Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA PAGUYUBAN TRI TUNGGAL DALAM
MENUMBUHKEMBANGKAN SENI TARI KUDA LUMPING
(Studi Di Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatan)
(Skripsi)
Oleh:
Anisa Pramadinna
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE EFFORT OF PAGUYUBAN TRI TUNGGAL TO DEVELOP THE
KUDA LUMPING’S ART OF DANCE (Study in Fajar Baru Village,
District Jati Agung, South Lampung)
By
Anisa Pramadinna
Kuda Lumping is one of the folk art which has characteristic of past legacy and
the art show that include many of music player, dancer and a set of musical
instruments. This research aims to determine the effort of paguyuban tri tunggal to
develop the kuda lumping’s art of dance. This research using qualitative approach
and explained by descriptive using observation method, interview, and
documentation. This research using structural functional theory by Talcott
Parsons. The results of this research are the begining process of the show start
with preparing the completeness that used, and also doing special ritual for
prevent the rain and ask a permission to “the guard” of location which the show
has held, after that show begins with dance until trance happened. The effort to
develop the kuda lumping’s art of dance are (1) innovation in kuda lumping’s
game, (2) make a cooperation between kuda lumping’s art of dance’s group, (3)
social media as one of the way to develop kuda lumping’s art od dance, (4)
motivation for the next generations, (5) taking the interest of people to join.
Key Words : Kuda Lumping, Effort, Improving
ABSTRAK
UPAYA PAGUYUBAN TRI TUNGGAL DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN
SENI TARI KUDA LUMPING
(Studi di Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan)
Oleh
Anisa Pramadinna
Kuda Lumping merupakan kesenian rakyat yang bersifat warisan masa lalu serta suatu seni
pertunjukan yang terdiri atas beberapa pemain musik, penari dan seperangkat alat musik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya dalam menumbuhkembangkan kesenian
tradisional kuda lumping agar tetap dapat berkembang di zaman yang sudah modern ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dijelaskan secara deskriptif
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
teori struktural fungsional milik Talcott Parsons.
Hasil penelitian ini adalah proses awal pertunjukan diawali dengan mempersiapkan
kelengkapan peralatan yang akan digunakan serta melakukan ritual khusus untuk menangkal
hujan dan meminta izin kepada “penunggu” lokasi yang diadakannya pertunjukan, setelah itu
pertunjukan dimulai dengan menampilkan tarian sampai pada tahap kesurupan. Upaya yang
dilakukan dalam menumbuhkembangkan seni tari kuda lumping ini adalah (1) inovasi dalam
permainan kuda lumping, (2) menjalin kerjasama antar grup kesenian kuda lumping, (3)
sosial media sebagai salah satu cara dalam menumbuhkembangkan kesenian kuda lumping,
(4) motivasi bagi generasi penerus, (5) menarik minat orang-orang untuk bergabung.
Kata kunci : Kuda Lumping, Upaya, Menumbuhkembangkan
UPAYA PAGUYUBAN TRI TUNGGAL DALAM
MENUMBUHKEMBANGKAN SENI TARI KUDA LUMPING (Studi Di Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatan)
Oleh Anisa Pramadinna
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal
21 Januari 1996. Merupakan anak ke 2 dari 5
bersaudara, dari pasangan yang berbahagia Bapak
Supriyanto dan Ibu Eryanti. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh oleh peneliti antara lain:
1. Taman Kanak- kanak (TK) Darmawanita UNILA, diselesaikan pada
tahun 2001
2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Labuhan Dalam Bandar Lampung, yang di
selesaikan pada tahun 2008.
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Bandar Lampung,
yang diselesaikan pada tahun 2011.
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) YADIKA Bandar Lampung, yang
diselesaikan pada tahun 2014.
Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikannya dan diterima di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui
jalur SNMPTN (seleksi Nasional masuk perguruan tinggi negeri) dan melalui skripsi
ini peneliti akan segera menamatkan pendidikan pada jenjang S1.
MOTTO
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”
(Q.S. Ar-Rahman:13)
“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi
Allah Ta’ala selain do’a.”
(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
“Hargai selagi masih ada.”
(Anisa Pramadinna)
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap Syukur kepada Allah SWT dan dengan segala
ketulusan serta kerendahan hati,
Ku persembahkan karya kecilku ini sebagai ungkapan kasih dan
terimakasihku kepada,
Allah SWT
Yang tidak ada hentinya memberikan kemudahan serta kebaikan
kepadaku, semoga ilmu ini menjadi ilmu yang bermanfaat yang bisa
menghantarkanku ke syurga-Mu kelak, amin.
Ayah Supriyanto & Ibu Eryanti
Yang tercinta dan tersayang, yang tak pernah ada hentinya memberikan
doa, nasihat, dukungan dan kasih sayangnya demi kebahagiaan,
kebaikaan dan keberhasilanku.
Keluarga
Mbak Dewi, adikku Rahmat, adikku Zahra, dan adikku Ali
Terimakasih untuk semua canda tawa, kekompakkan, semangat, kasih
sayang serta pelajaran - pelajaran berharga yang selalu diberikan
kepadaku.
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Ikram, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum selaku pembimbing utama yang telah
memberikan ide penelitian pengarahan, motivasi dan nasehat dalam
melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku pembahas atas motivasi, saran dan kritik
yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hartoyo, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan pengarah, nasehat dan motivasi selama melaksanakan
perkuliahan.
6. Segenap dosen- dosen jurusan Sosiologi yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas ilmu yang bermanfaat yang telah kalian berikan
dengan sabarnya kepada penulis hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
7. Teruntuk kedua orangtuaku yang telah membimbing, memberikan semangat
dan motivasi, memberikan nasehat, kasih sayang serta Doa yang tulus untuk
segala urusanku. Jasa-jasa kalian tidak akan pernah terbalaskan.
8. Teruntuk saudara-saudaraku tercinta mbak Dewi terimkasih atas segala
motivasi yang selama ini diberikan, adik-adikku tersayang Rahmat, Zahra dan
Ali yang selalu memberikan kecerian, serta bude kesayanganku.
9. Teruntuk kedua orang yang paling spesial teteh ku Lessy Apri Kartika Putri
dan sahabat sejati ku Suci Mega Lestari terimakasih atas semangat, doa,
dukungan, bantuan serta mau menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah
dalam mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini.
10. Teruntuk Andina Prasetya, terimakasih banyak ya udah jadi temen setia dari
maba sampe sekarang mau wisuda bareng, temen disegala kondisi mulai dari
jalan bareng panas-panasan, ngegabut dikosan, temen yang paling bisa
diandelin deh maacih ya buat semua kenangan manisnya, pokoknya maacih
juga udah selalu mau mendengarkan curhatan-curhatan tak berfaedahku.
11. Teruntuk Mae, terimakasih sudah selalu memberikan kecerian serta gossip-
gosip tak berfaedah dikala kita ngumpul nunggu jam kosong, terimakasih atas
motivasi yang selalu diberikan walaupun jarak kita sekarang sudah berjauhan
tapi kamu selalu memberikan semngat untukku.
12. Teruntuk Melvita Syafira dan Fajar Tyas terimakasih udah jadi temen
berjuang dalam proses bimbingan, memberikan dukungan serta semangatnya
selama proses pembuatan skripsi.
13. Teruntuk sahabat-sahabatku dari jaman pake putih merah, putih biru, putih
abu-abu hingga saat ini Maya Kurnia Wati, Tria Anggraini Astika dan Nadia
Nurjannah terimakasih atas semangat yang kalian berikan untuk dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman- teman seperjuangan Sosiologi Unila 2014, Ayu, Rani, Dian, Deska,
dan semua teman- teman yang gak bisa disebut satu- satu makasih banyak
buat kekompakannya sampe kita bisa bareng- bareng nyusun skripsi ini,
semoga kita semua bisa jadi orang- orang yang berguna dan sukses dunia
akhirat amin.
