Unm Digilib Unm Rusli 145-1-1.Ully

Embed Size (px)

DESCRIPTION

whatever

Citation preview

  • PENTINGNYA LATIHAN FISIK BAGI MANUSIA USIA LANJUT

    Oleh :

    Rusli

    Ilmu Keolahragaan

    ABSTRAK

    Manusia usia lanjut merupakan suatu perubahan progresif pada

    organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel

    serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang

    disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan

    saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara

    linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),

    keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),

    dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses

    kemunduran.

    Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa

    atau tahapan dalam hidup manusia, seperti: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan

    lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit,

    atau juga suatu kecacatan.

    Latihan fisik adalah segala upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan

    kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia. Kebugaran jasmani (physical fitness)

    adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh (total fitness). Kebugaran

    jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan

    sehari-hari tanpa adanya kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai

    cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik ataupun

    melakukan pekerjaan yang mendadak.

    Kata Kunci : Lansia, Latihan Fisik.

    PENDAHULUAN

    Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional,

    telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan

    ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan

    umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut

    meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

    Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500

    juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-

  • 2

    rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar

    (Nugroho, 2004:1)

    Bila dilihat dari angka statistik, saat ini orang lanjut usia masih belum

    menjadi masalah yang lebih serius. Tetapi dengan berhasilnya pembangunan

    selama beberapa Pelita ini menunjukkan angka harapan hidup bangsa Indonesia

    pada masa mendatang akan meningkat terus sehingga pembinaan terhadap orang

    lanjut usia ini memiliki peran yang semakin menonjol dalam setiap bidang. Untuk

    itu perlu dilakukan suatu program untuk meningkatkan kualitas lanjut usia,

    mendorong para lanjut usia untuk mampu menyesuaikan diri dan mampu

    melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya dengan

    semangat optimisme, kebijaksanaan, kearifan dan bebas dari tekanan ambisi

    kehidupan serta berada pada kondisi sehat sejahtera lahir dan batin.

    Dengan adanya olahraga pada manula ini diharapkan dapat meningkatkan

    kualitas hidup lansia, sehingga banyak orang yang memasuki usia lanjut dengan

    tetap semangat, energik, penuh percaya diri dan pro aktif dalam pembangunan.

    Pengertian Dan Definisi Lansia

    Definisi lansia menurut UU No. 13 Th. 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

    Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia ialah seseorang yang telah mencapai usia

    60 tahun keatas. Hal ini mengacu pada angka usia harapan hidup masyarakat

    Indonesia yaitu sekitar 65 tahun.

    Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami

    oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis,

    tetapi juga psikologis dan sosial (Sembiring, 2007:3).

    a. Lansia menurut aspek biologis

    Lanjut usia adalah proses penuaan/penurunan yang terjadi secara terus

    menerus, ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

    rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal

    ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,

    serta sistem organ yang lainnya.

    b. Lansia menurut aspek psikologis

  • 3

    Dari aspek psikologis, lansia merupakan kelompok umur yang mencapai tahap

    praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan

    tubuh/ kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan

    timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya (Suhartini, 2003:12). Banyak

    orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak

    manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,

    seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan

    masyarakat.

    c. Lansia menurut aspek sosial

    Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial

    sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di

    bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber

    daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya

    hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk

    lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh

    warga muda (Suhartini, 2003:10).

    Batasan Usia Manula

    Mengenai kapankah seseorang disebut sebagai lansia, sulit dijawab secara

    memuaskan. Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

    umur pada lansia (Nugroho, 2004:1):

    a. Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO, 2002:2), maka:

    Usia di bawah 65 tahun tergolong Usia Pertengahan (Middle Age)

    Usia di antara 65 tahun sampai dengan 74 tahun tergolong Junior Old Age

    Usia antara 75 tahun sampai dengan 90 tahun baru tergolong Formal Old

    Age

    dan antara 90 tahun sampai dengan 120 tahun digolongkan Longevity Old

    Age (Orang Tua berumur panjang).

    b. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad

    Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad (alm) merupakan Guru Besar

    Universitas Gajah Mada pada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi

    biologis perkembangan manusia sebagai berikut:

  • 4

    0 1 tahun = masa bayi

    1 6 tahun = masa prasekolah

    6 10 tahun = masa sekolah

    10 20 tahun = masa pubertas

    40 65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

    65 th ke atas = masa lanjut usia (senium)

    c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)

    Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi

    menjadi 4 bagian, yaitu:

    pertama = fase iuventus, berumur antara 25 sampai 40 tahun

    kedua = fase verilitas, berumur antara 40 sampai 50 tahun

    ketiga = fase praesenium, berumur antara 55 dampai 65 tahun

    keempat = fase senium, berumur 65 tahun keatas

    d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro

    Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly

    adulthood): 18 atau 20 25 tahun. Usia dewasa penuh (middle years) atau

    maturitas: 25 60 tahun atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari

    65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70 75 tahun (young old), 75 80

    tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).

    Negaranegara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia

    adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan

    pensiun. Tetapi akhirakhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh

    Badan Kesehatan Dunia (WHO: World Health Organization) bahwa sebagai

    batasan umur lansia adalah 60 tahun (WHO, 2002:2).

    Distribusi Lansia

    Menurut Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

    pada tahun 1995 jumlah lansia yang berumur 60 tahun keatas sebesar 7,5 %,

    sedangkan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 1986. jumlah lansia yang berumur

    60 tahun keatas sebesar 5,3 %. Pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia

    diperkirakan akan menempati urutan ke-6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah

    lansia di Brazil, Meksiko dan negara Eropa (Pudjiastuti & Budi, 2000:1).

  • 5

    Tabel 1. Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia Menurut Penelitian

    dari Prof. DR. R. Boedhi Darmojo.

    Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2020

    Jumlah Penduduk

    (55 tahun ke atas)

    a. Total (juta)

    b. Persentase (%)

    Harapan Hidup

    148

    11,4

    7,7

    55,30

    165

    13,3

    8

    58,19

    183

    16

    8,7

    61,12

    202

    19

    9,4

    64,05

    222

    22,2

    10

    65-70

    29,12

    11,09

    70-75

    Distribusi lansia > 65 tahun (prakiraan tahun 2005):

    Nama Negara Prosentase

    Eropa

    Amerika Utara

    Amerika Latin

    Asia

    Afrika

    15,4 %

    12,5 %

    8,6 %

    6,3 %

    3,2 %

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: majunya pelayanan

    kesehatan, perbaikan gizi dan sanitasi, gaya hidup yang lebih sehat,

    meningkatnya pengawasan terhadap penyakit dan infeksi. Tetapi apakah

    kemajuan suatu negara hanya dapat diukur dari prosentase jumlah lansia saja.

    Permasalahan yang Dihadapi Lansia

    Problematik yang dialami oleh lansia sangat beragam, antara lain dapat

    ditinjau dari aspek psikologis, biologis, sosial, spiritual, budaya dan ekonomi.

    Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:

    a. Aspek psikologis

    Mempunyai perasaan tidak mampu, perasaan tidak berguna, depresi,

    Skizofrenia (termasuk psikopatologi) penarikan diri dari kehidupan sosial,

    tingkah laku yang esentrik, dan pemikiran yang tidak logis. Delusi (waham)

  • 6

    dan halusinasi jarang muncul. Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan

    family (hal ini disebabkan karena ruang geraknya yang terbatas, atau teman-

    teman dan keluarganya sudah banyak yang meninggal).

    b. Aspek biologis

    Merasa mempunyai keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus

    tergantung pada orang lain. Penurunan kemampuan berpikir, menjadi sering

    lupa/pikun, status sosioekonomi rendah beresiko lebih tinggi mengalami

    penurunan kemampuan kognitif. Penurunan kognitif berlangsung lambat pada

    mereka yang terus-menerus belajar dan terstimulasi. Terjadi gangguan

    depresif, yaitu menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan tidur (khususnya

    bangun pagi terlalu cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu

    makan menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh.

    Menurunnya kemampuan berpikir pada penderita lanjut usia yang mengalami

    depresi berhubungan dengan sindrom demensia pada depresi (dementia

    syndrome of depression [pseudodementia]), yang dapat disalahartikan sebagai

    demensia yang sebenarnya (true dementia). Pseudodemensia terjadi pada 15%

    penderita depresi lansia dan 25 50% pada pederita dementia mengalami

    depresi.

    c. Aspek sosial

    Ada perasaan merepotkan orang lain, perasaan terkucilkan. Kehilangan status

    (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala

    fasilitasnya), kehilangan teman/kenalan atau relasi, kehilangan pekerjaan atau

    kegiatan. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah

    meninggal atau pergi jauh atau cacat, mengembangkan kegiatan baru untuk

    mengisi waktu luang yang semakin bertambah

    d. Aspek spiritual

    Agama atau kepercayaannya makin terintegrasi dalam kehidupannya, lansia

    makin matur dalam kehidupan keagamaannya (hal ini terlihat dalam cara

    berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari). Perkembangan spiritual

    ini ditunjukkan dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

    (semakin bijaksana). Merasa semakin dekat akan kematian (sense of

  • 7

    awareness of mortality), menjadi lebih mendekatkan diri kepada sang

    pencipta.

    e. Aspek budaya

    Aspek budaya yang dilihat melalui pendekatan olahraga yaitu wanita lansia

    yang masih aktif berolahraga, masih dipandang negatif oleh olahraga pria.

    f. Aspek ekonomi

    Merasa tidak mampu karena menurunnya keadaan ekonomi akibat

    pemberhentian dari jabatan (economic deprivation), meningkatnya biaya

    hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan karena

    adanya penyakit kronis dan terjadi angguan gizi akibat kehilangan jabatan.

    Proses Menua

    Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada

    organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel

    serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang

    disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan

    saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara

    linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),

    keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan

    keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses

    kemunduran (Bondan, 2006:1). Sedangkan menurut Constantindes (dalam Kadir,

    2007:1). Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

    perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan

    mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

    dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

    Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat

    menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim

    fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit

    dan kematian.

    Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses

    menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

    diri /mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

  • 8

    sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kemampuan

    untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. (Panjaitan, 2007).

    Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa

    atau tahapan dalam hidup manusia, seperti: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan

    lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau

    juga suatu kecacatan.

    Teori Proses Menua

    Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu

    teori genetik dan teori nongenetik (Pudjiastuti & Budi, 2000:5).

    1. Teori Genetik

    Teori genetik ini menitikberatkan mekanisme penuaan yang terjadi pada nukeleus

    sel. Penjelasan teori yang berdasarkan genetik di antaranya sebagai berikut:

    a. Teori Hayflick

    Menurut sandi studi Hayflick dan Moorehead (1961) penuaan disebabkan oleh

    berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak

    normalnya sel, dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan. semakin cepat

    suatu organisme hidup maka semakin cepat pula mereka menua. Hal ini terjadi

    karena kehidupan cepat didefinisikan sebagai proses differensiasi dan

    pertumbuhan yang cepat serta metabolisme yang tinggi sehingga sel-sel lebih

    cepat mengalami penuaan.

    b. Teori Kesalahan

    Dalam teori ini dinyatakan bahwa kesalahan dalam proses atau mekanisme

    pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan

    sintesis protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnay, yaitu

    ketidaktepatan dalam penyiapan pasangan kodon mRNA dan antikodon

    tRNA. Namun, penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori

    kesalahan, yang menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun

    molekul non-spesifik dan penuaan itu tidak selamanya dipercepat ketika

    molekul non-spesifik ditemukan (Pudjiastuti & Budi, 2000:6).

    c. Teori DNA (kelebihan DNA)

  • 9

    Medvedev (1972) mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori

    kesalahan. Ia percaya bahwa perubahan usia biologis merupakan hasil

    akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen (plasma pembawa sifat).

    Perbedaan usia mkhluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat

    urutan genetik berulang (repeated genetic sequences). Jika kesalahan muncul

    dalam urutan genetik tidak berulang (nonrepeated genetic sequences),

    kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi atau

    selama hidup akan berkurang.

    d. Teori Rekaman

    Rekaman (transcription) adalah tahap awal dalam pemindahan informasi dari

    DNA ke sintesis protein. Teori yang mengacu pada teori Hayfick itu

    menyatakan empat kondisi berikut:

    1. Dengan peningkatan usia terjadi perubahan yang sifatnya merusak

    metabolisme posmiotic cells yang berbeda.

    2. Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang terjadi pada inti

    kromatin.

    3. Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks, merupakan suatu

    mekanisme kontrol yang bertanggung jawab terhadap penampilan dan

    urutan penuaan primer.

    4. Mekanisme kontrol itu meliputi regulasi transkripsi meskipun regulasi

    lain dapat terjadi.

    2. Teori Nongenetik

    Teori non genetik memfokuskan lokasi di luar nukleus sel, seperti organ, jaringan,

    dan sistem. Teori yang berdasarkan nongenetik anatara lain sebagai berikut:

    a. Teori Radikal Bebas

    Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada di luar

    orbit dan berisi ion tak berpasangan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

    Radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, mitokondria dan inti

    membran melalui reksi kimia yang disebut peroksidasi lemak.

    Kerusakan membran dan cross lingkage biomolekul merupakan hasil

    rangkaian rekasi radikal bebas. Hasil reaksi radikal bebas adalah turunnya

  • 10

    penyatuan karena turunnya aktivitas enzim, kesalahan metabolisme asam

    nukleat, kerusakan fungsi membran dan penumpukan lipofusin pada lisosom.

    Gambar 2. Membran Sel dan Radikal Bebas

    (Sumber: http://www.alzheimers.org/rad.html)

    Teori radikal bebas tentang proses penuaan menjelaskan bahwa terjadinya

    poses penuaan ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas senyawa radikal

    seiring dengan bertambahnya umur. Peningkatan aktivitas senyawa radikal

    menyebabkan akumulasi kerusakan struktur dan fungsi biologis dari sel

    (Harjanto, 2001:161).

    b. Teori Autoimun

    Menurut teori Autoimun, penuaan diakibatkan oleh antibodi yang bereaksi

    terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu terjadi karena tubuh gagal

    mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang salah. Akibatnya,

    antibodi itu bereaksi terhadap sel normal, disamping sel abnormal yang

    menstimulasi pembentukannya. Teori ini mendapat dukungan dari kenyataan

    bahwa jumlah antibodi autoimun meningkat pada lansia dan terdapat

    persamaan antara penyakit dan autoimun (misalnya: arthritis reumathoid,

  • 11

    diabetes, tiroiditis dan amiloidosis) dan fenomena menua (Pudjiastuti & Budi,

    2000:6).

    c. Teori Hormonal

    Donner Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada otak. Pernyataan

    ini didasarkan pada studi hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat menjadi fatal

    apabila tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan

    akan tampak, seperti penurunan sistem kekebalan, kulit keriput, uban, dan

    penurunan proses metabolisme secara perlahan.

    Pada wanita, menopouse merupakan peristiwa hormonal yang kronis, tetapi

    tidak mengatur penuaan. Ovarium merupakan glandula endokrin yang

    kapaasitas fungsinya berkurang sejalan dengan penuaan normal. Pada laki-

    laki, produksi androgen dari testis tidak mudah diperkirakan karena perbedaan

    pada tiap individu.

    d. Teori Pembatasan Energi

    Roy Walford (1986) adalah penganut kuat diet yang didasarkan pada

    pembatasan kalori, yang dikenal sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi

    yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat

    tua. Program pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat badan

    secara bertahap dalam beberapa tahun samapi efisiensi metabolisme tercapai

    untuk hidup sehat dan panjang usia (Pudjiastuti & Budi, 2000:6). Tinggi-

    rendahnya diet akan mempengaruhi perkembangan umur dan adanya penyakit.

    Termasuk dalam program diet adalah pantangan merokok, minum alkohol,

    dan mengendalikan penyebab stress seperti kecemasan, frustasi atau stress

    yang disebabkan oleh kerja keras.

    Pengertian Latihan Fisik

    Latihan fisik adalah segala upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan

    kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia. Kebugaran jasmani (physical fitness)

    adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh (total fitness). Kebugaran

    jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan

    sehari-hari tanpa adanya kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai

  • 12

    cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik ataupun

    melakukan pekerjaan yang mendadak.

    Latihan olahraga yang dilakukan pada manula hendaknya menggunakan

    prinsip-prinsip olahraga (nugroho, 2004:157), antara lain:

    1. Komponen kesegaran jasmani yang paling mendasar untuk dilatih adalah:

    Ketahanan kardio-pulmonal

    Kelenturan (fleksibilitas)

    Kekuatan otot

    Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebih)

    2. Selalu memperhatikan keselamatan

    3. Latihan teratur dan tidak terlalu berat

    4. Olahraga ringan dalam bentuk permainan sangat dianjurkan

    5. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang (naik perlahan-lahan)

    6. Menghindari olahraga yang bersifat pertandingan

    7. Selalu memperhatikan kontraindikasi latihan, seperti:

    Adanya penyakit infeksi

    Hipertensi lebih dari 180 mmHg sistolik dan 120

    mmHg diastolik

    Berpenyakit berat dan dilarang dokter untuk

    melakukan olahraga

    Tujuan Olahraga pada Manula

    Tujuan dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan

    kardiorespirasi, kecepatan, ketrampilan dan kelenturan. Kebugaran jasmani pada

    lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran

    jantung-paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi

    (Suparman, 1996). Secara khusus olahraga pada manula bertujuan untuk

    meningkatkan kualitas lansia, sehingga mereka bisa melewati hari-hari tuanya

    dengan bugar. Jika kebugaran sudah tercapai maka para lansia akan mampu

    memperlambat proses penuaan dini, tetap sehat dan bisa mandiri.

  • 13

    Persiapan Olahraga pada Manula

    Metode Olahraga pada Manula

    Metode latihan merupakan suatu pelajaran untuk mengembangkan latihan, dimana

    kata metode itu digunakan untuk kondisi materi kegiatan (Tangkudung, 2006:50).

    Di dalam memilih dan menetapkan metode, tergantung pada:

    1. Tujuan umum dari melatih

    2. Tugas-tugas tertentu

    3. Kekhususan dari suatu cabang olahraga

    4. Tingkan kemampuan atau kondisi fisik seorang lansia

    Konsultasi

    Klarifikasi

    Lanjut

    Usia

    Test

    Fungsional

    Terapi

    Gerak

    Test

    Kesegaran

    Jasmani Dasar

    Program

    Kondisioning

    Fisik

    Program

    Kesegaran

    Jasmani

    Profil Kesegaran

    Jasmani

  • 14

    Berdasarkan atas faktor-faktor tersebut, maka dapat ditentukan suatu metode

    olahraga untuk lansia. Berikut ini adalah beberapa macam metode latihan untuk

    manula, yang bisa diaplikasikan dalam setiap latihan:

    a. Metode yang Terus Menerus (Continual Method)

    Ciri khas dari metode ini yaitu:

    1. Dalam melaksanakan latihan dilakukan dengan intensitas yang konstan

    2. Dalam pelaksanaannya memakan waktu yang relatif lama

    Metode yang terus-menerus dianjurkan untuk latihan peningkatan daya tahan

    secara keseluruhan dan mengurangi kelelahan yang berarti. Metode ini akan

    menimbulkan peningkatan efektivitas kerja organ dalamtubuh. Selain itu juga

    dapat meningkatkan self control seseorang saat lelah (contohnya: saat

    menderita kelelahan, lansia tersebut menjadi tidak mudah marah).

    b. Metode Repetisi (Repetition Method)

    Metode repetisi atau metode ulangan adalah mengulangi latihan-latihan

    tertentu yang dilakukan dengan istirahat atau tanpa istirahat.

    Ciri khas metode ini:

    1. Latihan dengan konstan

    2. Waktu untuk istirahat yang optimal

    3. Bentuk latihan ulangan (Repetition Method) ini bermacam-macam

    Tujuan utama metode ini adalah untuk pertumbuhan, kekuatan, kecepatan,

    daya tahan, kelincahan dan juga dapat menahan keadaan badan yang telah

    diperoleh pada periode latihan yang telah dilakukannya.

    c. Metode Tidak Tetap (Variable Method)

    Sifat-sifat metode ini:

    1. Intensitas latihan yang bermacam-macam

    2. Di dalam melakukan latihan yang berbeda-beda

    3. intensitas latihan yang diturunkan, menghasilkan kondisi-kondisi

    pemulihan kembali sebagian (partial recovery).

    Metode ini dapat dipergunakan dalam rangka meningkatkan kekuatan daya

    tahan, serta latihan conditioning. Metode latihan ini biasanya di aplikasikan

    untuk melatih teknik dan taktik, karena terbukti bahwa dengan waktu istirahat

  • 15

    yang optimal, akan memungkinkan untuk dilaksanaan beban latihan yang

    kedua (high impact).

    d. Metode Interval (Interval Method)

    Metode interval adalah metode latihan yang mengutamakan adanya

    waktu latihan dan jeda waktu untuk istirahat. Oleh karena itu di dalam metode

    ini memerlukan pengawasan cermat terhadap lamanya waktu latihan dan

    waktu untuk istirahat. Waktu untuk istirahat tersebut diatur sedemikian rupa

    sehingga tidak terjadi pemulihan total.

    Apabila metode ini dipergunakan, maka beban latihannya tidak boleh

    terlalu maksimal, karena metode interval mempunyai sifat-sifat khas:

    1. Adanya penetapan yang jelas tentang beban latihan

    2. Adanya penentuan yang jelas tentang intensitas latihan

    3. Adanya waktu untuk istirahat yang beragam, karena harus ditetapkan

    secara tepat.

    4. Jumlah ulangan dalam latihan ditentukan menurut kapasitas tiap individu.

    Metode ini dipergunakan untuk meningkatkan kecepatan daya tahan (speed

    endurance), apabila metode ini dilakukan tidak tepat maka akan

    mengakibatkan terjadinya kelelahan psikis. Latihan ini jarang dilakukan untuk

    lansia, biasanya metode ini dilakukan untuk olahraga yang bertujuan prestasi.

    e. Metode Kompetisi (Competition Method)

    Melakukan latihan dengan menggunakan metode kompetisi ini sangat tepat

    jika digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengontrol reaksi psikis.

    Tetapi jika metode ini dilakukan pada lansia, memerlukan adanya

    suatu pengawasan yang cukup terhadap beban dan intensitas latihan, serta

    waktu istirahat diantara dua ulangan. Untuk itu dapat dilakukan dengan 2 cara,

    yatiu:

    1. Memperpendek waktu istirahat sambil mempertahankan beban latihan

    yang tetap.

    2. Mempertahankan waktu istirahat yang tetap, tetapi menambah dan

    meningkatkan beban latihan secara berkesinambungan.

    Manfaat Olahraga pada Manula

  • 16

    Semua penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa olahraga secara

    langsung atau tidak langsung akan dapat memperlambat proses menua. Dengan

    jantung yang kuat, volume oksigen maksimum (VO2Max) yang tinggi,

    terhindarnya penyakit diabetes, tekanan darah menjadi normal, berat tubuh

    normal, hal ini menunjukkan bahwa suatu tubuh yang sehat akan dapat

    memperlambat proses menua. Menurut Sumosardjuno (1986:156) manfaat

    olahraga pada manula, adalah sebagai berikut:

    1. Jika seseorang menjadi tua, maka tulang-tulangnya akan mengalami

    demineralisasi, dan menjadi lebih rapuh, mudah patah. Latihan olahraga

    seperti jalan kaki, joging akan memnghambat proses demineralisasi tadi,

    terutama pada kaki. Dengan melakukan olahraga, tulang-tulang akan menjadi

    lebih kuat, tidak mudah patah, dan dapat menambah kemampuan bergerak.

    2. Para manula yang mempunyai kebiasaan merokok atau mereka yang bekerja

    di lingkungan yang banyak polusinya, biasanya akan mengalami emphysema

    (kantung-kantung kecil pada paru-paru membesar). Jika orang-orang tersebut

    mempunyai kebiasaan melakukan olahraga, maka memiliki organ tubuh yang

    lebih baik daripada orang yang tidak pernah melakukan olahraga sama sekali.

    3. Jika kita menjadi tua, maka fungsi jantung dan pembuluh darah kita akan

    menurun, demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika kita

    melakukan olahraga yang teratur, maka sistem kardiovaskuler kita akan

    berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.

    4. Salah satu gejala yang jelas pada proses penuaan adalah bertambahnya berat

    badan (obesitas). Jika seorang telah berusia 40 60 tahun, maka berat

    badannya akan naik terus. Begitu juga lemak badannya akan selalu meningkat.

    Tetapi latihan olahraga yang teratur akan dapat mencega hal diatas.

    5. Dalam kenyataan, jika kita menjadi tua, kita cenderung makan lebih sedikit

    daripada yang kita gunakan sebagai energi untuk keperluan sehari-hari. Hal ini

    mengakibatkan berat badan menurun. Tetapi jika melakukan olahraga teratur,

    makan menjadi lebih banyak dan peredaran darah menjadi lebih baik karena

    sel-sel tubuh mendapat zat makanan yang diperlukan.

  • 17

    6. Selain sakit jantung, banyak orang yang lanjut usia terkena penyakit diabetes

    (kencing manis). Untungnya, penyakit diabetes yang timbul pada usia lanjut

    dapat sedikit dicegah dengan latihan olahraga teratur.

    7. Artritis umumnya terjadi pada usia lanjut, tertama di atas usia enam puluh

    tahun. Para penderita artritis (radang persendian) usia lanjut, akan mendapat

    banyak keuntungan dari olahraga yang teratur.

    8. Banyak orang yang takut menghadapi hari tuanya, sehingga mengalami stress,

    depresi dan perasaan cemas. Latihan olahraga yang teratur akan meningkatkan

    perasaan gembira (dikeluarkannya hormon endorphin) sehingga rasa cemas

    akan hilang. Latihan olahraga akan memperbaiki kualitas hidup, lebih baik

    melakukan olahraga yang teratur daripada makan obat penenang.

    Resiko Olahraga pada Manula

    Meski pada umumnya olahraga baik untuk kesehatan, tetapi mungkin ada

    beberapa bentuk olahraga yang tidak cocok dengan penyakit yang diderita orang

    tersebut. Mengenai olahraga yang dipilih, sebenarnya cukup banyak, seperti jalan

    kaki, naik sepeda, dan berenang. Kesemua olahraga ini baik untuk kesehatan

    jantung dan paru-paru, bahkan otot-otot juga akan terlatih secara teratur. Beberapa

    resiko olahraga pada manula, antara lain:

    Latihan yang memerlukan berdiri pada satu kaki atau gerakan-gerakan yang

    memerlukan keseimbangan tubuh dapat menyebabkan orang berusia lanjut

    jatuh.

    Gerakan yang juga kurang baik dilakukan orang berusia lanjut adalah

    memutar kepala dan meregangkan leher secara berlebihan. Boleh dilakukan

    asal pelan dan ditahan, bukan gerakan cepat dan menghentak.

    Bagi Anda yang ingin memilih senam, lakukan secara berkelompok dengan

    pembimbing yang berpengalaman. Dengan demikian, dapat dihindari

    gerakan-gerakan yang bisa mencederai tubuh.

    Latihan yang bersifat anaerobik atau gerakan-gerakan yang tiba-tiba tidak

    dianjurkan.

    Hal Khusus yang Perlu Diperhatikan

  • 18

    Pentingnya dilakukan pemeriksaan awal, misalnya dengan mengukur

    tingkat kekeroposan tulangnya untuk mengetahui dia menderita osteoporosis

    atau tidak. Olahraga untuk osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga

    untuk pencegahan penyakit yang lain. Jika salah memilih olahraga, bisa-bisa

    justru membuat tulangnya patah.

    Konsultasikan kepada dokter, latihan-latihan apakah yang boleh dilakukan.

    Jangan berlatih melebihi takaran/dosis latihan yang telah ditetapkan

    Strategi Sosialisasi dan Implementasi

    Secara umum diketahui bahwa latihan olahraga dapat membantu

    meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh. Untuk melaksanakan

    latihan olahraga ini perlu di jelaskan kepada masyarakat yang melakukan latihan

    tentang bagaimana, berapa dosisnya, macam latihan dan bentuk latihan yang

    seperti apa yang dapat memberikan efek sesuai harapan. Daya tahan tubuh akan

    meningkat apabila dilakukan latihan-latihan yang terarah dan sistematis sesuai

    dengan usianya.

    Jika dilihat dari segi kesehatan, ada lima aspek yang dapat dipromosikan

    dan menjadi motivasi masyarakat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan

    prestasi kerja atas dasar kondisi badan yang sehat, yaitu: (Harsuki, 2003:276)

    1. Aspek peningkatan kemampuan fisik

    2. Aspek pencegahan terhadap beberapa jenis penyakit

    3. Aspek pengobatan

    4. Aspek rehabilitasi

    5. Aspek pengetahuan gizi

    Seluruh aspek tersebut akan dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan sehari-

    hari.

    PENUTUP

    Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat

    menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim

    fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit

    dan kematian.

    Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu

  • 19

    masa atau tahapan dalam hidup manusia, seperti: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua,

    dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit,

    atau juga suatu kecacatan.

    Latihan olahraga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan

    daya tahan tubuh. Untuk melaksanakan latihan olahraga ini perlu di jelaskan

    kepada masyarakat yang melakukan latihan tentang bagaimana, berapa dosisnya,

    macam latihan dan bentuk latihan yang seperti apa yang dapat memberikan efek

    sesuai harapan. Daya tahan tubuh akan meningkat apabila dilakukan latihan-

    latihan yang terarah dan sistematis sesuai dengan usianya.

    Olahraga pada manula bertujuan untuk meningkatkan kualitas lansia,

    sehingga mereka bisa melewati hari-hari tuanya dengan bugar. Jika kebugaran

    sudah tercapai maka para lansia akan mampu memperlambat proses penuaan dini,

    tetap sehat dan bisa mandiri.

    DAFTAR PUSTAKA :

    Aminudin, Setyawan S, 2003, Pengaruh Kontraksi Isometrik dan Isotonik

    Terhadap Kadar Asam Laktat, The Indonesian Journal of Physiology,

    htpp.Journal.Lib.Uanir.ac.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2009.

    Djoko P.I. (2000). Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman).

    Yogyakarta: Lukman Offset.

    Fox E.L., Bowers R.W. and Foss M.L. 1998. The Physiological Basis of Physical

    Education and Athletics (4th

    ed.). Philapelhia: Saunders College Pub, pp 19,

    22, 128.

    Frontera WR, Herring SA, Micheli LJ, Silver JK, 2007. Clinical Sports Medicine

    : Medical Management and Rehabilitation, First Publised. Sounders

    Elsevier, pp 12-15, 229, 230, 232.

    Furqon M, 1995. Teori Umum Latihan. Surakarta: Sebelas Maret University

    Press, hlm 15,16.

    Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:

    C.V. Tambak Kusuma, hlm 183, 179, 180.

    Lactic Acid/ Lactate Threshold. http://www.csmngt.com/lactic_acid.htm. (diakses

    3 Maret 2009).

  • 20

    Patellongi I, 2000. Fisiologi Olah Raga, Edisi Pertama. Makasar: Bagian Ilmu

    Faal, Universitas Hasanuddin, hlm 36, 93.

    Sports Coach, 2008. Energy Pathways. http://www.brianmac.co.uk/energy.gif,

    diaksses pada 8 Maret 2009.

    Sugiharto. 2003. Adaptasi Fisiologis Tubuh Terhadap Dosis Latihan Fisik.

    Makalah disajikan dalam pelatihan senam aerobic, Laboratorium Ilmu

    Keolahragaan, Universitas Negeri Malang, pp 1, 4, 7.

    http://tkdtutor.com/11Training/LacticAcid.htm. (2006). (diakses 1 Maret 2010).

    http://.www.wikipedia.com. (1 Maret 2010).