaikan kepada Bapepam dalam

jangka waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

97

3.7.2. Prosedur Relisting Saham PT BUKK Prosedur relisting yang dilakukan PT BUKK pada prinsipnya adalah

sama dengan yang akan dilakukan oleh PT JASS. Hal ini didasari dengan alasan:

status perusahaan keduanya yang sama-sama merupakan perusahaan terbuka dan

keduanya sama-sama merupakan perusahaan yang sebelumnya tercatat dalam

Papan Pengembangan. Apabila hendak diurutkan secara sistematis maka prosedur

relisting PT BUKK antara lain:

1. PT BUKK harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada

Bursa paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT

BUKK mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada pertengahan

Juli 2010 dan seterusnya PT BUKK dapat melakukan permohonan

relisting.

2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam

Papan Pengembangan.

3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting

oleh Bursa dimana pada saat ini PT BUKK sudah mengalami perbaikan

kondisi finansial yang ditandai dengan lunasnya pembayaran utang

sebesar US$ 89 juta. Sementara untuk penyebaran kepemilikan saham

publik maka PT BUKK dapat melakukan dengan mekanisme HMETD

atau right issue sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam

No.IX.D.1. Namun perlu diingat dengan bertambahnya pemegang saham

baru maka pemegang saham baru tersebut harus menambah jumlah saham

ke publik.

4. PT BUKK harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih efektif.

Dalam hal PT BUKK melakukan right issue maka Pernyataan Pendaftaran

yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah Pernyataan

Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT BUKK melakukan right issue. 5. PT BUKK harus memenuhi komposisi struktur organisasi perusahaannya

dimana PT BUKK harus memiliki Komisaris Independen sekurang-

kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya

satu orang, dan kondisi perusahaan PT BUKK harus dalam keadaan yang

bebas dari sengketa hukum.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

98

6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT BUKK telah

melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yakni

dalam bidang konstruksi dan infrastrukstur, sekurang-kurangnya 12 bulan.

7. PT BUKK harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku

terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan

Keuangan Auditan Interim.

8. PT BUKK harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-kurangnya

sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

9. PT BUKK harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 500

pemegang saham yang memiliki rekening efek di Anggota Bursa Efek

yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa, dengan

jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas yang tercatat pada

tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa sekurang-kurangnya

50.000.000 (lima puluh juta) atau sekurang-kurangnya 35% dari modal

yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.

10. PT BUKK mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan

membayar permohonan pencatatan sebesar Rp10.000.000,00 untuk Papan

Pengembangan serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan kondisi perusahaannya.

11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT

BUKK wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada Bursa.

12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka

Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan

relisting PT BUKK dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak Bursa

memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.

13. Apabila permohonan relisting PT BUKK diterima maka PT BUKK wajib

membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan sesuai

dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua Hari

Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke Bursa.

15. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham

Calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa

sebelum perdagangan saham dimulai.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

99

3.8. Mekanisme Relisting Saham PT Apexindo di Bursa Efek Indonesia Pada mulanya PT Apexindo telah melakukan IPO pada tahun 2002

yang selanjutnya dilanjuti dengan mekanisme pencatatan saham pada Papan

Utama. Akan tetapi keberadaan PT Apexindo di lantai Bursa Efek tidak berjalan

lama karena pada tahun 2009 PT Apexindo telah melakukan voluntary delisting

akibat chain listing. Pelaksanaan voluntary delisting disetujui oleh para pemegang

saham PT Apexindo dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (yang

selanjutnya disebut ) pada tanggal 5 Maret 2009. Pencatatan berantai

ini (chain listing) karena PT Apexindo dinilai telah berkontribusi lebih dari 50%

pendapatan PT Mitra Rajasa Tbk (yang selanjutnya disebut ) yang

berubah namanya menjadi PT Mitra International Resources TBK. Berkaitan

dengan chain listing tersebut adapun alasan lainnya yang melatarbelakangi

dilakukannya delisting PT Apexindo, yakni tidak likuidnya saham sisa (1,86%)

setelah 98,14% dari total saham yang dikeluarkan perseroan diakuisisi oleh MIRA

melalui Mira International Holding Ptd Ltd (MIH).

Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam hal ini PT Apexindo akan

melakukan relisting karena telah direstrukturisasinya utang yang dimiliki oleh PT

Apexindo. Namun untuk memperbaiki kondisi yang dialami oleh PT Apexindo

ketika di delisting maka apabila PT Apexindo hendak melakukan relisting maka

untuk menambah modal kedalam perusahaan PT Apexindo hanya diperbolehkan

melakukan right issue bukan IPO berdasarkan ketentuan Angka 2 Peraturan

Bapepam No.IX.D.1. Proses HMETD yang bertujuan untuk melakukan

penambahan modal, berdasarkan Angka 26 Peraturan Bapepam No.IX.D.1 maka

PT Apexindo harus terlebih dahulu memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk

membeli efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas efek dalam hal

terdapat sisa efek yang tidak dapat diambil.

3.8.1. Mekanisme Right Issue Saham PT Apexindo Latar belakang pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT

Apexindo ini didasari untuk penambahan jumlah kepemilikan saham di publik

sehingga saham PT Apexindo menjadi likuid setelah dilakukannya restrukturisasi.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

100

Right issue yang paling mungkin dilakukan oleh PT Apexindo adalah dengan

mengeluarkan saham dimana terhadap mekanisme right issue itu sendiri harus

ditempuh beberapa hal antara lain:

1. Mengumumkan informasi-informasi penting kepada publik perihal

pelaksanaan right issue yang akan dilakukan oleh PT Apexindo dalam

sekurang-kurangnya satu surat kabar berbahasa Indonesia yang

berperedaran nasional dimana salinan dari pengumuman tersebut wajib

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir hari kerja

kedua setelah pengumuman tersebut. 2. Pelaksanaan RUPS PT Apexindo untuk menyetujui atau tidak rencana

penawaran dengan mekanisme right issue. 3. Pemegang saham PT Apexindo yang berhak atas right issue adalah

pemegang saham yang tercatat pada Daftar Pemegang Saham dalam

delapan hari kerja setelah RUPS. 4. Pelaksanaan right issue yang dilakukan oleh PT Apexindo bertujuan untuk

menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum

dilaksanakannya penerbitan right issue, PT Apexindo wajib memperoleh

jaminan dari pihak tertentu untuk membeli efek sekurang-kurangnya pada

harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak diambil.

5. PT Apexindo mengadakan alokasi efek yang tidak dipesan pada harga

pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan

berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan right issue tersebut.

6. Right issue sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode

perdagangan dimana efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan

tersedia dalam dua hari kerja setelah perdagangan right issue

dilaksanakan.

7. Pembayaran untuk efek tambahan dilaksanakan dalam satu hari kerja

setelah berakhirnya pembayaran pesanan efek tambahan.

8. Para pemesan efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh

kepada perusahaan untuk efek tambahan tersebut dalam dua hari kerja

setelah berakhirnya perdagangan right issue.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

101

9. Setelah penjatahan efek yang tidak dipesan ini selesai dilakukan maka

semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan right issue

termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh PT Apexindo untuk

jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun.

10. PT Apexindo wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk

melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan right issue yang

dilakukan oleh PT Apexindo dan disampaikan kepada Bapepam dalam

jangka waktu 30 hari setelah tanggal penjatahan berakhir.

3.8.2. Prosedur Relisting Saham PT Apexindo

Pada prinsipnya prosedur relisting yang akan dilakukan oleh PT

Apexindo sama dengan PT JASS dan PT BUKK karena ketiga perusahaan ini

melakukan mekanisme relisting dengan right issue. Akan tetapi dalam prosedur

pencatatan kembali saham PT Apexindo ini akan berbeda dengan pencatatan

kembali saham PT JASS dan PT BUKK karena dalam hal ini prosedur pencatatan

kembali saham PT Apexindo akan dilakukan di Papan Utama. Berikut ini adalah

susunan secara sistematis prosedur relisting yang akan dilakukan oleh PT

Apexindo:

1. PT Apexindo harus mengajukan permohonan relisting sahamnya kepada

Bursa paling cepat enam bulan sejak dilakukan delisting oleh Bursa. PT

Apexindo mengalami delisting pada tahun 2009, sehingga pada

pertengahan Juli 2010 dan seterusnya PT Apexindo dapat melakukan

permohonan relisting.

2. Memenuhi persyaratan umum relisting dan persyaratan relisting dalam

Papan Utama.

3. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting

oleh Bursa dimana pada saat ini PT Apexindo sudah melakukan

restrukturisasi utangnya. Sementara untuk penambahan modal PT

Apexindo dapat melakukan dengan mekanisme HMETD atau right issue

sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam No.IX.D.1. Namun

perlu diingat bahwa dengan tujuan right issue sebagai penambahan modal

maka PT Apexindo harus mencari pihak yang akan menjamin untuk

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

102

membeli saham yang akan dikeluarkan PT Apexindo sekurang-kurangnya

pada harga penawaran atas efek dalam hal terdapat sisa efek yang tidak

diambil.

4. PT Apexindo harus memberikan Pernyataan Pendaftaran yang masih

efektif. Dalam hal PT Apexindo melakukan right issue maka Pernyataan

Pendaftaran yang harus diberikan dalam rangka relisting adalah

Pernyataan Pendaftaran yang terakhir yakni ketika PT Apexindo

melakukan right issue. 5. PT Apexindo harus memenuhi komposisi struktur organisasi

perusahaannya dimana PT Apexindo harus memiliki Komisaris

Independen sekurang-kurangnya 30%, memiliki Direktur tidak terafiliasi

sekurang-kurangnya satu orang, dan kondisi perusahaan PT Apexindo

harus dalam keadaan yang bebas dari sengketa hukum.

6. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, PT Apexindo telah

melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yakni

dalam bidang offshore dan onshore drilling, sekurang-kurangnya 36

bulan.

7. PT Apexindo harus menyerahkan Laporan Keuangan Auditan tahun buku

terakhir yang mencakup sekurang-kurangnya dua tahun buku dan Laporan

Keuangan Auditan Interim.

8. PT Apexindo harus memiliki Aktiva Berwujud Bersih sekurang-

kurangnya sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

9. PT Apexindo harus memiliki jumlah pemegang saham paling sedikit 1000

pemegang saham dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan

relisting dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas

yang tercatat pada tanggal tertentu dalam periode lima Hari Bursa

sekurang-kurangnya 100.000.000 (seratus juta) atau sekurang-kurangnya

35% dari modal yang disetor, dengan melihat manakah yang lebih kecil.

10. PT Apexindo mengajukan permohonan relisting kepada Bursa dan

membayar permohonan pencatatan sebesar Rp15.000.000,00 untuk Papan

Utama serta menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

kondisi perusahaannya.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

103

11. Apabila permohonan pencatatan kembali dianggap telah diterima maka PT

Apexindo wajib melakukan presentasi tentang perusahaannya kepada

Bursa.

12. Apabila tidak ada penambahan dokumen atau informasi tambahan maka

Bursa dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan

relisting PT Apexindo dalam jangka waktu sepuluh Hari Bursa sejak

Bursa memperoleh dokumen dan/atau informasi secara lengkap.

13. Apabila permohonan relisting PT Apexindo diterima maka PT Apexindo

wajib membayar biaya pencatatan awal dan biaya pencatatan tahunan

sesuai dengan ketentuan Peraturan BEJ No.I-A selambat-lambatnya dua

Hari Bursa sebelum tanggal relisting dan mengirimkan bukti setor ke

Bursa.

16. Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan perdagangan saham

calon Perusahan Tercatat tersebut selambat-lambatnya satu Hari Bursa

sebelum perdagangan saham dimulai.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya mekanisme

untuk melakukan relisting adalah dengan melakukan right issue. Apabila suatu

perusahaan sudah mengalami delisting dan hendak melakukan relisting maka

kondisi perusahaan tersebut haruslah sebagai Perusahaan Terbuka. Hal ini

dikarenakan apabila setelah dilakukannya delisting status perusahaan tersebut

adalah Perusahaan Tertutup maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan

relisting melainkan melakukan pencatatan ulang saham di bursa yang didahului

dengan IPO berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No. I-A.

Langkah paling penting yang harus dilakukan Perusahaan Terbuka

yang telah mengalami delisting untuk melakukan pencatatan saham kembali

adalah dengan memperbaiki kondisi perusahaan yang menjadi sebab dilakukannya

delisting. Alasan dilakukannya delisting tentunya sangat mempengaruhi

mekanisme yang akan diambil oleh perusahaan ketika melakukan relisting,

terutama dalam ketiga contoh kondisi perusahaan ini maka ketiganya akan

melakukan penawaran saham baru kepada publik guna menunjang kondisi

finansial perusahaannya dan komposisi kepemilikan pemegang saham publik agar

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

104

saham-sahamnya likuid, maka mekanisme yang paling sesuai dan paling tepat

untuk dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan relisting adalah dengan

mekanisme right issue, sesuai dengan ketentuan Angka 2 Peraturan Bapepam

No.IX.D.1. Selain itu, menurut pendapat Direktur Penilaian Perusahaan BEI,

Hoesen menyatakan bahwa relisting dengan penambahan saham baru dianggap

dapat melindungi saham-saham publik sebelumnya.176 Dengan demikian, apabila

ketiga perusahaan tersebut melakukan relisting dengan menggunakan mekanisme

right issue maka secara sekaligus ketiga perusahaan tersebut telah melindungi

saham-saham publik yang sudah ada sebelumnya.

Adapun mekanisme lainnya yang dapat dilakukan untuk melakukan

relisting adalah dengan menyerahkan permohonan relisting dengan Pernyataan

Pendaftaran yang sudah ada yakni: Pernyataan Pendaftaran ketika suatu

perusahaan menjadi Emiten pada saat melakukan penawaran umum ataupun

Pernyataan Pendaftaran ketika perusahaan tersebut menjadi Perusahaan

Publik. 177 Hal ini dimungkinkan apabila kondisi perusahaan ketika dilakukan

involuntary delisting oleh Bursa hanya dengan alasan tidak tunduk pada

compliance seperti tidak menyerahkan laporan keuangan pada Bursa Efek dalam

kurun waktu yang sudah ditentukan dan bukan karena kondisi finansial atau

kondisi hukum yang berpengaruh secara signifikan pada kondisi perusahaan yang

mengakibatkan sahamnya menjadi tidak likuid.178 Dengan alasan delisting yang

seperti ini maka dimungkinkan untuk perusahaan tersebut melakukan relisting

176 Relisting <www.tempo.co/read/news/2012/09/27/088432336/Sekar-Bumi-Relisting-Lagi>, (Kamis 27 September 2012, pukul 1650), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.00 WIB.

177 Bekti Anwar (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek Bapepam-LK), site visit interview, pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 11.30 WIB. Pak Bekti mengatakan bahwa relisting dilakukan hanya dengan mengajukan permohonan saja kepada Bursa Efek seperti prosedur relisting yang dilakukan di Amerika. Namun apabila mekanisme relisting dengan menggunakan corporate action ini dilakukan semata-mata hanya untuk memenuhi perbaikan kondisi akibat dilakukannya delisting sebelumnya dan secara hukum hal ini diatur oleh Peraturan BEJ No.I-I. Dalam hal dilakukannya corporate action untuk mengeluarkan atau menawarkan saham baru maka mekanisme paling tepat digunakan adalah right issue, karena status perusahaan yang hendak melakukan relisting adalah perusahaan terbuka.

178 Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2 Oktober 2012, pukul 10.30 WIB, op.cit.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

105

tanpa melakukan corporate action apapun, dalam hal ini adalah dengan

mekanisme right issue.

Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa mekanisme

relisting dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. mengajukan permohonan saja dengan menyerahkan Pernyataan

Pendaftaran yang masih efektif tanpa melakukan corporate action apapun,

asalkan perusahaan telah memperbaiki kondisi yang dijadikan sebagai

alasan dilakukannya delisting, berdasarkan Peraturan BEJ No. I-I;

2. mengajukan permohonan dengan melakukan corporate action sebagai

alasan untuk memberbaiki kondisi perusahaan ketika dilakukannya

delisting dengan cara mengeluarkan saham baru guna menambahkan

modal dan menambah pemegang saham publik dengan mekanisme right issue berdasarkan ketentuan Peraturan BEJ No. I-I jo. Peraturan Bapepam

No.IX.D.1. Pernyataan Pendaftaran yang diserahkan bersamaan dengan

permohonan relisting adalah Pernyataan Pendaftaran terakhir ketika

perusahaan melakukan right issue.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

106

BAB IV AKIBAT HUKUM RELISTING TERHADAP PERLINDUNGAN HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS (MINORITY SHAREHOLDERS)

PADA PT JASS, PT BUKK DAN PT APEXINDO

Perseroan Terbatas PT berdasarkan

UU/40/2007 merupakan suatu badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan-persyaratan

yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan peraturan

pelaksananya. Dalam menjalankan suatu PT perlu memperhatikan Good Corporate Governance GCGperusahaan yang baik. Menurut Sutan Remy Sjahdeini GCG adalah suatu konsep

yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan,

dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang

membentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-

masing unsur dari struktur perseroan itu, melalui Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), Direksi, Komisaris, juga mengatur hubungan-hubungan antara unsur-

unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang pada

hakekatnya merupakan stakeholders dari perseroan, yaitu Negara yang

berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan dan

masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal

perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon

kreditor perseroan.179

Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Sutan Remy Sjahdeini diatas

maka salah satu unsur untuk menerapkan GCG adalah struktur dan tugas dari

organ perseroan. Dalam UU/40/2007, organ perseroan terdiri dari RUPS, Direksi

dan Dewan Komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam UU/40/2007 atau anggaran dasar. 180 Sementara

179 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 2.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

107

Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun

diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 181 Berbeda dengan

kewenangan Direksi untuk mengurus dan menjalankan perseroan, Dewan

Komisaris dalam hal ini merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.182 Pada Bab IV tesis ini, organ perusahaan yang

akan dibahas lebih dalam adalah RUPS yang didalamnya terdiri dari para

pemegang saham.

4.1. Hak dan Kewenangan Pemegang Saham dalam UU/40/2007 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kedudukan pemegang

saham dalam PT diwakili oleh RUPS dan memiliki wewenang yang tidak dimiliki

oleh Direksi ataupun Dewan Komisaris akan tetapi dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya RUPS juga harus memperhatikan dan tidak boleh melanggar

kedudukan, kewenangan dan kepentingan pemegang saham minoritas, organ-

organ perseroan lainnya serta stakeholder seperti kreditor, karyawan, distributor

serta mitra bisnis dari perusahaan tersebut maupun masyarakat disekitar

lingkungan tempat perseroan tersebut berdiri. 183 Sebagai organ yang mewakili

kepentingan para pemegang saham maka sudah sewajarnya bahwa semua

keputusan yang berkaitan dengan struktur organisasi perseroan dan kepentingan

pemegang saham semisal perubahan anggaran dasar, permohonan agar perseroan

dinyatakan pailit, pembubaran perseroan, penambahan modal perseroan dan

pengeluaran saham baru dan penggunaan laba perseroan adalah wewenang

180 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,

op.cit., pasal 1 butir 4.

181 Ibid., pasal 1 butir 5.

182 Ibid., pasal 1 butir 6.

183 Dhaniswara K Harjono, Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas: Tinjauan Terhadap Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia, 2008), hlm. 317.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

108

RUPS.184 Dengan kewenangan-kewenangan yang dimiliki RUPS maka bentuk

pertanggungjawaban pemegang saham ini hanya sebesar jumlah setoran atas

seluruh saham yang dimilikinya kedalam kas perseroan dan tidak mencakup

pertanggungjawaban secara pribadi. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban

terbatas pemegang saham ini diatur dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU/40/2007.

Pertanggungjawaban terbatas tersebut dapat disimpangi apabila terpenuhi kondisi-

kondisi berikut ini:

1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.

2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak

langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan

pribadi.

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh perseroan.

4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak

langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang

mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi

utang perseroan.185

Dalam UU/40/2007 dijelaskan secara jelas mengenai hak-hak yang dimiliki oleh

pemegang saham antara lain:

1. Hak untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai

dengan jumlah saham yang dimilikinya. Hak suara yang dimiliki oleh

pemegang saham ini dapat digunakan untuk menentukan hal-hal yang

penting dalam pengelolaan PT, antara lain: perubahan anggaran dasar, hak

tagih sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang

telah diambilnya, pembelian kembali saham perseroan, penambahan

modal, pengurangan modal, kebijakan pembagian dividen dan sisa

184 Fred B.G Tambunan, Pandangan Yuridis Tentang PT dan Organ-<http://hukumonline.com/berita/baca/hol3788/pandangan-yuridis-tentang-pt-dan-organorgannya>, diakses pada tanggal 3 November 2012, pukul 20.24 WIB.

185 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 3 ayat 2.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

109

kekayaan hasil likuidasi, pengangkatan dan pemberhentian anggota

Direksi dan Komisaris, persetujuan pengalihan kekayaan perseroan atau

menjaminkan kekayaan perseroan sebagai jaminan utang lebih dari 50%

dari jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih,

rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan serta pemisahan

perseroan serta perhitungan-perhitungan dalam laporan tahunan. Hak suara

yang terkadung dalam klasifikasi saham dengan jenis yang sama ini

memberikan hak yang sama juga kepada pemegangnya. Ketentuan dalam

Pasal 85 UU/40/2007 ini merupakan pengaplikasian prinsip keadilan

(fairness) dengan asas musyawarah untuk mufakat.

2. Hak untuk ditawarkan terlebih dahulu sejumlah saham yang seimbang

dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang saham (pre-emptive right). Ketentuan pre-emptive right ini diatur dalam Pasal 43 ayat 1

UU/40/2007.

3. Hak untuk menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga

melalui akta pemindahan hak. Pemindahan hak ini diatur dalam Pasal 56

jo. Pasal 58 UU/40/2007.

4. Hak untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri

apabila pemegang saham merasa dirugikan karena tindakan perseroan

yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar akibat dari

keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 62

UU/40/2007).

5. Hak untuk memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari

Direksi dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 75 UU/40/2007).

6. Hak untuk mengajukan gugatan kepada Direksi melalui Pengadilan Negeri

yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada

perseroan. (Pasal 97 ayat 6 UU/40/2007).

7. Hak untuk mengajukan gugatan kepada Dewan Komisaris melalui

Pengadilan Negeri yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan

kerugian kepada perseroan. (Pasal 114 ayat 6 UU/40/2007).

8. Hak untuk mengajukan permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan

dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

110

dugaan bahwa perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang

merugikan pemegang saham atau pihak ketiga atau anggota Direksi atau

Dewan Komisaris. (Pasal 138 ayat (1), (2), dan (3) UU/40/2007).

9. Hak unuk mengajukan usul mengenai pembubaran perseroan kepada

RUPS. (Pasal 144 UU/40/2007).

4.2. Karakter Pemegang Saham Dalam Perusahaan Terbuka Perusahaan Terbuka pada hakikatnya memiliki fungsi sebagai institusi

sosial yang berdiri sendiri daripada sebagai suatu hak milik pribadi dari para

pemegang saham. Berdasarkan Teori Organ Perusahaan (Organic Theory of Corporate Life), pemegang saham dalam Perusahaan Terbuka tidak dapat

digolongkan sebagai pemilik tunggal dari Perusahaan Terbuka karena terdapat

pemisahan antara kepemilikan saham (ownership of shares) dan pemegang

kendali dalam kegiatan perusahaan (control which rests with management).186

Pemisahan seperti ini memberikan pemegang kendali perusahaan untuk mencapai

tujuannya dibandingkan keuntungan maksimum atas saham yang dimilikinya.