15. Teman-teman KKN di Desa Haji Pemanggilan Kecamatan Anak Tuha
Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari Risky, Untari, mbak Rini, Hafid,
kak Ghali, Made, Panji, Ahyar, Tia, Tania, kak Jemmy, kak Rahmat dan
Topik makasih untuk kekompakannya yang tetap terjaga hingga saat ini,
untuk segala pelajaran yang telah diberikan sampe skripsi ini bisa
diselesaikan.
16. Terima kasih juga kepada para informan dari grup kesenian kuda lumping
Paguyuban Tri Tunggal Desa Fajar Baru yang telah meluangkan waktu dan
ketersediaannya untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan.
17. Almamater tercinta Universitas Lampung
18. Dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan penyusunan skripsi
ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Demikianlah sanwacana ini ditulis, dengan penuh kerendahan hati penulis
memohon maaf atas kekurang sempurnaan skripsi ini. Namun demikian, penulis
berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu Sosiologi dan khalayak pada umumnya.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis,
Anisa Pramadinna
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL....................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kebudayaan ................................................................................... 9
B. Tinjauan Tentang Seni Tari ......................................................................................... 13
C. Tinjauan Tentang Kuda Lumping .............................................................................. 15
D. Tinjauan Teori ................................................................................................................. 19 E. Kerangka Pikir ................................................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ................................................................................................................. 23 B. Lokasi Penelitian ............................................................................................................. 24
C. Fokus penelitian .............................................................................................................. 25
D. Informan Penelitian ........................................................................................................ 25
E. Jenis Data .......................................................................................................................... 26
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 26 G. Teknik Analisis Data ..................................................................................................... 27
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. sejarah Desa Fajar Baru ................................................................................................ 29
B. Potensi Desa Fajar Baru ................................................................................................ 31
1. Luas Wilayah Desa Fajar Baru ............................................................................ 31
2. Batas Wilayah Desa Fajar Baru ........................................................................... 31
C. Orbitasi Desa Fajar Baru .............................................................................................. 32
D. Jumlah Penduduk Desa Fajar Baru ........................................................................... 32
E. Keadaan Sosial Desa Fajar Baru ................................................................................ 33
F. Keadaan Ekonomi Desa Fajar Baru .......................................................................... 35
G. Peta Wilayah Desa Fajar Baru .................................................................................... 36
H. Gambaran Umum Kuda Lumping “Paguyuban Tri Tunggal” .......................... 37
1. Sejarah Kuda Lumping Paguyuban Tri Tunggal ............................................ 37 2. Struktur Organisasi Paguyuban Tri Tunggal ................................................... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Informan ................................................................................................................ 39
B. Peran Informan ................................................................................................................ 41
C. Hasil Observasi................................................................................................................ 43
D. Matriks Wawancara ....................................................................................................... 47
E. Pembahasan ...................................................................................................................... 48
F. Penelitian Terdahulu ...................................................................................................... 63
G. Kesesuaian Dengan Teori ............................................................................................ 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 73 B. Saran ................................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ................................................................... 33
2. Jumlah Pendidikan Di Desa Fajar Baru .......................................................................... 33
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ........................................................................... 34
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian....................................................... 35
5. Identitas Informan .................................................................................................................. 41
6. Matriks Wawancara .............................................................................................................. 47
7. Penelitian Terdahulu ............................................................................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................................................... 22
2. Peta Wilayah Desa Fajar Baru .................................................................................... 36
3. Bagan Struktur Organisasi ........................................................................................... 38
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa,
ras dan agama yang menjadikan negara Indonesia sebagai negara
multikultural serta memiliki keragaman budaya tersendiri. Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin cultura,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah "daya dari budi" yang
berupa cipta, karsa, dan rasa itu Koentjaningrat (dalam Suarta, 2016:51).
Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup Djoko Widagdho (dalam Suarta, 2016:51).
Menurut Koentjaraningrat, (dalam Suarta, 2016:53), Kebudayaan memiliki
tujuh unsur, salah satunya adalah kesenian. Kayam (dalam Khutniah dan
Iryanti, 2012:12) juga menegaskan bahwa kesenian itu tidak dapat terlepas
2
dari masyarakat pendukungnya, sebagai salah satu bagian dari
kebudayaan, kesenian merupakan kreativitas manusia serta masyarakat
sebagai pendukungnya. Seni tari merupakan kesenian yang diungkapkan
lewat media gerak, yang indah, sesuai dengan irama musik dan merupakan
ekspresi jiwa manusia. Di setiap daerah di negara kita tercinta ini memiliki
warna dan ciri khas bentuk tarian masing-masing (Ratnaningrum,
2011:126).
Secara umum seni tari terbagi menjadi dua jenis yaitu tari tradisional dan
tari modern. Menurut Jazuli (dalam Ratnaningrum, 2011:126), bahwa tari
tradisional sendiri terbagi menjadi dua yaitu tari tradisional keraton yang
biasa disebut dengan tari klasik dan tari tradisional kerakyatan. Tari
tradisional keraton yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan
keraton dan hanya dimanfaatkan untuk acara-acara di keraton saja.
Sedangkan tari tradisional kerakyatan adalah tari yang hidup dan
berkembang di kalangan rakyat setempat. Tari dalam kehidupan manusia
memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah untuk kepentingan upacara,
untuk hiburan, sebagai seni pertunjukan dan media pendidikan.
Beberapa penegasan tersebut mendukung pernyataan bahwa tari Kuda
Lumping merupakan sebuah tari tradisional kerakyatan, karena tarian ini
hidup dan berkembang di kalangan rakyat setempat. Tari Kuda Lumping
memiliki fungsi seni pertunjukan dan hiburan. Murgiyanto (dalam
Khutniah dan Iryanti, 2011:13) menyatakan bahwa seni pertunjukan
3
meliputi berbagai macam tontonan, semua tontonan dapat disebut
pertunjukan. Untuk dikatakan sebagai sebuah pertunjukan, maka sebuah
tontonan harus memenuhi empat syarat pertunjukan yaitu: 1) harus ada
tontonan yang direncanakan untuk disuguhkan kepada penonton, 2)
pemain yang mementaskan pertunjukan, 3) adanya peran yang dimainkan,
4) dilakukan di atas pentas dan iringi musik.
Tari Kuda Lumping atau tari Jaran Kepang merupakan tarian yang
mengekspresikan gerakan-gerakan Jaran atau kuda, menggunakan properti
berupa kuda tiruan, terbuat dari anyaman bambu atau kepang (Irawan,
2016:24). Tari Kuda Lumping merupakan sebuah seni pertujukan tarian
yang di dalamnya terdapat unsur cerita, penari, properti tari, tata busana,
tata rias, ragam gerak tari, panggung, tata suara dan musik pendukung.
Pertunjukan Kuda Lumping yang berasal dari Jawa Tengah menampilkan
cerita pada setiap penampilannya. Cerita yang ditampilkan yaitu tentang
perjuangan pasukan Empu Tlompak melawan pasukan Nyi Semi untuk
mendapatkan sebuah pusaka berupa keris yang bernama Gondo Wangsit
(Irawan, 2016:26). Cerita tersebut merupakan cerita kerakyatan terjadinya
desa Tlompakan.
Secara umum pertunjukan kuda lumping akan menghadirkan trance atau
kesurupan. Kesurupan inilah yang menjadikan pertunjukan Kuda Lumping
memiliki keunikan. Proses kesurupan tersebut selalu dipicu oleh sajian
lagu Slompret-slompret. Lagu ini sering disajikan dalam berbagai
4
pertunjukan seni tradisi Jawa seperti karawitan, wayang kulit, ketoprak,
tari termasuk tari kerakyatan jaran kepang yang di dalamnya
menghadirkan properti kuda tiruan. Teks lagu Slompret-slompret
menggambarkan suara membahana instrumen perkusi seperti kempul, rijal,
kendang, bonang dan slompret alat musik tiup (Irawan, 2016:27). Sejak
lagu ini dimulai para penari telah tampak kehilangan kesadaran, yang
menandai bahwa mereka telah kesurupan.
Proses kesurupan bergerak semakin memuncak seiring dengan percepatan
tempo sajian lagu Slompret-slompret. Puncaknya kesurupan terjadi pada
bagian umpak lagu Slompret-slompret disajikan dalam tempo cepat. Pada
saat itu para penari berjatuhan dalam keadaan mata melotot, kejang-
kejang, bringas dan berperilaku aneh seperti makan kaca, kemenyan,
bunga, hingga tidak mempan senjata tajam.
Para penari yang kesurupan tersebut dirasuki oleh roh nenek moyang.
Roh-roh nenek moyang tersebut datang untuk memberi doa restu kepada
orang yang punya hajat. Melalui fisik penari yang di rasuki para penari
yang kesurupan menyampaikan pesan-pesan tertentu dari leluhur kepada
yang punya hajat agar mendapatkan keselamatan dalam proses hajatan dan
kehidupan selanjutnya dengan syarat-syarat tertentu. Proses kesurupan
biasanya berakhir setelah pesan leluhur tersampaikan. Penari yang dirasuki
biasanya memohon diri lalu berjabatangan dengan pawang dan orang yang
5
punya hajat, bersamaan dengan itu menandai leluhur yang merasuki penari
telah keluar dari tubuh (Irawan, 2016:24).
Lampung merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi yang cukup
besar dari pulau Jawa. Pada tahun 1905 pemerintah Belanda memindahkan
155 kepala keluarga dari Desa Bagelen ke desa baru yang didirikan dekat
Gedong Tataan sebelah Selatan dari Way Sekampung di Lampung Selatan.
Setelah ratusan kepala keluarga dari Bagelen diangkut ke Lampung,
gelombang pemindahan penduduk dari Pulau Jawa pun terus berlanjut.
Gelombang pertama tahun 1905 hingga 1911. Gelombang kedua tahun
1912 hingga tahun 1922. Gelombang ketiga terjadi ketika tahun 1932
hingga tahun 1942 (Hardjono, 1982).
Di kabupaten Lampung Selatan sendiri mayoritas masyarakat Jawa
transmigran berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Proses kedatangan mereka di Kabupaten Lampung Selatan ini khususnya
di Desa Fajar Baru sangatlah beragam ada yang memang datang karena
pemindahan dari Jawa ke Lampung, ada juga yang datang ke Desa Fajar
Baru karena mengikuti saudaranya yang pada saat itu bekerja dengan
Belanda. Lampung memiliki semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang
secara sosiologis Ruwa Jurai terdiri dari dua unsur golongan masyarakat
yaitu masyarakat Lampung asli dan masyarakat Lampung migran (PERDA
Provinsi Lampung No. 1 Tahun 1971).
6
Makna semboyan tersebut telah mengalami perubahan yang tercantum
dalam PERDA Provinsi Lampung No. 4 Tahun 2009 yaitu “Sang Bumi
Ruwa Jurai” diubah menjadi “Sai Bumi Ruwa Jurai” yang artinya Rumah
Tangga Agung Jurai Adat Pepadun dan Jurai Adat Sai Batin. Berdasarkan
makna semboyan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan
masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Lampung saat ini keberadaannya
sudah tidak termasuk dalam semboyan tersebut. Pada faktanya di
Lampung Selatan masih terdapat masyarakat Jawa.
Kondisi seperti ini berdampak khusus pada masyarakat Jawa di Desa Fajar
Baru. Hal ini dibuktikan dengan timbulnya kegiatan anggota masyarakat
Jawa yang orientasinya menumbuhkembangkan kebudayaan asli mereka.
Kegiatan ini juga dijadikan sarana untuk menunjukkan eksistensi
masyarakat Jawa di Lampung. Salah satu kegiatan tersebut adalah
berbentuk seni pertunjukan tari Kuda Lumping atau Jaran Kepang. Di
Desa Fajar Baru terdapat grup kesenian Kuda Lumping, yaitu grup
kesenian Paguyuban Tri Tunggal.
Paguyuban Tri Tunggal berdiri sejak tahun 1990 yang beranggotakan 20
orang. Pada awal mula nya grup kesenian Paguyuban Tri Tunggal adalah
pecahan dari beberapa desa yaitu Way Kandis, Jatimulyo dan Fajar Baru.
Terbentuknya grup kesenian kuda lumping ini didasari dari rasa
kekeluargaan sesama masyarakat Jawa dan untuk menjalin keakraban di
antara masyarakat Jawa serta untuk melestarikan salah satu kesenian
7
budaya mereka. Paguyuban Tri Tunggal ini sempat mengalami vakum atau
berhenti dikarenakan tidak adanya kepengurusan.
Keberadaaan kesenian Kuda Lumping di era modern ini sudah hampir
tersaingi, akibat kurangnya kepedulian generasi muda dalam
mengembangkan budaya lokal. Budaya lokal seperti Pertunjukan Kuda
Lumping sangat memerlukan kesadaran dan kepedulian masyarakat
khususnya masyarakat Jawa, sehingga warisan budaya ini agar tetap
terjaga kelestariannya. Hal ini yang dijadikan peneliti sebagai alasan
pentingnya dilakukan penelitian tentang Upaya Paguyuban Tri Tunggal
Dalam Menumbuhkembangkan Seni Tari Kuda Lumping (Studi Di Desa
Fajar Baru Kabupaten Lampung Selatan).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya paguyuban Tri Tunggal dalam menumbuhkembangkan
kesenian tari tradisional kuda lumping yang saat ini sudah hampir hilang
karena perkembangan zaman yang semakin modern?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya paguyuban Tri
Tunggal dalam menumbuhkembangkan kesenian tari tradisional kuda
lumping di Desa Fajar Baru Kabupaten Lampung Selatan.
8
D. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan untuk
pengembangan ilmu Sosiologi antara lain ilmu Sosial Budaya.
2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain
yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.
b) Manfaat Praktis
1) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat
terkait dengan tentang upaya dalam menumbuhkembangkan seni
tari kuda lumping.
2) Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai upaya dalam
menumbuhkembangkan seni tari kuda lumping di Desa Fajar Baru
Kabupaten Lampung Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
cultura, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah "daya dari budi"
yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu Koentjaningrat (dalam Suarta,
2016:51). Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup Djoko Widagdho (dalam Suarta, 2016:51).
Menurut J.J. Hoenigman (dalam S. Eviyanti 2010:49) terdapat tiga wujud
kebudayaan yaitu :
1. Gagasan, kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma peraturan dan sebagainya yang bersifat abstark tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
10
2. Aktivitas, wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu.wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Karya, wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat berupa benda atau
hal-hal yang dapat dilihat, diraba dan didokumentasikan.
Dari wujud kebudayaan tersebut dapat dilihat kesenian kuda lumping
termasuk kedalam bentuk kebudayaan. Hal ini karena kesenian kuda
lumping termasuk ke dalam tiga wujud kebudyaan yang terbentuk dari
sebuah gagasan atau ide dari pemikiran masyarakat yang kemudian
dilakukan dalam bentuk aktivitas dengan menampilkan pertunjukan
tarian-tarian sampai ke tahap kesurupan, serta termasuk dalam wujud
karya yang merupakan hasil dari aktivitas dan dapat dilihat oleh
masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (1985) terdapat unsur - unsur yang merupakan
isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini, adalah :
11
1. Sistem religi dan upacara keagamaan, unsur ini merupakan unsur
yang sangat penting bagi manusia, karena terkadang manusia
mempunyai masalah kehidupan yang sangat sulit untuk dihadapi.
Oleh karena itu unsur sistem religi berfungsi untuk mengatur
kehidupan antara manusia dengan sang pencipta.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan, dalam kehidupan masyarakat
biasanya diatur oleh suatu aturan atau adat istiadat tentang kesatuan
dalam suatu lingkup.
3. Sistem pengetahuan, berfungsi untuk memenuhi rasa ingin tahu
manusia terhadap suatu ilmu. Manusia dapat memenuhi kebutuhan
hidup melalui sistem pengetahuan. Dengan adanya rasa ingin tahu
maka manusia akan melakukan penelitian yang kompleks. Dengan
adanya pengetahuan maka manusia akan menjadi lebih maju dan
lebih berinovasi. Sistem pengetahuan di bagi menjadi lima,
pengetahuan tentang alam, tumbuhan, binatang, tubuh manusia, sifat
dan tingkah laku sesama manusia dan pengetahuan ruang dan waktu.
4. Bahasa, bahasa adalah suatu unsur kebudayaan yang digunakan untuk
berkomunikasi. Menurut ilmu antropologi bahasa adalah sistem
perlambangan manusia yang dilakukan secara lisan ataupun tulisan.
Bahasa yang ada pada dunia sangat beraneka ragam. Bahasa yang ada
di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan rumpun, subrumpun,
12
keluarga maupun subkeluarga. Penggunaan bahasa juga sangat
dipengaruhi oleh suatu letak geografis.
5. Kesenian, yaitu suatu peran Indonesia di era globalisasi dalam
ekspresi akan keindahan dalam karya seni biasanya tersirat pesan
yang ingin disampaikan. Kesenian dibagi menjadi dua yaitu seni rupa
dan seni suara. Unsur kesenian juga memiliki fungsi sosial, contohnya
dalam pemujaan dewa, biasanya diiringi dengan musik yang indah
disertai dengan tarian.
6. Sistem mata pencarian hidup, sistem ekonomi yang bersifat
tradisional diantaranya yaitu berburu dan meramu, berternak,
bercocok tanam di ladang menangkap ikan dan bercocok tanam
dengan sistem imigrasi.
7. Sistem teknologi dan peralatan, teknologi yang dibahas pada unsur
kebudayaan teknologi tradisional. Teknologi tradisional adalah alat
yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari akan tetapi tidak
dipengaruhi oleh adanya teknologi. Teknologi tradisional pada
masyarakat memiliki delapan macam sistem teknologi atau sistem
peralatan yaitu alat-alat produksi, wadah, senjata, makanan dan
minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung atau rumah dan
alat transportasi.
Jadi dapat disimpulkan kebudayaan merupakan hasil dari gagasan,
tindakan serta hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
13
Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebudayaan
seni tari kuda lumping. Seni tari kuda lumping yang ingin peneliti teliti
adalah seni tari kuda lumping Paguyuban Tri Tunggal.
B. Tinjauan Tentang Seni Tari
Seni tari merupakan kesenian yang diungkapkan lewat media gerak, yang
indah, sesuai dengan irama musik dan merupakan ekspresi jiwa manusia
(Ratnaningrum, 2011:126). Tari juga merupakan kegiatan kreatif dan
konstruktif yang dapat menimbulkan intensitas emosional dan makna
(Khutniah dan Iryanti, 2012:12). Dapat disimpulkan bahwa tari adalah
sebuah kesenian berupa gerakan sesuai irama musik yang dapat
menimbulkan intensitas emosional dan makna. Seni tari termasuk kedalam
unsur kebudayaan kesenian Indonesia .
Jenis tari dibagi menjadi dua, yaitu tari tradisional dan tari modern.
Menurut Jazuli (dalam Ratnaningrum, 2011:126), tari tradisional sendiri
terbagi menjadi dua yaitu tari tradisional keraton yang biasa disebut
dengan tari klasik dan tari tradisional kerakyatan. Tari tradisional keraton
yaitu tari yang hidup dan berkembang dikalangan keraton dan hanya
dimanfaatkan untuk acara-acara di keraton saja. Sedangkan tari tradisional
kerakyatan adalah tari yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat
setempat. Berdasarkan uraian tersebut, tari Kuda Lumping yang
merupakan tarian yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat setempat
termasuk dalam jenis tari tradisional kerakyatan.
14
Terdapat empat fungsi tari menurut Jazuli (dalam Ratih, 2001:68), di
antaranya adalah:
1. Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau
pemujaan terhadap kekuatan gaib yang banyak digunakan oleh
masyarakat yang memiliki kepercayaan animisme (roh-roh gaib),
dinamisme (benda-benda yang mempunyai kekuatan) dan totemisme
(binatang-binatang yang dapat mempengaruhi kehidupan) yang
disajikan dalam upacara sakral ini mempunyai maksud untuk
mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan. Fungsi tari sebagai
sarana upacara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu untuk upacara
keagamaan, upacara adat berkaitan dengan peristiwa alamiah dan
upacara adat berkaitan dengan peristiwa kehidupan manusia.
2. Tari sebagai hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau
merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititikberatkan
bukan pada keindahan geraknya, melainkan pada segi hiburan. Tari
hiburan pada umumnya merupakan tarian pergaulan atau social
dance. Pada tari hiburan ini mempunyai maksud untuk memberikan
kesempatan bagi penonton yang mempunyai kegemaran menari atau
menyalurkan hobi dan mengembangkan keterampilan atau tujuan-
tujuan yang kurang menekankan nilai seni (komersial).
3. Tari sebagai pertunjukan, yaitu tari yang bertujuan untuk memberikan
pengalaman estetis kepada penonton. Tari ini disajikan agar dapat
15
memperoleh tanggapan apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat
memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya, oleh karena itu,
tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih
serius dari pada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolong
sebagai seni pertunjukan/tontonan adalah tergolong performance,
karena pertunjukan tarinya lebih mengutamakan bobot nilai seni dari
pada tujuan lainnya.
4. Tari sebagai Media Pendidikan, yaitu tari yang bersifat untuk
mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan
pengalaman berkarya kreatif.
Seni tari yang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seni tari kuda
lumping yang termasuk kedalam seni tari tradisional kerakyatan. Seni
tari kuda lumping memiliki fungsi sebagai seni hiburan, tari yang
disajikan difokuskan bukan pada keindahan geraknya, melainkan pada
segi hiburan.
C. Tinjauan Tentang Kuda Lumping
Kuda Lumping adalah salah satu seni pertunjukan yang terdiri atas
beberapa pemain musik, penari dan seperangkat alat musik. Kuda lumping
atau jaran kepang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan
masa lalu itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian kuno, yaitu
sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan
kaki, mengandung unsur magis, intrance dan bersifat spontan. Seperti
16
halnya kesenian rakyat pada umumnya, kesenian jaran kepang
kedudukannya di masyarakat memiliki tiga fungsi, yaitu ritual, pameran
atau festival kerakyatan, dan tontonan atau bersifat entertainment, yaitu
kepuasan batin semata Minarto (dalam Dewi, 2016: 143).
Perlengkapan yang digunakan dalam pertunjukan kuda kepang terdiri atas:
alat-alat musik, sajen, kuda-kudaan, pecut (cambuk), pakaian khusus
penari, dan topeng. Alat-alat musik yang dipergunakan dalam pertunjukan
kuda kepang yaitu kendang, saron, demung dan gong. Kendang sebagai
pembawa irama, saron dan demung sebagai pembawa melodi. Gong
sebagai kolotomis yaitu membatasi waktu, seperti motif, frase dan akhir
melodi. Sajen merupakan sesaji atau pemberian untuk endang (makhluk
halus).
Dalam pertunjukan kuda kepang sajiannya terdiri atas bunga kantil,
minuman, makanan, kemenyan, minyak wangi, yang semuanya itu
disediakan untuk menghormati endang agar mau datang dan menerimanya
sebagai makanannya. Sajian tersebut dimakan oleh penari apabila telah
kesurupan dan mereka masing-masing memilih di antara sajen tersebut.
Kemenyan yang dibakar oleh gambuh (pawing) di dupa atau tempat
selama berlangsung pertunjukan berguna agar lapangan di sekitar
pertunjukan wangi, sehingga endang yang dipanggil mengenali tempat
tersebut dan dapat datang dengan mudah. Kemenyan tersebut merupakan
benda perantara atau membantu menghubungkan gambuh dengan endang.
17
Sedangkan minyak wangi berguna sebagai minuman dan untuk mengobati
atau menyadarkan penari serta memudahkan endang keluar dari tubuh
penari dan memudahkan memulangkan ke tempat asalnya. Kuda kepang
berunsurkan trance (kesurupan) yang merupakan suatu fenomena yang
lazim yang terdapat di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Malaysia
Mohammad Kipli Abdurrahman dan I made Bandem (dalam Dewi,
2016:144)
Menurut Rouget (dalam Dewi, 2016:144) bahwa sifat-sifat trance
(kesurupan) budayawi yang terlatih melalui proses budaya adalah sebagai
berikut:
(1) selalu berkaitan dengan gerakan fisik,
(2) selalu berkaitan dengan suasana yang rebut,
(3) terjadi di dalam keramaian,
(4) ada krisis,
(5) selalu ada yang merangsang pendengaran,
(6) berkaitan dengan hilang kesadaran,
(7) kejadiannya timbul dari kondisi sadar.
Bentuk pertunjukan kuda lumping terdiri atas tahap persiapan, tahap
babakan kosong dan tahap permainan. Tahap permainan terdiri dari :
(1) Awal kesurupan,
(2) Puncak kesurupan, dan
(3) Penyadaran dari kesurupan.
Menurut Karim (dalam Dewi, 2016:145,) trance atau kesurupan dalam
kuda lumping berfungsi sebagai pengontrol sosial. Untuk melepaskan
tekanan dalam kehidupan sehari-hari, karena apabila tidak dilepaskan bisa
menjadi “mengamuk”. Suasana kegembiraan seperti inilah yang selalu
diharapkan dari pertunjukan. Di dalam pertunjukan ini para penonton
18
dapat memberi saweran kepada anggota pemain yang berkeliling
mengumpulkan uang.
Kesenian kuda lumping merupakan salah satu bentuk budaya Indonesia.
Semula kesenian ini dikenal sebagai kesenian jathilan yang selanjutnya
dikenal dengan nama kuda kepang atau jaran kepang, tetapi kuda lumping
menjadi nama yang lebih populer dibandingkan dengan kedua nama
sebelumnya. Menurut Mahmud (dalam Hasyim, 2014:4) “kuda lumping
adalah tarian tradisional yang menggunakan properti berupa kuda tiruan.
Kuda lumping atau juga disebut dengan jaranan/ jaran kepang atau jatilan
merupakan tarian tradisional dari Jawa yang menampilkan sekelompok
prajurit sedang menunggang kuda”. Sehingga dapat simpulkan bahwa
kesenian tradisional kuda lumping adalah kesenian tradisional yang
dimainkan dengan properti kuda imitasi yang terbuat dari anyaman bambu.
Adapun nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam
kesenian tradisional kuda lumping menurut Febrianto (dalam Hasyim,
2014:5) yaitu “nilai religius, nilai sosial, nilai estetika dan nilai hiburan”.
Berdasarkan keempat nilai di atas dapat disimpulan bahwa kesenian
tradisional kuda lumping menyimpan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
yang merupakan potensi sumber daya manusia Indonesia, sekaligus
merupakan gambaran mengenai pedoman hidup yang diinginkan serta
untuk menunjukkan kualitas kesenian tradisional kuda lumping.
19
Alasan peneliti memilih meneliti seni tari kuda lumping karena menurut
peneliti sendiri kesenian tari kuda lumping ini sudah jarang diminati oleh
masyarakat khususnya anak-anak muda. Seharusnya anak-anak muda lebih
memperhatikan kesenian tari kuda lumping ini agar kesenian ini tetap ada
dan diminati oleh semua kalangan dan tidak tersaingi oleh kesenian
modern.
D. TinjauanTeori
Menurut R. Stryker dan Rocher (dalam Ritzer, 2014: 117) asumsi dasar
teori structural fungsional yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan
atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu
yang mampu mengatasi perbedaan sehingga masyarakat tersebut
dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam
suatu keseimbangan. Dengan demikian Fungsionalisme Struktural sebagai
teori kita akan memahami sebuah sudut pandang yang menafsirkan
masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling
berhubungan dan saling memiliki ketergantungan. Berdasarkan teori
Fungsionalisme Struktural milik Talcott Parsons suatu sistem dapat
bertahan di masyarakat harus memiliki empat fungsi. Suatu fungsi adalah
kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu
atau kebutuhan sistem R. Stryker dan Rocher (dalam Ritzer, 2014: 117).
Empat fungsi penting yang diperlukan sebuah sistem adalah sebagai
berikut :
20
1) Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya.
2) Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3) Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur
antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem
juga harus mengelola ketiga fungsi lainnya.
4) Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
E. Kerangka Pikir
Kuda Lumping merupakan salah satu seni pertunjukan yang terdiri atas
beberapa pemain musik, penari dan seperangkat alat musik. Kuda lumping
atau jaran kepang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan
masa lalu itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian kuno, yaitu
sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan
kaki, mengandung unsur magis, intrance, dan bersifat spontan. Kuda
lumping termasuk salah satu kesenian rakyat yang harus dilestarikan
dengan cara menumbuhkembangkan melalui perkumpulan orang-orang
yang tertarik dengan kesenian terutama seni tari kuda lumping.
21
Di zaman yang modern seperti sekarang ini banyak kesenian daerah
terutama di Indonesia yang saling tumpang tindih sehingga mengakibatkan
adanya persaingan antar kesenian. Keadaaan ini mengakibatkan adanya
persaingan antar kesenian yang akan diperlukan adanya upaya untuk lebih
menumbuhkembangkan kesenian terutama seni tari kuda lumping. Upaya
untuk menumbuhkembangkan seni tari kuda lumping ini sudah dilakukan
salah satunya oleh Paguyuban Seni Tari Kuda Lumping Tri Tunggal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya Paguyuban Tri
Tunggal dalam menumbuhkembangkan seni tari kuda lumping. Untuk
memenuhi tujuan tersebut sekiranya akan tepat apabila dikaitkan dengan
teori Fungsionalisme Struktural milik Talcott Parsons. Dengan mengetahui
teori Fungsionalisme Struktural sebagai teori maka kita akan memahami
sebuah sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah
struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
memiliki ketergantungan. Anggota di dalam Grup kesenian Paguyuban Tri
Tunggal dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang memiliki fungsi dan
saling berkaitan satu sama lain.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa upaya menumbuhkembangkan
seni tari kuda lumping ini melalui grup kesenian Paguyuban Tri Tunggal
dan menggunakan teori Struktural Fungsional milik Talcott Parsons
sehingga nantinya akan menghasilkan tumbuh kembang dari kesenian tari
kuda lumping.
