Upload
vutram
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ i
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ ii
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018 “MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Rektorat Lantai IV UMK, 25 APRIL 2018
DISELENGGARAKAN OLEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS MURIA KUDUS
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iv
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018
“MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Susunan Panitia:
Pelindung : Rektor Universitas Muria Kudus
Penasihat : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penanggung jawab : Mila Roysa, M.Pd.
Ketua : Ristiyani, M.Pd
Sekretaris : Eko Widianto, M. Pd.
Bendahara : Muhammad Noor Ahsin, M. Pd.
Seksi Acara : Drs. Moh Kanzunnudin, M. Pd.
Seksi Perlengkapan : Irfai Fathurrahman, M. Pd.
Reviewer:
Drs. Moh. Kanzunnudin, M. Pd.
Editor:
Ristiyani, S.Pd., M.Pd.
Eko Widianto, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover:
Eko Widianto
Desain Layout :
Muhammad Noor Ahsin
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
ISBN 978-602-1180-71-6
Alamat: Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus 59342
Telp. 0291 438229 Fax. 0291437198
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya
Seminar Mayarakat Ilmiah (SEMAI) tahun 2018 oleh program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Muria Kudus dalam tajuk “Mengungkap
Kebenaran melalui Linguistik Forensik”, dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini
dapat diterbitkan.
Melihat situasi mutakhir saat ini, perkembangan kajian ilmu bahasa
menunjukkan kemajuan sangat signifikan. Ilmu bahasa saat ini tidak sebatas hanya
mengkaji ilmu bahasa itu sendiri, melainkan sudah memiliki peran besar dalam
menyelesaikan problematika sosial. Salah satunya adalah kajian bahasa dalam bidang
linguistik forensik. Hal tersebut perlu disambut untuk dirayakan dengan melakukan
pertemuan ilmiah seperti SEMAI 2018 ini.
Tema “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” tersebut dipilih
dengan alasan untuk memberikan perhatian masyarakat ilmiah tentang pentingnya
mengetahui peran linguistik forensik dalam pembuktian kebenaran hukum di
Indonesia. Mengingat, saat ini antara benar dan salah sangat tipis perbedaannya. Hal
lain yang mendasari SEMAI 2018 ini adalah perlunya wadah untuk masyarakat ilmiah
mendesiminasikan dan mempublikasikan penelitian secara luas, guna dapat diakses
oleh masyarakat yang membutuhkan, maka SEMAI 2018 ini layak untuk dilaksanakan.
Selain sebagai tempat mempresentasikan penelitiannya, juga sebagai tempat bertukar
informasi dan mengembangkan kerja sama.
SEMAI 2018 ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari
seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian seperti bidang bahasa,
bidang sastra, bidang hukum, bidang pembelajaran bahasa, sastra, dan inovasinya,
bidang sosial, bidang politik, dan bidang kearifan lokal dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi
perkembangan global.
Akhir kata, semoga SEMAI tahun depan akan terlaksana dengan baik dan akan
selalu memiliki peran positif terhadap perkembangan kajian ilmu bahasa dan sastra di
Indonesia.
Kudus, April 2018.
Tim Editor
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vi
DAFTAR ISI
HAL HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi
PEMATERI UTAMA
1 Prof. Bambang Kaswanti Purwo
LINGUISTIK FORENSIK 1
2 Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.
MENGENAL LINGUISTIK FORENSIK: LENTERA DALAM DUNIA HUKUM KITA
3
PEMAKALAH PENDAMPING NO NAMA JUDUL ARTIKEL
1 Anandha PATMI: WOMEN STRUGGLE ON HEGEMONY VORTEX
19
2 Agnes Adhani dan Yovina Putri Pamungkas
KEKERASAN VERBAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
24
3 Basuki Sarwo Edi ELEGANSI SIKAP TOKOH DALAM NOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF
32
4 Edy Prihantoro dan Tri Wahyu Retno Ningsih
DIGITAL FORENSIK DALAM SIARAN VARIETY- SHOW DI TELEVISI
44
5 Eko Widianto
MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV: ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT
54
6 Fahrudin Eko Hardiyanto
BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH
64
7 Fithriyah Inda Nur Abida
PROGRAM BIPA DALAM MENUNJANG INTERNASIONALISASI
71
8 Hestiyana KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG
75
9
I Putu Gede Sutrisna, I Ketut Alit Adianta, dan Nyoman Dharma Wisnawa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (MPjBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KINERJA ILMIAH MAHASISWA DALAM MATA AJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN
81
10 Kadek Wirahyuni PERMAINAN “ULAR TANGGA” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
92
11 M. Noor Ahsin PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
97
12 Nia Royani GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU BUKA MATA BUKA TELINGA KARYA SHEILA ON 7
103
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vii
13 Ristiyani dan Savitri Wanabuliandari
PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS UNTUK GURU SEKOLAH DASAR
108
14 Tri Wahyu Retno Ningsih dan Debyo Saptono
PENGUJIAN LEGALITAS UJARAN MENGUNAKAN PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK DAN LINGUISTIK FORENSIK
114
15 Wenny Wijayanti dan Natalia Desi Subekti
KESANTUNAN BERBAHASA PADA JUDUL BERITA KASUS KORUPSI DI MEDIA SOSIAL
127
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 108
PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS
UNTUK GURU SEKOLAH DASAR
Ristiyani
(1, Savitri Wanabuliandari
(2
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muria Kudus (1
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muria Kudus (2
Abstrak
Pembelajaran matematika dari tahun ke tahun di SD masih menjadi momok.
Guru dianggap sering marah, guru sibuk mengerjakan di papan tulis, tuntutan
untuk mampu berhitung hitungan sederhana dengan benar, hingga memahami
soal cerita tingkat tinggi dengan baik kemudian memecahkannya adalah
beberapa hal yang menjadi alasan mengapa matematika dianggap
menakutkan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran
Matematika adalah: (1) guru belum memahami tentang keterampilan
berbicara yang baik dalam mengomunikasikan materi kepada peserta didik di
pembelajaran matematika; (2) guru belum mampu mendesain pembelajaran
matematika dengan menggunakan keterampilan berbicara yang santun,
menarik, menyenangkan, dan mudah dipahami; dan (3) guru belum dapat
menerapkan keterampilan berbicara dalam mengomunikasikan materi
pembelajaran matematika. Perlu adanya peningkatan kualitas guru di
keterampilan berbicara yang baik dalam mengomunikasikan materi kepada
peserta didik pada pembelajaran matematika di sekolah dasar. Melalui
peningkatan kualitas guru, diharapkan terjalin hubungan yang baik antara
peserta didik dengan guru sehingga memberikan dampak positif bagi
perkembangan peserta didik. Perkembangan yang diharapkan dari peserta
didik adalah peserta didik merasa nyaman, tidak takut, dan senang sehingga
akan meningkatkan kemampuan komunikasi serta prestasi belajar
matematika.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika dan hypnomathematics
I. PENDAHULUAN
Kriteria guru yang berkualitas dan
profesional adalah guru yang memiliki
berbagai macam keterampilan dan
keahlian untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Salah
satunya adalah keterampilan berbicara.
Berbicara diartikan sebagai kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran,
gagasan, serta perasaan (Tarigan,
2008:14).
Tidak dapat dipungkiri, seringkali
guru mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan maksud dan isi pikiran
kepada para peserta didik. Informasi yang
ingin yang disampaikan guru berbeda
dengan yang ditangkap oleh peserta didik.
Pembelajaran matematika di SD
dari tahun ke tahun masih menjadi
momok. Berdasarkan pengamatan
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 109
sepintas penulis pada dua SD di
Kabupaten Kudus terdapat beberapa
permasalahan yang ditemukan antara lain:
(1) siswa takut saat pembelajaran
matematika dengan alasan guru sering
menggunakan kalimat menakut-nakuti,
kalimat mengancam, dan kalimat negatif;
(2) siswa tidak paham saat pembelajaran
matematika dengan alasan guru kurang
memahami kesulitan matematika pada
siswa, guru belum menggunakan soal
cerita dengan tema di sekitar kehidupan
peserta didik sehingga terkesan materi
matematika tidak menarik, guru belum
menggunakan pilihan kata yang tepat
dalam mengomunikasikan materi
matematika sehingga siswa sulit
memahami; (3) siswa tidak antusias
mengikuti pembelajaran matematika
dikarenakan guru kurang perhatian dan
memahami kesulitan matematika, guru
jarang mengeluarkan kata pujian, guru
sering memberikan hukuman yang tidak
menumbuhkan rasa cinta matematika,
guru belum menunjukkan pentingnya
memelajari matematika untuk kehidupan
nyata.
Hal ini sejalan dengan pernyataan
dalam artikel Kompasiana (2010) yang
menyatakan kebanyakan guru matematika
itu “tampang” nya menyeramkan,
menakutkan, serius, galak, serta orangnya
sulit diajak basa-basi, terlalu “to the
point”, sulit diajak senyum, dan berbagai
citra buruk lainnya.
Guru sering megujarkan kalimat
negatif, kalimat mengancam, dan kalimat
menakut-nakuti menjadi alasan mengapa
matematika dianggap menakutkan.
Seperti kalimat berikut: (1) “Awas kalau
tidak bisa!”; (2) “Nanti saya hukum kalau
nilainya jelek” ; dan (3) “Dasar anak
malas”. Beranjak dari hal tersebut,
muncul tindakan antara guru dan peserta
didik untuk memelajari matematika dalam
kelas dengan suasana yang menegangkan
dan tertekan. Proses belajar mengajar
akan tidak efektif karena kondisi siswa
tidak sedang dalam lingkungan belajar
yang menyenangkan.
Menurut Saroni (2006:81-82), Salah
satu aspek penting keberhasilan dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru adalah penciptaan kondisi
pembelajaran yang efektif. Kondisi
pembelajaran efektif adalah kondisi yang
benar-benar kondusif, kondisi yang benar-
benar sesuai dan mendukung kelancaran
serta kelangsungan proses pembelajaran.
Salah satu faktor pendukung terwujudnya
suasana kondusif apabila guru mampu
membawa siswa dalam kondisi
menyenangkan. Kondisi menyenangkan
akan terwujud apabila guru menjelaskan
materi menggunakan bahasa yang santun,
menarik, menyenangkan, dan tentu mudah
dimengerti. Guru tidak menggunakan
bahasa dengan intonasi tinggi dan pilihan
kata yang terkesan mengancam.
Menurut Soehakso (dalam Widodo
2010) menyebutkan bahwa “matematika
bagaikan gadis tercantik di dunia”.
Ungkapan tersebut lahir dari profesor
matematika pertama di Indonesia. Cantik
yang dimaksud adalah pola dalam
matematika termasuk pola abstraknya,
dan kebaharuannya universal sama di
seluruh dunia. Russefendy (2010)
mengatakan “matematika adalah seni”.
Matematika sebagai seni karena ada
keindahan dalam matematika. Semua
bangunan yang indah di dunia lahir dari
adanya geometri. Namun, beberapa
ungkapan tersebut menjadi berbanding
terbalik dari kondisi pembelajaran
matematika di sekolah. Berdasar dari hal-
hal di atas, maka perlu mendesain
pembelajaran Matematika berbasis
Hypnomathematics.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN
PEMBAHASAN
Ketua Komisi Nasional Anak Seto
Mulyadi (Kompas/2016) menyatakan,
pada saat ini banyak anak usia di bawah
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 110
12 tahun yang mengalami problem
kejiwaan. Problem kejiwaan tersebut
diakibatkan karena hubungan anak
dengan orang tua yang kurang baik.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
oleh Komnas Perlindungan anak tahun
2016 di Jakarta menyebutkan bahwa
sebab hubungan anak dengan orang tua
kurang baik adalah seringnya anak
dimarahi karena hasil belajar yang di
bawah rata-rata dengan teman di sekolah.
Salah satu mata pelajaran yang nilainya
rendah di bawah rata-rata adalah
matematika.
Pembelajaran Matematika
Belajar (Sanjaya, 2009) adalah
proses berpikir. Belajar berpikir yaitu
menekankan pada proses mencari dan
menemukan pengetahuan melalui
interaksi antar individu dengan
lingkungannya. Menurut Gagne dalam
Dimyati dan Mudjiono (2013), belajar
merupakan kegiatan yang kompleks.
Istilah mathematics (Inggris), mathematic
(Jerman) atau mathematick/wiskunde
(Belanda) berasal dari perkataan lain
mathematica, yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani, mathematike, yang
berarti relating to learning. Perkataan itu
mempunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Perkataan
mathematike berhubungan sangat erat
dengan sebuah kata lainnya yang serupa,
yaitu mathematein yang mengandung arti
belajar (berpikir) (Suherman, 2003).
Pembelajaran matematika bagi para
siswa merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian
maupun dalam penalaran suatu hubungan
diantara pengertian-pengertian itu. Dalam
pembelajaran matematika, para siswa
dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak
dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)
Suyitno (2004) berpendapat, bahwa
”pembelajaran adalah upaya untuk
menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, bakat,
minat, dan kebutuhan siswa yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa
yang lain”.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses kegiatan
guru mata pelajaran matematika dalam
mengajarkan matematika kepada peserta
didiknya, yang di dalamnya terkandung
upaya guru untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang
matematika yang amat beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa dalam mempelajari
matematika tersebut. Guru hendaknya
memperhatikan karakteristik siswanya
agar pembelajaran lebih maksimal.
Menurut Asikin (2001:3) dalam
proses pembelajaran matematika sangat
diperlukan komunikasi antara guru dan
siswa. Tidak adanya komunikasi yang
baik antara guru dan peserta didik,
mustahil proses pembelajaran akan
berhasil. Dengan keterampilan berbicara
yang baik, guru diharapkan mampu
menjelaskan materi matematika dengan
baik, sehingga peserta didik akan mudah
menerima materi. Dalam sebuah proses
pembelajaran matematika, guru dan
peserta didik memiliki pemikiran dan
ekspektasi yang berbeda mengenai materi.
Materi yang dijelaskan guru belum tentu
dipahami oleh peserta didik.
Khoirudin dan Sutami (2014)
mengatakan bahwa antusias merupakan
salah satu komponen penting yang
terdapat pada sifat manusia. Munculnya
antusias pada diri seseorang akan diiringi
dengan munculnya rasa ingin tahu yang
tinggi, dengan rasa ingin tahu yang tinggi
maka mendorong perubahan yang
signifikan terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi. Rasa ingin tahu yang
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 111
tinggi seharusnya dikelola dengan baik
sehingga informasi yang didapatkan
secara utuh dan sistematis. Di dalam
pembelajaran peran guru dalam
menyampaikan materi mempengaruhi
rasa ingin tahu siswa dan perhatian siswa
terhadap pelajaran yang disampaikan.
Pernyataan di atas berbeda dengan
kondisi yang dialami siswa, guru kurang
perhatian dan memahami kesulitan
matematika.
Hal lain yang menjadi penunjang
adalah guru jarang mengeluarkan kata
pujian sehingga siswa merasa tidak
diperhatikan. Guru sering memberikan
hukuman pada siswa yang memperoleh
nilai kurang dari KKM. Adapun hukuman
yang diberikan oleh guru tidak bersifat
menumbuhkan rasa cinta matematika,
seperti peserta didik diminta menyanyi di
depan kelas dan peserta didik diminta
membersihkan ruang kelas. Kondisi guru
yang belum memiliki kesadaran dalam
menunjukkan pentingnya memelajari
matematika untuk kehidupan nyata.
Contohnya, pentingnya manfaat mengusai
operasi hitung saat mereka berbelanja di
warung.
Berikut ini beberapa permasalahan
yang dialami guru dalam pembelajaran
Matematika. Pertama, guru belum
mengetahui pentingnya menggunakan
pilihan kata yang tepat saat
mengomunikasikan matematika. Kedua,
guru belum mengetahui pentingnya
kemampuan mengarahkan peserta didik
untuk mendengarkan dan menyimak
materi dengan baik. Ketiga, guru sering
menggunakan kata-kata negatif, kalimat
menakut-nakuti, dan kalimat mengancam.
Keempat, guru jarang memberikan pujian
pada siswa, lebih sering memberi
hukuman. Kelima, guru belum bisa
menunjukkan pentingnya memelajari
matematika untuk kehidupan nyata. Lima
permasalahan tersebut perlu adanya solusi
dan penyelesaian yang tepat. Berikut ini
permasalahan dalam pembelajaran
Matematika SD berikut justifikasi yang
harus dilakukan oleh guru.
1. Guru belum mengetahui pentingnya
menggunakan pilihan kata yang tepat
saat mengomunikasikan matematika. Maka, guru harus paham Pacing, yaitu
pemahaman guru dalam menyamakan
posisi gerak tubuh, bahasa, dan gelombang
otak dengan para siswa agar guru
mengetahui pentingnya menggunakan
pilihan kata yang tepat saat
mengomunikasikan matematika.
2. Guru belum mengetahui pentingnya
kemampuan mengarahkan peserta didik
untuk mendengarkan dan menyimak
materi dengan baik. Maka, guru harus
paham Leading, yaitu kemampuan guru
dalam mengarahkan para siswa untuk
mendengarkan dan menyimak dengan
fokus materi yang diberikan agar guru
mengetahui pentingnya mengarahkan
peserta didik untuk mendengarkan dan
menyimak materi dengan baik.
3. Guru sering menggunakan kata-kata
negatif, kalimat menakut-nakuti, dan
kalimat mengancam. Maka, guru harus
paham mengenai Kata-kata Positif, yaitu
pemahaman guru dalam menggunakan
bahasa atau kalimat positif ketika
menyampaikan materi matematika agar
guru guru tidak menggunakan kata-kata
negatif, kalimat menakut-nakuti, dan
kalimat mengancam dalam
pembelajaran Matematika.
4. Guru jarang memberikan pujian pada
siswa, lebih sering memberi hukuman.
Maka, guru harus memahami Pujian,
yaitu kemampuan guru dalam memberikan
penghargaan berupa pujian pada peserta
didik agar guru mengetahui pentingnya
manfaat pujian untuk peserta didik.
5. Guru belum bisa menunjukkan pentingnya
memelajari matematika untuk kehidupan
nyata. Maka, guru harus paham Modelling,
yaitu kemampuan guru dalam memberikan
teladan atau contoh melalui ucapan dan
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 112
tindakan agar guru mengetahui pentingnya
memberikan contoh pentingnya
memelajari matematika untuk
kehidupan nyata.
Hypnomathematic
Hypnomathematics adalah akronim
dari Hypnoteaching dan Matematika.
Mengadobsi dan memodifikasi dari buku
Wati dan Kusuma (2016) langkah
hypnomathematics terdiri atas: Pacing,
Leading, Kata Positif, Memberikan
Pujian, dan Modelling. Berikut ini
tahapan Hyopnomathematics dalam
pembelajaran matematika di sekolah
dasar.
Pacing
Guru menggunakan pilihan kata yang
tepat saat mengomunikasikan matematika.
Leading
guru menguasai dan memraktikkan
kemampuan mengarahkan peserta didik
untuk mendengarkan dan menyimak
materi dengan baik.
Kata-kata Positif
Guru tidak lagi menggunakan kata-kata
negatif, kalimat menakut-nakuti, dan
kalimat mengancam dalam pembelajaran
matematika.
Pujian
Guru mempraktikkan memberikan pujian
pada siswa dalam pembelajaran
matematika.
Modelling
Guru memberikan pengetahuan kepada
peserta didik akan pentingnya memelajari
matematika untuk kehidupan nyata.
III. SIMPULAN
Dari beberapa permasalahan
prioritas di atas, diharapkan guru SD
mampu memahami, mendesain, dan
menerapkan Hypnomathematics dalam
pembelajaran Matematika. Melalui
pembelajaran berbasis Hypnomathematics
diharapkan permasalahan dapat teratasi,
seperti: (1) guru menjadi paham tentang
keterampilan berbicara yang baik dengan
bahasa yang santun, menarik,
menyenangkan, dan mudah dipahami
dalam mengomunikasikan materi pada
pembelajaran matematika; (2) guru
memahami cara mendesain pembelajaran
Matematika dengan menggunakan
keterampilan berbicara yang baik dengan
bahasa yang santun, menarik,
menyenangkan, dan mudah dipahami; dan
(3) serta guru dapat menerapkan
keterampilan berbicara yang baik dengan
bahasa yang santun, menarik,
menyenangkan, dan mudah dipahami
dalam mengomunikasikan materi
pembelajaran matematika.
Dengan Hypnomathematics yang
berisi pacing, leading, kata-kata positif,
pujian, dan modelling guru dapat
memahami, mendesain dan menerapkan
dalam pembelajaran matematika sehingga
kemampuan komunikasi dan prestasi
belajar matematika peserta didik dapat
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, M. 2001. Realistic Mathematics
Education (RME): Paradigma Baru
Pembelajaran Matematika. Makalah
(online). Tersedia www-edukasi-
online-info://(20 Januari 2012).
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar Dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kompas. 2016. Anak Mengalami
Gangguan Kejiwaan di Jakarta
Tinggi. edisi 22 Mei 2016.
Khairudin dan Sutami. 2014. Pengaruh
Hypnoteaching dalam Problem-
Based Learning terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan
Dasar. 1(2)
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 113
Russefendy, E. T. 2010. Dasar-Dasar
Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-eksakta Lainnya. Bandung:
Tarsito
Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen
Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang
Kompeten. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Suherman, E., dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wati, Ega Rima dan Kusuma, Shinta.
2016. Menjadi Guru Hebat dengan
Hypnoteaching. 2016: Kata Pena
Widodo. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Penada; Jakarta.
http://www.kompasiana.com/ahmadmatik
a/memperbaiki-citra-buruk-guru-
matematika-
bagaimana_550047d0a3331117735
10382 diunduh tanggal 9 April 2018