Sebagai suatu institusi sosial yang berdiri sendiri, dalam mengelola Perusahaan

Terbuka tidak ada satu kelompok khusus yang mengelola melainkan setiap pihak

dalam Perusahaan Terbuka tersebut seperti pemegang saham, Direksi, karyawan

atau investor memiliki hak untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan. Selain

itu yang menjadi kepentingan utama Perusahaan Terbuka adalah kepentingan

publik sehingga publik memiliki hak untuk memastikan perusahaan tersebut

berjalan sesuai dengan kepentingannya.

Dengan berlakunya UU/40/2007 di Indonesia, diperlukan penyesuaian

terhadap ketentuan yang mengatur tentang pokok-pokok anggaran dasar perseroan

yang melakukan penawaran umum efek (Emiten) dan Perusahaan Publik.

Anggaran dasar perseroan yang melakukan penawaran umum (Emiten) atau

Perusahaan Publik pada dasarnya adalah sama dengan ketentuan pengaturan

186 Janice Dean, Directing Public Companies Company Law and Stakeholder Society, (London: Cavendish Publishing Limited, 2001), hlm. 4. corporate life, shareholders cannot properly be regarded as the sole owners of public companies, gimanagement). This separation gives the management some latitude to pursue goals other than

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

111

anggaran dasar dalam UU/40/2007, hanya saja ada beberapa ketentuan yang

mengatur secara khusus mengenai perusahaan terbuka. Anggaran dasar perseroan

yang melakukan penawaran umum (Emiten) atau Perusahaan Publik terdiri dari:

1. Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan Pada akhir nama perseroan yang telah melakukan penawaran umum (Emiten) atau Perusahaan Publik wajib ditambahkan kata

kedudukan atau tempat domisili perusahaan terbuka tersebut 2. Jangka Waktu Berdirinya Perseroan

Jangka waktu berdirinya perseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang terbatas atau tidak terbatas. Biasanya Perusahaan Terbuka menentukan jangka waktu perseroan secara tidak terbatas.

3. Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha Perseroan 4. Permodalan

Pengaturan permodalan untuk Perusahaan Terbuka ini tidak jauh berbeda dengan permodalan pada Perusahaan Tertutup karena pada Perusahaan terbuka, ketentuan modal disetor harus sama dengan modal ditempatkan. Sementara untuk penyetoran dalam bentuk lain selain uang diperbolehkan, khususnya penyetoran dalam bentuk benda berwujud maupun tidak berwujud. Penyetoran modal dalam bentuk selain uang ini sesuai dengan ketentuan Pasal 34 UU/40/2007. Dalam hal RUPS yang memutuskan untuk menyetujui penawaran umum, harus diputuskan mengenai jumlah maksimal saham yang akan dikeluarkan kepada masyarakat serta memberi kuasa kepada Komisaris untuk menyatakan realisasi jumlah saham yang telah dikeluarkan dalam penawaran umum tersebut.

5. Pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas Ketentuan mengenai efek bersifat ekuitas inilah yang menjadi dasar pembeda antara anggaran dasar PT Tertutup dengan anggaran dasar Perusahaan Terbuka. Setiap penambahan modal melalui pengeluaran efek bersifat ekuitas yang dilakukan dengan pemesanan, maka hal tersebut wajib dilakukan dengan memberikan HMETD kepada pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan pada tanggal yang ditentukan RUPS yang menyetujui pengeluaran efek bersifat ekuitas dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah saham yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan atas nama pemegang saham masing-masing pada tanggal tersebut.

6. Penambahan Modal Dasar Perseroan Sama halnya dengan penambahan modal pada Perusahaan Tertutup, penambahan modal pada Perusahaan Terbuka hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS dan perubahan anggaran dasar tersebut harus disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

112

7. Saham Saham perseroan ini merupakan saham atas nama dimana dapat berupa saham dengan nilai nominal atau saham tanpa nilai nominal. Untuk pengeluaran saham tanpa nilai nominal wajib dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar wajib memuat ketentuan mengenai perlakuan pecahan nilai nominal saham, hak pemegang pecahan nilai nominal saham, dan bukti kepemilikan pecahan nilai nominal saham.

8. Bukti Kepemilikan Saham Dalam hal saham perseroan tidak masuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, maka perseroan wajib memberikan bukti pemilikan saham berupa surat saham atau surat kolektif saham kepada pemegang sahamnya. Sementara dalam hal saham perseroan masuk dalam Penitipan Kolektif Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, maka perseroan wajib menerbitkan sertifikat atau konfirmasi tertulis kepada Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan sebagai tanda bukti pencatatan dalam buku daftar pemegang saham perseroan.

9. Surat Saham dan Surat Kolektif Saham yang Rusak atau Hilang Berkaitan dengan surat saham dan surat kolektif saham yang rusak atau hilang dapat dimintakan penggantian.

10. Penitipan Kolektif Saham dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian harus dicatat dalam buku daftar pemegang saham perseroan atas nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian untuk kepentingan pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Apabila saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat atas nama Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dimaksud untuk kepentingan pemegang rekening pada Bank Kustodian atau perusahaan efek tersebut. Kemudian, apabila saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian merupakan bagian dari Portofolio Efek Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka perseroan akan mencatatkan saham tersebut dalam buku daftar pemegang saham perseroan atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemilik Unit Penyertaan dari Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif tersebut.

11. Pemindahan Hak atas Saham Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama pihak yang memindahkan hak dan oleh atau atas nama pihak yang menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan. Dokumen pemindahan hak atas saham tersebut harus ditentukan atau disetujui oleh Direksi.

12. Anggota Direksi dan Anggota Komisaris

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

113

Persyaratan untuk anggota Direksi dan Komisaris perseroan wajib mengikuti ketentuan dalam UU/40/2007.

13. Rencana Kerja, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Tahunan dan Penggunaan Laba Direksi wajib membuat dan melaksanakan rencana kerja tahunan dimana rencana kerja tahunan wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh persetujuan. Berkaitan dengan persetujuan laporan tahunan, pengesahan laporan keuangan tahunan serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris, dan keputusan penggunaan laba ditetapkan oleh RUPS.

14. RUPS RUPS dapat diadakan baik di tempat kedudukan perseroan, tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya, atau tempat kedudukan Bursa Efek dimana saham perseroan tersebut dicatatkan. RUPS dipimpin oleh seorang anggota Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak hadir atau berhalangan, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi. Dalam hal semua anggota Direksi tidak hadir atau berhalangan, maka RUPS dipimpin oleh pemegang saham yang hadir dalam RUPS yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Sebagai suatu perusahaan terbuka maka apabila suatu perusahaan hendak melakukan RUPS maka diperlukan pengumuman penyelenggaraan RUPS yang dilakukan paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan. Pemanggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 hari sebelum RUPS. Untuk pemanggilan RUPS kedua dilakukan paling lambat tujuh hari sebelum RUPS kedua dilakukan dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS dan disertai bahwa RUPS pertama telah diselenggarakan tetapi tidak mencapai kuorum. Dalam panggilan RUPS wajib dicantumkan tanggal, waktu, tempat, mata acara, dan pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sesuai dengan UUPT kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.187

Berkaitan dengan penjelasan diatas maka tidak dapat disimpulkan

bahwa sebagai Perusahaan Terbuka melepaskan diri dari sifat dasar perseroan

seperti yang dijelaskan dalam UU/40/2007. Ketentuan UU/40/2007 masih berlaku

untuk mengatur mengenai Perusahaan Terbuka ketika beberapa ketentuan tidak

diatur dalam UU/8/1995 dan peraturan pelaksananya. Sebagai Perusahaan

187 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 14 Mei 2008.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

114

Terbuka selain mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait, yang

terpenting adalah tunduk pada ketentuan anggaran dasar perusahaan itu sendiri

yang mengatur paling sedikit sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bapepam

No.IX.J.1.

4.3. Teori Stakeholding (Stakeholding Theory) Teori stakeholding bertujuan untuk menjelaskan bahwa ada beberapa

pihak yang terlibat dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk

dipertimbangkan dalam membuat keputusan (corporate decision making).

Stakeholder ini dapat dilakukan dengan partisipasi langsung, dengan perwakilan

atau pertimbangan lain yang dilakukan oleh manajemen internal perusahaan

terhadap kepentingan mereka. Pertimbangan terhadap kepentingan stakeholder ini

juga bertujuan untuk mencegah conflict of interest. Adapun beberapa contoh yang

diberikan oleh Janet Williamson mengenai perlindungan terhadap stakeholder antara lain:

impact upon their employment with the company; customers are affected by decisions on the price, specifications and standards of products; suppliers are affected by purchasing decisions; creditors are affected by financial procedures; and local community is affected by recruitment policy and environmental impact. 188

Dari contoh yang diungkapkan diatas maka dapat dilihat bahwa stakeholders

dapat terdiri dari: karyawan perusahaan yang terpengaruh atas sistem

kepegawaian dalam perusahaan tersebut, investor yang terpengaruh atas harga,

spesifikasi dan standar dari suatu barang, distributor yang terengaruh dengan

jumlah pembelian, kreditor yang terpengaruh dengan sistem dan prosedur

pembiayaan serta komunitas atau masyarakat lokal pada daerah tempat

perusahaan tersebut berada yang memiliki akibat terhadap lingkungan. Dengan

teori stakeholding ini ingin memperlihatkan bahwa dalam rangka mewujudkan

GCG, Perusahaan Terbuka tidak hanya memperhatikan keuntungan maksimal

188 Ibid., hlm. 12.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

115

bagi pemegang sahamnya melainkan turut memperhatikan kepentingan-

kepentingan dari pihak-pihak yang terkena akibat dari kegiatan usaha yang

dilakukan oleh Perusahaan Terbuka.

Selanjutnya, menurut Donaldson and Preston, pengertian normatif

untuk stakeholding dijelaskan sebagai berikut:

ers are persons or groups with legitimate interests in procedural and/or substantive aspects of corporate activity. Stakeholders are identified by their interests in the corporation, whether the corporation has any corresponding functional interest in them; (2) The interests of stakeholders are of intrinsic value. That is, each group of stakeholders merits consideration for its own sake and not merely because of its ability to further the interests of some other group, such

189

Dari pengertian diatas maka dapat diartikan bahwa stakeholder adalah pihak atau

kelompok yang memiliki kepentingan baik secara prosedural atau substantif dari

kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perusahaan Terbuka. Kepentingan

stakeholder merupakan nilai dasar yang dipertimbangkan dan tidak hanya terbatas

pada kepentingan para pemegang saham.

Sementara di Jepang dan Jerman, memberikan penjelasan mengenai

teori stakeholding itu sendiri yang berupa:

that appear to come closer to optimizing long-term private and social returns. The greater focus on long-term corporate position-encouraged by an onwership structure and governance process that incorporate the interests of employees, suppliers, customers and the local community-allow the Japanese and German economies to better capture

190

189 Ibid., hlm. 13.

190 Ibid.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

116

Baik di Negara Jepang ataupun Jerman, teori stakeholding ini sama-sama

mengedepankan kepentingan secara privat dan kepentingan sosial guna mencapai

keuntungan yang maksimal dalam berinvestasi.

4.4. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di Amerika Kepentingan pemegang saham minoritas baik dalam Perusahaan

Tertutup ataupun Perusahaan Terbuka seringkali mendapatkan perlakuan yang

tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas.

Pengadilan di Amerika Serikat mengakui hak pemegang saham minoritas baik

berupa hak perorangan secara langsung ataupun hak derivatif dan juga melihat

fiduciary duty dari pemegang saham mayoritas dalam mengambil keputusan

kepada perusahaan dan pemegang saham mayoritas agar tidak melampaui

batas. 191 Pemegang saham minoritas pada dasarnya merupakan investor yang

memegang saham dalam jumlah yang kecil dan tidak memiliki kewenangan untuk

mengendalikan perusahaan.192 Adapun beberapa kasus yang terjadi di Amerika

yang dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk melegitimasi perlindungan

hukum terhadap pemegang saham minoritas antara lain:

1. Canonical case of Dodge v Ford Motor Co. Dalam kasus ini menjelaskan mengenai pengendalian penuh (absolute control) terhadap perusahaan dimana Henry Ford menolak untuk

menaikan dividen para pemegang saham tetapi lebih memilih untuk

berinvestasi kembali atau menanamkan modal kembali pada kegiatan

usaha yang dilakukannya. The Dodge Brothers, selaku pemegang saham

pada Ford Motor merasa kesal akibat penolakan untuk menaikan dividen

191 Proquest Journal of Corporation Law, Spring

2003, ISSN: 0360795X, < http://search.proquest.com/docview/220810571?accountid=17242>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.39 WIB. minority shareholders to relief, through either direct or derivative actions. The more traditional

pragmatically have control over corporate decision-making owe a duty to the corporation and to the

192 The Yale Law Journal, vol. 113, No. 1 (October, 2003), hlm. 119, < http://www.jstor.org/stable/3657465 >, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.51 WIB. shareholders-investors holding small, noncontrolling interests in corporation.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

117

para pemegang saham. Henry Ford merupakan pemegang saham terbesar

dalam Ford Motor Company dengan komposisi 50% lebih saham

dimilikinya. Kasus ini menjadi bermasalah karena mempengaruhi kondisi

pemegang saham minoritas pada perusahaan tersebut dimana hak mereka

untuk mendapatkan keuntungan atas saham yang disetorkan kepada

perusahaan tidak diterima. Pengadilan tidak serta merta menyatakan

bahwa hal utama yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah untuk

memaksimalkan keuntungan pemegang saham tetapi juga harus dilakukan

secara adil dan seimbang.193 Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa Direksi

suatu perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan pemegang

saham mayoritas tetapi juga harus memperhatikan kepentingan seluruh

pemegang saham dalam suatu perusahaan, termasuk pemegang saham

minoritas.

2. Joy v North and Power Within the Corporation Kasus ini terjadi karena Doris Joy, selaku pemegang saham minoritas

menggugat Dewan Direksi dan pegawai dari Citytrust, Inc karena telah

melanggar fiduciary duty. Dasar gugatan Joy karena Citytrust telah

memperpanjang pembiayaan perusahaan pembangunan real estate, Katz

Corporation, tanpa persetujuan dari kreditor. Citytrust dibawah

kepemimpinan Nelson Notrh telah berjalan cukup lama, yang mana pada

saat ini Nelson North telah dipekerjakan oleh Katz. Setelah Joy

melayangkan gugatan, Dewan Direksi Citytrust telah membentuk Komite

Litigasi (Special Litigation Committee). Permasalahan antara Joy dengan

North dapat dilihat secara mudah sebagai prinsip pemaksimalan

keuntungan pemegang saham. Pengadilan yang menangani kasus ini telah

memperbolehkan pemegang saham untuk menggugat Dewan Direksi

193 Ibid., that they must do so equitably. The court made its underlying concern for minority shareholders quite plain that there should be no confusion (of which there is evidence) of the duties which Mr. Ford conceives that he and the stockholders owe to the general public and the duties which in law he and his codirectors owe to protesting, minority stockholders.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

118

dalam hal Direksi tersebut tidak menjalankan kewenangannya untuk

kepentingan perusahaan.

Perhatian yang diutamakan oleh pengadilan dalam hal ini adalah tidak

adanya peran pemegang saham mayoritas. Dengan demikian maka

Citytrust hanya bergantung pada kepengurusan yang dilakukan oleh

Dewan Direksi. Kemudian Citytrust telah mewakili perusahaan Berle -

Means yang merupakan Perusahaan Publik dengan banyak investor publik

dan kepengurusan yang profesional. Dalam Perusahaan Publik tersebut,

setiap pemegang saham baik dengan komposisi kepemilikan saham yang

kecil dapat mengawasi managemen perusahaan yang berakibat pada

kekurangan pendapatan perusahaan akibat pelanggaran fiduciary duty atau managerial failure or abuse.194

Pemisahan kepemilikan dan pengendalian atas Perusahaan Publik

kepada Katz merupakan kesalahan sebelumnya dibawah pengawasan

Citytrust yang mana manajemen Citytrust telah mengeksploitasi

kewenangannya demi kepentingan atau keuntungan pribadi, anak CEO

yang mengambil keuntungan dari perpanjangan kredit yang dilakukan oleh

Citytrust. Dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian atas

Perusahaan Publik maka

D

tujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang yang

dilakukan oleh Direksi yang berakibat pada kerugian perusahaan.195

194 Ibid., hlm. 133. enterprise, would lack the financial incentive to watch over the enterprise or to intervine in cases

195 Ibid., hlm. 134. shareholders needed a way to call directors to account. The Berle-Means hypohothesis explains minorities are presumed to be without adequate power or inventive to prevent abus. The stake of

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

119

3. Pearlman v Feldman Dalam kasus ini pihak pemegang saham mayoritas melakukan transaksi

dan menggunakan keuntungan atas transaksi tersebut demi

kepentingannya sendiri dan tidak menjalankan kewenangannya untuk

melakukan transaksi demi kepentingan perusahaan. Keuntungan yang

didapat tersebut seharusnya menjadi milik perusahaan dan dapat dibagikan

secara pro-rata kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang

saham minoritas secara pro-rata, sesuai dengan jumlah komposisi saham

yang telah disetorkan kedalam perusahaan. Kasus ini ingin menegaskan

bahwa tidak adanya persamaan diantara para pemegang saham minoritas

untuk mendapatkan hasil penjualan perusahaan secara pro-rata.196

Melihat contoh ketiga putusan diatas maka dapat dilihat bahwa Pengadilan di

Amerika Serikat berjaga-jaga untuk melindungi kepentingan pemegang saham

minoritas, baik dengan adanya pemegang saham mayoritas atau tidak adanya

pemegang saham mayoritas, mengacu pada kepengurusan perusahaan. Dengan

adanya putusan Mahkamah Agung Delaware yang menyatakan bahwa adanya

kewajiban untuk melindungi pemegang saham minoritas, dengan demikian secara

ringkas dapat dikatakan bahwa kepentingan pemegang saham minoritas yang

harus dilindungi adalah:

1. Pembagian keuntungan perusahaan secara pro-rata.

2. Hak untuk menyatakan suaranya (voting rights).

3. Hak untuk dibeli sahamnya dengan nilai yang wajar (appraisal). 4. Hak untuk diperdagangkan sahamnya dalam bursa apabila pemegang

saham minoritas tersebut berada pada Perusahaan Terbuka.

5. Hak untuk mendapatkan ganti rugi (remedy) akibat pelanggaran hak-hak

yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas.

6. Hak untuk dibeli sahamnya secara adil oleh pemegang saham yang lain

atau oleh perusahaan akibat terjadinya likuiditas perusahaan.

196 National Black Law Journal, Vol. 19, No. 1 (2005/2006), hlm. 61-62.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

120

4.5. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas di Indonesia Perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas di

Indonesia dan di Amerika memiliki persamaan dimana setiap pemegang saham

memiliki satu hak suara yang tidak dapat dibagi-bagi. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa UU/40/2007 telah mengatur mengenai

perlindungan bagi pemegang saham secara keseluruhan, termasuk pemegang

saham minoritas didalamnya. Apabila melihat dalam ketentuan UU/40/2007,

bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dapat

dibagi menjadi:

4.5.1. Hak Perorangan Subyek hukum pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu orang-

perseorangan dan badan hukum. Setiap subyek hukum memiliki hak yang melekat

pada dirinya dalam hal ini pemegang saham merupakan orang-perorangan yang

memiliki hak yang dilindungi oleh hukum. Pemegang saham minoritas dalam hal

ini memiliki hak perorangan dimana pemegang saham berhak meminta kepada

perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar yang bersangkutan tidak

menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham minoritas atau

perseroan. Berdasarkan Pasal 62 ayat 1, tindakan tersebut dapat berupa:

1. Perubahan anggaran dasar.

2. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai

lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau

3. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.

Berkaitan dengan hal tersebut apabila saham yang diminta pemegang saham

minoritas untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian saham 197 maka

197 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pketentuan: a) pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; b) jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

121

perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. Selain itu

pemegang saham minoritas berhak juga untuk menggugat perseroan ke

Pengadilan Negeri apabila dirugikan akibat keputusan RUPS, Direksi dan/atau

Dewan Komisaris (Pasal 61 ayat 1 UU/40/2007). Gugatan juga dapat dilayangkan

oleh pemegang saham minoritas kepada Direksi (Pasal 97 ayat 6 UU/40/2007)

dan Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat 6 UU/40/2007) yang karena kesalahannya

mengakibatkan kerugian pada perseroan. Tindakan Direksi dan/atau Dewan

Komisaris yang dapat merugikan pemegang saham minoritas adalah tindakan

yang melanggar fiduciary duty dan business judgement rule.

4.5.1.1. Fiduciary Duty Fiduciary duties are not special duties;; they have no moral footing;;

they are the same of sort obligations, derived and enforced in the same way as

other contractual undertakings.198 Berdasarkan pengertian diatas maka fiduciary

duty adalah suatu tugas biasa yang tidak terikat oleh kewajiban-­kewajiban moral

yang mengatur mengenai kewajiban-­kewajiban yang dapat dilaksanakan dan

dipaksakan sesuai dengan kontrak yang mendasarinya. Apabila dikaitkan dengan

hukum perusahaan, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus

bertitik tolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya

berdasarkan tiga prinsip, yaitu: kepercayaan yang diberikan oleh perseroan

kepadanya (fiduciary duty), prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta

kehati-­hatian tindakan Direksi (duty of skill and care) dan tugas-­tugas yang

berdasarkan ketentuan undang-­undang (statutory duties). 199 Oleh sebab itu,

Direksi diwajibkan untuk bertindak secara hati-­hati dan disertai dengan itikad baik

untuk kepentingan perseroan.

198 Journal of Law and Economics, Vol. 36 No. 1, Part 2, John M. Collin Centennial Conference in Law and Economics at The University of Chicago, 1993, hlm. 427., < http://www.jstor.org/stable/725483>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.17 WIB.

199 Dhaniswara K Harjano, op.cit., hlm. 331.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

122

Dalam hukum Amerika, para anggota Direksi dalam suatu perusahaan

memiliki dua tugas terpenting (fiduciary duty) dalam mengelola dan menjalankan

perusahaannya, antara lain:

1. Duty of Loyalty

Konsep duty of loyalty ini diartikan sebagai:

company should act in the interest of the company, and not in their own interests. The easiest way to comply with this duty is to engaged in transaction t 200

Konsep duty of loyalty ini menyatakan bahwa setiap anggota Direksi

dalam melaksanakan tugasnya harus mengedepankan kepentingan anggota

perusahaan daripada kepentingan pribadinya sebagai seorang anggota

Direksi sehingga memperkecil terjadinya conflict of interest. Oleh karena

itu setiap anggota Direksi harus bersifat mandiri sehingga dalam membuat

keputusan tidak terjadi conflict of interest yang nantinya dapat

menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2. Duty of Care Duty of care adalah suatu konsep yang menggambarkan hal berikut:

no conflict of interest. The duty of care is the duty to pay attention and try to make a good decision. They do not to make sensible decision. They only shown up, pay attention and make a decision that is

201

Dengan memegang prinsip duty of care (prinsip kehati-­hatian), setiap

anggota Direksi pasti akan membuat suatu keputusan yang baik dan

200 http://www.oecd.org/dataoecd/50/53/1872746.pdf>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.25 WIB.

201 Ibid.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

123

terlepas dari conflict of interest. Pembuatan keputusan yang bebas dari

conflict of interest disebut juga dengan business judgement rule.202

Dalam konsep sistem hukum common law, fiduciary duty diartikan

sebagai suatu tugas dari seorang trustee yang terbit dari suatu hubungan hukum

antara trustee tersebut dengan pihak principal yang disebut dengan beneficiary.203

Beneficiary ini memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee sementara

pihak trustee memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.

Berdasarkan hal tersebut, maka Direksi dalam hal ini memiliki dua tugas utama

dalam korporasi yaitu pengurusan dan perwakilan. 204 Prinsip fiduciary duty

berlaku bagi Direksi yang menjalankan tugasnya untuk mengurus perusahaan.

Dalam menjalankan kedua tugasnya tersebut, Direksi dapat melakukan peran

sebagai wali (as trustee) dan sebagai agen (as an agent) dari sebuah korproasi.

4.5.1.2. Business Judgement Rule Dalam diartikan

sebagai:

Rule immunizes management from liability in corporate transaction undertaken within power of corporation and authority of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with duty of 205

Berdasarkan pengertian diatas maka business judgement rule juga dimaksudkan

untuk melindungi kepentingan anggota Direksi dari pertanggungjawaban

diambilnya keputusan usaha tertentu yang mengakibatkan kerugian bagi

perseroan. Business judgment rule membuat para anggota Direksi tidak dapat

diganggu gugat atau ditolak oleh pengadilan atau oleh pemegang saham. Para 202 Ibid.

203 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 51.

204 Ibid., hlm. 52.

205 Henry Campbell Black, , (St. Paul Minnesota, USA: West Publishing Co, 1979), hlm. 200.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

124

anggota Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-­akibat yang

timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis oleh anggota Direksi

yang bersangkutan sekalipun pertimbangan tersebut keliru. Business judgment

rule adalah:

presumption that in making a business decision, the directors of corporation acted on an informed basis in good faith and in a honest belief that the action was taken in the best interest of the compa 206

Perlindungan business judgment rule dikatakan tidak berlaku bagi anggota Direksi

perseroan jika dalam transaksi bisnis yang dilakukan oleh Direksi diketahui

bahwa Direksi tersebut telah berupaya mengedepankan kepentingan pribadinya

atau telah terdorong untuk membuat syarat-­syarat transaksi yang dilakukan demi

kepentingan pribadinya.

4.5.2. Pre-emptive right Pre-emptive right merupakan hak untuk ditawarkan terlebih dahulu

sejumlah saham yang seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi yang

sama. Penawaran harga saham yang ditawarkan kepada pemegang saham

minoritas harus sama dengan harga saham yang ditawarkan kepada pihak lain.

Dalam perusahaan terbuka pre-emptive right ini diatur dalam ketentuan Pasal 82

ayat 2 UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam No.IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu atau biasa dikenal dengan HMETD atau right issue. Berdasarkan

Pasal 82 UU/8/1995, Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik

untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen atau

pemegang saham minoritas apabila Emiten atau Perusahaan Publik tersebut

melakukan transaksi dimana berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi

Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama atau pemegang saham mayoritas

Emiten atau Perusahaan Publik yang dimaksud. Sementara dalam Peraturan

Bapepam No.IX.D.1, HMETD adalah hak yang melekat pada saham yang

206 Hukum Bisnis (Volume 14, Juli 2001), hlm. 99.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

125

memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru,

termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,

sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut wajib dapat dialihkan.

4.5.3. Hak Derivatif Hak Derivatif adalah kewenangan pemegang saham minoritas untuk

menggugat Direksi atau Dewan Komisaris dengan mengatasnamakan PT melalui

Pengadilan Negeri. Gugatan yang diajukan pemegang saham minoritas adalah

semata-mata demi kepentingan PT. (Pasal 97 ayat 6 jo. Pasal 114 ayat 6

UU/40/2007). Gugatan atas nama PT yang bukan atas nama pribadi, tentunya

membawa sejumlah implikasi atau masalah karena dalam penuntutan oleh

pemegang saham minoritas, biaya terlebih dahulu dikeluarkan oleh pemegang

saham minoritas. Namun apabila perkara tersebut akhirnya dimenangkan oleh

pemegang saham minoritas, maka hasilnya menjadi milik PT sehingga pada saat

perkaranya menang, barulah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam perkara tersebut

diperhitungkan dan dibayar oleh PT kepada pemegang saham minoritas.207

Selain itu hak derivatif yang dimiliki pemegang saham minoritas

adalah hak untuk meminta diselenggarakannya RUPS atas nama PT. Pemegang

saham minoritas juga berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya

sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Hak suara yang terkadung dalam

klasifikasi saham dengan jenis yang sama ini memberikan hak yang sama juga

kepada pemegangnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 85 UU/40/2007.

4.5.4. Hak Pemeriksaan Hak pemeriksaan merupakan hak pemegang saham minoritas untuk

dapat mengajukan permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan dengan tujuan

untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa

perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang

saham atau pihak ketiga atau anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan

perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau

207 Misahardi Wilamarta, op.cit., hlm. 312.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

126

pihak ketiga sesuai dengan ketentuan Pasal 138 ayat (1), (2), (3) UU/40/2007.

Pada dasarnya pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dilakukan oleh

Dewan Komisaris. Akan tetapi pada praktiknya baik Direksi maupun Dewan

Komisaris melakukan kesalahan atau kelalaian yang mengakibatkan kerugian

pada PT sehingga pemegang saham minoritas dalam hal ini dapat mengajukan

permohonan untuk dilakukannya pemeriksaan dengan dugaan bahwa perseroan

melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau

pihak ketiga.

4.6. Akibat Hukum Relisting Terhadap Perlindungan Hak Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholders) Pada PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo

Suatu perusahaan yang telah melakukan relisting tentunya dapat

melakukan perdagangan saham di Bursa. Sebagai suatu perusahaan yang sudah

kembali tercatat di Bursa, pihak managemen PT JASS, PT BUKK dan PT

Apexindo harus dapat memberi insentif kepada investor untuk dapat berinvestasi

dengan memilih saham pada perusahaan-perusahaannya. Sebagai perusahaan yang

sudah relisting maka PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo memiliki

kemampuan untuk berkompetisi dengan perusahaan lain atas produk efek (saham)

yang diperdagangkan di Bursa. Perdagangan saham di Bursa memiliki

kemampuan untuk meningkatkan modal perusahaan sehingga pihak managemen

harus dapat meningkatkan harga saham yang diperdagangkan tersebut dan

membuat saham-sahamnya menjadi likuid. Akibat dilakukannya relisting, PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo selaku perusahaan tercatat harus

memperhatikan perlindungan hukum bagi para pemegang saham baik pemegang

saham mayoritas ataupun minoritas dan juga stakeholder. Dengan adanya

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, sebagai contoh, dapat

mencegah recapitalizations (penambahan modal kembali) dan cost-saving mergers (penyimpanan dana penggabungan perusahaan) atau tindakan korporasi

lainnya yang dapat menghalangi perlindungan hukum terhadap pemegang

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

127

saham. 208 Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai perlindungan

pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo setelah

ketiga perusahaan tersebut melakukan relisting.

4.6.1. Hak Pemegang Saham Minoritas Untuk Memperdagangkan Sahamnya di Bursa dan Membeli Saham Baru

Dengan status PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo yang telah

melakukan pencatatan kembali sahamnya di Bursa maka dampak yang

ditimbulkan kepada pemegang saham minoritas salah satunya adalah hak untuk

mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperdagangkan sahamnya di

Bursa. Pemegang saham minoritas disini juga berperan sebagai investor sehingga

dapat menjual saham yang dimilikinya untuk mendapatkan dana atau untuk

membeli saham dalam rangka berinvestasi. Dengan dilakukannya relisting

tentunya memberikan likuiditas atas saham-saham yang dikeluarkan oleh PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo tersebut sehingga perusahaan dapat kembali

terlihat baik, bonafit dan dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

4.6.2. Hak Suara Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholder Voting Rights)

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa

hak suara atau hak pilih yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas di

Indonesia adalah satu saham satu hak suara. Hal ini sejalan dengan hak suara

pemegang saham minoritas di Amerika yang telah ditetapkan New York Stock

Exchange bahwa untuk Perusahaan Terbuka baik yang tercatat atau tidak tercatat

di Bursa Efek, hak suara yang dimiliki adalah satu saham satu hak suara (one share, one vote requirement).209 Adapun ketentuan dalam Rule 19 c 4 SEC Act,

208 the The Journal of Legal Studies, Vol. 6, No. 2, (Jun, 1977), hlm. 281, <

http://www.jstor.org/stable/723990 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.19 WIB.

209 -4 and Colombia Law Review, Vol. 89, No. 5, (June, 1989), hlm. 982 <

http://www.jstor.org/stable/1122934 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 13.22 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

128

bahwa terhadap perusahaan yang sudah merupakan Perusahaan Publik tidak boleh

membatasi atau menghilangkan hak suara terhadap pemegang saham yang

memiliki saham yang tidak lebih dari jumlah saham tertentu, sebagai contoh 10%

saham keseluruhan.210

Perusahaan Terbuka seperti PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo,

hak suara pemegang saham minoritas inipun dilindungi oleh undang-undang.

Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tidak ditentukan secara eksplisit

mengenai hak suara pemegang saham pada Perusahaan Terbuka sehingga

mengenai ketentuan hak suara pemegang saham minoritas mengacu pada

ketentuan UU/40/2007. Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas

ini ditentukan dalam Pasal 52 ayat 1 huruf (a) jo. Pasal 52 ayat (4) jo Pasal 85

UU/40/2007 dimana pemegang saham minoritas berhak untuk mengeluarkan

suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya dan saham tersebut tidak

dapat dibagi-bagi.

Perlindugan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam PT

JASS, PT BUKK dan PT Apexindo ini juga dilindungi dalam Peraturan BEJ No.

I-I ketika suatu Perusahaan Terbuka hendak melakukan relisting maka

perusahaan-perusahaan tersebut harus memiliki sejumlah pemegang saham

tertentu. PT JASS dan PT BUKK merupakan Perusahaan Terbuka yang semula

tercatat di Papan Pengembangan, dalam hal PT JASS dan PT BUKK hendak

melakukan relisting di Papan Pengembangan maka berdasarkan Angka IV.3.6

Peraturan BEJ No. I-I, PT JASS dan PT BUKK harus memiliki sejumlah

pemegang saham minoritas dalam periode lima Hari Bursa sebelum permohonan

relisting sekurang-kurangnya adalah 50.000.000 (lima puluh juta) saham atau

sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima persen) dari modal disetor. Sementara

untuk PT Apexindo yang sebelumnya sahamnya tercatat di Papan Utama, ketika

PT Apexindo hendak melakukan relisting di Papan Utama maka berdasarkan

ketentuan Angka IV.2.5 Peraturan BEJ No. I-I, PT Apexindo harus memiliki

sejumlah pemegang saham minoritas dalam periode lima Hari Bursa sebelum

210 Ibid., hlm. 984-985. diluting the voting rights of existing shareholders by any of several enumerated devices: (a)

n more than some

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

129

permohonan relisting sekurang-kurangya adalah 100.000.000 (seratus juta) saham

atau sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima persen) dari modal disetor.

Dengan adanya ketentuan persyaratan mengenai jumlah pemegang saham

minoritas dalam suatu Perusahaan Terbuka maka tentunya terdapat hak-hak suara

atas saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT

BUKK dan PT Apexindo yang hendak melakukan relisting.

Pelaksanaan RUPS terdiri dari RUPS tahunan dan RUPS lainnya,

dimana penyelenggaraan RUPS ini dapat diajukan oleh pemegang saham

minoritas atas permintaan satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-

sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih

kecil. 211 Dalam rangka keseragaman informasi mengenai rencana atau

pelaksanaan RUPS, Perusahaan Terbuka wajib memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. RUPS hendaknya direncanakan dengan matang dalam menentukan tempat, waktu, penyelenggaraan, prosedur serta agenda rapat, sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan;

2. Dalam pelaksanaannya, sedapat mungkin menghindari adanya perubahan-perubahan tempat, waktu, dan agenda rapat yang dapat membingungkan para pemegang saham;

3. Sebelum rencana rapat diumumkan, perusahaan wajib menyampaikan terlebih dahulu agenda rapat tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-lambatnya tujuh hari sebelum pemberitahuan;

4. Perusahaan wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya dua hari kerja setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam dua surat kabar berbahasa Indonesia, salah satunya berperedaran nasional;

5. Perusahaan menengah atau kecil wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya dua hari kerja setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam satu surat kabar harian berbahasa Indonesia.212

211 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit., pasal 79 ayat 2 huruf (a).

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

130

4.6.3. Hak Untuk Mendapatkan Dividen Dividen dibagikan kepada seluruh pemegang saham, termasuk

pemegang saham minoritas di dalamnya dari seluruh laba bersih 213 setelah

dikurangi penyisihan untuk cadangan. Dividen tersebut hanya boleh dibagikan

apabila perseroan mempunya saldo laba yang positif. 214 Pemegang saham

minoritas seringkali diperlakukan dengan itikad tidak baik (bad faith) oleh Direksi

perihal pembagian dividen akan tetapi apabila pemegang saham minoritas

memiliki bukti bahwa pemegang saham minoritas diperlakukan dengan itikad

tidak baik maka pemegang minoritas dapat menggugat Direksi dengan dasar

gugatan adanya itikad tidak baik. 215 Dengan demikian maka dapat dikatakan

bahwa pemegang saham minoritas PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo

memiliki hak untuk mendapatkan dividen sesuai dengan besarnya saham yang

dimilikinya. Apabila hak pemegang saham minoritas untuk mendapatkan dividen

ini dilanggar atau dibatasi oleh Direksi maka pemegang saham minoritas PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo dapat mengajukan gugatan kepada Direksi

Perusahaan-perusahaan Terbuka tersebut.

4.6.4. Hak Derivatif Pemegang saham minoritas dalam Perusahaan Terbuka, PT JASS, PT

BUKK dan PT Apexindo dapat mengajukan gugatan kepada perseroan dalam hal

atas tindakan yang dilakukan Direksi dan/atau Dewan Komisaris merugikan

kepentingan pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT

Apexindo. Selain itu, pemegang saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan

212 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996.

213 Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, op.cit.,

214 Ibid., penjelasan pdalam tahun buku berjalan yang telah menutup akumulasi kerugian perseroan dari tahun buku sebelumnya.

215 Duke Bar Journal Vol. 2, No. 2, (Spring, 1952), hlm. 123, <http://www.jstor.org/stable/1370858>, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 15.10 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

131

PT Apexindo juga dapat mengajukan gugatan atas nama Perseroan Terbuka

kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris dalam hal Direksi dan/atau Dewan

Komisaris melakukan tindakan yang merugikan kepentingan perseroan.

4.6.5. Pre-emptive Right Dalam perusahaan terbuka pre-emptive right ini diatur dalam

ketentuan Pasal 82 ayat 2 UU/8/1995 dan Peraturan Bapepam No.IX.D.1 tentang

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau biasa dikenal dengan HMETD atau

right issue. Berdasarkan Pasal 82 UU/8/1995, Bapepam dapat mewajibkan Emiten

atau Perusahaan Publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang

saham independen atau pemegang saham minoritas apabila Emiten atau

Perusahaan Publik tersebut melakukan transaksi dimana berbenturan dengan

kepentingan ekonomis pribadi Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama

atau Pemegang Saham Mayoritas Emiten atau Perusahaan Publik yang dimaksud.

Sementara dalam Peraturan Bapepam No.IX.D.1, HMETD adalah hak yang

melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk

membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi

saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain dimana hak tersebut

wajib dapat dialihkan.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam hal pelaksanaan

relisting PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo yang dilakukan dengan

menggunakan mekanisme right issue merupakan salah satu bentuk upaya

pemenuhan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas yang

terdapat dalam PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo.

4.6.6. Monitoring and Supervising Rights Pemegang saham minoritas dalam suatu Perusahaan Terbuka,

termasuk juga Perusahaan Tercatat dapat juga melakukan pengawasan guna

meningkatkan pendapatan perusahaan atau meningkatkan kinerja managemen.216

216 Managerial and Decision Economics, Vol. 15, No. 4, Special Issue: Aspects of Corporate Governance, (July-

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

132

Hak pemeriksaan yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas PT JASS, PT

BUKK dan PT Apexindo dalam hal ini adalah hak untuk melakukan pemeriksaan

dalam hal adanya dugaan bahwa:

1. Perusahaan Terbuka tersebut telah melakukan suatu perbuatan

melawan hukum yang dapat mengakibatkan kerugian pada perseroan

dan tentunya kerugian pada pemegang saham minoritas itu sendiri.

2. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan

melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham

atau pihak ketiga.

Berdasarkan hal tersebut diatas, pemegang saham minoritas dapat mengajukan

permohonan secara tertulis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat kedudukan Perusahaan Terbuka tersebut, daerah

kedudukan PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo.

4.6.7. Hak Berpartisipasi Dalam Penawaran Tender (Equal Participation on Tender Offer)

Sebagai suatu Perusahaan Terbuka yang sudah kembali mencatatkan

sahamnya di bursa efek, PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo tunduk pada

ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Perusahaan Terbuka sehingga

segala aspek kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan Terbuka tersebut

memperhatikan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas.

Sebagai contoh apabila ketika PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo telah

melakukan relisting dan pihak perusahaan-perusahaan tersebut hendak melakukan

penawaran tender maka PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo harus

memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dalam hal persamaan

kesempatan yang diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk melakukan

penawaran tender atas saham yang dimilikinya.217 Dengan demikian pemegang

saham minoritas pada PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo berhak untuk August, 1994), hlm. 292, < http://www.jstor.org/stable/2487716 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.35 WIB.

217 Anupan Chander, op.cit., hlm 148. equal opportunity to

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

133

berpartisipasi dalam rangka penawaran tender yang akan dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan tersebut.

4.6.8. Hak Untuk Mendapat Keterbukaan Informasi yang Harus Diumumkan Kepada Publik

Pemegang saham minoritas PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo

memiliki hak untuk mendapatkan akses informasi mengenai perusahaan-

perusahaan mereka secara jelas. Oleh sebab itu sebagai suatu Perusahaan Terbuka,

dalam hal ini ketika PT JASS, PT BUKK dan PT Apexindo menjadi Perusahaan

Tercatat tentunya berkewajiban untuk melakukan keterbukaan informasi yang

harus diumumkan kepada publik yang mana informasi atau fakta material tersebut

dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal. Berdasarkan

Peraturan Bapepam No.X.K.1, informasi atau fakta material tersebut terdiri dari:

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;

3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;

4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;

5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;

7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat

utang;

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

material jumlahnya;

9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material;

10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau Direksi dan

Komisaris perusahaan;

12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain;

13. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan;

14. Penggantian Wali Amanat;

15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

134

4.6.9. Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Untuk Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan

Berdasarkan ketentuan Angka 1 huruf e Peraturan Bapepam

No.IX.E.1, benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis

perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota

Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan

perusahaan tersebut. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan wajib

terlebih dahulu disetujui oleh pemegang saham independen atau pemegang saham

minoritas atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam RUPS

sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Persetujuan tersebut harus ditegaskan

dalam bentuk akta notariil. Pengumuman mengenai RUPS untuk menyetujui suatu

transaksi yang mengandung benturan kepentingan, harus meliputi informasi

sebagai berikut:

1. Uraian mengenai transaksi paling kurang meliputi obyek transaksi yang bersangkutan, nilai transaksi yang bersangkutan, nama pihak-pihak yang mengadakan transaksi dan hubungan mereka dengan Perusahaan yang bersangkutan dan sifat dari benturan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi tersebut.

2. Ringkasan laporan penilai, paling kurang meliputi informasi: identitas pihak, obyek penilaian, tujuan penilaian, asumsi, pendekatan dan metode penilaian, kesimpulan nilai dan pendapat kewajaran atas transaksi.

3. Keterangan tentang RUPS selanjutnya yang direncanakan akan diselenggarakan jika kuorum kehadiran pemegang saham independen (pemegang saham minoritas) yang disyaratkan tidak diperoleh dalam rapat pertama, pernyataan tentang persyaratan pemberian suara dalam rencana transaksi tersebut dan pemberian suara setuju yang disyaratkan dalam setiap rapat.

4. Penjelasan, pertimbangan, dan alasan dilakukannya transaksi tersebut, dibandingkan dengan apabila dilakukan transaksi lain yang sejenis yang tidak mengandung benturan kepentingan.

5. Rencana perusahaan, data perusahaan dan informasi lainnya. 6. Pernyataan Dewan Komisaris dan Direksi yang menyatakan bahwa

semua informasi materil telah diungkapkan dan informasi tersebut tidak menyesatkan.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

135

7. Ringkasan laporan tenaga ahli atau konsultan independen, jika dianggap perlu oleh Bapepam-LK.218

Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam hal ini pemegang saham minoritas PT

JASS, PT BUKK dan PT Apexindo wajib memberikan persetujuannya dalam

RUPS perihal adanya transaksi benturan kepentingan yang akan dilakukan PT

JASS, PT BUKK dan PT Apexindo.

4.6.10. Hak Persetujuan Pemegang Saham Minoritas Mengenai Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha

Berdasarkan ketentuan Angka 1 huruf a (2) Peraturan Bapepam

No.IX.E.2, transaksi material adalah setiap:

1. Penyertaan dalam badan usaha, proyek dan/atau kegiatan usaha tertentu;

2. Pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar aset atau segmen usaha;

3. Sewa menyewa aset;

4. Pinjam meminjam dana;

5. Menjaminkan aset; dan/atau

6. Memberikan jaminan perusahaan

dengan nilai 20% (dua puluh persen) atau lebih dari ekuitas perusahaan yang

dilakukan dalam satu kali atau dalam suatu rangkaian transaksi untuk suatu tujuan

atau kegiatan tertentu. Pada Perusahaan Terbuka seperti PT JASS, PT BUKK, dan

PT Apexindo yang telah melakukan relisting, perlindungan hukum terhadap

pemegang minoritas dalam rangka adanya transaksi material dan perubahan

kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh PT JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo,

antara lain:

1. Pemberitahuan informasi 219 mengenai transaksi material kepada

masyarakat dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa

218 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu,

, ditetapkan di Jakarta, 25 November 2009., angka 4a.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

136

Indonesia yang berperedaran nasional dan menyampaikan dokumen

pendukungnya kepada Bapepam dan LK paling lambat dua hari kerja

setelah tanggal ditandatanganinya perjanjian transaksi material dengan

nilai transaksi 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh

persen) dari ekuitas perusahaan. Dalam hal ini pemegang saham minoritas

dapat dikatagorikan sebagai masyarakat yang wajib mendapatkan

informasi yang sama dengan pemegang saham minoritas atau masyarakat

lain mengenai transaksi material.

2. Perusahaan yang melakukan transaksi material dengan nilai transaksi lebih

dari 50% (lima puluh persen) dari ekuitas perusahaan diwajibkan untuk

memperoleh persetujuan RUPS. 220 Dalam hal ini pemegang saham

minoritas memiliki hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS perihal

transaksi material yang dilakukan oleh perusahaan. Pemegang saham

minoritas dalam transaksi material ini juga berhak mendapatkan informasi

atau data-data terkait transaksi material ini terlebih dahulu sebelum

dilaksanakannya RUPS.

219 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, , ditetapkan di Jak ngka 2 (2) peraturan

ini, informasi yang dimaksud mencakup: a) uraian mengenai transaksi material yang dilakukan, paling sedikit meliputi obyek transaksi, nilai transaksi, dan pihak-pihak yang melakukan transaksi (nama, alamat, telepon, faksimili, pengurusan dan pengawasan); b) penjelasan, pertimbangan dan alasan dilakukannya transaksi material serta pengaruh transaksi tersebut pada kondisi keuangan perusahaan; c) ringkasan laporan penilai paling sedikit meliputi identitas pihak, obyek penilaian, tujuan penilaian, asumsi-asumsi dan kondisi pembatas, pendekatan dan metode penilaian, kesimpulan nilai, dan pendapat kewajaran atas transaksi.

220 Ibid., No.IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik dan Anggaran Dasar Perusahaan; b) Dalam agenda RUPS harus ada acara khusus mengenai penjelasan tentang transaksi material yang akan dilakukan; c) penjelasan oleh perusahaan dalam RUPS mengenai transaksi material dan seluruh informasi terkaitnya; d) mengumumkan paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional dalam waktu bersamaan dengan pengumuman RUPS dengan informasi terkait lainnya; e) dalam hal terdapat perubahan atau penambahan informasi maka penambahan informasi tersebut wajib diumumkan paling lambat dua hari kerja sebelum RUPS; f) menyediakan data tentang transaksi material bagi pemegang saham yang paling sedikit meliputi informasi-informasi terkait, laporan penilaian dan dokumen mengenai informasi; g) data mengenai transaksi material wajib tersedia bagi pemegang saham sejak pengumuman RUPS dan disampaikan kepada Bapepam-LK dalam waktu bersamaan dengan pengumuman RUPS dalam rangka persetujuan transaksi material; h) jangka waktu antara tanggal penilaian dan tanggal pelaksanaan RUPS tidak boleh melebihi enam bulan.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

137

3. Pemegang saham minoritas berhak memberikan persetujuan dalam RUPS

perihal perubahan kegiatan usaha utama yang akan dilakukan oleh PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo. Dalam agenda RUPS harus ada acara

khusus mengenai studi pembahasan kelayakan tentang perubahan kegiatan

usaha utama perusahaan tersebut.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

138

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang sudah dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan antara lain:

a. Pertimbangan pertimbangan hukum dari PT JASS, PT BUKK, dan

PT Apexindo antara lain: adanya kepastian hukum untuk nilai saham

yang dimiliki ketiga perusahaan tersebut dimana nilai saham tersebut

dilihat dari adanya pergerakan permintaan dan penawaran di Bursa

Efek sehingga menambah prestise, kredibilitas, dan publisitas PT

JASS, PT BUKK, dan PT Apexindo, adanya insentif pengurangan

pajak kepada Emiten yang hendak mencatatkan sahamnya lebih dari

35% dan sebagai perwujudan pertanggungjawaban terhadap pemegang

saham minoritas. Pertimbangan hukum perusahaan juga tidak lepas

dari pertimbangan - pertimbangan ekonomi antara lain: pulihnya

kondisi saham PT JASS sehingga perusahaan tersebut sudah cukup

likuid dan dapat mengikuti pergerakan perdagangan saham di Bursa

Efek secara adil, perbaikan volume transaksi dan frekuensi

perdagangan saham PT JASS, pulihnya kondisi finansial PT BUKK

dan PT Apexindo akibat telah dilakukannya restrukturisasi utang dan

pengembangan kegiatan usaha atau ekspansi bisnis.

b. Mekanisme relisting yang hendak dilakukan oleh PT JASS, PT BUKK

dan PT Apexindo adalah mekanisme relisting dengan right issue atau

HMETD, mengingat bahwa ketiga perusahaan tersebut adalah Emiten

yang harus memperbaiki kondisi finansial perusahaan dan komposisi

kepemilikan pemegang saham publik sebelum melakukan relisting.

c. Akibat hukum dari proses relisting terhadap perlindungan hak

pemegang saham minoritas antara lain munculnya hak pemegang

saham minoritas untuk memperdagangkan sahamnya di Bursa dan

membeli saham baru yang ditawarkan di Bursa dengan harga yang

wajar sesuai dengan demand and supply di Bursa. Selain itu adapun

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

139

hak pemegang saham minoritas lainnya yang harus dilindungi akibat

relisting antara lain hak: mengeluarkan suara (voting rights) dalam

RUPS, mendapatkan dividen, mengajukan gugatan kepada perusahaan

(hak derivatif), ditawarkan terlebih dahulu terhadap pembelian saham

(Pre-emptive right atau HMETD), memantau dan mengawasi jalannya

perusahaan (monitoring and supervising rights), turut berpartisipasi

secara seimbang dalam penawaran tender (equal participation on tender offer), mendapatkan keterbukaan informasi terhadap hal-hal

yang harus diumumkan kepada publik, memberikan persetujuan

mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan hak

untuk memberikan persetujuan mengenai transaksi material dan

perubahan kegiatan usaha.

5.2. Saran Berkaitan dengan pembahasan-pembahasan dalam tesis ini, maka

adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain:

1. Pertimbangan hukum perusahaan yang hendak melakukan pencatatan

kembali saham (relisting) harus disertai dengan tindakan konkrit guna

memperbaiki hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya delisting seperti

kondisi finansial atau kondisi hukum yang dapat berpengaruh negatif

terhadap kelangsungan usaha perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan

tersebut sudah memiliki kondisi perusahaan yang baik maka perusahaan

tersebut harus tetap mempertimbangkan akibat perusahaan tersebut setelah

relisting karena tanpa adanya penambahan komposisi kepemilikan saham

publik akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut tidak bergerak.

2. Bursa Efek Indonesia sebaiknya mengatur secara eksplisit mengenai

mekanisme relisting sehingga untuk kedepan tidak ada kesalahan dalam

melakukan mekanisme relisting saham di Bursa. Selain itu Bursa Efek

Indonesia dapat secepatnya merealisasikan rencana pembuatan peraturan

yang berkaitan dengan penambahan komposisi kepemilikan saham publik

agar tidak menimbulkan dilusi saham dengan disertai ketentuan jumlah

saham tertentu yang akan ditawarkan ke publik (floating share). Dalam

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

140

rencana pembuatan peraturan ini sebaiknya Bursa Efek Indonesia juga

memperhatikan kepentingan para stakeholder khususnya Emiten dan

Penjamin Emisi Efek (Underwritter) terkait dengan jumlah saham yang

sudah ditawarkan ke publik tersebut tidak laku dijual.

3. Perusahaan yang hendak melakukan relisting sebaiknya lebih

memperhatikan pemenuhan hak-hak pemegang saham minoritas dalam

internal perusahaan itu sendiri. Selain itu perlindungan pemegang saham

minoritas juga dapat dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia dengan cara

merevisi peraturan pencatatan, Peraturan BEJ No. I-A. Revisi peraturan

pencatatan dan Peraturan BEJ No. I-I dengan mengubah jumlah saham

yang dicatatkan untuk meningkatkan komposisi kepemilikan saham oleh

pemegang saham minoritas. Dengan semakin ketatnya komposisi

kepemilikan pemegang saham minoritas maka akan membuat

perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas tersebut menjadi lebih

besar terutama dalam hal voting rights dan kesempatan yang sama seperti

pemegang saham mayoritas atau pengendali untuk memperdagangkan

sahamnya di Bursa dan membeli saham baru yang ditawarkan di Bursa.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

141

DAFTAR PUSTAKA

BUKU: Anwar, Jusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung:

PT Alumni, 2008. Balfas, Hamud M, Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Tatanusa, 2006. Black, Henry Campbell, , St. Paul Minnesota, USA: West

Publishing Co, 1979. Bragg, Steven M, Running A Public Company From IPO to SEC Reporting, New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2009. C.h Himawan, C.h, dkk, Filsafat Hukum Jilid I dan II, Depok: Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2010. Dougal, Herbert E. dan Jack E, Gaumnits, Capital Markets and Institutions, Ed. 5,

New Jersey: Prentice-Hall, Engelewood Cliffs, 07632. Gregoriou, Greg N., Initial Public Offerings, Burlington: Butterworth-

Heinemann, 2006. Harjono, Dhaniswara K, Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas: Tinjauan

Terhadap Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia, 2008.

Harris, Freddy dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban

Pemberitahuan Oleh Direksi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Janice Dean, Directing Public Companies Company Law and Stakeholder Society,

London: Cavendish Publishing Limited, 2001. Joel Feinberg dan Hyman Gross, Law in Philosophical Perspective, California:

Wadsworth Publishing Company, ISBN 088210203X. Kelsen, Hans, Pure Theory of Law, (Translation From the Second Revised and

Enlarged German Edition by Max Knight), New Jersey: The Lawbook Exchange, LTD, 2005.

Koetin, E.A., Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di Indonesia, Jakarta: US

Agency for International Development Financial Markets Project, 1994. ___________, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992 Lay, Alexander, dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, Jakarta: The Indonesia

Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2010.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

142

Mamudji, Sri, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, 2005.

Manan, Abdul, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal

Syariah Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011. Nafik HR, Muhammad, Bursa Efek dan Invesasi Syariah, Jakarta: PT Serambi

Ilmu Semesta, 2009. Nassarudin, M. Irsan dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2010. Purwanta, Wiji dan Hendy Fakhruddin, Mengenal Pasar Modal, Jakarta: Salemba

Empat, 2006. Price, Margaret M, Emerging Stock Markets A Complete Investment Guide to New

Markets Around The World, Singapore: Mc-Graw-Hill Book Co, 1994. Radjagukguk, Erman, Filsafat Hukum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2010. Safitri, Indra, Transparansi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal,

Jakarta: Global Book & Publication Book Division, 1998. Sitompul, Asril, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya,

Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: UI-Press,

2008. Wilamarta, Misahardi, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good

Corporate Governance, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Widioatmodjo, Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal Pengetahuan

Dasar, Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika, 1996. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: Indonesia (a), Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

143

Indonesia (b), Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.

Kementerian Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal Indonesia.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-42/PM/1997

, ditetapkan di Jakarta, 26 Desember 1997.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-690/BL/2011 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran, , ditetapkan di Jakarta, 30 Desember 2011.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-122-BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 29 Mei 2009.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-46/PM/1995

tentang Penawaran yang Bukan Merupakan Penawaran Umum, , ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-26/PM/2003

tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, ditetapkan di Jakarta, 17 Juli 2003.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-08/PM/2000

tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terkebih Dahulu,

, ditetapkan di Jakarta, 13 Maret 2000. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-412/BL/2009 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, , ditetapkan di Jakarta, 25 November 2009.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, , ditetapkan di Jakarta, 28 November 2011.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-263/BL/2011 tentang Penawaran Tender Sukarela, , ditetapkan di Jakarta, 31 Mei 2011.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

144

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-60/PM/1996 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham,

, ditetapkan di Jakarta, 17 Januari 1996. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik,

, ditetapkan di Jakarta, 14 Mei 2008. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-86/PM/1996

tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, , ditetapkan di Jakarta, 24 Januari 1996.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 5 Juli 2011.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

Kep-432/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, , ditetapkan di Jakarta, 1 Agustus 2012.

Bursa Efek Jakarta (a), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-

305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersitas Ekuitas Selain saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004.

Bursa Efek Jakarta (b), Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-

308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, Ditetapkan di Jakarta, 19 Juli 2004.

Security Exchange Commission 1934, disahkan pada 6 Juni 1934, dikodifikasikan

dalam 15 U.S.C. § 78(d), diakses pada tanggal 14 September 2012, pukul 11.14 WIB.

Security Exchange Commission 1934, dikodifikasikan dalam 15.U.S.C § 78(l),

Section 12(b), r tanggal 14 September 2012, pukul 15.26 WIB.

Security Exchange Commission 1934, Huruf A(1) § 240.12d2- Removal from

, diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 10.58 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

145

Security Exchange Commission, Section 13(a) Act (15 U.S.C 78 m(a)), ses pada tanggal 19 September 2012,

pukul 22.49 WIB. Security Exchange Commission, § 242.601,

Reports and Last Sale Data with Respect to Transaction in NMS (National , diakses pada tanggal 25 September, pukul 11.41

WIB. JURNAL: Art,

Proquest Journal of Corporation Law, Spring 2003, ISSN: 0360795X, < http://search.proquest.com/docview/220810571?accountid=17242>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.39 WIB.

Asia Pulse Pty Ltd, , Proquest Journal

Business and Economics, 15 Desember 2011, ISSN: 910909242, <http://search.proquest.com/docview/910909242?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.30 WIB.

Bastian, Rahmat, Proquest Journal: International Financial Law

Review, Oktober 2004, ISSN: 02636969, <http://search.proquest.com/docview/233199383?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.58 WIB.

Butz, David A,

Managerial and Decision Economics, Vol. 15, No. 4, Special Issue: Aspects of Corporate Governance, (July-August, 1994), < http://www.jstor.org/stable/2487716 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.35 WIB.

Brau,

The Journal of Finance, Vol. 61, No. 1, (February, 2006), < http://www.jstor.org/stable/3699345 >, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.52 WIB.

Chander, Anupam, The Yale Law

Journal, vol. 113, No. 1 (October, 2003), < http://www.jstor.org/stable/3657465 >, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 13.51 WIB.

Easterbrook, Frank H dan

Journal of Law and Economics, Vol. 36 No. 1, Part 2, John M. Collin Centennial Conference in Law and Economics at The University of

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

146

Chicago, 1993, < http://www.jstor.org/stable/725483>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.17 WIB.

Gathi, James Thuo,

National Black Law Journal, Vol. 19, No. 1 (2005/2006).

(Proquest Journal: The Financial Times Limited, 6 Oktober 2005), Proquest Document ID: 228806499, <http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/228806499?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.34 WIB.

a

Harvard Law Review: Vol. 86, No. 7 (May, 1973), < http://www.jstor.org/stable/1340067 >, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB.

Proquest Journal: Business and Economics-Banking and Finance Law-International Law, Januari 2011, ISSN: 02626969, <http://search.proquest.com/docview/819652812?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.43 WIB.

Isley, Hugh G., f The Minority Shareholder To The Corporate

Duke Bar Journal Vol. 2, No. 2, (Spring, 1952), <http://www.jstor.org/stable/1370858>, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 15.10 WIB.

Krasik, Carl, The

Business Lawyer: Vol. 25, No. 2 (January 1970), <http://www.jstor.org/stable/40685015>, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012, pukul 20.57 WIB.

Lowenstein, Louis -4

Colombia Law Review, Vol. 89, No. 5, (June, 1989), < http://www.jstor.org/stable/1122934 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 13.22 WIB.

Nelson, Teresa,

Strategic Management Journal, Vol. 24, No. 8 (August, 2003), < http://www.jstor.org/stable/20060570>, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 9.18 WIB.

Proquest Journal:

Malaysian Business, 16 April 2012, ISSN: 01265504,

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

147

<http://search.proquest.com/docview/1009282086?accountid=48149>, diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.34 WIB

Proquest Journal: The

Financial Times Limited, 5 September 2011, Proquest Document ID: 887624065, <http://search.proquest.com.ezproxy.library.uq.edu.au/docview/887624065?accountid=14723>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.27 WIB.

Sjahdeni, Sutan Remy,

Hukum Bisnis (Volume 14, Juli 2001). Winter, Ralph K.

The Journal of Legal Studies, Vol. 6, No. 2, (Jun, 1977), < http://www.jstor.org/stable/723990 >, diakses pada tanggal 7 November 2012, pukul 12.19 WIB.

TESIS: Wijayanti, Bangun, Perlindungan Bagi Pemegang Saham Minoritas Atas

Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan yang Dilakukan oleh Perusahaan Go Publik, <http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=88571&lokasi=lokal>, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012, pukul 09.42 WIB.

INTERNET: Black, Bernard. S.,

http://www.oecd.org/dataoecd/50/53/1872746.pdf>, diakses pada tanggal 6 November 2012, pukul 19.25 WIB.

Cakti, Gita Arwana, Relisting <

http://www.bisnis.com/articles/bukaka-berharap-relisting-secepatnya>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 19.55 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.18 WIB.

Relisting

<www.tempo.co/read/news/2012/09/27/088432336/Sekar-Bumi-Relisting-Lagi>, (Kamis 27 September 2012, pukul 1650), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.00 WIB.

Iman,

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/32733/Otoritas-Bursa-Dukung-

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

148

Perluasan-Insentif-Pajak>, (Rabu, 5 September 2012), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.53 WIB.

Melani, Agustina, Relisting atau

Kembali Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Mekanisme Secondary Public Offering <http://www.inilah.com/read/detail/598461/jasa-angkasa-relisting-dengan-spo/,> (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14/46 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.39 WIB.

___________ Relisting

< http://idsaham.com/news-saham-Saham-Apexindo-akan-Relisting-di-BEI--Inilahcom-222151.html>, (18 September 2011, pukul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 20.10 WIB.

Relisting

<http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/18738>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 14.46 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.54 WIB.

Nerisa, Arianto Tri Wibowo, Delisting

<bisnis.news.viva.co.id/news/read/25252-bei_imbau_apexindo_untuk_delisting>, (Rabu, 28 Januari 2009, pukul 13.42 WIB), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 16.05 WIB.

___________ Chain Listing Diperteg

<bisnis.news.viva.co.id/news/read/58050-aturan_chain_listing_dipertegas>, (Jumat 15 Mei 2009, pukul 10.32 WIB), diakses pada tanggal 12 Januari 2012 pukul 16.20 WIB.

ws Chain Listing

<www.thejakartaglobe.com/business/idx-review-chain-listing-regulations/308755>, (27 Februari 2009), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 18.00 WIB

<m.antaranews.com/berita/269999/penambahan-jumlah-saham-disambut-positif-emiten>, (Rabu, 3 Agustus 2011, pukul 15.45 WIB), diakses pada tangal 12 Januari 2012, pukul 17.00 WIB.

Prayogi, Whery Enggo,

http://www.duniainvestasi.com/bei/news/view/17252>, (Selasa 8 Juni 2012, pukul 14.18 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 17.54 WIB.

___________, Relisitng Triwulan IV-

<http://finance.detik.com/read/2010/06/14/153404/1377949/6/lepas-10-

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

149

saham-jasa-angkasa-relisting-triwulan-iv-2010>, (Senin, 14 Juni 2010, pukul 15.34 WIB), diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 20.12 WIB.

Tambunan, Fred B.G, Pandangan Yuridis Tentang PT dan Organ-

<http://hukumonline.com/berita/baca/hol3788/pandangan-yuridis-tentang-pt-dan-organorgannya>, diakses pada tanggal 3 November 2012, pukul 20.24 WIB.

<www.thejakartaglobe.com/business/apexindo-suspends-stock-may-delist/306014>, (28 Januari 2009), diakses pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 17.15 WIB.

Yani, Irma, Relisting

http://investasi.kontan.co.id/news/bukaka-ajukan-relisting-ke-bei>, (Selasa 13 Desember 2011, pukul 17.02 WIB), diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 18.35 WIB.

<http://financial-

dictionary.thefreedictionary.com/Secondary+Public+Offering>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.23 WIB.

http://www.davemanuel.com/investor-dictionary/secondary-offering/>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.34 WIB.

< http://www.businessfinance.com/secondary-

public-offering.htm>, diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 21.53 WIB.

<http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Tender+Offer>,

Tender <http://www.investopedia.com/terms/d/delisting.asp#axzz26P0o8gR2>,

9.17 WIB. <http://www.investopedia.com/terms/r/relisted.asp#axzz27IxxfAI6>,

<http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/tender+offer>,

<http://www.corporate-actions.net/Tender-Offer.html>,

. <http://ptjas.co.id/about-us/history/>,

diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 19.58 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

150

<http://ptjas.co.id/non-airlines/>, -

3 September 2012, pukul 20.02 WIB. <http://economy.okezone.com/read/2009/11/30/278/280270/bei-sudah-peringati-

7-emiten-delisting>, DelistingNovember 2009, pukul 13.36 WIB), diakses pada tanggal 3 September 2012, pukul 22.07 WIB.

<http://finance.detik.com/read/2010/07/08/125633/1395451/6/bahana-incar-

obligasi-jasa-marga-dan-relisting-jasa-angkasa,> Jasa Marga dan Relisting 2012, pukul 22.51 WIB.

<http://www.bukaka.com/about/unitusaha.php>,

<http://regional.kompas.com/read/2009/11/30/1514317/bei.hapus.tujuh.saham.eks

.bursa.surabaya>, 30 November 2009, pukul 15.14 WIB), diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 11.54 WIB.

<http://www.investor.co.id/home/bukaka-diharapkan-tambah-jumlah-saham-jika-

relisting/27238>, m Jika RelistingSeptember 2012, pukul 12.17 WIB.

<http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/03/emiten-bei-bukaka-berniat-

relisting/>, Relisting2012, diakses pada tanggal 5 September 2012, pukul 12.23 WIB.

<http://www.apexindo.com/>,

<http://finance.detik.com/read/2009/04/02/165717/1109281/6/persetujuan-

delisting-apexindo-keluar-pekan-depan> Delisting Apexindo

2012, pukul 21.02 WIB. <http://us.bisnis.news.viva.co.id/news/read/42742-

delisting_apexindo_tidak_akan_dikaji_ulang>, Delisting Apexindo Tidak kul 07.26), diakses pada

tanggal 12 September 2012, pukul 21.09 WIB. <http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/09/03/06/35607-

pemegang-saham-apexindo-setujui-rencana-delisting>, Apexindo Setujui Rencana Delistingdiakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.19 WIB.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN HUKUM ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334189-T32567...Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai mekanisme hukum

UNIVERSITAS INDONESIA

151

<http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1775559/saham-apexindo-akan-

relisting-di-bei>, Relisting ul 11.30 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 21.51 WIB.

<http://investasi.kontan.co.id/news/tuscany-siapkan-tiga-opsi-bayar-utang-pada-

kreditur,> (Jumat, 9 Desember 2011, 08.05 WIB), diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 21.57 WIB.

Bapepam-

<www.bapepam.go.id/old/old/.../BAB%20IIa.pdf> , diakses pada tanggal 9 Oktober 2012, pukul 15.11 WIB.

WAWANCARA: Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek

Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Bayu Samodro (Bagian Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek

Bapepam-LK), site visit interview, 3 Oktober 2012. Putu Chandrawati, (Bagian Penilaian Perusahaan Pabrikan Bapepam-LK), site

visit interview, 3 Oktober 2012. Yudi Pramono (Staff Hubungan Masyarakat Bapepam-LK), site visit interview, 2

Oktober 2012, pukul 10.30 WIB. Call Center Bursa Efek Indonesia PENGUMUMAN: Pengumuman Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT Apexindo Pratama

Duta Tbk (Tercatat di Papan: Utama) No.Peng-004/BEI.PSR/SPT/03-2009. Pengumuman PT Kustodian Sentral Efek (KSEI) Nomor: KSEI-11302/JKS/0512

perihal Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PT Bukaka Teknik Utama, Tbk, tanggal 22 Mei 2012.

Tinjauan hukum..., Maulidya Nurharlima Siregar, FH UI, 2013