22
Upaya
Menumbuhkembangkan
Seni Tari Kuda Lumping
Paguyuban Tri Tunggal Teori Struktural
Fungsional
Tumbuh Kembang Seni Tari Kuda Lumping
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu
sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan
maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak
berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah
diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. (Afrizal,
2014 : 13) Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif pada
penelitian ini karena permasalahan yang mendasar pada masyarakat,
peneliti ingin membahas secara mendalam pada permasalahan penelitian
ini. Data-data yang akan dikumpulkan di lapangan adalah data yang
berbentuk kata dan perilaku, data dapat berisikan catatan tentang keadaan
individu atas masyarakat yang berkaitan secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena
selama melakukan penelitian, peneliti akan menjelaskan dengan
menjabarkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan Paguyuban Tri
Tunggal dalam menumbuhkembangkan kesenian tari tradisional kuda
24
lumping. Menurut Yusuf (2014:339-340), penelitian kasus memerhatikan
semua aspek yang penting dari suatu kasus yang diteliti. Dengan
menggunakan tipe penelitian ini akan dapat diungkapkan gambaran yang
mendalam dan mendetail tentang suatu situasi atau objek. Kasus yang akan
diteliti dapat berupa satu orang, keluarga, satu peristiwa, kelompok lain
yang cukup terbatas, sehingga peneliti dapat menghayati, memahami, dan
mengerti bagaimana objek itu beroperasi atau berfungsi dalam latar alami
yang sebenarnya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan, yang merupakan lokasi Paguyuban Tri
Tunggal. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan kesenian tari kuda
lumping ini termasuk salah satu kesenian Jawa yang ada di Provinsi
Lampung yang memperbanyak koleksi budaya lainnya serta kesenian ini
termasuk kesenian tradisional yang tidak tetap yang seringkali mengalami
vakum atau berhenti ketika tidak adanya pertunjukkan. Peneliti memilih
Paguyuban Tri Tunggal sebagai objek penelitiannya karena Paguyuban Tri
Tunggal pernah mengalami vakum cukup lama dan mulai aktif lagi
sehingga peneliti tertarik untuk meneliti upaya Paguyuban Tri Tunggal
dalam menumbuhkembangkan kesenian tari Kuda Lumping yang ada di
Desa Fajar Baru.
25
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian berfungsi untuk membatasi ruang lingkup masalah yang
akan diteliti oleh peneliti agar tidak terlalu luas dari judul yang telah
peneliti tentukan. Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
upaya Paguyuban Tri Tunggal dalam menumbuhkembangkan seni tari
kuda lumping.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah anggota paguyuban Tri Tunggal yang dapat
memberikan informasi mengenai kesenian tari kuda lumping.
Pertimbangan peneliti memilih anggota wayang paguyuban Tri Tunggal
karena sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti, kriteria
tersebut meliputi :
1. Informan mengetahui tentang kesenian kuda lumping.
2. Informan terlibat langsung pada grup kesenian yang akan peneliti
teliti.
Peneliti menetapkan enam orang anggota Paguyuban Tri Tunggal yang
dianggap mampu untuk peneliti lakukan wawancara. Informan tersebut
cukup memberikan informasi mengenai upaya dalam
menumbuhkembangkan kebudayaan seni tari kuda lumping di desa Fajar
Baru. Adapun teknik pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara purposive sampling yaitu dengan penunjukkan langsung oleh
peneliti untuk dijadikan sebagai informan penelitian.
26
E. Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini meliputi :
1. Data Primer yaitu data yang didapatkan langsung dari lapangan yaitu
dengan melakukan wawancara kepada informan penelitian.
2. Data Sekunder yaitu
sumber yang terkait
literatur lainnya.
data tambahan yang diperoleh dari berbagai
dengan penelitian seperti buku, jurnal atau
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Observasi
Peneliti mendatangi lokasi penelitian kemudian terjun langsung untuk
mengetahui sesuatu yang sedang terjadi atau yang sedang dilakukan
merasa perlu untuk melihat sendiri, mendengarkan sendiri atau
merasakan sendiri.
2. Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab mendalam (interview) kepada
sejumlah narasumber yang menjadi anggota paguyuban seni tari kuda
lumping Tri Tunggal.
3. Dokumentasi
27
Peneliti melakukan pengumpulan data di lokasi penelitian yang
berhubungan dengan seni tari kuda lumping di desa Fajar Baru,
peneliti mengumpulkan bahan berupa foto atau bahan tertulis
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur wawancara dan catatan
yang diperoleh di lapangan serta bahan- bahan lain yang telah dihimpun
sehingga dapat merumuskan hasil dari apa yang telah ditemukan. Teknik
Analisis data dilakukan dengan menggunakan tekhnik analisis data
kualitatif, dengan melakukan analisis secara intensif terhadap data yang
telah diperoleh dilapangan berupa kata-kata. Menurut Moleong (2004),
analisis data adalah prosedur yang mengorganisasikan dalam suatu pola,
kategori, data satuan uraian dasar.
Menurut Milles (1992) Analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :
1. Reduksi Data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data, adalah menyajikan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan untuk penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang kompleks
ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan yang mudah dipahami.
28
3. Penarikan Kesimpulan, adalah tinjauan ulang terhadap catatan
lapangan yaitu menguji kebenaran dan makna yang muncul dalam
lokasi penelitian.
IV. GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Desa Fajar Baru
Pada mulanya Desa Fajar Baru merupakan bagian dari Desa Karang
Anyar, yang pada tahun 1959 disebut dengan susukan Fajar Baru.
Selanjutnya tahun 1960 memisahkan diri dari Desa Karang Anyar
dengan kades A. Sastro Rejo. Tahun 1965 setelah gestapu (gerakan
September 30) kembali menggabungkan diri dengan Desa Karang
Anyar yang waktu itu dipimpin Kades Hadi Sumarto. Pada tahun
tersebut diadakan pemekaran desa dan sebagai penjabat Kades Bapak
Aliesan dengan sebutan Desa Fajar Baru Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan dan pada tanggal 20 Oktober 1986
ditetapkan menjadi Desa Persiapan yang sebelumnya adalah Desa
Padukuhan Fajar Baru.
Desa Fajar Baru Kecamatan Tanjung Bintang memisahkan diri
menjadi Kecamatan Jati Agung Fajar Baru tahun 1967. Pada tanggal
12 Mei 2013 dan terpilih Sdr. Sucipto yang dilantik pada 24 Juni 2013
menjabat 6 tahun sd. 24 Juni 2019. Pada awal mulanya masyarakat
30
Desa Fajar Baru merupakan bagian dari Desa Karang Anyar yang
mayoritas masyarakatnya adalah beretnis Jawa, hal ini dikarenakan
pemindahan masyarakat Jawa ke Lampung. Masyarakat Desa Fajar
Baru dulunya mayoritas etnisnya adalah suku Lampung, kemudian
terjadi pemindahan penduduk dari Pulau Jawa ke Lampung yang
kemudian populasi masyarakat Jawa bertambah sehingga mendominasi
masyarakat pribumi. Sebelum bertambahnya populasi masyarakat Jawa
ke Desa Fajar Baru masyarakat Jawa yang sudah lebih dulu menetap di
Desa Fajar Baru mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan
masyarakat pribumi. Kesulitan yang di alami dalam beradaptasi yaitu
kentalnya perbedaan budaya antara masyarakat Jawa dengan
masyarakat Lampung seperti misalnya masyarakat Jawa yang dianggap
sebagai tamu yang tidak memiliki hak untuk mengambil lahan milik
pribumi.
Untuk mengatasi perbedaan di antara kedua etnis ini, masyarakat Jawa
menjalin keakraban dengan masyarakat pribumi dengan cara
masyarakat Jawa dan masyarakat pribumi saling memahami perbedaan
kebudayaan di antara keduanya serta menjalin kerjasama. Contohnya
lahan yang dimiliki oleh etnis Lampung dikelola oleh etnis Jawa dan
hasil dari panen lahan tersebut dibagi rata oleh kedua etnis tersebut.
Pada tahun 1952 etnis Jawa sudah mulai meramaikan Desa Fajar Baru.
Etnis Jawa tersebut membeli lahan dari masyarakat pribumi dan
menetap di Desa Fajar Baru. Proses kedatangannya pun
31
sangat beragam, ada yang datang memang karena pemindahan yang
dilakukan pemerintah, ada juga yang datang ke Lampung ikut saudara
untuk mencari kerja.
B. Potensi Desa Fajar Baru
1. Luas Wilayah Desa Fajar Baru
Luas wilayah Desa Fajar Baru yaitu 756,6 Ha. Tata guna tanah
yang dipergunakan adalah sebagai :
Pemukiman : 307,173 ha
Pertanian Sawah tadah hujan : 375 ha
Ladang/tegalan : 57,3 ha
Perkantoran : 0.11 ha
Sekolah : 0.5426 ha
Jalan : 16.274 ha
Lapangan olahraga : 0.2 ha
2. Batas Wilayah Desa Fajar Baru
Adapun batas-batas wilayah Desa Fajar Baru adalah sebagai
berikut :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karang Anyar dan
Karang Sari Kecamatan Jati Agung.
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Labuhan
Dalam Kec. Tanjung Senang Bandar Lampung.
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sidosari Kecamatan
Natar dan Kelurahan Rajabasa Jaya B. Lampung.
32
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jati Mulyo Kec. Jati
Agung dan Kel. Tanjung Senang dan Kelurahan Way
Kandis Kec. Tanjung Senang Bandar Lampung.
C. Orbitasi Desa Fajar Baru
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat 15 KM.
2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan 30 menit.
3. Jarak ke ibu kota kabupetan 80 KM.
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten 1,5 jam.
5. Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi 45 menit.
D. Jumlah Penduduk Desa Fajar Baru
Jumlah penduduk Desa Fajar Baru saat ini memiliki 1.902 Kepala
Keluarga dengan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 3.694
orang dan laki-laki sebanyak 3.709 orang. Jadi keseluruan penduduk
Desa Fajar Baru saat ini adalah 7.403orang.
33
E. Keadaan Sosial Desa Fajar Baru
1. Pendidikan
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan.
NO Jenis pendidikan Jumlah penduduk
1 SD/MI 4.607
2 SMP/MTs 1.068
3 SMU/MA 1.050
4 S1/Diploma 348
5 Tidak Tamat 90
6 Buta Huruf 240
Total 7.403
Sumber: Profil Desa Fajar Baru tahun 2018
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Fajar Baru
berjumlah 7.403 orang. Dengan jumlah penduduk yang pernah menempuh
jenjang pendidikan SD/MI berjumlah 4.607 orang, yang pernah menempuh
jenjang pendidikan SMP/MTs berjumlah 1.068 orang, yang pernah
menempuh jenjang pendidikan SMU/MA berjumlah 1.050 orang, yang
pernah menempuh jenjang pendidikan S1/Diploma berjumlah 348 orang,
yang tidak tamat jenjang pendidikan berjumlah 90 orang dan penduduk
yang mengalami buta huruf berjumlah 240 orang.
Tabel 2. Jumlah pendidikan di Desa Fajar Baru.
NO Nama Pendidikan Jumlah sekolah Lokasi/Dusun
1. TK/PAUD 4 Dusun 1, 2A,3B dan Dusun 4
2. SD/MI 3 Dusun 1, 2A dan Dusun 4
3. SMP/MTs - -
4. SMA/MA - -
Sumber: Profil Desa Fajar Baru tahun 2018
34
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tujuh fasilitas pendidikan di
Desa Fajar Baru, diantaranya adalah empat bangunan TK/PAUD yang
terletak di lokasi dusun 1, 2A, 3B dan Dusun 4. Tiga bangunan SD/MI
yang terletak di dusun 1, 2A dan dusun 4.
2. Keagamaan
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan agama.
NO Nama Agama Jumlah Pemeluk
1. Islam 7.263 Orang
2. Katolik 42 Orang
3. Kristen 77 Orang
4. Hindu 26 Orang
5. Budha 3 Orang
Sumber: Profil Desa Fajar Baru tahun 2018
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk Desa Fajar Baru
berdasarkan agama yang dianut. Mayoritas penduduk Desa Fajar Baru
menganut agama Islam dengan jumlah 7.263 orang dari seluruh jumlah
penduduk di Desa Fajar Baru7.403. Penduduk yang menganut agama
Katolik berjumlah 42 orang, agama Kristen 77 orang, agama Hindu 26
orang dan agama Budha tiga orang.
35
F. Keadaan Ekonomi Desa Fajar Baru
Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1. Petani 637
2. Pedagang 181
3. PNS 249
4. Tukang 115
5. Guru 20
6. Bidan 6
7. Perawat 4
8. TNI/POLRI 15
9. Angkutan(supir) 30
10. Buruh 300
11. Pensiunan 25
12. Jasa Persewaan 7
13. Swasta 313
Sumber: Profil Desa Fajar Baru tahun 2018
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk Desa Fajar Baru
berdasarkan mata pencahariannya. Di Desa Fajar Baru penduduk yang
bekerja sebagai Petani berjumlah 637 orang, penduduk yang bekerja
sebagai Pedagang berjumlah 181 orang, penduduk yang bekerja sebagai
PNS berjumlah 249 orang, penduduk yang bekerja sebagai Tukang
berjumlah 115 orang, penduduk yang bekerja sebagai Guru berjumlah 20
orang, penduduk yang bekerja sebagai Bidan sebanyak enam orang,
penduduk yang bekerja sebagai Perawat berjumlah empat orang, penduduk
yang bekerja sebagai TNI/POLRI berjumlah 15 orang, penduduk yang
bekerja sebgai Supir Angkutan berjumlah 30 orang, penduduk yang bekerja
sebagai Buruh berjumlah 300 orang, penduduk yang sudah tidak bekerja
lagi (pensiunan) berjumlah 25 orang, penduduk yang bekerja di bidang Jasa
Persewaan berjumlah tujuh orang dan penduduk yang bekerja Swasta
berjumlah 313 orang.
36
G. Peta Wilayah Desa Fajar Baru
Gambar 2. Peta wilayah Desa Fajar Baru (sumber: data sekunder 2018)
37
H. Gambaran Umum Kuda Lumping “Paguyuban Tri Tunggal”
1. Sejarah Kuda Lumping Paguyuban Tri Tunggal
Kesenian tari tradisional kuda lumping saat ini sudah mulai jarang
ditemukan. Keberadaan kesenian kuda lumping ini semakin tersaingi
dengan adanya hiburan-hiburan yang lebih menarik seperti hiburan
organ tunggal yang lebih digemari oleh masyarakat khususnya kaum
laki-laki. Namun agar kesenian kuda lumping ini tetap berkembang,
masyarakat Jawa di Desa Fajar Baru membentuk komuntias seni tari
kuda lumping. Di Desa Fajar Baru terdapat dua grup kesenian
tardisional kuda lumping, yaitu grup Turonggo Tri Rahayu Budoyo dan
grup kesenian kuda lumping Paguyuban Tri Tunggal yang akan
dijadikan sebagai objek penelitian oleh peneliti.
Paguyuban Tri Tunggal berdiri sejak tahun 1990 yang dibentuk oleh
Bapak Asman. Oleh karena itu Bapak Asman dikatakan sebagai
pendiri dari grup kesenian kuda lumping Paguyuban Tri Tunggal ini.
Pada awal berdirinya grup kesenian Paguyuban Tri Tunggal ini hanya
beranggotakan 20 orang dan pada saat itu alat musik yang digunakan
hanya berupa angklung saja serta properti kuda yang terbuat dari
batang daun pohon kelapa. Saat ini grup Tri Tunggal beranggotakan 25
orang dan sudah memilki alat musik dan properti yang lengkap. Di
Desa Fajar Baru terdapat grup kesenian kuda lumping lainnya, namun
tidak seaktif grup kesenian Paguyuban Tri Tunggal ini. Pada awal
mulanya grup kesenian ini dibentuk karena adanya keinginan dan rasa
38
untuk melestarikan kebudayaan serta sebagai sarana untuk
menunjukkan eksistensi dari masyarakat Jawa di Lampung. Grup
kesenian kuda lumping Tri Tunggal ini juga memiliki tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Tujuan dari dibentuknya grup kesenian ini adalah :
1. Melestarikan kebudayaan tradisional.
2. Sebagai sarana hiburan.
3. Menjalin silahturahmi antar anggota kelompok.
2. Struktur Organisasi Kuda Lumping Paguyuban Tri Tunggal
Ketua
Bapak Sunyono
Sekertaris Bendahara Humas Pawang
Bapak Selamet Bapak Supriyanto Bapak Parjo Bapak Darun & Rianto Asman
Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini yang berjudul Upaya Paguyuban Tri
Tunggal Dalam Menumbuhkembangkan Seni Tari Kuda Lumping (Studi
Di Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan) dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan Paguyuban Tri
Tunggal dalam menumbuhkembangkan kesenian kuda lumping ini
diantaranya:
1. Pengembangan dalam permainan kuda lumping dapat peneliti
simpulkan pengembangan yang dilakukan oleh Paguyuban Tri
Tunggal dalam menumbuhkembangkan kesenian kuda lumping
adalah dengan pembaruan gerakan tarian seperti menambahkan
penari topeng (ganong) dalam tariannya dan mengaransemen ulang
musik agar lebih menarik untuk dibawakan pada saat pertunjukan.
2. Menjalin kerjasama antar grup kesenian kuda lumping dapat
peneliti simpulkan menjalin kerjasama yang dilakukan oleh
Paguyuban Tri Tunggal adalah seperti menjaga kekompakan antar
sesama anggota grup kesenian kuda lumping.
74
3. Sosial media sebagai salah satu cara dalam menumbuhkembangkan
kesenian kuda lumping dapat peneliti simpulkan media sosial yang
digunakan Paguyuban Tri Tunggal dalam menumbuhkembangkan
kesenian kuda lumping adalah facebook karena menurut anggota
Paguyuban Tri Tunggal facebook digunakan dan diakses oleh
semua kalangan dari anak-anak hingga orang dewasa. Jadi
facebook adalah sarana yang mudah digunakan untuk
mempromosikan seni tari kuda lumping Paguyuban Tri Tunggal.
4. Motivasi bagi generasi penerus dapat peneliti simpulkan motivasi
yang dilakukan Paguyuban Tri Tunggal dalam
menumbuhkembangkan seni tari kuda lumping adalah
menanamkan kecintaan terhadap seni tari kuda lumping kepada
anak-anak mereka dan masyarakat sekitar.
5. Menarik minat orang-orang untuk bergabung dapat peneliti
simpulkan menarik minat yang dilakukan Paguyuban Tri Tunggal
dalam mengembangkan seni tari kuda lumping adalah dengan
memperbarui gerakan tarian menjadi lebih menarik untuk ditonton.
2. Proses pertunujukan diawali dengan persiapan anggota serta
kelengkapan alat dan pelaksanaan ritual oleh pawang yang bertugas.
Setelah ritual selesai dilakukan pertunjukan dimulai dengan
menampilkan tarian sampai tahap kesurupan.
75
B. Saran
Dalam penelitian ini Upaya Paguyuban Tri Tunggal Dalam
Menumbuhkembangkan Seni Tari Kuda Lumping (Studi Di Desa Fajar
Baru Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan), peneliti memiliki
beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat, yaitu:
1. Diharapkan bagi Paguyuban Tri Tunggal untuk menambahkan alat
musik yang digunakan seperti Drum agar ada kombinasi antara
tradisional dan modern.
2. Diharapkan lebih meningkatkan rasa solidaritas antar grup kesenian
kuda lumping lainnya dan pada saat akan tampil para anggota wayang
diharapkan untuk datang lebih tepat waktu.
3. Untuk Paguyuban Tri Tunggal diharapkan menggunakan sosial media
lain selain facebook seperti instagram dan youtube agar lebih
memperluas dalam mempromosikan kesenian tari kuda lumping ini.
4. Diharapkan Paguyuban Tri Tunggal datang ke sekolah-sekolah dasar
untuk melakukan sosialisasi seni tari kuda lumping kepada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hardjono, Joan. 1982. Transmigrasi : Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa. Jakarta:
PT.Gramedia.
Koentjaraningrat, 1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
PT.Gramedia.
Milles, N. B & Huberman, A.N. 1992. Analisis Data Kualitatif: penerjemah
Tjeptjep Rohendi R. Universitas Indonesia Press.
Moleong, L., J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya.
Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern: edisi ke 7. Jakarta. Prenadamedia
Group.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group
Sumber Internet :
Dewi, Heristina. 2016. Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda
Kepang di Sei Bamban, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Diakases Pada
Tanggal 22 April 2017 http://ejurnal.isbi.ac.id
Febriyanti, Erma. 2015. Pertunjukkan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi
Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Skripsi Sarjana
Pendidikan Sejarah. FKIP, Universitas Lampung.
77
Hasyim, Adelina. 2014. Sikap dan Motivasi Remaja dalam Mengikuti Kesenian
Tradisional Kuda Lumping di Pesawaran. Diakses Pada Tanggal 22 April
2017 http://ejournal.unila.ac.id
Irawan, YR. 2016. Lagu Slompret-Slompret Sebagai Pemicu Trance Pada Penari
Jaran Kepang Turonggo Seto Di Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Jurnal Seni Musik. Diakses Pada Tanggal 24
November 2017 http://journal.unnes.ac.id
Khutniah, N dan Iryanti, VE. 2012. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari
Kridha Jati Di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Jepara. Jurnal
Seni Tari. Diakses Pada Tanggal 23 November 2017
http://journal.unnes.ac.id
Putri, Ridha Amini. 2011. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Remaja Dalam
Melestarikan Kesenian Kuda Lumping Di Dusun Sanggrahan Kelurahan
Tlogoadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Diakses Pada Tanggal 22
April 2017 http://eprints.uny.ac.id/22825/1/skripsi.pdf
Ratih, EW. 2001. Fungsi Tari Sebagai Seni Pertunjukan (the Function of Dance
as a Performing Art). Harmonia Journal of Arts Research and Education.
Diakses Pada Tanggal 23 November 2017 https://media.neliti.com/
Ratnaningrum, Ika. 2011. Makna Simbolis dan Peranan Tari Topeng Endel.
Diakses Pada Tanggal 22 April 2017 http://ejournal.unnes.ac.id
Sari, Aulia Veramita. 2017. Makna Kesenian Tradisional Kuda Lumping
78
Sebagai Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Grup Kesenian Kuda Lumping
“Bima Sakti” dan Masyarakat Kelurahan Campang Raya, Sukabumi, Bandar
Lampung). Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi. FISIP, Universitas Lampung.
Suarta, Kadek. 2016. Dinamika Sendratari Mahabharata Di Tengah Perjalanan
Pesta Kesenian Bali. Diakses Pada Tanggal 23 November 2017
http://erepo.unud.ac.id
Sumber Dokumen :
Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 1 Tahun 1971 Tentang Bentuk
Lambang Daerah Provinsi Lampung.
Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 4 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung.