Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI
SIDOREJO LOR 02 KOTA
SALATIGA
ARTIKEL
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
oleh
Nuraini Wulandari
292012197
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
2
3
4
5
UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOREJO LOR 02 KOTA
SALATIGA
Nuraini Wuandari
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Kristen Satya Wacana
Abstrak
Rendahnya proses dan hasil belajar matematika dikarenakan pembelajaran matematika
hanya pemberian materi tanpa mengaitkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang
demikian berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa. Tujuan
dari penelitian ini yaitu meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD
Negeri Sidorejo Lor 02 melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching. Jenis
penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain penelitian model
Kemmis dan Mc Taggart yang yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
dan observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 3 kali pertemuan. Diketahui dari hasil penelitian telah terjadi peningkatan proses
pembelajaran melalui hasil observasi aktivitas guru pada prasiklus sebesar 34%, pada siklus I
mencapai 66,6%, dan pada siklus II mencapai 88,54%. Hasil observasi aktivitas siswa
prasiklus sebesar 32,5%, pada siklus I mencapai 63,88%, dan siklus II mencapai 88,88%.
Sedangkan hasil belajar siswa juga meningkat pada prasiklus persentase ketuntasan mencapai
31,82% atau 7 orang siswa tuntas. Pada siklus I persentase ketuntasan mencapai 81,82% atau
18 siswa tuntas. Pada siklus II persentase ketuntasan mencapai 100% atau 22 siswa tuntas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02
Salatiga.
Kata Kunci: Quantum Teaching, Proses Pembelajaran, Hasil Belajar, Matematika.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan sejak siswa berada di sekolah dasar,
bahkan mulai diperkenalkan pada siswa sejak taman kanak-kanak. Hal ini dimaksudkan agar
siswa tidak merasa asing dengan materi pelajaran matematika dan mampu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun masih banyak siswa yang menganggap pelajaran matematika
adalah pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami.
Salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika ialah karena sifatnya yang
abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran kebanyakan dari kita yang terbiasa
6
berfikir tentang objek yang konkret. Bahasa matematika adalah bahasa yang abstra, bahasa
yang dipenuhi dengan begitu banyak pelambang (Alisah dkk, 2007 : 3-4).
Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Sidorejo Lor bahwa proses pembelajaran
matematika masih belum sesuai dengan hakikat matematika dikarenakan proses pembelajaran
masih di diminasi oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru hanya sekedar memberikan
rumus matematika tanpa menjelaskan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan proses
pembelajaran yang demikian, berpengaruh pula pada hasil belajar matematika siswa kelas 3
SD Negeri Sidorejo Lor 02. Hal itu diperkuat dengan hasil belajar yang diperoleh siswa
dengan rata-rata hanya 58,4. Dari 22 siswa hanya 7 siswa yang tuntas dengan KKM ≥ 65. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih jauh dari apa yang diharapkan
karena 68,18% siswa mendapat nilai di bawah KKM.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran
matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran Quantum
Teaching dapat membantu menumbuhkan ketertarika terhadap pembelajaran matematika
karena model pembelajaran Quantum Teaching menerapkan kerangka rancangan belajar yang
dikenal sebagai TANDUR. Makna dari prinsip TANDUR menurut DePorter (2003 : 10)
adalah sebagai berikut: (1) Tumbuhkan. Artinya tumbuhkan minat dengan memuaskan
“Apakah Manfaat Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. (2) Alamai.
Artinya ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. (3)
Namai. Artinya sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”. (4)
Demonstrasikan. Artinya sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa
mereka tahu”. (5) Ulangi. Artinya tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. (6) Rayakan. Artinya pengakuan untuk
penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas 3 SD Negeri
Sidorejo Lor 02 Kota Salatiga”.
Tujuan Penelitian
1) Menerapan model Quantu Teaching untuk meningkatkan proses belajar matematika siswa
kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02.
7
2) Meningkatan proses belajar untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02.
Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memahami konsep matematika dan mampu menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari melalui model pembelajaran Quantum Teaching sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan acuan oleh guru dalam mengevaluasi pembelajaran yang sudah
berlangsung, dapat memberikan wawasan, keterampilan, dan pengalaman menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching.
c. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar, khususnya di SD Negeri Sidorejo Lor 02 kota Salatiga.
KAJIAN TEORI
Karakteristik Matematika
Matematika adalah sebuah bahasa. Artinya matematika merupakan sebuah cara
mengungkapkan atau menerangkan secara tertentu. Dalam hal ini, cara yang dipakai oleh
bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol (Alisah dkk, 2007 : 23).
Bahasa matematika adalah bahasa yang abstrak, bahasa yang dipenuhi dengan begitu banyak
pelmbang (Alisah dkk, 2007 : 3-4).
Menurut penelitian Frengky (dalam jurnal psikologi Model Pembelajaran Matematika
Sisiwa Kelas Satu Sekolah Dasar, 2008), matematika dipahami oleh pelajar sebagai pelajaran
untuk belajar berhitung dalam hal ini berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Pemaknaan ini mendukung pemahaman pelajar bahwa jika mereka dapat
melakukan perhitungan maka mereka telah berhasil dalam pelajaran matematika. Mereka
akan menjadi ahli hitung jika mereka berhasil dalam matematika.
Jadi pembelajaran matematika merupakan proses psikologis, yaitu kegiatan yang aktif
dalam upaya pemahaman dan penguasaan konsep matematika, dan mempuyai pola pikir,
bahasa, alat, dan seni yang berfokus pada pemecahan masalah, memahami masalah, membuat
model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsir solusi.
8
Hasil Belajar
Hamalik (2011:155) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopa menjadi sopan, dan sebagainya.
Menurut Benjamin Bloom (dalam Sudjana, 2009 : 22-23) hasil belajara terbagi menjadi
tiga ranah: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah
Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto (2010 : 54) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) yaitu:
a. Faktor biologis meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah
satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.
b. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan
berpikir.
c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak
dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.
2) Faktor yang ada pada luar diri individu yang disebut dengan faktor ekstern.
a. Faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama dan
merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar.
b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
c. Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa . jika lingkungan siswa adalah lingkungan
terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
9
Proses Pembelajaran yang Ideal
Salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika ialah karena sifatnya yang
abstrak (Alisah dkk, 2007 : 3). Hal tersebut sangat kontras dengan pemikiran siswa SD yang
masih dalam taraf berfikir kongkret. Jadi perlu strategi yang tepat dalam penyampaian materi
matematika kepada siswa SD.
Proses pembelajaran matematika harus mencakup unsur-unsur belajar efektif dan
menyenangkan yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Karena keceriaan menjadi
modal utama bagi para siswa untuk mengoptimalkan belajar matematika mereka.
Selain itu, siswa juga harus mengalami penyelidikan langsung mengenai materi yang
diberikan selama proses pembelajaran. Dengan siswa mengalami langsung, maka daya ingat
siswa terhadap materi akan tersimpan dalam jangka panjang dan tidak mudah terlupakan.
Model Pembelajaran Quantum Teaching
De Porter (2003:4) menjelaskan bahwa Quantum Teaching merupakan penggubahan
belajar yang meriah dengan segala suasananya. Metode ini menawarkan suatu cara-cara baru
untuk memaksimalkan dampak usaha pengajar melalui perkembangan hubungan, pengubahan
belajar dan penyampaian kurikulum. Metode ini mencakup petunjuk spesifik untuk
menciptakan lingkungan belajar dengan efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan
memudahkan proses belajar.
Jadi Quantum Teaching adalah proses pembelajaran yang mencakup unsur-unsur belajar
efektif dan menyenangkan yang mempengaruhi tumbuhnya gairah dan minat belajar siswa
sehingga mampu menanamkan konsep yang diperoleh dari hasil penyelidikan yang dilakukan
atau yang dialaminya sendiri, serta meningkatkan pemahaman materi siswa yang menjadi
suatu hasil perubahan yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
Rancangan Model Quantum Teaching
Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR.
Dalam De Porter (2003 : 10) Makna dari TANDUR adalah:
a. Tumbuhkan : Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apa Manfaat Bagiku” (AMBAK),
dan manfaatkan kehidupan pelajar.
b. Alami : Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti pelajar.
c. Namai : Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuat masukan
d. Demonstrasikan : Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka
tahu.”
10
e. Ulangi : Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa
memang aku memang tahu ini.”
f. Rayakan : Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan
ilmu pengetahuan.
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus mampu memberikan suasana
belajar yang nyaman sehingga siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Menurut De
Porter (2003:8) ada dua seksi utama yaitu konteks dan isi. Dalam konteks terdapat empat
aspek yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas yaitu: suasana, landasan, lingkungan
dan rancangan. Seksi isi terdiri dari: penyajian, fasilitas, keterampilan belajar dan hidup.
Kerangka Pikir
Model pembelajaran Quantum Teaching dipilih karena dalam model pembelajaran
Quantum Teaching menerapkan kerangka rancangan yang disebut dengan istilah TANDUR
(tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi, rayakan).
a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat belajar siswa sehingga siswa mengikuti
pembelajaran dengan kemauannya sendiri tanpa dipaksa.
b. Alami: siswa diberikan pengalaman-pengalaman belajar secara alami sehingga daya serap
ingatnya akan bertahan dalam waktu jangka panjang.
c. Namai: memberi nama dengan kata kunci agar siswa mudah mengingat dan memahami.
d. Demonstrasi: siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka
ketahui, dengan begitu siswa akan merasa dihargai dan menimbulkan rasa semangat
untuk belajar.
e. Ulangi: mengulangi materi yang telah didapat oleh siswa dengan mengisi lembar soal
atau dengan merangkum materi yang sudah diterima oleh siswa.
f. Rayakan: siswa yang berprestasi akan mendapatkan penghargaan, dan pemberian
motivasi kepada siswa yang masih kurang mengerti.
Dengan rancangan pembelajaran yang demikian, maka akan meningkatkan proses
belajar siswa karena pembelajaran dikemas secara menarik dan memberikan pengelaman
langsung kepada siswa. Sehingga pelajaran matematika yang bersifat abstrak tersebut akan
mudah untuk dipahami.
Proses belajar yang efektif dan menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan akan memberi kesempatan yang besar
kepada siswa untuk memahami materi dengan cepat dan masuk dalam memori jangka panjang
siswa, sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
11
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dirumuskan dalam PTK ini adalah sebagai berikut:
1) Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan proses pembelajaran yang meliput aktivitas guru dan siswa pada siswa kelas
3 SD Negeri Sidorejo Lor 02 secara signifikan minimal 10% dengan langkah-langkah yaitu
menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, memberikan pengalaman-
pengalaman belajar secara langsung, menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi, atau sebuah masukan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kinerjanya, mengulangi kembali materi, merayakan suatu keberhasilan yang diraih siswa.
2) Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga secara signifikan mengalami
ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar matematika ≥ 65 dan mengalami
ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar matematika meningkat
minimal 5 nilai dari KKM ≥ 65 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar
secara klasikal seberas 100% yaitu 22 siswa mendapatkan nilai ≥ 65.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik / calon pendidik di dalam kelasnya sendiri
secara kolaboratif/partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut kualitas
proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik dari aspek akademik
maupun non akademik, melalui tindakan reflektif dalam bentuk siklus (daur ulang)
(Tampubolon, 2013:19).
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02. Jumlah siswa
kelas 3 yaitu 22 siswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 14 perempuan. Siswa di SD Negeri
Sidorejo Lor 02 adalah heterogen, terdiri dari berbagai kalangan dengan profesi orang tua
yang berbeda-beda. Kondisi orang tua siswa yang beragam ini mempengaruhi kondisi siswa
dalam belajar. Dengan kondisi yang demikian maka mempengaruhi pola pikir siswa dalam
proses pembelajaran dan hasil belajar.
12
Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching.
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah proses pembelajaran dan
hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02. Proses pembelajaran
ditekankan pada aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan hasil belajar
siswa merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan tes evaluasi. Aspek hasil belajar dalam penelitian ini ditekankan
pada aspek kognitif yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran.
Cara Pengumpulan dan Analisis Data
Cara pengumpulan data penelitian berupa:
a. Tes evaluasi dipergunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, yang dilaksanakan setiap akhir
pembelajaran pada siklus I maupun siklus II
b. Observasi dipergunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ketika peneliti melihat
situasi penelitian, observasi penelitian ini meliputi observasi aktivitas pengajar dan siswa
selama proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching berlangsung.
Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan PTK pada kelas 3 SD Negeri
Sidorejo Lor 02 yaitu data yang berupa angka (data kuantitatif) yang menunjukkan nilai hasil
evaluasi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II, skor observasi aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Quantum Teaching. Data hasil
observasi aktivitas guru dan siswa melalui model pembelajaran Quantum Teaching
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan data nilai hasil belajar
matematika siswa dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif (data
kualitatif) sehingga dapat dibandingkan nilai hasil belajar matematika setelah tindakan siklus I
dan siklus II.
Indikator Keberhasilan
1. Indikator Proses
Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui model pembelajaran Quantum
13
Teaching. Dalam penelitian ini aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran Quantu Teaching dapat dikatakan berhasil apabila mengalami
peningkatan secara signifikan minimal 10%.
2. Indikator Hasil
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar Matematika
dikatakan meningkat secara signifikan apabila mengalami ketuntasan belajar individual
dengan nilai hasil belajar Matematika > 65 dan mengalami ketuntasan belajar dengan nilai
rata-rata hasil belajar Matematika meningkat minimal 5 nilai dari KKM > 65 yaitu rata-rata
kelasnya 70 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 100% dari 22 siswa dalam
pembelajaran Matematika.
Rancangan Penelitian
a. Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan selama 6 x 35 menit atau 3 kali pertemuan terdiri dari 2
pertemuan tatap muka dan 1 pertemuan evaluasi. Tahapan dalam siklus I ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan dalam tahap ini adalah mempersiapkan dokumen yang diperlukan yaitu data
awal hasil tes sebelum dilakukan tindakan, menyusun RPP sesuai KD yang telah di tetapkan
yaitu KD 5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching, menyiapkan alat peraga, menyiapkan alat evaluasi berupa
tes keterampilan proses serta lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati keterampilan pengajar, aktivitas siswa, dan iklim belajar dalam proses
pembelajaran serta alat atau instrumen pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi
meliputi lembar pengamatan, dan dokumentasi berupa foto saat proses pembelajaran
berlangsung.
2. Tahap Implementasi Tindakan dan Observasi
Dalam siklus ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan model
Quantum Teaching yang sudah direncanakan. Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari tiga
tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pertemuan pertama terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan akhir atau
penutup. Kegiatan awal meliputi penyampaian apersepsi dan motivasi dengan tujuan
memusatkan perhatian siswa kepada kegiatan pembelajaran, membangun konsep siswa
tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti yang dilakukan guru dan siswa antara lain:
14
menghitung secara langsung luas persegi dengan menghitung jumlah petak yang ada di dalam
persegi, siswa bersama dengan guru melakukan pemberian nama terhadap cara menghitung
luas persegi yaitu dengan membuat rumus. Siswa dibentuk kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan minimal 5 siswa. Masing-masing kelompok diminta untuk
mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil kerja kelopok di depan kelas. Siswa
mendengarkan penguatan yang guru sampaikan tentang materi yang telah dipelajari, memberi
kesempatan siswa untuk bertanya, dan yang terakhir adalah kegiatan penutup. Kegiatan
penutup ini meliputi menyimpulkan pembelajaran secara bersama-sama dan perayaan
terhadap pekerjaan siswa yaitu dengan bernyanyi dan bertepuk tangan bersama-sama.
Pertemuan kedua terbagi ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir atau
penutup. Kegiatan awal meliputi memotivasi siswa agar siap belajar dan memusatkan
perhatian terhadap kegiatan pembelajaran, guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi
yang telah diajarkan sebelumnya. Setelah kegiatan awal selesai, kemudian masuk ke kegiatan
inti yaitu menghitung secara langsung luas persegi panjang dengan menghitung jumlah petak
yang ada di dalam persegi, siswa bersama dengan guru melakukan pemberian nama terhadap
cara menghitung luas persegi panjang yaitu dengan membuat rumus. Siswa dibentuk
kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan minimal 5 siswa. Masing-masing
kelompok diminta untuk mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil kerja kelopok di
depan kelas. Siswa mendengarkan penguatan yang guru sampaikan tentang materi yang telah
dipelajari, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan yang terakhir adalah kegiatan
penutup. Kegiatan penutup ini meliputi menyimpulkan pembelajaran secara bersama-sama
dan perayaan terhadap pekerjaan siswa yaitu dengan bernyanyi dan bertepuk tangan bersama-
sama.
Pertemuan ketiga terbagi ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup.
Kegiatan awal meliputi memotivasi siswa agar siap belajar dan memusatkan perhatian
terhadap kegiatan pembelajaran, guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
diajarkan sebelumnya. Setelah kegiatan awal selesai, kemudian masuk ke kegiatan inti yaitu
bertanya jawab tentang materi yang disampaikan sebelumnya dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada materi yang belum dipahami. Siswa diberikan
soal evaluasi dan diminta untuk mengerjakan secara individu. Yang terakhir adalah kegiatan
penutup yang meliputi pemberian motivasi dan mengucapkan salam penutup.
Selama proses pembelajaran, perlu dilakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan
pada saat guru sedang malakukan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya.
Jadi observasi dilakukan untuk menilai aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.
15
Untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka peneliti telah menyiapkan lembar observasi bagi
guru dan siswa, proses pengamatan tindakan penelitian didokumentasikan menggunakan foto.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai bukti nyata hasil penelitian pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum Teachig.
3. Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi. Pada tahap ini semua
data yang telah terkumpul dikaji dan dianalisis, data tersebut meliputi hasil tindakan yaitu
hasil observasi dan tes evaluasi yang telah dilakukan. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah
hasil pengamatan atau dokumentasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching, mengevaluasi proses dan hasil belajar pada siklus I untuk
mengetahui apakah pemberian tindakan pada siklus I sudah dapat meningkatkan hasi belajar
matematika siswa kelas 3 serta menganalisis kelemahan dan keberhasilan saat menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching dalam proses pembelajaran. Selain itu tindakan
refleksi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan tindakan
siklus I.
Hasil tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus II. Kelebihan dalam menerapkan model pembelajaran Quantum
Teaching akan tetap dipertahankan, sementara kekurangan yang telah ditemukan akan
diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II.
b. Siklus II
Pelaksanan siklus II sama dengan siklus I yaitu sebanyak 3 pertemuan yang terdiri dari 2
kali tatap muka dan 1 kali evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Yaitu yang
pertama menganalisa hasil temuan dalam refleksi pada siklus I, menyusun RPP dengan KD
5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang.
Menyiapkan alat peraga, menyiapkan alat evaluasi berupa tes keterampilan proses serta
lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan pengajar,
aktivitas siswa, dan iklim belajar dalam proses pembelajaran serta alat atau instrumen
pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi meliputi lembar pengamatan, dan
dokumentasi berupa foto saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Implementasi Tindakan dan Observasi
16
Dalam siklus ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan model
Quantum Teaching yang sudah direncanakan. Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari tiga
tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pertemuan pertama terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan akhir atau
penutup. Kegiatan awal meliputi penyampaian apersepsi dan motivasi dengan tujuan
memusatkan perhatian siswa kepada kegiatan pembelajaran, membangun konsep siswa
tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti yang dilakukan guru dan siswa antara lain:
siswa mengamati 2 bangun persegi dan persegi panjang, siswa bersama-sama
membandingkan besarnya luas ke dua bangun tersebut dengan memberi tanda lebih besar,
lebih kecil atau sama dengan, siswa mengamati berbagai bentuk bangun persegi dan persegi
panjang, siswa menghitung luas bangun tersebut dan mengurutkan bangun berdasarkan luas
yang terkecil ke terbesar begitu juga sebaliknya, siswa yang mampu mengurutkan bangun
dengan tepat maka akan mendapatkan hadiah, siswa yang belum bisa mengurutkan atau
membandingkan luas bangun mendapatkan penguatan dari guru. Siswa dibentuk menjadi
kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan minimal 5 siswa dan diminta untuk
mengerjakan LKS secara berkelompok, setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, yang terakhir adalah
kegiatan penutup. Kegiatan penutup meliputi perayaan terhadap pekerjaan siswa yaitu dengan
bernyanyi dan bertepuk tangan bersama-sama.
Pertemuan ke dua terbagi ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir
atau penutup. Kegiatan awal meliputi kegiatan guru memotivasi siswa agar siap belajar dan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan pembelajaran, guru bertanya jawab dengan siswa
tentang materi yang telah diajarkan sebelumnya, siswa diberikan soal pemecahan masalah dan
meminta siswa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cepat, siswa yang dapat
menyelesaikan masalah dengan cepat maka siswa tersebut akan mendapatkan hadiah. Siswa
dibentuk menjadi kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan diminta
untuk mengerjakan LKS secara berkelompok dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
di depan kelas. Yang terakhir adalah kegiatan penutup. Kegiatan penutup ini meliputi
menyimpulkan pembelajaran bersama-sama, pemberian tindak lanjut dan guru mengakhiri
kegiatan pembelajaran dengan salam penutup.
Pertemuan ketiga terbagi ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup.
Kegiatan awal meliputi memotivasi siswa agar siap belajar dan memusatkan perhatian
terhadap kegiatan pembelajaran, guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
17
diajarkan sebelumnya. Setelah kegiatan awal selesai, kemudian masuk ke kegiatan inti yaitu
bertanya jawab tentang materi yang disampaikan sebelumnya dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada materi yang belum dipahami. Siswa diberikan
soal evaluasi dan diminta untuk mengerjakan secara individu. Yang terakhir adalah kegiatan
penutup yang meliputi pemberian motivasi dan mengucapkan salam penutup.
Selama proses pembelajaran, perlu dilakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan
pada saat guru sedang malakukan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya.
Jadi observasi dilakukan untuk menilai aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.
Untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka peneliti telah menyiapkan lembar observasi bagi
guru dan siswa, proses pengamatan tindakan penelitian didokumentasikan menggunakan foto.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai bukti nyata hasil penelitian pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum Teachig.
3. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan seperti halnya pada siklus I, yaitu mengkaji dan
menganalisis hasil tindakan yaitu hasil observasi dan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu dianalisis adalah hasil pengamatan atau dokumentasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, mengevaluasi proses
dan hasil belajar pada siklus I untuk mengetahui apakah pemberian tindakan pada siklus II
sudah mengalami perbaikan, serta menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat
menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Hasil refleksi ini berguna untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil
refleksi pada siklus II ini diharapkan mendapatkan hasil yang terbaik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses Pembelajaran
Perbandingan antara prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dari tabel tentang
perbandingan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II
yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.17
Perbandingan Hasil Observasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II
∑ % 𝑥 % 𝑥 %
Aktivitas Guru 18 34 32 66,6 42,5 88,54
Aktivitas Siswa 13 32,5 23 63,88 32 88,88
18
Untuk menjelaskan perbandingan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.20 sebagai berikut.
Diagram 4.20 Peningkatan Hasil Observasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Hasil Belajar
hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02 pada prasiklus, siklus
I, dan siklus II dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan ketentuan belajar
matematika yang diperoleh siswa yang ditunjukkan pada 4.18 yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.18
Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Prasiklus, Siklus I, Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
∑ % ∑ % ∑ %
1. Tuntas ≥ 65 7 31,82 18 81,82 22 100
2. Belum Tuntas < 65 15 68,18 4 18,18 0 0
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Nilai rata-rata 58,4 77,72 83,4
Perbandingan ketuntasan belajar prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram 4.21 sebagai berikut.
prasiklus siklus I siklus II
aktivitas guru 18 32 42,5
aktivitas siswa 13 23 32
34%
66,6%
88,54%
32,4%
63,88%
88,88%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50J
um
lah
Sis
wa
19
Diagram 4.21 Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II
Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar matematika dapat dilihat pada
diagram 4.22 sebagai berikut.
Diagram 4.22 Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Prasiklus, Siklus I,
Siklus II
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 3 SD Negeri
Sidorejo Lor 02 dan hasil analisis data, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian
dilaksanakan, pembelajaran yang diterapkan masih didominasi oleh guru dan materi diberikan
tanpa menjelaskan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan media dalam
pembelajaran juga masih sangat kurang sehingga siswa merasa bosan dan jenuh yang
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tuntas 7 18 22
Belum Tuntas 15 4 0
31,82%
81,82%
100%
68,18%
18,18%
0%0
5
10
15
20
25
Ju
mla
h S
isw
a
Prasiklus Siklus I Siklus II
rata-rata 58,4 77,72 83,4
31,82%
81,82%100%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Jum
lah
Sis
wa
20
menyebabkan siswa kelas 3 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar,
kurangnya aktivitas untuk membantu mereka membangun sebuah konsep materi, semua
kegiatan pembelajaran masih didomonasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang bermain sendiri dan
bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses
pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan kondisi demikian dapat diketahui bahwa pada
penilaian prasiklus mengenai aktivitas guru diperoleh skor 18 dengan persentase 34%.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
matematika siswa kelas 3 SD Negeri sidorejo Lor 02. Diketahui bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM hanya 7 siswa atau 31,82% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang
belum mencapai KKM ada 15 siswa atau 68,18% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan
kondisi yang yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo
Lor 02 dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran Quantum
Teaching.
Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching hasil belajar matematika yang diperoleh siswa semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya proses pembelajaran meliputi aktivitas guru dan
siswa. Pada kondisi ini, siswa menjadi semakin aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain
itu, hasil belajar mata pelajaran matematika yang diperoleh mencapai rata-rata KKM yang
telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari
masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.
Hasil analisi terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa meningkat karena proses
pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I
pertemuan pertama kegiatan mengajar guru mendapatkan skor 30 dengan persentase 62,5%
mencapai kriteria cukup, pertemuan kedua mendapatkan skor 34 dengan persentase 70,8%
mencapai kriteria baik. Sedangkan pada aktivitas siswa pertemuan pertama mendapatkan skor
21 dengan persentase 58,3% mencapai kriteria cukup, pertemuan kedua mendapatkan skor 25
dengan persentase 69,4% dmencapai kriteria baik. Pada pelaksanaan siklus II, aktivitas guru
dan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Terbukti dengan perolehan skor aktivitas
guru pada pertemuan pertama yaitu 39 dengan persentase 81,25% dan pertemuan kedua yaitu
46 dengan persentase 95,83%.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas guru dan siswa maka hasil belajar juga
mengalami peningkatan. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa semakin meningkat
21
dan mencapai rata-rata KKM yang telh ditentukan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil nilai
tes evaluasi masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.
Peningkatan hasil belajar matematika siswa terbukti dari peningkatan nilai rata-rata
siswa pada siklus I mencapai 77,72 mengalami peningkatan dari prasiklus yang hanya
mencapai 58,4. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa
tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil
belajar matematika, tetapi hasil yang diperoleh masih berada di bawah indikator keberhasilan
yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 100% siswa tuntas, maka dari itu masih
diperlukannya upaya perbaikan pada siklus II. Hasil analisis menunjukan peningkatan baik
proses pembelajaran maupun hasil belajar matematika siswa.
Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh siswa adalah 83,4
dengan pencapaian ketuntasan belajar matematika siswa mencapai 100%. Kondisi yang
demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi
indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.
Untuk memperjelas peningkatan rata hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada
siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.23 sebagai berikut.
Diagram 4.23 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematia Siklus I dan II
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan
siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses maupun hasil tindakan
pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa
lebih antusias dan aktif saat proses pembelajara berlangsung, siswa juga lebih percaya diri
82%
100%
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
Siklus I Siklus II
22
dalam mengemukakan pendapat, dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching
pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih bermakna bagi siswa, proses pembelajaran
tidak hanya berpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching memberikan banyak hal
yang positif bagi siswa salah satunya dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil
belajar matematika.
Dari hasl penelitian tersebut terbukti bahwa peneapan model pembelajaran Quantum
Teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 02
kota Salatiga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching pada proses pembelajaran matematika, proses dan hasil belajar matematika yang
diperoleh siswa kelas 3 semester II SD Negeri Sidorejo Lor 02 tahun pelajaran 2015/2016
dapat ditingkatkan. Langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching yaitu
menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, memberikan pengalaman-
pengalaman belajar secara langsung, menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi,
atau sebuah masukan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kinerjanya,
mengulangi kembali materi, dan merayakan suatu keberhasilan yang diraih siswa mampu
membuat rasa keingintahuan siswa bertambah dan siswa tidak hanya menghafal rumus saja
namun siswa memiliki konsep tentang materi yang diberikan dan mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari, proses pembelajaran yang berpusat pada siswa mampu memberi
dampak pada peningkatan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan proses pembelajaran meliputi hasil observasi guru dan siswa serta hasil
belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Persentase hasil observasi
guru mengalami peningkatan dari kondisi prasiklus sebesar 32,6% menjadi 66,6% pada siklus
I dan mencapai 88,54% pada siklus II. Sedangkan persentase aktivitas siswa meningkat dari
kondisi prasiklus sebesar 32,5% menjadi 63,88% pada siklus I dan mencapai 88,88 pada
siklus II.
Seiring dengan proses pembelajaran yang meningkat tersebut maka berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa yang juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dibuktikan dari perolehan nilai rata-rata siswa pada prasiklus adalah 58,4 dengan persentase
ketuntasan siswa sebesar 31,82% atau hanya 7 siswa tuntas dan 15 siswa tidak tuntas. Setelah
23
pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching,
nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 77,72 dengan persentase ketuntasan
siswa sebesar 82% atau 18 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas. Setelah pelaksanaan
tindakan pada siklus II nilai rata-rata matematika meningkat menjadi 83,4 dengan persentase
ketuntasan 100% atau 22 siswa tuntas. Dengan demikian proses pembelajaran meliputi
aktivitas guru dan aktivitas siswa telah mencapai indikator yang diharapkan yaitu mengalami
peningkatan sesuai dengan indikator ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu
100% sehingga penerapan model pembelajaran Quantum Teaching terbukti dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 3 SD
Negeri Sidorejo Lor 02 tahun pelajaran 2015/2016.
Saran
1. Bagi Siswa
Hendaknya siswa lebih berkonsentrasi dan aktif dalam mengikuti proses pembelajarn
agar dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Bagi Guru
Hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna
dan menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memantau proses pembelajaran agar
diketahui seberapa efektif model pembelajaran terhadap hasil belajar. Penerapan model
pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan belajar mengajar dapat dijadikan referensi
untuk memperbaiki mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga meningkatkan
kepercayaan diri masyarakat kepada sekolah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan pokok bahasan lainnya yang
menggunakan model Quantum Teaching pada pembelajaran matematika. Hasil penelitian
ini digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian dengan topik sejenis.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alisah, Evawati dkk. 2007. Filsafat Dunia Matematika. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
DePorter, B. Reardon, M. dan Nourie, S.S. 2003. Quantum Teaching: Menerapkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas (penerjemah:Ary Nilandari). Bandung: Kaifa
Frengky. 2008. Model Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar. Jurnal
Psikologi, Volume 35, No.2, 151 – 163. ISSN:0215-8884. Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada. Diakses pada tanggal 12 Februari 2016
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2009. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaj Rosdakarya
Tampubolon, Saur. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga